• Tidak ada hasil yang ditemukan

RIWAYAT HIDUP PENULIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "RIWAYAT HIDUP PENULIS"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

DETERMINAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF OLEH IBU MULTIPARA DI KABUPATEN JENEPONTO

RAHMATILLAH RAZAK K111 11 268

Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

DEPARTEMEN EPIDEMIOLOGI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2015

(2)
(3)

RINGKASAN

(4)
(5)

RINGKASAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KESEHATAN MASAYARAKAT EPIDEMIOLOGI

RAHMATILLAH RAZAK

“DETERMINAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF OLEH IBU MULTIPARA DI KABUPATEN JENEPONTO”

(xvii + 93 + 21Tabel + 1 Grafik + 3 Gambar + 7 Lampiran)

Salah satu strategi global yang dicanangkan WHO dan UNICEF untuk mengurangi angka kematian bayi dan angka kematian neonatal yaitu pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif. Kabupaten Jeneponto merupakan daerah yang pernah berada pada urutan terendah cakupan pemberian ASI eksklusif, tercatat pada tahun 2012 pemberian ASI eksklusif di daerah tersebut hanya 20,6

% dan meningkat secara signifikan pada tahun 2013 sebesar 67,7%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui deteminan yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif khusus melihat pada ibu multipara.

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Jeneponto Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2015. Jenis penelitian yang digunakan adalah cross sectional study.

Wawancara dilakukan pada 262 ibu multipara yang memiliki bayi usia 6-12 bulan. Sampel diperoleh dengan cara proporsional random sampling. Analisis data menggunakan SPSS 20 dengan uji statistic Chi square dengan p 0,05.

Penelitian ini menemukan bahwa sebesar (26,3%) ibu mutlipara yang memberikan ASI eksklusif. Tingkat pengetahuan ibu tentang ASI, sikap Ibu dan penerimaan informasi dari petugas kesehatan merupakan faktor yang berhubungan. Ibu dengan tingkat pengetahuan yang tinggi tentang ASI eksklusif, memiliki sikap positif terhadap ASI eksklusif dan mendapat informasi dari petugas kesehatan akan cenderung memberikan ASI eksklusif pada bayinya.

Sedangkan usia ibu, tingkat pendidikan ibu dan suami, status pekerjaan, dan usia kehamilan ibu saat melahirkan bukan merupakan faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara.

Diharapkan kepada tenaga kesehatan setempat agar dapat memberikan informasi dan edukasi kepada ibu tentang manajmen laktasi demi untuk keberhasilan pemberian ASI eksklusif.

Daftar Pustaka : 43 (1997-2014) Kata Kunci : ASI Eksklusif, Multipara

(6)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penyusunan skripsi dengan judul “ Determinan Pemberian ASI Eksklusif Oleh Ibu Multipara Di Kabupaten Jeneponto” dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Hasanuddin Makassar. Teriring salam dan shalawat semoga tercurahkan kepada teladan dan junjungan kita Rasulullah Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan orang–orang yang senantiasa istiqamah mengikuti jalan dakwahnya hingga akhir zaman.

Dengan Segala hormat dan rasa cinta kupersembahkan skripsi ini khusus wujud bakti dan terima kasihku yang tak terhingga kepada kedua orangtua tercinta Ayahanda Drs H. Abdul Razak Maddu dan Ibunda Hj. Nurhidaya S.Pd atas segala doa, perhatian, kasih sayang, dukungan, dan semangat yang tak ternilai dan tak pernah usai sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin. Terima kasih pula kepada kakak saya tersayang Puspita Sary Razak S.Ked dan adik saya Muh. Wardiman Razak, Nur Afifah Razak dan Muhammad Naufal Razak serta seluruh keluarga tercinta atas segala doa dan dukungan yang diberikan kepada penulis selama ini.

(7)

Tidak lupa penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada Ibu Dr. Ida Leida Maria, SKM, MKM, MScPH selaku Penasehat Akademik atas bimbingan dan motivasi yang diberikan selama ini dalam bidang akademik. Serta tak lupa pula penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih serta penghargaan yang tak terhingga kepada Bapak Ansariadi S.KM MScPH Ph.D selaku Pembimbing I, beserta Dr. Ida Leida Maria, SKM, MKM, MScPH selaku Pembimbing II yang selalu meluangkan waktu untuk memberi masukan, bimbingan, dan motivasi yang membangun sehingga skripsi ini dapat tersusun.

Terima kasih pula penulis sampaikan kepada tim penguji Bapak Dian Sidik Arsyad, SKM, MKM, Bapak Abdul Salam, SKM, MKM dan Bapak Dr.dr.Muh. Tahir A, M.Sc, MSPH yang telah banyak memberikan masukan serta arahan guna penyempurnaan penulisan skripsi ini. Melalui kesempatan ini pula penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang tak terhingga kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Drg. Andi Zulkifli, M.Kes sebagai dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin beserta seluruh staf atas bantuannya selama penulis mengikuti pendidikan.

2. Bapak Ansariadi, SKM, MScPH, Ph.D selaku Ketua Bagian Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

(8)

3. Para dosen FKM Unhas yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berharga selama penulis mengikuti pendidikn di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

4. Bapak Bupati Kabupaten Jeneponto, Badan Pembinaan Kesatuan Bangsa dan Litbang, dan Bapak Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jeneponto yang telah bersedia memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian

5. Seluruh Responden yang telah bersedia meluangkan waktu berbagi cerita dan pengalaman.

6. Sahabat-sahabatku tersayang (Sri Sumarni, Uswatun Hasanah, Ryza Jazid, Pujiastuti, Nur Hidaya) terima kasih atas kebersamaan dan dukungannya, senang bertemu dan mengenal kalian.

7. Teman seperjuangan penelitian Irmawati Syam, Annisa Suryani, Irnawati, Dwi Jayanthi, dan Fitria Ramadhani terima kasih atas kerjasamanya selama penelitian berlangsung dari suka dan duka.

8. Teman-teman di Jurusan Epidemiologi angkatan 2011, teman-teman angkatan 2011 “KALASI”, terima kasih atas segala bantuan, dukungan dan doa kalian selama ini.

9. Teman-teman PBL “Kel. Lakkang”, dan teman-teman KKN “posko Toddolimae”

10. Terimakasih kepada seluruh staff bagian Epidemiologi (Bunda, Kak Ani, Kak werdha) yang telah banyak membantu dan mendukung selama penulis masuk jurusan Epidemiologi.

(9)

11. Terima kasih kepada semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan namanya yang telah banyak memberikan bantuannya dan dukungannya selama ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Tidak lupa penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada salah dan khilaf selama proses penyusunan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, April 2015

Penulis

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN PERSETUJUAN... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

PERNYATAAN KEASLINAN SKRIPSI ... iv

RINGKASAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GRAFIK ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Tinjauan UmumTentang Pengertian ASI Eksklusif ... 9

B. Tinjauan UmumTentang Pemberian ASI Eksklusif ... 9

C. Tinjauan UmumTentang Manfaat Pemberian ASI ... 15

D. Tinjauan UmumTentang Produksi ASI... 18

(11)

E. Tinjauan Umum Tentang Ibu Multipara ... 21

F. Tinjauan Umum Tentang Variabel Independen ... 22

BAB III KERANGKA KONSEP... 33

A. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian ... 33

B. Kerangka Teori... 35

C. Pola Pikir Variabel yang Diteliti ... 37

D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ... 38

E. Hipotesis Penelitian... 43

BAB IV METODE PENELITIAN ... 45

A. Jenis Penelitian ... 45

B. Lokasi dan Waktu Penelitian... 45

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 45

D. Pengumpulan Data ... 49

E. Pengolahan Data dan Analisis Data ... 52

F. Penyajian Data... 53

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 54

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 54

B. Hasil Penelitian ... 55

C. Pembahasan... 72

D. Keterbatasan Penelitian... 87

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 88

A. Kesimpulan ... 88

B. Saran ... 89

(12)

DAFTAR PUSTAKA……… 90 LAMPIRAN

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1 Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui 15

2 Karateristik Sosial Demografi Ibu Multipara dan Suami Berdasarkan Usia di Kabupaten Jeneponto

56

3 Karakteristik Sosial Demografi Ibu Multipara dan Suami Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Status Pekerjaan di Kabupaten Jeneponto

57

4 Karakteristik Bayi Ibu Multipara Berdasarkan Umur di Kabupaten Jeneponto

57

5 Karakteristik Bayi Ibu Multipara Berdasarkan Jenis Kelamin di Kabupaten Jeneponto

58

6 Jenis Penolong dan Tempat Persalinan Ibu Multipara di Kabupeten Jeneponto

58

7 Status Kesehatan Reproduksi Ibu Multipara di Kabupaten Jeneponto

59

8 Distribusi Pelaksanaan IMD Responden di Kabupaten Jeneponto 60 9 Distribusi Umur Bayi Diberi Makanan Pendamping ASI di

Kabupaten Jeneponto

61

10 Distribusi Alasan Responden Memberikan MP-ASI Sebelum Usia Bayi 6 Bulan di Kabupaten Jeneponto

61

11 Jumlah Bayi Menyusui Menurut Umur di Kabupaten Jeneponto 62 12 Makanan/Minuman yang Diberikan oleh Bayi Responden di

Umur 3 Hari Pertama di Kabupaten Jeneponto

63

13 Makanan/Minuman yang Diberikan oleh Bayi Responden di Umur 1-5 Bulan Pertama di Kabupaten Jeneponto

64

(14)

15 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang ASI Eksklusif di Kabupaten Jeneponto

65

16 Distribusi Usia Kehamilan Responden di Kabupaten Jeneponto 66 17 Distribusi Sikap Responden Terhadap ASI Eksklusif di

Kabupaten Jeneponto

66

18 Distribusi Penerimaan Informasi dari Petugas Kesehatan di Kabupaten Jeneponto

67

19 Distribusi Alasan Responden Tidak Mendapat Informasi Dari Petugas Kesehatan

68

20 Hubungan Karakteristik Demografi dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kabupaten Jeneponto

69

21 Hubungan Variabel Independen dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kabupaten Jeneponto

71

(15)

DAFTAR GRAFIK

Grafik

Halaman

1 Pemberian ASI Eksklusif Oleh Ibu Multipara 60

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1 Kerangka Teori Penelitian 36

2 Kerangka Konsep Penelitian 37

3 Peta Wilayah Kabupaten Jeneponto 54

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian dari FKM Unhas

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian dari BKPMD Provinsi Sulawesi Selatan Lampiran 4 Surat Izin Pengambilan Data dari Kesbang Kabupaten Jeneponto Lampiran 5 Surat Izin Pengambilan Data dari BPS Kabupaten Jeneponto Lampiran 6 Surat Selesai Penelitian

Lampiran 7 Dokumentasi Penelitian Lampiran 8 Riwayat Hidup

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Salah satu strategi global yang dicanangkan WHO dan UNICEF untuk mengurangi angka kematian bayi dan angka kematian neonatal yaitu pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif (WHO, 2011). Berdasarkan data United Nation Children’s Fund (UNICEF) menunjukkan setiap tahunnya sekitar 30 ribu kematian anak balita di Indonesia dan 10 juta kematian balita di seluruh dunia dapat dicegah dengan ASI eksklusif selama enam bulan sejak kelahiran bayi. Bayi yang diberi susu formula (susu bayi) memiliki kemungkinan untuk meninggal dunia pada bulan pertama kehidupannya 25 kali lebih tinggi dibandingkan bayi yang disusui ibunya secara eksklusif, yakni tanpa diberi minuman maupun makanan tambahan (UNICEF, 2006)

Saat ini Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia masih terbilang tinggi dan mengalami peningkatan yakni pada tahun 2008 tercatat 31,04/1000 kelahiran hidup, tahun 2010 meningkat menjadi 34/1000 kelahiran hidup kemudian menurun pada tahun 2012 menjadi 32/1000 kelahiran hidup. Padahal MDGs menargetkan Indonesia harus mampu menurunkan angka kematian bayi menjadi 23/1000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (Depkes, 2013).

(19)

Pemerintah Indonesia menekankan pemberian ASI eksklusif sebagai salah satu prioritas nasional, ini bisa dilihat dengan adanya peraturan Menkes No. 450/7 Men. Kes/SK/IV/2004 tanggal 7 april 2004 menetapkan rekomendasi pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Untuk mencapai pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan yang optimal, bayi harus diberi ASI eksklusif selama 6 bulan pertama. Selain itu rekomendasi juga telah ditetetapkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 33 tahun 2012 yang mengatur tentang pemberian ASI eksklusif sejak bayi dilahirkan hinga berusia 6 bulan (Menkes RI, 2012). ASI eksklusif merupakan pemberian ASI saja tanpa ada cairan lain atau makanan padat yang diberikan termasuk air putih kecuali larutan dehidrasi oral/vitamin/mineral/obat-obatan tetes/sirup (WHO, 2011).

Penelitian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan UNICEF yang diumumkan tanggal 2 Mei 2007, menunjukkan bahwa 61% kaum ibu mau menyusui bayinya selama empat bulan dan hanya 35% kaum ibu mau menyusui bayinya selama enam bulan. WHO dan UNICEF menyebut gejala ini sebagai “tanda ancaman buat kelangsungan hidup anak-anak”.

Survey yang dilakukan WHO tahun 2013 menyatakan bahwa saat ini hanya sekitar 38% bayi usia 0-6 bulan di dunia yang diberi ASI secara eksklusif (WHO, 2013).

Data secara nasional tentang cakupan pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif 0-6 bulan di Indonesia dalam tiga tahun terakhir mengalami fluktuasi. Berdasarkan hasil survei demografi dan kesehatan

(20)

indonesia (SDKI) tahun 2007 persentasi cakupan ASI sebesar 95,2%.

Namun jika dirata-ratakan pemberian ASI eksklusif hanya mencapai 3 bulan, sedangkan hasil Riskesdas tahun 2010 bayi yang menyusui hanya 15,3% kemudian meningkat pada tahun 2012 yakni 27 %, dan tahun 2013 menjadi 30,2 %. Namun angka ini masih berada di bawah target nasional yaitu sebesar 80% (Riskesdas, 2013).

Pemberian ASI eksklusif berdasarkan data Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011, menunjukkan 77,18% pada tahun 2008 kemudian kembali menurun pada tahun 2009 sebesar 59,80% dan kembali meningkat pada tahun 2010 sebesar 66,85%. Data tersebut menunjukkan bahwa cakupan pemberian ASI eksklusif di Sulawesi Selatan belum mencapai target yang ditentukan secara nasional yaitu sebesar 80%. Salah satu yang pernah berada pada urutan terendah cakupan pemberian ASI eksklusif yaitu Kabupaten Jeneponto, tercatat 2012 pemberian ASI eksklusif di tersebut hanya 20,6 % (Dinkes, 2014b).

Berdasarkan data Profil Kesehatan Kabupaten Jeneponto pada tahun 2011 pemberian ASI eksklusif sebanyak 28,3%, mengalami penurunan pada tahun 2012 yakni 20,6 dan meningkat secara signifikan pada tahun 2013 yakni 67,7%. Dalam tiga tahun terakhir jeneponto masuk dalam 15 besar cakupan ASI eksklusif terendah di Provinsi Sulawesi Selatan (Dinkes, 2014a).

Teori Lutter menyatakan bahwa determinan pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni faktor ibu, faktor

(21)

peluang, faktor informasi dan dukungan fisik selama kehamilan, serta faktor eksternal meliputi keluarga, medis, sikap budaya, dan norma-norma, keadaan demografi, ekonomi, tekanan komersil serta kebijakan internasional dan nasional (Lutter, 2000).

Beberapa penelitian sebelumnya terkait pemberian ASI eksklusif melihat pada beberapa variabel salah satunya yaitu pendidikan ibu, menurut (Nascimento, 2010) rendahnya pendidikan ibu berhubungan dengan gangguan pemberian ASI eksklusif untuk bayi berusia 6 bulan di wilayah selatan Brazil. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh (Thu, Eriksson, & Khanh, 2012) menyatakan bahwa terdapat hubungan antar tingkat pendidikan ibu dengan pemberian ASI di wilayah pedesaan dan perkotaan Vietnam, semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka semakin lama durasi pemberian ASI.

Selain itu faktor lain yang juga menentukan keberhasilan pemberian ASI eksklusif yaitu pekerjaan ibu. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh (Khassawne, 2009) menunjukkan bahwa wanita yang bekerja lebih memungkinkan untuk tidak memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya dibandingkan dengan wanita yang tidak bekerja.

Penelitian yang dilakukan oleh (Bate, 2014) di Takalar menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif. Hasil penelitian tersebut menunjukkan hasil yang berbeda sehingga diperlukan penelitian lanjutan tentang variabel pekerjaan

(22)

Faktor yang juga mempengaruhi pemberian ASI yaitu umur ibu, penelitian di Amerika dan Kanada menemukan ibu yang berusia lebih tua (>25 tahun) memiliki kemungkinan lebih besar untuk berhasil memberikan ASI eksklusif dibandingkan ibu yang berusia muda (<25 tahun). Penelitian di Libanon menemukan kelompok ibu multipara memiliki kemungkinan 2,6 kali lebih besar untuk memberikan ASI eksklusif dibandingkan primipara (Reni, 2013).Berbeda dengan penelitian (Sapna, 2009) di India mengemukakan bahwa ibu yang berumur 10-30 tahun akan lebih memungkinkan memberikan ASI kepada bayinya dibandingkan ibu yang berumur > 30 tahun. Kategori umur pada penelitian tersebut tidak sama dan menunjukkan hasil yang berbeda antara hubungan umur ibu dengan pemberian ASI eksklusif maka perlu dilakukan penelitian terkait variabel tersebut.

Pengetahuan ibu tentang ASI ekskusif merupakam salah satu faktor yang menentukan pemberian ASI, hasil penelitian (Adwinanti, 2004) menyatakan bahwa pengetahuan akan memberikan pengalaman kepada ibu tentang cara pemberian ASI eksklusif yang baik dan benar terkait dengan masa lalunya. Dalam hal ini motivasi dalam dirinya secara sukarela dan penuh rasa percaya diri mampu menyusui bayinya. Selain faktor pengetahuan pemberian ASI juga dipengaruhi oleh sikap ibu, Menurut (Nurhuda, Firmansyah, & Muhmudah, 2012) sikap ibu berhubungan dengan praktek pemberian ASI, ibu yang menganggap bahwa ASI

(23)

merupakan makanan terbaik untuk bayi berencana untuk memberikan ASI selama 6 bulan.

Menurut (Amahorseja, 2012) menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif juga dipegaruhi oleh usia kehamilan ibu, kelangsungan produksi ASI ibu yang melahirkan prematur tidak lancar jika dibandingkan dengan ibu dengan umur kelahiran normal. Faktor lain yang juga mempengaruhi yaitu dukungan petugas konselor ASI untuk membantu dan menumbuhkan kepercayaan diri ibu dalam memberikan ASI (Februhartanthy, 2008).

Penelitian-penelitian sebelumnya tentang determinan pemberian ASI eksklusif, melihat subjek dari ibu bekerja, ibu di daerah pedasaan dan perkotaan. Penelitian tentang pemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara masih sangat kurang. Hasil penelitian (Tan, 2011) menunjukkan pemberian ASI eksklusif meningkat pada ibu dengan pengetahan baik, ibu multipara, tidak bekerja serta mendapat dukungan dari suami atau keluarga. Mckinney (2000) juga mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi adaptasi adalah pengalaman sebelumnya, multipara akan merasa lebih nyaman dan melakukan attachment lebih awal dibandingkan dengan primipara.

Maka dari itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor determinan pemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto.

(24)

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan, dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu apakah determinan pemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara di Jeneponto?

C. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan umum

Untuk mengetahui determinan pemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara di Jeneponto

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui hubungan usia ibu dengan pemberian ASI eksklusif pemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara di Jeneponto b. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan ibu dengan pemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto

c. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan suami dengan pemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto

d. Untuk mengetahui hubungan status pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto

e. Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto

(25)

f. Untuk mengetahui hubungan usia kehamilan ibu dengan pemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto

g. Untuk mengetahui hubungan sikap ibu dengan pemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto

h. Untuk mengetahui hubungan penerimaan informasi dari petugas kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto

D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi bagi para pengambil kebijakan maupun pembuat keputusan bagi Dinas Kesehatan Provinsi pada umumnya dan pada khususnya Dinas Kesehatan Jeneponto dalam upaya peningkatan cakupan pemberian ASI eksklusif.

2. Manfaat ilmiah

Hasil penelitian ini dapat memperkaya wawasan dan ilmu pengetahuan serta dapat menjadi salah satu acuan melakukan penelitian selanjutnya.

3. Manfaat Bagi Peneliti

Merupakan pengalaman berharga untuk memperluas wawasan dan pengetahuan di bidang kesehatan khususnya di bidang kesehatan ibu dan anak.

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Pengertian ASI Eksklusif 1. Pengertian ASI Eksklusif

ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa ada cairan lain atau makanan padat yang diberikan termasuk air putih kecuali larutan rehidrasi oral/vitamin/mineral/obat-obatan tetes/ sirup (WHO, 2011).

Sedangkan menurut (Yuliarti, 2010), ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan tambahan lain pada bayi berumur 0-6 bulan.

2. Komposisi ASI (Air Susu Ibu)

ASI merupakan emulasi lemak dalam larutan protein, lactose dan garam organic yang di sekresi oleh kelenjar payudara ibu. Komposisi ASI tidak sama dari waktu ke waktu. Menurut (Arini, 2012).

Komposisi yang terkandung dalam ASI meliputi protein, lemak, karbohidrat-laktosa, vitamin, mineral, kolostrum, karniti

B. Tinjauan Umum Pemberian ASI eksklusif 1. ASI Eksklusif

Definisi pemberian ASI atau menyusui menurut WHO (2002) adalah:

1. Pemberian ASI eksklusif atau menyusui eksklusif adalah hanya memberikan ASI pad bayi dan tidak memberi bayi makanan atau minuman lain, termasuk air putih, kecuali obat-obatan dan

(27)

vitamin atau mineral tetes, serta ASI perah yang sampai bayi berusia 6 bulan

2. Pemberian ASI eksklusif atau menyusui predominan adalah menyusui bayi, tapi pernah memberikan sedikit air atau minuman berbasis air, misalnya the (biasanya makanan/minuman prelakteal sebelum ASI keluar).

3. Pemberian ASI eksklusif atau menyusui parsial adalah menyusui bayi serta memberikan makanan buatan selain ASI baik, susu formula, bubur atau makanan lainnya, (baik diberikan scara kontinyu maupun diberikan sebagai makanan prealektal).

ASI eksklusif harus diberikan hingga usia 6 bulan karena dibawah usia tersebut bayi belum mampu mencerna makanan lain selain ASI. Setelah bayi berumur 6 bulan, ia harus mampu mulai diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun bahkan lebih dari dua tahun. Para ahli menemukan bahwa manfaat ASI akan sangat meningkat bila bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupannya. Dalam jangka panjang pemberian ASI bisa mencegah anak kelak menderita kegemukan dan diabetes mellitus (Arif, 2009).

Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi di Indonesia berlandaskan Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia

(28)

No.450/Men.kes/SK/IV/2004 tanggal 7 april 2004 yang juga mengacu pada Resolusi World Health Assembly (WHA, 2010, disitu dikatakan, bahwa untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan dan kesehatan yang optimal, bayi harus di beri ASI eksklusif selama enam bulan pertama, selanjutnya untuk kecukupan nutrisi bayi, harus mulai diberi makan pendamping ASI cukup dan aman dengan pemberian ASI selanjutnya sampai usia 2 tahun atau lebih (Arif, 2009).

Meskipun manfaat ASI begitu besar, tidak banyak ibu yang mau memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dengan beragam alasan. Kelebihan pemberian ASI eksklusif tampaknya belum cukup menarik bagi para ibu, ibu tidak lagi menganggap ASI sebagai makanan terbaik dan tak tergantikan oleh bayi.

ASI eksklusif sangat peting untuk peningkatan SDM kita dimasa yang akan datang, terutama dari segi kecukupan gizi sejak dini. Memberikan ASI secara eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan akan menjamin tercapainya pengembangan kecerdasan anak secara optimal (Arini, 2012).

Bayi sehat pada umunya tidak memerlukan makanan tambahan sampai usia 6 bulan. Pada keadaan-keadaan khusus dibenarkan untuk mulai memberikan makanan pada setelah bayi berumur 4 bulan tetapi belum mencapai 6 bulan. Misalnya

(29)

karena terjadi peningkatan berat badan bayi yang kurang dari standar atau didapatkan tanda-tanda lain yang menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif tidak berjalan dengan baik.

Selain itu, terlepas dari rekomendasi baru UNICEF, masih ada pihak yang tetap mengusulkan pemberian makanan padat mulai ada usia 4 bulan sesuai dengan isi Deklarasi Innocenti (1990), yaitu “hanya diberi ASI sampai bayi berusia 4-6 bulan”.

Namun, pengetahuan terakhir tentang efek pemberian makanan padat yang terlalu dini telah cukup menunjang pembaharuan definisi ASI eksklusif menjadi “ASI saja sampai usia sekitar 6 bulan” (Arini, 2012).

Pemberian makanan padat/tambahan yang terlalu dini dapat mengganggu pemberian ASI eksklusif serta meningkatkan angka kesakitan pada bayi. Selain itu, tidak ditemukan bukti yang mendukung bahwa pemberian makanan padat/tambahan pada usia 4 atau 5 bulan lebih menguntungkan.

Bahkan sebaliknya, hal ini akan mempunyai dampak yang negative terhadap kesehatan bayi dan tidak ada dampak positif untuk perkembangan pertumbuhan (Syahruni, 2012).

2. Manajmen Laktasi

Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi dan pengeluaran ASI. Hormon estrogen dan progesterone berfungsi untuk maturasi elveoli kelenjar laktiferus sedangkan prolaktin

(30)

berfungsi untuk produksi ASI. Selama kehamilan, kadar prolaktin plasenta tinggi namun sekresi ASI belum keluar karena dihambat oleh tingginya kadar estrogen. Pada hari kedua atau ketiga pasca-persalinan, kadar estrogen dan progesterone turun drastic sehingga pengaruh prolaktin lebih dominan dan sekresi ASI mulai terjadi.

Proses laktasi melibatkan 2 refleks yaitu reflex prolaktin dan reflex pengaliran ASI. Hormon prolaktin adalah hormon yang berperan dalam produksi ASI di alveoli duktus laktiferus, stimuli hisapan bayi pada putting ibu akan merangsang sekresi prolaktin di hipofisis anterior sehingga sekresi ASI meningkat. Selain hormone prolaktin, proses menyusu juga akan merangsang kelenjar hipofisis posterior untuk mensekresi hormone oksitosin yang berfungsi memacu kontraksi mioepitel alveoli sehingga ASI dapat dipompa keluar. Semakin sering menyusui, pengosongan saluran alveoli semakin baik dan menyusui akan semakin lancar, hal ini disebut let down reflex, Suradi (2007).

3. Pola Menyusui

Dalam laporan Riskesdas, pola menyusui dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu menyusui eksklusif, menyusui predominan, dan menyusui parsial sesuai definisi WHO.

1) Menyusui eksklusif

Tidak memberi bayi makanan atau minuman lain, termasuk air putih, selain menyusi (kecuali obat-obatan dan vitamin atau mineral tetes; ASI perah juga diperbolehkan

(31)

2) Menyusui predominan

Menyusui bayi tetapi pernah memberikan sedikit air atau minuman berbasis air, misalnya the, sebagai makanan/minuman prelakteal sebelum ASI keluar.

3) Menyusui parsial

Menyusui bayi serta diberikan makanan buatan selain ASI, baik susu formula, bubur atau makanan lainnya sebelum bayi berumur enam bulan, baik diberikan secara kontinyu maupun diberikan sebagai makanan prelakteal.

4. Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (Ten Step to Succesful Breastfeeding)

Pada tahun 1990, WHO dan UNICEF membuat program ten to succesfull breatfeeding atau 10 langkah menuju keberhasilan menyusui (LMKM) melalui pembentukan baby-friendly hospital initiative (rumah sakit sayang ibu) yang bertujuan agar semua pelayanan kesehatan yang menyediakan pelayanan metrnitas mendukung praktek pemberian ASI.

(32)

Tabel 1

Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui No Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui

1 Mempunyai kebijakan tertulis tentang menyusui yang secara rutin disampaikan kepada semua staf pelayanan kesehatan untuk diketahui

2 Melatih semua staf pelayanan kesehatan dengan keterampilan yang diperlukan untuk menerapkan dan melaksanakan kebijakan tersebut

3 Menjelaskan kepada seluruh ibu hamil tentang manfaat dan penatalaksanaan menyusui

4 Membantu ibu untuk mulai menyusui bayinya dalam kurun waktu kurang dari 30 menit setelah melahirkan

5 Memperlihatkan kepada ibu bagaimana cara menyusui dan cara mempertahankan produksi ASI pada saat ibu harus berpisah dengan bayinya

6 Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi baru lahir, kecuali atas indikasi medis

7 Melaksanakan rawat gabumg, yang memungkinkan ibu dan bayi selalu bersama dalam 24 jam

8 Mendukung ibu untuk dapat memberi ASI sesuai dengan kebutuhan bayi tanpa menjadwalkanya

9 Tidak memberi dot atau kempeng kepada bayi yang masih menyusu

10 Membentuk kelompok pendukung menyusui dan menganjurkan ibu untuk berkonsultasi dengan kelompok ini

C. Tinjauan Umum Tentang Manfaat Pemberian ASI

Manfaat pemberian Air Susu Ibu (ASI) telah banyak dipublikasikan melalui laporan-laporan penelitian. Secara garis besar, manfaat pemberian ASI dapat ditinjau dari sudut manfaat bagi bayi dan bagi ibu.

1) Manfaat Bagi Bayi

ASI merupakan sumber gizi ideal dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi (Roesli, 2009). Bayi yang diberi ASI lebih tahan terhadap sejumlah

(33)

penyakit infeksi seperti diare dan infeksi saluran pernafasan akut (Quigley, Kelly, & Acker, 2007), mengurangi kemungkinan kontaminasi dari makanan (Arifeen et all, 2001), lebih jarang mencret (Beaudray, 1995), dan menurunkan resiko sindrom kematian bayi mendadak (Mitchel, 1997). Selain itu, ASI membuat anak lebih pandai, tidak tergantung pada latar belakang ekonomi (Mortesen 2003, Jain 2002), dan mengurangi gangguan mental pada nak an remaja (Weindy et all, 2009).

Terkait dengan manfaat dari lama pemberian ASI, penelitian Nurmianti dan Bersal tahun 2008 menemukan, durasi pemberian ASI sangat mempengaruhi ketahanan hidup bayi di Indonesia. Bayi yang disusui dengan durasi 6 bulan atau lebih memiliki ketahan hidup 33,3 kali lebih baik daripada bayi yang disusui kurang dari 4 bulan, dan bayi yang disuse denga durasi 4-5 bulan memliki ketahan hidup 2,6 kali lebih baik daripada bayi yang disusui kurang dari 4 bulan.

Proses menyusui membuat bayi sering berada dalam dekapan ibu. Bayi akan merasa aman dan tentram karena masih mendengar detak jantung ibunya yang telah dikenal sejak dalam kandungan. Perasaan terlindung dan disayangi ini menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan spiritual yang baik (Roesli, 2009).

(34)

2) Manfaat Bagi Ibu

Menyusui merupakan suatu pengambilan keputusan yang bijaksana dari orang tua (KemnegPP, 2008). Tidak hanya bagi bayi dan anak saja, menyusui juga memberikan keuntungan bagi kesehatan ibu. La Leche League Internasional (LLLI) sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Spayol, yang berdiri sejak tahun 1956, secara terus menerus mempromosikan pemberian ASI eksklusif. Dengan memberi ASI berarti telah memberi perlindungan yang signifikan bagi ibu untuk melawan kanker penyudara dan kanker ovarium.

Selain itu menyusui juga melindungi ibu dari kejadian terhadap osteoporosis, dengan patah tulang pinggul lebih sedikit, dan tulang lebih kuat pada wanita postmenopause. Menyusui eksklusif juga memberi efek kontarasepsi 98% terhadap kehamilan dalam enam bulan pertama. Pada banyak perempuan, menyusui lanjutan akan menunda kembalinya kesuburan selama satu tahun atau lebih. Dengan demikian, kesehatan dan status gizi wanita tidak terganggu dengan hilangnya zat besi akibat haid dan kehamilan berjarak dekat.

3) Untuk Keluarga

Tidak perlu menghabiskan banyak uang untuk membeli susu formula, botol sus, serta peralatan lainnya, jika bayi sehat berarti keluarga mengeluarkan leih sedikit biaya guna perawatan

(35)

kesehatan, penjarangan kelahiranlantaran efek kontrasepsi dari ASI eksklusif, jika bayi sehat berarti menghemat waktu keluarga, menghemat tenaga keluarga karena ASI selalu tersedia setiap saat, keluarga tidak perlu repot membawa berbagai peralatan susu ketika bepergian (Kristiyanasari, 2009).

4) Untuk Masyarakat dan Negara

Menghemat devisa negara karena tidak perlu mengimpor susu formula dan peralatan lainnya, bayi sehat membuat Negara lebih sehat, penghematan pada sektor kesehatan, karena jumlah bayi yang sakit hanya sedikit, memperbaiki kelangsungan hidup anak karena dapat menurunkan angka kematian, ASI merupakan sumber daya yang terus-menerus di produksi (Kristiyanasari, 2009).

D. Tinjauan Umum Tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI

Menurut (Nugroho, 2011), faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI meliputi:

a. Frekuensi Pemberian Susu

Pada studi 32 ibu dengan bayi premature disimpulkan bahwa produksi ASI akan optimal dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per hari selama bulan pertama setelah melahirkan.

Pemompaan dilakukan karena bayi premature belum dapat menyusui.

(36)

Studi lain yang dilakukan pada ibu dengan bayi cukup bulan menujukkan bahwa frekuensi penyusuan 10 + 3 kali per hari selama 2 minggu pertama setelah melahirkan berhubungn dengan produksi ASI yang cukup. Berdasarkan hal ini direkomendasikan penyusuan paling sedikit 8 kali perhari pada priode awal setelah melahirkan. Frekuensi penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan stimulasi hormone dalam kelenjar peyudara.

b. Berat Bayi Saat Lahir

Hubungan berat lahir bayi dengan volume ASI. Hal ini berkaitan dengan kekuatan untuk menghisap, frekuensi, dan lama penyusunan dibidang bayi yang lebih besar. Berat bayi pada hari ke dua dan usia bulan sangat erat berhubungan dengan kekuatan menghisap yang mengakibatkan perbedaan yang besar dibanding bayi yang mendapat formula

c. Usia Kehamilan Saat Melahirkan

Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi ASI. Hal ini disebabkan bayi yang lahir premature (umur kehamilan kurang dari 34 minggu) sangat lemah dan tidak mampu menghisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah daripada bayi yang lahir tidak premature. Lemahnya kemampuan menghisap pada bayi premature dapat disebabkan berat badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi organ.

(37)

d. Usia Ibu dan Paritas

Umur paritas tidak berhubungan atau kecil hubungannya dengan produksi ASI yang diukur sebagai intik bayi terhadap ASI.

Penelitian luar menemukan bahwa pada ibu menyusui usia remaja dengan gizi baik, inti ASI mencukupi berdasarkan pengukuran pertembuhan 22 bayi dari 15 bayi . Pada ibu yang melahirkan lebih tinggi dibanding ibu yang melahirkan pertama kali.

e. Stres dan Penyakit Akut

Ibu yang cemas dan stress dapat mengganggu laktasi sehingga mengganggu produksi ASI karena menghambat pengeluaran ASI akan berlangsung baik pada ibu yang merasa rileks dan nyaman. Studi lebih lanjut diperlukan untuk mengkaji dampak dari berbagai tipe stress ibu khususnya kecemasan dan tekanan darah terhadap produksi ASI.

f. Mengkomsumsi Rokok

Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu hormone prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI.

Merokok akan menstimulasi pelepasan adrenalin dimana adrenalin akan menghambat pelepasan oksitosin. Penelitian menunjukkan adanya hubugan antara merokok dan penyapihan dini meskipun volume ASI elitian diluar men dan penyapihan dini meskipun volume ASI tidak diukur secara langsung.

(38)

g. Mengkomsumsi Alkohol

Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin berkaitan dengan penurunan volume dan durasi ASI sebaiknya bila pil hanya mengandung progestin makan tidak ada dampak terhadap volume ASI. Berdasarkan hal ini WHO merekomendasikan pil progestin untuk ibu menyusui yang menggunakan pil kontrasepsi.

E. Tinjauan Umum Tentang Ibu Multipara

Menurut (Manuaba, 1999) paritas atau para adalah wanita yang pernah melahirkan dan dibagi menjadi beberapa istilah:

1) Primipara yaitu wanita yang telah melahirkan sebanyak satu kali

2) Multipara yaitu wanita yang telah pernah melahirkan anak hidup beberapa kali, dimana persalinan tersebut tidak lebih dari lima kali

3) Grandemultipara yaitu wanita yang telah melahirkan janin aterm lebih dari lima kali

Multipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak lebih dari satu kali (Prawirohardjo, 2009). Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi viable (hidup) beberapa kali (Manuaba, 2008).

Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai

(39)

angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal (Winkjosastro, 2002).

F. Tinjauan Umum Variabel Independen 1. Usia ibu

Umur menurut (Amiruddin, 2007) dibedakan menjadi dua yaitu tua apabila berusia diatas 30 tahun dan muda kurang dari 30 tahun. Ibu yang berumur kurang dari 30 tahun belum mempunyai pengetahuan tentang pemberian ASI eksklusif, sedangkan ibu yang berumur lebih dari 30 tahun mempunyai pengalaman dalam pemberian ASI eksklusif.

Jadi umur ibu mempunyai peran dalam pemberian ASI eksklusif.

Ibu yang berumur 35 tahun atau lebih tidak dapat menyusui bayinya dengan ASI yang cukup sehingga terdapat hubungan yang bermakna antara usia ibu dengan pemberian ASI eksklusif (Lestarie, 2004). Proporsi pemberian ASI eksklusif paling banyak pada ibu berusia muda dibandingkan dengan proporsi pemberian ASI eksklusif pada ibu berusia tua (Yuliandarin, 2009).

2. Tingkat Pendidikan Ibu

Pendidikan menurut (Koesoema, 2007) merupakan sebuah proses yang menumbuhkan, mengembangkan, mendewasakan, membuat yang tidak tertata atau tertata liar menjadi semakin tertata, semacam proses penciptaan sebuah kultur dan tata keteraturan dalam diri maupun dalam diri orang lain.

(40)

Di lihat dari sudut pandang kesehatan, (Pickett, George, & Hanlon, 2009) mendefinisikan pendidikan adalah proses membantu seseorang dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang mempengaruhi kesehatan pribadi orang lain

Berdasarkan Peraturan Pemerintah no 47 tahun 2008 tentang wajib belajar menyatakan bahwa wajib belajar adalah program minimal yang harus diikuti oleh warga Negara atas tanggung jawab pemerintah.

Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan potensi dirinya agar dapat hidup mandiri dalam masyarakat.

Sistem pendidikan nasional Indonesia mengakui ada 3 jalur pendidikan, yaitu: pendidikan formal, nonformal, dan informal (Sumardiono, 2007).

a. Jalur pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi. Pendidikan di sekolah mulai SD- SMP-SMA-Perguruan Tinggi adalah perwujudan model pendidikan formal yang paling muda dikenali masyarakat.

b. Jalur pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Jalur pendidikan ini diselenggarakan bagi warga masyrakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan

(41)

formal dalam rangka mendukung pendidikan penunjang hayat.

Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan nonformal antara lain: lembaga kursus, lembaga kepelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar, majelis taklim, serta satuan pendidikan sejenis.

c. Jalur pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Hasil pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan formal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.

Tingkat pendidikan seorang ibu diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap pemberian ASI. Pendidikan tinggi diharapkan akan memiliki pengetahuan yang cukup tentang pemberian ASI, sehingga berpengaruh positif terhadap pemberian ASI eksklusif, pendidikan ibu juga berpengaruh terhadap produksi ASI, tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh ibu mempunyai kemungkinan menyusui ASI eksklusif 6 kali dibandingkan dengan ibu-ibu yang tidak sekolah dan tamat SD, walaupun tidak dapat dipisahkan dari pengaruh sosek tapi terlihat bahwa justru ibu yang tidak berpendidikan formal memiliki potensi lama untuk menyusui bayinya dari pada ibu yang

(42)

berpendidikan tinggi (Arfana, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh (Tan, 2011) melaporkan bahwa tingkat pendidikan ibu berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif.

3. Status Pekerjaan Ibu

Pekerjaan adalah kegiatan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan dan kehidupan keluarganya. Pekerjaan ibu juga diperkirakan dapat mempengaruhi pengetahuan dan kesempatan ibu dalam memberikan ASI eksklusif. Pengetahuan responden yang bekerja lebih baik bila dibandingkan dengan pengetahuan responden yang tidak bekerja. Semua ini disebabkan karena ibu yang bekerja di luar rumah (sektor formal) memiliki akses mendapatkan informasi tentang ASI eksklusif (Sudirham, 2010).

Seorang ibu yang bekerja akan mempunyai tambahan pendapatan sehingga dapat memenuhi kebutuhan keluarganya. Apabila ia tidak bekerja maka tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok keluarganya, bekerja untuk perempuan sering kali bukan pilihan tetapi karena pendapatan suami tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya (Arfana, 2010).

Tamal (2012) mengemukakan bahwa ibu yang bekerja di sektor pertanian dan sebagai ibu rumah tangga lebih memungkinkan untuk memiliki kebiasaan menyusui lebih panjang dibanding dengan wanita yang bekerja pada sektor informal. Pernyataan tersebut diperjelas oleh penelitian yang dilakukan oleh (Tan, 2011) yang mengatakan bahwa

(43)

berdasarkan hasil regresi logistic, ibu yang tidak bekerja 3,5 kali lebih memungkinkan untuk memberikan ASI eksklusif dari pada ibu yang bekerja. penelitian lain yang dilakukan oleh Khassawneh (2009) dengan metode penelitian cross sectional mendapatkan bahwa wanita yang bekerja lebih memungkinkan untuk tidak memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya dibandingkan dengan wanita yang tidak bekerja.

4. Tingkat Pengetahuan Ibu

Pengetahuan seseorang dapat berguna sebagai motivasi dalam bersikap dan bertindak bagi orang tersebut. Serangkaian pengetahuan selama proses interaksi dengan lingkungannya menghasilkan pengetahuan baru yang dapat bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain. Pengetahuan orang tua, ibu dan ayah bayi khususnya mengenai kolostrum, ASI eksklusif dan manajemen laktasi memegang peranan penting dalam pemberian ASI eksklusif (Amiruddin, 2007).

1. Pengertian Pengetahuan (Notoatmodjo, 2007)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Pengindraan ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya prilaku seseorang. Menurut (Taufik, 2007),

(44)

pengetahuan merupakan pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan lain sebagainya).

a. Tingkatan Pengetahuan

Ada 6 (enam) tingkatan pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif, yaitu (Notoatmodjo, 2007):

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan paling rendah.

Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan. Menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

(45)

meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hokum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannyasatu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

(46)

6) Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria- kriteria yang telah ada.

2. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat pengetahuan

5. Usia Kehamilan Ibu

Usia kehamilan normal bagi ibu adalah 40 minggu. Menurut WHO, usia kehamilan pada bayi baru lahir dikategorikan menjadi premature, normal, dan lebih bulan. Kelahiran premature terjadi sebelum 37 minggu usia kehamilan. Usia kehamilan ini dihitung dari hari pertama setelah siklus menstruasi terakhir. Pengeluaran ASI tergantung dari umur kehamilan ibu sehingga ASI yang keluar dari ibu dengan kelahiran prematur akan berbeda dengan ibu yang bayinya cukup bulan.

(47)

6. Sikap Ibu

Berikut beberapa definisi istilah sikap yang dalam bahasa Inggris disebut “attitude” pertama kali digunakan oleh Herber Spencer (1862), yang menggunakan kata ini menunjukkan suatu status mental seseorang. Pada tahun 1888 konsep sikap secara popular digunakan oleh para ahli sosiologi dan psikologi. Bagi para ahli psikologi, perhatian terhadap sikap berakar pada alasan perbedaan individual.

Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi terhadap stimulus social. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo,2003).

Penelitian yang dilakukan (Gibney, MM, MK, & Leonore, 2005) menyatakan bahwa banyak sikap dan kepercayaan yang tidak mendasar terhadap makna pemberian ASI yang membuat para ibu tidak melakukan ASI eksklusif selama 6 bulan. Umumnya alasan ibu tidak memberikan ASI eksklusif meliputi rasa takut yang tidak berdasar bahwa ASI yang dihasilkan tidak cukup atau memiliki mutu yang tidak baik. Keterlambatan memulai pemberian ASI dan pembuangan kolostrum, teknik pemberian ASI yang salah serta

(48)

kepercayaan yang keliru bahwa bayi haus dan memerlukan cairan tambahan. Penelitian yang dilakukan oleh (Permana, 2006) menunjukkan bahwa sikap positif ibu terhadap praktik pemberian ASI eksklusif tidak diikuti dengan pemberian ASI eksklusif pada bayinya.

Sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Terwujudnya sikap agar menjadi tindakan nyata diperlukan dukungan dari pihak- pihak tertentu, seperti tenaga kesehatan dan orang-orang terdekat ibu 7. Penerimaan Informasi Dari Petugas Kesehatan

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu system. Peran dipengaruhi oleh kendala sosial baik dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari prilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu (Surirham, 2010). Salah satu peran petugas kesehatan dalam meningkatkan cakupan ASI eksklusif yaitu dengan memberikan informasi dan edukasi (KIE) memulai kegiatan penyuluhan dalam hal yaan ini yang dilakukan oleh petugas konselor ASI.

Konselor ASI adalah orang yang dibekali keterampilan untuk membantu ibu memutuskan apa yang terbaik untuknya dan menumbuhkan kepercayaan diri ibu dalam memberikan ASI pada bayi (Amiruddin, 2007). Seorang konselor ASI mempunyai kemampuan dalam menjadi konselor yaitu:

(49)

1. Keterampilan melakukan komunikasi antar pribadi

2. Pengetahuan tentang ASI dan segala faktor yang terkait dengan pemberian ASI, baik secara nedis/teknis, social budaya dan agama

3. Memahami program pemberian ASI yang dilakukan oleh berbagai pihak baik dari kalangan pemerintah maupun masyarakat.

Sedangkan penyuluhan kesehatan diartikan sebagai kegiatan pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan cara menyebarluaskan pesan dan menanamkan keyakinan, dengan demikian masyarakat tidak hanya sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan dapat melakukan anjuran yang berhubungan dengan kesehatan (Sudirham, 2010).

(50)

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti

Salah satu strategi global yang dicanangkan WHO dan UNICEF untuk mengurangi angka kematian bayi dan angka kematian neonatal yaitu pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif (WHO, 2011). Selain itu keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.450/Men.kes/SK/IV/2004 tanggal 7 april 2004 menyatakan bahwa untuk mencapai pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan yang optimal, bayi harus di beri ASI eksklusif selama enam bulan pertama. Namun demikian cakupan pemberian ASI eksklusif secara nasional tahun 2013 hanya 42% masih jauh dari target nasional yakni 80%.

Landasan teoritik yang mendasari penyususnan karangka konsep pada bab ini yaitu berdasar pada teori Lutter (2000), dimana variabel dependen yaitu pemberian ASI eksklusif serta variabel independen yaitu usia ibu, tingkat pendidikan ibu dan suami, status pekerjaan, status ekonomi keluarga, tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif, usia kehamilan ibu, sikap ibu terhadap ASI eksklusif, dan penerimaan informasi dari petugas kesehatan. Berikut merupakan alasan variabel penelitian:

1. Usia Ibu

Ibu yang berumur 35 tahun atau lebih tidak dapat menyusui bayinya dengan ASI yang cukup, proporsi pemberian ASI eksklusif

(51)

paling banyak pada ibu berusia muda dibandingkan dengan proporsi pemberian ASI eksklusif pada ibu berusia tua.

2. Tingkat Pendidikan ibu dan suami

Pendidikan merupakan proses membantu seseorang dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun kognitif untuk membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang mempengaruhi kesehatan orang lain. Tingkat pendidikan ibu dan suami diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap pemberian ASI. Pendidikan tinggi diharapkan akan memiliki pengetahuan yang cukup tentang pemberian ASI.

3. Status Pekerjaan

Pekerjaan ibu dapat mempengaruhi pengetahuan dan kesempatan ibu dalam memberikan ASI eksklusif, ibu yang tidak bekerja lebih memungkinkan untuk memiliki kebiasaan menyusui lebih panjang dibanding dengan ibu yang bekerja.

4. Tingkat pengetahuan ibu

Pengetahuan seseorang dapat berguna sebagai motivasi dalam bertindak, pengetahuan ibu mengenai kolostrum, ASI ekskusif, dan menajmen laktasi memegang peranan penting dalam pemberian ASI eksklusif. Pengetahuan akan memberi pengalaman kepada ibu tentang cara pemberian ASI ekskusif yang baik dan benar.

(52)

5. Usia Kehamilan Ibu

Pengeluaran ASI tergantung dari umur kehamilan ibu, sehingga ASI yang keluar dari ibu dengan kelahiran premature akan berbeda dengan ibu yang bayinya cukup bulan.

6. Sikap Ibu

Sikap merupakan predisposisi tindakan suatu prilaku seorang ibu, sikap dan kepercayaan yang tidak mendasar terhadap makna pemberian ASI yang membuat para ibu tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya.

7. Penerimaan Infomasi Dari Petugas Kesehatan

Salah satu peran petugas kesehatan dalam meningkatkan cakupan ASI eksklusif yaitu dengan memberikan informasi dan edukasi (KIE) memulai kegiatan penyuluhan dalam hal yaan ini yang dilakukan oleh petugas konselor ASI. Konselor ASI telah dibekali keterampilan untuk membantu ibu memutuskan apa yang terbaik untuknya dan menumbuhkan kepercayaan diri ibu dalam memberikan ASI pada bayi B. Kerangka Teori

Kerangka teori yang digunakan yaitu teori Lutter (2000), menyatakan bahwa determinan pemberian ASI pada bayi dipengaruhi oleh faktor ibu, faktor peluang, faktor informasi dan dukungan fisik selama kehamilan, serta faktor eksternal meliputi keluarga, medis, sikap budaya, dan norma-norma, keadaan demografi, ekonomi, tekanan komersil serta kebijakan internasional dan nasional, sebagai berikut ini:

(53)

Proximate Determinant

Intermediate Determinants

Underlying Determinant

Gambar 1 : Model determinan prilaku menyusui menurut Lutter (2000), 478:355–68.

Infant feeding behaviours

Maternal choices Opportunities to act on these

choice

Infant feeding information and physical social support during pregnancy, childbirth and

postpartum

1. Familial, medical and cultural, attitudes and norms

2. Demographics and economic condition 3. Commercial pressures

4. National and polices and norms

(54)

C. Pola Pikir Variabel Yang Diteliti

Gambar 2 : Karangka Konsep Penelitian Keterangan :

: Variabel independen yang diteliti

: Variabel dependen yang diteliti Usia ibu

Pemberian ASI Eksklusif Tingkat Pendidikan Ibu

Tingkat Pendidikan Suami

Status Pekerjaan

Tingkat Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif

Usia Kehamilan Ibu

Sikap Ibu Terhadap ASI Eksklusif

Penerimaan Informasi dari Petugas Kesehatan

(55)

D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif 1. Pemberian ASI eksklusif

Yang dimaksud pemberian ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja kepada bayi sampai berumur 6 bulan tanpa diberikan cairan atau makanan pengganti lainnya termasuk air putih dengan pengecualian larutan rehidrasi oral, atau vitamin, mineral, dan obat-obatan tetes atau sirup (Kemenkes, 2012).

Kriteria Objektif:

Ya : Apabila responden mengatakan bawa ia menyusui bayinya sejak dilahirkan hingga bayi tersebut berusia 6 bulan tanpa di beri minuman/cairan atau makan tambahan lain termasuk air putih dengan pengecualian larutan rehidrasi oral, atau vitamin, mineral, dan obat-obatan tetes atau sirup.

Tidak : Apabila responden mengatakan bahwa sejak lahir hingga barumur 6 bulan bayinya pernah diberikan minuman/cairan aatau makanan tambahan lain termasuk air putih atau responden mengatakan bahwa ia menghentikan pemberian ASI sebelum bayi tersebut 6 bulan.

(56)

2. Usia Ibu

Usia ibu dalam penelitian ini yaitu umur responden sampai saat melahirkan bayinya menurut pengakuan ibu

Kriteria Objektif

<20 tahun : Bila usia ibu<20 tahun 20-24 tahun : Bila usia ibu 20-24 tahun

25-29 tahun : Bila usia ibu 25-29 tahun 30-34 tahun : Bila usia ibu 30-34 tahun

>35 : Bila usia ibu > 35 tahun 3. Tingkat Pendidikan Ibu

Pendidikan ibu dalam penelitian ini adalah formal dan pendidikan terakhir yang pernah dicapai atau ditamatkan oleh responden, sesuai dengan wajib belajar 9 tahun (PP No.47 Tahun 2008)

Kriteria Objektif:

Tinggi : Bila pendidikan > SMP Rendah : Bila pendidikan < SMP 4. Tingkat Pendidikan Suami

Pendidikan suami dalam penelitian ini adalah formal dan pendidikan terakhir yang pernah dicapai atau ditamatkan oleh suami responden, sesuai dengan wajib belajar 9 tahun (PP No.47 Tahun 2008)

(57)

Kriteria Objektif:

Tinggi : Bila pendidikan > SMP Rendah : Bila pendidikan < SMP 5. Status Pekerjaan

Yang dimaksud status pekerjaan ibu adalah aktivitas rutin yang dilakukan ibu yang dapat menghasilkan uang untuk membantu penghasilan dan keperluan keluarga.

Kriteria Objektif:

Bekerja : Apabila responden bekerja aktif untuk menunjang ekonominya. Pekerjaan yang dimaksud adalah PNS, Pegawai Swasta, Buruh, Petani dan Pedagang.

Tidak Bekerja : Apabila responden di anggap tidak bekerja aktif untuk menunjang ekonominya (ibu rumah tangga).

6. Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif

Yang dimaksud dengan pengetahuan ibu dalam penelitian ini adalah pemahaman ibu yang benar yang berhubungan dengan ASI eksklusif meliputi pengertian, lama pemberian, manfaat ASI dan menyusui buat bayi dan ibu serta teknik menyusui. Menggunakan skala Guttman, dimana jawaban responden yang benar diberi skor 1 dan jawaban salah diberi skor 0

(58)

Kriteria Objektif

Cukup : jika skor responden sama atau lebih dari median

Kurang : Jika skor responden kurang dari median

7. Usia Kehamilan

Usia kehamilan ibu terbagi atas usia kehamilan normal dan prematur. Prematur adalah ibu yang melahirkan bayi baru lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu saat kelahiran.

Kriteria Objektif :

>37 minggu : Usia kehamilan lebih dari atau sama dengan 37 minggu

<37 minggu : Usia kehamilan kurang dari 37 minggu

8. Sikap Ibu Terhadap ASI eksklusif

Sikap adalah kesiapan ibu untuk bertindak secara konsisten terhadap perilaku menyusui secara eksklusif. Analisis sikap ibu dilihat dalam bentuk pernyataan setuju atau tidak terhadap pemberian ASI eksklusif. Skala yang digunakan yaitu skala Likert, adapun skoring sebagai berikut:

Pertanyaan positif Pertanyaan negatif

Skor 1: Sangat Tidak setuju (STS) Skor 1: Sangat Setuju (SS) Skor 2: Tidak Setuju (TS) Skor 2: Setuju (S)

(59)

Skor 3: Ragu-ragu (R) Skor 3: Ragu-ragu (R) Skor 4: Setuju (S) Skor 4: Tidak Setuju (TS)

Skor 5: Sangat Setuju (SS) Skor 5: Sangat Tidak setuju (STS)

Kriteria Objektif :

Sikap Positif : Jika jumlah skor responden > nilai median

Sikap Negatif : Jika jumlah skor responden < nilai media

9. Penerimaan Informasi dari Petugas Kesehatan

Adanya pemberian pemahaman dan informasi tentang kepentingan ASI bagi bayi baru lahir oleh seorang konselor, atau petugas kesehatan (dokter, bidan atau perawat) kepada ibu selama hamil dan setelah melahirkan menurut pengakuan ibu menyusui. Menggunakan skala Guttman, dimana jawaban responden yang benar diberi skor 1 dan jawaban salah diberi skor 0

Kriteria Objektif :

Ya : Jika jawaban responden sama atau lebih dari nilai median

Tidak : Jika jawaban responden kurang dari nilai median

(60)

E. Hipotesis Penelitian 1. Hipotesis Nol (Ho)

a. Usia ibu bukan merupakan determinan pemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto

b. Tingkat pendidikan ibu bukan merupakan determinan pemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto

c. Tingkat pendidikan suami bukan merupakan determinan pemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto

d. Status pekerjaan bukan merupakan determinan pemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto

e. Tingkat pengetahuan bukan merupakan determinan pemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto

f. Usia kehamilan bukan merupakan determinan pemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto

g. Sikap ibu bukan merupakan determinan pemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto

h. Penerimaan informasi dari petugas kesehatan ASI bukan merupakan determinan pemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto

2. Hipotesis Alternatif (Ha)

a. Usia ibu bukan merupakan determinan pemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto

(61)

b. Tingkat pendidikan bukan merupakan determinan pemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto

c. Status pekerjaan bukan merupakan determinan pemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto

d. Tingkat pengetahuan bukan merupakan determinan pemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto

e. Usia kehamilan ibu bukan merupakan determinan pemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto

f. Sikap ibu bukan merupakan determinan pemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto

g. Penerimaan informasi dari petugas kesehatan ASI bukan merupakan determinan pemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto

(62)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional dengan rancangan cross sectional study untuk mengetahui determinan pemberian ASI eksklusif oleh ibu multipara di Kabupaten Jeneponto Tahun 2014.

B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian yang dipilih yaitu wilayah Kabupaten Jeneponto Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi penelitian ini dengan pertimbangan cakupan ASI eksklusif di Kabupaten Jeneponto terbilang rendah bahkan pada tahun 2012 Kabupaten Jeneponto berada pada posisi terendah cakupan pemberian ASI eksklusif jika dibandingkan dengan kabupaten lain di Sulawesi Selatan yakni 20,6 %.

Waktu penelitian dilakukan mulai bulan september sampai dengan januari 2015.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

a. Populasi penelitian ini yaitu semua ibu multipara di Kabupaten Jeneponto tahun 2014 yang memiliki bayi usia 6-12 bulan.

Populasi ibu multipara diambil dari jumlah ibu yang melahirkan pada bulan Februari-Juli tahun 2014 yakni sebanyak 1980 orang (Dinas Kesehatan Jeneponto, 2014).

(63)

2. Sampel

Sampel penelitian ini yaitu ibu multipara yang memiliki kriteria sebagaimana populasi diatas dan terpilih untuk dijadikan responden.

Kriteria sampel penelitian yaitu ibu multipara yang melahirkan pada bulan Februari-Juli 2014 yang terdaftar dalam buku kohort persalinan bidan desa dan berdomisili di desa yang terpilih. Adapun jumlah keseluruhan sampel yang diambil dengan menggunakan rumus (Lemeshow, 1997):

= N. ( ). . ( − 1) + ( ) . Keterangan :

n = Jumlah sampel keseluruhan

N = Besar populasi (1980)

p = Perkiraan proporsi variabel penelitian (0,73) d = Tingkat ketelitian yang diinginkan (0,05) q = 1- p  1 – 0,73 = 0,27

z = Derajat kepercayaan: 95% (1,96)

Sehingga diperoleh sampel keseluruhan di Kabupaten Jeneponto yaitu sebanyak 262 ibu multipara yang memiliki bayi usia 6-12 bulan, sebagaimana perhitungan dibawah ini:

(64)

= . ( ) . . ( − 1) + . .

= 1980. (1,96) . 0,73.0,27

0,05 (1980 − 1) + 1,96 .0,73.0,27

= 1980. 3,84 . 0,1971 0,0025 1979 + 3,84 . 0,1971

= 1499,215 4,9475 + 0,757

= 262 ibu multipara

3. Cara Penarikan Sampel

Penarikan sampel ini dilakukan dengan metode proportional random sampling dimana metode ini merupakan cara penarikan sampel yang dilakukan secara bertahap, cara penarikan sampel dilakukan sebagai berikut ini:

a. Menghitung jumlah sampel untuk Kab. Jenponto sebanyak 262 orang

b. Menghitung proporsi sampel untuk tiap kecamatan di Kabupaten Jeneponto berdasarkan jumlah ibu multipara yang melahirkan dari bulan Februari-Juli dengan menggunakan rumus:

ni = N n Ni.

Keterangan :

ni : jumlah sampel ibu multipara menurut kecamatan Ni : jumlah populasi ibu miltipara menurut kecamatan N : jumlah seluruh populasi ibu multipara Kab.Jeneponto

(65)

n : jumlah sampel keseluruhan

Jumlah sampel pada setiap kecamatan di Kabupaten Jeneponto dapat dilihat sebagai berikut:

1) Binamu : ni = . = = 40 sampel

2) Turatea : ni = . = = 22 sampel

3) Tamalatea : ni = . = = 26 sampel

4) Bontoramba : ni = . = = 27 sampel

5) Bangkala : ni = . = = 42 sampel

6) Bangkala Barat : ni = . = = 26 sampel

7) Batang : ni = . = = 15 sampel

8) Tarowang : ni = . = = 21 sampel

9) Arungkeke : ni = . = = 13 sampel

10) Kelara : ni = . = = 16 sampel

11) Rumbia : ni = . = = 14 sampel

c. Melakukan simple random sampling untuk memilih desa di tiap kecamatan dengan cara mengocok atau lot, desa yang keluar sebagai desa pertama yang akan di data. Pemilihan responden dilakukan dengan cara yang sama sesuai dengan jumlah sampel ibu multipara pada masing-masing desa. Jika responden yang ada di

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan: (1) Untuk mengetahui apakah hasil belajar mahasiswa UPBJJ UT Medan yang diajar menggunakan media internet pada pembelajaran berbasis masalah lebih

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan vernalisasi pada stadia perkembangan umbi memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap karakter bobot awal

g. Pajak penghasilan terkait pos-pos yang akan direklasifikasi ke laba rugi - Pendapatan komprehensif lain tahun berjalan - net pajak penghasilan terkait - -

Pengujian dilakukan untuk mengetahui bagaimana respon sistem pengendalian posisi stamping rod berbasis pneumatic dapat bekerja dengan baik sesuai dengan setpoint

Perlakuan pemberian getah buah pepaya muda (Carica papaya) dengan dosis setara 600 mg/kg bb, 800 mg/kg bb dan 1000 mg/kg bb cenderung dapat menurunkan daya fertilitas mencit

Hasil pengujian ini sejalan dengan hasil penelitian Steffi Sigilipu (2013) yang menunjukkan bahwa sistem informasi akuntansi manajemen, sistem pengukuran kinerja dan sistem

tersebut diharapkan dapat menjawab tiga pertanyaan penting terkait industri di masa depan yaitu produk/ jasa baru apa yang akan ditawarkan kepada pelanggan dalam sebuah

Hasil pembuktian hipotesis yang ketiga dapat dijelaskan bahwa tidak terdapat perbedaan ROE (Return On Equity) yaitu besarnya jumlah laba bersih yang dihasilkan dari