PUTUSAN No. 263 B/PK/PJK/2012
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH AGUNG
memeriksa permohonan peninjauan kembali sengketa pajak telah mengambil putusan sebagai berikut dalam perkara : DIREKTUR JENDERAL PAJAK, berkedudukan di Jl. Jenderal Gatot Subroto, No. 40-42, Jakarta, dalam hal ini memberi kuasa kepada:
1. ABC, Pjs. Direktur Keberatan dan Banding;
2. DEF, Kasubdit Peninjauan Kembali dan Evaluasi, Direktorat Keberatan dan Banding;
3. GHI, Kepala Seksi Peninjauan Kembali, Direktorat Keberatan dan Banding;
4. JKL, Penelaah Keberatan, Direktorat Keberatan dan Banding;
Kesemuanya berkantor di Jl. Jenderal Gatot Subroto, No. 40-42, Jakarta, berdasarkan surat kuasa khusus No. SKU- 540/PJ./2010 tanggal 22 Juni 2010;
Pemohon Peninjauan Kembali dahulu Terbanding;
m e l a w a n :
PT. YYY, berkedudukan di Wisma SSS Lt. Y, Jl. DDD, Kav. G, Kemanggisan, Jakarta;
Termohon Peninjauan Kembali dahulu Pemohon Banding;
Mahkamah Agung tersebut ;
Menimbang, bahwa dari surat-surat tersebut ternyata bahwa sekarang Pemohon Peninjauan Kembali dahulu sebagai Terbanding telah mengajukan permohonan peninjauan kembali terhadap Putusan Pengadilan Pajak Jakarta Nomor Put-
20359/PP/M.XII/16/2009 tanggal 4 November 2009 Jo. Nomor Put-20359.R/PP/M.XII/16/2010 tanggal 24 Februari 2010 yang telah berkekuatan hukum tetap, dalam perkaranya melawan Termohon Peninjauan Kembali dahulu sebagai Pemohon Banding dengan posita perkara sebagai berikut :
Latar Belakang
Bahwa berdasarkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Pertambahan Nilai Nomor: 00042/207/05/056/07 tanggal 22 Februari 2007 Masa Pajak Januari sampai dengan November 2005, terdapat koreksi positif atas :
Pajak Keluaran sebesar Rp 41.072.055,00 Pajak Masukan sebesar Rp 1.668.857,00 PPN Kurang Bayar Rp 42.740.912,00
Bahwa berdasarkan Keputusan Terbanding Nomor: KEP-246/WPJ07/BD.05/ 2008 tanggal 29 Februari 2008 terdapat pengurangan sebagai berikut :
PPN kurang bayar Rp 42.740.912,00
Dikurangkan Rp 873.614,00
PPN kurang bayar menjadi Rp 41.867.298,00 dengan perincian koreksi positif :
Pajak Keluaran sebesar Rp 41.046.405,00 Pajak Masukan sebesar Rp 820.893,00 PPN kurang bayar menjadi Rp 41.867.298,00
Bahwa penghitungan keberatan dengan rincian sebagai berikut : Uraian Pajak kurang/(lebih)
Bayar (Rp)
Bunga Pasal 13 (2) KUP (Rp)
Kenaikan Pasal 13 (3) KUP (Rp)
Jumlah PPN yang masih harus (Rp)
Semula 42.740.912,00 - 42.740.917,00 85.481.829,00
Dikurangkan (873.614,00) - (873.619,00) (1.747.233,00)
Menjadi 41.867.298,00 - 41.867.298,00 83.734.596,00
Alasan Permohonan Banding
Pajak Keluaran sebesar Rp 41.046.405,00 bahwa koreksi Pajak Keluaran terdiri dari :
Koreksi nilai DPP oleh Terbanding mengkibatkan koreksi Pajak Keluaran Rp 3.333.807,00
Penjualan ke PT AAA Rp 37.711.850,00
Selisih kurs Rp 741,00
Pembulatan Rp 41.046.405,00
Koreksi nilai DPP oleh Terbanding mengakibatkan koreksi Pajak Keluaran sebesar Rp. 3.333.807,00 Bahwa menurut Terbanding ada penemuan 1 (satu) lembar invoice yang hilang;
Bahwa oleh karena itu, Terbanding berestimasi menghitung besarnya nilai invoice tersebut dengan asumsi nilai rata-rata dari total nilai penjualan dibagi lembaran invoice sehingga mendapatkan nilai penjualan per lembaran invoice;
Bahwa nilai invoice itu dikoreksi oleh pihak Terbanding;
Bahwa sebenarnya, masalah tersebut bukan terjadi karena hilangnya invoice tetapi dengan pembatalan pesanan sehingga nomor invoice tersebut tidak dipakai tetapi nomor faktur pajak tetap berurutan;
Bahwa dengan kejadian pencatatan administrasi demikian oleh Terbanding diasumsikan ada penjualan yang tidak dicatat;
Penjualan ke PT AAA sebesar Rp 37.711.850,00 Bahwa Terbanding melakukan koreksi atas nilai penjualan ke PT AAA dengan alasan terdapat 2 (dua) alamat di Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 637/KMK.04/2001 tertanggal 20 Desember 2001;
Bahwa atas koreksi Terbanding tersebut sehingga terutang PPN;
Bahwa seharusnya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 637/KMK.04/2001 tanggal 20 Desember 2001 PT AAA telah ditetapkan dan memperoleh persetujuan sebagai Pengusaha di Kawasan Berikat (PDKB) yang berlamat di Kawasan Industri DDD, Jalan AA III Nomor AAA Lippo Cikarang, Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Lemahabang, Bekasi, Jawa Barat;
Bahwa alamat ini telah sesuai dengan yang tercantum di Faktur Pajak;
Bahwa oleh karena itu, penyerahannya ke PT AAA seharusnya tidak dipungut PPN;
Terdapat selisih kurs sebesar Rp 741,00
Bahwa menurut Terbanding adanya selisih kurs tetapi menurut Pemohon Banding tidak beralasan karena tidak memberi penjelasan secara terperinci terhadap objek yang dikoreksi;
Pajak Masukan sebesar Rp 820.893,00 Koreksi Pajak masukan terdiri dari :
PT MMM Rp 630.370,00
PT BBB Rp 190.587,00
Pembulatan (Rp 64,00)
Rp 820.893,00
Bahwa dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000 tentang PPN ditegaskan antara lain :
Faktur Pajak adalah pihak yang menyerahkan BKP atau JKP;
Bahwa Faktur Pajak merupakan bukti bagi Penjual telah memungut Pajak Keluaran dan bagi pembeli merupakan Pajak Masukan:
Bahwa berdasarkan bukti yang Pemohon Banding miliki (arus uang dan arus barang) atas PPN masukan PT MMM dan PT BBB benar-benar telah dibayar dan juga benar-benar telah terjadi transaksi sehingga sesuai dengan Undang-Undang PPN, PPN Masukan tersebut seharusnya dapat dikreditkan;
Bahwa kedua perusahaan tersebut merupakan supplier dimana Pemohon Banding membeli barang-barang dagangan dari mereka, sehingga jelas mempunyai kaitan usaha;
Bahwa berikut rincian koreksi PPN Masukan sebelum permohonan keberatan sebagai berikut :
Nama Supplier NPWP Faktur Pajak PPN
Nomor seri Tanggal PT MMM 01.214.190.9-xxxx CRCDQ-035-
000xxxx
16-5-05 85.500,00 PT MMM 01.214.190.9-xxxx CRCDQ-035-
000xxxx
29-6-05 446.061,00 PT MMM 01.214.190.9-xxxx CRCDQ-035-
000xxxx
29-08-05 38.269,00 PT MMM 01.214.190.9-xxxx CRCDQ-035-
000xxxx
25-10-05 60.540,00 PT BBB 01.622.331.5-xxxx DOHXJ-035-
002xxxx
19-01-05 847.964,00 PT BBB 01.622.331.5-xxxx DOXHJ-035-
003xxxx
12-09-05 190.587,00 JUMLAH 1.668.921,00
Bahwa pada tingkat keberatan, telah dilakukan konfirmasi atas PPN Masukan tersebut dan atas PPN Masukan dari PT BBB sebesar Rp 847.964,00 dijawab ada sehingga koreksi PPN Masukan sebesar Rp 847.964,00 dibatalkan;
Bahwa untuk PPN masukan lainnya tidak dijawab dengan alasan nilai masing-masing PPN masukan di bawah Rp 500.000,00;
Bahwa berikut rincian koreksi PPN Masukan setelah permohonan keberatan sebagai berikut :
Nama Supplier NPWP Faktur Pajak PPN
Nomor seri Tanggal
PT MMM 01.214.190.9-xxxx CRCDQ-035-
000xxxx
16-Mei-05 85.500,00
PT MMM 01.214.190.9-xxxx CRCDQ-035-
000xxxx
29-Jun-05 446.061,00
PT MMM 01.214.190.9-xxxx CRCDQ-035-
000xxxx
29-08-05 38.269,00
PT MMM 01.214.190.9-xxxx CRCDQ-035-
000xxxx
25-Okt-05 60.540,00
PT BBB 01.622.331.5xxxx DOXH.I-035-
003xxxx
12-Sep-05 190.587,00 JUMLAH 820.957,00
Bahwa berdasarkan alasan permohonan banding tersebut di atas, sudi kiranya Majelis dapat mengabulkan permohonan banding Perhohon Banding, sehingga jumlah PPN terutang Masa Pajak Januari sampai dengan Nopember 2005 menjadi sebagai berikut :
Pajak Keluaran yang dipungut sendiri menurut Terbanding
Rp 1.248.051.072,00 Dikurangi :
Pembatalan koreksi Pajak Keluaran (Rp 41.046.405,00) Pajak Keluaran menurut permohonan banding Rp 1.207.004.667,00 Pajak Masukan :
Menurut Terbanding Rp1.697.897.158,00
Diterima menurut keberatan Rp 847.964,00
Pajak Masukan menurut keberatan Rp1.698.745.122,00
Ditambah permohonan banding Rp 820.893,00
Jumlah Pajak Masukan menurut Banding Rp 1.699.566.015,00 PPN yang kurang dibayar Rp 492.561.348,00 PPN yang telah dikompensasikan Rp 492.561.348,00 PPN yang kurang dibayar Nihil
Menimbang, bahwa amar Putusan Pengadilan Pajak Jakarta No. Put-20359/PP/M.XII/16/2009 tanggal 4 November 2009 yang telah berkekuatan hukum tetap tersebut adalah sebagai berikut :
Mengabulkan seluruh permohonan banding Pemohon Banding terhadap Surat Keputusan Terbanding Nomor: KEP-
246/WPJ.07/BD.05/2008 tanggal 29 Februari 2008 mengenai permohonan keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Masa Pajak Januari sampai dengan Nopember 2005 Nomor: 00042/207/05/056/07, tanggal 22 Februari 2007, Atas Nama. PT YYY, NPWP.01.xxxx, Alamat. Wisma SSS Lt. Y, Jl. DDD, Kav. G, Kemanggisan, Jakarta 11xxx, dengan perhitungan sebagai berikut:
Dasar Pengenaan Pajak
Penyerahan yang PPN-nya tidak dipungut/ditunda/ditangguhkan/dibebaskan/
ditanggung Pemerintah
Rp 3.693.943.651,00 Penyerahan yang Pajak Pertambahan Nilai nya harus dipungut
- Menurut Terbanding Rp 12.480.767.217,00
- yang tidak dapat dipertahankan (Rp 410.720.537,00)
Nilai penyerahan yg PPN-nya harus dipungut Rp 12.070.046.680,00
Retur Penjualan Rp 0,00
Jumlah Rp 15.797.592.848,00
Pajak Keluaran
- menurut Terbanding Rp 1.248.076.722,00
- koreksi yg tidak dapat dipertahankan (Rp 41.072.054,00)
Pajak Keluaran seluruhnya Rp 1.207.004.668,00
Dikurangi : PPN atas retur penjualan Rp 0,00 Jumlah Pajak Keluaran yang harus dipungut sendiri Rp 1.207.004.668,00 Pajak Masukan :
PM cfm Terbanding Rp 1.503.582.272,00
dibatalkan saat keberatan Rp 847.964,00
PM cfm Putusan Keberatan Rp 1.504.430.236,00
koreksi yang tidak dapat dipertahankan Rp 820.893,00
Jumlah Pajak Masukan Rp 1.505.251.129,00
Dibayar dengan NPWP sendiri Rp 14.891.471,00
Kompensasi kelebihan PPN bulan lalu Rp 179.957.895,00
PPN atas retur pembelian Rp 534.480,00
Jumlah pajak yang diperhitungkan Rp 1.699.566.015,00
PPN yang kurang/lebih dibayar (Rp 492.561.348,00)
Kelebihan pajak yg sudah dikompensasi ke Masa Pajak berikutnya
Rp 492.561.348,00
Pajak Pertambahan Nilai yang kurang dibayar atau Iebih dibayar
Rp 0,00 Sanksi Administrasi : Kenaikan Pasal 13 (3) KUP Rp 0,00 Jumlah yang masih harus dibayar Rp 0,00
Menimbang, bahwa amar Putusan Pengadilan Pajak Jakarta No. Put-20359.R/PP/M.XII/16/2009 tanggal 24 Februari 2010 yang telah berkekuatan hukum tetap tersebut adalah sebagai berikut :
Membetulkan kesalahan tulis dalam Putusan Pengadilan Pajak Nomor: Put. 20359/PP/ M.XII/16/2009 tanggal 4 Nopember 2009, atas nama : PT YYY, NPWP: 01.789.630.9056.000, alamat : Wisma SSS Lt. Y, Jl. DDD, Kav. G, Kemanggisan, Jakarta 11xxx, sebagai berikut :
Tertulis :
Dasar Pengenaan Pajak sebesar Rp 15.797.592.848,00;
Seharusnya :
Dasar Pengenaan Pajak sebesar Rp 15.763.990.331,00;
Menimbang, bahwa sesudah putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap i.c. Putusan Pengadilan Pajak Jakarta No.
Put-20359/PP/M.XII/16/2009 tanggal 4 November 2009 jo. No. Put-20359.R/PP/M.XII/16/2009 tanggal 24 Februari 2010 diberitahukan kepada Terbanding sekarang Pemohon Peninjauan Kembali yang dikirim melalui Kantor Pos Jakarta Pusat cap Pos tanggal 25 Maret 2010, kemudian terhadapnya dengan perantaraan kuasanya berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 22 Juni 2010 diajukan permohonan peninjauan kembali secara tertulis di Kepaniteraan Pengadilan Pajak Jakarta pada tanggal 23 Juni 2010 sebagaimana dalam akta permohonan peninjauan kembali No. PKA-517/SP.51/AB/VI/2010 permohonan tersebut disertai dengan memori peninjauan kembali yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Pajak Jakarta tersebut pada tanggal itu juga;
Menimbang, bahwa tentang permohonan peninjauan kembali tersebut telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan seksama pada tanggal 9 Juli 2010, kemudian terhadapnya oleh pihak lawannya telah diajukan jawaban memori peninjauan kembali yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Pajak Jakarta pada tanggal 5 Agustus 2010;
Menimbang, bahwa tentang permohonan peninjauan kembali a quo beserta alasan-alasannya telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan seksama, diajukan dalam tenggang waktu dan dengan cara yang ditentukan dalam undang-undang, maka oleh karena itu permohonan peninjauan kembali tersebut secara formal dapat diterima;
ALASAN PENINJAUAN KEMBALI
Menimbang, bahwa Pemohon Peninjauan Kembali telah mengajukan alasanalasan Peninjauan Kembali yang pada pokoknya sebagai berikut:
A. Putusan Pengadilan Pajak Nomor: Put.20359/PP/M.XII/16/2009 tanggal 4 Nopember 2009 sebagaimana telah direvisi dengan Putusan Pengadilan Pajak Nomor: Put.20359.R/PP/M.XII/16/2010 tanggal 24 Pebruari 2010 telah cacat hukum (Juridisch Gebrek) karena dikirim kepada para pihak dengan telah melewati jangka waktu yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku;
1. Bahwa Putusan Pengadilan Pajak Nomor: Put.20359/PP/M.XII/16/2009 tanggal 4 Nopember 2009 sebagaimana telah direvisi dengan Putusan Pengadilan Pajak Nomor: Put.20359.R/PP/M.XII/16/2010 tanggal 24 Pebruari 2010 nyata-nyata telah cacat hukum karena telah melewati jangka waktu pengiriman kepada para pihak yang bersengketa sebagaimana yang ditentukan oleh peraturan perundangundangan yang berlaku, dalam hal ini khususnya Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak;
2. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 88 ayat 1 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, menyebutkan sebagai berikut:
"Salinan Putusan atau salinan penetapan Pengadilan Pajak dikirim kepada para pihak dengan surat oleh
sekretaris dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal putusan Pengadilan Pajak diucapkan atau dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari sejak tanggal putusan sela diucapkan."
3. Bahwa berdasarkan pemeriksaan sengketa banding di Pengadilan Pajak dan berdasarkan Putusan Pengadilan Pajak Nomor: Put.20359/PP/M.XII/16/ 2009 tanggal 4 Nopember 2009, dapat diketahui fakta-fakta sebagai berikut:
a. Bahwa Majelis Hakim Pengadilan Pajak telah memutus sengketa banding tersebut pada tanggal 10 Desember 2008 melalui Putusan Pengadilan Pajak Nomor: Put.20359/PP/M.XII/16/2009 tanggal 4 Nopember 2009 dan putusannya tersebut kemudian diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada tanggal 4 Nopember 2009;
b. Bahwa Putusan Pengadilan Pajak Nomor: Put.20359/PP/M.XII/16/2009 tanggal 4 Nopember 2009 dikirimkan kepada Pemohon Peninjauan Kembali semula Terbanding pada tanggal 18 Januari 2010;
4. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 88 ayat (1) Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak beserta Penjelasannya, seharusnya Salinan Putusan atau Salinan Penetapan Pengadilan Pajak tersebut dikirim kepada para pihak dengan surat oleh sekretaris dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal putusan pengadilan Pajak diucapkan;
5. Bahwa berdasarkan fakta-fakta tersebut di atas, nyata-nyata diketahui bahwa Majelis Hakim Pengadilan Pajak telah mengucapkan Putusan Pengadilan Pajak Nomor: Put.20359/PP/M.XII/16/2009 dalam sidang terbuka untuk umum pada tanggal 4 Nopember 2009 sehingga Salinan Putusan Pengadilan Pajak Nomor:
Put.20359/PP/M.XII/16/2009 seharusnya dikirimkan kepada para pihak dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal 4 Nopember 2009 atau selambatnya pada tanggal 4 Desember 2009;
6. Bahwa fakta yang terjadi adalah Sekretariat Pengadilan Pajak telah mengirimkan Putusan Pengadilan Pajak Nomor: Put.20359/PP/M.XII/16/ 2009 tanggal 4 Nopember 2009 kepada Pemohon Peninjauan Kembali semula Terbanding pada tanggal 18 Januari 2010;
7. Bahwa oleh karena itu nyata-nyata telah terbukti bahwa Sekretariat Pengadilan Pajak telah melakukan perbuatan yang melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku (contra legem) dengan mengirim salinan Putusan Pengadilan Pajak Nomor: Put.20359/PP/M.XII/16/ 2009 tanggal 4 Nopember 2009 dengan melewati jangka waktu yang seharusnya yang ditentukan oleh ketentuan Pasal 88 ayat (1) Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak;
8. Bahwa dengan demikian, Putusan Pengadilan Pajak Nomor: Put.20359/PP/M.XII/16/2009 tanggal 4 Nopember 2009 sebagaimana telah direvisi dengan Putusan Pengadilan Pajak Nomor: Put.20359.R/PP/M.XII/16/2010 tanggal 24 Pebruari 2010 tersebut secara nyata-nyata telah terbukti sebagai suatu Putusan yang cacat hukum.
Sehingga oleh karenanya, Putusan Pengadilan Pajak Nomor: Put.20359/PP/M.XII/16/2009 tanggal 4 Nopember 2009 sebagaimana telah direvisi dengan Putusan Pengadilan Pajak Nomor: Put.20359.R/PP/M.XII/16/2010 tanggal 24 Pebruari 2010 tersebut harus dibatalkan demi hukum;
B. Putusan Pengadilan Pajak Nomor: Put.20359/PP/M.XII/16/2009 tanggal 4 Nopember 2009 sebagaimana telah direvisi dengan Putusan Pengadilan Pajak Nomor: Put.20359.R/PP/M.XII/16/2010 tanggal 24 Pebruari 2010 telah cacat hukum (Juridisch Gebrek) karena bertentangan dengan Pasal 34 ayat (1) Undangundang Nomor 14 Tahun 2002 Tentang Pengadilan Pajak.
1. Bahwa dalil-dalil, fakta-fakta serta dasar hukum (fundamentum petendi) yang telah dikemukakan Pemohon Peninjauan Kembali semula Terbanding di atas untuk seluruhnya, adalah merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dan sebagai satu kesatuan dengan dalil-dalil yang akan dikemukakan Pemohon Peninjauan Kembali semula Terbanding pada uraian berikut ini;
2. Bahwa jika seandainya-pun, Majelis Hakim Mahkamah Agung Yang Terhormat, yang memeriksa dan mengadili sengketa peninjauan kembali ini berpendapat lain selain daripada dalil-dalil yang disampaikan dan diuraikan oleh Pemohon Peninjauan Kembali semula Terbanding tersebut di atas, namun pada pokoknya Pemohon Peninjauan Kembali semula Terbanding tetap tidak sependapat dan keberatan atas pertimbangan dan putusan Majelis Hakim Pengadilan Pajak sebagaimana yang dituangkan dalam Putusan Pengadilan Pajak Nomor:
Put.20359/PP/M.XII/16/2009 tanggal 4 Nopember 2009 sebagaimana telah direvisi dengan Putusan Pengadilan Pajak Nomor: Put.20359.R/PP/M.XII/16/2010 tanggal 24 Pebruari 2010;
3. Bahwa setelah Pemohon Peninjauan Kembali semula Terbanding membaca, memeriksa dan meneliti Putusan Pengadilan Pajak Nomor: Put.20359/PP/M.XII/16/2009 tanggal 4 Nopember 2009 sebagaimana telah direvisi dengan Putusan Pengadilan Pajak Nomor: Put.20359.R/PP/ M.XII/16/2010 tanggal 24 Pebruari 2010, maka dengan ini menyatakan sangat keberatan atas putusan Pengadilan Pajak tersebut, karena pertimbangan hukum yang keliru dan tidak tepat sehingga menghasilkan putusan yang nyata-nyata tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (contra legem), khususnya peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku, sehingga Putusan Pengadilan Pajak Nomor: Put.20359/PP/M.XII/16/2009 tanggal 4 Nopember 2009 sebagaimana telah direvisi dengan Putusan Pengadilan Pajak Nomor: Put.20359.R/PP/M.XII/16/2010 tanggal 24 Pebruari 2010 menjadi cacat hukum sehingga harus dibatalkan demi hukum;
4. Bahwa Pasal 1 angka 6, Pasal 34 ayat (1), (2) dan (3) serta Pasal 78 beserta penjelasannya Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, menyebutkan sebagai berikut :
Pasal 1 angka 6
"Banding adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak atau penanggung Pajak terhadap suatu keputusan yang dapat diajukan Banding, berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku."
Pasal 34 ayat (1), (2) dan (3)
"(1) Para pihak yang bersengketa masing-masing dapat didampingi atau diwakili oleh satu atau lebih kuasa hukum dengan Surat Kuasa Khusus.
(2) Untuk menjadi kuasa hukum harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Warga Negara Indonesia;
b. mempunyai pengetahuan yang luas dan keahlian tentang peraturan perundang- undangan perpajakan;
c. persyaratan lain yang ditetapkan oleh Menteri.
(3) Dalam hal kuasa hukum yang mendampingi atau mewakili pemohon Banding atau penggugat adalah keluarga sedarah atau semenda sampai dengan derajat kedua, pegawai, atau pengampu, persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak diperlukan."
Pasal 78
"Putusan Pengadilan Pajak diambil berdasarkan hasil penilaian pembuktian, dan berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang bersangkutan, serta berdasarkan keyakinan Hakim."
5. Bahwa Pasal 123 Het Herziene lndonesisch Reglement (HIR), menyebutkan sebagai berikut : Pasal 123 ayat (1), (2) dan (3)
"(1) (s. d. t. dg. S. 1932-13.) Kedua belah pihak, kalau mau, masing-masing boleh dibantu atau diwakili oleh seseorang yang harus dikuasakannya untuk itu dengan surat kuasa khusus, kecuali kalau pemberi kuasa itu sendiri hadir. Penggugat dapat juga memberi kuasa itu dalam surat permintaan yang ditandatanganinya dan diajukan menurut pasal 118 ayat (1) atau pada tuntutan yang dikemukakan dengan lisan menurut pasal 120; dan dalam hal terakhir ini, itu harus disebutkan dalam catatan tentang tuntutan itu;
(2) Pejabat yang karena peraturan umum dari pemerintah harus mewakili negara dalam perkara hukum, tidak perlu memakai surat kuasa khusus itu;
(3) Pengadilan Negeri berkuasa memberi perintah, supaya kedua belah pihak, yang diwakili oleh kuasanya pada persidangan, datang menghadap sendiri.
Kekuasaan itu tidak berlaku bagi Pemerintah (Gubernur Jenderal). (KUHPerd.1793; Rv. 107, 788; IR. 118, 254;S. 1922-522.)";
6. Bahwa berdasarkan fakta-fakta serta dasar hukum atau fundamentum patendi di atas, Pemohon Peninjauan Kembali semula Terbanding sangat keberatan dengan petimbangan Majelis Hakim Pengadilan Pajak dengan dalil-dalil sebagai berikut :
1. Bahwa Surat Banding Termohon Peninjauan Kembali semula Pemohon Banding Nomor: 0325/SCl/08 tanggal 21 Mei 2008, terdaftar dalam berkas sengketa pajak Nomor : 16-034679-2005;
2. Bahwa pada halaman 28 alinea ke-4 pada bagian Menimbang Putusan Pengadilan Pajak Nomor: Putusan Pengadilan Pajak Nomor: Put.20359/PP/M.XII/16/2009 tanggal 4 Nopember 2009 sebagaimana telah direvisi dengan Putusan Pengadilan Pajak Nomor: Put.20359.R/PP/M.XII/16/2010 tanggal 24 Pebruari 2010 diketahui hal-hal sebagai berikut:
"bahwa wakil Pemohon Banding yakni Kuasa Hukumnya: Saudara Suhardi Sumbaji, Izin Kuasa Hukum Nomor: KEP-79/PP/IKH/2008 tanggal 18 Pebruari 2008 dan Saudara Kristian Binsar Marpaung, Izin Kuasa Hukum Nomor: KEP-263/PP/IKH/2008 tanggal 23 Juni 2008, berdasarkan Surat Kuasa No.0405/SCl/08 tanggal 28 Oktober 2008, serta Saudari Dillasari, berdasarkan Surat Kuasa
NO.0407/SCl/08 tanggal 28 OKtober 2008, yang diberikan oleh LLL, Jabatan: Direktur, hadir dalam empat kali persidangan, terakhir tanggal 10 Desember 2008 yang diselenggarakan untuk banding ini, memenuhi Undangan Sidang Sekretaris Pengganti Majelis XII Pengadilan Pajak Nomor: Und- 0190/SP/Pg.24/2008 tanggal 28 Nopember 2008 untuk memberikan keterangan secara lisan."
3. Bahwa Pasal 34 ayat (1) Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 Tentang Pengadilan Pajak mengatur
"Para pihak yang bersengketa masing-masing dapat didampingi atau diwakili oleh satu atau Iebih kuasa hukum dengan Surat Kuasa Khusus";
4. Bahwa pada sidang banding di Pengadilan Pajak Termohon Peninjauan Kembali semula Pemohon Banding telah diwakili oleh Kuasa Hukumnya namun tidak dilengkapi dengan Surat Kuasa Khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 Tentang Pengadilan Pajak namun hanya dilengkapi dengan Surat Kuasa Nomor: 0405/SCl/08 dan Nomor:
0407/SCl/08 tanggal 28 Oktober 2008;
7. Bahwa pentingnya Surat Kuasa Khusus sebagai syarat seseorang atau beberapa orang sekaligus dapat menjadi kuasa hukum dalam upaya banding atau beracara di pengadilan berikut dikutip pendapat para ahli hukum, diantaranya :
Ali Purwito M. dan Rukiah Komariah, "Pengadilan Pajak Proses Keberatan dan Banding", Jakarta, Lembaga
Kajian Hukum Fiskal, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2007, Halaman 200, menyatakan :
"Seperti halnya di peradilan-peradilan pada umumnya, pada Hukum Acara Pengadilan Pajak juga mengenal adanya orang yang dapat mendampingi atau mewakili Pemohon Banding, disebut sebagai Kuasa Hukum.
Keberadaan kuasa hukum sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang mengaturnya dan merupakan pemberian kewenangan kepada orang lain yang melakukan perbuatanperbuatan hukum atas nama pemberi kuasa. Pada Pengadilan pajak, kuasa termaksud adalah kuasa khusus (speciale volmacht), yang hanya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tertentu saja. Hal ini seperti diatur pada Pasal 34 ayat (1) menyatakan bahwa para pihak yang bersengketa, masing-masing dapat didampingi atau diwakili oleh satu atau lebih kuasa hukum yang ditunjuk oleh pengurus perusahaan melalui Surat Kuasa Khusus."
HHH, S.H., "Hukum Acara Perdata", Jakarta, Sinar Grafika, 2007, Halaman 12, menyatakan :
"Bentuk kuasa yang sah di depan pengadilan untuk mewakili kepentingan pihak yang berperkara, diatur dalam Pasal 123 ayat (1) HIR."
Fauzie Yusuf Hasibuan, S.H., MH, "Seri Pendidikan Advokat : Praktek Hukum Acara Perdata Di Pengadilan Negeri", Jakarta, Fauzie & Partners, 2007, Halaman 57, menyatakan :
" Berdasarkan Hukum Acara Perdata dan Yurisprudensi tetap Mahkamah Agung No. 116 K/Aip/1973 tertanggal 16 September 1973 menyatakan bahwa hanya Surat Kuasa Khusus saja yang dapat digunakan dalam beracara di depan pengadilan. Surat Kuasa Khusus hanya dapat digunakan dalam beracara dalam satu perkara saja, tidak bisa digunakan keperluan lain diluar perkara tersebut. Berdasarkan Surat Edaran Mahkamah Agung RI Mo 31/P/169/M/1959 tanggal 19 Januari 1959 yang perlu dimuat dalam surat kuasa khusus adalah :
a. Identitas pemberi dan penerima kuasa, yaitu nama lengkap, pekerjaan, alamat atau tempat tinggal.
b. Nama pengadilan tempat beracara, misalnya Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Pengadilan Negeri Jakarta Barat.
c. Apa yang menjadi sengketa pokok perkara, hal ini untuk menunjukkan kekhususan perkara, misalnya tentang jual beli tanah.
d. Penelaah isi kuasa yang diberikan, disini menjelaskan hal ihwal apa saja yang boleh dilakukan oleh penerima kuasa. Jadi di luar apa yang disebutkan dalam isi surat kuasa tidak boleh dilakukan penerima kuasa.
e. Memuat hak substitusi, disini untuk mengantisipasi apabila penerima kuasa berhalangan sehingga dapat dialihkan kepada pihak lain"
8. Bahwa dengan demikian, terbukti secara sah dan meyakinkan bahwa Termohon Peninjauan Kembali semula Pemohon Banding dalam persidangan banding telah diwakili oleh kuasa hukumnya tanpa dilengkapi dengan Surat Kuasa Khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 Tentang Pengadilan Pajak namun hanya dilengkapi dengan Surat Kuasa Nomor: 0405/SCl/08 dan Nomor:
0407/SCl/08 tanggal 28 Oktober 2008.
Sehingga oleh karenanya, persidangan banding di Pengadilan Pajak atas permohonan banding Termohon Peninjauan Kembali semula Pemohon Banding berdasarkan Surat Banding Nomor: 0325/SCl/08 tanggal 21 Mei 2008 yang telah diputus dengan Putusan Pengadilan Pajak Nomor: Put.20359/PP/M.XII/16/2009 tanggal 4 Nopember 2009 sebagaimana telah direvisi dengan Putusan Pengadilan Pajak Nomor:
Put.20359.R/PP/M.XII/16/2010 tanggal 24 Pebruari 2010 tidak sesuai dengan hukum acara banding di Pengadilan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 Tentang Pengadilan Pajak. Hal ini menyebabkan Putusan Pengadilan Pajak Nomor:
Put.20359/PP/M.XII/16/2009 tanggal 4 Nopember 2009 sebagaimana telah direvisi dengan Putusan Pengadilan Pajak Nomor: Put.20359.R/PP/M.XII/16/2010 tanggal 24 Pebruari 2010 telah cacat hukum (Juridisch Gebrek) dan harus dibatalkan demi hukum.
C. Koreksi Dasar Pengenaan Pajak berupa Penyerahan yang PPN-nya harus dipungut sebesar Rp377.188.020,00.
1. Bahwa dalil-dalil, fakta-fakta serta dasar hukum (fundamentum petendi) yang telah dikemukakan Pemohon Peninjauan Kembali semula Terbanding di atas untuk seluruhnya, adalah merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dan sebagai satu kesatuan dengan dalil-dalil yang akan dikemukakan Pemohon Peninjauan Kembali semula Terbanding pada uraian berikut ini.
2. Bahwa jika seandainya-pun, Majelis Hakim Mahkamah Agung Yang Terhormat, yang memeriksa dan mengadili sengketa peninjauan kembali ini berpendapat lain selain daripada dalil-dalil yang disampaikan dan diuraikan oleh Pemohon Peninjauan Kembali semula Terbanding tersebut di atas, namun pada pokoknya Pemohon Peninjauan Kembali semula Terbanding tetap tidak sependapat dan keberatan atas pertimbangan dan putusan Majelis Hakim Pengadilan Pajak sebagaimana yang dituangkan dalam Putusan Pengadilan Pajak Nomor:
Put.20359/PP/M.XII/16/2009 tanggal 4 Nopember 2009 sebagaimana telah direvisi dengan Putusan Pengadilan Pajak Nomor: Put.20359.R/PP/ M.XII/16/2010 tanggal 24 Pebruari 2010.
3. Bahwa setelah Pemohon Peninjauan Kembali semula Terbanding membaca, memeriksa dan meneliti Putusan Pengadilan Pajak Nomor: Put. 20359/PP/M.XII/16/2009 tanggal 4 Nopember 2009 sebagaimana telah direvisi dengan Putusan Pengadilan Pajak Nomor: Put.20359.R/PP/M.XII/ 16/2010 tanggal 24 Pebruari 2010, maka dengan ini menyatakan sangat keberatan atas putusan Pengadilan Pajak tersebut, karena pertimbangan hukum yang keliru dan tidak tepat sehingga menghasilkan putusan yang nyata-nyata tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (contra legem), khususnya peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku, sehingga Putusan Pengadilan Pajak Nomor: Put.20359/PP/M.XII/16/2009 tanggal 4 Nopember 2009 sebagaimana telah direvisi dengan Putusan Pengadilan Pajak Nomor: Put.20359.R/PP/M.XII/ 16/2010 tanggal 24 Pebruari 2010 menjadi cacat hukum sehingga harus dibatalkan demi hukum.
4. Bahwa Pemohon Peninjauan Kembali semula Terbanding sangat keberatan dengan pertimbangan hukum Majelis Hakim Pengadilan Pajak, yang antara lain berbunyi sebagai berikut :
Halaman 37 Alinea ke-9, ke-10 dan ke-11 :
"bahwa berdasarkan hasil penelitian Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 637/KMK.04/2001 tanggal 20 Desember 2001 terbukti PT AAA berlokasi di Kawasan Industri DDD, Jalan AA III Nomor A3-8 Lippo
Cikarang, Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Lemahabang, Bekasi Jawa Barat. serta EJIP Industrial Park Plot FF Lemahabang, Bekasi."
"bahwa sesuai hasil penelitian Majelis atas bukti tersebut di atas, Majelis berkesimpulan terdapat bukti sah dan meyakinkan bahwa penyerahan ke PT AAA merupakan penyerahan di kawasan berikat, sehingga penyerahannya tidak dipungut PPN."
"bahwa berdasarkan hasil penelitian dalam persidangan serta data yang terdapat dalam berkas banding Majelis berpendapat koreksi Terbanding atas dasar pengenaan pajak sebesar Rp377.118.500,00 tidak dapat
dipertahankan."
5. Bahwa berkenaan dengan amar pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Pajak yang tertuang dalam Putusan Pengadilan Pajak Nomor: Put.20359/PP/M.XII/16/2009 tanggal 4 Nopember 2009 sebagaimana telah direvisi dengan Putusan Pengadilan Pajak Nomor: Put.20359.R/PP/M.XII/ 16/2010 tanggal 24 Pebruari 2010 tersebut di atas, maka Pemohon Peninjauan Kembali semula Terbanding dengan ini menyatakan bahwa Majelis Hakim Pengadilan Pajak yang telah memeriksa dan mengadili sengketa banding tersebut telah salah dan keliru atau setidak-tidaknya telah membuat suatu kekhilafan (error facti) dalam membuat pertimbangan- pertimbangan hukumnya dengan telah mengabaikan dasar hukum dan atau prinsip perpajakan yang berlaku sehingga hal tersebut nyata-nyata telah melanggar asas kepastian hukum dalam bidang perpajakan di Indonesia.
6. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 16 B Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000 (selanjutnya disebut UU PPN), menyebutkan sebagai berikut:
Ayat 1
"Dengan Peraturan Pemerintah dapat ditetapkan bahwa pajak terutang tidak dipungut sebagian atau seluruhnya, baik untuk sementara waktu atau selamanya, atau dibebaskan dari pengenaan pajak, untuk :
a. kegiatan di kawasan tertentu atau tempat tertentu di dalam Daerah Pabean;
b. penyerahan Barang Kena Pajak tertentu atau penyerahan Jasa Kena Pajak tertentu;
c. impor Barang Kena Pajak tertentu;
d. pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud tertentu dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;
e. pemanfaatan Jasa Kena Pajak tertentu dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.
Kemudian dalam penjelasanya menyebutkan sebagai berikut:
"Salah satu prinsip yang harus dipegang teguh di dalam Undang-undang Perpajakan adalah diberlakukan dan diterapkannya perlakuan yang sama terhadap semua Wajib Pajak atau terhadap kasus-kasus dalam bidang perpajakan yang pada hakekatnya sama dengan berpegang teguh pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Karena itu setiap kemudahan dalam bidang perpajakan jika benarbenar diperlukan harus mengacu pada kaidah di atas dan perlu dijaga agar didalam penerapannya tidak menyimpang dari maksud dan tujuan
diberikannya kemudahan tersebut.
Tujuan dan maksud diberikannya kemudahan pada hakekatnya untuk memberikan fasilitas perpajakan yang benar-benar diperlukan terutama untuk berhasilnya sektor-sektor kegiatan ekonomi yang berprioritas tinggi dalam skala nasional, mendorong perkembangan dunia usaha dan meningkatkan daya saing, mendukung pertahanan nasional, serta memperlancar pembangunan nasional.
Kemudahan perpajakan yang diatur dalam pasal ini diberikan terbatas untuk:
a. mendorong ekspor yang merupakan prioritas nasional di Kawasan Berikat dan Entreport Produksi untuk Tujuan Ekspor (EPTE), atau untuk pengembangan wilayah lain dalam Daerah Pabean yang dibentuk khusus untuk maksud tersebut;
b. ...dst."
7. Bahwa Pasal 1 angka 1 dan angka 2, Pasal 2 ayat 2 dan Pasal 7 ayat 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 1996 tentang Tempat Penimbunan Berikat sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1997 menyebutkan sebagai berikut:
Pasal 1 Angka 1
"Tempat Penimbunan Berikat adalah bangunan, tempat, atau kawasan yang memenuhi persyaratan tertentu di dalam Daerah Pabean yang digunakan untuk menimbun, mengolah, memamerkan, dan/atau menyediakan barang untuk dijual dengan mendapatkan perlakuan khusus di bidang Kepabeanan, Cukai, dan perpajakan yang dapat berbentuk Kawasan Berikat, Pergudangan Berikat, Entrepot untuk Tujuan Pameran, atau Toko Bebas Bea."
Angka 2
"Kawasan Berikat adalah suatu bangunan, tempat, atau kawasan dengan batas-batas tertentu yang di dalamnya dilakukan kegiatan usaha industri pengolahan barang dan bahan, kegiatan rancang bangun, perekayasaan, penyortiran, pemeriksaan awal, pemeriksaan akhir, dan pengepakan atas barang dan bahan asal impor atau barang dan bahan dari dalam Daerah Pabean Indonesia lainnya, yang hasilnya terutama untuk tujuan ekspor."
Pasal 2 ayat 2
"Atas penyerahan Barang Kena Pajak dalam negeri ke Tempat Penimbunan Berikat diberikan fasilitas berupa tidak dipungut PPN, dan PPnBM."
Pasal 7 ayat 1
"Penetapan suatu kawasan atau tempat sebagai Kawasan Berikat (KB) serta pemberian izin Penyelenggara Kawasan Berikat (PKB) dilakukan dengan Keputusan Menteri Keuangan."
8. Bahwa Pasal 2 dan Pasal 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2000 tentang Perlakuan Perpajakan di Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu menyebutkan sebagai berikut:
Pasal 2
"Kepada Pengusaha di Kawasan Berikat, untuk selanjutnya disebut PDKB, di dalam wilayah KAPET dapat diberikan fasilitas perpajakan berupa Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa, dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah tidak dipungut atas :
a. impor barang modal atau peralatan lain oleh PDKB yang berhubungan langsung dengan kegiatan produksi;
b. impor barang dan/atau bahan untuk diolah di PDKB;
c. pemasukan Barang Kena Pajak dari Daerah Pabean Indonesia Lainnya, untuk selanjutnya disebut DPIL, ke PDKB untuk diolah lebih lanjut;
d. pengiriman barang hasil produksi PDKB ke PDKB lainnya untuk diolah lebih lanjut;
e. pengeluaran barang dan atau bahan dari PDKB ke perusahaan industri di DPIL atau PDKB lainnya dalam rangka subkontrak;
f. penyerahan kembali Barang Kena Pajak hasill pekerjaan subkontrak oleh Pengusaha Kena Pajak di DPIL atau PDKB lainnya kepada Pengusaha Kena Pajak PDKB asal;
g. peminjaman mesin dan atau peralatan pabrik dalam rangka subkontrak dari PDKB kepada perusahaan industri di DPIL atau PDKB lainnya dan pengembaliannya ke PDKB asal.
9. Bahwa Pasal 2 ayat 1 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 200/KMK.04/2000 tentang Perlakuan Perpajakan dan Kepabeanan di kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu menyebutkan sebagai berikut "Kepada PDKB di dalam wilayah KAPET dapat diberikan fasilitas perpajakan berupa Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah tidak dipungut atas:
a. impor barang modal atau peralatan lain yang berhubungan langsung dengan kegiatan produksi PDKB yang semata-mata dipakai di PDKB;
b. impor barang dan atau bahan untuk diolah di PDKB;
c. pemasukan Barang Kena Pajak dari Daerah Pabean Indonesia Lainnya, untuk selanjutnya disebut DPIL, ke PDKB untuk diolah lebih lanjut;
d. pengiriman barang hasil produksi PDKB ke PDKB lainnya untuk diolah lebih lanjut;
e. pengeluaran barang dan atau bahan dari PDKB ke Perusahaan industri di DPIL atau PDKB lainnya dalam rangka subkontrak;
f. penyerahan kembali Barang Kena Pajak hasil pekerjaan subkontrak oleh Pengusaha Kena Pajak di DPIL atau PDKB lainnya kepada Pengusaha Kena Pajak PDKB asal;
g. peminjaman mesin dan atau peralatan pabrik dalam rangka subkontrak dari PDKB kepada perusahaan industri di DPIL, atau PDKB lainnya dan pengembaliannya ke PDKB asal.
10. Bahwa Pasal 4 ayat 1 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 291/KMK.05/1997 tentang Kawasan Berikat sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 587/PMK.04/2004 menyebutkan sebagai berikut: "Permohonan persetujuan PKB sebagaimana dimaksud pada Pasal 2, diajukan oleh pengusaha kepada Presiden RI melalui Menteri setelah fisik bangunan berdiri dengan menggunakan contoh
dalam Lampiran I Keputusan ini, dengan melampirkan:
a. fotocopy Surat Persetujuan Usaha, Analisa Mengenai Dampak Lingkungan dan Persetujuan lainnya yang diperlukan dari Instansi teknis terkait;
b. fotocopy Akta Pendirian Perseroan Terbatas (PT), Koperasi, atau Yayasan yang telah disahkan oleh Pejabat yang berwenang;
c. fotocopy bukti kepemilikan atau penguasaan suatu bangunan, tempat, atau Kawasan yang mempunyai batas-batas yang jelas (pagar pemisah);
d. fotocopy Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), penetapan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) dan SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan tahun terakhir bagi Perusahaan yang sudah wajib menyerahkan SPT;
e. peta lokasi/tempat yang akan dijadikan KB yang telah mendapat persetujuan dari Pemerintah Daerah setempat;
f. Berita Acara Pemeriksaan Lokasi KB yang dibuat oleh Direktur Jenderal atau Pejabat yang ditunjuknya;
g. pendapat dari Direktur Jenderal tentang dapat diberikannya persetujuan PKB.
11. Bahwa pasal 78 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak menyatakan "Putusan Pengadilan Pajak diambil berdasarkan hasil penilaian pembuktian, dan berdasarkan peraturan perundang- undangan perpajakan yang bersangkutan, serta berdasarkan keyakinan hakim."
Kemudian dalam memori penjelasan pasal 78 menyatakan "Keyakinan Hakim didasarkan pada penilaian pembuktian dan sesuai dengan peraturan perundangundangan perpajakan.
12. Bahwa Majelis Hakim Pengadilan Pajak yang memeriksa dan mengadili sengketa banding tersebut, secara nyata- nyata telah mengabaikan fakta-fakta yang telah terungkap dalam proses pemeriksaan sengketa banding tersebut di Pengadilan Pajak, yaitu sebagai berikut :
1. Bahwa Koreksi Dasar Pengenaan Pajak berupa Penyerahan yang PPN-nya harus dipungut sebesar Rp377.188.020,00 dilakukan oleh Pemohon Peninjauan Kembali semula Terbanding karena terdapat penyerahan kepada PT AAA yang PPN-nya harus dipungut sebesar Rp377.188.020,00 disebabkan adanya perbedaan lokasi dan status customer.
2. Bahwa berdasarkan penelitian Faktur Pajak Keluaran yang diterbitkan kepada PT AAA dapat diketahui data-data sebagai berikut:
Nama Perusahaan : PT AAA
Alamat : Kawasan Industri DDD, Jalan AA III Nomor AAA Lippo Cikarang, Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Lemahabang, Bekasi Jawa Barat.
NPWP : 01.824.348.xxxx
3. Bahwa PT NNN telah memeproleh ijin penyelenggara kawasan berikat dari Menteri Keuangan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 637/KMK.04/2001 tentang Penetapan Sebagai Kawasan Berikat dan Pemberian Persetujuan Penyelenggara Kawasan Berikat (PKB) Merangkap Pengusaha Di kawasan Berikat (PDKB) Kepada PT AAA yang berlokasi di Kawasan Industri DDD, Jalan AA III Nomor A Lippo Cikarang, Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Lemahabang, Bekasi Jawa Barat.
4. Bahwa berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 637/KMK.04/2001 halaman 2 bagian Memutuskan terdapat data sebagai berikut:
Menetapkan : Keputusan Menteri Keuangan tentang Penetapan Sebagai Kawasan Berikat dan Pemberian Persetujuan Penyelenggara Kawasan Berikat (PKB) Merangkap Pengusaha Di kawasan Berikat (PDKB) Kepada PT AAA yang berlokasi di Kawasan Industri DDD, Jalan AA III Nomor A Lippo Cikarang, Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Lemahabang, Bekasi Jawa Barat.
Pertama : Menunjuk dan menetapkan lokasi perusahaan industri PT. AAA sebagai Kawasan Berikat serta memberikan persetujuan PKB merangkan PDKB kepada:
a. Nama Perusahaan : PT AAA
b. Alamat Kantor Perusahaan : EJIP Industrial Park Plot FF,Lemahabang, Bekasi c. Nama Pemilik/Penanggung Jawab : RRR, SH
d. Alamat Pemilik/Penanggung Jawab : EJIP Industrial Park Plot FF, Lemahabang, Bekasi e. NPWP : 01.824.348.xxxx
f. Luas Lokasi Kawasan Berikat : 8.280 M2
g. Jenis Hasil : Barang dari karet (bantalan, rubber belt & cover for printer).
5. Bahwa pada proses pemeriksaan sengketa banding di Pengadilan Pajak, Majelis Hakim Pengadilan Pajak menyatakan berdasarkan hasil penelitian Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 637/KMK.04/2001 tanggal 20 Desember 2001 terbukti PT AAA berlokasi di Kawasan Industri DDD, Jalan AA III Nomor AAA Lippo Cikarang, Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Lemahabang, Bekasi Jawa Barat serta EJIP Industrial Park Plot FF Lemahabang, Bekasi sehingga Majelis Hakim Pengadilan Pajak meyakini bahwa penyerahan ke PT AAA merupakan penyerahan di kawasan berikat sehingga atas penyerahan tersebut
tidak dipungut PPN.
13. Bahwa berdasarkan pemeriksaan terhadap SPM Masa PPN Januari sampai dengan Nopember 2005 dan dokumen pendukung yang diberikan oleh Termohon Peninjauan Kembali semula Pemohon Banding berupa faktur pajak, SSP lembar ke-1 dan invoice maupun data yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Modal Asing Tiga diperoleh hasil bahwa atas penyerahan terhadap PT AAA yang menurut Termohon Peninjauan Kembali semula Pemohon Banding berlokasi di kawasan Berikat terdapat perbedaan antara dokumen dalam Keputusan Menteri Keuangan (KMK) yang merupakan keputusan penunjukan Pengusaha Di Kawasan Berikat (PDKB) dengan keadaan yang sebenarnya dengan rincian sebagai berikut:
Nama Perusahaan : PT AAA
NPWP : 01.824.348.5-xxxx
Alamat : EJIP Industrial Park Plot FF, Lemahabang, Bekasi
Terdaftar pada KPP : Bekasi sebagai cabang
Bahwa data PT AAA pada Tahun 2005 adalah sebagai berikut:
Nama Perusahaan : PT AAA
NPWP : 01.824.348.5-xxxx
Alamat : Kawasan Industri DDD, Jalan AA III Nomor A Lippo Cikarang, Kelurahan Sukaresmi,
Kecamatan Lemahabang, Bekasi Jawa Barat.
Terdaftar pada KPP : PMA 1 sebagai Pusat
Bahwa dari data-data tersebut terdapat beberapa fakta sebagai berikut:
1. Bahwa NPWP sesuai KMK adalah terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Bekasi sebagai cabang,
sedangkan tahun 2005 terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Satu sebagai pusat.
2. Bahwa Alamat yang terdaftar dalam KMK adalah EJIP Industrial Park, sedangkan tahun 2005 di Delta Silicon Industrial Park, JI. AAA 8 Lemahabang, Cikarang, Bekasi.
3. Bahwa PPN tidak dipungut hanya diberikan kepada perusahaan yang berlokasi di kawasan industri tertentu dan alamat tertentu sesuai dengan SK KMK.
14. Bahwa berdasarkan penelitian terhadap Faktur Pajak Keluaran yang diterbitkan oleh Termohon Peninjauan Kembali semula Pemohon Banding kepada PT AAA, nyata-nyata diketahui bahwa alamat PT AAA adalah JI AAA 8. Delta Silicon Industrial Park, Sukaresmi, Lemahabang, Bekasi. Bahwa dengan demikian, nyata-nyata terbukti terdapat perbedaan lokasi dan status customer (satu pusat dan satunya cabang) yang berarti
kawasan/lokasi penyerahan juga berbeda sehingga pemberlakuan atas penyerahan yang tidak dipungut PPN hanya dapat dikenakan kepada Wajib Pajak yang alamatnya tercantum dalam Keputusan Menteri Keuangan dan penyerahan kepada PKP yang alamatnya tidak tercantum dalam Keputusan Menteri Keuangan tetap harus dipungut PPN-nya.
15. Bahwa berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 637/KMK.04/2001 tanggal 20 Desember 2001, nyata- nyata diketahui bahwa lokasi perusahaan PT AAA adalah di Kawasan Industri DDD, Jalan AA III Nomor A Lippo Cikarang, Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Lemahabang, Bekasi Jawa Barat, sedangkan pada waktu dilakukan pemeriksaan lokasinya adalah di EJIP Industrial Park Plot FF Lemahabang, Bekasi sehingga dengan demikian atas penyerahan BKP kepada PT AAA yang Faktur Pajak Keluarannya beralamat di Kawasan Industri DDD, Jalan AA III Nomor A Lippo Cikarang, Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Lemahabang, Bekasi, Jawa Barat harus dipungut PPN sebesar 10% karena adanya kawasan industri yang berbeda dengan yang tercantum dalam Keputusan Menteri Keuangan.
16. Bahwa atas pendapat Termohon Peninjauan Kembali semula Pemohon Banding yang menyatakan bahwa seharusnya penyerahan kepada PT AAA seharusnya tidak dipungut PPN karena berada di kawasan berikat dan pendapat Termohon Peninjauan Kembali semula Pemohon Banding bahwa PKP pembeli adalah satu yaitu beralamat di Kawasan Industri DDD, Jalan AA III Nomor A Lippo Cikarang, Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Lemahabang, Bekasi, Jawa Barat tidak dapat dibuktikan lebih lanjut karena Termohon Peninjauan Kembali semula Pemohon Banding tidak pernah dapat memberikan bukti-bukti pendukung atas perbedaan alamat tersebut dan tidak dapat memberikan dokumen yang dapat meyakinkan bahwa PT AAA benar-benar berlokasi di
Kawasan Berikat.
17. Bahwa Termohon Peninjauan Kembali semula Pemohon Banding hanya memberikan data berupa surat Keputusan Pemusatan Tempat Terutang PPN Bagi PKP Yang Dikukuhkan di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Khusus Selain KPP BMN Nomor: Kep-00363.PKP/WPJ.07/KP.0203/2004 tanggal 15 Desember 2004 tanpa dapat memberikan data-data yang lain yang dapat membuktikan bahwa PKP pembeli adalah satu yaitu beralamat di Kawasan Industri DDD, Jalan AA III Nomor A Lippo Cikarang, Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Lemahabang, Bekasi Jawa Barat seperti surat-menyurat proses ijin
penyelenggaraan kawasan berikat, surat keterangan bahwa PKP tersebut pernah di EJIP Industrial Park Plot FF Lemahabang, Bekasi dan telah pindah ke Kawasan Industri DDD, Jalan AA III Nomor A3-8 Lippo Cikarang, Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Lemahabang, Bekasi Jawa Barat.
18. Bahwa dengan demikian, nyata-nyata tidak dapat dibuktikan bahwa PKP pembeli tersebut adalah satu yaitu berlamat di Kawasan Industri DDD, Jalan AA III Nomor A3-8 Lippo Cikarang, Kelurahan Sukaresmi,
Kecamatan Lemahabang, Bekasi Jawa Barat sehingga atas penyerahan BKP kepada PT ZZZ yang Faktur Pajak Keluarannya beralamat di Kawasan Industri DDD, Jalan AA III Nomor A Lippo Cikarang, Kelurahan
Sukaresmi, Kecamatan Lemahabang, Bekasi Jawa Barat seharusnya tetap dipungut PPN sebesar 10%.
19. Bahwa pendapat Majelis Hakim Pengadilan Pajak yang menyatakan PT ZZZ berlokasi di Kawasan Berikat dengan alamat Kawasan Industri DDD, Jalan AA III Nomor AA Lippo Cikarang, Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Lemahabang, Bekasi adalah tidak benar karena Keputusan Menteri Keuangan Nomor:
637/KMK.04/2001 tanggal 20 Desember 2001 secara spesifik menunjuk dan menetapkan sebagai PKB dan PDKB atas nama, tempat dan luas lokasi tertentu sehingga KMK tersebut tidak bisa diberlakukan untuk tempat yang berbeda atau bahkan di lokasi di luar batasan yang ditentukan.
20. Bahwa kekhususan tersebut telah tercantum Pasal 4 ayat 1 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 291/KMK.05/1997 tentang Kawasan Berikat sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 587/PMK.04/2004 yang menyebutkan bahwa Permohonan persetujuan PKB diajukan dengan melampirkan antara lain fotocopy bukti kepemilikan atau penguasaan suatu bangunan, tempat, atau Kawasan yang mempunyai batas-batas yang jelas (pagar pemisah), peta lokasi tempat yang akan dijadikan KB yang telah mendapat persetujuan dari Pemerintah Daerah setempat dan Berita Acara Pemeriksaan Lokasi KB yang dibuat oleh Direktur Jenderal atau Pejabat yang ditunjuknya. Bahwa dengan demikian, jelas bahwa apabila terdapat perubahan tempat ataupun luas dari lokasi yang ditetapkan sebagai PKB, maka Keputusan Menteri Keuangan yang menetapkan PKP sebagai PKB dan PDKB harus diperbaharui dengan data-data yang baru.
21. Bahwa dengan demikian, nyata-nyata telah terbukti bahwa berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor:
637/KMK.04/2001 tanggal 20 Desember 2001 dalam diktum Memutuskan telah menunjuk dan menetapkan lokasi perusahaan industri PT ZZZ sebagai Kawasan Berikat serta memberikan persetujuan sebagai PKB merangkap PDKB kepada PT ZZZ yang beralamat di EJIP Industrial Park Plot 3F-4, Lemahabang, Bekasi sehingga pendapat Majelis Hakim Pengadilan Pajak yang menyatakan atas penyerahan kepada PT ZZZ yang berlamat di Kawasan Industri Delta Silicon, JI Akasia 3 Blok A3 Nomor 8, Lippo Cikarang, Kelurahan Sukaresmi tidak dipungut PPN tidak sesuai dengan penilaian pembuktian berdasarkan ketentuan Pasal 78 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak.
22. Bahwa dengan demikian secara jelas dan nyata-nyata telah terbukti bahwa Putusan Pengadilan Pajak Nomor:
Put.20359/PP/M.XII/16/2009 tanggal 4 Nopember 2009 sebagaimana telah direvisi dengan Putusan Pengadilan Pajak Nomor: Put.20359.R/PP/M.XII/16/2010 tanggal 24 Pebruari 2010 merupakan putusan yang nyata-nyata bertentangan dengan perundang-undangan perpajakan yang berlaku yaitu UU PPN, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 1996 tentang Tempat Penimbunan Berikat sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1997, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2000 tentang Perlakuan Perpajakan di Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu, Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 200/KMK.04/2000 tentang Perlakuan Perpajakan dan Kepabeanan di kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu, Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 291/KMK.05/1997 tentang Kawasan Berikat sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 587/PMK.04/2004 dan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak.
23. Bahwa dengan demikian, berdasarkan fakta-fakta tersebut di atas dan berdasarkan peraturan perundang- undangan perpajakan yang berlaku, maka telah benar dan tepat koreksi yang dilakukan oleh Pemohon
Peninjauan Kembali semula Terbanding terhadap Koreksi Dasar Pengenaan Pajak berupa Penyerahan yang PPN- nya harus dipungut sebesar Rp377.188.020,00 atas nama Termohon Peninjauan Kembali semula Pemohon Banding, karena hal tersebut telah memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
24. Bahwa dengan demikian kesimpulan Majelis Hakim Pengadilan Pajak yang menyatakan bahwa koreksi Termohon Peninjauan Kembali semula Pemohon Banding atas Penyerahan yang PPN-nya harus dipungut sebesar Rp377.188.020,00 tidak dapat dipertahankan adalah tidak benar dan tidak cermat serta nyata-nyata bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
PERTIMBANGAN HUKUM
Menimbang, bahwa terhadap alasan-alasan peninjauan kembali tersebut, Mahkamah Agung berpendapat:
mengenai alasan butir A dan B;
Bahwa alasan-alasan tersebut tentang jangka waktu yang berkaitan dengan proses administrasi penyelesaian perkara semata, yang tidak dapat membatalkan putusan;
mengenai alasan butir C;
Bahwa alasan-alasan tersebut tidak dapat dibenarkan, karena pertimbangan hukum dan putusan Pengadilan Pajak Nomor Putusan 20359/PP/M.XII/16/2009 Tanggal 4 November 2009 sebagaimana telah dibetulkan dengan Putusan Pengadilan Pajak
Nomor Putusan 20359.R/M.XII/16/2010 Tanggal 24 Februari 2010 yang mengabulkan seluruh permohonan banding Pemohon Banding terhadap Surat Keputusan Terbanding Nomor KEP-246/WPJ.07/BD.05/2008 tanggal 29 Februari 2008 mengenai permohonan keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Masa Pajak Januari sampai dengan Nopember 2005 Nomor: 00042/207/05/056/07, tanggal 22 Februari 2007, sehingga jumlah pajak yang harus dibayar menjadi Rp0.00, adalah tepat dan benar, dan selanjutnya Mahkamah Agung mengambil alih pertimbangan hukum Pengadilan Pajak dalam memutus permohonan Peninjauan Kembali a quo;
Bahwa dengan demikian tidak terdapat putusan yang nyata-nyata tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagaimana ketentuan Pasal 91 huruf e Undang-Undang No. 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka permohonan peninjauan kembali yang diajukan oleh Pemohon Peninjauan Kembali:
DIREKTUR JENDERAL PAJAK tersebut adalah tidak beralasan sehingga harus ditolak;
Menimbang, bahwa oleh karena permohonan peninjauan kembali dari Pemohon Peninjauan Kembali ditolak, maka Pemohon Peninjauan Kembali harus dihukum untuk membayar biaya perkara dalam pemeriksaan peninjauan kembali ini ;
Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-Undang No. 48 Tahun 2009, Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang No. 3 Tahun 2009, Undang- Undang No.14 Tahun 2002 serta peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan ;
M E N G A D I L I :
Menolak permohonan peninjauan kembali dari Pemohon Peninjauan Kembali: DIREKTUR JENDERAL PAJAK tersebut;
Menghukum Pemohon Peninjauan Kembali/ Terbanding untuk membayar biaya perkara dalam peninjauan kembali ini ditetapkan sebesar Rp. 2.500.000,- (Dua juta lima ratus ribu rupiah) ;
Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah Agung pada hari Senin tanggal 10 Desember 2012 oleh VVV, S.H. M.Sc., Ketua Muda Pembinaan Mahkamah Agung RI. yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua Majelis, Dr. QQQ, S.H. M.H., dan H. RRR, S.H., M.H., Hakim-Hakim Agung sebagai Anggota, dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua Majelis beserta Hakim-Hakim Anggota tersebut dan dibantu oleh WWW, S.H., Panitera Pengganti dengan tidak dihadiri oleh para pihak ;
Anggota Majelis : ttd.
Dr. QQQ, S.H. M.H.
ttd.
H. RRR, S.H., M.H.
Ketua Majelis, ttd.
VVV, S.H.
M.Sc.
Biaya - biaya : 1.
Meterai...
Rp 6.000,00 2. Redaksi ... Rp 5.000,00
3. Administrasi ... Rp 2.489.000,00
Jumlah ... Rp 2.500.000,00
Panitera Pengganti, ttd.
WWW, S.H.
Untuk salinan MAHKAMAH AGUNG R.I.
a.n. Panitera
Panitera Muda Tata Usaha Negara,
(NN, S.H.) NIP xxxxxxxx