• Tidak ada hasil yang ditemukan

MERAJUT NILAI-NILAI KEMANUSIAN MELALUI MODERASI BERAGAMA. Oleh: I Ketut Angga Irawan STAH Dharma Nusantara Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MERAJUT NILAI-NILAI KEMANUSIAN MELALUI MODERASI BERAGAMA. Oleh: I Ketut Angga Irawan STAH Dharma Nusantara Jakarta"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Prosiding Seminar Nasional Moderasi Beragama STHD Klaten Tahun 2020 | 82 MERAJUT NILAI-NILAI KEMANUSIAN MELALUI MODERASI BERAGAMA

Oleh:

I Ketut Angga Irawan STAH Dharma Nusantara Jakarta

ketutanggairawan@stahdnj.ac.id

ABSTRAK

Agama bertujuan untuk memberikan tuntunan hidup bagi umat manusia, namun saat ini banyak ajaran agama yang disalahgunakan untuk kepentingan memenuhi hawa nafsu dan tujuan politik. Akibatnya muncul konflik-konflik agama yang mengancam kesatuan bangsa.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peranan moderasi agama dalam merajut nilai-nilai kemanusiaan. Penelitian ini merupakan sebuah studi kepustakaan (library research) dengan mengkaji sumber-sumber data atau literatur seperti buku atau jurnal ilmiah yang terkait dengan merajut nilai-nilai kemanusian melalui moderasi beragama. Pengolahan data mengunakan metode deskriptif-analitis, yaitu model penelitian yang berupaya mendeskripsikan, mencatat, menganalisa dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang ada.

Moderasi adalah jalan untuk mencari persamaan bukan menonjolkan perbedaan. Moderasi akan membangun sikap tidak mengurung diri tidak eksklusif atau tertutup melainkan sikap terbuka, dan mau beradaptasi. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk memastikan pengarusutamaan moderasi beragama. Masih diperlukan upaya lebih konkrit dan dukungan dari semua pihak untuk mencapai tujuan tersebut.

Kata Kunci: Nilai-Nilai, Kemanusiaan, Moderasi Beragama

I. PENDAHULUAN

Semua agama mengajarkan kepada pemeluknya untun menjadi manusia yang bermoral, agama merupakan pedoman hidup manusia dan menjadi tolak ukur dalam kehidupan sehari- hari. Di dalam agama terdapat aturan-aturan bagaimana menjalani kehidupan yang harmonis sesama manusia, manusia dengan lingkungan dan manusia dengan Tuhannya. Agama memberikan tuntunan dan kekuatan dalam diri manusia untuk mampu menghadapi berbagai penderitaan hidup dan berperan sebagai benteng kokoh yang mampu melindungi dari hilangnya harapan dan keputusasaan manusia. Berkat keimanan atau sraddha yang kuat dan yakin bahwa Tuhan akan membimbing dan memberikan jalan terbaik disetiap masalah yang dihadapinya.

Seseorang yang rajin beribadah atau bakti kepada Tuhan, beramal dan berdoa sesuai dengan keyakinan atau agamanya masing-masing yang didasari tulus dan ikhlas akan memperoleh anugrah dan pengayatan menuju kepada tingkat religiositas yang tinggi.

(2)

Prosiding Seminar Nasional Moderasi Beragama STHD Klaten Tahun 2020 | 83 Sedangkan bagi yang memiliki perilaku sebaliknya, akan menjadi manusia yang hanya sampai kepada tingkat religiositas yang rendah. Fungsi agama adalah menawarkan hubungan transedental melalui pemujaan dan ibadah sehingga memberikan rasaa nyaman, menyucikan norma-norma dan nilai-nilai masyarakat yang telah terbentuk, memberikan standar nilai dalam penilaian kritis terhadap norma-norma yang telah melembaga, agama melakukan fungsi sebagai suatu identitas yang sangat penting karena didasari emosi, sentimen, fanatik, dan sebagainya. (Lubhis M.H. Ridwan, 2017, p. 6)

Indonesia dikatakan negara beragama yang semestinya memiliki moral yang baik dan menjunjung nilai-nilai kemanusian, tetapi masih ada konflik mengatasnamakan agama seperti; konflik di Poso, pada awalnya konfik yang terjadi di Poso bagian dari konflik individu yang kemudian merembes lebih luas sampai menyetuh ke level agama. Konflik Sunni dan Syiah di Jawa Timur konflik berujung pada aksi kekerasan massa yang menyebabkan diungsikannya ratusan warga yang diduga pengikut aliran syiah ke Sidoarjo. Konflik Tanjungbadai beberapa bangunan disamping tempat beribadah umat Buddha tersebut hangus terbakar, termasuk delapan mobil dan beberapa motor yang terparkir di depannya. Konflik antar agama berikutnya terjadi antara pengikut Ahlus Sunnah Wal Jamaah dan penganut Islam Syiah. Konflik di Papua dimulai dengan tuntutan Persekutuan Gereja-gereja di Kabupaten Jayapura (PGGJ) untuk membongkar menara Masjid Al-Aqsha Sentani. (Yunus, Ushuluddin, Islam, & Uin, 2014).

Masih banyak kasus-kasus kekerasan yang mengabaikan nilai-nilai kemanusian seperti; kasus konflik di Desa Balinuraga Lampung Selatan yang awalnya kasus individu kemudian menjadi konflik yang lebih luas ke level agama. Konflik di Balinuraga terjadi berulang-ulang dari tahun 1982 sampai kasus terakhir tahun 2012 mengakibatkan banyak korban jiwa, penjarahan, dan pembakaran rumah. Pembakaran Gereja HKI Suka Makmur di Aceh Singil pada 2015, menjadi awal apa yang disebut sebagai Konfik Aceh Singkil. Saat itu sejumlah gereja dibakar dan dibongkar lantaran dianggap tak memiliki izin. Konflik antar agama terjadi diambon tahun 1999, merupakan konflik yang berasal dari kaum muslim dan nasrani yang menghuni wilayah tersebut. Konflik ini dipicu oleh insiden pemalakan yang dilakukan oleh salah satu pemuda muslim terhadap warga nasrani . konflik ini semakin berkembang sat isu isu menyebar dan membkar amarah kedua belah pihak.

Kekerasan berbasis agama umumnya tidak diakibatkan hanya karena faktor tunggal, setidaknya ada dua faktor sekaligus yang biasannya muncul yaitu; struktural dan kultural. Di wilayah struktural, masih ada sejumlah regulasi dan kebijakan pemerintah yang melahirkan tindakan diskriminatif belum lagi sikap dan konsistensi aparat terhadap penegakan jaminan kebebasan beragama masih belum memadai. Sementara di level kultural, muncul aktor-aktor yang meyebar virus intolerasi. (Alamsyah M, 2018)

Nilai-nilai kemanusian menjadi sesuatu yang sangat langka dalam praktik kehidupan sehari-hari dan sudah mulai kehilangan arah yang seharusnya nilai-nilai kemanusian yang seharusnya dijunjung tingi sesuai dengan nilai-nilai agama yang lebih menitik beratkan nilai- nilai kemanusian. Hal ini dikarenakan lebih mementingkan kehidupan-kehidupan duniawi

(3)

Prosiding Seminar Nasional Moderasi Beragama STHD Klaten Tahun 2020 | 84 seperti tahta dan harta benda. Orang sudah terjerumus dalam sikap hendonisme, yang mementingkan kesenangan duniawi tanpa memperdulikan nilai-nilai kemanusian yang universal. (Ekopriyono, 2005)

Dengan adanya kekerasan atau konflik, perlu untuk merajut nilai-nilai kemanusian.

Hingga kini, belum ada penelitian yang mengkaji tentang upaya merajut nilai-nilai kemanusian melalui moderasi beragama. Penelitian ini sangat penting untuk mewujudkan manusia yang bermoral dan menjunjung tinggi nilai nilai kemanusian sesuai dengan tujuan beragama. Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian kepustakaan (library research). Sumber data yang digunakan seutuhnya menggunakan data dari perpustakaan, dengan mengkaji sumber-sumber data atau literatur seperti buku atau jurnal ilmiah yang terkait dengan merajut nilai-nilai kemanusian melalui moderasi beragama. Pengolahan data mengunakan metode deskriptif-analitis, yaitu model penelitian yang berupaya mendeskripsikan, mencatat, menganalisa dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang ada.

II. PEMBAHASAN

Perbedaan agama, etnis, suku, budaya dan bahasa tidak semestinya menimbulkan perpecahan dan konflik. Sayangnya masih sering terjadi sebaliknya, agama menjadi salah satu pemicu sebuah konflik. Pada saat ini krisis beragama dan krisis hidup yang toleransi di Indonesia semakin terlihat dengan jelas. Hal ini terkait dengan persoalan kemanusiaan dan persoalan keagamaan yang ada beberapa tahun akhir ini terjadi di Indonesia. Persoalan konflik horizontal keagamaan sebenarnya tidak hanya karena murni disebabkan oleh agama, tetapi kemungkinan faktor kepentingan politik, yang sejatinya baju agama digunakan sebagai alat kekerasan antar sesama umat. Untuk itu, perlu upaya sungguh-sungguh untuk merajut kembali nilai-nilai kemanusian melalui moderasi beragama.

2.1.Moderasi Beragama Mencegah Arus Intoleransi dan Radikalisasi

Kata moderasi berasal dari bahasa latin moderatio, yang berarti kesenangan atau tidak kelebihan dan tidak kekurangan. Kamus Besar Bahasa Indonesia menyediakan dua pengertian kata moderasi, yaitu 1 pengurangan kekerasan dan 2 penghindaran keekstriman.

Jika dikatakan orang itu bersikap moderat, kalimat itu juga berarti bahwa orang itu bersikap Wajar, biasa-biasa saja, dan tidak ekstrem. Moderasi beragama kemudian dapat dipahami sebagai cara pandang sikap dan perilaku selalu mengambil posisi ditengah-tengah, selalu bertindak adil dan tidak ekstrim dalam beragama. Moderasi juga berarti bahwa seseorang tidak boleh berpegang teguh pada pandangannya dan tidak mau terbuka oleh pandangan lainnya namun ia harus mencari titik temu. Sifat yang harus dimiliki oleh seseorang sebagai syarat moderasi beragama diantaranya adalah pertama memiliki pengetahuan komprehensif terkait ritual ibadah (RI, 2019). Dengan memiliki pengetahuan yang komprehensif maka seorang pemeluk agama akan lebih mudah untuk memiliki sikap terbuka khususnya dalam menyikapi perbedaan. Moderasi akan membangun sikap tidak mengurung diri tidak eksklusif

(4)

Prosiding Seminar Nasional Moderasi Beragama STHD Klaten Tahun 2020 | 85 atau tertutup melainkan sikap terbuka, mau beradaptasi, bergaul dengan berbagai kelompok dan mau belajar serta mau memberi pelajaran.

Menyamakan pandangan seluruh ajaran agama adalah hal yang mustahil dan keberagaman merupakan sesuatu yang tidak bisa kita hilangkan. Moderasi adalah jalan untuk mencari persamaan bukan menonjolkan perbedaan. Beragama tidak hanya tidak bisa hanya mengagung-agungkan Tuhan dan membela kebesarannya tetapi di satu sisi mengenyampingkan aspek kemanusiaan. Padahal kemanusiaan itu sendiri merupakan bagian utama dari ajaran agama. Manusia seringkali menggunakan agama sebagai alasan untuk memenuhi hawa nafsunya dan tidak jarang juga dimanfaatkan untuk kepentingan politik. Hal ini menyebabkan kehidupan beragama seolah-olah lari dari tujuan utamanya, ekstrim dan di lebih-lebihkan. Moderasi diperlukan untuk mengembalikan praktek agama agar sesuai dengan tujuannya dan agar sesama manusia dapat saling menjaga harkat dan martabat Bukan sebaliknya.

Moderasi agama ada untuk mempertemukan dua kubu dalam beragama. Kubu pertama adalah pemeluk agama yang meyakini bahwa tafsir agama yang mereka peluk adalah kebenaran yang mutlak dan penafsiran yang lainnya dianggap sesat. Di sisi lain ada juga umat yang sangat mendewakan akal sehingga mengabaikan kesucian agama atau mereka yang yang demi toleransi mengabaikan ajaran agamanya sehingga membentuk sebuah toleransi yang tidak pada tempatnya kepada pemeluk agama lain titik keduanya perlu dimoderasi. Moderasi agama juga diperlukan untuk mempertahankan kebudayaan Indonesia. (RI, 2019) Indonesia merupakan negara yang sangat beragam. Upaya mencapai kemerdekaan berhasil dilakukan dengan menyatukan seluruh budaya agama Suku yang ada di Indonesia. Indonesia bukan sebuah negara agama tetapi agama menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari warga Indonesia. Penyebaran agama di Indonesia juga dilakukan dengan menggunakan pendekatan pendekatan berbasis budaya dan kearifan lokal. Ini merupakan jati diri dari bangsa Indonesia.

Ekstrimisme dan radikalisme dapat merusak sendi-sendi keragaman budaya Indonesia.

Karenanya dibutuhkan moderasi beragama.

2.2.Upaya Mensosialisasikan Moderasi Beragama kepada Seluruh Lapisan Masyarakat

1. Peran penyuluh agama

Peran penyuluh agama dalam masyarakat memiliki peran yang sangat penting karena sebagian masyarakat masih memandang pentingnya sosok ideal sebagai figur dalam kehidupan bermasyarakat. oleh karena itu penyuluh agama memiliki potensi untuk sebagai figur atau tokoh agama di masyarakat. Membangun kesadaran dan sikap moderasi beragama dikalangan masyarakat, penyuluh agama diharapkan berfungsi sebagai:

penyampai informasi dan edukasi; penyuluh agama memposisikan sebagai juru dakwah yang berkewajiban mendakwahkan ajaran agamanya, menyampaikan penerangan agama dan mendidik masyarakat dengan sebaik-baiknya sesuai ajaran agama. Fungsi Konsultatif, penyuluh agama menyediakan dirinya untuk turut memikirkan dan memecah-kan

(5)

Prosiding Seminar Nasional Moderasi Beragama STHD Klaten Tahun 2020 | 86 persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat, baik secara pribadi, keluarga maupun sebagai masyarakat umum. Fungsi administratif, penyuluh agama memiliki tugas untuk merencanakan, melaporkan dan mengevaluasi pelaksanaan penyuluhan dan bimbingan yang telah dilakukannya (Akhmadi, 2019)

Pelajar dijadikan target penyebaran paham radikal dan perekrutannya yang dianggap masih labil. Secara psikologis jenjang SMA berada pada tahap sintetik konvensional, pada tahapan ini patuh terhadap pendapat dan kepercayaan orang lain (Desmita, 2009). Penanaman dan pengembangan moderasi beragama sangat penting sebagai cara pandang siswa dan mahasiswa dalam memahami dan mendalami agamanya.

Sehingga mengajarkan agama tidak hanya untuk membentuk kesalehan secara indivu, tapi juga mampu menjadikan paham agamanya sebagai instrument untuk memenghargai umat agama lain.

2. Mengembangkan literasi agama

Era disrupsi digital mendorong terjadinya disrupsi agama. Kemudahan akses informasi dan kebebasan untuk menulis di media sosial menjadi masalah baru yang mengancam keutuhan beragama dan menjadi salah satu tantangan dalam upaya moderasi agama. Banyak pihak yang memainkan pesan-pesan Tuhan menjadi pesan pribadi yang sarat kepentingan. Pihak-pihak yang memiliki ototitas pengetahuan agama, baik dari kalangan agamawan atau akademisi diharapkan untuk hadir dan mengisi kekosongan dalam moderasi agama di ruang-ruang media sosial. (RI, 2019)

Pengembangan literasi agama menjadi hal penting yang sangat mendesak untuk disosialisasikan untuk mengimbangi derasnya arus disrupsi agama. Kemudahan akses terhadap konten-konten radikal atau ekstrim disertai lemahnya pengetahuan dasar agama, dan kurangnya konsultasi dengan otoritas-otoritas keagamaan tradisional menjadikan mudahnya pembentukan eksklusivisme, radikalisme dan ekstrimisme.

Perlu dikembangkan sebuah strategi komunikasi agar menghindarkan masyarakat kita dari kegagapan menghadapi era disrupsi dan membangun gerakan kebudayaan untuk memperkuat akal sehat kolektif. Muatan-muatan fundamental dari tokoh agama, budayawan dan akademisi perlu diterjemahkan menjadi materi atau muatan yang fundamental, menjadi sajian yang lebih mudah dipahami dan diterima oleh masyarakat luas namun tetap berbobot.

Diperlukan juga gerakan literasi keagamaan untuk penguatan keberagaman yang moderat. Peran agama harus dikembalikan ke perannya sebagai panduan spiritualitas dan moral, tidak hanya aspek ritual dan formal. Literasi agama penting untuk menangkal stereotipe dan membangun relasi yang baik di atas perbedaan-perbedaan yang ada.

Stereotipe negatif terkait penganut agama tertentu berpotensi melahirkan keputusan dan kebijakan yang membatasi hak-hak seseorang. Pengabaian terhadap keberagaman agama dan ekstremisme akibat kurangnya literasi agama menyebabkan pelajar kerap mengalami perundungan oleh teman-teman di sekolahnya.

(6)

Prosiding Seminar Nasional Moderasi Beragama STHD Klaten Tahun 2020 | 87 Menerima segala sesuatu sebagaimana adanya tanpa pernah mempertanyakan atau mengkritisinya tak ubahnya seperti iman buta. Alih-alih membawa ketentraman, ia bisa memicu petaka dalam kehidupan masyarakat yang beraneka keyakinan. Tidak hanya antar-agama, pemahaman terhadap satu sama lain intra-religi juga menjadi kebutuhan untuk mewujudkan perdamaian. Pengetahuan tentang dasar-dasar agama-agama membantu kita meyakini kebenaran yang diyakini dan dipelajari, dan pada saat yang sama menghormati perbedaan-perbedaan, memahami dan mencapai kebenaran dan kebahagiaan.

3. Mengadakan Kemah Lintas Paham Keagamaan

Untuk mengkomunikasikan kerukunan antar umat beragama dan permasalahan antar agama yang seringkali terjadi, dibentuk forum Pemuda Lintas Agama. Forum ini diharapkan menjadi wadah diskusi terkait peranan pemerintah, lembaga – lembaga agama, organisasi masyarakat atau organisasi pemuda dalam menjaga dan meningkatkan kerukunan antar umar beragama. Forum ini merupakan bagian dari Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB). Berbagai masalah intoleransi pada dasarnya akan mudah diatasi dengan dialog antara para tokoh agama, tokoh adat dan tokoh masyarakat (Di &

Kalimantan, n.d.) Dengan adanya sinergi seperti ini, apalagi yang melibatkan para generasi muda, sebagai pelanjut estafet negeri ini diharapkan nuansa keberagamaan kita ke depan semakin membaik, semakin rukun dan arif, semakin santun dan toleran, serta mengedepankan kedamaian.

4. Pendirian Rumah Moderasi Beragama

Moderasi Beragama harus berada di semua lini kehidupan. Salah satu bentuknya yaitu menyisipkan silabus moderasi beragama dalam perkuliahan agar keseimbangan dalam keilmuan dapat berjalan dengan baik. Termasuk diantaranya mengarahkan mahasiswa agar memilih kelompok kajian yang benar sejak awal masuk perkuliahan. Hal ini penting untuk mencegah dan menanggulangi radikalisme dan ekstremisme yang menjadi ancaman dunia pendidikan. Saat ini pemerintah telah meresmikan beberapa Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri sebagai rumah moderasi beragama. PTKIN diharapkan dapat dapat menjadi agen pengarusutamaan moderasi agama di Indonesia. (Cpns et al., 2019)

2.3.Penegakan Hukum yang Adil

Masih banyak aturan di Indonesia yang belum mengimplementasikan keberagaman yang adil. Misalnya perselisihan antara warga yang berbeda agama belum ditangani dengan tuntas dan adil. Oleh sebab itu menimbulkan konflik hirizontal yang sulit untuk diselesaikan.

Konflik sara justru meningkat dikarenakan lemahnya apresiasi etika meyelesaikan masalah sosial dan lemahnya penegak hukum. Sebagai contoh, konfik di Poso. Pada mulanya di picu masalh kecil antara dua dua warga yang kebetulan berbeda agama. Akan tetapi karena secara hukum masalahnya tidak diusut dengan tuntas, sehingga permasalahannya menjadi besar.

Perselisihan kecil antara warga akhirnya memicu konflik yang lebih besar, konfik besar terjadi dikarenakan warga tidak percaya terhadap hukum. (Abdul, Hasan, Agama, Negeri, &

Surakarta, 2013)

(7)

Prosiding Seminar Nasional Moderasi Beragama STHD Klaten Tahun 2020 | 88 Adil dalam arti “sama” yakni persamaan dalam hak. Seseorang yang berjalan lurus dan sikapnya selalu menggunakan ukuran yang sama, bukan ukuran ganda. Persamaan itulah yang menjadikan seseorang yang adil tidak berpihak kepada salah seorang yang berselisih. Adil juga berarti penempatan sesuatu pada tempat yang semestinya. Ini mengantar pada persamaan, walau dalam ukuran kuantitas boleh jadi tidak sama. Adil adalah memberikan kepada pemilik hak-haknya melalui jalan yang terdekat. Ini bukan menuntut seseorang memberikan haknya kepada pihak lain tanpa menunda-nunda. Adil juga berarti moderasi „tidak mengurangi tidak juga melebihkan.

2.4.Kebijakan Pemerintah Harus Jelas

Pemerintah sebagai pemegang kebijakan harus meyadari dengan terjadinya konflik antarumat beragama, terutama masalah pendirian rumah ibadah, penyiaran agama, dan bantuan keagamaan. Untuk terhidar dari konflik tersebut, pemerintah wajib menjamin warganya untuk menjalankan agama yang dianutnya sesuai dengan Udang-Udang Dasar 1945 yang dijelaskan pada pasal 28E ayat (2) UUD 1945 juga menyatakan bahwa setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan. Selain itu dalam Pasal 28I ayat (1) UUD 1945 juga diakui bahwa hak untuk beragama merupakan hak asasi manusia. Selanjutnya Pasal 29 ayat (2) UUD 1945 juga menyatakan bahwa Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduknya untuk memeluk agama. (Zakaria, Hukum, Hukum, & Jenderal, 2012)

Tugas pemerintah adalah menciptakan kondisi yang kondusif untuk dapat mewujudkan kehidupan bernegara yang beradap dan non-diskriminasi. Pemerintah memiliki sifat memaksa agar peraturan perundang-undangan yang dihasilkan dapat ditaati, terlaksana secara efektif, dan perilaku anarki bisa dicegah sejak dini. Semua ini dapat terlaksana, sebab pemerintah memiliki kekuasaan yang legal untuk menggunakan kekuatan fisik dengan menggunakan berbagai sarana yang dimiliki seperti kepolisian, kejaksaan, sistem peradilan, dan sebagainya.

Menciptakan kehidupan yang toleran, Negara atau pemerintah wajib memberikan perlindungan dalam menjaga sikap toleransi. Pentingnya toleransi seperti ini juga sangat sesuai dengan ajaran ajaran-ajaran agama.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, M., Hasan, K., Agama, I., Negeri, I., & Surakarta, I. (2013). MERAJUT KERUKUNAN DALAM KERAGAMAN AGAMA DI INDONESIA ( Perspektif Nilai-Nilai Al-Quran ).

14(1), 66–77.

Akhmadi, A. (2019). Moderasi Beragama dalam Keragaman Indonesia Religious Moderation In Indonesia ’ S Diversity. 45–55.

Alamsyah M, D. (2018). Agama, (In) toleransi-Memahami Kebencian & Kekerasan Atas Nama Agama. Jakarta: Elex Media Computindo.

Cpns, K. T., Sultan, I., Gorontalo, A., Terhadap, D., Status, A., Menjadi, I., … Gorontalo, A.

(2019). Rumah Moderasi Beragama Perspektif lintas keilmuan.

(8)

Prosiding Seminar Nasional Moderasi Beragama STHD Klaten Tahun 2020 | 89 Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Di, B., & Kalimantan, P. (n.d.). Peran pemuda lintas agama dalam meningkatkan kerukunan umat beragama di provinsi kalimantan timur. 114–128.

Ekopriyono, A. (2005). The Spirit of Pluralism: Menggali Nilai-Nilai Kehidupan, Mencapai Kearifan. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Lubhis M.H. Ridwan. (2017). Agama dan Perdamaian: Landasan, Tujuan, dan Realitas Kehidupan Bragama di Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

RI, K. A. (2019). Moderasi Beragama. Jakarta Pusat: Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI.

Yunus, F. M., Ushuluddin, F., Islam, U., & Uin, N. (2014). Substantia, Volume 16 Nomor 2, Okotber 2014 http://substantiajurnal.org. 16, 217–228.

Zakaria, A., Hukum, M., Hukum, F., & Jenderal, U. (2012). Pembatasan partai politik peserta pemilihan umum dalam perspektif demokrasiarya. (52), 1–11.

Referensi

Dokumen terkait

Sing-masing sehingga tempat diam & “orang Belanda jang akan toeroet memilih itoe terlaloe terpentjil | “dan berdjaoeh djaoehan, dan lagi kareha berhoeboeng

Data hasil pembacaan sensor ditetapkan sebagai variabel ADC, selanjutnya dilakukan konversi dengan rumus yang didapat melalui percobaan membandingkan nilai ADC

Hasil tangkapan yang melimpah tidak selalu menguntungkan, usahakan untuk menangkap ikan dari jenis dan ukuran komersial dengan jumlah yang sesuai dengan

Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan dengan menggunakan variabel break even point dan regresi linear untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai pengaruh break

Dengan menggunakan tingkat kemiskinan sebagai target intervensi dan angka partisipasi murni (APM) sebagai salah satu indikator utama dibidang pendidikan pada jenjang

EVALUASI PADA PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI EVALUASI KUALIFIKASI Permen PUPR 31/2015 Permen PU 10/2014 UUJK 2/2017 Keterangan: Kualifikasi Badan Usaha Administrasi SBU Ijin

Deskriptor diambil berdasar- kan jumlah panelis yang menyatakan bahwa suatu soal diperkirakan mampu dijawab benar oleh siswa minimal lebih dari separoh (1/2) dari

Pada kuartal ketiga 2010, volume produksi Adaro Energy mengalami penurunan sebesar 2% menjadi 10,22 juta ton, atau lebih rendah daripada dua kuartal sebelumnya, karena tingginya