• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kasmauli Sitindaon. SMP Negeri 3 Onanganjang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Kasmauli Sitindaon. SMP Negeri 3 Onanganjang"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

93

MAHLUK HIDUP MELALUI PENERAPAN MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DI KELAS IX-A SMP NEGERI 3 ONANGANJANG

TAHUN PEMBELAJARAN 2021/2022

Kasmauli Sitindaon SMP Negeri 3 Onanganjang

ABSTRAK

Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah Sejauhmanakah peningkatan hasil belajar materi Pewarisan sifat pada mahluk hidup dengan penerapan model problem based learning serta bagaimanakah pengaruhnya terhadap motivasi belajar pendidikan sains materi siswa Kelas IX-a di SMP Negeri 3 Onan ganjang Tahun Pembelajaran 2021/2022. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pendidikan sains setelah diterapkannya metode pengajaran problem based learning materi Pewarisan sifat pada mahluk hidup dan untuk mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa Kelas IX-a SMP Negeri 3 Onan ganjang Tahun Pembelajaran 2021/2022. Subjek dalam penelitian ini Subyek penelitian adalah guru mata pelajaran IPA dan yang menjadi objek Dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi Kelas IX-a di SMP Negeri 3 Onan ganjang yang berjumlah 32 siswa pada semester ganjil Tahun Pembelajaran 2021/2022. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada pokok bahasan Pewarisan sifat pada mahluk hidup. Sebelum dilakukan tindakan, nilai rata-rata hasil belajar siswa 70. 52 dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 8 orang (29,63%) dan belum tuntas sebanyak 19 orang (70,37%). Setelah dilakukan penerapan siklus I penerapan model problem based learning (PBI) di atas menunjukkan peningkatan nilai secara klasikal, dengan nilai rata-rata 75,8.

Siswa yang tuntas sebanyak 14 orang, artinya Persentase Ketuntasan Klasikal (PKK) = Serta siswa yang belum tuntas sebanyak 13

orang dengan PKK = . Ini menunjukkan adanya selisih persentase ketuntasan klasikal antara tes awal dengan tes siklus I sebesar 5.

28%. Pada siklus II siswa yang tuntas 25 orang (92,59%) sedangkan yang belum tuntas 2 orang (7,41%) dengan nilai rata-rata 82,04. Jadi selisih peningkatan nilai rata-rata siswa pada siklus I dan siklus II sebesar 24,82%.

Berdasarkan hasil refleksi siklus I dan siklus II yang telah dilakukan oleh peneliti, maka terjadi perubahan peningkatan hasil belajar yang terlihat dari penelitian Pembelajaran dengan menggunakan problem based learning (PBI) dapat meningkatkan hasil belajar siswa SMP Negeri 3 Onan ganjang. Kabupaten Humbang Hasundutan Provinsi Sumatera Utara T. P 2021/2022.

Kata Kunci: Problem Based Learning, Hasil Belajar

%.

85 , 51

% 27 100

14 x =

% 15 , 48

% 27 100

13 x =

(2)

94 PENDAHULUAN

Dengan memanfaatkan metode secara baik sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan pencapai tujuan pembelajaran akan tercapai dengan baik, salah satu indikator keberhasilan itu dapat dilihat dari pencapaian pembelajaran peserta didik mencapai KKM yang telah di tetapkan yakni nilai 72 dinyatakan tuntas.

Kecenderungan dalam dunia pendidikan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak “mengalami” sendiri apa yang dipelajarinya, bukan ‘mengetahui’- nya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi ‘mengingat’ jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangkan panjang. Dan, itulah yang terjadi di kelas-kelas sekolah kita. Pendekatan kontekkstual (contextual teaching learning/CTL) adalah suatu pendekatan pengajaran yang dari karakteristiknya memenuhi harapan itu. Sekarang ini pengajaran kontekstual menjadi tumpuan harapan para ahli pendidikan dan pengajaran dalam upaya menghidupkan kelas secara maksimal. Kelas yang pembelajarannya interaktif diharapkan dapat mengimbangi perubahan yang terjadi di luar sekolah yang sedemikian cepat.

Belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari perenungan informasi ke dalam benak siswa. Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dan pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang langgeng. Yang bisa membuahkan hasil belajar yang langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif. Belajar aktif dimaksud dalam hal ini dimana dalam proses pelaksanaan pembelajaran siswa harus aktif atau berkontribusi, Mereka harus menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif harus gesit, menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah. Siswa bahkan sering meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak leluasa dan berfikir keras (moving about dan thinking aloud).

Pembelajaran sedemikian dapat disebut pembelajaran kontekstual dimana siswa menjadi subjek pembelajaran bukan sekedar objek dimana pada proses belajar siswa dirancang untuk mengerjakan, yakni menggambarkan sesuatu dengan cara mereka sendiri, menunjukkan contohnya, memecahkan masalah, mencoba mempraktekkan keterampilan, dan mengerjakan tugas yang menuntut pengetahuan yang telah atau harus mereka dapatkan.

Profesionalisme guru ditandai dengan setiap akan mengajar, guru harus membuat persiapan mengajar untuk mencapai tujuan mengajar, materi yang akan diajarkan, metode mengajar, bahan pelajaran, alat peraga dan teknik evaluasi yang digunakan. Karena itu setiap guru harus memahami benar tentang tujuan mengajar, secara khusus memilih dan menentukan metode mengajar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, cara memilih, menentukan dan menggunakan alat peraga, cara membuat tes dan menggunakannya, dan pengetahuan tentang alat-alat evaluasi.

KAJIAN TEORITIS

Hasil belajar merupakan umpan balik dari proses pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk penilaian Widodo Supriyono (1991: 130) mengatakan "Hasil belajar yang dicapai seorang individu merupakan suatu hasil interaksi antara guru dengan anak didiknya faktor yang mempengaruhi (faktor internal) maupun dan luar diri (faktor eksternal) individu. Dalam proses pembelajaran hasil belajar (prestasi) siswa tidak tertepas oleh

(3)

95

yang diterimanya dan cara pengelolaan proses, interaksi kelas yang dilakukan Lebih. lanjut, hasil betajar siswa yang diperoleh siswa dapat dikelompokkan kepada hasil yang bersifat penguasaan

Pengajaran berbasis Problem based learning membutuhkan suatu pendekatan pengajaran komprehensif di mana lingkungan belajar siswa disain agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah autentik termasuk pendalaman materi dari suatu topik mata pelajaran, dan melaksanakan tugas bermana lainnya. Pendekatan ini memperkenankan siswa untuk bekerja secara mandiri dalam mengkostruksikannya dalam produk nyata (Buck Institue for Eduction, 2001).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (Classroom action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai. Menurut Oja dan Sumarjan (dalam Titik Sugiarti, 1997: 8) mengelompokkan penelitian tindakan menjadi empat macam yaitu, (a) guru sebagai penelitia; (b) penelitian tindakan kolaboratif; (c) simultan terintegratif; (d) administrasi social eksperimental.

Secara rinci telah dipersiapkan berupa prosedur pelaksanaan rancangan penelitian tindakan kelas untuk setiap siklus yang diuraikan sesuai dengan langkah-langkah yang rinci untuk dilaksanakan dalam penelitian ini dengan langkah, sebagai berikut:

Pra Siklus Perencanaan

Pada tahap perencanaan, peneliti merencanakan kegiatan yang akan dilakukan pada penelitian tindakan kelas (PTK), adapun kegiatan yang akan dilakukan dalam perencanaan adalah sebagai berikut:

Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran

§ Membuat skenario

§ Membuat alat evaluasi

§ Membuat lembar observasi Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan dilaksanakan selama 2 jam pelajaran (2 x 40 menit) pada bulan Oktober 2021 dalam tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran yang telah direncanakan sesuai dengan RPP yang terlampir

Pengamatan

Pada tahap observasi, peneliti sebagai guru pengajar melakukan tindakan dengan menggunakan model Problem Based Learning tindakan yang sedang dilakukan oleh guru dan aktivitas siswa didalam kelas dilakukan dengan lembar pengamatan yang telah disiapkan. Sebelumya oleh peneliti.

(4)

96 Refleksi

Kegiatan pada tahap ini adalah peneliti bersama-sama observer mendiskusikan hasil tindakan, dari hasil tersebut peneliti dan guru dapat merefleksiknnya dengan melihat data pengamatan yang diperoleh pada saat melakukan suatu observasi pada saat proses pembelajaran.

Siklus I Perencanaan

Pada tahap ini penelti merumuskan dan mempersiapkan: rencana jadwal pelaksanaan tindakan, rencana pelaksanaan pembelajaran, materi/bahan pelajaran sesuai dengan pokok bahasan, lembar,tugas siswa, lembar penilaian hasil belajar, instrumen lembar observasi, dan mempersiapkan kelengkapan lain yang diperlukan dalam rangka analisis data.

Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan dilaksanakan selama 2 x 40 menit (1 x pertemuan) November disesuaikan dengan setting tindakan yang telah ditetapkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) terlampir.

Pengamatan

Pengamatan saat proses pembelajaran berlangsung dilakukan pengamatan tehadap perilaku siswa. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui sikap dean perilaku siawa terhadap pembelajaran dengan penerapan model Problem Based Learning. Pelaksanaan pegnamatan mulai awal pembelajaran ketika guru melakukan apersepsi sampai akhir pembelajaran dengan menggunakan lembar pengamatan terlampir

Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan menganalisis semua data atau informasi yang dikumpulkan dari penelitian tindakan yang dilaksanakan, sehingga dapat diketahui berhasil atau tidaknya tindakan yang telah dilaksanakan dengan tujuan yang diharapkan

Siklus II

Berdasarkan refleksi pada siklus I, diadakan kegiatan-kegiatan untuk memperbaiki rencana dan tindakan yang telah dilakukan. Langkah-langkah kegiatan pada siklus II pada dasarnya sama seperti langkah-langkah pada siklus I, tetapi ada beberapa perbedaan kegiatan pembelajaran pada siklus II.

Perencanaan

Sebagai tindak lanjut siklus I,dalam siklus II dilakukan perbhaikan,penulis mencari kekurangan dan kelebihan pada pembelajaran membuat ringkasan wacana pada siklus I.

kelebihan yang ada pada siklus I sipertahankan pada siklus II, sedangkan kekurangannya diperbaiki, peneliti memperbaiki rencana pelaksanaan pembelajran berdasarkan siklus I.

Penulis juga menyiapkan pedoman wawancara, lembar observasi untuk mengetahui untuk mengetahui kemampuan siswa memahami materi pelajaran dengan penerapan model Problem Based Learning (PBI) pelaksanaan tindakan

(5)

97

Proses tindakan pada siklus II dengan melaksanakan proses pembelajran berdasarkan pada pengalaman hasil dari siklus I,dalam tahap ini penelitian melaksanakan proses pembelajaran berdasarkan tindakan pada siklus I, perbedaannya adalah pada siklus II dilaksanakan dengan cara menyederhanakan materi pembelajaran dan menambahkan media pengajaran dengan cara membagikan contoh ringkasan wacana kepada masing- masing siswa sebagai bahan untuk dipahami dan dilaksanakan sebagai petunjuk dan prosedur kerja siswa yang akan dilaksanakan.

Pengamatan

Adapun yang diobservasi pada siklus II sama seperti siklus I,meliputi: hasil tes dan nontes (pengamatan dan wawancara) pedoman pengamatan pada siklus II memperhatikan instrumen serta kriteria yang terdapat pada siklus I.

Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan menganalisis semua data atau informasi yang dikumpukan dari penelitian tindakan yang dilaksanakan, sehingga dapat diketahui berhasil atau tindakannya

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Kemampuan Awal Siswa

Sebelum perencanaan tindakan siklus I dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pre tetst yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa serta untuk mengetahui gambaran kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal-soal pada kegiatan diruang kelas dengan penerapan model Problem Based Learning di dalam kelas yang disajikan untuk mengetahui sudah sejauh mana tingkat pemahaman peserta didik tentang pokok bahasan Pewarisan sifat pada mahluk hidup di Kelas IX-a semester ganjil pada SMP Negeri 3 Onanganjang Tahun Pembelajaran 2021/2022.

Dari tes awal yang dilakukan diperoleh tingkat ketuntasan yang dapat dilihat pada Tabel 1. 1 Hasil Tes Awal

Uraian Nilai Keterangan

Belum Tuntas Tuntas

Jumlah Nilai 2493

Rata-rata 77. 89

Tuntas (persen) 23 71. 87 %

Belum Tuntas (pesen) 9 28%

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa 77,89 dengan jumlah siswa yang belum tuntas sebanyak 9 orang (28%) dan siswa yang tuntas sebanyak 23 orang (71. 87 %).

(6)

98

Grafik 2. 1 Hasil Tes Awal

Dari diagram di atas dapat diketahui persen klasikal siswa yang tuntas 23 orang dan yang belum tuntas 9 orang. Dengan ini dapat diketahui persen klasikal ketuntasan, yaitu:

PKK Tuntas. PKK Belum Tuntas

Hal ini menunjukkan tingkat ketuntasan belajar secara klasikal masih rendah, maka selanjutnya dilakukan perbaikan dengan penerapan problem based learning untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan Pewarisan sifat pada mahluk hidup di kelas IX-a semester ganjil pada SMP Negeri 3 Onanganjang Tahun Pembelajaran 2021/2022.

Pada Siklus I Pada akhir pelajaran, peneliti dan siswa sama-sama menyimpulkan pelajaran. Di akhir pertemuan siklus I, peneliti memberikan tes hasil belajar sebagai bahan evaluasi terhadap hasil belajar siswa

Tabel 1. 2. Hasil Perolehan Nilai Pada Saat Siklus I

Nama Siswa Skor Nilai Keterangan

Jumlah 259

Rata-rata 80. 94 80. 15

Tuntas (persen) 26 81. 25%

Belum Tuntas (persen) 6 18. 75%

Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkat 3,95 dari nilai tes awal awal 77,89 menjadi 80. 94 pada siklus I, dengan jumlah siswa yang tuntas 26 orang 81,25% dan yang belum tuntas 6 orang 18,75%

% 87 , 71

% 32 100

23 =

= x 100 % 28 %

32

9 =

= x

(7)

99

Siklus I di atas menunjukkan peningkatan nilai secara klasikal, dengan nilai rata-rata 80,94. Siswa yang tuntas sebanyak 26 orang, artinya Persentase Ketuntasan Klasikal (PKK)

= serta siswa yang belum tuntas sebanyak 6 orang dengan PKK =

. Ini menunjukkan adanya selisih persentase ketuntasan klasikal antara tes awal dengan tes siklus I sebesar 80,94%. Namun demikian tingkat Ketuntasan belajar secara klasikal belum mencapai nilai maksimal yang diharapkan, untuk itu perlu dilakukan pembelajaran kembali dengan memperbaiki langkah-langkah yang dianggap belum efektif.

Pada Siklus II, Diketahui bahwa siswa yang tuntas 26 orang (81,25) sedangkan yang belum tuntas 6 orang (18. 75%) dengan nilai rata-rata 80,94 Jadi selisih peningkatan nilai rata-rata siswa pada siklus I dan siklus II sebesar 4,45 %.

Tabel 1. 5 Hasil Tes Siklus II

Nama Siswa Skor Nilai Keterangan

Jumlah 273. 3

Rata-rata 85. 39 84. 58

Tuntas (persen) 31 97%

Belum Tuntas (pesen) 1 0. 3

Dari data siklus II di atas terdapat peningkatan nilai secara klasikal, yaitu Nilai rata- rata belajar siswa 85. 39 Siswa yang telah tuntas 31 orang dan yang belum tuntas 1 orang.

Dengan demikian dapat diketahui persentase ketuntasan klasikal:

yang belum tuntas . Hal ini menunjukkan ada peningkatan hasil belajar siswa pada materi Pewarisan Sifat Pada Mahluk Hidup dengan penerapan model pembelajaran

%.

25 , 81

% 32 100

26 x =

% 75 , 18

% 32 100

6 x =

% 97

% 32 100

31 =

= x

PKK 100 % 0 . 3 %

32

1 x =

(8)

100

Grafik 2. 3Hasil Tes Siklus II

Pembahasan

Pembelajaran dengan penerapan model problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal-soal pada pokok bahasan Pewarisan Sifat Pada Mahluk Hidup. Sebelum dilakukan tindakan, nilai rata-rata hasil belajar siswa 71. 87, dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 23 orang dan belum tuntas sebanyak 9 orang.

Grafik 2. 4 Hasil Tes Awal, Siklus I Dan Siklus II

Setelah dilakukan model problem based learning pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkat 9,62% dari nilai awal menjadi 71. 87% pada siklus I, dengan jumlah siswa yang tuntas 26 orang dan yang belum tuntas 6 orang. Pada siklus II nilai rata- rata kelas lebih meningkat lagi, siswa yang tuntas 31 orang (97,00) sedangkan yang belum tuntas 1 orang (3 %) dengan nilai rata-rata 85,39 Jadi selisih peningkatan nilai rata-rata siswa pada siklus I dan siklus II sebesar 4,45 %. Hal ini berarti pembelajaran dengan penerapan model problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan Pewarisan Sifat Pada Mahluk Hidup. Perbandingan observasi guru dalam mengajar pada siklus I mendapatkan 70,83% dengan kategori penilaian cukup dan siklus II mendapatkan 89,58% dengan kategori penilaian baik. Maka dapat kita lihat selisih penilaian hasil observasi guru dalam mengajar pada siklus I dan siklus II sebesar 19,75%. Dapat

(9)

101

Hal ini dapat terlihat dari persentase siklus I, aktivitas siswa 79,16% dengan kategori penilaian baik, meningkat 12,50% pada siklus II menjadi 91,66% dengan kategori penilaian baik sekali. Peningkatan nilai rata-rata serta jumlah siswa yang tuntas mulai dari tes awal, siklus I dan siklus II. Sebelum dilakukan tindakan, nilai rata-rata hasil belajar siswa dengan 77,89 jumlah siswa yang tuntas sebanyak 23 orang dan belum tuntas sebanyak 9 orang.

Setelah dilakukan model problem based learning pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkat 9,62% dari nilai awal menjadi 71,87 % pada siklus I, dengan jumlah siswa yang tuntas 26 orang dan yang belum tuntas 6 orang Pada siklus II nilai rata- rata kelas lebih meningkat lagi, siswa yang tuntas 31 orang (97,00) sedangkan yang belum tuntas 1 orang (3,00%) dengan nilai rata-rata 85,39 Jadi selisih peningkatan nilai rata-rata siswa pada siklus I dan siklus II sebesar 4,45 Hal ini berarti pembelajaran dengan penerapan model problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pokok bahasan Pewarisan Sifat Pada Mahluk Hidup di Kelas IX-a SMP Negeri 3 Onanganjang Tahun Pembelajaran 2021/2022.

Simpulan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan

Dengan memanfaatkan metode secara baik sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan pencapai tujuan pembelajaran akan tercapai dengan baik, salah satu indicator keberhasilan itu dapat dilihat dari pembelajaran peserta didik mencapai KKM yang telah di tetapkan seperti halnya di SMP Negeri 3 Onan ganjang yakni nilai 72 dinyatakan tuntas.

Sebelum dilakukan tindakan, nilai rata-rata hasil belajar siswa 70. 52 dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 8 orang (29,63%) dan belum tuntas sebanyak 19 orang (70,37%).

Setelah dilakukan tindakan pada siklus I penerapan model problem based learning (PBI) di atas menunjukkan peningkatan nilai secara klasikal, dengan nilai rata-rata 75,8. Siswa yang tuntas sebanyak 14 orang.

Pada siklus II siswa yang tuntas 25 orang (92,59%) sedangkan yang belum tuntas 2 orang (7,41%) dengan nilai rata-rata 82,04. Jadi selisih peningkatan nilai rata-rata siswa pada siklus I dan siklus II sebesar 24,82%. Pembelajaran dengan menggunakan problem based learning (PBI) dapat meningkatkan hasil belajar siswa SMP Negeri 3 Onanganjang.

Kabupaten Humbang Hasundutan Provinsi Sumatera Utara T. P 2021/2022.

Saran

Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Kepala sekolah hendaknya menghimbau dan memberikan kesempatan kepada guru untuk terus mengikuti perkembangan media dan metode pembelajaran sehingga proses belajar mengajar yang baik dapat dilaksanakan

2. Hendaknya guru dapat menggunakan media dan metode pembelajaran yang bervariasi sehingga Pembelajaran menyenangkan dapat terwujud.

3. Siswa diharapkan dapat membangun pola interaksi dan kerjasama, baik dengan sesama siswa, dengan guru, dan lingkungan demi terlaksananya proses belajar mengajar yang baik

(10)

102

4. Dalam proses pembelajaran hendaknya harus diciptakan student centre yang berarti siswa menjadi pusat pembelajaran berkreatifitas bukan sekedar pendengar yang baik namun menjadi subjek dalam proses pembelajaran.

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta: Rineksa Cipta.

Combs. Arthur. W. 1984. The Profesional Education of Teachers. Allin and Bacon, Inc.

Boston.

Darma Surya, (2009). Bahan Belajar Mandiri Dimensi Kompetensi Suvervisi. Jakarta:

Direktorat jendral peningkatan Mutu pendidikan Nasional

Depdikbud (1998) Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Tentang Jabatan Fungsional Kepala Sekolah Sekolah dan Angka Kreditnya, Dirjen Pendasmen, Jakarta

Depdiknas (2001) Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka. Jakarta

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (2006) Pengelolaan Kegiatan Belajar (Pembelajaran Tematik) di SD, Pemprov Jawa Tengah, Semarang

Gambar

Grafik 2. 1 Hasil Tes Awal
Tabel 1. 5 Hasil Tes Siklus II
Grafik 2. 4 Hasil Tes Awal, Siklus I Dan Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun peneliti belum menemukan penelitian terdahulu yang secara langsung memaparkan dampak konseling kelompok dengan teknik cognitive restructuring dalam meningkatkan

Menurut Schein dalam Wibowo (2013:312) budaya biasanya tumbuh dari tiga sumber, yaitu (a) keyakinan, nilai-nilai, dan asumsi dari pendiri organisasi, (b)

22. Computer adalah hasil karya manusia yang mampu membawa perubahan besar dalam berbagai bidang pekerjaan manusia termasuk dalam bidang pendidikan. Computer sebagai hasil

Jom Faperta Vol 1 No 2 Oktober 2014 Konsumen meyakini bahwa atribut manfaat bagi kesehatan dan kandungan zat yang paling diyakini dalam memilih produk jamur tiram dengan

Pada perencanaan desain PLTMH data diambil dari nilai debit yaitu pada pengukuran dengan debit sebesar 0,1 m 3 /det dan head efektif sebesar 46,5m .Dengan

Oktober 1976: Menteri Kehakiman Indonesia, Mochtar Kosumaatmadja, menyatakan bahwa Indonesia telah siap mengadakan negosiasi mengenai batas dasar laut untuk menutup Celah Timor

Taksiran bawah dilakukan dengan caramenaksir hasil operasi hitung dengan membulatkan semua. suku dalam operasi hitung kedalam pembulatan tertentu yang ada dibawahnya, baik