• Tidak ada hasil yang ditemukan

commit to user BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "commit to user BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori 1. Bola Basket

a. Pengertian Permainan Bola Basket

Bola basket merupakan salah satu cabang olahraga yang digemari oleh banyak orang. Cabang olahraga bola basket berkembang dengan cepat termasuk di Indonesia. Permainan bola basket ditemukan pada tahun 1891 oleh Dr.James A Naismith seorang anggota sekolah pelatihan YMCA (Young Men’s Christian Association) di Springfield Massachusetts).

Bola basket adalah merupakan olahraga berkelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari lima orang pemain yang saling berkompetisi secara sportif untuk memasukkan bola ke keranjang basket lawan dan berusaha bertahan agar keranjangnya tidak kemasukan bola. Menurut Agus Margono (2010: 7) prinsip yang mendasar dalam permainan bola basket adalah bahwa permainan bola basket merupakan suatu permainan yang dilakukan tanpa unsur kekerasan atau tidak begitu kasar, dengan tidak ada unsur menendang, menjegal dan menarik, serta tidak begitu susah untuk dipelajari.

Setiap orang dalam melakukan aktivitas jasmani mempunyai tujuan yang berbeda-beda.Dalam permainan bola basket ada sebagian seseorang yang bermain hanya sekedar rekreasi untuk mengisi waktu luang, ada beberapa orang bermain memang karena mengejar prestasi ingin menjadi pemain profesional, dan ada sebagian orang bermain bola basket karena pendidikan. Tujuan seseorang dalam melakukan sesuatu memang tidak selalu sama, sehingga dalam pelaksanaanyapun juga pasti berbeda mulai dari teknik-teknik dasar yang dipelajari sampai strategi permainan yang dipelajari.

7

(2)

commit to user

Permainan ini dimulai dengan jum ball dan dipimpin oleh 2 orang wasit yaitu refree dan umpire. Dalam satu pertandingan bola basket terdapat empat babak atau yang biasanya disebut dengan kuarter.Pergantian pemainnya bebas namun harus melapor kepada wasit terlebih dahulu.Lamanya waktu pertandingan dalam satu kuarter adalah10 menit.

Kemenangan dalam permainan ini adalah apabila diantara kedua tim yang paling banyak mengumpulkan point selama empat kuarter.

b. Teknik Dasar Bola Basket

Bola basket merupakan cabang olahraga yang memiliki unsur gerakan yang cukup kompleks dan menuntut skillyang tinggi dalam pelaksanaan permainannya. Hal ini karena, pelaksanaan permainannya selalu berubah-ubah yang menuntut keterampilan memainkan macam- macam teknik dasar yang ada di dalamnya. Sebagai dasar agar mampu bermain bola basket adalah menguasai teknik dasar bola basket.

Teknik dasar permainan bola basket merupakan komponen fundamental dan harus dikuasai oleh setiap pemain. Penampilan seorang pemain atau tim dikatakan baik jika para pemainnya menguasai teknik dasar dengan baik pula. Imam Sodikun (1992:47). Teknik dasar bola basket terdiri atas : 1. Melempar dan menangkap (passing dan catching), 2. Menggiring (dribble), 3. Menembak (shooting), 4. Pivot atau olah kaki, 5. Merayah (rebound)”.

1) Teknik dasar melempar dan menangkap(Passing dan Catching)

(Nuril Ahmadi, 2007:13) mengemukakan bahwa “Passing berarti mengoper bola”. Mengoper adalah merupakan bentuk teknik dasar pertama dalam permainan bola basket dengan operan para pemain dapat mendekati ring basket untuk melakukan serangan atau tembakan.

Selain itu operan juga dapat digunakan untuk mengatur irama permainan.Operan dapat dilakukan dengan cepat, keras, dan lunak.Yang terpenting bola dapat dikuasai oleh teman yang menerimanya.Operan ini terbagi menjadi tiga yaitu chest pass (operan dari depan dada), bounce

(3)

commit to user

pass (operan pantul), dan overhead pass (operan dari atas kepala).

Sedangkan Catching adalah gerakan menangkap atau menerima bola dari operan teman. Menerima bola adalah merupakan bentuk teknik dasar yang sangat penting. Karena apabila seorang pemain memiliki kemampuan menerima operan dalam berbagai posisi dan situasi dengan baik, maka akan dapat meningkatkan kualitas permainan dan percaya diri teman satu tim.

2) Teknik Dasar Menggiring Bola (Dribbling)

“Menggiring bola adalah membawa lari bola ke segala arah sesuai dengan peraturan yang ada” (Nuril Ahmadi, 2007:17).Seorang pemain boleh membawa bola lebih dari satu langkah tetapi bola harus tetap dengan memantul-mantulkan bola pada lantai dan hanya menggunakan satu tangan, baik dengan berjalan maupun berlari.

Menggiring bola dibagi menjadi 2 cara, yaitu menggiring bola rendah dan menggiring bola tinggi. Tujuan menggiring bola rendah untuk melindungi bola dari lawan sedangkan menggiring bola tinggi dilakukan untuk mengadakan serangan yang cepat ke daerah pertahanan lawan.Menggiring bola berfungsi untuk mencari peluang untuk melakukan serangan, menerobos pertahanan lawan, ataupun memperlambat tempo permainan.

3) Teknik Dasar Menembak (Shooting)

Usaha memasukka bola ke keranjang diistilahkan dengan menembak, dapat dilakukan dengan satu tangan, dua tangan, dan lay up.

(Nuril Ahmadi, 2007:18). Shooting adalah usaha memasukkan bola ke dalam keranjang atau ring basket lawan untuk meraih poin.Shooting ini dilakukan dengan berbagai macam misalnya one head shoot (tembakan satu tangan),free throw (tembakan bebas),jump shoot (tembakan sambil melompat), three point (tembakan tiga angka), hook shoot (tembakan mengkait), lay up shoot (tembakan dengan langkah dan melompat).

Pada prinsipnya pendapat yang dikemukakan ahli tersebut secara garis besar mengelompokkan teknik dasar bola basket terdiri atas

(4)

commit to user

dua macam yaitu teknik dasar tanpa bola dan teknik dasar dengan bola.

Teknik dasar tanpa bola meliputi olah kaki, gerakan berporos, melompat/meloncat, dan gerak tipu. Sedangkan teknik dengan bola meliputi operan, menangkap, menembak, dan menggiring. Kedua teknik dasar tersebut merupakan komponen-komponen dalam permainan bola basket yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan dalam pelaksanaan permainan. Keterlibatan teknik tanpa bola dan tek nik dengan bola didasarkan kebutuhannya atau situasi yang terjadi di dalam permainan. Teknik-teknik tersebut harus dikuasai oleh setiap pemain agar dapat mendukung penampilannya dalam bertanding. Dengan menguasai macam-macam teknik dasar bermain bola basket dengan baik memberi peluang besar untuk dapat memenangkan pertandingan.

2. Lay UpShoot Bola Basket

a. Pengertian Lay Up Shoot Bola Basket

Menembak atau shooting merupakan teknik dasar bola basket yang sangat penting. Nilai atau angka tercipta dalam permainan bola basket melalui tembakan-tembakan yang tepat dan akurat pada ring lawan.

Dalam melakukan tembakan permainan bola basket dapat dilakukan dengan beberapa macam, di antaranya tembakan lay up.

Dibandingkan dengan jenis tembakan lainnya, tembakan lay up memiliki prosentase yang lebih besar dapat masuk ke dalam ring lawan.

Seperti dikemukakan John Oliver (2007: 13) bahwa:

Meskipun banyak pemain banyak pemain bola basket terus mencoba melakukan tembakan tiga angka, statistik mengungkapkan bahwa para penembak tiga angka terbaik pun hanya 40 hingga 45 persen dari semua usaha lemparan tiga angka mereka. Persentase tembakan tertinggi adalah tembakan dalam, seperti lay up yang dilakukan oleh seorang pemain penyerang yang berada dalam jarak sekitar satu meter dari ring basket. Para pemain bola basket yang melakukan sebagian tembakan mereka dari posisi yang dekat dengan ring basket biasanya memiliki ketepatan tembakan paling tinggi (persentase bola masuk) 55 hingga 60 persen berhasil dari semua usaha tembakan mereka.

(5)

commit to user

Pendapat tersebut menunjukkan, tembakan lay up bola basket memiliki peluang yang besar untuk masuk ke dalam ring basket lawan.

Karena tembakan lay up dilakukan sedekat mungkin dengan ring basket.

Imam Sadikun (1992: 103) menyatakan, “Tembakan lay up adalah jenis tembakan yang efektif, sebab dilakukan pada jarak yang sedekat-dekatnya dengan ring basket”.Menurut Hal Wissel (2000: 61) berpendapat,

“Tembakan lay up dilakukan dekat dengan ring setelah menangkap bola atau menggiring bola”. Menurut Agus Mukholid (2004: 44) bahwa, “Lay up atau melangkah melayang adalah melangkah yang dilakukan dengan melayang mendekati basket (keranjang), biasanya setelah lay up dilanjutkan dengan tembakan ke arah basket (keranjang dengan tenaga yang sedikit, sehingga seolah-olah bola itu diletakkan ke dalam basket (keranjang)”.

Berdasarkan tiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, tembakan lay up merupakan tembakan yang dilakukan dengan melayang untuk mencapai ring sedekat mungkin agar lebih mudah memasukkan bola ke dalam ring basket. Dengan kata lain, lay up shoot adalah tembakan melayang, karena sebelum melakukan tembakan, pemain melakukan langkah panjang, langkah pendek sebagai persiapan untuk melompat dan melakukan tembakan sedekat mungkin dengan ring basket.

Rangkaian gerakan dari lay up shoot inilah seolah-olah melayang, sehingga lay up shoot dikatakan tembakan melayang. Untuk dapat melakukan tembakan lay up dengan baik, maka harus menguasai teknik tembakan lay up.

b. Teknik Lay Up Shoot Bola Basket

Peningkatan prestasi dalam olahraga menuntut adanya perbaikan dan pengembangan unsur teknik untuk mencapai tujuannya.Teknik dikatakan baik apabila ditinjau dari segi anatomis, fisiologis, mekanika, biomekanika dan mental terpenuhi persyaratannya secara baik, dapat

(6)

commit to user

diterapkan dalam praktek dan memberikan sumbangan terhadap pencapaian prestasi maksimal.

Lay up shoot dapat dilakukan dengan baik, jika seorang pemain bola basket menguasai teknik lay up shoot dengan baik dan benar. Imam Sadikun (1992: 104) menyatakan, “Teknik tembakan lay up ada dua cara, yaitu (1) melalui operan dan (2) menggiring bola”.Hal senada dikemukakan Agus Mukholid (2004: 44) bahwa, “Gerakan melangkah pada lay up shoot dapat dilakukan dari menerima bola atau gerakan menggiring bola”.

Prinsip teknik tembakan lay up ada dua cara yaitu, melalui operan dan diawali dengan menggiring bola. Tembakan lay up melalui operan yaitu, operan dilakukan oleh teman seregunya secara tepat (bola setinggi dada), pemain berusaha menjemput bola sambil melompat dan pada saat melayang inilah bola ditangkap. Setelah itu menumpu dengan kaki yang lain lagi untuk melompat sambil membawa bola untuk ditembakkan.

Tembakan lay up yang diawali dengan menggiring bola yaitu, pemain menggiring bola sendiri menuju ke ring basket. Setelah dekat dengan ring basket, kemudian melakukan tembakan lay up tergantung pada perkiraan dan keterampilan masing-masing pemain. Menangkap bola dari menggiring bola tersebut dilakukan dari pantulan bola dari lantai sambil melayang (melompat), melangkah, melompat untuk menembak seperti pada gerakan lay up yang dilakukan dengan operan dari teman seregunya. Perbedaannya hanyalah pada saat menerima bola dari diri sendiri saat menggiring bola.

Teknik tembakan lay up pada prinsipnya dilakukan melalui operan teman seregunya atau diawali dari menggiring bola (dribbling). Hal terpenting dan harus diperhatikan saat akan melakukan tembakan lay up harus tepat menangkap bola, melakukan langkah lay up dan menembakkan bola ke dalam ring basket. Nuril Ahmadi (2007: 19) menyatakan, “Yang perlu diperhatikan dalam tembakan lay up adalah (1) saat menerima bola, (2) saat melangkah, (3) saat melepaskan bola”. Untuk

(7)

commit to user

lebih jelasnya berikut ini disajikan ilustrasi gambar rangkaian gerakan lay up shoot sebagai berikut:

Gambar 1. Rangkaian Gerakan Lay Up Shoot (Danny Kosasih, 2008:50)

c. Pelanggaran yang Sering Terjadi dalam Lay Up ShootBola Basket Lay up shoot merupakan keterampilan yang menuntut skill yang tinggi. Bagi siswa sekolah,lay up merupakan salah satu teknik tembakan bola basket yang sulit untuk dikuasai, sehingga sering sekali melakukan kesalahan atau pelanggaran Hal Wissel (2000: 62-63) menyatakan:

Pelanggaran yang sering terjadi dalam lay up shoot yaitu:

1) Pada saat mengambil ancang-ancang menggunakan lompatan jauh (imbang ke depan atau ke samping) ketimbang melompat tinggi.

2) Sebelum melakukan tembakan memutar bola ke arah dalam dan sehingga gampang dihalangi atau dicuri lawan.

3) Kehilangan perlindungan dan kontrol pada bola karena terlalu cepat menarik tangan penyeimbang pada bola.

4) Tembakan berputar dari samping menghasilkan gerakan bola yang memutar menjauhi ring.

5) Bola memantul rendah pada papan dan keluar. Dengan sedikit sentuhan dengan tangan, tembakan jatuh rendah.

6) Setelah melakukan lay up tidak siap merebutnya kembali atau gagal melakukan rebound.

Lay up shoot bola basket dapat dilakukan dengan baik, jika pelanggaran-pelanggaran seperti di atas dapat dihindari. Kesalahan dari gerakan lay up shoot akan merugikan, karena bola akan menjadi hak lawan. Lebih lanjut Hal Wissel (2000: 63) menyarankan hal-hal dalam gerakan lay up shoot sebagai berikut :

(8)

commit to user

1) Jaga posisi kepala tegak dan fokuskan pada target. Jalan beberapa langkah sebelum memulai (take off) sehingga dapat cepat menekuk lutut take off dan memeperoleh momentum gaya angkat. Sewaktu take off angkat lutut yang satu lagi lurus bersamaan dengan melompat bola ke dalam keranjang.

Kombinasi dari mengangkat lutut ke atas dan gerakkan tangan akan mendorong tubuh melompat lebih tinggi.

2) Angkat bola lurus ke atas ketika menembak.

3) Jaga tangan penyeimbang pada bola sampai melepasnya.

4) Tembak dengan tangan yang berada di belakang bola agar diperoleh spin dan selanjutnya masukkan bola ke dalam keranjang.

5) Tembakan bola lebih tinggi dari papan sehingga bola terpantul masuk ke dalam keranjang. Walaupun tidak tepat tetapi ada kemungkinan bola akan masuk

6) Mendarat di tempat yang sama–posisi kaki dengan lutut dibengkokkan dan siap melakukan rebound.

Kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan siswa dalam gerakan lay up shoot harus segera dibetulkan dan diberi contoh gerakan lay up yang benar. Kesalahan yang dibiarkan akan membentuk pola gerak yang salah, sehingga kualitas lay up shoot yang dihasilkan tidak sesuai yang diharapkan.

3. Belajar dan Pembelajaran

a. Pengertian Belajar dan Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang dan disusun sedemikian rupa untuk mendukung dan mempengaruhi terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal.

Menurut Aunurrahman (2010:35) (mengutip simpulan Abdilah) yang menyimpulkan pendapat dari beberapa ahli pendidikan bahwa “Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu”

Pembelajaran berupaya mengubah masukan berupa siswa yang belum terdidik, menjadi siswa yang terdidik, siswa yang belum memiliki pengetahuan

(9)

commit to user

tentang sesuatu, menjadi siswa yang memiliki pengetahuan. Demikian pula siswa yang memiliki sikap, kebiasaan atau tingkah laku yang belum mencerminkan eksistensi dirinya sebagai pribadi yang baik dan positif, menjadi siswa yang memiliki sikap , kebiasaan dan tingkah laku yang baik.

Berikut ini adalah beberapa kelompok teori yang memberikan pandangan khusus tentang belajar diantaranya:

1) Behaviorisme

Para penganut teori behaviorisme meyakini bahwa manusia sangat dipengaruhi oleh kejadian-kejadian didalam lingkungannya yang memberikan pengalaman-pengalaman tertentu. Behaviorisme menekankan pada apa yang dapat dilihat, yaitu tingkah laku dan kurang memperhatikan apa yag terjadi dalam pikiran karena tidak dapat dilihat. Ciri yang paling mendasar dari aliran behaviorisme adalah bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi adalah berdasarkan paradigma S-R (stimulus Respons), yaitu suatu proses yang memberikan respon tertentu terhadap sesuatu yang datang dari luar.

2) Kognitivisme

Kognitivisme merupakan salah satu teori belajar yang dalam berbagai pembahasan juga sering disebut model kognitif atau model perseptual.Pada teori belajar kognitivisme, tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi atau pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan-tujuannya.

Piaget mengemukakan perkembangan intelektual melalui empat tahapan-tahapan, yaitu: (a) tahap sensori motor (0,0 – 2,0 tahun), (b) tahap pra-operasional (2,0 – 7,0 tahun), (c) tahap operasional konkret (7,0 – 11,0 tahun), dan (d) tahap operasional (11,0 – ke atas). Pengetahuan dibangun dalam pikiran.Setiap individu membangun sendiri pengetahuannya.Pengetahuan yang dibangun terdiri dari tiga bentuk, yaitu pengetahuan fisik, pengetahuan logika-matematika, dan pengetahuan sosial.

3) Teori Belajar Psikologi Sosial

Pandangan psikologi sosial secara mendasar mengungkapkan bahwa belajar pada hakikatnya merupakan suatu proses alami. Semua orang mempunyai keinginan untuk belajar tanpa dapat dibendung oleh orang lain. Setiap orang

(10)

commit to user

mempunyai kebutuhan-kebutuhan dan tujuan yang mendasari motivator penting untuk proses belajarnya. Pada teori belajar psikologi sosial, proses belajar jarang sekali merupakan proses yang terjadi dalam keadaan menyendiri, akan tetapi melalui interaksi-interaksi. Proses belajar yang mengikut sertakan emosi dan perasaan peserta didik ternyata mampu memberikan hasil yang lebih baik dibanding dengan hanya memanipulasi stimuli dari luar.

4) Teori Belajar Gagne

Teori belajar yang disusun Gagne merupakan perpaduan yang seimbang antara behaviorisme dan kognitivisme yang berpangkal pada teori pengolahan informasi. Menurut Gagne cara berpikir seseorang tergantung pada; (a) keterampilan yang apa yang telah dimilikinya, (b) keterampilan serta hirarki apa yang diperlukan untuk mempelajari suatu tugas. Lebih lanjut menurut Gagne, belajar tidak merupakan sesuatu yang terjadi secara alamiah, akan tetapi hanya akan terjadi dengan adanya kondisi-kondisi tertentu, yaitu; (a) kondisi internal, antara lain menyangkut kesiapan peserta didik dan sesuatu yang telah dipelajari, (b) eksternal, merupakan situasi belajar yang secara sengaja diatur oleh pendidik dengan tujuan memperlancar proses belajar.

b. Ciri-ciri dan Tujuan Belajar

Belajar dapat didefinisikan sebagai setiap perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan dan pengalaman. Belajar merupakan proses internal yang kompleks. Yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental, yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Ahli yang mendalami ranah-ranah kejiwaan adalah Bloom, Krathwohl, dan Simpson. Ketiga ahli tersebut menyusun penggolongan tingkatan jenis perilaku belajar yang terdiri dari tiga ranah atau kawasan, yaitu;

(11)

commit to user

1) Ranah Afektif

Berikut adalah bagan hirarkis perilaku belajar ranah afektif :

TINGGI

RENDAH

PRA-BELAJAR

Gambar 2.Hirarkis Jenis Perilaku dan Kemampuan Internal Menurut Taxonomi Krathwohl & Bloom dkk.(Aunurrahman, 2010:51)

Bagan di atas menunjukkan bahwa seseorang yang belajar adalah proses menuju perubahan internal berkenaan dengan aspek-aspek afektif. Perubahan itu bermula dari kemampuan-kemampuan yang lebih rendah pada kondisi pra-belajar, meningkat pada kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi.

2) Ranah kognitif

Perilaku-perilaku dalam ranah ini bersifat hirarki, artinya perilaku tersebut menggambarkan tingkatan kemampuan yang dimiliki seseorang.Perilaku terendah sebaiknya dimiliki terlebih dahulu sebelum mempelajari perilaku yang lebih tinggi. Jika dituangkan dalam bentuk bagan, hirarkis perilaku belajar adalah seperti berikut:

5. PEMBENTUKAN POLA HIDUP

Kemampuan menghayati nilai sehingga menjadi pedoman hidup

4. ORGANISASI

Kemampuan membentuk sistem nilai sebagai pedoman hidup

3. PENILAIAN DAN PENENTUAN SIKAP Kemampuan memberikan nilai dan menentukan sikap

2. PARTISIPASI

Kerelaan memperhatikan dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan

1. PENERIMAAN

Kemampuan menjadi peka tentang sesuatu hal dan menerima sebagaimana adanya

(12)

commit to user

TINGGI

RENDAH

PRA-BELAJAR

Gambar 3.Hirarkis Jenis Perilaku dan Kemampuan Internal Menurut Taxonomi Bloom dkk. (Aunurrahman, 2010:50)

3) Ranah Psikomotor

Dalam bentuk bagan urutan kemampuan-kemampuan psikomotor sebagai berikut:

6. EVALUASI

Kemampuan menilai berdasarkan norma, seperti menilai karangan, dsb.

1. PENGETAHUAN

Kemampuan mengetahui atau mengingat istilah, fakta, aturan, urutan,metode, dsb.

4. ANALISIS

Kemampuan memisahkan, membedakan, merinci bagian-bagian, hubungan , dsb.

2. PEMAHAMAN

Kemampuan menerjemahkan, menafsirkan, memperkirakan, memahami isi pokok, mengartikan tabel, dsb.

5. SINTESIS

Kemampuan menyusun, seperti karangan, rencana, program kerja, dsb.

3. PENERAPAN

Kemampuan memecahkan masalah, membuat bagan, menunggu konsep, kaidah, prinsip, metode, dsb.

(13)

commit to user

TINGGI

RENDAH

PRA-BELAJAR

Gambar 4. Hirarkis Jenis Perilaku dan Kemampuan Psikomotorik Taxonomi Simpson dkk. (Aunurrahman, 2010:53)

Bagan di atas menunjukkan bahwa seseorang yang belajar terlibat dalam suatu proses menuju perubahan internal, bermula dari kemampuan-kemampuan yang lebih rendah pada kondisi pra-belajar, meningkat pada kemampuan- kemampuan yang lebih tinggi. Proses ini merupakansuatu kegiatan yang dinamis, dimana siswa melalui keaktifannya akan dapat secara terus menerus mengembangkan kemampuan atau keterampilan motoriknya untuk mencapai tingkatan-tingkatan kemampuan motorik yang lebih tinggi melalui proses belajar atau latihan yang dilakukan.

1. PERSEPSI

Kemampuan memilah-milah dan kepekaan terhadap sesuatu hal 4. GERAKAN TERBIASA

Keterampilan yang berpegang pada pola

2. KESIAPAN

Kemampuan bersiap diri secara fisik

5. GERAKAN KOMPLEK

Keterampilan banyak tahap, luwes, gesit lincah

3. GERAKAN TERBIMBING Kemampuan meniru contoh

6. PENYESUAIAN

Kemampuan mengubah dan mengatur kembali.

7. KREATIVITAS

Kemampuan menciptakan pola baru

(14)

commit to user

c. Prinsip-prinsip Belajar

Mengingat beberapa hal yang dapat menjadikan kerangka dasar bagi penerapan prinsip-prinsip belajar dalam proses pembelajaran menurut Aunurrahman (2010:113) (mengutip simpulan Davies) adalah sebagai berikut:

1) Hal apapun yang dipelajari murid, maka ia harus mempelajarinya sendiri. Tidak seorangpun yang dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya

2) Setiap murid belajar menurut tempo (kecepatannya) sendiri dan untuk setiap kelompok umur, terdapat variasi dalam kecepatan belajar.

3) Seorang murid belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan (reinforcement)

4) Penguasaan secara penuh dari setiap langkah-langkah pembelajaran, memungkinkan murid belajar secara lebih berarti.

5) Apabila murid diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasi untuk belajar, dan ia akan belajar dan mengingat lebih baik.

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar dicapai apabila terjadi perubahan yang lebih baik, baik ranah afektif, kognitif dan psikomotorik.Namun untuk mencapai hasil belajar yang optimal banyak faktor yang mempengaruhinya.Nana Sudjana (2005: 39) menyatakan, “Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaknik, faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan”. Hal senada dikemukakan M. Sobry Sutikno (2009: 14) bahwa,

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar yaitu:

1) Faktor dari dalam diri individu (internal)

a) Faktor jasmaniah, yaitu faktor kesehatan, faktor cacat tubuh.

b) Faktor psikologis, yaitu intelegensi, motif (daya penggerak/pendorong), minat, emosi dan bakat.

c) Faktor kelelahan, baik kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.

2) Faktor ekternal:

a) Faktor keluarga: cara orang tua mendidik, hubungan antar keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga.

b) Faktor sekolah: kurikulum, keadaan gedung, waktu sekolah, alat pelajaran, metode pembelajaran, hubungan antara guru dengan siswa, hubungan antara siswa dengan siswa.

(15)

commit to user

c) Faktor masyarakat.

Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa, keberhasilan belajar siswa sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Hasil belajar akan menjadi lebih baik apabila faktor internal dan eksternal dapat terpenuhi dengan baik pula. Lebih lanjut M.

Sobry Sutikno (2009: 25) menyatakan,

Sebagai tolok ukur keberhasilan proses belajar indikator- indikatornya sebagai berikut:

1) Penguasaan materi pelajaran yang telah diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individu maupun secara kelompok.

2) Perilaku yang disebutkan dalam tujuan pembelajaran khusus dapat dicapai oleh siswa, baik secara individu maupun secara kelompok.

Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, indikator dari hasil belajar yaitu, siswa menguasai materi pelajaran yang diterimanya dan mencapai prestasi yang tinggi, baik secara idnividu maupun kelompok.Selain itu, perilaku yang ditampilkan siswa baik secara individu maupun kelompok menjadi lebih baik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dalam kegiatan pembelajaran.

4. Mengajar

a. Hakikat Mengajar

Mengajar pada dasarnya merupakan suatu aktivitas atau perbuatan yang dilakukan oleh seorang guru.Dari kegiatan mengajar tersebut tentu ada siswa yang belajar. Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks.

Guru berperan tidak hanya sekedar menyampaikan informasi kepada siswa, tetapi juga berusaha agar siswa mau belajar. Karena mengajar sebagai upaya yang disengaja, maka guru terlebih dahulu harus mempersiapakan bahan yang akan disajikan kepada siswa. Upaya yang dilakukan guru tersebut agar tujuan yang telah dirumuskan dapat dicapai.

Berkaitan dengan mengajar Husdarta & Yudha M. Saputra (2000: 3) menyatakan, “Mengajar adalah upaya guru dalam memberikan

(16)

commit to user

rangsangan, bimbingan, pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar. Arah yang akan dituju dalam proses belajar adalah tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan guru dan diketahui oleh siswa”. Hal senada dikemukakan Rusli Lutan (2000: 27) bahwa:

Mengajar merupakan seperangkat kegiatan sengaja dan berencana dari seseorang atau person (P) yang memiliki kelebihan pengetahuan atau keterampilan untuk disampaikan kepada orang lain sebagai sasaran atau obyek (O), yang belum berkembang pengetahuan, keterampilan atau bahkan sifat-sifat biologis tertentu, dan informasi atau keterampilan itu disampaikan melalui saluran atau metode tertentu, yang kemudian mendapat respon dari obyek sekaligus berperan sebagai subyek.

Berdasarkan pengertian mengajar yang dikemukakan dua ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, mengajar merupakan suatu kegiatan yang kompleks yang di dalamnya terdapat beberapa komponen yang saling berkaitan yang bertujuan untuk mempengaruhi atau meningkatkan pengetahuan atau keterampilan siswa menjadi lebih baik.

b. Kompetensi yang Harus Dimiliki Seorang Guru Penjasorkes

Tanggung jawab dalam mengembangkan profesi guru pada dasarnya merupakan tuntutan dan panggilan untuk selalu mencintai, menghargai, menjaga dan meningkatkan tugas dan tanggung jawab profesinya. Seorang guru harus sadar bahwa tugas dan tanggung jawabnya tidak bisa dilakukan oleh orang lain dan dalam melaksanakan tugasnya harus bersungguh-sungguh. Seorang guru dituntut agar selalu meningkatkan pengetahuannya, kemampuan dalam rangka pelaksanaan tugas profesinya.Seorang guru harus peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, khususnya dalam bidang pendidikan dan pengajaran, dan pada masyarakat pada umumnya. Guru harus dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga dalam pelaksanaan pengajaran sesuai dengan tuntutan perkembangan jaman.

Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan diberbagai bidang merupakan keharus bagi seorang guru.Untuk itu seorang guru harus

(17)

commit to user

memiliki beberapa kompetensi.Rusli Lutan, Rusli Ibrahim, Adang Suherman & Yudha M. Saputra, (2000: 68) menyatakan:

Berdasarkan tinjauan literatur dalam pendidikan jasmani sekurang-kurangnya terdapat 5 kompetensi guru pendidikan jasmani yaitu:

1) Pemahaman dan pengahayatan etika dan tindakan moral yang melandasi profesi dalam pendidikan jasmani, utamanya dalam pemberian perlakuan (misalnya, memberikan instruksi, mengoreksi dan lain-lain) yang dapat dipertanggungjawabkan secara etik, termasuk nilai-nilai agama.

2) Penguasaan keterampilan gerak dan atau dasar-dasar keterampilan beberapa cabang olahraga, termasuk pengetahuan yang berkaitan dengan cabang atau aktivitas jasmani yang bersangkutan (misalnya, peraturan dan ketentuan khusus dalam cabang olahraga).

3) Penguasaan konsep dan teori dalam beberapa subdisiplin ilmu keolahragaan yang bersifat integrative, sebagai landasan ilmiah pendidikan jasmani dan olahraga guna memfasilitasi proses pembelajaran, terutama disesuaikan dengan asas pentahapan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik.

4) Kompetensi dalam menerapkan kurikulum dalam konteks metode dan strategi umum atau khusus dalam pembelajaran, termasuk kompetensi dalam melaksanakan asesmen hasil belajar.

5) Komptensi sosial yang melibatkan keterampilan sosial, seperti kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, kemampuan kerjasama dalam tim.

Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, kompetensi yang harus dimiliki seorang guru Penjasorkes cukup kompleks, baik secara umum maupun secara spesifik sebagai guru pendidikan jasmani. Seorang guru yang memiliki kompetensi sesuai dengan bidang studinya, maka akan mampu bekerja secara maksimal. Kinerjanya menjadi lebih baik, karena mengetahui dan menguasainya tugas dan tanggungjawab yang harus dilakukan sesuai dengan bidangnya. Menurut Nana Sudjana (2005: 19) bahwa,

Kompetensi yang banyak berhubungan dengan usaha meningkatkan proses dan hasil belajar dikelompokkan ke dalam empat kemampuan yaitu: (1) Merencanakan program belajar mengajar, (2) melaksanakan dan memimpin, (3) menilai kemajuan proses belajar

(18)

commit to user

mengajar, (4) menguasai bahan pelajaran dalam pengertian menguasai bidang studi atau mata pelajaran yang dipegangnya/dibinannya.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, untuk meningkatkan proses dan hasil belajar maka seorang guru Penjasorkes harus memiliki kemampuan merencanakan program pembelajaran, melaksanakan dan memimpin, menilai kemajuan proses belajar mengajar dan menguasai bahan pelajaran yang diajarkan. Seorang guru yang memiliki keempat kompetensi tersebut, maka akan mampu mengajar dengan baik dan akan dicapai hasil belajar yang optimal.

c. Pengajaran yang Sukses

Mencapai hasil belajar yang maksimal yaitu terjadinya peningkatan kemampuan atau keterampilan pada diri siwa sangat didambakan baik dari pihak guru maupun siswa.Namun untuk menentukan indikator bagaimanakah pembelajaran dapat dikatakan sukses atau berhasil tidaklah mudah. Benny A. Pribadi (2009: 19-21) menyatakan,

Perspektif pembelajaran sukses yang terdiri atas beberapa kriteria, yaitu:

1) Peran aktif siswa (active participation)

Proses belajar akan berlangsung efektif, jika siswa terlibat secara aktif dalam tugas-tugas yang bermakna, dan berinteraksi dengan materi pelajaran secara intensif. Keterlibatan mental siswa dalam melakukan proses belajar akan memperbesar kemungkinan terjadinya proses belajar dalam diri seseorang.

2) Latihan (practice)

Latihan yang dilakukan dalam berbagai konteks dapat memperbaiki tingkat daya ingat atau retensi.Latihan juga dapat memperbaiki kemampuan siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang baru dipelajari. Tugas- tugas belajar berupa pemberian latihan akan dapat meningkatkan penguasaan siswa terhadap pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari.

3) Perbedaan individual (individual differences)

Setiap individu memiliki karakteristik unik yang membedakannya dari individu yang lain. Setiap individu memiliki potensi yang perlu dikembangkan secara optimal.

Dalam hal ini, tugas guru atau instruktur adalah

(19)

commit to user

mengembangkan potensi yang dimiliki oleh individu seoptimal mungkin melalui proses pembelajaran yang berkualitas.

4) Umpan balik (feedback)

Umpan balik sangat diperlukan oleh siswa untuk mengetahui kemampuan dalam mempelajari materi pelajaran yang benar.Umpan balik dapat diberikan dalam bentuk pengetahuan tentang hasil belajar (learning outcomes) yang telah dicapai siswa setelah menempuh program dan aktivitas pembelajaran.

Informasi dan pengetahuan tentang hasil belajar akan memacu seseorang untuk berprestasi lebih baik lagi.

5) Konteks nyata (realitic context)

Siswa perlu mempelajari materi pelajaran yang berisi pengetahuan dan keterampilan yang dapat diterapkan dalam sebuah situasi yang nyata. Siswa yang mengetahui kegunaan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari akan memiliki motivasi tinggi untuk mencapai tujuan pembelajaran.

6) Interaksi sosial (social interaction)

Interaksi sosial sangat diperlukan oleh siswa agar dapat memperoleh dukungan sosial dalam belajar.Interaksi yang berkesinambungan dengan sejawat atau sesama siswa memungkinkan siswa untuk melakukan konfirmasi terhadap pengetahuan dan keterampilan yang sedang dipelajari.

Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan, pembelajaran yang sukses apabila siswa berperan aktif, diberikan latihan, memahami perbedaan individu, adanya umpan balik, ada konteks yang nyata dan adanya interaksi sosial antar siswa.Untuk mencapai pembelajaran yang sukses, maka hal-hal seperti di atas harus diperhatikan dalam kegiatan pembelajaran.

5. Gaya Mengajar

a. Hakikat Gaya Mengajar

Gaya mengajar merupakan salah satu bagian yang memegang peran penting dalam kegaiatan belajar mengajar. Gaya mengajar muncul dari gagasan Muska Mosston pada tahun 1966. Menurut Muska Mosston yang dikutip Adang Suherman & Agus Mahendra (2001: 149) bahwa,

“Guru dan siswa dapat saling tawar menawar dalam memperoleh kesempatan. Dalam memperoleh kesempatan dalam perihal perencanaan,

(20)

commit to user

pelaksanaannya. Dalam istilah lain disebutkan setting pre impact, impact set dan post impact”.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, dalam gaya mengajar ada tiga hal yang menjadi pokok dalam pengajaran, yaitusetting pre impact, impact set dan post impact. Dalam gaya mengajar siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pelaksanaan dalam kegiatan pembelajaran. Lebih lanjutAdang Suherman & Agus Mahendra (2001: 150) menjelaskan ketiga hal pokok dalam mengajar sebagai berikut:

1) Pre impact set, mencakup semua keputusan yang harus dibuat sebelum terjadinya tatap muka antara guru dengan siswa.

Keputusan dalam setting ini mencakup tugas gerak yang harus dipelajari, waktu, pengorganisasian, alat, tempat berlangsungnya gerak, kriteria keberhasilan serta prosedur dan materi penilaian. Keputusan ini menegaskan tentang maksud.

2) Impact set, meliputi keputusan-keputusan yang berhubungan dengan pelaksanaan maksud di atas, atau hal-hal yang diputuskan pada tahap pra impact set. Keputusan dalam tahap ini menentukan aksi.

3) Post impact set, memasukkan keputusan-keputusan yang berhubungan dengan penilaian penampilan atau pelaksanaan tugas pada masa impact set serta kesesuaian antara maksud dan aksi. Pemberian koreksi dan umpan balik serta penilaian, termasuk pada setting ini.

Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, dalam gaya mengajar, baik guru maupun siswa memiliki membuat keputusan dalam setiap setting pembelajaran. Srijono Brotosuryo, Sunardi dan M. Furqon (1994: 250) menyatakan, “Gaya mengajar didefinisikan dengan keputusan- keputusan yang dibuat oleh guru dan dibuat oleh siswa di dalam episode atau peristiwa belajar yang diberikan”. Menurut Husdarta & Yudah M.

Saputra (2000: 21) bahwa, “Gaya mengajar merupakan interaksi yang dilakukan oleh guru dengan siswa dalam proses belajar mengajar agar materi yang disajikan dapat diserap oleh siswa”.

Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, gaya mengajar pada dasarnya merupakan seperangkat keputusan yang diambil dalam pelaksanaan proses pengajaran. Baik guru maupun siswa memiliki

(21)

commit to user

kemungkinan untuk membuat keputusan dalam proses pengajaran.

Perbedaan antara satu gaya dengan gaya lainnya ditentukan oleh besarnya pengalihan keputusan dari guru kepada siswanya. Pada sisi lain dapat dilihat gaya mengajar yang semua keputusannya dibuat oleh guru, tetapi ada juga gaya mengajar siswa juga dapat mengambil keputusan.

Kecenderungan yang terjadi dalam proses pengajaran adanya kesadaran bahwa pengajaran sebaiknya jangan terlalu didominasi oleh keputusan guru. Tetapi harus secara proporsional memberikan kesempatan kepada siswa dalam membuat keputusan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pelaksanaannya.

b. Macam-macam Gaya Mengajar

Gaya mengajar pada dasarnya bersifat kontinum terdiri dari 11 gaya, yang masing-masing gaya memiliki kelebihan sekaligus memiliki kelemahan. Rusli Lutan (2000: 30) menyatakan,

Tidak ada satu gaya mengajar yang dianggap paling berhasil, sebab bergantung pada situasi. Gaya mengajar itu, sekali waktu lebih ditekankan pada guru sebagai pusat pengajaran dan sekali waktu berpusat pada anak. Jadi pembuatan keputusan itu bergerak dalam sebuah garis berkesinambungan.

Gambar 5. Macam-macam Gaya Mengajar.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, dalam kegiatan pembelajaran dapat menerapkan lebih dari satu gaya menurut kebutuhan dalam pembelajaran. Untuk memanfaatkan kelebihan dari setiap gaya mengajar guru harus mampu menggunakan gaya yang bervariasi dalam pembelajarannya. Artinya, ketika guru mengajar harus mengkombinasikan gaya mengajar yang berbeda-beda, untuk mencari kemungkinan terbaik serta mencari kesesuaian dengan gaya belajar siswa. Namun demikian

Komando Tugas Individual Pemecahan Eksplorasi Eksplorasi Masalah Terbatas Tak Terbatas

Berpusat pada Berpusat pada Guru Siswa

(22)

commit to user

tidak menutup kemungkinan dalam kegiatan pembelajaran hanya dapat diterapkan satu gaya mengajar saja. Oleh karena itu, setiap guru harus memahami dan menguasai macam-macam gaya mengajar. Menurut Mosston yang dikutip Adang Suherman & Agus Mahendra (2001: 150) gaya mengajar pendidikan jasmani sebagai berikut:

1) Gaya mengajar komando (commando style) yaitu, semua keputusan dikontrol guru. Murid hanya melakukan apa yang diperintahkan guru.

2) Gaya latihan (practice style) yaitu, gurtu memberikan beberapa tugas, siswa menentukan dimana, kapan, bagaimana dan tugas mana yang akan dilakukan pertama kali. Guru memberi umpan balik.

3) Gaya berbalasan (reciprocal style) yaitu, satu siswa menjadi perilaku, satu siswa lain menjadi pengamat dan memberikan umpan balik. Setelah itu bergantian.

4) Gaya menilai diri sendiri (self check style) yaitu, siswa diberi petunjuk untuk bisa menilai penampilan dirinya sendiri. Pada saat latihan siswa berusaha menentukan kekurangan dirinya dan mencoba memperbaikinya.

5) Gaya partisipatif atau inklusi (inclusion style) yaitu, guru menentukan tugas pembelajaran yang memiliki target atau kriteria yang berbeda tingkat kesulitannya dan siswa diberi keleluasan untuk menentukan tingkat tugas mana yang sesuai dengan kemampuannya. Dengan begitu setiap anak akan merasa berhasil dan tidak ada yang merasa tidak mampu.

6) Gaya penemuan terbimbing (guided discovery) yaitu, guru membimbing siswa ke arah jawaban yang benar melalui serangkaian tugas atau permasalahan yang dirancang guru.

Guru setiap kali meluruskan atau memberikan petunjuk untuk mengarahkan anak pada penemuan itu

7) Gaya pemecahan masalah (problem solving) yaitu, guru menyediakan satu tugas atau permasalahan yang akan mengarahkan siswa pada jawaban yang bisa diterima untuk memecahkan masalah tersebut. Oleh karena itu, jawaban atau pemecahan masalah yang diajukan siswa bersifat jamak.

8) Gaya yang dirancang siswa/inisiatif siswa (learner designed program/learner initeated/self teaching yaitu, siswa mulai mengambil tanggungjawab untuk apa pun yang akan dipelajari serta bagaimana hal itu akan dipelajari.

Kesebelas gaya mengajar tersebut penting untuk diperhatikan dan dikuasai seorang guru dalam proses pembelajaran. Seorang guru dapat mengkombinasikan antara gaya yang satu dengan gaya lainnya menurut

(23)

commit to user

kebutuhannya. Karena tidak ada satu gaya mengajar yang dianggap paling berhasil karena bergantung pada situasi. Rusli Lutan (2000: 30) menyatakan, “Alasan digunakannya beberapa macam gaya mengajar dalam proses pembelajaran yaitu, “(1) untuk mendorong terciptanya suasana belajar yang mengajarkan siswa untuk belajar, (2) agar guru dan siswa sama-sama termotivasi dan giat melaksanakan tugas masing- masing”.

Mengkombinasikan antara gaya mengajar satu dengan gaya mengajar lainnya pada dasarnya bertujuan untuk mendorong terciptanya suasana belajar yang kondusif. Selain itu, antara guru dan siswa termotivasi untuk melaksanakan tugasnya masing-masing. Proses belajar mengajar yang kondusif dan masing-masing mampu melaksanakan tugasnya dengan baik, maka akan diperoleh hasil belajar yang optimal.

Tetapi tidak menutup kemungkinan dalam kegiatan pembelajaran hanya dengan menggunakan satu macam gaya mengajar saja.

c. Anatomi Gaya Mengajar

Anatomi gaya mengajar ini menyajikan konsep universal, karena keputusan-keputusan dalam tiga perangkat biasanya dibuat di dalam berbagai kegiatan mengajar. Struktur gaya mengajar individual dan kedudukan spektrum ini ditentukan dengan mengidentifikasi yang membuat keputusan tertentu di dalam setiap perangkat. Dengan demikian, setiap gaya diidentifikasi dengan pembagian keputusan-keputusan tertentu yang dibuat oleh guru dan siswa di dalam episode yang diberikan.

Menurut Srijono Brotosuryo, Sunardi dan M. Furqon (1994: 253) anatomi gaya mengajar digambarkan sebagai berikut:

(24)

commit to user

Tabel: 1. Anatomi Gaya Mengajar

Perangkat Keputusan

Keputusan-Keputusan yang Harus Dibuat Tentang:

Pra-pertemuan (berisi persiapan)

1. Tujuan/saran pelajaran (pokok bahasan) 2. Pemilihan gaya mengajar

3. Gaya belajar yang diharapkan.

1. Siapa yang akan diajar 2. Pokok bahasan

3. Dimana mengajar 4. Kapan mengajar:

a. Waktu mulai

b. Kecepatan dan irama pelajaran c. Lama pelajaran

d. Waktu berhenti e. Interval

f. Waktu pengakhiran 5. Sikap tubuh

6. Pakaian dan penampilan 7. Komunikasi

8. Cara menjawab pertanyaan 9. Rencana organisasi

10. Parameter

11. Suasana kelas/pelajaran 12. Metari dan prosedur evaluasi 13. Lain-lain

Selama

pertemuan (berisi pelaksanaan dan penampilan

1. Pelaksanaan dan mengikuti pada keputusan- keputusan pra-pertemuan.

2. Menyesuaikan keputusan-keputusan.

3. Lain-lain

(25)

commit to user

Pasca pertemuan

(berisi evaluasi)

1. Pengumpulan informasi tentang pelaksanaan dalam perangkat, selama pertemuan (dengan mengamati, mendengarkan sentuhan dan sebagainya)

2. Menilai informasi dengan kriteria (peralatan, prosedur, materi, norma, nilai dan sebagainya).

3. Feedback (umpan balik)

4. Menilai gaya mengajar yang dipilih 5. Menilai gaya belajar yang diharapkan

Lain-lain

Anatomi gaya mengajar ini mengidentifikasi rangkaian atau urutan perangkat keputusan-keputusan yang harus dibuat berbagai episode belajar mengajar. Perangkat keputusan-keputusan pra pertemuan selalu mendahului berbagai transaksi di antara guru dan siswa. Keputusan- keputusan pelaksanaan yakni selama pertemuan selalu mengikuti keputusan-keputusan yang ditentukan dalam pra-pertemuan. Penampilan atau pelaksanaan yang telah dilakukan, kemudian dievaluasi dan keputusan-keputusan feedback yakni pada pasca pertemuan. Rangkaian keputusan ini selalu berlangsung tanpa mengabaikan lamanya episode atau pelaksanaan pelajaran. Rangkaian ini terjadi jika satu latihan dilakukan, jika satu seri latihan terdiri dari episode.

Pokok bahasan

Peran

a. Pernyataan korektif b. Pernyataan nilai c. Pernyataan netral

Segera Lambat

(26)

commit to user

6. Pembelajaran Lay Up Shoot Bola Basket dengan Gaya Mengajar Inklusi a. Pengertian Gaya Mengajar Inklusi

Gaya mengajar inklusi atau partisipasi(inclusion style) merupakan gaya mengajardengan rancangan kegiatan pembelajaran yang dibuat oleh guru dari tingkatan mudah atau sederhana hingga pada tingkatan yang sulit dan siswa diberi kebebasan untuk menentukan pilihannya. Adang Suherman & Agus Mahendra (2001: 151) menyatakan, Gaya inklusi (inclusion style) yaitu, “Guru menentukan tugas pembelajaran yang memiliki target atau kriteria yang berbeda tingkat kesulitannya dan siswa diberi keleluasan untuk menentukan tingkat tugas mana yang sesuai dengan kemampuannya. Dengan begitu setiap anak akan merasa berhasil dan tidak ada yang merasa tidak mampu”. Menurut Srijono Brotosuryo, Sunardi dan M. Furqon (1994: 278) bahwa, “Gaya mengajar inklusi (cakupan) yaitu memperkenalkan berbagai tingkat tugas. Gaya inklusi memberikan tugas yang berbeda-beda dan dalam gaya ini siswa didorong untuk menentukan tingkat penampilannya”. Menurut Agus Kristiyanto, Hanik Liskustyawati & Budhi Satyawan (2011: 11) karakteristik gaya mengajar inklusi (cakupan) yaitu:

1) Tugas yang diberikan kepada siswa berbeda-beda, karena pada hakikatnya setiap individu memiliki perbedaan kemampuan dalam melaksanakan tugas. Gaya ini memberikan kesempatan individu untuk memulai dari tingkat kemampuannya sendiri.

2) Guru diharuskan merancang tugas dalam berbagai tingkat kesulitan yang disesuaikan dengan perbedaan individu.

Rancangan tugas juga harus memungkinkan siswa bergerak dari tugas yang mudah ke tugas yang sulit.

Berdasarkan pengertian gaya mengajar inklusi yang dikemukakan tiga ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, gaya mengajar inklusi merupakan bentuk pengajaran dengan merancang kegiatan-kegiatan pembelajaran dari tingkat yang paling mudah hingga pada tingkat yang lebih sulit. Dari rancangan pengajaran yang telah dibuat oleh guru siswa

(27)

commit to user

diberi tugas untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan kemampuannya masing-masing.Seperti dikemukakan Husdarta & Yudha M. Saputra (2000: 30) menyatakan, “Tujuan gaya mengajar inklusi adalah untuk membelajarkan siswa pada level kemampuan masing-masing”.

b. Pelaksanaan Pembelajaran Lay Up Shoot Bola Basket dengan Gaya Mengajar Inklusi

Gaya mengajar inklusi merupakan bentuk pembelajaran dengan merancang kegiatan pembelajaran dari tingkat yang paling mudah hingga pada tingkat paling sulit. Dari rancangan pengajaran yang telah dibuat oleh guru, siswa diberi kebebasan untuk melaksanakan tugas pembelajaran sesuai dengan kemampuannya masing-masing siswa. Jika pada tahapan sebelumnya telah dikuasai, kemudian dilanjutkan pada tingkatan selanjutnya.

Berdasarkan karakteristik dari gaya mengajar inklusi, pelaksanaan pembelajaran lay up shoot bola basket yaitu, guru merancang bentuk pembelajaran lay up shoot kanan dan kiridari tingkat paling mudah hingga pada tingkat yang sulit, sedangkan lay uo shoottengah tidak diadakan penelitian karena tidak diajarkan pada sekolah yang akan diteliti.

Rancangan pembelajaran lay up shoot bola basket dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Rancangan tingkat mudah yaitu, pembelajaran langkah lay up menggunakan alat bantu ban sepeda bekas tanpa menggunakan bola diawali berjalan, pembelajaran langkah lay up menggunakan alat bantu ban sepeda bekas tanpa menggunakan bola diawali lari-lari kecil dan pembelajaran langkah lay up menggunakan alat bantu ban sepeda bekas diawali dribbling dengan lari kecil-kecil.

2. Rancangan tingkat sedangyaitu, pembelajaran langkah lay up menggunakan alat bantu ban sepeda bekas dan melompati kardus mi instan diawali dribbling dengan lari kecil-kecil dilanjutkan melepaskan bola dan pembelajaran langkah lay up menggunakan alat bantu ban

(28)

commit to user

sepeda bekas dan melompati kardus mi instan diawali dribbling dengan lari kecil-kecil dilanjutkan memasukkan bola pada ketingian ring basket 2,5 meter.

3. Rancangan tingkat sulit yaitu, pembelajaran lay up shoot sebenarnya, tanpa menggunakan alat bantu ban sepeda bekas.

Berdasarkan rancangan pembelajaran yang telah dibuat oleh guru, selanjutnya guru menjelaskan dan memberikan contoh dari masing-masing rancangan pembelajaran yang telah dibuat. Setelah siswa paham, selanjutnya diberi kebebasan untuk memilih dan melaksanakan tugas pembelajaran sesuai kemampuannya masing-masing, tetapi guru Penjasorkes juga dapat mengarahkan siswa untuk melakukan rancangan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa. Jika pada tingkatan rancangan pertama telah dikuasai, dilanjutkan pada rancangan kedua. Jika siswa langusng memilih pada rancangan yang sulit dan tidak berhasil (gagal terus), maka harus melalui rancangan pembelajaranyang mudah terlebih dahulu. Berikut ini disajikan ilustrasi pembelajaran lay up shoot bola basket dengan gaya mengajar inklusisebagai berikut:

1. Rancangan mudah, pembelajaran langkah lay up menggunakan alat bantu ban sepeda bekas tanpa menggunakan bola diawali berjalan

Berjalan– langkah panjang kaki kanan – langkah pendek kaki kiri - lompat &gerakan tangan lurus ke atas seolah-olah melepaskan bola

2. Rancangan sedang, pembelajaran langkah lay up menggunakan alat bantu ban sepeda bekas dan melompati kardus mi instan diawali dribbling dengan lari kecil-kecil dilanjutkan melepaskan bola

Ketinggian ring 2,5m

Dribbling – langkah panjang kaki kanan melompati kardus mi instan– langkah pendek kaki kiri - lompat &melepaskan bola.

3. Rancangan Sulit, lay up shoot sebenarnya diawali dribbling

(29)

commit to user

Ketinggian ring 3.05 m

ka ki ka

Dribbling – langkah panjang kaki kanan – langkah pendek kaki kiri - lompat &memasukkan bola ke ring basket sebenarnya

Gambar 6. Ilustrasi Rancangan Pembelajaran Lay Up Shoot dengan GayaMengajar Inklusi

c. Kelebihan dan Kelemahan PembelajaranLay Up Shoot Bola Basket dengan Gaya Mengajar Inklusi

Gaya mengajar inklusimerupakan bentuk pembelajaran dengan merancang tugas pembelajaran dari yang mudah hingga yang sulit. Dari rancangan tugas pembelajaran yang dibuat oleh guru, siswa dapat memilih tugas pembelajaran dan berlatih sesuai dengan kemampuannya.

Berdasarkan karakteristik gaya mengajar inklusidapat diidentifikasi kelebihan dan kelemahannya. Kelebihan pembelajaran lay up shoot bola basket dengan gaya mengajar inklusiantara lain:

1) Siswa dapat menentukan dan memilih tugas pembelajaran sesuai dengan melatih kemampuannya sendiri-sendiri.

2) Siswa dapat melaksanakan tugas pembelajaran dengan baik, karena sesuai kemampuannya.

3) Berlajar tahap demi tahap mempunyai dampak yang lebih baik, sehingga akan memberi kemudahan untuk mempelajari tugas gerak yang lebih sulit.

4) Dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, karena merasa tertantang dengan tugas ajar yang semakin sukar atau rumit.

5) Dapat meningkatkan persaingan yang sehat antar siswa, sehingga proses belajar lebih kondusif.

Kelemahan pembelajaran lay up shoot bola basket dengan gaya mengajar inklusiantara lain:

(30)

commit to user

1) Dibutuhkan ketelatenan dan kesabaran dalam pembelajaran, karena tahapan sebelumnya harus dikuasai sebelum meningkat pada tahap berikutnya.

2) Waktu yang dibutuhkan lebih lama, apabila pada tahap sebelumnya siswa belum menguasai dengan baik.

3) Kemampuan yang dicapai siswa akan berbeda-beda, siswa yang terampil akan semakin berkembang, sedangkan yang kemampuannya rendah peningkatan kemampuan lay up shoot agak lambat.

B. Kerangka Berpikir

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan di atas dapat dibuat skema kerangka pemikiran sebagai berikut:

Gambar 7. Konseptual Kerangka Berpikir

Berdasarkan kerangka konseptual kerangka berpikir yang digambarkan di atasmenunjukkan bahwa, dalam pembelajaran lay up shoot bola basket banyak

Masalah dalam

pembelajaran lay up shoot bola basket

Kondisi Awal

Penerapan gaya mengajar inklusidalam pembelajaran lay up shoot

Tindakan

Kondisi Akhir

Akibatnya ke Siswa

Melalui penerapan gaya mengajar inklusidapat meningkatkan hasil belajar lay up shoot bola basket

Siklus pembelajaran lay up shoot bola basket

(31)

commit to user

kesulitan atau permasalahan yang dihadapi siswa. Dari kesulitan yang dihadapi dalam pembelajaran lay up shoot bola basket, mengakibatkan hasil lay up shoot bola basket tidak optimal.

Kesulitan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran lay up shoot bola basket antara lain: tidak dapat melakukan langkah lay up (walking), saat melepaskan bola tangan kurang lurus, lompatan kurang maksimal. Kesulitan dalam pembelajaran lay up shoot bola basketharus ditelusuri faktor penyebabnya dan dicarikan solusi yang tepat. Karena permasalahan pembelajaran lay up shoot bola basket berbeda-beda, maka dalam merancang pembelajaran lay up shoot bola basket disesuaikan dengan permasalahan yang dihadapi siswa. Untuk merancang pembelajaran lay up shoot bola basket yang berbeda-beda dari tingkatan paling mudah, sedang dan sulit dapat diterapkan gaya mengajar inklusi.

Gaya mengajar inklusimerupakan bentuk pembelajarandengan merancang kegiatan pembelajaran dari yang paling mudah hingga pada tingkatan yang sulit.

Rancangan pembelajaran lay up shoot bola basket dengan gaya mengajar inklusi antara lain: pembelajaran langkah lay up dengan alat bantu ban bekas, pembelajaran lay up shoot dengan menggunakan karanjang ketinggian 2,5 meter dan pembelajaran lay up shoot yang sebenarnya. Dari rancangan pembelajaran yang dibuat oleh guru siswa diberi kebebasan untuk melaksanakan tugas pembelajaran sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Jika rancangan sebelumnya telah dikuasai, kemudian dilanjutkan pada rancangan berikutnya hingga pada rancangan terakhir atau rancangan yang paling sulit.

Berdasarkan karakteristik gaya mengajar inklusi tersebut, gaya mengajar ini memberikan kemudahan bagi siswa. Karena siswa melaksanakan tugas pembelajaran sesuai kemampuannya, sehingga tidak merasa kesulitan. Selain itu, belajar keterampilan (lay up shoot bola basket) yang dilakukan secara bertahap akan memberi kontribusi terhadap peningkatan hasil belajar lay up shoot bola basket.

Gambar

Gambar 1. Rangkaian Gerakan Lay Up Shoot (Danny Kosasih, 2008:50)
Gambar 2.Hirarkis Jenis Perilaku dan Kemampuan Internal Menurut Taxonomi Krathwohl & Bloom dkk.(Aunurrahman, 2010:51)
Gambar 3.Hirarkis Jenis Perilaku dan Kemampuan Internal Menurut Taxonomi Bloom dkk. (Aunurrahman, 2010:50)
Gambar 4. Hirarkis Jenis Perilaku dan Kemampuan Psikomotorik Taxonomi Simpson dkk. (Aunurrahman, 2010:53)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Bab 4, akan menjelaskan mengenai proses pengambilan kebijakan luar negeri Yunani yang menghasilkan penolakan terhadap bantuan dari Uni Eropa dalam menghadapi krisis

Berdasarkan pengujian regresi sederhana, pengaruh hasil prediksi harga saham dengan metode ARIMA berpengaruh signifikan terhadap IHSG periode harian mendatang di

CPI, yaitu mengambil pemenang tender yang memiliki nilai HES dan Technical tertinggi dan harga penawaran yang diberikan kontraktor tersebut adalah harga penawaran yang lebih

Algoritma pewarnaan titik pada graf dengan sisi kabur untuk pengaturan lampu lalu lintas.. 24 Selanjutnya diberikan beberapa definisi yang akan digunakan pada teorema

Percobaan laboratorium lainnya, Direct simple shear test, torsional ring shear test, plane strain triaxial test, laboratory vane shear test, laboratory fall cone test.. Determination

Rubrik yang tersedia dalam majalah internal ini yaitu : Salam Redaksi berisi sedikit catatan kusus dari editor, Berita Utama adalah isi berita yang memuat

Simulasi dalam penelitian ini terbatas pada pengiriman trafik multicast sesuai dengan protokol routing multicast yang digunakan.. Event yang berkaitan dengan protokol yang