• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan persepsi konsumen pada produk pasta gigi Pepsodent ditinjau dari segi merek harga dan cita rasa produk : studi kasus desa Sengon, kecamatan Prambanan, kabupaten Klaten.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan persepsi konsumen pada produk pasta gigi Pepsodent ditinjau dari segi merek harga dan cita rasa produk : studi kasus desa Sengon, kecamatan Prambanan, kabupaten Klaten."

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

xii

ABSTRAK

Perbedaan Persepsi Konsumen pada Produk Pasta Gigi Pepsodent ditinjau dari Segi Merek, Harga dan Citarasa Produk

Anastasia Widiyanti Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan persepsi konsumen pada produk pasta gigi pepsodent ditinjau dari segi merek, harga dan citarasa produk berdasarkan usia, tingkat pendidikan dan tingkat pendapatannya. Jenis penelitian ini adalah studi kasus dengan lokasi Desa Sengon, kecamatan Prambanan, kabupaten Klate n pada bulan Juni 2006.

Populasi penelitian adalah semua pengguna pasta gigi pepsodent di wilayah desa Sengon, jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seratus orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah metode “purvosive random sampling” yaitu teknik pengambilan sampel dengan mengambil orang terpilih menurut ciri khusus yangtelah menggunakan pasta gigi pepsodent selama lebih dari satu tahun.Teknik pengambilan data dilakukan dengan wawancara dan kuesioner dan analisis data menggunakan Uji Chi Square.

(2)

xiii

ABSTRACT

THE DIFFERENCES OF CONSUMERS’ PERCEPTION IN TOOTH PASTE PRODUCT OF “PEPSODENT” V IEWED FROM PRODUCT TRADEMARK,

PRICE AND TASTE. Anastasia Widiyanti Sanata Dharma University

Yogyakarta 2008

The aim of this research was to know the differences of consumers’ perception in tooth paste product of “pepsodent” viewed from product trademark, price and taste based on consumers’ age, level of education and income level. This research was a case study conducted at Sengon Village, Prambanan District, Klaten Regency on June 2006.

The population of research was the consumers’ of “pepsodent” tooth paste at Sengon Village , Prambanan District, the sample which was used in the research was one hundred respondents and they were taken by the purposive random sampling method, that is the sample technique method using some people who have consumed “pepsodent” tooth paste for more than one year. The data collecting techniques used were interviews and questionnaire. The data were analyzed by the use of Chi Square Test.

(3)

PERBEDAAN PERSEPSI KONSUMEN PADA PRODUK

PASTA GIGI PEPSODENT DITINJAU DARI SEGI MEREK

HARGA DAN CITA RASA PRODUK

Studi kasus : Desa Sengon, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Disusun Oleh:

Anastasia Widiyanti

011334063

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)
(5)

iii

(6)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 5 Maret 2008 Penulis

(7)

v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Anastasia Widiyanti

Nomor Mahasiswa : 011334063

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PERBEDAAN PERSEPSI KONSUMEN PADA PRODUK PASTA GIGI PEPSODENT DITINJAU DARI SEGI MEREK, HARGA DAN CITA RASA PRODUK

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupaun memberikan royalty kepada saya selamA tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyatan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 22 April 2008 Yang menyatakan

(8)

vi

MOTTO dan P ER SEMB AH AN

Tetapi carilah dulu K erajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan

ditambahkan kepadamu

(Matius 6:33)

B ersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan dan bertekunlah dalam

doa.

(R oma 12:12)

Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam

Kristus Yesus

(1 Tesalonika 5:18)

Skripsi ini ku persembahkan untuk:

Ø Yesus K ristus Juru Selamatku

Ø B apak dan I buku tercinta

Ø K akak – kakakku

Ø K eluarga besarku

Ø Sahabat – sahabatku

(9)

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan penyertaannya dari awal hingga selesainya penyusunan skripsi yang berjudul “PERBEDAAN PERSEPSI KONSUMEN PADA PRODUK PASTA GIGI PEPSODENT DITINJAU DARI SEGI MEREK, HARGA DAN CITA RASA PRODUK”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperole h gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penyusunan skripsi ini tidak mungkin dapat dilaksanakan dengan baik tanpa bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak yang terkait, oleh karena itu penulis dengan kerendahan hati dalam kesempatan ini menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Y. Harsoyo, S.pd., M.Si. selaku Kepala Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma.

(10)

viii

4. Ibu E. Catur Rismiyati, S.Pd., M.A. sebagai dosen pembimbing yang telah berkenan menyediakan waktu memberikan bimbingan, masukan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini sampai dengan selesai.

5. Bapak Drs. Bambang Purnomo, S.E., M.Si. atas segala masukan yang diberikan kepada penulis dan selaku dosen penguji skripsi.

6. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku dosen penguji skripsi. 7. Bapak Kades Desa Sengon, yang telah memberikan ijin kepada penulis

untuk melakukan penelitian dan memberikan data-data yang diperlukan bagi penulis.

8. Seluruh Dosen dan Karyawan Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan bimbingan dan bantuan selama belajar di Universitas Sanata Dharma.

9. Kedua orangtuaku Bapak Suwito dan Ibu C. Suryanti yang tidak pernah berhenti mendoakan dan membimbingku serta memberikan dukungan baik secara moral dan material ( maaf Mi, kalau membuatmu kecewa ).

10. Kakak-kakakku mas Widi, mas Un dan BuYen, mbak Tutik dan Lius yang telah memberikan dukungan padaku selama ini, buat ponakan kecilku Rachel (dik Kae l jangan nakal ya!!!).

11. Buat sahabatku Wahyu Meita Widiarti, terimakasaih untuk persahabatan kita, selamat jalan Dhok doaku mengiringi kepergianmu.

(11)

ix

13. Buat Jetty ma Popo, makasih ya komputernya sorry ngrepotin. Jetty ayo semangat !!!

14. Buat mas Agung maturnuwun untuk nasihat-nasihatnya, buat Su (makasih ya infonya!!!).

15. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu di sini, terimakasih atas semua dukungannya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun bagi penulis. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang membutuhkan.

Yogyakarta, 5 Maret 2008 Penulis

(12)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vi

KATA PENGANTAR... vii

DAFTAR ISI... x

ABSTRAK... xiii

ABSTRACT... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Batasan Masalah... 3

C. Rumusan Masalah... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6

A. Persepsi... 6

B. Perilaku Konsumen ... 11

C. Merek ... 15

(13)

xi

E. Bauran Pemasaran... 17

F. Kerangka Berpikir ... 22

G. Hipotesis ... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 24

A. Jenis Penelitian... 24

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 24

C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 24

D. Populasi dan Sampel ... 24

E. Variabel Penelitian ... 25

F. Teknik Pengumpulan Data ... 26

G. Teknik Pengujian Instrumen... 27

H. Teknik Analisis Data ... 31

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 34

A. Batas-batas Wilayah... 34

B. Kondisi Geografis ... 34

C. Kependudukan... 35

BAB V ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN... 38

A. Analisis Diskriptip ... 38

B. Hasil Pengujian Chi Square ... 46

C. Pembahasan... 69

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 76

A. Kesimpulan ... 76

(14)

xii

C. Saran... 78 DAFTAR PUSTAKA

(15)

xii

ABSTRAK

Perbedaan Persepsi Konsumen pada Produk Pasta Gigi Pepsodent ditinjau dari Segi Merek, Harga dan Citarasa Produk

Anastasia Widiyanti Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan persepsi konsumen pada produk pasta gigi pepsodent ditinjau dari segi merek, harga dan citarasa produk berdasarkan usia, tingkat pendidikan dan tingkat pendapatannya. Jenis penelitian ini adalah studi kasus dengan lokasi Desa Sengon, kecamatan Prambanan, kabupaten Klate n pada bulan Juni 2006.

Populasi penelitian adalah semua pengguna pasta gigi pepsodent di wilayah desa Sengon, jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seratus orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah metode “purvosive random sampling” yaitu teknik pengambilan sampel dengan mengambil orang terpilih menurut ciri khusus yangtelah menggunakan pasta gigi pepsodent selama lebih dari satu tahun.Teknik pengambilan data dilakukan dengan wawancara dan kuesioner dan analisis data menggunakan Uji Chi Square.

(16)

xiii

ABSTRACT

THE DIFFERENCES OF CONSUMERS’ PERCEPTION IN TOOTH PASTE PRODUCT OF “PEPSODENT” V IEWED FROM PRODUCT TRADEMARK,

PRICE AND TASTE. Anastasia Widiyanti Sanata Dharma University

Yogyakarta 2008

The aim of this research was to know the differences of consumers’ perception in tooth paste product of “pepsodent” viewed from product trademark, price and taste based on consumers’ age, level of education and income level. This research was a case study conducted at Sengon Village, Prambanan District, Klaten Regency on June 2006.

The population of research was the consumers’ of “pepsodent” tooth paste at Sengon Village , Prambanan District, the sample which was used in the research was one hundred respondents and they were taken by the purposive random sampling method, that is the sample technique method using some people who have consumed “pepsodent” tooth paste for more than one year. The data collecting techniques used were interviews and questionnaire. The data were analyzed by the use of Chi Square Test.

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, telah diikuti pula oleh berbagai kebutuhan konsumen. Salah satu kebutuhan yang diperlukan adalah produk pasta gigi. Pada saat ini banyak muncul produk pasta gigi dengan berbagai merek dan kemasan yang ditawarkan oleh lebih dari satu perusahaan. Dan karena banyaknya merk pasta gigi yang ada dalam pasaran maka, perusahaan harus bersaing dengan perusahaan lain yang juga memproduksi pasta gigi. Untuk dapat bertahan dalam persaingan tersebut maka, perusahaan harus bisa membuat konsumen yakin dengan produknya dan konsumen dapat setia dengan produk tersebut. Oleh karena itu, perusahaan harus memberi merek pada produknya sehingga masyarakat dapat mengenali dengan mudah dan merk tersebut akrab di telinga masyarakat.

(18)

Dan dari beberapa warung dan toko yang saya kunjungi, para pemiliknya mengatakan bahwa pasta gigi pepsodent lebih banyak dicari daripada produk pasta gigi merek lain. Hal ini menunjukkan bahwa produk pasta gigi pepsodent lebih diminati oleh masyarakat. Para pemilik toko pun selalu mempunyai persediaan pasta gigi pepsodent lebih banyak dibanding persediaan pasta gigi merek lain. Oleh karena itu maka, saya menggunakan produk pasta gigi pepsodent sebagai obyek produk dalam penelit ian ini, karena kebanakan masyarakat cenderung lebih banyak menggunakan pasta gigi pepsodent daripada merek lain.

(19)

di interpretasikan sehingga dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam menentukan pilihan untuk memilih produk tertentu.

Dalam proses penyeleksian, pengorganisasian dan penginterpretasian stimulus yang diterima oleh alat indra setiap individu akan berbeda-beda, tergantung pada pengalaman, kemampuan berpikir dan kerangka acuan setiap individu. Oleh karena pengalaman, kemampuan berpikir dan kerangka acuan dari setiap individu tidak sama maka, hal tersebut akan menghasilkan persepsi berbeda-beda me skipun stimulus yang diterima sama. Demikian juga dengan persepsi setiap individu terhadap merek pasta gigi pepsodent, meskipun setiap orang telah mengetahui merek pasta gigi pepsodent tetapi setiap orang akan mempunyai persepsi yang berbeda-beda. Setiap individu akan menentukan pilihan terhadap pemakaian produk pasta gigi pepsodent tersebut berdasar pada persepsi yang berbeda -beda tergantung dari segi apa mereka menentukan pilihan tersebut, diantaranya dilihat dari usia, tingkat pendidikan dan tingkat pendapatannya.

Dari latar belakang masalah di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan memilih judul “PERBEDAAN PERSEPSI KONSUMEN PADA PRODUK PASTA GIGI PEPSODENT DITINJAU

DARI SEGI MEREK, HARGA DAN CITARASA PRODUK”.

B. Batasan Masalah

(20)

1. Konsumen yang digunakan sebagai subyek penelitian adalah dengan karakteristik konsumen yang menggunakan pasta gigi Pepsodent.

2. Obyek pasta gigi yang digunakan adalah harga dan merek.

3. Yang diteliti adalah persepsi konsumen terhadap merek dan harga pasta gigi Pepsodent.

C. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apakah ada perbedaan persepsi konsumen pada produk pasta gigi

pepsodent ditinjau dari segi merek berdasarkan usia?

2. Apakah ada perbedaan persepsi konsumen pada produk pasta gigi pepsodent ditinjau dari segi merek berdasarkan tingkat pendidikan?

3. Apakah ada perbedaan persepsi konsumen pada produk pasta gigi pepsodent ditinjau dari segi merek berdasarkan tingkat pendapatan?

4. Apakah ada perbedaan persepsi konsumen pada produk pasta gigi pepsodent ditinjau dari segi harga berdasarkan usia?

5. Apakah ada perbedaan persepsi konsumen pada produk pasta gigi pepsodent ditinjau dari se gi harga berdasarkan tingkat pendidikan?

6. Apakah ada perbedaan persepsi konsumen pada produk pasta gigi pepsodent ditinjau dari segi harga berdasarkan tingkat pendapatan?

7. Apakah ada perbedaan persepsi konsumen pada produk pasta gigi pepsodent ditinjau dari segi citarasa berdasarkan tingkat usia?

(21)

9. Apakah ada perbedaan persepsi konsumen pada produk pasta gigi pepsodent ditinjau dari segi citarasa berdasarkan tingkat pendapatan?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi konsumen terhadap merek dan harga pasta gigi Pepsodent.

E. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat diambil manfaat sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, yaitu dapat menerapkan ilmu yang diperoleh selama studi di Universitas Sanata Dharma dan dapat mengetahui persepsi konsumen terhadap merek dan harga pasta gigi Pepsodent.

2. Bagi perusahaan, yaitu dapat menyumbangkan gagasan yang bermanfaat sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan kebijakan-kebijakan perusahaan.

(22)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Persepsi

1. Pengertian Persepsi

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh pengindraan yaitu, merupakan suatu proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya. Stimulus diteruskan ke pusat syaraf dan terjadi proses psikologis sehingga individu menyadari apa yang dilihat, didengar dan disitulah individu mengalami persepsi. Persepsi adalah proses pemahaman yang dialami setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman (Miftah Thoha, 1983:14). Proses persepsi tidak dapat lepas dari proses engindraan dan proses pengindraan merupakan proses yang mendahului terjadinya persepsi. Proses pengindraan terjadi setiap saat yaitu pada waktu individu menerima stimulus ysng mengenai dirinya sendiri melalui alat indra. Alat indra merupakan perhubungan antara individu dengan dunia luarnya.

Menurut Jalaluddin Rahmat (1986: 64)

(23)

Dengan persepsi idividu bisa menyadari dapat mengerti tentang keadaan lingkungan sekitarnya, juga tentang keadaan dirinya sendidri. Dalam persepsi stimulus yang mengenai individu akan di organisasikan, di interpretasikan sehingga individu menyadari tentang apa yang di indranya itu. Dalam persepsi stimulus yang diterima oleh individu dapat datang dari luar tetapi juga bisa datang dari dalam diri individu yang bersangkutan.Berdasar pada hal tersebut dapat dikemukakan bahwa dalam persepsi itu sekalipun stimulusnya sama tetepi karena pengalaman, kemampuan berpikir dan kerangka acuan setiap orang berbeda maka, ada kemungkinan hasil persepsi antara individu satu dengan individu lainnya juga tidak sama. Keadaan ini memberikan gambaran bahwa persepsi bersifat individu.

Setiap individu mempunyai kecenderungan dalam melihat obyek yang sama dengan cara yang berbeda. Oleh karena itu setiap orang memberikan arti kepada suatu stimulus dengan cara yang berbeda pula. Pesepsi berkaitan dengan cara mendapatkan pengetahuan tentang obyek atau kejadian pada saat tertentu, itu sebabnya persepsi dapat terjadi kapan saja. Persepsi sendiri meliputi kognisi yang mencakup penafsiran obyek, tanda dan orang dari sudut pengalaman yang bersangkutan.

(24)

mempengaruhi hasil persepsi datang dari dua sumber, yaitu yang berhubungan dengan segi kejasmanian dan yang berhubungan dengan segi psikologis. Jika sistem psikologisnya terganggu hal tersebut akan berpengaruh terhadap persepsi seseorang. Segi psikologis tersebut antara lain pengalaman, perasaan, kemampuan berpikir, kerangka acuan dan motivasi, hal inilah yang akan berpengaruh dalam mengadakan persepsi.

Dengan semua yang telah dipaparkan di atas, tidak berarti persepsi antara satu orang dengan yang lainnya tidak bisa sama. Bila faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan persepsi dapat dikelola dengan baik, akan terbentuklah persepsi yang diinginkan. Dengan kata lain, persepsi yang diinginkan akan terbentuk bila dapat dilakukan pengkondisian yang kuat terhadap suatu obyek, kualitas hubungan antargejala, kondisi maupun peristiwa.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Persepsi

Pembentukan persepsi (Irwanto, et al. 1996 : 96) dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

a. Perhatian yang selektif

(25)

b. Ciri-ciri rangsang

Rangsang yang bergerak di antara rangsang yang diam akan lebih menarik perhatian. Demikian juga rangsang yang paling besar di antara yang kecil; yang kontras dengan latar belakangnya dan yang intensitas rangsangnya paling kuat.

c. Nilai-nilai dan Kebutuhan Individu

Seorang seniman tentu punya pola dan cita rasa yang berbeda dalam pengamatannya dibanding seorang yang bukan seniman. Penelitian juga menunjukkan bahwa anak-anak dari golongan ekonomi rendah melihat koin (mata uang logam) lebih besar dibanding anak-anak orang kaya.

d. Pengalaman terdahulu

Pengalaman-pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi seseorang mempersepsi dunianya. Cermin bagi kita tentu bukan barang baru, tetpi lain halnya dengan mereka yang berada di pedalaman.

Proses terbentuknya persepsi terdiri dari lima langkah, yang menurut buku Proyek Pengembangan Institusi Pendidikan Tinggi adalah sebagai berikut : 1. Proses pengumpulan informasi (process of gathering information).

2. Proses sele ksi (selecting), yaitu apa yang harus dicatat dari suatu informasi.

(26)

4. Proses mengorganisir ke pola-pola tertentu.

5. Proses menginterpretasikan informasi yang telah terpola ke dalam suatu yang bermakna.

Sedangkan hal-hal lain yang dianggap dapat mempengaruhi persepsi adalah kemampuan dasar (ability), kemauan (wants), kebutuhan-kebutuhan (needs), harapan-harapan (expectatios), dan latihan (train).

Ketepatan persepsi dipengaruhi oleh situasi di mana persepsi tersebut terbentuk. Termasuk dalam pengertian situasi ini, antara lain, tempat, waktu, suasana (sedih, gembira, takut, dan lain-lain).

3. Variabel-variabel yang Membentuk Persepsi

Variabel-variabel persepsi terdiri atas : a. Perhatian (atten tion)

Yaitu sapai dimana konsumen bersifatsensitif terhadap informasi. Perhatian dipengaruhi oleh :

-stimulus ambiquitas -sikap

b. Stimuli Ambiquity

Yaitu ketidakpastian tentang yang diamati dan tidak adanya makna dari informasi yang diterima.

(27)

d. Penelusuran Nyata (over search)

Yaitu penelusuran informasi scara aktif. Aktifitas ini meliputi kecepatan dan keluasan dalam menimbulkan kembali informasi yang ada pada memori dan pengalaman mengenai masalah.

B. Perilaku Konsumen.

Perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi produk dan jasa termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusul tindakan. Keberhasilan pemasaran tergantung pada pemahaman perilaku konsumen yang berupa keinginan dan kebutuhan yang belum terpenuhi. Disinilah pemasaran dituntut memahami dan mengamati sikap dan perilaku konsumen.

Perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan individu secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang dan jasa ekonomis termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan tindakan tersebut. (James F Engel, Roger Vlackwell, Miniard, Paul W (1994:3) )

(28)

Definisi lain perilaku konsumen adalah menurut Leon G Schifman dan Lesli Lazar Kanuk. Perilaku konsumen adalah bagaimana konsumen membuat keputusan untuk menghabiskan sumber mereka yang berharga (waktu, uang, usaha) atas barang yang akan dikonsumsi (1994:7)

Berdasar uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan yang dilakukan oleh individu atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan guna mendapat barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan.

Ada berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi konsumen membeli produk tertentu sehingga dapat memuaskan kebutuhan dan keinginannya. Faktor -faktor yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen menurut Philip Kottler (1986:164) antara lain adalah sebagai berikut :

1. Kebudayaan

Kebudayaan sifatnya sangat luas dan menyangkut segala aspek kehidupan manusia. Kebudayaan merupakan faktor penentu keinginan dan perilaku seseorang yang paling mendasar. Jika makluk yang lebih rendah perilakunya sebagian diatur oleh naluri, maka perilaku manusia sebagian adalah dipelajari.

2. Kelas Sosial

(29)

dalam bidang tertentu seperti pakaian, perabot rumah tangga, aktivitas waktu senggang dan sebagainya.

3. Kelompok Referensi Kecil

Kelompok referensi kecil juga mempengaruhi perilaku seseorang dalam pembelian dan sering dijadikan pedoman oleh konsumen dalam bertingkah laku.

4. Keluarga

Para anggota keluarga dapat memberi pengaruh yang kuat terhadap perilaku pembelian.

5. Pengalaman

Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan seseorang dalam bertingkah laku. Pengalaman diperoleh dari perbuatannya di masa lalu dan dapat pula dipelajari sebab dengan belajar sesorang mendapat pengalaman. 6. Kepribadian

(30)

7. Sikap dan Kepercayaan

Sikap dan kepercayaan merupakan faktor yang ikut mempengaruhi pandangan dan perilaku pembelian seseorang. Sikap itu sendiri mempengaruhi kepercayaan dan kepercayaan mempengaruhi sikap.

8. Konsep Diri

Konsep diri merupakan cara bagi seseorang untuk melihat dirinya sendiri dan pada saat yang sama ia mempunyai gambaran tentang diri dan orang lain.

9. Pengamatan

Pengamatan merupakan proses yang mana pembeli menyadari dan menginterpretasikan aspek lingkungannya. Seseorang akan mempunyai sesuatu pandangan terhadap suatu produk jika ia mengetahui bahwa produk tersebut ditawarkan.

10. Proses Belajar

Proses belajar dapat terjadi jika konsumen ingin menanggapi dan memperoleh suatu keputusan atau sebaliknya terjadi jika merasa dikecewakan oleh produk yang kurang baik.

11. Sikap

(31)

C. M e rek

Dalam mengembangkan strategi pemasaran untuk produk-produk individual, penjual atau produsen harus menghadapi keputusan pemberian merek. Merek akan menjadi daya tarik untuk memperoleh kesetiaan pelanggan.

American Marketing Association mendefinisikan Merek sebagai berikut:

Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol atau rancangan, atau kombinasi dari hal-hal tersebut yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikan barang atau jasa dari seseorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing.

Jadi merek mengidentifikasikan penjual atau produsen. Merek sebenarnya merupakan janji penjual atau produsen untuk secara konsisten memberikan tampilan, manfaat dan jasa pada pembeli. Merek terbaik memberikan jaminan mutu, tetapi merek lebih dari sekedar simbol. Merek dapat memilki enam tingkat pengertian, yaitu :

a. Atribut yaitu bahwa merek mengingatkan pada atribut-atribut tertentu. b. Manfaat yaitu mer ek bukan hanya serangkaian atribut saja karena

pelanggan tidak membeli atribut tetapi membeli manfaat.

c. Nilai yaitu bahwa merek juga menyatakan nilai produsen. Pemasar merek harus dapat mengetahui kelompok pembeli mana yang mencari nilai-nilai itu.

d. Budaya yaitu bahwa merek juga mewakili budaya tertentu.

(32)

f. Pemakai yaitu bahwa merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk tersebut.

Semua itu menunjukkan bahwa merek merupakan simbol yang kompleks. Tantangan dalam pemberian merek adalah untuk mengembangkan pengertian yang mendalam atas merek tersebut. Merek disebut merek yang mendalam jika orang-orang dapat melihat keenam dimensi dari suatu merek. Merek bervariasi dalam hal kekuatan dan nilai yang dimilikinya dipasar. Ada merek yang tidak diketahui oleh sebagian besar pembeli, tetapi ada pula merek yang atas merek tersebut pembeli memiliki tingkat kesadaran merek yang tinggi dimana pelanggan tidak akan menolak untuk membelinya.

Selain memudahkan para pelanggan untuk mengingat suatu produk, merek juga memberikan beberapa manfaat pada penjual. Manfaat merek bagi para penjual adalah sebagai berikut :

a. Merek memudahkan penjual memproses pesanan dan menulusuri masalah yang ada.

b. Merek dan tanda dagang penjual memberikan perlindungan hukum atas tampilan produk yang unik yang tanpa itu akan dapat ditiru oleh pesaingnya.

c. Merek memberikan kesempatan pada penjual untuk menarik pelanggan yang setia dan menguntungkan.

(33)

D. Pengertian Pemasaran

Pemasaran adalah suatu cara berpikir tentang bagaimana perusahaan dapat mengembangkan perubahan yang menguntungkan dengan para pelanggan yang ingin memenuhi kebutuhannya. Tujuan pemasaran adalah untuk membantu perusahaan memutuskan apa yang mula -mula di buatnya, pemasaran di mulai jauh sebelum perusahaan menghasilkan suatu produk dan terus dilaksanakan meskipun produk tersebut telah laku terjual. Pemasaran adalah proses memilih pasar yang akan dimasuki, menetapkan produk yang akan ditawarkan, harga yang akan dipasang, distributor yang akan digunakan sampai pada promosi yang akan digunakan.

Beberapa Pakar mengemukakan definisi pemasaran yang me mpunyai pandangan yang sama hanya penyampaiannya saja berbeda.

Basu Swasta (1987 : 5) mendifinisikan pemasaran sebagai berikut : Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan, mempromos ikan dan mendistribusikan barang dan jasa agar dapat memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli yang potensial.

Philip Kottler (1988 : 3) mendifinisikan pemasaran sebagai berikut : Marketing is a social and managerial process by which individuals and groups obtain what they need and want through creating and exchanging product and value with others.

E. Bauran Pemasaran

(34)

pelanggan. Untuk hal tersebut maka pengusaha dapat melaksanakan empat tindakan yang disebut sebagai pemasaran atau marketing mix.

Bauran pemasaran adalah kombinasi dari empat variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan yaitu produk, struktur harga, kegiatan promosi dan distribusi.

Kegiatan marketing mix perlu dikombinasikan agar perusahaan dapat melakukan tugas perusahaan secara efektif. Jadi perusahaan tidak hanya memiliki kombinasi terbaik, tetapi harus mengkoordinir berbagai macam alat marketing mix untuk melaksanakan program marketing mix secara efektif. Alat marketing mix yang paling mendasar adalah :

a. Produk

Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, dicari, diminta, digunakan atau dikonsumsikan pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang mencangkup kualitas, rencana, bentuk, merk dan kemasan.

(35)

Philip Kottler (1988 : 445) mendifinisikan produk sebagai berikut : Produk adalah apa saja yang dapat ditawarkan kepasar untuk mendapatkan perhatian, pembelian, pemakaian atau konsumsi yang dapat memenuhi keinginan yang meliputi benda fisik, jasa, tempat, organisasi dan gugusan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa produk merupakan pemahaman yang subyektif dari produsen atas sesuatu sebagi usaha untuk memenuhi keinginan konsumen melalui hasil produknya.

b. Harga

Secara tradisional harga berperan sebagai penentu utama pilihan pembeli meskipun faktor non harga telah menjadi semakin penting. Dalam perilaku pembelian selama beberapa dasawarsa ini harga masih tetap merupakan salah satu unsur penting menemukan pangsa pasar dan profitabilitas perusahaan. Harga merupakan satu-satunya elemen bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan, sedang elemen yang lain menimbulkan biaya. Harga merupakan elemen yang fleksibel karena harga dapat berubah dengan cepat tidak seperti feature produk dan perjanjian distribusi. Pada saat yang sama penetapan harga juga merupakan masalah yang banyak dihadapi para manajer pemasaran.

Dalam menetapkan kebijakan harga perusahaan harus mempertimbangkan banyak faktor dan harus mengetahui langkah-langkah dalam menetapkan harga. Langkah-langkah dalam menetapkan harga tersebut adalah sebagai berikut :

(36)

3. Memperkirakan biaya

4. Menganalisis biaya , harga dan penawaran barang 5. Memilih metode penetapan harga

6. Memilih harga akhir

Perusahaan biasanya tidak menetapkan harga tunggal melainkan suatu struktur harga yang mencerminkan perbedaan permintaan dan biaya secara geografis, kebutuhan segmen pasar, waktu pembelian, tingkat pemesanan dan faktor-faktor lain. Untuk itu disini akan dibahas beberapa strategi adaptasi harga, yaitu :

1. Penetapan Harga Geografis

Penetapan harga geografis mengharuskan perusahaan memutuskan bagaiman menetapkan lokasi dan negara.

2. Diskon dan Potongan Harga

Perusahaan umumnya akan memodifikasi harga dasar mereka untuk menghargai tindakan pelanggan seperti pembayaran awal, volume pembelian dan pembelian diluar musim. Penjelasan atas penyelesaian harga ini disebut diskon dan potongan harga yang akan diberikan. 3. Penetapan Harga Musiman

(37)

4. Penetapan harga Dikriminasi

Penetapan harga diskrimanasi juga disebut diskriminasi harga terjadi jika perusahaan menjual suatu produk atau jasa pada dua harga atau lebih yang tidak mencerminkan perbedaan biaya secara proporsional. Penetapan harga diskriminasi ini ada beberapa bentuk yaitu : Penetapan harga segmen pelanggan, Penetapan harga bentuk produk, Penetapan harga citra, Penetapan harga waktu.

5. Penetapan Harga Bauran Produk

Penetapan harga bauran produk ini diantaranya adalah penetapan harga produk, penetapan harga feature, penetapan harga produk pelengkap. c. Promosi

(38)

F. Kerangka Berfikir

Dari landasan teori yang telah dikemukakan di atas, mak dapat disusun kerangka berpikir sebagai berikut :

Gambar II.1 kerangka pebelitian persepsi konsumen terhadap merek dan harga pasta gigi pepsodent.

Dari kerangka berfikir tersebut terlihat bahwa jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan mempunyai pengaruh terhadap persepsi konsumen terhadap merek dan harga pasta gigi pepsodent. Dapat juga dikatakan bahwa persepsi konsumen terhadap pasta gigi pepsodent berbeda -beda berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan.

Jenis kelamin

Usia

Tingkat pendidikan

Tingkat pendapatan

(39)

G. Hipotesis

1. Ada perbedaan persepsi konsumen te rhadap merek pasta gigi Pepsodent di tinjau dari jenis kelamin.

2. Ada perbedaan persepsi konsumen terhadap harga pasta gigi Pepsodent di tinjau dari jenis kelamin.

3. Ada perbedaan persepsi konsumen terhadap merek pasta gigi Pepsodent di tinjau dari tingkat us ia.

4. Ada perbedaan persepsi konsumen terhadap harga pasta gigi Pepsodent di tinjau dari tingkat usia.

5. Ada perbedaan persepsi konsumen terhadap merek pasta gigi Pepsodent di tinjau dari tingkat pendidikan.

6. Ada perbedaan persepsi konsumen terhadap harga pasta gigi Pepsodent di tinjau dari tingkat pendidikan.

7. Ada perbedaan persepsi konsumen terhadap merek pasta gigi Pepsodent di tinjau dari tingkat pendapatan.

(40)

24

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi kasus yaitu, penelitian dengan mengambil satu jenis produk tertentu, untuk daerah penelitian tertentu dengan kesimpulan hanya berlaku untuk produk dan daerah penelitian saja.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni 2006. Adapun tempat penelitian di Desa Sengon, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten.

C. Subyek dan Obyek Penelitian

Dalam penelitian ini, sebagai subyek penelitian adalah para konsumen yang menggunakan pasta gigi Pepsodent dan obyek penelitiannya adalah produk pasta gigi Pepsodent.

D. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi dari obyek dan subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2001:72). Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah semua konsumen pasta gigi pepsodent di wilayah desa Sengon, Kecamatan Prambanan.

(41)

biaya dan tenaga, maka tidak semua populasi diambil tetapi peneliti hanya akan mengambil 100 responden sebagai sampel penelitian. Teknik pengambila n sampelnya adalah dengan metode purposive random sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan mengambil orang terpilih menurut ciri khusus yang telah menggunakan pasta gigi pepsodent selama lebih dari satu tahun.

E. Variabel Penelitian

1. Variabel Terikat (Dependent Variables)

Yang menjadi variabel terikat adalah persepsi yaitu proses pemahaman yang dialami setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman (MIftah Thoha, 1983:14).

2. Variabel Bebas (Independent Variables)

Yang menjadi variabel bebas dari penelitian ini adalah:

a. Merek, yaitu nama, istilah, tanda, simbol atau rancangan, atau kombinasi dari hal-hal tersebut untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seseorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing.

b. Harga, yaitu sejumlah uang yang harus dikeluarkan pembeli untuk mendapatkan produk.

(42)

F. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui penelitian lapangan dengan teknik wawancara yaitu, dengan mengajukan pertanyaan yang terkait dengan permasalahan secara langsung pada responden dan melalui kuesioner yaitu, berupa daftar pertanyaan yang menyangkut penelitian yang kemudian disebarkan pada responden dengan scoring menggunakan skala Likert sebagai berikut:

Pendapat Pernyataan Positif Pernyataan Negatif

1. Sangat Setuju 4 1

2. Setuju 3 2

3. Tidak Setuju 2 3

4. Sangat Tidak Setuju 1 4

Berikut kisi-kisi kuesioner yang akan disebarkan pada responden:

Variabel Indikator

Butir 2. Merek Mudah diingat

Pendek, sederhana, mudah dibaca, dieja dan didengar

Menimbulkan kesan positif

Tepat untuk promosi Belum pernah digunakan oleh perusahaan lain

8

9, 10, 11, 18, 19

12, 13

(43)

3. Citrasa Rasa produk 20, 21, 22, 23, 24, 25

4. Persepsi Perhatian yang selektif Rangsang

Nilai dan kebutuhan individu

Pengalaman terdahulu

28, 30 27, 31 29, 32

26

G. Teknik Pengujian Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, maka untuk mengukur kevalidan dan keandalannya, dilakukan pengujian terlebih dahulu.

Adapun alat pengujian tersebut meliputi: 1. Analisis Validitas

Untuk mengukur kevalidan kuesioner yang dibagikan kepada responden digunakan teknik Korelasi Product Moment dari Karl Pearson (Sutrisno Hadi, 1991:14) yaitu:

rxy =

( )( )

rxy = koefisien korelasi setiap item X = nilai dari setiap item

(44)

Besarnya rxy dapat dihitung dengan menggunakan korelasi dengan taraf signifikan (α) = 5%. Jika rxy lebih besar dari rtabel maka kuesioner yang digunakan sebagai alat ukur dapat dikatakan valid.

Hasil pengujian validitas dengan korelasi produk moment menghasilkan koefesien korelasi lebih besar dari nilai r_tabel sebesar 0.135 (df=98, α=5%) pada semua butir pertanyaan, berarti pertanyaan dalam kuesioner berhasil mengukur pendapat subjek sesuai dengan indikator yang ditanyakan atau valid (Sutrisno Hadi, 2002).

Tabel. 1

Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Item r-xy r-tabel

(45)

5 0.7467 0.135 Valid

2. Analisis Reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkat kestabilan dan keandalan alat ukur dalam mengukur gejala. Tujuan analisis reliabilitas adalah untuk mengetahui sejauh mana pengukuran data dapat memberikan hasil relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali pada subyek yang sama atau dengan kata lain untuk menunjukkan adanya kesesuaian antara sesuatu yang diukur dan jenis alat pengukur yang dipakai. Pengukuran ini menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Karl Pearson (Sutrisno Hadi, 1991:44):

rxy = koefisien korelasi setiap item X = nilai dari setiap item

(46)

Setelah koefisien korelasi item bernomor ganjil dan bernomor genap di dapat maka untuk menilai reliabilitas digunakan rumus Spearman Brown. (Sutrisno Hadi, 1991:44).

rxx =

rxy = koefisien reliabilitas

rxy = koefisien korelasi antara item bernomor ganjil dengan item bernomor genap

Dengan taraf signifikan (α) = 5%, apabila rxx lebih besar dari rtabel maka kuesioner sebagai alat ukur dapat dikatakan memenuhi syarat reliabilitas.

Hasil pengujian reliabilitas dengan alpha cronbach menghasilkan koefesien alpha lebih dari r_tabel sebesar 0.135 (df=98, α=5%) pada semua dimensi kualitas pelayanan dan kepuasan, berarti kuesioner memiliki konsistensi (keandalan) maksud yang baik. Berdasarkan kemampuan ini kuesioner dinyatakan reliabel, (Suharsimi, 2002).

(47)

H. Teknik Analisis Data

Alat yang digunakan untuk menguji hipotesa adalah “Chi Square Test”. Chi Square Test yaitu untuk mengetahui uji proporsi maka variabilitas datanya pun bersifat diskrit. Manfaat yang diperoleh dari uji Chi Square adalah untuk melihat ada tidaknya kesesuaian antara frekuensi yang diperoleh berdasar nilai harapannya.

Alasan memilih uji Chi Square adalah karena sangat relevan dengan kasus yang diteliti untuk menguji apakah ada perbedaan persepsi konsumen dalam penilaian terhadap merk, harga dan citarasa pada produk pasta gigi pepsodent. Dengan uji Chi Square dapat dilihat apakah ada perbedaan yang signifikan antara frekuensi hasil observasi (fo) dengan frekuensi yang diharapkan penelitian (fh).dan untuk mengetahui seberapa besar korelasi antara fo dan fh digunakan kriteria atau interpretasi terhadap koefisien kontingensi di bawah ini :

Tabel. 3 :Kriteria Koefisien Kontingensi Koefisien kontingensi kategori

0,81 s.d 1,00 0,61 s.d 0,80 0,41 s.d 0,60 0,21 s.d 0,40 0,00 s.d 0,20

(48)

Dalam pengujian ini tingkat signifikansi (x) yang digunakan adalah 5% dan dengan derajat kebebasan (df) yang dapat dirumuskan dengan:

df = (I – 1)(j – 1) dimana:

df = derajat kebebasan i = jumlah baris fo = frekuensi observasi fh = frekuensi harapan

Untuk mencari fh dengan rumus

fh =

Langkah-langkah dalam menguji hip otesa adalah sebagai berikut: 1. Merumuskan hipotesa yang akan diuji diterima atau ditolak

Ho = Tidak ada perbedaan persepsi mahasiswa terhadap merk dan harga produk pasta gigi pepsodent.

(49)

2. Menilai level of signifikan tertentu dengan derajat kebebasan df = (I – 1)(j – 1)

3. Sebelumnya menghitung χ2, maka Σfh dan (fo – fh) = 0 4. Perhitungan tes statistik dengan rumus

χ2 =

(

)

fh

fh

fo 2

5. Membuat keputusan

(50)

34

BAB IV

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Batas-batas Wilayah

Kabupaten Klaten terletak diantara pemerintah daerah tingkat II dengan batas-batas :

Sebelah Utara : Kabupaten Sleman Sebelah Selatan : Kabupaten Sleman Sebelah Barat : Kabupaten Sleman Sebelah Timur : Kabupaten Boyolali

Daerah penelitian yang dilaksanakan di Desa Sengon, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara : Desa Cucukan, kecamatan Prambanan

Sebelah Selatan : Desa Sambirejo, kecamatan Prambanan Sebelah Barat : Desa Kotesan, kecamatan Prambanan Sebelah Timur : Desa Sawit, kecamatan Gantiwarno

B. Kondisi Geografis

Secara umum kondisi geografis desa Sengon kecamatan Prambanan kabupaten Klaten yang dijadikan daerah penelitia n merupakan dataran rendah yang mempunyai orbitan (jarak dari pusat pemerintahan/desa) sebagai berikut: Jarak dari pusat pemerintahan kecamatan :4,5 Km

(51)

Jarak dari Ibukota provinsi : 171 Km Jarak dari Ibukota negara : 719 Km

Desa Sengon mempunyai luas wilayah 233 Ha mempunyai status pertanahan sebagai berikut :

Sertifikat Hak Milik : 1.787 buah 187,7865 Ha Tanah Kas Desa : 48 buah 26,5485 Ha

-Tanah Bengkok : 16,1570 Ha -Tanah Desa lainnya : 10,3915 Ha

Tanah bersertifikat : 1.787 buah 187,7865 Ha Tanah bersertifikat melalui PRONA : 566 buah 114,5945 Ha Tanah yang belum bersertifikat : 48 buah 26,5485 Ha

C. Kependudukan

1. Jumlah Penduduk menurut : a. Jenis kelamin :

1). Laki-laki : 1. 940 orang 2). Perempuan : 1.988 orang Jumlah : 3.928 orang b. Kepala Keluarga : 925 orang

c. Kewarganegaraan : 1). WNI

(52)

2). WNA

Laki-laki : - Perempuan : - Jumlah : -

2. Jumlah penduduk menurut agama dan kepercayaan : a. Islam : 3.589 orang

b. Kristen : 20 orang c. Katolik : 237 orang d. Hindu : 82 orang e. Budha : -

3. Jumlah Penduduk menurut usia : a. Kelompok Pendidikan :

1). 00 – 03 tahun : 262 orang 2). 04 – 06 tahun : 334 orang 3). 07 – 12 tahun : 631 orang 4). 13 – 15 tahun : 352 orang 5). 16 – 18 tahun : 323 orang 6). 19 tahun keatas : 2.060 orang b. Kelompok Tenaga Kerja :

(53)

5). 41 – 56 tahun : 331 orang 6). 57 tahun keatas : 533 orang 4. Jumlah Panduduk menurut tingkat Pendidikan :

a. Taman Kanak-kanak : 58 orang b. Sekolah Dasar : 779 orang c. SMP/SLTP : 473 orang d. SMA/SLTA : 551 orang e. Akademi (D1 – D3) : 53 orang f. Sarjana (S1 – S3) : 81 orang 5. Jumlah Penduduk menurut Mata Pencaharian :

a. Karyawan 1).PNS : 172 orang 2). TNI/POLRI : 10 orang 3). Swasta : 37 orang

b. Wiraswasta : 112 orang

c. Pertukangan : 52 orang

d. Pensiunan : 42 orang

e. Tani : 321 orang

f. Buruh Tani : 248 orang

(54)

38

BAB V

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan mengetahui persepsi konsumen terhadap merek, harga, dan citarasa pada produk pasta gigi Pepsodent. Untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti telah melaksanakan penjaringan data-data dan melakukan pengujian statistik untuk menganalisisnya sesuai motodologi yang telah dijelaskan pada bab III.

Hasil selengkapnya dari pengujian-pengujian statistik dapat dilihat pada lampiran-lampiran, pada bab ini akan dipaparkan hasil-hasil tersebut, meliputi deskrips i data, pengujian instrumen, pengujian chi square, dan pembahasannnya.

A. Analisis Deskriptif

1. Deskripsi Profil Responden

Responden yang menjadi sampel mewakili warga desa Sengon kecamatan Prambanan, Klaten. Gambaran karakteristik mereka diketahui dari hasil analisis deskripsi persentase. Tiga profil yang diungkapkan persentasenya adalah ; Usia, Pendapatan dan Pendidikan.

a. Usia

(55)

sebagian besar konsumen Pepsoden di desa Sengon kecamatan Prambanan, Klaten adalah remaja dan dewasa.

Tabel. 4

Distribusi Frekuensi usia

Usia (thn) Frekuensi Persentase

< 20 Thn 4 4.0

Pendapatan diklasifikasikan menjadi empat kelompok, pertama berpendapatan kurang dari 250 ribu Rupiah, kedua antara 250 sampai 499 ribu Rupiah, ketiga lebih dari 500 sampai 750 ribu Rupiah, dan keempat lebih dari 750 ribu Rupiah. Hasil perhitungan persentase menemukan sebanyak 47% memiliki penghasilan antara 250 sampai 499 ribu Rupiah, dan sisanya tersebar pada kelompok lain masing-masing 18% dan 17%. Dominasi tersebut menjelaskan sebagian besar konsumen Pepsodent di desa Sengon kecamatan Prambanan, Klaten berpendapatan rendah.

Tabel. 5

Distribusi Frekuensi pendapatan

Pendapatan Frekuensi Persentase

(56)

c. Pendidikan

Pendidikan diklasifikasikan keda lam empat kelompok, yaitu SD, SMP, SMU dan Perguruan Tinggi atau PT. Hasil perhitungan persentase menemukan sebanyak 72% berlatar belakang pendidikan SMU, dan sisanya tersebar pada tingkat pendidikan lannya dengan jumlah dibawah 15 % pada tiap kelompoknya. Hasil ini menjelaskan sebagian besar konsumen Pepsodent di desa Sengon kecamatan Prambanan, Klaten memiliki tingkat pendidikan menengah.

Tabel. 6

Distribusi Frekuensi pendidikan

Pendidikan Frekuensi Persentase

SD 6 6.0

SMP 13 13.0

SMU 72 72.0

PT 9 9. 0

Total 100 100.0 Sumber : Hasil pengujian data primer, 2006.

2. Deskripsi Persepsi Konsumen

(57)

jawaban konsumen yang dominan memilih sangat tidak setuju terhadap variabel merek, harga dan cita rasa.

a. Variabel Harga

Variabel harga mengungkapkan tanggapan konsumen terhadap sejumlah uang yang harus dikeluarkan untuk membeli pasta gigi Pepsodent. Variabel ini dijaring menggunakan tujuh butir pertanyaan dengan skala jawaban 1 (sangat tidak setuju) sampai 4 (sangat setuju), sehingga bila diakumulasi memiliki skor harapan tertinggi sebesar 7 x 4 = 28, dan terendah sebesar 7 x 1 = 7.

Hasil tabulasi data menunjukan sebagian besar konsumen memberikan jawaban setuju terhadap variabel harga, jumlahnya mencapai 53.6% atau lebih dari separoh jumlah konsumen yang ada. Sebagian besar lagi sangat setuju dengan jum lah 26.9%, tidak setuju 16.3% dan sisanya sebanyak 3.3% memberikan jawaban sangat tidak setuju. Distribusi tersebut menunjukan sebagaian besar konsumen pasta gigi Pepsodent di desa Sengon kecamatan Prambanan – Klaten merasa cocok dengan harga yang ditetapkan.

(58)

kelompok tinggi, dan 36% pada klasifikasi sangat tinggi, akumulasi keduanya mencapai 91.1%. Berarti hampir seluruh konsumen memiliki tanggapan positif terhadap harga pasta gigi Pepsodent.

Tabel. 7

Klasifikasi tanggapan konsumen terhadap variabel Harga Interval Frekuensi Persentase Klasifikasi

7 – 12.3 0 0 Sangat Rendah

12.4– 17.5 9 9.0 Rendah

17.6 – 22.8 55 55.0 Tinggi

22.9 – 28.0 36 36.0 Sangat Tinggi

Jumlah 100 100

Sumber : Hasil pengolahan data primer, 2006

b. Variabel Merek

Variabel merek mengungkapkan tanggapan konsumen terhadap nama, atau simbol, atau tanda, dan atau kominasinya yang melekat pada produk opasta gigi Pepsodent. Variabel ini dijaring menggunakan duabelas butir pertanyaan dengan skala jawaban 1 (sangat tidak setuju) sampai 4 (sangat setuju), sehingga bila diakumulasi memiliki skor harapan tertinggi sebesar 12 x 4 = 48, dan terendah sebesar 12 x 1 = 12.

(59)

sangat tidak setuju. Distribusi tersebut menunjukan sebagaian besar konsumen pasta gigi Pepsodent di desa Sengon kecamatan Prambanan – Klaten merasa cocok dengan merek Pepsodent.

Dalam bentuk rata-rata, besarnya skor jawaban tersebut sebesar 36.61 berada pada klasifikasi tinggi, berarti konsume n memiliki tanggapan baik terhadap variabel merek. Dari 100 konsumen yang terpilih menjadi sampel diketahui sebanyak 74% memiliki tanggapan terhadap merek pasta gigi Pepsodent pada kelompok tinggi, dan 11% pada klasifikasi sangat tinggi, akumulasi keduanya mencapai 85%. Berarti lebih dari ¾ jumlah konsumen memiliki tanggapan baik atau positif terhadap merek pasta gigi Pepsodent.

Tabel. 8

Klasifikasi tanggapan konsumen terhadap variabel Merek Interval Frekuensi Persentase Klasifikasi

12– 21 0 0 Sangat Rendah

22 – 30 15 15.0 Rendah

31 – 39 74 74.0 Tinggi

40 – 48 11 11.0 Sangat Tinggi

Jumlah 100 100

Sumber : Hasil pengolahan data primer, 2006

c. Variabel Citarasa

(60)

(sangat setuju), sehingga bila diakumulasi memiliki skor harapan tertinggi sebesar 6 x 4 = 24, dan terendah sebesar 6 x 1 = 6.

Hasil tabulasi data menunjukan sebagian besar konsumen memberikan jawaban setuju terhadap variabel Citarasa, jumlahnya mencapai 68.7% atau lebih dari separoh jumlah konsumen yang ada. Sebagian besar lagi sangat setuju dengan jumlah 21.3%, tidak setuju 9.3% dan sisanya sebanyak 0.7% memberikan jawaban sangat tidak setuju. Distribusi tersebut menunjukan sebagaian besar konsumen pasta gigi Pepsodent di desa Sengon kecamatan Prambanan – Klaten merasa cocok dengan Citarasa Pepsodent.

Dalam bentuk rata-rata, besarnya skor jawaban tersebut sebesar 18.64 berada pada klasifikasi tinggi, berarti konsumen memiliki tanggapan baik atau positif terhadap variabel Citarasa. Dari 100 konsumen yang terpilih menjadi sampel diketahui sebanyak 60% memiliki tanggapan terhadap Citarasa pasta gigi Pepsodent pada kelompok tinggi, dan 30% pada klasifikasi sangat tinggi, akumulasi keduanya mencapai 90%. Berarti hampir semua konsumen memiliki tanggapan baik atau positif terhadap Citarasa pasta gigi Pepsode nt.

Tabel. 9

Klasifikasi tanggapan konsumen terhadap variabel Citarasa Interval Frekuensi Persentase Klasifikasi

6.0 – 10.5 0 0 Sangat Rendah

10.6 – 15.0 10 10.0 Rendah

(61)

19.6– 24.0 30 30.0 Sangat Tinggi

Jumlah 100 100

Sumber : Hasil pengolahan data primer, 2006

d. Variabel Persepsi

Variabel Persepsi mengungkapkan pemahaman konsumen berdasarkan informasi yang dimiliki terhadap pasta gigi Pepsodent. Variabel ini dijaring menggunakan tujuh butir pertanyaan dengan skala jawaban 1 (sangat tidak setuju) sampai 4 (sangat setuju), sehingga bila diakumulasi memiliki skor harapan tertinggi sebesar 7 x 4 = 28, dan terendah sebesar 7 x 1 = 7.

Hasil tabulasi data menunjukan sebagian besar konsumen memberikan jawaban setuju terhadap variabel Persepsi, jumlahnya mencapai 54.4% atau lebih dari separoh jumlah konsumen yang ada. Sebagian besar lagi sangat setuju dengan jumlah 40.3%, tidak setuju 3.4% dan sisanya sebanyak 1.9% memberikan jawaban sangat tidak setuju. Distribusi tersebut menunjukan sebagaian besar konsumen pasta gigi Pepsodent di desa Sengon kecamatan Prambanan – Klaten memiliki persepsi baik.

(62)

klasifikasi tinggi, akumulasi keduanya mencapai 95%. Berarti hampir semua konsumen memiliki persepsi baik atau positif terhadap pasta gigi Pepsodent.

Tabel. 10

Tingkat persepsi konsumen terhadap pasta gigi Pepsodent Interval Frekuensi Persentase Klasifikasi

7 – 12.3 0 0 Sangat Rendah

12.4 – 17.5 5 5.0 Rendah

17.6– 22.8 31 31.0 Tinggi

22.9 – 28.0 64 64.0 Sangat Tinggi

Jumlah 100 100

Sumber : Hasil pengolahan data primer, 2006

B. Hasil Pengujian Chi Square

Uji chi square dapat mengevaluasi keberadaan perbedaan distribusi frekuensi dari tabulasi silang antara dua buah variabel kategorial atau ordinal, dalam penelitian ini antara profil responden dengan persepsi konsumen terhadap harga, merek, dan citarasa.

1. Analisa perbedaan persepsi konsumen produk pasta gigi Pepsodent ditinjau dari segi merk berdasarkan usia. Langkah-langkah dalam pengujian hipotesis ini adalah sebagai berikut :

(63)

Tabel. 11

Tabel perbedaan persepsi konsumen pada produk pasta gigi Pepsodent ditinjau dari segi merek berdasarkan usia.

TU

PK < 20 th 20 – 29 th 30-39 th > 40 th

Jumla h

Rendah 2 9 4 0 15

Tinggi 1 23 26 24 74

Sangat tinggi 1 6 2 4 11

Jumlah 4 36 32 28 100

(64)

Tabel. 12

Tabel kontingensi perbedaan persepsi konsumen pada produk pasta gigi P epsodent ditinjau dari segi merek berdasarkan usia.

TU

b. Menghitung Frekuensi Harapan

Dari tabel 12 dihitung frekuensi harapan dengan cara

5

(65)

Dari tabel di dapat chi Square tabel adala h 3,81 karena Chi Square hitung (14,2017) > Chi Square tabel (3,84) sehingga Ho ditolak yang berati ada perbedaan persepsi konsumen pada produk pasta gigi Pepsodent ditinjau dari segi merek berdasarkan usia.

Untuk mengetahui derajat perbedaan antara faktor perbedaan persepsi konsumen yang tingkat usia konsumen produk pasta gigi Pepsodent digunakan koefisien kentingensi (KK) dapat dirumuskan sebagai berikut :

2

Agar supaya, harga KK yang diperoleh dapat dipakai untuk menilai derajat antar faktor, maka harga KK dibandingkan dengan kontingendi maksimal (KK maksimsl) yang bisa terjadi. Harga maksimal dihitung dengan rumus :

(66)

Rasio KK terhadap KK maks adalah

0,499 0,707

0,353 maks

KK KK

= =

Menginteraksikan derajat hubungan dengan kriteria sebagai berikut :

Rasio KK/KK Maksimal Interpretasi 0,81 – 1,00 Sangat tinggi

0,61 – 0,80 Tinggi

0,41 – 0,60 Cukup

0,21 – 0,40 Rendah

0,00 – 0,20 Sangat rendah (tidak berkorelasi)

Berdasarkan tabel interpretasi di atas ternyata rasio KK terhadap KK maksimal sebesar 0,499 berada pada kriteria cukup.

2. Analisa perbedaan persepsi kosumen pada produk pasta gigi Pepsodent ditinjau dari segi merek berdasarkan pendidikan :

(67)

a. Membuat tabel kontingensi

Tabel. 13

Tabel perbedaan persepsi konsumen pada produk pasta gigi Pepsodent ditunjau dari segi merek berdasarkan tingkat pendidikan

TP

Tabel kontingensi perbedaan persepsi konsumen pada produk pasta gigi Pepsodent ditinjau dari merek berdasarkan tingkat pendidikan. Berikut dalam tabel hasil penggabungannya :

TP

b. Menghitung frekuensi harapan

Dari tabel 14 dihitung frekuensi harapan dengan cara :

(68)

c. Menghitung Chi Square

d. Dari perhiutungan Chi Square di atas diketahui bahwa Chi Square hitung menunjukkan harga Chi Square = 23,8049, sedangkan harga Chi Square tabel dengan tingkat signifikansi 5% dan derajat kebebasan = 1 adalah 3,841. Karena Chi Square hitung (23,8049)> Chi Square tabel (3,841) sehingga Ho ditolak yang berarti ada perbedaan persepsi konsumen pada produk pasta gigi Pepsodent ditinjau dari segi merek berdasarkan tingkat pendidikan.

Untuk mengetahui derajat perbedaan antara faktor perbedaan persepsi konsumen dengan tingkat pendidikan konsumen pasta gigi Pepsodent digunakan koefisiensi kontigensi (KK) dapat dirumuskan sebagai berikut :

(69)

Agar supaya harga KK yang diperoleh dapat dipakai untuk menilai derajat asosiasi antar faktor, maka harga KK dibandingkan dengan koefisien kontingensi maksimal (Kkmaks) yang bisa terjadi. Harga Kkmaks dihitung dengan rumus :

m

Rasio KK terhadap Kkmaks adalah :

619

Berdasarkan tebel interpretasi ternyata rasio KK terhadap Kkmaks sebesar 0,619 berada pada kriteria tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa derajat hubungan antara tingkat pendidikan dengan persepsi konsumen pada produk pasta gigi P epsodent ditinjau dari segi merek termasuk ketegori tinggi.

3. Analisa perbedaan persepsi konsumen pada produk pasta gigi Pepsodent ditinjau dari segi merek berdasarkan tingkat pendapatan. Langkah-langkah dalam pengujian hipotesis ini adalah sebagai berikut :

(70)

Tabel. 15

Tabel perbedaan persepsi konsumen pada produk pasta gigi Pepsodent ditinjau dari segi merek berdasarkan tingkat pendapatan

TK Pendapatan

Berikut dalam tabel hasil penggabungannya : Tabel. 16

Tabel kontingensi perbedaan persepsi konsumen pada produk pasta gigi Pepsodent ditinjau dari segi merek berdasarkan tingkat pendapatan.

TK Pendapatan PK

<499.000 >500.000 Jml

Rendah 13 2 15

Sangat tinggi 52 3 85

Jml 65 35 100

b. Menghitung frekuensi harapan

Dari tabel 16 dihitung frekuensi harapan dengan cara

(71)

c. Menghitung Chi Square

Fo Fh (Fo-Fh)2/Fh

13 9,75 1,0833

52 55,25 0,1912

2 5,25 2,0119

3 29,75 0,3550

Jml 3,6414

d. Dari perhitungan Chi Square dapat ketahui Chi Square hitung menunjukkan harga Chi Square = 3,6414, sedangkan harga Chi Square tebel dengan tingkat signifikansi 5% dan derajat kebebasan = 1 adalah 3,841. Karena Chi Square hitung (3,6414) < Chi Square tabel (3,841) sehingga Ho diterima yang berarti tidak ada perbedaan persepsi konsumen pada produk pasta gigi Pepsodent ditinjau da ri segi merek berdasarkan tingkat pendapatan. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendapatan tak berhubungan dengan persepsi konsumen produk pasta gigi Pepsodent ditinjau dari segi merek.

4. Analisa perbedaan persepsi konsumen pada produk pasta gigi Pepsodent ditinjau dari segi harga berdasarkan usia.

(72)

Tabel. 17

Tabel perbedaan persepsi pada konsumen pada produk pasta gigi pepsodent ditinjau dari segi harga berdasarkan usia

TU

Berikut dalam tebel hasil penggabungannya : Tabel. 18

Tabel kontingensi perbedaan persepsi konsumen pada produk pasta gigi Pepsodent ditinjau dari segi harga berdasarkan usia

TU

b. Menghitung frekuensi harapan

Dari tabel dihitung frekuensi harapan dengan cara :

(73)

c. Menghitung Chi Square

Fo Fh (Fh-Fh)2/Fh

5 3,6 0,5444

35 36,4 0,0538

4 5,4 0,3629

36 54,6 0,0359

Jml 0,9986

d. Dari perhitungan Chi Square di atas dapat ketahui bahwa Chi Square hitung menunjukkan harga Chi Square = 0,9986 sedangkan harga Chi Square tabel dengan tingkat signifikansi 5% dan derajat kebebasan = 1 adalah 3,841. Karena Chi Square hitung (0,9986) < Chi Square tabel (3,841) sehingga Ho diterima yang berarti tidak ada perbedaan persepsi konsumen pada produk pasta gigi Pepsodent ditinjau dari segi harga berdasarkan usia. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat usia tidak berhubungan dengan perpsepsi konsumen produk pasta gigi Pepsodent ditinjau dari segi harga.

(74)

Tabel. 19

Tabel perbedaan persepsi konsumen pada produk paata gigi Pepsodent ditinjau dari segi harga berdasarkan tingkat pendidikan

TP

Berikut dalam tabel hasil penggabungannya : Tabel. 20

Tabel kontingensi perbedaan persepsi konsumen pada produk pasta gigi Pepsodent ditinjau dari segi harga berdasarkan tingkat pendidikan

b. Menghitung Frekuensi Harapan

Dari tabel 20 dihitung frekuensi harapan dengan cara

(75)

c. Menghitung Shi Square

d. Dari perhitungan Chi Square di atas dapat diketahui bahwa harga Chi Square hitung menunjukkan harga Chi Square = 4,1604, sedangkan harga Chi Square tabel dengan tingkat signifikansi 5% dan derajat kebebasan = 1 adalah 3,841. Karena Chi Square hitung (4,1604) > Chi Square tabel (3,841) sehingga Ho ditolak yang berarti ada perbedaan persepsi konsumen pada produk pasta gigi pepsodent ditinjau dari segi harga berdasarkan tingkat pendidikan. Untuk mengetahui derajat perbedaan antara faktor perbedaan persepsi konsumen dengan tingkat pendidikan konsumen produk pasta gigi pepsodent digunakan Koefisien Kontingensi (KK) dapat dirumuskan sebagai berikut :

(76)

Agar supaya harga KK yang diperoleh dapat dipakai untuk menilai derajat asosiasi antar faktor, maka harga KK dibandingkan dengan koefisien kontingensi maksimal (KKmaks) yang bisa terjadi. Harga KKmaks dihitung dengan rumus :

KKmaks =

Rasio KK terhadap KKmaks adalah :

283

Berdasarkan tabel interpretasi ternyata rasio KK terhadap KKmaks sebesar 0,283 berada pada kriteria rendah. Dengan demikian dapat dis impulkan bahwa derajat hubungan antara tingkat pendidikan dengan perbedaa n persepsi konsumen pada produk pasta gigi pepsodent ditinjau dari segi harga termasuk dalam kategori rendah. 6. Analisa perbedaan persepsi konsumen pada produk pasta gigi

(77)

Tabel. 21

Tabel perbedaan persepsi konsumen pada produk pasta gigi pepsodent ditinjau dari segi harga berdasarkan tingkat pendapatan

Tk Pdptn

Berikut dalam tabel hasil penggabungannya : Tabel. 22

Tabel kontingensi perbedaan persepsi konsumen pada produk pasta gigi pepsodent ditinjau dari segi harga berdasarkan tingkat pendapatan.

b. Menghitung Frekuensi Harapan

Dari tabel 22 dihitung frekuensi harapan dengan cara :

(78)

c. Menghitung Chi Square

Fo Fh (Fo-Fh)2/Fh

8 5,85 0,7902

57 59,15 0,0781

1 3,15 1,4675

34 3,85 0,1451

Jml 2,4809

d. Dari perhitungan Chi Square diatas diketahui bahwa Chi Square hitung menunjukkan harga Chi Square = 2,4809, sedangkan harga Chi Square tabel dengan tingkat signifikansi 5% dan derajat kebebasan = 1 adalah 3,841. Karena Chi Square hitung (2,4809) < Chi Square tabel (3,841) sehingga Ho diterima yang berarti tidak ada perbedaan persepsi konsumen pada produk pasta gigi pepsoden ditinjau dari segi harga berdasarkan tingkat pendapatan. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendapatan tidak berhubungan dengan persepsi konsumen produk pasta gigi pepsodent ditinjau dari segi harga.

7. Analisa perbedaan persepsi konsumen pada produk pasta gigi pepsodent ditinjau dari segi citarasa berdasarkan usia.

(79)

a. Membuat tabel kontingensi

Tabel. 23

Tabel perbedaan persepsi konsumen pada produk pasta gigi Pepsodent ditinjau dari segi citarasa berdasarkan usia

TU

Berikut dalam tabel hasil penggabungannya : Tabel. 24

Tabel kontingensi perbedaan persepsi konsumen pada produk pasta gigi Pepsodent ditinjau dari segi cita rasa berdasarkan usia.

TU

PK 20-29 th > 30 th Jml

Rendah 7 3 10

Tinggi/sangat tinggi 33 57 90

Jml 40 60 100

b. Menghitung frekuensi harapan

Dari tabel 24 dihitung frekuensi harapan dengan cara :

(80)

c. Menghitung Chi Square

d. Dari perhitungan Chi Square di atas dapat diketahui bahwa Chi Square hitung menunjukkan harga Chi Square = 4,1667 sedangkan harga Chi Square tabel dengan tingkat signifikansi 5% dan derajat kebebasan = 1 adalah 3,841. Karena Chi Square hitung (4,1667) > Chi Square tabel (3,841) sehingga Ho ditolak yang berarti ada perbedaan persepsi konsumen pada produk pasta gigi pepsodent ditinjau dari segi citarasa berdasarkan usia.

Untuk mengetahui derajat perbedaan antar faktor perbedaan persepsi konsumen dengan tingkat usia konsumen digunakan Koefisien Kontingensi (KK) dapat dirumuskan sebagai berikut :

n

(81)

dengan koefisien kontingensi maksimal (KKmaks) yang bisa terjadi. Harga KKmaks dihitung dengan rumus :

KKmaks =

Rasio KK terhadap KKmaks adalah

283

Berdasarkan tabel interpretasi ternyata rasio KK terhadap KKmaks sebesar 0,283 berada pada kriteria rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa derajat hubungan antara tingkat usia dengan perbedaan persepsi konsumen produk pasta gigi Pepsodent ditinjau dari segi citarasa termasuk dalam kategori rendah.

8. Analisa perbedaan persepsi konsumen pada produk pasta gigi pepsodent ditinjau dari segi citarasa berdasarkan tingkat pendidikan. Langkah-langkah dalam pengujian hipotesis ini adalah sebagai berikut: a. Membuat tabel kontingensi

Tabel. 25

(82)

TU

Berikut dalam tabel hasil penggabungannya : Tabel. 26

Tabel kontingensi perbedaan persepsi konsumen pada produk pasta gigi Pepsodent ditinjau dari segi cita rasa berdasarkan pendidikan.

TU

PK SD/SMP SMU/PT Jml

Rendah 3 7 10

Tinggi/sangat tinggi 16 74 90

Jml 19 81 100

b. Menghitung Frekuensi Harapan

Dari tabel 26 dihitung frekuensi harapan dengan cara

(83)

c. Menghitung Chi Square

Fo Fh (Fo-Fh)2/Fh

3 1,9 0,6368

16 17,10 0,0708

7 8,1 0,1494

74 72,9 0,0166

Jml 0,8736

d. Dari perhitungan chi square diatas diketahui bahwa chi square hitung menunjukkan harga chi square = 0,8736, sedangkan harga chi square tabel dengan tingkat signifikansi 5% dan derajat kebebasan = 1 adalah 3,841. Karena chi square hitung (0,8736) < chi square tabel (3,841) sehingga Ho diterima yang berarti tidak ada perbedaan persepsi konsumen pada produk pasti gigi pepsodent ditinjau dari segi citarasa berdasarkan tingkat pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tidak berhubungan dengan persepsi konsumen pasta gigi pepsodent ditinjau dari segi citarasa.

(84)

a. Membuat tabel kontingensi

Tabel. 27

Tabel perbedaan persepsi konsumen pada produk pasta gigi Pepsodent ditinjau dari segi citarasa berdasarkan tingkat pendapatan

Berikut dalam tabel hasil penggabungannya : Tabel. 28

Tabel kontingensi perbedaan persepsi konsumen pada produk pasta gigi Pepsodent ditinjau dari segi cita rasa berdasarkan pendapatan.

Tk. Pdptn

PK < 499.000 > 500.000 Jml

Rendah 8 2 10

Tinggi/sangat tinggi 57 3 90

Jml 65 35 100

b. Menghitung Frekuensi harapan

Dari tabel dihitung frekuensi harapan dengan cara :

Gambar

Gambar II.1 kerangka pebelitian persepsi konsumen terhadap merek dan
Hasil Uji Validitas InstrumenTabel. 1
Hasil Reliabilitas InstrumenTabel. 2
Tabel. 3 :Kriteria Koefisien Kontingensi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kepercayaan suatu bank memiliki hubungan yang sangat erat dengan faktor –faktor intern yang ada di dalam pelayanan bank, hal ini seperti dikemukanan oleh Neeru Sharama

The Economic Consequences of Regulatory Accounting in the Nuclear Power Industry: Market Reaction to Plant Abandonments P.J. ARNOLD

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor dimensi layanan apa saja yang paling berpengaruh terhadap kepuasan pasien pada rumah

Examples Non Examples berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa pada materi bangun datar kelas VII MTsN Karangrejo Tulungagung semester genap tahun ajaran

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dan menganalisis penerapan teknologi CCTV dalam upaya pengendalian pola perilaku siswa-siswi, serta mengidentifikasi dampak

(E) Mereka menganggap pekerjaan sebagai sesuatu yang harus dilakukan untuk dapat bertahan hidup, akan tetapi pekerjaan dipandang sebagai cara untuk mencapai tujuan dan

Prioritas masalah pada tahun 2014 yang berkaitan dengan infrastruktur adalah ketersediaan dan keterjangkauan air bersih yang ditemukan di kabupaten Garut, Sukabumi, Bangkalan,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 2 ayat (2) dan ayat (3) serta Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak,