IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SATUAN TUGAS COVID 19 DAERAH DALAM PERCEPATAN PENANGANAN DI
DESA SALAM JAYA KECAMATAN PABUARAN KABUPATEN SUBANG
TESIS
Untuk memperoleh gelar Magister Ilmu Administrasi
Program Pascasarjana Universitas Subang
Disusun Oleh :
NUNU NUGRAHA
H2A200016
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SUBANG
SUBANG
2022
i
LEMBAR PENGESAHAN
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SATUAN TUGAS COVID 19 DAERAH DALAM PERCEPATAN PENANGANAN DI
DESA SALAM JAYA KECAMATAN PABUARAN KABUPATEN SUBANG
Disusun Oleh : NUNU NUGRAHA
NPM : H2A200016
TESIS
Untuk memperoleh gelar Magister Ilmu Administrasi
Program Pascasarjana Universitas Subang
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing pada tanggal Seperti tertera di bawah ini
Subang, Agustus 2022
Dr. Ir. H. A. Moeslihat Komara, Drs., M.Si.
Ketua Tim Pembimbing
Dr. Tepi Peirisal, S.Sos., M.Si Anggota Tim Pembimbing
Mengetahui :
Program Studi Magister Administrasi Publik Universitas Subang
Direktur,
Dr. Ir. H. A. Moeslihat Komara, Drs., M.Si.
ii
LEMBAR PERNYATAAN Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : NUNU NUGRAHA
NPM : H2A. 20.0016
Program Studi : MAGISTER ADMINISTRASI PUBLIK
Judul Tesis : IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SATUAN
TUGAS COVID 19 DAERAH DALAM
PERCEPATAN PENANGANAN DI DESA SALAM JAYA KECAMATAN PABUARAN KABUPATEN SUBANG.
Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan Tesis yang telah saya buat ini merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Adapun bagian-bagian tertentu saya kutif dari hasil karya orang lain, telah saya cantumkan sumbernya secara jelas dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila ternyata dikemudian hari Tesis ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi aturan tata tertib di Program Studi Magister Administrasi Publik Universitas Subang.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, dalam keadaan sehat dan tidak ada paksaan.
Subang, Agustus 2022 Peneliti
NUNU NUGRAHA
iii ABSTRAK
Implementasi kebijakan adalah proses pelaksanaan keputusan kebijakan yang dibuat oleh lembaga pemerintah yang diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dalam keputusan kebijakan tersebut.
Proses playanan kebijakan dimulai apabila tujuan-tujuan kebijakan telah ditetapkan, terbentuknya program pelaksanaan. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis implementasi kebijakan satuan tugas Covid-19 daerah dalam percepatan penanganan di Desa Salam Jaya Kecamatan Pabuaran Kabupaten Subang.
Pendekatan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif karena memiliki keunggulan dikarenakan masalah yang dikaji tidak sekedar berdasarkan laporan pada suatu kejadian atau fenomena saja melainkan juga dikonfirmasi dengan sumber-sumber lain yang relevan. Hail penelitian akan di uji sesuai dengan hipotesis penelitian yang di rumuskan sehingga akan dapat menjawab indentifikasi masalah sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian yang dilakukan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, (1) Komunikasi dalam implementasi kebijakan Satuan Tugas Covid 19 Daerah Dalam Percepatan Penanganan sudah berjalan dengan baik, (2) Sumberdaya dalam implementasi kebijakan Satuan Tugas Covid 19 Daerah Dalam Percepatan Penanganan kualitas nya sudah cukup baik, (3) Disposisi dalam implementasi kebijakan Satuan Tugas Covid 19 Daerah Dalam Percepatan Penanganan sudah berjalan dengan baik, (4) Struktur birokrasi dalam implementasi kebijakan Satuan Tugas Covid 19 Daerah Dalam Percepatan Penanganan sudah berjalan dengan baik.
Kata Kunci : Implementasi Kebijakan, Percepatan Penanganan
iv
ABSTRACT
Policy implementation is the process of implementing policy decisions made by government agencies that are directed to achieve the goals set out in these policy decisions. The process of implementing the policy begins when the policy objectives have been established, and the implementation program is formed. The purpose of this study was to determine and analyze the implementation of the regional Covid-19 task force policy in accelerating handling in Salam Jaya Village, Pabuaran District, Subang Regency.
The approach in this study is a descriptive method with a qualitative approach because it has advantages because the problems studied are not only based on reports on an event or phenomenon but are also confirmed with other relevant sources. The results of the research will be tested in accordance with the research hypotheses that are formulated so that they will be able to answer the identification of problems in accordance with the aims and objectives of the research conducted.
The results of the study show that, (1) Communication in the implementation of the Regional Covid 19 Task Force for Accelerating Handling policies has been going well, (2) The quality of the resources in implementing the 19 Regional Covid 19 Task Force for Accelerating Handling policies has been quite good, (3) Disposition in the implementation of the policy of the Regional Covid 19 Task Force for Accelerating Handling, (4) The bureaucratic structure in implementing the policy of the Regional Covid 19 Task Force for the Acceleration of Handling has gone well.
Keywords: Policy Implementation, Acceleration of Handling
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas curahan Rahmat dan Karunia- Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis sebagai syarat dalam menempuh ujian magister (S2) Program Studi Magister Administrasi Publik Universitas Subang. Sholawat dan salam semoga tercurah kepada junjunan kita Nabi Muhammad SAW dan keluarganya serta para sahabatnya, serta kita sebagai umatnya mendapatkan syafaat darinya.
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi penulisan maupun isi kajiannya. Oleh karena itu kritik dan saran sangat peneliti harapkan sebagai bahan perbaikan penyusunan tesis kedepannya.
Tesis ini tidak mungkin selesai ditulis oleh peneliti tanpa adanya bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu ingin penulis sampikan rasa syukur kehadirat Allah SWT serta ucapan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. H. A. Moeslihat Komara, Drs., M.Si. selaku Rektor Universitas Subang sekaligus selaku pembimbing I yang telah memberikan restu kepada penulis untuk menuntut ilmu di Pascasarjana Administrasi Publik Universitas Subang serta membantu dan memberikan saran-saran serta perhatian sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
vi
2. Dr. Tepi Peirisal, S.Sos., M.Si selaku Koordinator Program Studi Administrasi Publik Pascasarjana Universitas Subang dan sekaligus selaku pembimbing II yang telah banyak membantu penulisan tesis, hingga selesainya tesis ini.
3. Segenap pengelola dan segenap dosen Koordinator Program Studi Administrasi Publik Pascasarjana Universitas Subang yang telah memberikan pelayanan administrasi demi suksesnya penyelesaian studi.
4. Kedua orang tuaku yang senantiasa mencurahkan kasih sayang, mendidik, dan selalu mendoakan putra-putrinya dalam setiap langkah yang ditempuh.
5. Istriku Rima Fujiastuti S,PD dan Anakku tercinta Rafasya Devgan Nugraha serta keluarga dr Titin Kartika yang selalu memberikan kebahagian, motivasi dan menjadi semangat hidupku.
6. Saudara dan teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan, turut memotivasi penulis menyelesaikan tesis ini.
Penulis menyadari bahwa proposal tesis ini masih terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan baik isi maupun susunannya. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan dan seluruh lapisan masyarakat yang senantiasa peduli terhadap dunia pendidikan.
Subang, …………2022 Penulis
Nunu Nugraha
vii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL/COVER
HALAMAN PENGESAHAN ... i
LEMBAR PERNYATAAN ... ii
ABSTRAK ... iii
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 8
1.3. Tujuan Penelitian ... 9
1.4. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 10
2.1. Kajian Pustaka ... 10
2.1.1. Covid 19 ... 10
2.1.1.1. Gambaran Umum ... 10
2.1.1.2. Penularan ... 11
2.1.1.3. Kebijakan Penanggulangan Covid ... 12
2.1.1.4. Pemantauan Isolasi Mandiri ... 13
2.1.1.5. Pengertian Isolasi Mandiri ... 14
2.1.1.6. Kriteria Kasus Untuk Isolasi Mandiri ... 15
viii
2.1.1.7. Selesai Isolasi ... 16
2.1.2. Implementasi Kebijakan... 17
2.1.2.1. Pengertian Implementasi Kebijakan ... 17
2.1.2.2. Model Implementasi Kebijakan ... 19
2.2. Kerangka Teori... 30
2.3. Hipotesis ... 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 36
3.1. Desain Penelitian ... 36
3.2. Informan Penelitian ... 37
3.3. Instrumen Penelitian ... 38
3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 38
3.5. Validitas Data ... 39
3.6. Analisis Data ... 40
3.7. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45
4.1. Hasil Penelitian ... 45
4.1.1.Gambaran Umum Desa Salam Jaya ... 45
4.1.1.1. Demografi ... 45
4.1.1.2. Kependudukan ... 45
4.1.1.2. Pendidikan ... 45
4.2. Pembahasan ... 55
4.2.1. Komunikasi ... 55
ix
4.2.2. Sumber Daya ... 75
4.2.3. Disposisi ... 92
4.2.4. Struktur Birokrasi ... 102
BAB V PENUTUP ... 113
5.1. Simpulan ... 113
5.2. Rekomendasi ... 115
DAFTAR PUSTAKA ... 117
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Pada akhir bulan Desember tahun 2019 kasus virus Corona (Covid-19) diketahui lewat penyakit misterius yang melumpuhkan Kota Wuhan, China.
Kasusnya dimulai dengan gejala pneumonia atau radang paru-paru misterius, yang diduga berkaitan dengan pasar hewan Huanan di Wuhan yang menjual berbagai jenis daging binatang, termasuk yang tidak biasa dikonsumsi, misal ular, kelelawar, dan berbagai jenis tikus.
Melihat kasus tersebut, pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai macam cara, mulai dari PSBB sampai larangan mudik untuk perayaan hari raya.
Pemerintah juga tidak henti-hentinya untuk melakukan kampanye pencegahan penyebaran Covid-19 dengan cara jaga jarak, memakai masker jika keluar rumah, sering cuci tangan pakai sabun, dll. tidak hanya berhenti sampai disitu, pemerintah mulai menutup kantor-kantor nonvital, mall dan tempat hiburan, tempat pariwisata, dan sekolah. Dengan harapan, akan sedikit masyarakat yang berinteraksi yang ditakutkan akan menambah jumlah penyebaran Covid-19.
Namun, kebijakan tersebut belum berbanding lurus dengan apa yang terjadi di lapangan. Banyak berbagai sumber berita yang menyatakan bahwa pasar masih ramai, mall pun masih terdapat kerumunan warga. Warga seakan tidak “satu kata”
untuk benar-benar mampu bertahan di rumah sampai wabah benar-benar berhenti.
Bagaimanapun aturan dibuat, jika partisipasi masyarakat masih rendah dalam
1
2
melaksanakan aturan tersebut, kemungkinan penyebaran COVID-19 belum bisa berkurang.
Rendahnya partisipasi masyarakat dalam mengikuti aturan yang ditetapkan memang berasal dari banyak alasan. Alasan paling utama adalah masalah ekonomi.
Banyak warga yang nekat untuk bekerja karena tidak ada jaminan pendapatan yang stabil di tengah pandemi terutama mereka yang bekerja harian. Banyak warga yang terpaksa tetap bekerja agar bisa mencukupi kebutuhan hidupnya.
Berdasarkan data dari Gugus Tugas COVID-19 Indonesia, angka penularan terus meningkat, mulai dari bulan Maret sampai Juli total kasus konfirmasi berturut- turut sejumlah 1.577 orang, 95.451 orang, 106.287 orang dan 108.376 orang. Dengan total kasus sampai 16 Oktober di Indonesia yaitu 353.461 orang dan Sumatera Selatan 7.056 orang. Angka mortalitas di Indonesia mencapai 12.347 orang dengan CFR 3,5
%, lebih tinggi dibandingkan dengan CFR global yaitu 2,8% (Kemenkes RI, 2020).
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS- CoV-2) yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia (Lu et al., 2020).
Penyebarannya sangat cepat sehingga walaupun CFR (3,4%) lebih rendah daripada Middle East Respiratory Syndrome (MERS) CFR (34%) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) CFR (10%), jumlah total angka kematian COVID-19 sampai 16 Oktober 2020 yaitu 1.095.097 jiwa. Penularan terjadi dari satu individu ke individu lain melalui droplet yang dihembuskan saat batuk, bersin atau bicara yang keras (Han & Yang, 2020) Penularan juga dapat terjadi dari kasus asimptomatik dan pada masa presimptomatik mulai dari 2,5 hari sampai gejala muncul (Byambasuren et
3
al., 2020; Du et al., 2020). Hal ini memperberat penanggulangan karena sulit untuk deteksi dini karena penderita tidak menyadari sebagai pembawa (carrier) dan luput dari sistem surveilans kesehatan masyarakat.
Dampak lockdown terhadap kehidupan sosial seperti penutupan sekolah dan penurunan pemanfaatan pelayanan kesehatan juga memberikan risiko perbaikan jangka panjang. Penutupan sementara lembaga pendidikan sebagai upaya menahan penyebaran pandemi Covid-19 menyebabkan gangguan dalam proses belajar langsung antara siswa dan guru, dampak psikologis anak didik, dan menurunnya kualitas keterampilan murid. Infrastruktur informasi teknologi sangat terbatas untuk dapat diakses terutama di pedesaan dan daerah terpencil. Dalam jangka panjang berefek pada aspek keadilan dan peningkatan ketidaksetaraan akses pendidikan antar kelompok masyarakat dan antardaerah di Indonesia (Syah, 2020). Pada pelayanan kesehatan, berdasarkan survei yang dilakukan oleh WHO (2020), hampir 90% negara mengalami gangguan pelayanan kesehatan rutin, dengan gangguan tertinggi pada pelayanan imunisasi (WHO, 2020).
Konsekuensi terhadap resesi ekonomi dunia, mendorong berbagai negara untuk mengubah strategi penanggulangan dengan mengkarantina dan isolasi yang lebih selektif melalui pelacakan kontak. Pelacakan kontak adalah manajemen wabah penyakit menular terbaik, yang bertujuan untuk memutus rantai penularan infeksi melalui karantina kontak, telah menjadi bagian dari respon terhadap pandemi COVID- 19 di banyak negara. Singapore merupakan salah satu negara dengan pelacakan kontak erat yang efektif menurunkan penyebaran kasus.
4
Kebijakan Pelacakan Kontak erat dan pemantauan karantina kontak/isolasi Covid-19 di Indonesia tertuang melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/413/2020 tentang Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (Covid-19). Pedoman ini merupakan revisi dari pedoman serupa yang diterbitkan pada 16 Maret 2020 dengan perubahan pada beberapa substansi sesuai perkembangan situasi dan pengetahuan. Perubahan yang terkait dengan pelacakan kontak dan pemantauan isolasi mandiri yaitu pada perubahan.
Selain masalah lambatnya pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan yang berimplikasi pada terlambatnya implementasi penanganan Covid-19, lemahnya koordinasi antar pemangku kepentingan pun menjadi problem dalam mengendalikan penyebaran virus korona di Indonesia. Hal ini terjadi karena sistem negara kesatuan menempatkan pemerintah pusat sebagai pemangku kepentingan utama dalam hal kebencanaan, baik bencana alam maupun bencana non-alam termasuk kesehatan.
Selain bentuk negara kesatuan, dalam sistem politik Indonesia, Indonesia juga mengenal konsep otonomi daerah yang mengamanatkan semua urusan dapat dijalankan oleh pemerintah daerah kecuali, politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal, serta agama.
Bagi pemerintah daerah, urusan kesehatan adalah urusan yang dapat ditangani oleh mereka, meskipun secara konseptual urusan kesehatan merupakan urusan yang bersifat concurrent yang dapat diurus bersama antara pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota. Namun, ketika beberapa pemerintah daerah melakukan langkah proaktif untuk menyampaikan informasi dan sosialisasi mengenai Covid-19 (di awal- awal penyebaran virus), pemerintah pusat mengkritik langkah- langkah proaktif
5
pemerintah daerah tersebut. Pada 3 Maret 2020, sehari setelah pengumuman
“masuknya” kasus Covid-19 di Indonesia, juru bicara pemerintah untuk penanganan virus Corona menyatakan kepada semua pihak (dalam hal ini pemerintah daerah) untuk menahan diri menyampaikan informasi mengenai status penularan virus Korona (Nugraheny, 2020:1). Pemerintah daerah pun tidak dapat disalahkan begitu saja. Sikap proaktif pemerintah daerah dalam memberikan informasi tersebut didasarkan pada kelambanan pemerintah pusat itu sendiri seperti yang disampaikan pada subbagian ini. Hal ini terkonfirmasi dari lambatnya Radiogram Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Nomor 443.1/2130/SJ terkait mengantisipasi dan pencegahan terkait isu infeksi Novel Coronavirus (Covid-19) yang disampaikan kepada kepala-kepala daerah di seluruh Indonesia. Radiogram atau instruksi itu sebenarnya telah ditandatangani oleh Menteri Dalam Negeri pada 4 Maret 2020, tetapi malangnya, radiogram tersebut belum dapat didistribusikan karena masih menunggu koordinasi dengan Kementerian Kesehatan. Artinya, pemerintah daerah yang menyampaikan informasi mengenai penyebaran Covid-19 tidak dapat disalahkan karena instruksi belum mereka terima. Bukan hanya itu, lemahnya komunikasi dan ketidaksinkronan koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah terjadi juga dalam pelaksanaan kebijakan isolasi wilayah (lockdown) di beberapa daerah.
Karena itu, keputusannya adalah menerapkan social atau physical distancing di seluruh wilayah Indonesia. Namun lima daerah (Bali, Papua, Solo, Maluku, dan Tegal) menentang kebijakan pusat dengan menerapkan lockdown dengan skala berbeda-beda. Tidak adanya arahan yang jelas dari pemerintah pusat untuk
6
mengendalikan virus korona sehingga mendorong pemerintah-pemerintah daerah mengimplementasikan kebijakannya sendiri yang dianggap mampu mengendalikan penyebaran COVID-19 di daerahnya masing-masing. Polemik ini berlangsung beberapa hari setelah melalui komunikasi yang intensif, maka pada akhirnya lima pemerintah daerah tersebut di atas bersetuju dengan instruksi pemerintah pusat untuk tidak melakukan lockdown wilayah.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/214/202010 tentang Jejaring Laboratorium Pemeriksaan COVID-19 yang menjadi dasar hukum bagi keterlibatan beberapa laboratorium di seluruh Indonesia untuk melakukan fungsi pemeriksaan. Padahal pemerintah paham betul bahwa hanya mengandalkan Balitbang Kemenkes di Jakarta adalah satu hal absurd. Karena itulah, Menteri Kesehatan memutuskan untuk melibatkan puluhan laboratorium di seantero nusantara untuk melakukan pemeriksaan terhadap spesimen warga dari daerah yang berbeda.
Masalahnya, komunikasi dan koordinasi untuk melegalkan kebersamaan beberapa laboratorium dengan Pemerintah Pusat terhambat karena Keputusan Menkes tersebut baru ditandatangani 18 hari setelah pengumuman kasus pertama di Indonesia.
Akibatnya, jumlah pasien terpapar Covid-19 melonjak dari 2 kasus menjadi 367 kasus dengan 32 diantaranya meninggal dunia (Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, 2020).
Di samping itu, minimnya penyediaan alat pelindung diri (APD) menjadi indikasi, begitu lemahnya komunikasi dan koordinasi antar-lembaga di Indonesia khususnya lembaga yang terkait erat dengan persoalan penanganan Covid-19. Impact paling menyakitkan dari minimnya penyediaan APD oleh pemerintah adalah
7
gugurnya para pahlawan bangsa (dokter dan perawat) di banyak daerah. Hingga 19 April 2020 saja sudah 29 tenaga kesehatan yang meninggal dunia; angka ini belum termasuk tenaga kesehatan dan perawat yang terinfeksi Covid-19 (Pusparisa, 2020).
Menurut keterangan Ikatan Dokter Indonesia (IDI), salah satu penyebab dari banyaknya tenaga kesehatan yang meninggal adalah karena kurangnya APD.
Semestinya pemerintah dapat dengan sigap menyediakan APD, khususnya, di rumah- rumah sakit rujukan pasien Covid-19. Atau dalam situasi lain APD justru ditemukan digunakan oleh polisi lalu lintas (Polantas) pada saat tenaga kesehatan, peneliti yang bekerja di dalam biosafety cabinet Level 2, dan perawat membutuhkannya.
Petugas Puskesmas harus mempunyai kemampuan untuk memastikan kesiapan dari keempat faktor tersebut, agar tujuan dari kebijakan penanggulangan Covid-19 dengan mencegah penyebaran penyakit melalui peningkatan testing, tracing dan treatment dapat segera tercapai. Melalui kecepatan pelacakan kontak erat maka karantina kontak/isolasi tidak tertunda, memastikan kasus tetap pada clusternya, tidak ada yang drop out pada pelaksanaan karantina/isolasi sehingga rantai penularan akan terhenti dan pandemi akan segera berakhir. Puskesmas memiliki otoritas dalam pelaksanaan tracing dan pemantauan isolasi mandiri sehingga perluasan penyebaran COVID-19 di Indonesia menjadi tanggung jawab Puskesmas.
Berdasarkan hasil penjajagan di Desa Salam Jaya Kecamatan Pabuaran, bahwa implementasi kebijakan Satuan Tugas Covid-19 Daerah dalam percepatan penanganan belum optimal, hal ini ditunjukan dengan indikator sebagai berikut:
1. Masih banyak masyarakat yang tidak menggunakan masker, dengan alasan masyarakat tidak terbiasa memakai masker sehingga masker membuat tidak
8
nyaman dan mengganggu keseharian masyarakat, dikarenakan kurangnya sosialisasi dari Satuan Tugas Covid-19 Desa Salam Jaya kepada masyarakat.
2. Pemahaman masyarakat akan pentingnya penerapan physical atau social distancing dalam menangani wabah masih kurang, itu terlihat para petugas tidak mampu mengontrol masyarakat agar berperilaku menjaga jarak, karena belum siapnya para petugas Satuan Tugas Covid-19 Desa Salam Jaya..
3. Kebijakan untuk menjalankan protokol kesehatan tidak dijalankan oleh masyarakat desa, itu terlihat dari disetiap rumah tidak disediakan tempat cuci tangan sebelum masuk ke dalam rumah, karena masih belum ada komitmen antara petugas Satuan Tugas Covid-19 Desa Salam Darma dengan masyarakat.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang selanjutnya akan penulis tuangkan dalam bentuk suatu karya ilmiah yang berbentuk Usulan Penelitian Tesis dengan judul:
“IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SATUAN TUGAS COVID-19 DAERAH DALAM PERCEPATAN PENANGANAN DI DESA SALAM JAYA KECAMATAN PABUARAN KABUPATEN SUBANG”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasi rumusan masalah yaitu bagaimana implementasi kebijakan satuan tugas Covid-19 daerah dalam percepatan penanganan di Desa Salam Jaya Kecamatan Pabuaran Kabupaten Subang?
9
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis implementasi kebijakan satuan tugas Covid-19 daerah dalam percepatan penanganan di Desa Salam Jaya Kecamatan Pabuaran Kabupaten Subang.
1.3.2 Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang Ilmu Administrasi Negara, khususnya mengenai implementasi kebijakan satuan tugas Covid-19 daerah dalam percepatan penanganan dalam melaksankan kebijakan yang telah diberikan oleh pemerintah khusunya dalam penanganan Covid-19.
2. Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagaimana implementasi pelacakan kontak erat dan pemantauan isolasi mandiri penderita Covid-19 di Kecamatan Pabuaran Desa Salam Jaya dapat memberikan masukan bagi perumusan kebijakan, khususnya bagi pengendalian wabah Covid-19 di Kecamatan Pabuaran Desa Salam Jaya sekarang dan pengendalian wabah penyakit menular dimasa yang akan datang.