• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI Upaya Meningkatkan Empati Siswa dengan Teknik Psikodrama dalam Layanan Konseling Kelompok di SMP Negeri 2 Kota Jambi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "SKRIPSI Upaya Meningkatkan Empati Siswa dengan Teknik Psikodrama dalam Layanan Konseling Kelompok di SMP Negeri 2 Kota Jambi"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Upaya Meningkatkan Empati Siswa dengan Teknik Psikodrama dalam Layanan Konseling Kelompok di SMP Negeri 2 Kota Jambi

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas

Jambi

DI SUSUN OLEH : AMALIA RAHMA PUTRI

A1E118062

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI 2022

(2)

ABSTRAK

Judul Skripsi : Upaya Meningkatkan Empati Siswa dengan Teknik Psikodrama dalam Layanan Konseling Kelompok di SMPN 2 Kota Jambi

Nama : Amalia Rahma Putri

Nim : A1E11862

Pembimbing 1 : Drs. Rasimin, M.Pd

Pembimbing 2 : Rully Andi Yaksa, S.Pd., M.Pd

Empati sangat penting dalam kehidupan seseorang karena merupakan sebuah landasan dalam terciptanya interaksi dan hubungan sosial yang baik dengan individu yang lain. Fenomena lapangan yang ditemui adalah banyak siswa yang menunjukkan sikap tidak mencerminkan empati seperti acuh saat di panggil guru, tidak peduli saat mendengar intruksi guru, tidak memperdulikan teman dan lingkungannya dan saling ejek satu sama lain.

wawancara yang dilakukan pada tanggal 23 April dengan guru BK didapati bahwa saat ini peserta didik kurang memiliki empati dan kepedulian dapat dilihat dari proses belajar mengajar, keseharian saat kegiatan berjemur dan kegiatan yang lain. Rata rata setiap kelas terdapat siswa yang memiliki sikap empati yang rendah dan yang paling rendah dari kelas tersebbut adalah kelas 8D

Tujuan penelitian ini adalah menerapkan untuk meningkatkan empati siswa menggunakan dengan teknik psikodrama di SMPN 2 Kota Jambi. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Layanan (PTL) dengan penerapan teknik psikodrama. Subjek penelitian ini ialah siswa- siswi yang mengalami empati rendah dan sedang sebanyak 10 siswa. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah LAISEG, observasi. Penelitian ini dilakukan dengan 3 siklus dan setiap siklusnya terdiri dari 1 tindakan dan penelitian ini terdiri dari empat kompetensi setiap siklusnya yaitu perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan refleksi.

Hasil penelitian ini adalah Layanan konseling dengan teknik psikodrama dilakukan sebanyak 3 siklus. Siklus pertama memperoleh rata-rata proses tindakan 70% yang tergolong cukup, kemudian pada siklus kedua memperoleh hasil rata-rata tindakan 75 % yang artinya mengalami kenaikan pada tahap sebelumnya. Pada siklus ketiga di dapat rata-rata proses tindakan 80% yang sudah tergolong baik dan mengalami peningkatan dari sebelumnya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan empati, hal itu terlihat dari hasil proses tindakan dan adanya pola pemahaman perilaku siswa yang baru mengenai empati.

Kata Kunci : Empati, Psikodrama, Konseling Kelompok

(3)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat yang telah dilimpahkan-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Upaya Peingkatan Empati melalui Teknik Psikodrama dalam Layanan Konseling Kelompok ’’ . Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat mengerjakan skripsi pada program Strata-1 di program studi Bimbingan dan Konseling, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi.

Terlepas dari semua rasa syukur peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang memberikan bimbingan, saran, dan motivasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada

1. Bapak Prof. Drs. H. Sutrisno, M.Sc., Ph.D selaku Rektor Universitas Jambi.

2. Bapak Prof. Dr. M. Rusdi, S.Pd., M.Sc selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi.

3. Bapak Dr. K.A. Rahman, M.Pd.I selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi.

4. Bapak Drs. Nelyahardi Gutji, M.Pd selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling yang telah membantu dalam kelancaran proses penulisan skripsi.

5. Bapak Drs. Rasimin, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang selalu bersedia membimbing, meluangkan waktu dan memberikan motivasi secara

(4)

tulus dan sabar sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

6. Bapak Rully Andi Yaksa, S.Pd., M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang selalu bersedia memberikan masukan, meluangkan waktu dan membimbing secara tulus dan sabar sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Jambi yang telah memberikan segala ilmu dan pengetahuan selama melaksanakan perkuliahan.

8. Ibu Staf TU yang sudah membantu segala kebutuhan dalam proses penelitian skripsi.

9. Kepala Sekolah, Guru BK serta Peserta Didik di SMP Negeri 2 Kota Jambi yang sudah memberikan kemudahan dan membantu secara iklas demi penyelesaian penelitian skripsi.

10. Bapak, ibu, kakak tercinta dan tersayang serta keluarga besarku yang menjadi motivasi, memberikan segala dukungan tanpa henti, selalu memberikan doa yang terbaik kepadaku sehingga skripsi ini dalam terselesaikan.

11. Sahabat-sahabatku sedari SMA Ariani Pratiwi , Elisa Simarmata, Hastiyana, Lasmauli Maya Sari Simbolon, Ivory Sandora Martin, Tasya Fia Nurul, Utari Meissa Aulia, Dio Gilang Permana yang selalu memberikan bantuan, mendukung disaat senang maupun susah

(5)

12. Sahabat-sahabatku di bangku perkuliahan Arilisnawati, Amel, Verdy Dwi Febrian, Sabrina Anjani, Muhammad Iqbal, Lidia Latifah, Nurrmalasari, Firda Mirantika, Kepin Saputra dan popon yang selalu memberikan bantuan dan mendukung di situasi apapun.

13. Rekan seperjuangan Bimbingan dan Konseling angkatan 2017 yang telah saling memberikan dorongan dan semangat.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

Kota Jambi, 8 Agustus 2022

Amalia Rahma Putri A1E118062

(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 3

C. Rumusan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penlitian ... 5

F. Pengertian Istilah ... 5

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN ... 7

A. Empati ... 7

B. Konseling Kelompok ... 11

C. Teknik Psikodrama ... 16

D. Kaitan Penelitian dengan BK ... 20

E. Kerangka Konseptual ... 22

F. Hipotesis Tindakan... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN TINDAK LAYANAN ... 23

A. Setting PTL... 23

B. Subjek Penelitian ... 24

C. Instrumen Penelitian dan Teknik Analisis Data ... 24

D. Prosedur ... 27

BAB IV ... 34

A. Gambaran Umum ... 34

B. Hasil Temuan Penelitian dan Pembahasan ... 35

(7)

C. Pembahasan ... 58

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 63

A. Simpulan ... 63

B. Implikasi... 64

C. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 67

LAMPIRAN ... 69

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Rencana Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok ... 29

Tabel 2 Hasil Observasi siklus 1 ... 38

Tabel 3 Hasil Observasi siklus 2 ... 47

Tabel 4 Hasil observasi siklus 3 ... 54

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka konseptual penelitian ... 22 Gambar 2 Prosedur pelaksanaan siklus ... 28

(10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah proses mengembangkan kemampuan diri sendiri dan kekuatan individu. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengenalan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Di era digital saat ini pendidikan kian modern dan tidak kaku sehingga peserta didik dan pendidik dapat menjalankan dan mewujudkan pendidikan yang diharapkan. Sekolah merupakan salah satu tempat pendidikan formal yang banyak berperan dalam perkembangan peserta didik, mengubah cara berfikir peserta didik dan tempat peserta didik dalam berproses manjadi individu yang dapat mengembangkan ide dan berinovasi yang dilandasi dengan karakter.

Menurut Goleman dalam Sutanti (2015), Empati merupakan bagian penting kemampuan sosial. Empati juga merupakan salah satu unsur penting dari kecerdasan sosial. Ia terinci dan berhubungan erat dengan komponen komponen yang lain seperti empati dasar, penyelarasan, ketepatan empati dan pengertian sosial. Empati menjadi salah satu faktor dalam penanaman peserta didik dalam berkarakter. Karena dengan berempati peserta didik dapat memiliki kepedulian

(11)

2

terhadap individu lain, lingkungan dan alam sekitar. Empati sangat penting dalam kehidupan seseorang karena merupakan sebuah landasan dalam terciptanya interaksi dan hubungan social yang baik dengan individu yang lain.

Empati diperlukan dalam menjadi Hubungan interpersonal dengan orang lain guna memudahkan dalam kehidupan guna mewujudkan kehidupan yang KES (Kehidupan efektif sehari-hari). Rasa empati merupakan bawaan seseorang dari lahir, namun belum berkembang. Empati dapat dipengaruhi oleh orangtua, pola asuh dan lingkungannya. Sesorang anak yang memiliki pola asuh yang baik dan mendapatkan pengajaran serta perhatian dari orangtuanya, tentu akan memiliki empati yang baik pula.

Berdasarkan observasi yang dilakukan pada 22 April 2022 banyak siswa yang menunjukkan sikap tidak mencerminkan empati seperti acuh saat di panggil guru, tidak peduli saat mendengar intruksi guru, tidak memperdulikan teman dan lingkungannya, tidak memperdulikan teman yang tiba-tiba terjatuh dan saling ejek satu sama lain. Begitu juga dengan wawancara yang dilakukan pada tanggal 23 April dengan guru BK didapati bahwa saat ini peserta didik kurang memiliki empati dan kepedulian dapat dilihat dari proses belajar mengajar, keseharian saat kegiatan berjemur dan kegiatan yang lain. Rata rata setiap kelas terdapat siswa yang memiliki sikap empati yang rendah dan yang paling rendah dari kelas tersebbut adalah kelas 8D. Untuk itu sikap empati harus ditingkatkan, peningkatan empati bisa dilakukan dari pola asuh orang tua serta layanan bimbingan kelompok di sekolah Salah satu metode layanan Konseling kelompok dapat diterapkan untuk meningkatkan empati peseta didik yaitu metode Psikodrama. Psikodrama adalah

(12)

3

sebuah kegiatan konseling yang bertitik tolak dari permasalahan yang lebih menyangkut psikologi manusia. Sebelumnya teknik ini sudah pernah digunakan oleh peneliti namun dalam pelaksanaanya, banyak peserta layanan yang belum memahami teknik tersebut sehingga dalam pelaksanaan kurangnya perasaan dalam memainkan peran

Berdasarkan berbagai teori diatas dan observsi serta wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa empati menjadi permasalahan yang banyak terjadi dikalangan siswa khususnya disekolah, jika tidak ditingkatkan akan mempengaruhi keadaan KES ( Kehidupan efektif sehari-hari) dan mempenguuhi kararkter peserta didik. Untuk itu empati harus ditingkatkan. Dari latar belakang diatas penulis ingin meningkatkan empati siswa dengan pelaksaan layanan konseling kelompok dengan teknik psikodrama yang efektif dan mengangkatnya menjadi judul skripsi yaitu

“Upaya Meningkatkan Empati Siswa dengan Teknik Psikodrama dalam Layanan Konseling Kelompok di SMP Negeri 2 Kota Jambi’.

B. Batasan Masalah

Berdasarkan fokus latar belakang ini, agar penelitian ini terarah dan tidak keluar dari permasalahan yang ada maka peneliti melakukan pembatasan masalah dalam penelitiannya yaitu hanya membahas permasalahan tentang:

1. Subjek penelitian dibatasi pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 2 Kota Jambi

2. Penelitian ini dibatasi masalahnya hanya pada siswa terhadap teman sebaya yang kurang dalam berempati yang memiliki kriteria seperti minimnya sikap saling menghargai, kurangnya rasa solidaritas dalam berteman masih

(13)

4

tingginya rasa egois antar siswa.

3. Empati yang dimaksud ialah empati siswa dengan teman sebaya 4. Teknik yang digunakan dalam layanan konseling kelompok ini adalah

teknik Psikodrama.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti menguraikan masalah antara lain :

1. Seberapakah peningkatan empati siswa setelah penerapan teknik psikodrama layanan konseling kelompok?

2. Bagaimana prosedur pelaksanaan teknik psikodrama dalam layanan konseling kelompok bagi konseli?

3. Bagaimana penerapan teknik psikodrama dalam layanan konseling kelompok yang efektif dalam meningkatkan empati siswa?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain :

1. Mengetahui peningkatan Empati siswa kelas VIII D SMP Negeri 2 Kota Jambi setelah dilakukan Konseling Kelompok dengan Teknik Psikodrama

2. Mengetahui prosedur dalam melakukan konseling kelompok dengan Teknik Psikodrama untuk meningkatkan empati pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 2 Kota Jambi

(14)

5

3. Mengetahui penerapan teknik psikodrama dalam layanan konseling kelompok yang efektif dalam meningkatkan empati siswa

E. Manfaat Penlitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat memperkaya khasanah teori tentang meningkatkan empati siswa melalui penerapan teknik psikodrama dalam konseling kelompok.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Klien

Sebagai sarana pengentasan masalah siswa yang dialami sehari- hari.

b. Bagi Peneliti

Sebagai syarat dalam memperoleh gelar sarjana pendidikan.

c. Bagi Guru Pembimbing

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan upaya dalam meningkatkan empati peserta didik di sekolah dan mengembangkan layanan yang akan dilakukan dimasa mendatang.

F. Pengertian Istilah

Dari penjabaran tersebut peneliti dapat menjelaskan pengertian atau istilah penulisan ini antara lain :

1. Yustinus dalam (Yusi, Harita 2017) psikodrama merupakan

(15)

6

permainan peranan yang dimaksudkan agar individu yang bersangkutan dapat memperoleh pengertian yang lebih baik tentang dirinya, dapat menemukan konsep dirinya, menyatakan kebutuhan-kebutuhannya, dan menyatakan reaksinya terhadap tekanan-tekanan terhadap dirinya Dalam psikodrama individu yang mempunyai masalah memerankan dirinya sendiri.

2. Paryitno (2013) layanan konseling kelompok adalah layanan konseling perorangan yang dilaksanakan didalam suasana kelompok. Dimana didalam konseling terdapat konselor dan klien, yatu para anggota kelompok (yang jumlahnya minimal dua orang).

3. Hurlock (dalam Ning Tiyas, Eva 2017) empati adalah kemampuan seseorang untuk memahami tentang perasaan dan emosi orang lain serta kemampuan untuk membayangkan diri sendiri di tempat orang lain.

(16)

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Empati

1. Pengertian Empati

Goleman (2015:33) mengemukakan empati ialah kemampuan seseorang untuk memiliki, memahami serta merasakan perasaan yang dimiliki oleh orang lain. Baron Cohen (2015) Mengemukakan empati adalah suatu sikap seseorang yang sangat berkaitan dengan orang lain, serta dipengaruhi oleh perasaan dan sudut pandang orang lain. Dengan kata lain suatu sikap itu ada karena adanya kesamaan perasaan maupun sudut pandang dengan orang lain. Empati merupakan sebuah emosi dan perasaan yang kuat yang dimiliki oleh satu individu terhadap individu lainnya.

Golden (2003) mengemukakan rasa empati berasal dari imitasi fisik dan secara fisik atas perasaan yang maupun beban yang dimiliki orang lain, yang kemudian menyebabkan perasaan yang sama di dalam diri seseorang dan mencoba menyelesaikan masalah dengan mengambil prespektif orang lain.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas dapat diambil kesimpulan bahwa empati adalah suatu kemampuan individu dalam merasakan dan memahami individu oran lain, tanpa kehilangan kontrol dirinya.

(17)

8

2. Aspek Empati

Menurut Goleman dalam Novianti (2016) mengemukakan empati ialah kemampuan seseorang dalam memahami perasaan seseorang.

Empati merupakan saalah satu dasar kepedulian dan sebuah bentuk dari perhatian yang melibatkan hubungan emosi anak dengan dengan anak yang lain agar seimbang. Empati merupakan dasar seseorang untuk mengetahui perasaan orang lain sehingga ada rasa untuk memberikan perhatian dan menunjukkan sikaptoleransi.

Ratna (2020) Empati adalah suatu emosi yang dapat membantu anak melihat keadaan seseorang. Empati merupakan dasar utama kecerdasan sosial anak.Empati dapat diartikan keadaan yang dapat mengganggu keadaan perasaan anak ketika melihat teman atau seseorang kesusahan.Sejalan dengan itu, Pratama, dkk (2016) menyatakan empati merupakan keadaan, dimana anak memperlihatkan kepedulian, kasih sayang serta kemauannya untuk membantu seseorang berada dalam kesusahan. Ketika anak diajar kan tentang sikap empati, anak menjadi lebih mengerti, peduli serta lebih pandai mengontrol kemarahannya.

Eisenberg dalam ( Cahyani,2019) memberikan penjelasan terkait dua aspek dalam empati yaitu aspek afektif dan aspek kognitif. Yaitu :

a. Aspek Afektif merupakan kecenderungan seseorang untuk mengalami perasaan emosional orang lain. Dengan kata lain, individu ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Aspek afektif terdiri dari empat indikator, yaitu: kemampuan merasakan

(18)

9

perasaan orang lain, kemampuan mengkomunikasikan perasaan secara verbal, kemampuan mengkomunikasikan perasaan secara non verbal dan kemampuan menyesuaikan diri dengan perasaan atau kondisi orang lain.

b. Aspek Kognitif: merupakan proses intelektual untuk memahami perspektif/sudut pandang orang lain dengan tepat dan menerima pandangan mereka. Aspek kognitif terdiri dari tiga indikator, yaitu: kemampuan untuk memahami sesuatu hal yang dialami orang lain, kemampuan untuk memikirkan sesuatu hal yang dialami dari sudut pandang orang lain serta kemampuan memberi solusi.

3. Ciri-ciri dalam berempati

Manusia merupakan mahluk social yang senantiasa membutuhkan orang lain dan saling berinteraksi. Dalam berinteraksi, empati menjadi aspek pendorong serta pondasi terjadinya suatu hubungan sosial.

Menurut Fitaloka dalam Budiningsih ciri-ciri dalam berempati adalah sebagai berikut :

a. Mendengarkan dengan baik apa yang diceritakan orang lain serta memahami bagaimana perasaanya dengan apa yang telah terjadi padadirinya.

b. Memberikan respon yang sesuai dengan perasaan yang menggambarkan situasi yang sesuai pada orangtersebut.

c. Memberikan respon sesuai dengan tipikal masing-masing orang tersebut sebagai upaya mengenali orang tersebut dan bentuk

(19)

10

memahami kepada orangtersebut.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri dalam berempati adalah dapat menjadi pendengar yang baik, dapat memberikan respon sesuai dengan keadaan dan situasi seseorang, serta dapat memberikan respon yang sesuai dengan perasaan orang lain.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Empati

Menurut Siwi dalam Rahmawati (2019) faktor yang mempengaruhi empati yaitu pola asuh, kepribadian, usia, derajat kematangan, sosialisasi dan jenis kelamin.

a. Pola Asuh, yaitu pola asuh orangtua yang mengajarkan tentang empati sejak kecil tentu sangat mempengaruhi perilaku empati seseorang saat dewasa. Contohnya seperti orangtua menjadi role model perilaku empati darianaknya.

b. Kepribadian yang dimiliki seseoranng akan mempengaruhi empati seseorang yakni ketika seseorang itu memiliki

kepribadian yang tenang dan senantiasa berintropeksi diri maka semakin besar pula tingkatempatinya.

c. Usia, usia memiliki andil dalam empati seseorang, dimana semakin tua usia seseorang maka akan semakin empati oang tersebut, karena pemikirannya yang lebihmatang.

d. Derajat kematangan, kemampuan seseorang dapat menilai sesuatu hal secara profesional akan mempengaruhi sikapempati e. Sosialisasi, sosialisasi merupakan upaya untuk menanamkan

(20)

11

berbagai nilai kepada orang lain sehingga orang lain mempunyai perilaku yang diharapkan.

B. Konseling Kelompok

1. Pengertian Konseling Kelompok

Konseling kelompok merupakan suatu bantuan pada individu dalam situasi kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan. Serta diarahkan pada pemberian kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhannya (Nurhisan dalam Kumanto,2013). Latipun (dalam Lumongga,2021) mengatakan konseling kelompok adalah bentuk konseling yang membantu beberapa individu yang diarahkannya mencapai fungsi kesadaran secara efektif untuk jangka waktu pendek dan menengah.

Adhiputra (2014) mendefinisikan konseling kelompok sebagai upaya bantuan kepada individu dalam suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan pengembangan dan pertumbuhannya.

Konseling kelompok merupakan suatu system layanan bantuan yang amat baik untuk membantu kemampuan pribadi.

2. Tujuan Layanan Konseling Kelompok

Prayitno (2017:132) tujuan dari bimbingan kelompok terdiri dari dua yaitu :

a. Tujuan umum dari layanan konseling kelompok adalah berkembangnya kemampuan bersosialisasi, khususnya komunikasi peserta layanan. Melalui dinamika BMB3

(21)

12

peserta layanan KKP berpresepsi dan berwawasan dengan lebih terarah, luwes, luas serta dinamis

b. KKp terfokus pada pembahasan masalah pribadi individu peserta kegiatan layanan. Melalui layanan kelompok yang. intensif dalam upaya pemecahan masalah tersebut para peserta memperoleh 2 tujuan sekaligus disamping kemampuan berkomunikasi yaitu terkembangnya perasaan, pikiran, wawasan dan sikap terarah pada PERPOSTUR yang bertanggung jawab, khususnyta terkait dengan masalah pribadi yang dialami dan tidak dibahas dalam kelompok kemampuan berkomunikasi.

3. Komponen Layanan Konseling Kelompok

Dalam layanan KKp berperan dua pihak, yaitu memimpin kelompok dan peserta atau anggota kelompok

a. Pemimpin kelompok , pemimpin kelompok (PK) adalah konselor yang terlatih dan berwenang menyelenggarakan praktik konseling yang profesional.

b. Anggota kelompok, tidak semua kumpulan orang atau individu dapat dijadikan anggota KKp. Untuk terselenggaranya KKp seorang konselor perlu membentuk kumpulan individu menjadi sebuah kelompok yang memiliki persyaratan. Besarnya kelompok dan homogenitas/ heterogenitas anggota kelompok dapat

(22)

13

mempengaruhi kinerja kelompok.

c. Materi layanan, KKp membahas masalah pribadi yang dialami oleh masing- masing anggota kelompok. satu persatu anggota kelompok mengemukakan masalah pribadinya secara bebas, kemudian dipilih mana yang akan di bahas dan dientaskan pertama.

4. Asas-Asas dalam Layanan Konseling Kelompok a. Kerahasiaan

Segala sesuatu yang dibahas dan muncul dalam kegiatan kelompok hendaknya menjadi rahasia kelompok yang hanya boleh diketahui oleh anggota kelompok dan tidak disebarluaskan ke luar kelompok.

b. Kesukarelaan

Kesukarelaan AK dimulai sejak awal rencana pembentukan kelompok oleh konselor (PK). Kesukarelaan terus-menerus dibina melalui upaya pemimpin kelompok mengembangkan syarat-syarat kelompok yang efektif da penstrukturan tentang layanan bimbingan kelompok.

c. Asas-asas lainnya

Dinamika kelompok dalam layanan bimbingan kelompok akan semakin intensif dan efektif apabila semua anggota elompok secara penuh menerapkan asas kegaiatan dan asas keterbukaan. Serta dalam penggambilan topic menggunakan

(23)

14

asas kekinian dan pelaksanaannya sejalan dengan asaskenormatifan.

5. Fungsi Layanan Konseling Kelompok

Menurut Kurnanto dalam Namora (2016:42) mengemukakan konseling kelompok mempunyai dua fungsi yang terdiri dari fungsi kuratif dan fungsi preventif.Fungsi kuratif sendiri merupakan fungsi yang pelaksanaan layanannya dimaksudkan untuk mengatasi atau membantu penyelesaian masalah individu. Sedangkan fungsi preventif adalah pelaksanaan layanan yang dimaksudkan sebagai upaya pencegahan terjadinya masalah terhadap individu.

Menurut Adhiputra dalam Namora (2016,41) layanan konseling kelompok memiliki 2 fungsi layanan yaitu layanan konseling individual dan konseling kelompok.

6. Tahapan Konseling Kelompok

Latipun dalam Namora (2016,62) membagi konseling kelompok menjadi 6 tahapan yaitu prakonseling, tahap permulaan, tahap transisi, tahap kerja, tahap akhir dan pasca konseling.

a. Tahap Prakonseling, tahap ini merupakan tahap persiapan pembentukkan kelompok serta dalam tahap ini konselor memiliki peran untuk menanamkan harapan serta sikap dalam proses konseling kelompok yang perlu adanya

(24)

15

keaktifan dan keikutsertaan agar terwujudnya tujuan bersama.

b. Tahap Permulaan, tahap ini merupakan tahap yang dibentuknya struktur kelompok dan konselor juga memiliki peran untuk menegaskasn kembali tujuan apa saja yang akan di capai serta urutan kegiatan dan peran anggota kelompok dalam proses layanan konseling kelompok.

c. Tahap Transisi, tahap ini merupakan tahap peralihan dimana konselor mulai merumuskan dan meluruskan masalah anggota kelompok agar dapat terbuka dan menganggap kelompok itu nyaman.

d. Tahap Kerja, merupakan tahap inti atau dimana seluruh anggota kelompok membahas permasalahan dari salah satu anggota kelompok. Tahap ini dilakukan setelah diketahuinya permasalahan anggota kelompok sehingga pemimpin kelompok memahami dan megerti apa yang akan dilakukan lagi. Tahap ini dipengaruhi oleh tahap-tahap sebelumnya. Dimana, jika tahap sebelumnya lancer maka tahap ini berjalan dengan baik dan efektif.

e. Tahap Akhir, tahap ini merupakan tahap pengakhiran dari kegiatan layanan konselig kelompok. Dimana anggota kelompok mencoba perilaku baru yang telah dipelajari

(25)

16

sebelumnya dalam kelompook yang menggunakan dinamika kelompok didalamnya. Apabila masalah individu anggota kelompok telah terselesaikan maka kegiatan layanan konseling kelompok dapat diakhiri yang tentunya pula terwujudnya tujuan bersama dalam layanan tersebut.

f. Pasca Konseling, merupakan tahap evaluasi dari serangkaian tahap konseling kelompok yang sebelumnya dilakukan.

C. Teknik Psikodrama

1. Pengertian Psikodrama

Psikodrama merupakan sebuah teknik pengajaran yang topik permasalahannya menyangkut psikologi manusia, ataupun interaksi antar manusia seperti keadaan yang sedih karena seseorang kehilangan orangtuanya.Psikodrama memiliki tujuan sebagai upaya penyembuhan, yaitu agar peserta didik ataupun individu itu dapat mempunyai insgiht baik, menemukan konsep baru dan mampu menyesuaikan dan bereaksi terhadap tekanan maupun masalah.

Teknik psikodrama termasuk dalam salah satu teknik konseling kelompok yang bertujuan untuk mengatasi masalah emosional.Yang di dalamnya, adanya dorongan kepada anggota kelompok untuk bermain peran yang terdapat penontonnya.Yang bertujuan untuk membantu individu tersebut dalam

(26)

17

menyelesaikan masalahnya dengan perantara permainan drama.

2. Tujuan dari Teknik Psikodrama

Tujuan dari Teknik Psikodrama antara lain :

a. Tujuan dari penggunaan teknik psikodrama dalam layanan konseling kelompok adalah untuk membantu anggota kelompok/konseli maupun sekelompok individu dalam mengatasi masalah yang berkaitan dengan psikologis seperti kurang empati, meningkatkan kecerdasan emosional dll.

Yang melaui teknik bermain peran atau memainkan peran dan meluapkan emosi yang sesuai dengan masalah yang di alami.

b. Agar konseli atau sekelompok anggota konseling kelompok dalam layanan konseling tersebut mendapatkan cara yang paling baik atau memperoleh penngertian yang baik terhadap dirinya dan apa yang dialami individu tersebut c. Menciptakan kembali situasi yang kondusif dan dikehendaki.

3. Manfaat Teknik Psikodrama

Berikut manfaat dari teknik psikodrama yaitu :

a. Individu dapat mengeluarkan ataupun melepaskan emosi maupun perasaan yang negatif.

b. Individu dapat melihat masalah dari prespektif yang berbeda c. Meningkatkan perhatian konseli terhadap setiap tahapnya

seperti adegan yang dilakukan yang berbeda dengan metode

(27)

18

ceramah maupun diskusi

d. Konseli dapat menempatkan diri seperti apa yang orang lain rasakan dalam artian membantu meningkatkan empati anggota kelompok

e. Individu dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain.

4. Komponen Teknik Psikodrama

a. Panggung Permainan (stage), Merupakan tempat dilakukannya psikodrama yaitu seperti panggung yang biasanya dilakukan diruangan kelas dengan tempat yang luas.

b. Pemimpin Psikodrama, Merupakan sutradara dari sebuah psikodrama yang bertugas memimpin dan memberi intruksi maupun mempersiapkan plot drama. Pemimpin psikodrama biasanya kreatif dan berani. Pada konseling kelompok pemimpin psikodrama ialah sang terapis maupun konselor yang memimpin kegiatan konseling kelompok.

c. Pemeran Utama, merupakan tokoh central dalam psikodrama yang memiliki sikap spontan. Memainkan peran sesuai dengan kejadian yang ada.

d. Pemeran Pembantu, merupakan tokoh yang membantu jalannya psikodrama, yang membantu tokoh utama serta memiliki hubungan dengan tokoh utama dan jalannya cerita.

e. Penonton, merupakan pihak-pihak yang memiliki tugas untuk

(28)

19

memberikan dukungan. Penonton ini merupaka anggota kelompok yang tidak terlibat drai tokoh utama maupun pembantu.

5. Kelebihan dan Kekurangan Teknik Psikodrama

a. Kelebihan Teknik Psikodrama, dapat meningkatkan kreativitas peserta didik dan seni drama melalui peran yang diberikan, mengasah kemampuan public speaking dan keberanian.

b. Kekurangan Teknik Psikodrama, ketika drama itu tidak diakukan secara totalitas seperti adanya siswa yang malu-malu ataupun suara yang kecil maka akan mempengaruhi hasil yang didapat, dimana tidak tercapainya tujuan yang ada.

6. Langkah-Langkah Pelaksanaan Psikodrama

a. Tahap Persiapan (Warm-Up), merupakan tahap persiapan dimana pemimpin kelompok memberikan motivasi untuk keaktifan anggota kelompok, menuturkan adanya asas yang digunakan agar individu secara terbuka dan sukarela dalam menjalani psikodrama tersebut.

1) Konselor memberikan informasi singkat mengenai inti dan tujuan dari psikodrama

2) Melakukan wawancara kepada anggota kelompok tentang masalah yang sudah terjadi

3) Meminta anggota kelompok untuk membuat kelompok kecil dan mendiskusikan masalah yang mana yang

(29)

20

akan diangkat dalam psikodrama.

b. Tahap Pelaksanaan, merupakan tahap inti dimana pemeran utama dan pemeran pembantu melaksanakan perannya masing- masing.

1) Pemeran utama dan pemeran tambahan melakukan adegan masing- masing

2) Durasi atau lamanya pelaksanaan psikodrama tergantung dari pemimpin kelompok dan penghayatan terhadap emosi emosi psikologis.

c. Tahap Diskusi , tahap ini merupakan tahap apkhir dimana anggota kelompok diminta untuk memberikan kesan, dan tanggapannya masing-masing serta hal apa yang dapat diperoleh. Tahap ini merupaka tahap yang penting karena merupakan tahap terjadinya perubahan dalam diri pemeran utama kearah keseimbangan pribadi.

D. Kaitan Penelitian dengan BK

Ratna (2020) mengemukakan empati ialah suatu emosi yang dapat membantu anak melihat keadaan seseorang. Empati merupakan dasar utama kecerdasan sosial anak.Empati dapat diartikan keadaan yang dapat mengganggu keadaan perasaan anak ketika melihat teman atau seseorang kesusahan.

Sedangkan teknik psikodrama adalah sebuah kegiatan konseling yang bertitik tolak dari permasalahan yang lebih menyangkut

(30)

21

psikologi manusia atau dalam hubungan antara manusia, seperti situasi keluarga yang sedih karena orang tuanya tiba-tiba meninggal dunia, sedangkan anaknya masih banyak yang kecil dan membutuhkan bimbingan dan biaya, peningkatan sikap yang kurang ideal seperti kurangnya empati. Psikodrama dilakukan dengan tujuan sebagai terapi, yaitu agar individu atau peserta didik memperoleh insight (pemahaman) yang lebih baik tentang dirinya, menemukan konsep diri, serta menyatakan reaksi terhadap tekanan-tekanan yang dialaminya.

Teknik psikodrama yang digunakan peneliti untuk menangani permasalahan sehari-hari diharapkan dapat membantu siswa dalam menjalani kegiatan yang biasa dilakukannya seperti sekolah, mengikuti ekstrakulikuler dan sebagainya. Oleh sebab itu, penelitian yang dilakukan oleh peneliti tidak bisa dipandang sebelah mata dan semoga memberikan kontribusi kepada sekolah maupun program BK.

(31)

22

E. Kerangka Konseptual

Bentuk kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 1 Kerangka konseptual penelitian

F. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Melalui penerapan teknik psikodrama dalam konseling kelompok yang efektif maka akan mengatasi meningkatkan empati siswa

Kelompok

Penerapan Teknik Psikodrama

Meningkatkan empati siswa

(32)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN TINDAK LAYANAN

A. Setting PTL

Penelitian ini merupakan penelitian tindak layanan. Menurut Sutja,dkk (2017,140) mengemukakan bahwa PTL merupakan sebuah upaya penemuan perbaikan maupun penyempurnaan teknik pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang dilakukan dengan siklus dan secara sistematis dan bersifat reflektif yang dilakukan oleh konselor secara mandiri maupun kolaboratif menggunakan setting kelas.

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini ialah di dalam ruangan yang dilakukan secara tatap ,muka dan menggunakan protokol kesehatan.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada pertengahan bulan April hingga akhir bulan mei. Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari 3 siklus.

Siklus pertama dilaksanakan pada tanggal 26 Juli 2022, siklus kedua dilaksanakan pada tanggal 2 Agustus 2022 dan sklus ketiga dilaksanakan pada tanggal 25 Agustus 2022.

(33)

24

B. Subjek Penelitian

Menurut Sutja dkk (2017:148), ”Subjek penelitian merupakan sekelompok orang atau individu yang ikut atau terlibat secara langsung oleh tindakan/layanan, dalam artian sama seperti pada populasi pada penelitian pada umumnya”. Individu yang terlibat pada penelitian ini sebanyak sepuluh siswa siswi kelas VIII D SMP Negeri 2 Kota Jambi.

C. Instrumen Penelitian dan Teknik Analisis Data

Dalam membantu menyelesaikan penelitian ini dan menemukan data yang sesuai dan akurat, peneliti menggunakan instrument-instrumen yaitu berupa observasi, angket dan wawancara sebagai berikut :

1. Teknik Analisis Data

Terdapat teknik yang digunakan dalam penelitian tindak layanan (PTL) namun peneliti menggunakan yeknik Formula A, yan digunakan untuk mengolah data tunggal atau data dari satu item pertanyaan. Data yang diperoleh dari hasil item angket dan observasi diolah menggunakan rumus sebagai berikut :

x 100 %

Keterangan

P : Presentase yang dihitung

(34)

25

F : Frekuensi yang diperoleh

N : Jumlah Keseluruhan responden/data

(Sutja, dkk. 2017:103)

2. Observasi

Menurut Sutja,dkk (2017:151) Observasi adalah cara pengumpulan data dimana peneliti terjun kedalam proses layanan dengan cara mengamati layanan tersebut secara langsung atau melihat dengan mata kepalanya, dengan observasi peneliti dapat memperoleh data yang benar dan akurat, asli bahkan dapat memperoleh data yang semula enggan untuk diungkapkan subjek karena bersifat kelemahan atau kekurangannya.

Macam-macam observasi ada 3 yaitu Observasi partisipatif, observasi terbuka, observasi tersembunyi. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan observasi parsitipatif, observasi parsitipatif adalah pengamatan yang dimana peneliti masuk menjadi bagian dari penelitian itu, tidak memperlihatkan diri sebagai pengamat tetapi melaksanakan layanan sekaligus juga mengamati proses layanan itu layaknya spionase. (Sutja,2017 :151).

(35)

26

3. Angket atau Kuisioner

Menurut Sutja,dkk (2017:162) Angket atau kuesioner adalah alat yang sering digunakan dalam Penelitian Tindakan Layanan. Biasanya angket atau kuesioner digunakan untuk mengukur hasil, terutama yang berkenaan 27 dengan prefensi, pengalaman, penerimaan, penilaian, pendapat, presepsi, kebiasaan bahkan dijadikan evaluasi diri.

4. Wawancara

Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewer) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

Maksud mengadakan wawancara, seperti ditegaskan oleh Lincoln dan Guba (1985:266), antara lain : mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan model berfikir linier atau sering juga disebut pendekatan rasional adlah cara berfikir yang mengikuti langkah demi langkah, problem solving, step by step, atau mempararelkan dengan langkah pengambilan 28 keputusan,

(36)

27

bila ada hambatan mereka mencari faktor hambatan itu baru kemudian mengatasi dengan menghilangkan hambatannya.

D. Prosedur

Penelitian yang akan dilakukan peneliti direncanakan dalam 3 siklus, namun bukan berarti 3 dua siklus saja. Siklus dalam PTL sama halnya dengan jumlah pengulangan unlimited (tidak terbatas).

Batasannya adalah pemahaman peneliti, apabila peneliti sudah menemukan pemahaman atas tindakan terbaik dari berbagai siklus yang dilakukan, maka penelitian dapat dihentikan, dan tidak perlu lagi dilanjutkan ke siklus lainnya, meskipun peneliti baru melakukan dua siklus, apabila sudah ditemukan yang efektif atau terbaik, dua siklus itu sudah cukup. Dengan kata lain didalam penelitian PTL jumlah siklus minimal 3 siklus dan maksimal tidak terbatas, Sutja dkk (164:2017).

Dalam satu siklus peneliti hanya melaksanakan layanan selama 1 kali pertemuan, jika 3 siklus sudah terlihat meningkat hasil pelaksanaan layanan yang dilakukan, maka peneliti hanya akan melaksanakan 3 siklus saja, akan tetapi jika 3 siklus telah dijalankan tetapi tidak ada perubahan maka peneliti akan melanjutkan ke siklus ke 4.

(37)

28

Gambar 2 Prosedur pelaksanaan siklus

Prosedur pelaksanaan siklus

a. Rencana

Setelah ditentukan tindakan dalam layanan yang akan diterapkan, maka dibuat rencana PTL. Rencana PTL adalah pilihan tindakan yang diambil untuk mencapai tujuan. Rencana PTL berisi rencana tentang tindakan yang akan dilakukan dalam layanan tindakan tersebut merupakan rencana operasional penelitian atau disebut dengan skenario penelitian. Berikut ini merupakan RPL yang akan menjadi panduan dalam rencana PTL yang akan dilaksanakan

Tindakan Siklus 1

Rencana

Evaluasi

Refleksi Tindakan

Siklus 2

Rencana

Evaluasi

Refleksi Tindakan

Siklus 3

Rencana

Evaluasi Refleksi

(38)

29

Tabel 1 Rencana Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok

A

Topik Permasalahan

Kurangnya Empati

B Kompetisi Dasar

Dapat menjadi pribadi yang lebih baik

C

Bidang Bimbingan

Pribadi

D Jenis Layanan Konseling kelompok E Format Layanan Kelompok

F Fungsi Layanan Pengentasan dan pemahaman G Tujuan Umum Dapat meningkatkan sikap empati

H Tujuan Khusus

Terhinar dari masalah yang dihadapi yang disebabkan oleh permasalahan empati

I Sasaran Layanan Kelas VII F

J Materi Layanan Kepedulian Sesama itu Penting

K Waktu 1 X 45 menit

L

Pelaksanaan Layanan

Peneliti

M Subjek Cr,ex,df,im,mc,nj,nd,pv,zk,dh N Metode/Teknik Teknik Psikodrama

(39)

30

O Media/Alat Kursi, Handphone P Pelaksanaan

1. Tahap Pembentukan

1. Peneliti membuka dengan mengucapkan salam

2. Peneliti membina hubungan baik dengan konseli melalui bertanya kabar dan kegiatan selama ini

2. Tahap Observasi dan Eksplorasi

1 Memastikan kesiapan anggota kelompok

2. Menjelaskan Kembali mengenai (penstrukturan) yang akan dilakukan permainan.

3. Tahap Transisi

1. Mengemukakan instruksi- isntruksi tentang teknik Psikodrama.

2. Menggunakan penjelasan

untuk menentukan

masalahkhusus yang terkait

(40)

31

penggunaan teknik psikodrama

4. Tahap Kerja

1. Mengarahkan anggota kelompok untuk mengemukakan masalahnya

2. Memilih masalah mana yang akan diangkat dalam psikodrama

3. Melakukan peran sesuai dengan masalah

5. Tahap Akhir

1. Bersama konseli membuat kesimpulan atau tindakan apa yang akan mereka ambil

2. Peneliti menanyakan kesan dan pesan atas layanan yang sudah dilakukan

3. Menutup proses layanan.

6. Tahap Evaluasi Laiseg

(41)

32

b. Pelaksanaan

1) Secara singkat mendeskripsikan rasional dan ring 2) Menjelaskan proses pelaksanaan teknik psikodrama 3) Mengemukakan instruksi- isntruksi tentang teknik

Psikodrama.

4) Memberikan pandangan tentang apa yang akan tercakup dalam teknik psikodrama

5) Menggunakan penjelasan untuk menentukan masalah khusus yang terkalit penggunaan teknik psikodrama.

6) Meminta klien untuk mengemukaka masalahnya dan mendiskusikan masalah mana yang akan diangkat dalam psikodrama.

7) Meminta klien untuk memainkan peran sesuai dengan masalah yag dihadapi.

c. Evaluasi

Tahap evaluasi adalah tahap menganalisis dan memaknai data yang terkumpul pada tahap pelaksanaan penelitian, baik data tentang proses maupun hasil, keduanya perlu di analisis.

1) Peneliti mencatat dan memahami tindakan yang dilakukan klien setelah mengikuti layanan.

(42)

33

2) Peneliti mendiskusikan pokok permasalahan dan menelusuri pemikiran-pemikiran klien yang irrasional dan telah tertanam sejak lama pada diri klien.

3) Peneliti meminta klien untuk mengganti kata-kata dalam permasalahan yang irrasional dengan yang rasional.

d. Refleksi

1) Peneliti menganalisis data observasi klien dan perbandingan sikap antara sesudah dan sebelum tindakan untuk mengetahui hasil dari proses layanan yang dilakukan.

2) Peneliti melakukan tindakan kembali guna memperbaiki kekurangan dari tindakan yang terjadi pada siklus sebelumnya.

(43)

BAB IV A. Gambaran Umum

Konseling kelompok dengan penerapan teknik psikodrama yang telah dilakukan oleh peneliti siklus pertama pada tanggal 1 agustus 2022 dan ikuti oleh 10 anggota kelompok dengan rasio 4 siswa yang rendah dalam berempati dan 6 yang memiliki kriteria sedang, berjalan dengan lancar meskipun masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi pelaksanaan layanan, video dan dari pemimpin kelompoknya.

Penelitian yang dilakukan peneliti merupakan sebuah model penelitian yang bertujuan untuk perbaikan pekerjaan. Peneliti dengan bantuan laiseg dan guru BK sebagai kolaborasi berusaha menganalisa praktik layanan untuk menemukan cara yang paling terbaik dalam pelaksanaan layanan supaya pelaksanaan tersebut berjalan secara efektif yang dilakukan secara berulang-ulang dan terus menerus untuk mendapatlan pelaksanaan layanan yang dikehendaki, dan terjadinya perubahan. Sedangkan untuk layanan yang dipakai adalah layanan konseling kelompok dengan teknik psikodrama.

Penerapan teknik psikodrama yang di pakai oleh peneliti dimaksudkan sebagai upaya dalam meningkatkan empati klien antar teman sebaya dalam bentuk kognitif maupun afektif, dari pemikiran yang irasional menjadi rasional dan terbentuknya pribadi dengan kepribadian baru yang ideal. Kolaborasi antara layanan konseling kelompok dengan

(44)

35

teknik psikodrama diharapkan mampu membantu meningkatkan empati siswa antar teman sebaya.

B. Hasil Temuan Penelitian dan Pembahasan 1. Kondisi Awal

Berdasarkan observasi peneliti yang telah dilakukan banyak ditemukan perilaku yang menunjukkan sikap kurangnya empati seperti kurang peduli, perilaku mengolok-olok, memanggil teman dengan sebutan yang tidak pantas dan kurang menghormati antar teman sebaya, begitu juga dengan hasil angket pra penelitian yang menunjukkan kurang dan cukup berempati. Sehingga menjadi ketertarikan peneliti dalam menggunakan teknik psikodrama dalam meningkatkan empati siswa.

2. Siklus 1 a) Rencana

Siklus petama dilakukan pada tanggal 26 Juli 2022 pada pukul 11.00-11.45 WIB, dilakukan secara langsung di ruangan aula sekolah. Sebelum melaksanakan layanan konseling kelompok, penelti menyiapkan hal-hal yang diperlukan dalam layanan berlangsung dan menanyakan kesiapan anggota kelompok, dengan tujuan agar layanan berjalan dengan lancar dan tidak ada gangguan. Layanan konseling kelompok dengan teknik psikodrama berjalan dengan lancar meskipun terjadi beberapa

(45)

36

hambatan seperti kamera pada saat perekaman dan siswa yang izin di tengah-tengah layanan berlangsung dikarenakan sakit.

b) Pelaksanaan

Pelaksanaan layanan pada siklus 1 yang sudah terlaksana diawali dengan mengucapkan salam, doa dan memberikan pertanyaan terbuka sebagai upaya pendekatan dan terciptanya suasana yang menyenangkan. Setelah itu dimulai dengan tahap penstrukturan seperti menanyakan sudah pernah atau belum mengikuti layanan konseling kelompok, menjelaskan layanan konseling kelompok, asas-asas layanan konseling kelompok dan diselingi dengan ice breaking sebelum memasuki ke tahap inti.

Tahap selnjutnya yaitu peneliti mulai menggali permasalahan- permasalahan klien. 1 klien mengatakan bawa memiliki permasalahan mengenai keluarga, 2 mengatakan mengalami masalah mengenai proses belajar pada pelajaran matematika, klien dengan inisial cr memiliki masalah keuangan, 2 klien selanjutnya mengatakan bahwa tidak memiliki masalah, klien dengan inisial dt memiliki masalah mengenai kedispilinan disekolah. Klien dengan inisial Cr memiliki masalah disekolah dan klien dengan inisial IM memiliki masalah dengan teman sekelasnya yaitu dia dijauhi temannya. Lalu anggota kelompok menyepakati masalah klien IM lah yang diselesaikan masalahnya. Klien IM memiliki masalah di

(46)

37

kelasnya yaitu dengan teman sebayanya, setelah ditelusuri sebab ia dijauhi karena dia mudah marah maupun merajuk terhadap temannya tanpa tau masalah atau sebab apa yang temannya lakukan sehingga bersikap demikian.

Kemudian proses konseling dilanjutkan dengan penerapan teknik psikodrama yaitu bermain peran sesuai dengan masalah yang ada. Sebelum melakukan teknik tersebut, peneliti menjelaskan apa itu teknik psikodrama, langkah-langkahnya dan dialog drama tentunya. Tema drama pada siklus 1 yaitu prespective taking yaitu bagaimana seseorang mengambil kesimpulan dengan cara menempatkan berfikir dengan sudut pandang orang lain atau memposisikan diri sebagai orang lain sesuai dengan masalah yang ada. Selnjutnya pelaksanaan drama.

Setelah drama itu berlangsung selanjutnya penelti menanyakan nilai apa yang dapat diambil klien dan anggota kelompok lainnya dari drama tersebut. Anggota kelompok menjawab bahwa tidak boleh menyimpulkan hal secara sepihak, dan marah-marah ataupun menduga-duga hal tanpa tau sebabnya. Begitu juga dengan klien yang memiliki masalah, pun berpendapat demikian.

Klien menyepakati langkah apa yang harus ia ambil ketika menyelesaikan masalah tersebut yaitu mencari tahu dulu hal yang sebenarnya tentang kawannya, memikirkan perasaan temannya

(47)

38

dan tidak memutuskan hal secara sepihak. Peneliti mengapresiasi anggota kelompok yang kemudian dilanjutkan dengan doa. Dan tahap selanjutnya yaitu evaluasi dan refleksi kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan siklus kedua.

c) Evaluasi

Berdasarkan hasil observasi yang telah diisi oleh kolaborator yang digunakan dalam penilaian proses terhadap pelaksanaan tindakan yang dilakukan peneliti, untuk mengetahui kekurangan atau hal yang belum maksimal dilakukan saat pelaksaan tindakan. Hasil observasi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2 Hasil Observasi siklus 1

No Tahap Konseling Kelompok

Hasil Pengamatan

1 2 3 Tahap I : Pembentukan

1.

Peneliti membuka layanan dengan mengucapkan salam dan menanyakan kabar.

2.

Peneliti memberikan hak yang sama serta untuk saling mengenal agar konseling ini dapat berjalan dengan optimal.

(48)

39

3.

Peneliti sebagai pemimpin kelompok menyampaikan pengertian, tujuan, dan kegiatan kelompok dalam rangka konseling kelompok.

4.

Peneliti sebagai pemimpin kelompok menghangatkan suasana dalam bentuk permainan.

5.

Tumbuhnya minat anggota kelompok untuk mengikuti layanan konseling kelompok dengan mengungkapkan pendapat.

6.

Peneliti mengajak anggota kelompok agar bersikap terbuka dan bebas mengungkapkan pendapat

Tahap 2 : Peralihan

7.

Peneliti menjelaskan apa yang dilakukan oleh anggota kelompok pada tahap kegiatan

8.

Peneliti menawarkan apakah anggota kelompok sudah siap untuk melalui kegiatan

9.

Jika diperlukan, peneliti mengulangi dan menegaskan kembali beberapa hal yang telah diuraikan pada tahap pembentukan

(49)

40

Tahap 3 : Kegiatan

10.

Masing-masing anggota kelompok mengungkapkan masalah atau topik secara bebas

11.

Kelompok memilih masalah mana yang hendak dibahas dan dientaskan

12.

Klien (anggota kelompok yang masalahnya dibahas) memberikan gambaran yang lebih rinci masalah yang dialaminya

13.

Peneliti menjelasakan salah satu teknik untuk mengatasi masalah klien yaitu menggunakan teknik psikodrama, Serta memberikan naskah psikodrama dan mengintruksikan untuk melakukannya

14.

Pemimpin kelompok menanyakan kepada anggota kelompok mengenai nilai-nilai apa yang bisa didapat dari teknik psikodarama sehubungan dari masalah klien

15.

Anggota klien menyampaikan saran dan tanggapannya kepada masalah klien sesuai dengan drama yang sudah dilaksanakan

(50)

41

16.

Peneliti memberikan penguatan positif kepada anggota kelompok

Tahap 4 : Pengakhiran

17.

Anggota kelompok mengungkapkan kesan- kesan terhadap pelaksanaan kegiatan

18.

Peneliti menyimpulkan hasil kegiatan kelompok yang telah dicapaikan secara mendalam dan tuntas

19. Kelompok merencanakan kegiatan lanjutan

20.

Peneliti menutup layanan dengan tetap merasakan hubungan kelompok lalu mengucapkan salam penutup

Jumlah 2 24 18

Rata-rata 2,2

Keterangan : (1) tidak tepat, (2) kurang tepat, (3) sangat tepat

Berdasarkan hasil tabel observasi diatas diperoleh nilai rata-rata 2,2. Proses tindakan mencapai 70 % berjalan cukup baik, sedangkan hasil dari tindakan mencapai 75 % dimana masih terdapat langkah yang dinilai tidak tepat oleh kolaborator yaitu terletak pada poin 17 yaitu mengenai pengungkapan kesan-kesan anggoka kelompok, dimana pada sesi tersebut bagia itu tida terlaksana. Dan ada beberapa poin

(51)

42

yang di nilai oleh kolaboratur kurang tepat yaitu pada poin nomor 2,7,4,5,9 dan 20. Yaitu mengenai pemberian ice breaking, dimana peneliti tidak memberikan ice breaking sehingga anggota kelompok merasa bosan. Selain itu pada tahap penstrukturan peneliti juga dinilai krang tepat dalam menjelaskan apa-apa saja yang menjadi tugas dari anggota kelompok, sehingga berdampak oada tahap inti dimana terdapat anggota kelompo yang terlihat bingung. Selain itu pada perekaman juga dinilai kurang maksimal seperti pencahayaan yang kurang, serta gangguan-gangguan dar luar seperti suara berisik

d) Refleksi

1) Pada penerapan teknik psikodrama, peneliti tidak memberikan naskah drama satu per satu untuk pelaksanaan tekniknya dan hanya memberikan diawal sebagai gambaran sehingga klien tidak dapat menghayati peran dan lupa dialog masing-masing.

2) Kekurangan peneliti lainnya yaitu, peneliti masih mendominasi serta bahasanya masih berbelit-belit sehingga siswa kebingungan dalam merespon.

3) Peneliti juga masih kurang tegas dalam pelakanaan layanan sehingga terdapat siswa yang menyepelekan peneliti, seperti berbicara sendiri dan sibuk sendiri.

(52)

43

4) Peneliti berencana untuk memperbaiki pelaksanaan siklus layanan yang akan datang dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami serta memberikan naskah drama kepada anggota kelompok. Dan lebih tegas lagi.

3. Siklus 2 a) Rencana

Siklus kedua dilakukan pada tanggal 2 Agustus pukul 10.30- 11.05 WIB, dilakukan secara langsung di ruang osis secara tatap muka. Sebelum melakukan layanan konseling kelompok peneliti memastikan kesiapan peneliti dan menanyakan kesiapan anggota kelompok untuk menghindari kesalahan-kesalahan dalam siklus pertama dan terhindar dari gangguan dan terjaganya kefokusan anggota kelompok. Peneliti berharap dan berusaha agar layanan konseling kelompok dengan teknik psikodrama pada siklus kedua dapat berjalan dengan lancar dan baik.

b) Pelaksanaan

Pelaksanaan layanan konseling kelompok dengan teknik psikodrama dalam siklus 2 sama seperti pelaksanaan pada siklus 1 yaitu diawali dengan mengucapkan salam, berdoa dan menghangatkan suasana dengan memberikan pertanyaan terbuka pada anggota kelompok. Dan mengalihkan dengan memberikan ice breaking agar anggota kelompok tetap berkonsentrasi dan

(53)

44

terjalinnya dinamika kelompok. Selanjutnya, yaitu memasuki tahap penstrukturan. Peneliti mengulang kembali menanyakan pernahkah melaksanakan konseling kelompok sebelumnya kepada anggota kelompok, dan anggota kelompok pun memaparkan pemahamannya mengenai konseling kelompok yang mereka ketahui setelah pelaksanaan layanan konseling kelompok pada siklus 1 kemarin.

Setelah itu peneliti kembali menggali masalah klien dengan memberikan pertanyaan terbuka kepada klien. Sama seperti siklus 1 beberapa anggota klien memaparkan bahwa memiliki masalah keluarga dan keuangan diantaranya klien dengan inisial mc,nd dan pv. Kemudian satu klien memaparkan bahwa memiliki masalah yaitu dia merasa iri ketika melihat temannya lebih unggul daripada dirinya. Klien dengan inisial nj mengatakan bahwa memiliki masalah tentang takut terlambat sehingga tertinggal pelajaran.

Kemudian klien dengan inisial EX memiliki masalah dengan teman sebayanya. Anggota klien menyepakati masalah EX lah yang diselesaikan. Klien Ex memiliki masalah dengan teman sebayanya yaitu dia kerap kali di jauhi temannya, setelah dilakukan penjelajahan masalah ternyata penyebab EX ini dijauhi oleh temannya yaitu karena sikapnya yang cuek, acuh tak acuh

(54)

45

kepada teman sekelasnya sehingga sering di nilai kurang peduli terhada temannya dan cuek.

Sama seperti siklus pertama, tahap selanjutnya yaitu penerapan teknik psikodrama untuk menyelesaikan masalah EX, diawali dengan peneliti menjelaskan mengenai teknik psikodrama dan memberikan naskah yang sesuai dengan masalah klien sebelumnya. Kemudian peneliti mengintruksikan anggota kelompok untuk memainkan drama yang sudah ada yang di pandu oleh peneliti sebagai sutradara. Tema drama dalam siklus kedua ini yaitu mengenai kepedulian, karena klien tersebut memiliki masalah yang dinilai kurang peduli dan cuek acuh tak acuh.

Kepedulian sendiri merupakan salah satu aspek atau bentuk dari sikap empati.

Setelah melakukan drama, peneliti menyakan kepada anggota kelompok mengenai apa-apa saja yang telah mereka dapat dengan sehubungan masalah yang dimiliki EX. Kemudian klien dengan inisial cr mengungkapkan bahwa dalam kelas dan sesama teman harus peduli. Pendapat dari klien zk yaitu menanggapi masalah EX dihububungkan dengan drama yang telah dilaksanakan yaitu Ex harus peduli terhadap temannya dan menghilangkan sikap acuh tak acuh yang selama ini Ex lakukan.

Begitu juga dengan anggota klien lainnya yang berpendapat

(55)

46

kurang lebih sama seperti dua anggota kelompok sebelumnya.

Kemudian peneliti menanyakan kepada klien EX mengenai pendapat teman-teman sebelumnya dan masalah EX, secara garis besar dari drama yang sudah dilakukan mengenai kepedulian dan pendapat maupun masukan rekan Ex, Ex dapat mengambil kesimpulan bahwa selanjutnya ia harus peka dan peduli kepada teman yang membutuhkan bantuannya dan tidak cuek-cuek lagi.

Kemudian peneliti memberikan pertanyaan terbuka kepada anggota kelompok untuk memberikan kesimpulan apa yang bisa di dapat pada layanan siklus 2 ini. Kemudian peneliti menutup proses konseling, peneliti dan klien telah sepakat untuk melajutkan proses selanjutnya yaitu tahap evaluasi dan refleksi dan dilanjutkan dengan pelaksanaan siklus ketiga.

c) Evaluasi

Berdasarkan hasil observasi yang telah diisi oleh kolaborator yang digunakan dalam penilaian proses terhadap pelaksanaan tindakan yang dilakukan peneliti, untuk mengetahui kekurangan atau hal yang belum maksimal dilakukan saat pelaksaan tindakan. Hasil observasi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :

(56)

47

Tabel 3 Hasil Observasi siklus 2

No Tahap Konseling Kelompok

Hsl Pngmtn 1 2 3 Tahap I : Pembentukan

1.

Peneliti membuka layanan dengan mengucapkan salam dan menanyakan kabar.

2.

Peneliti memberikan hak yang sama serta untuk saling mengenal agar konseling ini dapat berjalan dengan optimal.

3.

Peneliti sebagai pemimpin kelompok menyampaikan pengertian, tujuan, dan kegiatan kelompok dalam rangka konseling kelompok.

4.

Peneliti sebagai pemimpin kelompok menghangatkan suasana dalam bentuk permainan.

5.

Tumbuhnya minat anggota kelompok untuk mengikuti layanan konseling kelompok dengan mengungkapkan pendapat.

(57)

48

6.

Peneliti mengajak anggota kelompok agar bersikap terbuka dan bebas

mengungkapkan pendapat

Tahap 2 : Peralihan

7.

Peneliti menjelaskan apa yang dilakukan oleh anggota kelompok pada tahap kegiatan

8.

Peneliti menawarkan apakah anggota kelompok sudah siap untuk melalui kegiatan

9.

Jika diperlukan, peneliti mengulangi dan menegaskan kembali beberapa hal yang telah diuraikan pada tahap pembentukan

Tahap 3 : Kegiatan

10.

Masing-masing anggota kelompok mengungkapkan masalah atau topik secara bebas

11.

Kelompok memilih masalah mana yang hendak dibahas dan dientaskan

12.

Klien (anggota kelompok yang masalahnya dibahas) memberikan

(58)

49

gambaran yang lebih rinci masalah yang dialaminya

13.

Peneliti menjelasakan salah satu teknik untuk mengatasi masalah klien yaitu menggunakan teknik psikodrama, Serta memberikan naskah psikodrama dan mengintruksikan untuk melakukannya

14.

Pemimpin kelompok menanyakan kepada anggota kelompok mengenai nilai-nilai apa yang bisa didapat dari teknik psikodarama sehubungan dari masalah klien

15.

Anggota klien menyampaikan saran dan tanggapannya kepada masalah klien sesuai dengan drama yang sudah dilaksanakan

16.

Peneliti memberikan penguatan positif kepada anggota kelompok

Tahap 4 : Pengakhiran

17.

Anggota kelompok mengungkapkan kesan-kesan terhadap pelaksanaan

(59)

50

kegiatan

18.

Peneliti menyimpulkan hasil kegiatan kelompok yang telah dicapaikan secara mendalam dan tuntas

19.

Kelompok merencanakan kegiatan lanjutan

20.

Peneliti menutup layanan dengan tetap merasakan hubungan kelompok lalu mengucapkan salam penutup

Jumlah 4 54

Rata-rata 2,9

Keterangan : (1) tidak tepat, (2) kurang tepat, (3) sangat tepat

Berdasarkan hasil observasi diatas diperoleh nilai rata-rata 2,9. Proses tindakan mencapai 75 % berjalan cukup baik, sedangkan hasil dari tindakan mencapai 80%. Pada pelaksanaan siklus kedua ini masih belum optimal dan sepenuhnya benar.

Masih terdapat beberapa poin yang dinilai masih belum tepat yaitu pada nomor 17 yaitu Kekurangan peneliti pada siklus ini yaitu tidak menjelaskan secara penuh apa itu teknik psikodrama dan tidak menanyakan kesan seerti apa yang didapat maupun perasaannya setelah melaksanakan layanan konseling kelompok

(60)

51

dengan teknik psikodrama. Dan beberapa kali peneliti masih grogi itu terlihat pada posisi duduk yang tidak tenang.

Dalam segi teknis juga memiliki kekurangan dimana beberapa video harus sempat terhenti karena ponsel yang tiba- tiba mati serta pencahayaan yang kurang dalam ruangan osis karena tidak adanya lampu.

d) Refleksi

1) Bahasa peneliti masih berbelit-belit sehingga klien kebingungan maksud dari pertanyaan peneliti ketika menanyakan tanggapan mengenai drama dan pendapat- pendapat anggota kelompok sebelumnya.

2) Peneliti dalam menjelaskan teknik psikodrama masih kurang sehingga anggota klien tampak sedikit kebingungan

3) Peneliti tidak menanyakan kesan-kesan kepada anggoa klien mengenai pelaksanaan konseling kelompok dengan teknik psikodrama

4) Pada pelaksanaan siklus ketiga, peneliti berencana untuk menjelaskan teknik tersebut dengan jelas serta menggunakan bahasa yang mudah di pahami, dan menanyakan kesa-kesan pelaksanaan layanan kepada anggota kelompok layanan.

(61)

52

4. Siklus 3

a) Perencanaan

Siklus ketiga dilakukan pada tanggal 19 Agustus 2022 pukul 11.40- 12.15 WIB, dilakukan secara langsung di ruang osis.

Sebelum melakukan proses konseling peneliti memastikan kenyamanan ruangan layanan agar anggota kelompok merasa nyaman dan focus, serta menghidupkan lampu ruangan untuk memaksimalkan pengambilan video. Serta menanyakan kesiapan anggota klien guna kelancaran pemberian layanan pada siklus ketiga ini.

b) Pelaksanaan

Seperti halnya pelaksanaan layanan konseling kelompok pada siklus pertama dan kedua, pada siklus ketiga ini peneliti memulai layanan dengan mengucapkan salam,doa dan memberikan pertayaan terbuka guna membina susasana yang hangat dan memberikan apresiasi kepada anggota kelompok karena sudah bersedia mengikuti layanan konseling kelompok pada siklus ketiga ini.

Sebelum memulai penstrukturan, peneliti mengajak anggota kelompok untuk melakukan ice breaking guna membina suasana dan terjaga kefokusan anggota kelompok. Setelah itu mulai untuk penstrukturan, meskipun penstrukturan sudah

Referensi

Dokumen terkait

Model Cropwat 8.0 dengan input data meteorologi bulanan dari tahun 2005-2016 di Kabupaten Sumbawa digunakan untuk menghitung evapotranspirasi, kebutuhan air tanaman

Merupakan hasil pengembangan dari Anggaran Biaya Rekap, dengan menambahkan informasi tentang dimensi waktu pengeluaran dana, sesuai dengan jadwal-jadwal kegiatan pada

Gambar 2 menjelaskan bahwa rerata pertambahan jumlah daun bibit api-api pada kontrol berbeda nyata dengan rerata pertambahan jumlah daun bibit api-api yang di beri

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1 (2017) ISSN: 2460 – 6839 Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis akan merancang sebuah aplikasi

Ketertarikan generasi muda untuk berkecimpung dalam sektor pertanian dan peternakan semakin hari semakin menurun. Hal ini dikarenakan sektor pertanian dianggap kurang menghasilkan

Salah satu alasan kami memilih pendekatan konstruktivisme berbasis lesson study untuk merancang perkuliahan yang membuat mahasiswa mudah memahami konsep pembelajaran

dan hal tersebut sesuai dengan tujuan dilakukan pemberian terapi musik klasik jawa kepada lansia yang mengalami tekanan darah tinggi adalah untuk mengetahui ada

bakteri, menunjukkan respon hambatan pertumbuhan dengan taraf kekuatan lemah terlebih bila dibandingkan dengan hambatan terhadap kontrol positif amoksisilin 0,05%