• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Daya Hasil Labu (Cucurbita moschata Duch.) Tipe Crookneck di Dataran Menengah Yield Test of Pumpkin (

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Uji Daya Hasil Labu (Cucurbita moschata Duch.) Tipe Crookneck di Dataran Menengah Yield Test of Pumpkin ("

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Uji Daya Hasil Labu (Cucurbita moschata Duch.) Tipe Crookneck di Dataran Menengah

Yield Test of Pumpkin (Cucurbita moschata Duch.) Crookneck Type in The Middle Lands

Muhamad Fahmi Rizaldi Nawawi* dan Damanhuri

Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Jalan Veteran, Malang 65145 Jawa Timur

Korespondensi: [email protected] Diterima 28 Agustus 2020 / Disetujui 1 Februari 2021

ABSTRAK

Tanaman labu (Cucurbita moschata Duch.) merupakan tanaman yang buahnya bergizi tinggi. Hal ini menyebabkan labu banyak diminati oleh masyarakat Indonesia. Salah satu upaya adalah dengan menggunakan benih varietas unggul yang berdaya hasil tinggi. Meskipun tanaman labu cukup mudah untuk dibudidayakan, namun tetap harus diketahui secara pasti penampilan dan daya hasilnya agar dapat dievaluasi untuk pelepasan varietas unggul di pasaran. Penelitian dilaksanakan di lahan milik PT. BISI International, Tbk. di Jalan Raya Ngijo Karangploso, Dusun Kedawung, Desa Ngijo, Kecamatan Karangploso, Malang, Jawa Timur pada bulan Januari 2020 sampai April 2020. Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) terdiri dari 15 genotipe labu tipe crookneck (G01, G02, G03, G04, G05, G06, G07, G08, G09, G10, G11, G12, G13, G14, G15) diulang sebanyak 3 kali.

Secara keseluruhan, perbedaan genotipe pada tanaman labu tipe crookneck memberikan perbedaan penampilan karakter yang sangat nyata. Genotipe yang memiliki potensi untuk dilepas sebagai varietas hibrida baru adalah genotipe G08 G02, G07, G09, dan G12. Genotipe-genotipe ini dinilai berpotensi karena dari seluruh variabel yang diamati, menunjukkan keunggulan pada beberapa variabel dibandingkan dengan genotipe lainnya. Keunggulan tersebut diantaranya terdapat pada variabel diameter buah, rasa manis buah, ketegaran buah, bobot buah rata-rata, bobot buah per plot, dan potensi hasil.

Kata kunci: Genotipe, Hibrida, Labu, Varietas

ABSTRACT

The pumpkin plant (Cucurbita moschata Duch.) Is a plant with highly nutritious fruit. This is why pumpkin is in great demand by Indonesians. One of the efforts is to use high yielding superior variety seeds.

Even though the pumpkin plant is quite easy to cultivate, it still has to be known for its exact appearance and yield so that it can be evaluated for the release of superior varieties on the market. The research was conducted on land owned by PT. BISI International, Tbk. on Jalan Raya Ngijo Karangploso, Dusun Kedawung, Ngijo Village, Karangploso District, Malang, East Java from January 2020 to April 2020. The study was conducted using a randomized block design (RAK) consisting of 15 genotypes of crookneck gourds (G01, G02, G03 , G04, G05, G06, G07, G08, G09, G10, G11, G12, G13, G14, G15) are repeated 3 times. Overall, the genotypic differences in the crookneck type gourd gave very significant differences in the appearance of the characters. Genotypes that have the potential to be released as new hybrid varieties are genotypes G08 G02, G07, G09, and G12. These genotypes were considered potential because of all the observed variables, they showed superiority in some variables compared to other genotypes. These

(2)

advantages include the variables of fruit diameter, fruit sweetness, fruit toughness, average fruit weight, fruit weight per plot, and yield potential.

Keywords : Genotype, Hybrid, Pumpkin, Varieties PENDAHULUAN

Tanaman labu (Cucurbita moschata Duch.) merupakan tanaman yang buahnya bergizi tinggi. Menurut Sudarto (1993), labu mengandung beta karoten, vitamin A, Vitamin B1, vitamin C, kalsium, fosfor, zat besi dan protein. Meskipun tidak dapat dikonsumsi secara langsung, namun buah labu dapat diolah menjadi berbagai jenis pangan. Buah labu dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan jenang dodol, kolak, manisan, agar-agar, dan aneka jenis kue lainnya. Hal ini menyebabkan labu banyak diminati oleh masyarakat Indonesia.

Tingginya minat akan labu tidak diiringi dengan peningkatan produksi labu. Menurut Kementrian Pertanian (2018), produksi labu pada tahun 2016 sebesar 603,314 ton, sedangkan pada tahun 2017 hanya sebesar 566,845 ton. Produksi labu dari tahun 2016 ke 2017 mengalami penurunan sebesar 6.04%. Oleh karena terjadi penurunan yang cukup besar pada produksi labu, maka sangat diperlukan pengembangan intensif dalam upaya budidaya tanaman labu. Salah satu upaya adalah dengan menggunakan benih varietas hibrida yang berdaya hasil tinggi. Dalam pembentukan varietas, diperlukan beberapa tahapan. Salah satu tahapan tersebut adalah uji daya hasil. Uji daya hasil dibagi menjaadi 3 tahapan lagi, yaitu uji daya hasil pendahuluan, uji daya hasil lanjutan, dan uji adaptasi (multilokasi).

Kegiatan uji daya hasil pada beberapa genotipe tanaman labu tipe crookneck yang berpotensi memiliki daya hasil tinggi sangat perlu dilakukan. Meskipun tanaman labu cukup mudah untuk dibudidayakan, namun tetap harus diketahui secara pasti penampilan dan daya hasilnya agar dapat dievaluasi untuk pelepasan varietas unggul di

pasaran. Sehingga diharapkan banyak varietas unggul labu yang tersedia di pasaran, dan diikuti dengan peningkatan produksi tanaman labu pada tahun berikutnya.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan di lahan milik PT.

BISI International, Tbk. di Jalan Raya Ngijo Karangploso, Dusun Kedawung, Desa Ngijo, Kecamatan Karangploso, Malang, Jawa Timur pada bulan Januari 2020 sampai April 2020.

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah; traktor, alfaboard, knapsack sprayer, cangkul, cangkil, ajir bambu, pisau, gunting, color chart (RHS color chart 5th edition), alas foto, timbangan, gembor, penggaris, meteran jahit, jangka sorong, laptop, kamera digital, refraktometer, penetrometer, dan alat tulis.

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah; benih F1 labu tipe crookneck sebanyak 15 genotipe, kertas label, tisu, polybag semai, mulsa, pupuk kandang sapi, pupuk NPK Phonska 15:15:15, pupuk Urea, pupuk KCl, dan pupuk daun Mamigro N, cocopeat, dan pestisida (insektisida dan fungisida).

Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) terdiri dari 15 genotipe labu tipe crookneck (G01, G02, G03, G04, G05, G06, G07, G08, G09, G10, G11, G12, G13, G14, G15) diulang sebanyak 3 kali. Masing-masing petak percobaan terdiri dari 20 tanaman sehingga jumlah tanaman yang ditanam sebanyak 900 tanaman. Pengamatan dilakukan pada variabel-variabel kuantitatif.

Variabel pengamatan dalam penelitian ini adalah panjang tanaman (cm), diameter batang (cm), panjang daun (cm), lebar daun (cm), umur berbunga (HST), umur panen

(3)

(HST), panjang buah (cm), diameter buah (cm), tebal daging buah (cm), rasa manis buah (0Brix), ketegaran buah (lbf), bobot buah rata-rata (kg), bobot buah per plot (kg), potensi hasil (ton. ha-1)

Data yang didapatkan dari hasil pengamatan selanjutnya akan dilakukan analisis dengan menggunakan analisis ragam (ANOVA) dan dilakukan dengan uji F hitung. Apabila perlakuan menunjukkan pengaruh beda nyata maka dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%. Rerata dari tiap variabel pengamatan diurutkan, lalu diberikan notasi berdasarkan nilai BNJ yang didapatkan. Sehingga dapat diketahui urutan genotipe dari yang terbaik hingga terburuk pada setiap variabel pengamatan tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara umum, pertumbuhan dan perkembangan tanaman labu mulai dari penyemaian sampai dengan munculnya buah menunjukkan kondisi baik. Penyulaman hanya dilakukan pada 8 tanaman. Serangan hama penyakit juga cukup rendah, sehingga hanya dilakukan 2 kali pengendalian. Akibat turun hujan hampir setiap hari, banyak buah yang jatuh sebelum waktu panen, serta membusuk bahkan saat masih di pertanaman. Kebanyakan buah rontok dan busuk saat memasuki fase pematangan buah atau sekitar 65 HST. Kegiatan pengamatan dilakukan pada karakter kuantitatif, yaitu panjang tanaman, diameter batang, panjang daun, lebar daun, umur berbunga, umur panen, panjang buah, diameter buah, lebar daging buah, ketegaran buah, rasa manis buah, berat buah rata-rata, berat buah per plot, dan potensi hasil. Hasil analisis data pada variabel tersebut dirangkum pada tabel 1.

Secara keseluruhan, perbedaan genotipe pada tanaman labu tipe crookneck memberikan perbedaan penampilan karakter yang sangat nyata. Koefisien keragaman

pada penelitian ini berkisar antara 1.16%

sampai 25.19%. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Suratman et al. (2000) tentang keragaman morfologi, nilai koefisien keragaman digolongkan rendah jika berada

Tabel 1. Hasil Analisis Ragam pada Berbagai Variabel Pengamatan

Variabel Pengamatan

Hasil Analisis

Koefisien Keragaman Panjang Tanaman ** 3.06%

Diameter Batang ** 5.62%

Panjang Daun ** 6.34%

Lebar Daun ** 4.48%

Umur Berbunga ** 2.54%

Umur Panen ** 1.16%

Panjang Buah ** 7.75%

Diameter Buah ** 7.09%

Tebal Daging Buah tn 16.68%

Ketegaran Buah ** 9.38%

Rasa Manis Buah ** 12.29%

Bobot Buah Rata- rata

** 11.53%

Bobot Buah Per Plot ** 25.18%

Potensi Hasil ** 25.19%

Keterangan : (tn) tidak berbeda nyata, (*) berbeda nyata, (**) sangat berbeda nyata.

pada interval 0.1% - 25%, sedang pada interval 25.1% - 50%, dan tinggi jika lebih dari 50.1%, Maka koefisien keragaman pada penelitian ini termasuk pada golongan sedang. Pradipta et al. (2010) menyatakan bahwa koefisien keragaman menunjukkan besarnya pengaruh lingkungan terhadap peubah yang diamati. Semakin kecil nilai KK maka pengaruh lingkungan terhadap peubah juga semakin kecil. Nilai koefisien keragaman yang paling rendah ada pada variabel umur panen yaitu 1.16%, sedangkan yang paling tinggi ada pada variabel potensi hasil yaitu 25.19%. Berdasarkan teori tersebut, maka umur panen tanaman labu hanya sedikit dipengaruhi oleh lingkungan, sedangkan potensi hasil tanaman labu banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Pada penelitian ini diamati 14 variabel kuantitatif, dan dari ke- 14 vaiabel yang diuji hanya 1 variabel yang menunjukkan hasil analisis tidak berbeda

(4)

nyata. Satu variabel ini adalah lebar daging buah. Sedangkan hasil analisis menunjukkan perbedaan genotipe berpengaruh terhadap perbedaan diameter buah. Hal ini menunjukkan bahwa, pada tanaman labu, semakin lebar diameter buah tidak diikuti

dengan semakin lebar daging buah. Maka dengan terjadinya hal seperti ini, semakin lebar diameter buah diikuti pula dengan semakin lebar rongga biji yang ada di dalam buah.

Tabel 2. Rerata Variabel panjang tanaman, diameter batang, panjang daun, lebar daun, umur berbunga, dan umur panen 15 Genotipe Labu yang Diuji

Genotipe

Rerata Panjang

tanaman (cm)

Diameter batang

(cm)

Panjang daun (cm)

Lebar daun (cm)

Umur berbunga

(HST)

Umur panen (HST)

G01 484.29b 1.34a 21.07ab 24.54b 53.33c 89.67b

G02 506.46b 1.45b 21.57ab 20.72a 50.67b 88.33ab

G03 565.96c 1.19a 19.18a 24.45b 51.67b 89.33b

G04 590.25cd 1.24a 23.87b 23.21b 48.67b 86a

G05 479.58b 1.5b 20.44a 20.15a 50.33b 89.67b

G06 478.41b 1.56b 22.86ab 20.89a 51.33b 90.33b

G07 612.58d 1.41ab 21.51ab 23.42b 52.33bc 90.33b

G08 569.91c 1.66b 18.87a 23.49b 46.67a 85.67a

G09 626.83de 1.48b 24.72b 21.11a 55c 93.67c

G10 577.53cd 1.44ab 20.22a 22.06ab 44.33a 86a

G11 422.16a 1.53b 20.15a 19.98a 43.33a 85.67a

G12 553.12c 1.36a 23.02ab 22.63ab 55.67c 93.67c

G13 614.71d 1.56b 22.48ab 22.46ab 56c 93.33c

G14 585.95cd 1.32a 19.44a 21.08a 53.67c 93.67c

G15 679.04e 1.33a 23.2b 24.09b 56c 94c

Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada satu kolom menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Beda Nyata Jujur taraf 5%.

Pada variabel panjang tanaman.

Tanaman labu merupakan tanaman merambat yang ukurannya sangat panjang.

Menurut Paris dan Rebecca (2005), tanaman labu merupakan tanaman merambat yang besar dan panjang, bersifat indeterminant serta memiliki internodes yang panjang.

Tanaman yang paling panjang terdapat pada tanaman dengan genotipe G15 yaitu 679.4 cm. Sedangkan tanaman yang paling pendek terdapat pada tanaman dengan genotipe G11 yaitu 422.16 cm. Hal ini dapat terjadi karena penampilan fenotipe suatu tanaman dipengaruhi oleh interaksi antara faktor lingkungan dan faktor genetik. Jika suatu tanaman ditanam pada suatu kondisi lingkungan yang sama, namun berdasarkan analisis statistik menunujukkan adanya

perbedaan yang nyata antar tanaman tersebut, hal ini berarti komposisi genetik dari beberapa tanaman tersebut terdapat perbedaan. Menurut Syukur, Sujiprihati, dan Yunianti (2015), Penampilan individu suatu tanaman dipengaruhi oleh faktor genetik, faktor lingkungan dan interaksi antara kedua faktor tersebut. Jika lingkungan tumbuh dari tiap genotipe tanaman tersebut sama, maka perbedaan karakter lebih disebabkan oleh faktor genetik. Sementara pada variabel diameter batang, hasil analisis juga menunjukkan adanya pengaruh nyata faktor genetik terhadap fenotip tanaman labu tipe crookneck.

Komponen dasar penyusun luas daun adalah panjang dan lebar daun. Menurut Afiat dan Kastono (2017), Luas daun sangat

(5)

berpengaruh terhadap jumlah fotosintat yang dihasilkan oleh tanaman. Semakin meningkat luas daun maka semakin tinggi penyerapan cahaya pada daun. Semakin tinggi penyerapan cahaya pada daun akan meningkatkan tingkat fotosintesis dan menghasilkan fotosintat yang tinggi pula.

Pada variabel panjang daun, hasil analisis statistik juga menunjukkan perbedaan yang nyata. Daun pada tanaman labu terkadang memiliki sedikit warna silver yang melekat pada tulang daun, menurut Paris dan Rebecca (2005), hal ini disebabkan oleh dominansi alel M.

Variabel umur berbunga tanaman diukur dengan waktu munculnya bunga betina saat sudah 50% dari populasi. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa waktu yang dibutuhkan tanaman untuk mencapai fase generatifnya. Hanya waktu muncul bunga betina saja yang diamati karena ke 15 genotipe merupakan tanaman berumah dua, dan bakal buah hanya terdapat

pada bunga betina saja (Sudarto, 1993).

Variabel umur panen ditentukan apabila warna buah sudah berwarna pucat. Tanaman yang memiliki umur panen yang cepat akan lebih menguntungkan karena efisien dalam pemanfaatan waktu. Menurut Hanna (2015), tanaman labu memasuki fase panen pada 90 sampai 130 HST. Namun tentu saja diperlukan variabel lain sebagai pertimbangan, terutama variabel potensi hasil. Genotipe yang memiliki umur panen pendek adalah G08, G11, G04, dan G10.

Sedangkan tanaman dengan umur panen panjang terdapat pada tanaman dengan genotipe G15, G14, G12, G09, dan G13.

Umur panen suatu tanaman juga dipengaruhi oleh umur berbunga suatu tanaman. Menurut Ramjan dan Mohd (2018), kematangan suatu buah salah satunya dipengaruhi oleh suhu.

Pada tanaman buah, suhu yang tinggi akan menyebabkan buah untuk cepat matang. Hal ini berarti umur panen akan lebih singkat.

Tabel 3. Rerata Variabel panjang buah, diameter buah, ketegaran buah, rasa manis buah, bobot buah rata-rata, bobot buah per plot, potensi hasil

Genotipe

Rerata Panjang

buah (cm)

Diameter buah (cm)

Ketegaran buah (lbf)

Rasa manis buah (Brix)

Bobot buah rata-

rata (kg)

Bobot buah per

plot (kg)

Potensi hasil (ton.ha-1)

C 41.91c 13.64a 15.55b 4.83ab 2.3ab 13.74a 18.32a

G01 34.64b 13.41a 10.61a 3.88a 2.59b 34.56b 46.08b

G02 25.23a 16.79b 13.83a 4.04a 2.33ab 34.76b 46.34b

G03 32.47a 15.4b 10.86a 3.63a 2.73b 36.8b 49.06b

G04 29.88a 15.08b 16.3bc 4.96ab 1.95a 22.62ab 30.16ab

G05 28.4a 14.16ab 20.36c 5.5b 1.68a 22.11ab 29.48ab

G06 40.31b 13.93ab 18.91bc 5.04ab 2.4b 32.98ab 43.96ab

G07 40.61b 14.6b 12.67a 5.17ab 1.77a 24.03ab 32.03ab

G08 30.29a 16.54b 16.51bc 6b 2.02ab 28.74ab 38.31ab

G09 36.23b 12.75a 12.54a 4.63ab 2.23ab 28.13ab 37.5ab

G10 26.69a 11.34a 20.1c 5.89b 1.59a 26.24ab 34.98ab

G11 28.56a 13.39a 15.08b 4.88ab 1.88a 34.19ab 45.59ab

G12 29.09a 16b 14.18a 4.5ab 2.27ab 28.19ab 37.59ab

G13 33.48b 11.5a 13.55a 4.96ab 1.87a 14.14a 18.85a

G14 26.31a 14.51b 13.76a 4.58ab 2.24ab 17.9ab 23.86ab

Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada satu kolom menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Beda Nyata Jujur taraf 5%.

(6)

Variabel selanjutnya adalah panjang dan diameter buah. Hasil analisis ragam menunjukkan adanya perbedaan yang nyata.

Hal ini berarti faktor genetik yang menyebabkan perbedaan tersebut karena semua genotipe ditanam pada kondisi lingkungan yang sama. Menurut Paris dan Rebecca (2005), Ukuran buah baik panjang dan diameter buah merupakan karakter poligenik. Yaitu satu karakter dikendalikan oleh banyak gen. Bentuk buah labu dikendalikan oleh gen Bn. Apabila gen Bn bersifat dominan homozigot, maka buah labu akan berbentuk butternut. Namun buah labu akan berbentuk crookneck apabila gen Bn bersifat resesif homozigot.

Tingkat ketegaran buah diukur dengan menggunakan penetrometer dalam satuan lbf. Buah dengan nilai ketegaran tinggi adalah genotipe G05 dan G10. Sedangkan yang rendah adalah G01, G03, G09, G07, G13, G14, G02, dan G12. Menurut Setyabudi (2010), ketegaran buah merupakan salah satu indikator fisik dalam menentukan umur panen buah. Semakin keras buah maka umur buah semakin tua. Selain itu, ketegaran buah dipengaruhi oleh zat pektin didalamnya.

Menurut Billy et al., (2008) pada penelitiannya pada buah apel, pektin dan kekerasan buah memiliki korelasi yang positif. Semakin tinggi kandungan pektin pada buah maka semakin tinggi tingkat kekerasan buah tersebut.

Variabel selanjutnya adalah rasa manis buah. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata. Tingkat rasa manis buah diukur dengan menggunakan refraktometer dalam satuan

0Brix. Buah dengan nilai 0Brix tinggi terdapat pada tanaman dengan genotipe G08, G10, dan G05. Sedangkan rerata buah dengan nilai 0Brix rendah terdapat pada tanaman bergenotipe G03, G01, dan G02. Semakin tinggi nilai 0Brix suatu buah, maka buah tersebut semakin manis. Menurut Ramjan dan Mohd (2018), rasa manis buah dapat dipengaruhi oleh suhu. Tanaman buah yang ditanam pada kondisi suhu yang cenderung tinggi rasa manisnya akan lebih tinggi daripada tanaman buah yang ditanam pada suhu normal.

Variabel selanjutnya adalah variabel variabel yang menjadi pertimbangan utama dalam topik penelitian uji daya hasil. Yaitu berat buah rata-rata, berat buah per plot, dan potensi hasil. Ketiga variabel ini menjadi pertimbangan utama dikarenakan nilai ekonomis dari suatu buah ada di beratnya, karena buah umumnya dijual dengan metode harga per kilogram. Jadi, semakin tinggi hasil dari suatu tanaman, maka semakin besar pula peluang mendapatkan keuntungan.

Namun tidak serta merta hanya ketiga variabel ini yang menjadi pertimbangan.

(a) (b)

Gambar 1. Foto Buah Labu G15 (a), dan Buah Labu G02 (b)

(7)

Ada variabel variabel lain yang menggambarkan preferensi konsumen seperti rasa manis buah, ketegaran buah, panjang dan diameter buah. Serta ada juga variabel yang menggambarkan preferensi petani seperti umur berbunga, dan umur panen. Menurut Ahamed et al. (2011), berat buah labu berkisar antara 1kg sampai 10kg.

Variabel selanjutnya adalah berat buah per plot. Tidak hanya berat buah rerata saja yang perlu diamati, namun berat buah per plot juga. Hal ini dikarenakan apabila berat buah rata-rata digunakan untuk mengetahui karakter buah secara individu, maka berat buah per plot ini digunakan untuk mengetahui karakter tanaman pada suatu populasi, atau dengan kata lain digunakan untuk mengetahui seberapa besar produksi dari suatu varietas tanaman. Hal demikian dapat terjadi dikarenakan berat buah per plot merupakan salah satu komponen yang digunakan untuk menentukan potensi hasil dari suatu varietas. Tanaman yang memiliki berat buah per plot tinggi adalah G03, G02, dan G01. Sedangkan tanaman yang memiliki bobot buah per plot rendah terdapat pada tanaman bergenotipe G15 dan G13. Pada musim tanam kali ini, produksi tanaman tidak maksimal. Hal ini dikarenakan banyak buah yang rontok dan membusuk sebelum panen akibat curah hujan yang tinggi. Menurut BMKG (2020), curah hujan di Kab. Malang pada bulan Maret 2020 berkisar antara 300 sampai 400 mm. Curah hujan ini termasuk pada golongan curah hujan tinggi. Sifat hujan pada bulan tersebut juga berkisar antara 85 sampai 115%. Sifat hujan ini termasuk pada golongan sifat hujan normal. Variabel yang terakhir adalah potensi hasil. Hasil analisis ragam potensi hasil tidak jauh berbeda dengan berat buah per plot. Bahkan hasil analisis uji lanjutnya pun juga tidak berbeda.

Hal ini disebabkan karena berat buah per plot merupakan komponen utama dalam menentukan potensi hasil. Menurut Osman

(2014), potensi hasil tanaman labu berkisar antara 13.2 sampai 22.6 ton/ha. Berdasarkan literatur tersebut, maka genotipe tanaman labu yang memiliki potensi hasil tinggi adalah G01, G02, G03, G04, G05, G06, G07, G08, G09, G10, G11, G12, dan G14.

SIMPULAN

Tanaman labu dengan nomor genotipe G08 merupakan genotipe yang paling berpotensi untuk dilepas sebagai varietas hibrida baru. Hal ini dikarenakan berdasarkan variabel-variabel yang diamati, tanaman dengan nomor genotipe G08 memiliki banyak keunggulan. Keunggulan - keunggulan tersebut diantaranya umur panen yang cepat, tanaman yang kokoh dengan diameter yang besar, rasa buah yang manis, buah memiliki diameter yang besar, serta potensi hasil yang cukup tinggi yaitu 38.31 ton/ha. Selain G08, genotipe lain yang berpotensi untuk dilepas sebagai varietas hibrida baru adalah G02, G07, G09, dan G12. Genotipe-genotipe ini dinilai berpotensi karena dari seluruh variabel yang diamati, menunjukkan keunggulan pada beberapa variabel dibandingkan dengan genotipe lainnya. Keunggulan tersebut diantaranya terdapat pada variabel diameter buah, rasa manis buah, ketegaran buah, bobot buah rata-rata, bobot buah per plot, dan potensi hasil.

DAFTAR PUSTAKA

Afiat, R., dan D. Kastono. 2017. Tanggapan Padi Lokal (Oryza sativa (L.) Melati Menoreh terhadap Sistem Budidaya Semi Organik dengan Populasi Berbeda di kalibawang, Kulon Progo. J.

Vegetalika. 6(2): 40 - 54.

Ahamed, K.U., B. Akhter, M.R. Islam, N. Ara and M.R. Humauan. 2011. An Assessment Of Morphology and Yield Characteristics of Pumpkin (Cucurbita moschata) Genotypes in Northern Bangladesh. Bangladesh Agricultural Research Institute: Tropical Agricultural Research & Extension 14(1)

(8)

Billy, L., E.Mehinagic, G. Royer, C.M.G.C.

Renard, G. Arvisenet, C. Prost, and F.

Jourjon. 2008. Relationship between Texture and Pectin Composition of Two Apple Cultivars during Storage. J.

Postharvest Biology and Technology 47:

315-324

BMKG. 2020. Analisis Curah Hujan dan Sifat

Hujan Maret 2020.

https://www.bmkg.go.id/iklim/informasi- hujan-bulanan.bmkg?p=analisis-curah- hujan-dan-sifat-hujan-maret-

2020&lang=ID. Diakses pada 27 Juni 2020

Hanna, H . Mark, Danielle Polk, Kurt A.

Rosentrater, Brian L. Steward. 2015.

Factors Affecting Cucurbit Production.

Iowa State University: New Orleans, Louisiana.

Kementrian Pertanian Republik Indonesia.

2018. Statistik Pertanian 2018 (Agricultural Statistics). Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementrian Pertanian Indonesia. p 135.

Osman, A. S., Rewaa S. El-Shatouri. 2014.

Stimulation Growth and Productivity Of Cucurbita moschata under Reclaimed Saline Soil Condition by Using Sulphur Soil Application and Ascorbic Acid Foliar Spray. Journal of Plant Production, Mansoura Univ. 5(10): 1703 – 1715.

Paris, H., S., dan Rebecca, N., B. 2005. The Genes of Pumpkin and Squash.

Horticultural Science. 40(6):1620-1630.

Pradipta, A. 2010. Evaluasi daya hasil empat hibrida cabai (Capsicum annum L.) IPB di kebun percobaan IPB Leuwikopo.

Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Ramjan, M. D. and Mohd Talha Ansari. 2018.

Factors Affecting of Fruits, Vegetables and Its Quality. Journal of Medicinal Plants Studies 2018; 6(6): 16-18

Setyabudi, A. Dondy. 2010. Bangsal Penanganan Pascapanen Buah.

Teknologi Penanganan Pascapanen Buah untuk Pasar. p 50.

Sudarto, Y. 1993. Budidaya Waluh. Kanisius:

Yogyakarta.

Suratman, D. Priyanto, A. D. Setyawan. 2000.

Analisis keragaman genus Ipomea berdasarkan karakter morfologi.

Biodiversitas 1:72-79.

Syukur, M., Sujiprihati, dan Yunianti, R. 2015.

Teknik Pemuliaan Tanaman. Jakarta Penebar Swadaya

Referensi

Dokumen terkait

Genotipe tetua IPB C5 memiliki daya gabung umum terbaik untuk karakter diameter batang, panjang daun, lebar daun, bobot per buah, diameter buah, tebal kulit buah, umur

Hasil penelitian yang telah dilakukan memperlihatkan galur tanaman dan varietas pembanding berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, diameter batang, umur berbunga,

Genotipe tetua IPB C5 memiliki daya gabung umum terbaik untuk karakter diameter batang, panjang daun, lebar daun, bobot per buah, diameter buah, tebal kulit buah, umur

Nilai persentase kemajuan genetik harapan yang tinggi terdapat pada beberapa karakter yaitu umur panen, lebar tajuk, diameter batang, panjang daun, lebar daun, panjang

Nilai persentase kemajuan genetik harapan yang tinggi terdapat pada beberapa karakter yaitu umur panen, lebar tajuk, diameter batang, panjang daun, lebar daun, panjang

Nilai persentase kemajuan genetik harapan yang tinggi terdapat pada beberapa karakter yaitu umur panen, lebar tajuk, diameter batang, panjang daun, lebar daun, panjang

Karakter yang diamati adalah umur berbunga jantan, umur berbunga betina, tinggi tanaman, tinggi tongkol, diameter batang, sudut daun, panjang daun, lebar daun,

Perameter tinggi tanaman, tinggi dikotomus, diameter batang, panjang daun, lebar daun, panjang buah, diameter buah, umur berbunga, umur panen, bobot per buah, jumlah