• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan Persediaan Bahan Baku Produk RA2-021 dan RA2- 023 Menggunakan Metode Economic Order Quantity pada PT. XYZ

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Perencanaan Persediaan Bahan Baku Produk RA2-021 dan RA2- 023 Menggunakan Metode Economic Order Quantity pada PT. XYZ"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Perencanaan Persediaan Bahan Baku Produk RA2-021 dan RA2- 023 Menggunakan Metode Economic Order Quantity pada PT. XYZ

Faidah Ofiana1, Ade Momon S2

1,2Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Singaperbangsa Karawang Indonesia

*Koresponden email: [email protected]1, [email protected]2

Diterima: 8 November 2022 Disetujui: 19 November 2022

Abstract

Inventory is one of the important factors to achieve a smooth production process so as to encourage efforts to achieve company goals. Inventory control efforts aim to expedite the company's operations and meet customer satisfaction. PT. XYZ is a multi-national company that produces traditional medicinal products and processed food. The superior product produced is the FA-005 product, the product consists of the main raw materials, namely RA2-021 and RA2-023 products. The FA-005 product experienced problems in the production process due to a shortage of raw materials so that the production process was hampered. This study aims to plan product inventory RA2-021 and RA2-023 using the Economic Order Quantity (EOQ) method. This research was conducted by interview method and direct observation on the inventory control warehouse, and production. The results of calculations using the Economic Order Quantity (EOQ) method show that the optimal order value in one order is 53,537 liters of RA2-021 product and 149,358 liters of RA2-023 product, the safety stock value of RA2-021 product is 9,900 liters and RA2-023 product is 27,694 liters, the reorder point value for RA2-021 products is 15,900 liters and RA2-023 products are 44,479 liters.

By using the Economic Order Quantity (EOQ) method, it can be seen that the value of inventory costs on the RA2-021 product is Rp. 143,758,314 and the value of inventory costs on the RA2-023 product is Rp.

401,054,193.

Keywords: raw material, economic order quantity, safety stock, reorder point, total inventory cost

Abstrak

Persediaan merupakan salah satu faktor penting untuk mencapai kelancaran proses produksi sehingga mendorong upaya pencapaian tujuan perusahaan. Upaya pengendalian persediaan bertujuan untuk memperlancar jalannya operasi perusahaan serta dapat memenuhi kepuasan pelanggan. PT. XYZ merupakan perusahaan multi nasional yang menghasilkan produk obat tradisional dan pangan olahan.

Produk unggulan yang dihasilkan yaitu produk FA-005, produk tersebut terdiri dari bahan baku utama yaitu produk RA2-021 dan RA2-023. Produk FA-005 mengalami kendala dalam proses produksi yang disebabkan karena kekurangan bahan baku sehingga proses produksi terhambat. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan perencanaan persediaan produk RA2-021 dan RA2-023 menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ). Penelitian ini dilakukan dengan metode wawancara dan observasi langsung pada bagian inventory control, warehouse, dan produksi. Hasil perhitungan menunjukkan nilai pemesanan optimal dalam sekali pesan produk RA2-021 sebanyak 53.537 liter dan produk RA2-023 sebanyak 149.358 liter, nilai safety stock produk RA2-021 sebanyak 9.900 liter dan produk RA2-023 sebanyak 27.694 liter, nilai reorder point atau titik pemesanan ulang produk RA2-021 sebanyak 15.900 liter dan produk RA2-023 sebanyak 44.479 liter. Dengan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) dapat diketahui nilai biaya persediaan pada produk RA2-021 sebesar Rp. 143.758.314 serta nilai biaya persedian pada produk RA2-023 sebesar Rp. 401.054.193.

Kata Kunci: bahan baku, persediaan, economic order quantity, safety stock, reorder point, biaya persediaan

1. Pendahuluan

Setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya memiliki maksud dan tujuan utama yaitu untuk memperoleh laba atau keuntungan serta memenuhi kepuasan pelanggan. Dalam sebuah perusahaan manufaktur, berbagai faktor dapat mempengaruhi seberapa baik upaya yang dicapai untuk mencapai tujuan perusahaan, salah satu faktor tersebut adalah kelancaran proses produksi [1]. Proses produksi adalah cara untuk membuat sesuatu agar dapat dijual atau digunakan. Untuk melakukannya dengan baik, perlu menggunakan sumber daya yang tepat, membuat segala sesuatunya secara efisien, dan menjaga biaya tetap

(2)

rendah [2]. Salah satu faktor yang mempengaruhi kelancaran proses produksi adalah ketersediaan bahan baku yang diolah dalam proses produksi[3]. Bahan baku ialah suatu komponen utama yang akan membentuk produk jadi melalui suatu proses pengolahan. Persediaan bahan baku merupakan salah satu elemen kunci agar tetap siap digunakan pada saat dibutuhkan, salah satunya untuk melakukan proses produksi.

Persediaan adalah sumber daya atau stok barang yang menganggur di perusahaan yang menunggu untuk diproses lebih lanjut, seperti kegiatan produksi dalam sistem manufaktur [4]. Meskipun persediaan merupakan suatu stok barang yang menganggur dan dianggap sebagai waste keberadaannya tidak dapat dihiraukan. Dalam suatu perusahaan, persediaan menempati lebih dari 25% aset perusahaan bahkan dalam tingkat distributor dan ritel persediaan menempati sekitar 15% sampai 90% dari total nilai produk yang dimilikinya [5]. Secara umum persediaan perusahaan manufaktur terdiri dari bahan baku, bahan penolong, barang dalam proses (WIP), dan barang jadi [6]. Persediaan bahan baku dan persediaan dalam proses (barang setengah jadi) dilakukan penyimpanan dalam gudang sebelum memasuki proses produksi.

Sementara itu persediaan barang jadi atau barang dagang dilakukan penyimpanan untuk dijual atau dipasarkan [7]. Persediaan memerlukan aktivitas pengelolaan untuk dapat memenuhi kebutuhan dalam aktivitas perusahaan sehingga perlu dilakukannya suatu upaya pengendalian persediaan. Upaya pengendalian persediaan pada umumnya muncul karena terdapat suatu masalah kelebihan atau kekurangan persediaan. Kelebihan persediaan dapat menambah biaya-biaya yang tidak diperlukan. Sedangkan adanya kekurangan persediaan dapat mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan pelanggan [8]. Pada prinsipnya upaya pengendalian persediaan dalam suatu perusahaan dapat memudahkan jalannya proses operasi perusahaan untuk memproduksi barang-barang sesuai keinginan pelanggan.

Pengendalian persediaan merupakan suatu aktivitas dalam segala operasi produksi perusahaan yang saling berurutan erat satu dengan yang lain. Penting untuk merencanakan dan melaksanakan kebijakan pengendalian persediaan terlebih dahulu, baik dari segi waktu maupun kuantitas [9]. Pengendalian persediaan dalam perusahaan merupakan upaya yang penting dan kritis karena menyangkut investasi rupiah terbesar dalam persediaan aktiva lancar dan merupakan sumber pendapatan utama perusahaan. [10]. Upaya pengendalian persediaan dalam perusahaan dirancang untuk memenuhi permintaan pelanggan dengan cepat dan memelihara serta mengawasi untuk menghindari potensi kekurangan yang dapat menyebabkan produksi berhenti [11]. Solusi optimal dari pengendalian persediaan dipusatkan untuk menjamin persediaan dengan biaya seminimal mungkin [8].

Penentuan besarnya suatu persediaan penting dan berpengaruh bagi perusahaan karena akan berdampak langsung terhadap keuntungan atau laba suatu perusahaan. Sehingga agar perusahaan dapat memaksimalkan keuntungan dan meminimumkan biaya diperlukan penerapan kebijakan manajerial untuk mempertimbangkan optimalnya suatu persediaan [12]. Metode pengendalian persediaan dengan mempertimbangkan biaya penyimpanan dan pemesanan adalah metode EOQ (Economic Order Quantity).

Dengan menerapkan metode Economic Order Quantity (EOQ) maka dapat dihitung pula nilai safety stock, reorder point, serta total biaya persediaan yang optimal bagi perusahaan untuk menghindari kekurangan dan kelebihan persediaan [13].

PT. XYZ merupakan perusahaan manufaktur multi nasional yang saat ini menghasilkan 14 produk obat tradisional dan pangan olahan. Salah satu produk unggulan PT. XYZ dengan permintaan tertinggi tiap tahunnya adalah produk FA-005. Tingginya permintaan akan suatu produk menjadi peluang serta tantangan tersendiri bagi perusahaan, terutama untuk memenuhi permintaan pelanggan. Salah satu faktor penting yang mempengaruhi tercapainya tujuan dalam pemenuhan permintaan pelanggan yaitu kelancaran proses produksi. Ketersediaan bahan baku merupakan faktor kunci kelancaran proses produksi karena jalannya operasi produksi tergantung adanya bahan baku. Dalam melakukan pengadaan bahan baku, perusahaan tidak jarang menghadapi faktor eksternal yang dapat mempengaruhi jalannya proses produksi. Faktor- faktor tersebut yaitu keterlambatan supplier dalam mendistribusikan bahan baku serta kelangkaan bahan baku sehingga terjadi peristiwa saling menunggu bahan baku untuk dapat dilanjutkan ke tahap produksi.

Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi kualitas dari bahan baku karena produk PT. XYZ merupakan produk yang mengandung bahan baku alami yang pada umumnya memiliki ketahanan yang relatif singkat jika tidak segera dilakukan proses pengolahan. Produk FA-005 yang merupakan salah satu produk unggulan mengalami penurunan produksi karena bahan baku utama berupa bahan RA2-021 serta RA2-023 mengalami kelangkaan yang menyebabkan proses produksi terhambat. Didasari hal tersebut tujuan penelitian ini difokuskan kepada perencanaan persediaan bahan baku RA2-021 dan RA2-023 selama periode tahun 2022 untuk mengetahui nilai Economic Order Quantity (EOQ), Safety Stock, Reorder Point (ROP) serta Total Inventory Cost (TIC) guna meramalkan penjadwalan bahan baku untuk meminimalisir masalah yang timbul dalam persediaan serta untuk mencapai produksi yang diinginkan.

(3)

2. Metode Penelitian 2.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan di PT. XYZ berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dan observasi langsung pada bagian inventory control, warehouse, dan produksi. Selanjutnya data sekunder diperoleh dari pengambilan data peramalan (forecasting) permintaan produk untuk tahun 2022 yang berupa data perencanaan pemakaian bahan baku, data persediaan awal, serta data biaya persediaan.

Tabel 1. Data rencana pemakaian bahan baku 2022 Bulan RA2-021 (Liter) RA2-023 (Liter) Januari

Februari Maret

April Mei Juni Juli Agustus September

Oktober November Desember

13.492 12.265 13.492 11.529 11.039 13.001 13.492 13.737 13.982 14.227 14.718 15.945

41.052 37.320 41.052 35.081 33.588 39.559 41.052 41.798 42.545 43.291 44.784 48.516

Total 160.917 489.638

Sumber: PT. XYZ (2021)

Tabel 1 menunjukkan data perencanaan pemakaian bahan baku yang diperoleh dari proses forecasting permintaan produk pada tahun 2022.

Tabel 2. Data persediaan awal 2022

Bulan RA2-021 (Liter) RA2-023 (Liter) Januari

Februari Maret

April Mei Juni Juli Agustus September

Oktober November Desember

16.921 14.914 15.519 15.395 13.064 11.962 12.329 12.205 11.836 11.402 11.719 12.805

86.810 84.764 81.446 83.072 47.991 48.405 42.848 35.798 44.003 41.454 38.159 43.379

Total 16.921 86.810

Sumber: PT. XYZ (2021)

Tabel 2 menunjukkan data persediaan awal bahan baku yang diperoleh dari data stok akhir pada bulan Desember 2021 serta peramalan persediaan awal berdasarkan data stok akhir pada bulan sebelumnya.

Dari data perencanaan pemakaian bahan baku dan data persediaan awal bahan baku dapat diketahui total kebutuhan masing-masing bahan baku dalam satu tahun (2022).

Tabel 3. Data kebutuhan Raw

Material Total Pemakaian Total Persediaan Awal

Total Kebutuhan (Liter)

Total Kebutuhan (Kg)

RA2-021 160.917 16.921 143.996 115.197

RA2-023 489.638 86.810 402.829 322.263

Sumber: Pengolahan data (2021)

Tabel 3 menunjukkan data rekapitulasi kebutuhan bahan baku untuk periode 2022 yang diperoleh dari pengurangan data rencana pemakaian bahan baku periode 2022 dan data persediaan awal periode 2022.

(4)

Total kebutuhan dari masing-masing bahan baku kemudian dikonversi ke dalam satuan kg. Setelah dilakukan konversi satuan liter menjadi kg diperoleh total kebutuhan seluruh bahan baku sejumlah 437.460 kg. Konversi satuan digunakan untuk membantu menentukan total biaya pemesanan dan biaya penyimpanan bahan baku.

Tabel 4. Data biaya pemesanan Raw

Material

Biaya Telepon (Tahun)

Biaya Administrasi

(Tahun)

Biaya Ekspedisi (Tahun)

Biaya Bongkar (Tahun)

Total

RA2-021 Rp. 564.706 Rp. 352.941 Rp. 57.598.268 Rp. 48.382.545 Rp. 106.898.460 RA2-023 Rp. 564.706 Rp. 352.941 Rp. 161.131.540 Rp. 135.350.494 Rp. 297.399.681

Sumber: Pengolahan data (2021)

Tabel 4 menunjukkan data biaya pemesanan yang meliputi biaya telepon, biaya administrasi, biaya ekspedisi, dan biaya bongkar. Setelah menentukan total biaya pesan pada masing-masing bahan baku maka dapat ditentukan total biaya sekali pesan.

Tabel 5. Data biaya sekali pesan

Raw Material Total Frekuensi Biaya Sekali Pesan

RA2-021 Rp. 106.898.460 4 Rp. 26.724.615

RA2-023 Rp. 297.399.681 4 Rp. 74.349.920

Sumber: Pengolahan data (2021)

Setelah memperoleh total biaya pemesanan selanjutnya yaitu menentukan biaya sekali pesan. PT.

XYZ memesan bahan baku setiap 3 bulan sekali, sehingga dalam satu tahun pemesanan bahan baku dilakukan sebanyak 4 kali. Tabel 5 menunjukkan nilai biaya sekali pesan pada PT. XYZ. Rumus untuk menghitung biaya sekali pesan adalah sebagai berikut.

S= Total Biaya Pesan Frekuensi Pemesanan

Sehingga perhitungan biaya sekali pesan pada PT. XYZ adalah sebagai berikut.

S=Total Biaya Pesan 4

Tabel 6. Data biaya penyimpanan

Biaya Total

Biaya Sewa Gudang (Tahun) Rp. 300.000.000 Biaya Listrik (Tahun) Rp. 24.000.000

Air (Tahun) Rp. 12.000.000 Man Power Rp. 838.662.275

Total Rp. 1.174.662.275

Jumlah Unit (Kg) 437.460

Holding Cost Rp. 2.685

Sumber: Pengolahan data (2021)

Tabel 6 menunjukkan data biaya penyimpanan yang meliputi biaya sewa gudang, biaya listrik, biaya air, dan biaya manpower.

2.2 Pengolahan Data

a. Menghitung metode EOQ:

Setelah menentukan total kebutuhan bahan baku, biaya simpan dan biaya sekali pesan, selanjutnya dapat diketahui kuantitas pemesanan bahan baku optimal dengan metode Economic Order Quantity (EOQ) dengan rumus:

EOQ=√2DS H

(5)

EOQ menunjukkan jumlah barang setiap kali pesan, D adalah jumlah kebutuhan (unit per tahun), S adalah biaya pesanan setiap kali pesan, H adalah biaya penyimpanan (unit per tahun).

b. Menghitung Persediaan Pengaman (Safety Stock):

Rumus yang digunakan untuk menghitung persediaan pengaman adalah sebagai berikut:

SS=Z×d×l

SS menunjukkan persediaan pengaman, Z adalah faktor pengaman yang digunakan, d adalah rata-rata pemakaian, l adalah lead time.

Data rata-rata pemakaian diperoleh dari jumlah permintaan dibagi 360 hari (asumsi jumlah hari kerja dalam satu tahun)

Perusahaan diasumsikan menggunakan probabilitas sebesar 5% terjadinya stock out sehingga nilai Z sebesar 1,65 yang berasal dari tabel Z.

c. Menghitung Titik Pemesanan Ulang (Reorder Point):

Rumus yang digunakan untuk menghitung titik pemesanan ulang adalah sebagai berikut:

ROP=(d×l)+SS

ROP menunjukkan titik pemesanan kembali, d adalah rata-rata pemakaian, l adalah lead time, SS adalah safety stock.

d. Menghitung Total Inventory Control (TIC)

Dengan menerapkan metode EOQ dapat digunakan untuk memperoleh total biaya persediaan (TIC) dengan melakukan penjumlahan antara biaya pesan dan biaya simpan. Adapun rumusnya sebagai berikut:

𝑇𝐼𝐶 =𝐷 𝑄𝑆 +𝑄

2𝐻

TIC menunjukkan total biaya persediaan, D adalah jumlah kebutuhan (unit per tahun), Q adalah jumlah barang setiap kali pesan, S adalah biaya pesanan setiap kali pesan, H adalah biaya penyimpanan (unit per tahun).

3. Hasil dan Pembahasan

3.1 Hasil perhitungan metode EOQ

Penelitian yang dilakukan pada PT. XYZ meninjau persediaan bahan baku pada suatu produk. Bahan baku adalah persediaan yang disediakan oleh suatu perusahaan untuk proses operasional sehingga membentuk produk setengah jadi yang kemudian menjadi produk akhir perusahaan, yaitu barang jadi. [14].

Manajemen persediaan bahan baku di PT. XYZ dilakukan dengan metode Economic Order Quantity (EOQ).

Economic Order Quantity (EOQ) adalah suatu metode penentuan berapa banyak barang yang harus dipesan dalam setiap pemesanan sehingga total biaya persediaan serendah mungkin [15]. Dengan menerapkan metode EOQ maka jumlah barang yang dipesan setiap kali pemesanan akan selalu konstan [10]. Ada beberapa biaya persediaan yang terkait dengan penggunaan metode Economic Order Quantity (EOQ), seperti biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.

Biaya pemesanan ialah suatu biaya yang diadakan perusahaan untuk melakukan proses pemesanan yang meliputi biaya administrasi, biaya telepon, biaya pemrosesan pesanan dan seterusnya [16]. Biaya penyimpanan ialah biaya yang ditimbulkan berdasarkan adanya bahan baku yang disimpan dalam gudang [16]. Jumlah bahan RA2-021 dan RA2-023 yang harus dipesan setiap kali pesan adalah sebagai berikut:

EOQ RA2-021 =√2×143.996×Rp 26.724.615

Rp. 2.685 = 53.537 liter

EOQ RA2-023 =√2 × 402.829 × Rp 74.349.920

Rp. 2.685 = 149.358 liter 3.2 Hasil perhitungan persediaan pengaman (safety stock)

Selain menghitung nilai Economic Order Quantity (EOQ), perusahaan juga perlu menghitung nilai persediaan pengaman (safety stock) serta menghitung nilai titik pemesanan kembali bahan baku yang akan digunakan (Reorder Point). Persediaan pengaman (safety stock) merupakan suatu persediaan tambahan yang digunakan untuk melindungi dari potensi terjadinya peristiwa kekurangan bahan baku [17]. Safety

(6)

stock atau persediaan pengaman sangat berhubungan dengan lead time. Lead time merupakan waktu dari saat pesanan dilakukan sampai pesanan tersebut sampai ke gudang [18]. Jumlah persediaan pengaman bahan RA2-021 dan RA2-023 adalah sebagai berikut:

SS RA2-021=1,65×400×15= 9.900 liter SS RA2-023=1,65×1.119×15= 27.694 liter 3.3 Hasil perhitungan Reorder Point (ROP)

Reorder Point (ROP) adalah titik di mana upaya harus dilakukan untuk memesan bahan baku yang serupa. Oleh karena itu, kedatangan bahan baku yang dipesan dapat tepat pada saat safety stock sama dengan nol . Jumlah titik pemesanan ulang bahan RA2-021 dan RA2-023 adalah sebagai berikut:

ROP RA2-021=(400×15)+9.900=15.900 liter ROP RA2-023=(1.119×15)+27.694=44.479 liter 3.4 Hasil perhitungan total biaya persediaan

Dengan menerapkan metode Economic Order Quantity (EOQ) maka dapat ditentukan nilai total biaya persediaan bahan baku RA2-021 dan RA2-023 yaitu sebagai berikut:

TIC RA2-021=143.996

53.537 Rp. 26.724.615+53.537

2 Rp. 2.685 TIC RA2-021=Rp. 143.758.314

TIC RA2-023=402.829

149.358Rp. 74.349.920+149.358

2 Rp. 2.685 TIC RA2-023=Rp. 401.054.193

4. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada PT. XYZ dalam upaya pengendalian persediaan bahan baku RA2-021 dan RA2-023 menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) diperoleh nilai pemesanan optimal dalam sekali pesan produk RA2-021 sebanyak 53.537 liter, nilai pemesanan optimal dalam sekali pesan produk RA2-023 sebanyak 149.358 liter. Penggunaan metode Economic Order Quantity (EOQ) dapat diketahui nilai safety stock produk RA2-021 sebanyak 9.900 liter, nilai safety stock produk RA2-023 sebanyak 27.694 liter, hasil perhitungan safety stock dapat digunakan perusahaan untuk menghadapi permintaan yang tidak pasti. Setelah nilai safety stock ditentukan maka dapat ditentukan pula nilai reorder point atau titik pemesanan ulang. Produk RA2-021 harus melakukan pemesanan ulang apabila jumlah produk telah mencapai 15.900 liter, produk RA2-023 harus melakukan pemesanan ulang apabila jumlah produk telah mencapai 44.479 liter. Penggunaan metode Economic Order Quantity (EOQ) dapat diketahui nilai biaya persedian pada produk RA2-021 sebesar Rp. 143.758.314, nilai biaya persediaan pada produk RA2-023 sebesar Rp. 401.054.193.

5. Referensi

[1] R. A. Manajemen, I. Panca, and B. Pontianak, “Persediaan Barang Dagang Pada Perusahaan Air Minum Mineral di Kota Pontianak,” Diterbitkan Oleh Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Pontianak, vol. 26, 2016.

[2] D. Hilary and I. Wibowo, “Pengaruh Kualitas Bahan Baku dan Proses Produksi Terhadap Kualitas Produk PT. Menjangan Sakti,” Jurnal Manajemen Bisnis Krisnadwipayana, vol. 9, no. 1, Apr. 2021, doi: 10.35137/jmbk.v9i1.518.

[3] Windra, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pencapaian Kinerja Operasional Di CV Tunggal Jaya,” PERFORMA: Jurnal Manajemen dan Start-Up Bisnis, vol. 5, no. 5, 2020.

[4] N. Dzikrillah, H. Hardi Purba, D. Suwazan, and N. Wahjoedi, “Pengendalian Persediaan Melalui Penentuan Produk Strategi,” Jurnal Teknik Industri, vol. 9, no. 021, p. 31935454, 2016.

[5] D. Ayuningtyas and L. Nafisah, “Pengendalian Persediaan Probabilistik Produk Substitusi dengan Permintaan sebagai Fungsi Harga,” Jurnal Teknik Industri, vol. 16, no. 1, 2021.

[6] S. E. Haobenu, A. E. L. Nyoko, A. Molidya, and R. E. Fanggidae, “Perencanaan Persediaan Bahan Baku pada UMK Tiga Bersaudara Kota Kupang dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ),”

(7)

Reviu Akuntansi, Manajemen, dan Bisnis, vol. 1, no. 2, pp. 61–75, Dec. 2021, doi:

10.35912/rambis.v1i2.653.

[7] R. Dwinanto, P. Moengin, and S. Adisuwiryo, “Perancangan Sistem Pendukung Keputusan Untuk Pengendalian Persediaan Bahan Baku pada PT. Batarasura Mulia,” Jurnal Teknik Industri, vol. 7, no. 3, 2017.

[8] S. Batubara and Z. Rahmirda, “Penerapan Vendor Managed Inventory (VMI) Dan Genetic Algorithm (Ga) dalam Menentukan Ukuran Lot Optimal Antara Pemasok Tunggal dan Multi Pembeli Untuk Multi Produk,” Jurnal Teknik Industri, vol. 7, no. 3, 2017.

[9] Harly I. Unsulangi, Arrazi Hasan Jan, and Ferdinand J. Tumewu, “Analisis Economic Order Quantity (Eoq) Pengendalian Persediaan Bahan Baku Kopi pada PT. Fortuna Inti Alam,” 51 Jurnal EMBA, vol. 7, no. 1, pp. 51–60, 2019.

[10] F. Mustafa Tiloly and R. Vikaliana, “Analisis Rencana Implementasi dengan Metode EOQ Pada Manajemen Persediaan Material,” Journal of Business and Economics Research (JBE), vol. 3, no.

2, pp. 238–246, 2022, doi: 10.47065/jbe.v3i2.1753.

[11] E. P. Lahu, Enggar, P. Lahu, and J. S. B. Sumarauw, “Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Guna Meminimalkan Biaya Persediaan Pada Dunkin Donuts Manado,” Jurnal EMBA, vol. 5, no. 3, pp. 4175–4184, 2017, [Online]. Available: http://kbbi.web.id/optimal.

[12] C. W. Oktavia and C. Natalia, “Analisis Pengaruh Pendekatan Economic Order Quantity terhadap Penghematan Biaya Persediaan,” Jurnal PASTI, vol. 15, no. 1, p. 103, Jun. 2021, doi:

10.22441/pasti.2021.v15i1.010.

[13] K. Hidayat, J. Efendi, and R. Faridz, “Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Kerupuk Mentah Potato Dan Kentang Keriting Menggunakan Metode Economic Order Quantity (EOQ),”

Performa: Media Ilmiah Teknik Industri, vol. 18, no. 2, Feb. 2020, doi:

10.20961/performa.18.2.35418.

[14] Hendrawati, “Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Dengan Metode Eoq (Economic Order Quantity ) Pada Pt. Inti Kiat Alam,” Jurnal Manajemen, vol. 5, no. 1, 2017.

[15] Astuti Widi Ayu I Gusti, Cipta Wayan, and Meitriana Ary Made, “Penerapan Metode Economic Order Quantity Persediaan Bahan Baku pada Perusahaan Kopi Bubuk Bali Cap ‘Banyuatis,’” Jurnal Pendidikan Ekonomi Undiksha, vol. 4, no. 1, 2013.

[16] T. Christiando Putera, S. S. Pangemanan, and L. D. Latjandu, “Menggunakan Metode Economic Order Quantity (EOQ) Pada CV. Victorina Tondano Increasing Cost Efficiency Of Raw Materials Using Economic Order Quantity (EOQ) Method In CV. Victorina Tondano,” Jurnal EMBA, vol. 9, no. 2, pp. 1051–1062, 2021.

[17] M. A. Bora and V. Nugroho, “Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Makanan di Restoran Hotel XXX,” Jurnal Kreatif Industri, vol. 3, no. 1, pp. 2541–2647, 2019.

[18] Artawan Wayan I, “Analisis Ketepatan Waktu dalam Pemesanan Bahan Baku Dengan Metode Re Order Point (ROP) Pada Rumah Makan Janggar Ulam di Kecamatan Ubud,” Jurnal Pendidikan Ekonomi Undiksha , vol. 5, no. 1, 2015.

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap ini, output software LINGO dan hasil dari model Algoritma Genetik dianalisis untuk melihat apakah model dapat membantu pihak perusahaan dalam meminimasi

Sudah cukup baik, namun tidak mendorong pemilik lahan milik melakukan upaya konservasi sehingga penerapannya tidak efektif 30 Peraturan Daerah No.23 Tahun 2003 tentang

M AHMILIA , F. Perubahan nilai gizi tepung eceng gondok fermentasi dan pemanfaatannya sebagai ransum ayam pedaging. Eceng gondok merupakan salah satu tanaman air yang banyak tumbuh

Upaya pendisiplinan di SMPN 3 Surakarta dapat dianalisis menggunakan teori disiplin dan hukuman Michel Foucault karena dalam pendisiplinan atau membentuk

prosedur pelaksanaan pemberian Kredit Kepemilikan Rumah di PT. Bank Tabungan Negara cabang pembantu Bubutan – Surabaya. 1.5.2 Bagi Pembaca. Dapat memberikan informasi yang

c) Tim survey tersebut kemudian melakukan survey harga berdasarkan komponen kebutuhan hidup buruh atau pekerja lajang sebagaimana tercantum dalam

Hasil penelitian menunjukkan bahwa seba- gian besar bayi, yakni sebanyak 51 (87,9%) ti- dak mengalami diare dengan ibu yang memiliki cara pencucian botol susu yang baik serta tempat

Dari hasil analisis keselamatan termohidrolika dapat disimpulkan bahwa iradiasi pelat EBU U-7Mo/Al dan U-6Zr/Al yang dilaksanakan secara bersamaan di dalam stringer