• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH DI KELURAHAN RAPPOKALLING KECAMATAN TALLO KOTA MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "STUDI PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH DI KELURAHAN RAPPOKALLING KECAMATAN TALLO KOTA MAKASSAR"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH DI KELURAHAN RAPPOKALLING KECAMATAN TALLO

KOTA MAKASSAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S.T)

Oleh :

TRY SUTRISNO NIM 45 11 042 105

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR 2017

(2)

SKRIPSI

STUDI PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH DI KELURAHAN RAPPOKALLING KECAMATAN TALLO KOTA

MAKASSAR

Disusun dan Diajukan Oleh TRY SUTRISNO

45 11 042 105 Menyetujui : Pembimbing I

Dr. Ir. Syahriar Tato, MS, MH, MM.

NIDN: 09-180269-02

Pembimbing II

S. Kamran Aksa, ST, MT.

NIDN : 09-110771-02

Mengetahui Dekan

Fakultas Teknik

Dr. Hamsina, ST,. M.Si NIDN : 09-240676-01

Ketua Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota

Jufriadi, ST,. MSP NIDN : 09-310168-02

(3)

HALAMAN PENERIMAAN

Berdasarkan surat keputusan Dekan Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar, Nomor : 022/PWK/FT/BOSOWA/III/2017 pada tanggal 27 Maret 2017 tentang PANITIA DAN PENGUJI TUGAS AKHIR MAHASISWA JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA, maka : Pada Hari/Tanggal : Senin, 27 Maret 2017

Skripsi : Try Sutrisno Nomor Pokok : 45 11 042 105

Telah diterima dan disahkan panitia ujian Skripsi Sarjana Negara Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar, telah dipertahankan dihadapan penguji Ujian Skripsi Sarjana Negara dan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Negara jenjang Strata Satu (S.1), pada Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar.

TIM PENGUJI

Ketua : Jufriadi, S.T, M.SP ………

Sekertaris : Ilham Yahya, S.T, M.SP. ………...

Anggota : Dr. Ir. Syahriar Tato, M.S, M.H, M.M ………

: S. Kamran Aksa, S.T, M.T ………

Dekan Fakultas Teknik

Dr. Hamsina, S.T, M.Si NIDN: 09-240676-01

Ketua Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota

Jufriadi, S.T, M.SP NIDN: 09-310168-02

(4)

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : TRY SUTRISNO Nim : 45 11 042 105

Jurusan : Perencanaan Wilayah dan Kota

Menyatakan dengan benar bahwa Skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan hasil karya dari orang lain atau pengambilan dari tulisan dan pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa keseluruhan skripsi ini merupakan hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, 2 Maret 2017 Yang Menyatakan

(TRY SUTRISNO)

(5)

ABSTRAK

Try Sutrisno, 2016. “Studi Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih di Kelurahan Rappokalling Kecamatan Tallo Kota Makassar”. Dibimbing oleh Syahriar Tato dan Kamran Aksa

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Faktor apa yang mempengaruhi belum meratanya pelayanan distribusi air bersih di Kelurahan Rappokalling. Untuk mengetahui bagaimana upaya meningkatkan pelayanan air bersih di Kelurahan Rappokalling dan dapat menjadi bahan masukan atau acuan bagi pemerintah sebagain penentu kebijakan dalam pembangunan, pihak swasta, lembaga social, atau masyarakat yang bertindak sebagai pelaksana pembangunan dan bagi perencana dalam hal meningkatkan pembangunan terutama dalam pembangunan peningkatan kualitas air bersih.

Penelitian ini adalah peniltian kuantitatif dengan desain penelitian menggunakan metode survey dengan pendekatan wawancara. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan analisis korelasi dan analisis SWOT.

Kesimpulan utama dari studi ini adalah bahwa belum meratanya distribusi air bersih ke seluruh permukiman di Kelurahan Rappokalling yang disebabkan oleh 3 faktor, yakni kapasitas produksi, tingkat kebocoran dan tarif air. Sehingga perlu dilakukan koordinasi yang intensif antara pihak-pihak yang terkait seperti Pemerintah Daerah, Provinsi maupun pusat guna meningkatkan pelayanan kepada masyarakat

Kata Kunci : Pemenuhan Kebutuhan air bersih dan pelayanan air bersih

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota pada Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar.

Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Hamsina, ST, M.Si selaku Dekan, dan Bapak Jufriadi,ST,MSP selaku Ketua Program Studi.

2. Bapak Dr.Ir.Syahriar Tato,MS,MH,MM dan Bapak S.Kamran Aksa,ST,MT selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu,tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini.

3. Pihak Kantor BPS pusat, Kantor Camat Tallo, Kantor Lurah Rappokalling serta Kantor PDAM yang telah banyak membantu dalam usaha memperoleh data yang saya perlukan.

4. Kedua orang tua dan keluarga saya yang dengan tulus membesarkan,mendidik,dan memberikan dukungan baik material dan moral.

5. Sahabat-sahabat khususnya Plano 011 yang membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Ilham Yahya, ST, MSP yang memberikan bimbingan dan arahan dalam proses penyusunan skripsi ini.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu

Makassar, 2 Maret 2017

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PENERIMAAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian : Umum dan Khusus ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Permukiman……… 10

B. Kebijakan Pemerintah disektor Perumahan dan Permukiman ... 11

C. Pengertian Infrastruktur ... 13

D. Pengertian Air Bersih ... 15

E. Parameter Pelayanan Air Bersih ... 30

F. Perencanaan Sistem Penyediaan Air Minum ... 31

G. Sistem Penyediaan Air Bersih ... 36

H. Kebutuhan Air Bersih ... 38

I. Sistem Pengolahan Air Bersih ... 43

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian ... 46

B. Jenis dan Sumber Data ... 46

C. Metode Pengumpulan Data ... 48

D. Tehnik Analisis Data... 49

E. Variabel Penelitian ... 51

F. Definisi Operasional ... 52

G. Kerangka Pemikiran ... 54

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kecamatan Tallo ... 55

1. Luas dan Letak Geografis ... 55

2. Kondisi Fisik Dasar ... 60

a. Topografi dan Kemiringan Lereng ... 60

b. Jenis Tanah ... 61

c. Klimatologi ... 63

(8)

d. Hidrologi... 64

3. Kependudukan ... 65

B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 70

1. Batas Administrasi ... 70

2. Topografi ... 73

3. Klimatologi ... 73

4. Hidrologi ... 75

5. Pola Penggunaan Lahan ... 75

6. Aspek Sosial dan Kependudukan ... 76

7. Aspek Sarana dan Prasarana ... 78

C. Pembahasan... 89

1. Analasis Faktor yang Mempengaruhi Belum Meratanya Distribusi Air Bersih di Kelurahan Rappokalling ... 89

2. Analisis Upaya Peningkatan Pelayanan Air Bersih di Kelurahan Rappokalling ... 101

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 108

B. Saran ... 111 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Deskripsi Pengertian Infrastruktur ...

Tabel 2.2 Standar Pelayanan Air Bersih ...

Tabel 2.3 Standar Pelayanan Minimum Air Bersih Non Domestik ...

Tabel 4.1 Luas Kecamatan Tallo, Tahun 2015 ...

Tabel 4.2 Luas Wilayah Kecamatan Tallo Berdasarkan Ketinggian dari Permukaan Laut (mdpl), Tahun 2015 ...

Tabel 4.3 Jumlah curah Hujan dan Hari Hujan di Kecamatan Tallo, Tahun 2015 ...

Tabel 4.4 Perkembangan Jumlah Penduduk Di Kecamatan Tallo, Tahun 2015 ...

Tabel 4.5 Persebaran dan Kepadatan Penduduk di Kecamatan Tallo, Tahun 2015 ...

Tabel 4.6 Jumlah Penduduk Per Desa/Kelurahan Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Tallo, Tahun 2015 ...

Tabel 4.7 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kecamatan Tallo, Tahun 2015 ...

Tabel 4.8 Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan di Kelurahan Rappokalling, Tahun 2015 ...

Tabel 4.9 Penggunaan Lahan di Kelurahan Rappokalling, Tahun 2015 Tabel4.10 Perkembangan Jumlah Penduduk di Kelurahan Rappokalling

Tahun 2011-2015 ...

15 30 43 56

60

64

66

67

69

69

74

75

(10)

Tabel 4.11 Struktur Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kelurahan Rappokalling, Tahun 2015 ...……...

Tabel 4.12 Jumlah Fasilitas Pemerintahan dan Pelayanan Umum di Kelurahan Rappkalling, Tahun 2015………

Tabel 4.13 Jumlah Fasilitas Perdagangan di Kelurahan Rappokalling, Tahun 2015………...

Tabel 4.14 Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kelurahan Rappokalling Tahun 2015………

Tabel 4.15 Jumlah Fasilitas Peribadatan di Kelurahan Rappokalling Tahun 2015………

Tabel 4.16 Jumlah Pelanggan Listrik Kelurahan Rappokalling Tahun 2015………..

Tabel 4.17 Kapasitas Produksi Air di Kelurahan Rappokalling Tahun 2011-2015………

Tabel 4.18 Jumlah Pelanggan Air di Kelurahan Rappokalling Tahun 2011-2015………

Tabel 4.19 Pelayanan Air Bersih di Kelurahan Rappokalling Tahun 2011- 2015………

Tabel 4.20 Tarif Pelayanan Air Minum PDAM di Kelurahan Rappokalling, Tahun 2011-2015………

Tabel 4.21 Tingkat Kebocoran Air di Kelurahan Rappokalling………..

Tabel 4.22 Kapasitas Produksi Air di Kelurahan Rappokalling Tahun 2011-2015……….

76

76 77 78 79 80 81 82

83

84 85

89

(11)

Tabel 4.23 Pengaruh Jumlah Kapasitas Porduksi Air Bersih Terhadap Pelayanan Air Bersih di Kelurahan Rappokalling Tahun

2011-2015………. ... 91

Tabel 4.24 Tingkat Kebocoran Air di Kelurahan Rappokalling Tahun 2011 2015……… ... 94

Tabel 4.25 Pengaruh Tingkat Kebocoran Air Terhadap Pelayanan Air Bersih di Kelurahan Rappokalling Tahun 2011-2015.. ... 95

Tabel 4.26 Tarif Air PDAM di Kelurahan Rappokalling Tahun 2011- 2015 ... 97

Tabel 4.27 Pengaruh Tarif Pemakaian Air Terhadap Pelayanan Air Bersih di Kelurahan Rappokalling Tahun 2011-2015… ... 99

Tabel 4.28 Matriks Analisis SWOT……... 102

Tabel 4.29 Internal Strategi Factor Analisis (IFAS)….. ... 103

Tabel 4.30 Nilai Skor IFAS……. ... 103

Tabel 4.31 Eksternal Strategi Factor Analisis (EFAS).. ... 104

Tabel 4.32 Nilai Skor (EFAS)…. ... 105

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Peta Administrasi Kota Makassar ... 58

Gambar 4.2 Peta Administrasi Kecamatan Tallo ... 59

Gambar 4.3 Peta Administrasi Kelurahan Rappokalling ... 72

Gambar 4.4 Peta Pelayanan Jaringan Air Bersih ... 86

(13)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Maraknya kegiatan pembangunan yang sedang digalakkan oleh pemerintah merupakan program untuk meningkatkan derajat hidup orang banyak dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.. Dan salah satu bentuk pelaksanaan pembangunan yaitu penataan perumahan dan pemukiman yang bertujuan memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia dalam rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan masyarakat dengan mewujudkan perumahan yang layak dalam lingkungan sehat.

Masalah perumahan dan pemukiman berkaitan erat dengan proses pembangunan yang menyangkut masalah sosial, ekonomi dan lingkungan sekitarnya. Salah satu permasalahan yang sering terjadi dalam kawasan pemukiman adalah minimnnya pemenuhan air bersih.

Berbagai permasalahan yang kemudian muncul terkait dengan hal tersebut, baik itu dari segi manajemen, sumber air baku dari segi infrastrukturnya.

Perkembangan kawasan permukiman di iringi juga dengan peningkatan kebutuhan terhadap pelayanan air bersih di dalamnya., sehingga pemerintah maupun swasta atau masyarakat dituntut untuk menyediakan prasarana air bersih ini dengan sebaik-baiknya.

(14)

2 Kebutuhan ini cenderung meningkat dan kualitas hidupnya yang mengalami peningkatan serta kegiatan di dalam pemukiman yang juga berkembang pesat.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan pemukiman, permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri dari atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan.

Penyediaan air untuk keperluan kawasan permukiman berarti dalam hal ini penyediaan air untuk kebutuhan rumah tangga, fasilitas umum, maupun fasilitas sosial. kegiatan penduduk dapat ditampung dalam ruang-ruang sarana umum dan sosial, tetapi tidak akan berjalan dengan baik tanpa didukung oleh pelayanan infrastruktur yang memadai. Keterbatasan penyediaan prasarana air bersih di kawasan permukiman yang memadai dapat mempengaruhi kehidupan manusia, produktifitas ekonomi dan kualitas kehidupan masyarakat secara keseluruhan.

Persyaratan teknis penyediaan air bersih yang baik apabila memenuhi tiga syarat yaitu ketersediaan air dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, kualitas air yang memenuhi standar serta kontiniutas dalam arti air selalu tersedia ketika diperlukan.

(15)

3 Akses air minum 100% adalah masyarakat mampu mendapatkan air bersih diseluruh wilayah Indonesia. Namun, dalam pelaksanaannya terdapat berbagai kendala mencakup pembiayaan, tingkat kebocoran yang tidak terkendali, serta tingginya kapasitas tidak diberdayakan pada daerah layanan yang sudah memiliki unit produksi, serta pelayanan kepada masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) belum menjadi prioritas bagi pemerintah maupun PDAM (Situmorang, 2015).

Air bersih merupakan kebutuhan vital setiap manusia sehingga ketersediaan air bersih menentukan derajat kesehatan dan kesejahteraan hidup masyarakat. Pada kenyataannya, keterbatasan penyediaan air bersih erat kaitannya dengan penyebab kemiskinan, karena kemiskinan juga disebabkan oleh masalah kesehatan. Oleh karena itu, penyediaan jaringan pipa air bersih terutama pada permukiman miskin padat penduduk sangat penting untuk ikut andil memecahkan masalah kemiskinan. Realita dilapangan juga menunjukkan bahwa masyarakat di Kelurahan tersebut yang tidak terjangkau pipa PDAM harus mencari alternatif lain untuk memenuhi kebutuhan air bersihnya dengan cara memakai air yang berasal dari sumur bor ataupun sumur galian yang tidak memenuhi standar SPAM (Sistem Penyediaan Air Minum) untuk dikonsumsi sehari hari.

Sumber utama air bersih bagi penduduk perdesaan dan perkotaan berbeda. Bagi penduduk perdesaan, air sumber atau air tanah dangkal yang diperoleh dengan membuat sumur cukup sehat

(16)

4 untuk langsung digunakan untuk memasak dan mencuci. Sedangkan untuk penduduk perkotaan yang padat, air tanah dangkal sudah diragukan kebersihannya karena kemunkinan tercemar septic tank dan limbah rumah tangga. Dikarenakan air tanah dangkal sudah tercemar maka ada upaya pemanfaatan air tanah dalam. Air tanah dalam mungkin kualitasnya lebih baik dari air tanah dangkal apabila belum terjangkau lebih baik dari air tanah dangkal apabila belum terjangkau pencernaan dari lapisan tanah di atasnya.

Seiring dengan pertumbuhan penduduk serta aktifitas masyarakat yang kian meningkat dari tahu ke tahun di Kota Makassar kebutuhan akan air bersih bagi penduduk juga semakin meningkat, Pemenuhan kebutuhan terhadap air bersih di Kota Makassar mempunyai kendala yaitu masih adanya kelurahan kelurahan yang tidak dialir oleh jaringan air bersih PAM (Perusahaan Air Minum), contohnya masyarakat di Kelurahan Rappokalling yang memakai sumur bor ataupun sumur gali, di Kelurahan tersebut untuk memenuhi kebutuhan akan air bersihnya sehari hari mengingat sebagian masyarakat di Kelurahan tersebut berprofesi sebagai buruh lepas dan nelayan.

Pemenuhan air bersih di kelurahan Rappokalling dapat dikatakan tidak memadai karena jumlah debit air bersih yang tidak merata ke semua permukiman warga dan masih adanya warga yang kesulitan mendapatkan air bersih karena tidak memiliki sumur bor ataupun sumur gali. Sehingga kebanyakan dari mereka membuat

(17)

5 sumur bor atau sumur gali, namun hal tersebut bukan tanpa masalah di karenakan kualitas airnya yang terkadang keruh dan terasa payau.

Melihat permasalah yang disebutkan di atas, maka perlu adanya upaya yang lebih serius terhadap penanganan dalam pendistribusian air bersih di Kelurahan Rappokalling agar kebutuhan masyarakat akan air bersih dapat terpenuhi. Diperlukan pula pengelolaan serta upaya- upaya yang lain dalam rangka meningkatkan pemenuhan kebutuhan air bersih masyarakat di Kota Makassar pada umumnya di Kelurahan Rappokalling kecamatan Tallo pada khususnya. Oleh karena itu, penulis ingin mengkaji judul :

“Studi Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih di Kelurahan Rappokalling Kecamatan Tallo Kota Makassar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Faktor apa yang mempengaruhi belum meratanya pelayanan distribusi air bersih di Kelurahan Rappokalling Kecamatan Tallo Kota Makassar?

2. Bagaimana upaya meningkatkan pelayanan Air Bersih di Kelurahan Rappokalling?

(18)

6 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitan

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini berdasar atas beberapa masalah yang telah dipaparkan di atas adalah :

a. Untuk mengetahui Faktor apa yang mempengaruhi belum meratanya pelayanan distribusi air bersih di Kelurahan Rappokalling.

b. Untuk mengetahui bagaimana upaya meningkatkan pelayanan air bersih di Kelurahan Rappokalling.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah Kota Makassar dalam meningkatkan pemenuhan kebutuhan air bersih di daerah-daerah yang masih kurang bahkan belum mendapatkan pelayan air bersih, khususnya di daerah yang menjadi lokasi penelitian yaitu Kelurahan Rappokalling, Kecamatan Tallo Kota Makassar.

b. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya.

D. Ruang Lingkup Penelitian

Mengingat rumusan masalah di atas, maka perlu adanya batasan penelitian agar pembahasan dapat lebih terarah dan efisien.

(19)

7 Batasan masalah yang akan diteliti dibagi ke dalam 2 ruang lingkup, yaitu:

1. Lingkup Wilayah

Lingkup wilayah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah wilayah khususnya di Kelurahan Rappokalling, Kecamatan Tallo, Kota Makassar.

2. Lingkup Materi

Materi yang dikaji pada penelitian ini adalah kondisi fisik wilayah di Kelurahan Rappokalling, jumlah penduduk, tingkat pelayanan air bersih Kecamatan Tallo serta prasarana pendukung khususnya prasarana air bersih di Kelurahan Rappokalling, Kecamatan Tallo, Kota Makassar.

E. Sistematika Penulisan

Kompilasi data, analisa dan rencana ini terdiri dari 6 (enam) bab yang secara garis besarnya akan diuraikan pada sistematika penulisan berikut ini :

BAB I PENDAHULUAN

Berisi uraian mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan, ruang lingkup penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

(20)

8 Berisi pendapat dari para ahli ataupun kumpulan beberapa hal yang berkenaan dengan penelitian ini seperti pengertian permukiman, kebijaksanaan pemerintah direktorat perumahan dan permukiman, pengertian infrastruktur, pengertian air bersih, parameter pelayanan air bersih, sistem penyediaan air bersih, kebutuhan air bersih, sistem pengolahan air bersih.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi tentang lokasi penelitian, jenis dan sumber data metode pengumpulan data, variable penelitian, defenisi operasional, metode analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini serta kerangka pemikiran dalam penyusunan tugas akhir.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Uraian analisis yang digunakan untuk menyajikan data secara ilmiah berdasarkan teori-teori yang akan digunakan agar dapat menghasilkan rekomendasi untuk pengembangan lokasi penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan rekomendasi mengenai isi pokok dari keseluruhan data yang dikumpulkan, serta menurut pengamatan penyusun di lapangan.

(21)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Permukiman

Menurut Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan permukiman, permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri dari atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan.

Permukiman sering di sebut perumahan dan atau sebaliknya.

Pemukiman berasal dari kata housing dalam bahasa inggris yang artinya perumahan dan kata human settlement yang artinya pemukiman. Perumahan memberikan kesan tentang rumah atau kumpulan rumah beserta prasarana dan sarana lingkungannya.

Perumahan menitikberatkan pada fisik atau benda mati, yaitu houses dan land settlement. Sedangkan pemukiman memberikan kesan tentang pemukiman atau kumpulan pemukiman beserta sikap dan perilakunya di dalam lingkungan, sehingga pemukiman menitikberatkan pada sesuatu yang bukan bersifat fisik atau benda mati yang manusia (human). Dengan demikian perumahan dan pemukiman merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dan sangat erat hubungannya, pada hakekatnya saling melengkapi.

(22)

10 Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan, maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Hunian merupakan kebutuhan dasar manusia dan sebagai hak bagi semua orang untuk menempati hunian yang layak dan terjangkau (Shellter for All). Dalam kerangka hubungan ekologis antara manusia dan lingkungan pemukimannya terlihat jelas bahwa kualitas sumberdaya manusia di masa yang akan datang sangat dipengaruhi oleh kualitas perumahan dan permukiman di mana masyarakat tinggal menempatinya (Djoko Kirmanto, 25 Maret 2002)..

Pemukiman terbentuk dari kesatuan isi dan wadahnya.

Kesatuan antara manusia sebagai penghuni (isi) dengan lingkungan huniah (wadah). Dalam pengaturan pemukiman dibutuhkan berbagai pengkajian, tidak hanya terhadap faktor-faktor fisik alami saja, akan tetapi juga harus memperhitungkan karakter manusianya serta kearifan lokal yang berlaku sebagai kehidupan yang utama. Karena esensi pemukiman meliputi manusia serta wadahnya (tempat) maka perlu memahami dengan baik hubungan antara elemen-elemen pemukiman itu sendiri.

B. kebijaksanaan Pemerintah Disektor Perumahan Dan Permukiman

Muatan UU No. 4 Tahun 1992 tentang perumahan dan permukiman di jelaskan bahwa perumahan dan permukiman bertujuan:

(23)

11 1. Memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia dalam rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat.

2. Mewujudkan perumahan dan pemukiman yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi dan teratur.

3. Memberi arah pada pertumbuhan wilayah dan persebaran penduduk yang rasional.

4. Menunjang pembangunan dibidang ekonomi, sosial, budaya dan bidang lain.

Kriteria perumahan kumuh dan permukiman kumuh meliputi kriteria kekumuhan ditinjau dari:

a. bangunan gedung;

b. jalan lingkungan;

c. penyediaan air minum;

d. drainase lingkungan;

e. pengelolaan air limbah;

f. pengelolaan persampahan; dan

g. proteksi kebakaran

(24)

12 C. Pengertian Infrastruktur

Infrastruktur adalah Fasilitas-fasilitas fisik yang dikembangkan atau dibutuhkan oleh agen-agen untuk fungsi-fungsi pemerintahan dalam penyediaan air bersih, tenaga listrik, pembuangan limbah, transportasi dan pelayanan similiar untuk memfasilitasi tujuan-tujuan ekonomi dan sosial.

Menurut Grigg, 1988 dalam Robert. J Kodoatie, 2003 Infrastruktur merujuk pada sistem phisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik yang lain yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial dan ekonomi (Robert J Kodoatie, 2003).

Infrastruktur fisik dan sosial adalah dapat didefinisikan sebagai kebutuhan dasar fisik pengorganisasian sistem struktur yang diperlukan untuk jaminan ekonomi sektor publik dan sektor privat sebagai layanan dan fasilitas yang diperlukan agar perekonomian dapat berfungsi dengan baik. Istilah ini umumnya merujuk kepada hal infrastruktur teknis atau fisik yang mendukung jaringan struktur seperti fasilitas antara lain dapat berupa jalan, air bersih, bandara, kanal, waduk, tanggul, pengolahan limbah, listrik, telekomunikasi, pelabuhan secara fungsional. Infrastruktur selain fasilitas akan tetapi dapat pula mendukung kelancaran aktivitas ekonomi masyarakat, distribusi aliran produksi barang dan jasa sebagai contoh bahwa jalan dapat

(25)

13 melancarkan transportasi pengiriman bahan baku sampai ke pabrik kemudian untuk distribusi ke pasar hingga sampai kepada masyarakat.

Secara lebih luas dapat dikatakan bahwa infrastruktur adalah bangunan atau fasilitas-fasilitas dasar, peralatan-peralatan, dan instalasi-instalasi yang dibangun dan dibutuhkan untuk mendukung berfungsinya suatu sistem tatanan kehiduan sosial ekonomi masyarakat. Infrastruktur merupakan aset fisik yang dirancang dalam sistem, sehingga mampu memberikan pelayanan prima kepada masyarakat (Suripin, 2004).

Secara lebih spesifik oleh American Publik Work Association infrastruktur didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas phisik yang dikembangkan atau dibutuhkan oleh agen-agen publik atau fungsi- fungsi pemerintahan dalam penyediaan air, tenaga listrik, pembuangan limbah, transportasi dan pelayanan-pelayanan similar untuk memfasilitasi tujuan-tujuan ekonomis sosial (Stone, 1974 dalam Robert dan Roestam, 2010).

Menurut Grigg (2000) sistem infrastruktur dapat didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas atau struktur-struktur dasar, peralatan- peralatan, instalasi-instalasi yang dibangun dan dibutuhkan untuk berfungsinya sistem sosial dan ekonomi masyarakat. Definisi teknik juga memberikan spesifikasi apa yang dilakukan sistem infrastruktur dan menyatakan bahwa infrastruktur adalah aset yang dirancang dalam sistem sehingga memberikan pelayanan publik yang penting.

(26)

14 (Robert J. Kodoatie dan Roestam Sjarif, 2010). Dari definisi infrastruktur yang dikemukakan oleh Grigg (1988) dalam Robert J.

Kodoatie (2003), infrastruktur dibagi ke dalam 13 kategori. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini :

Tabel 2.1 Deskripsi Pengertian Infrastruktur

No Deskripsi Terkait SD Air

1 Sistem penyediaan air : waduk, penampungan air, transmisi dan distribusi, fasilitas pengolahan air (treatment plant)

2 Sistem pengolahan air limbah pengumpul, pengolahan, pembuangan, daur ulang

3 Fasilitas pengolahan limbah (padat) √

4 Fasilitas pengendalian banjir, drainase dan irigasi √

5 Fasilitas lintas air dan navigasi √

6 Fasilitas transportasi: jalan, rel, Bandar udara √

7 Sistem transit public √

8 Sistem kelistrikan: produksi dan distribusi (bila sumber PLTA)

9 Fasilitas gas alam √

10 Gedung publik: sekolah, rumah sakit √

11 Fasilitas perumahan public √

12 Taman kota sebagai daerah resapan, tepat bermain termasuk stadion

13 Komunikasi √

Sumber: Robert dan Roestam,2010.

D. Pengertian Air Bersih

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat syarat dan pengawasan kualitas air minum Dalam rangka memenuhi persyaratan kualitas air minum sebagaimana tercantum pada Pasal 2 Keputusan ini, maka perlu dilaksanakan kegiatan pengawasan kualitas air minum

(27)

15 yang diselenggarakan secara terus menerus dan berkesinambungan agar air yang digunakan oleh penduduk dari penyediaan air minum yang ada, terjamin kualitasnya, sesuai dengan persyaratan kualitas air minum yang tercantum dalam Keputusan ini.Pengawasan kualitas air minum dalam hal ini meliputi :

1. Air minum yang diproduksi oleh suatu perusahaan, baik pemerintah maupun swasta yang didistribusikan ke masyarakat dengan sistem perpipaan.

2. Air minum yang diproduksi oleh suatu perusahaan, baik pemerintah maupun swasta, didistribusikan kepada masyarakat dengan kemasan dan atau kemasan isi ulang. Kegiatan pengawasan ini dilakukan oleh Dinas KesehatanKabupaten/Kota,yang meliputi:

1) Pengamatan lapangan atau inspeksi sanitasi:

Pada air minum perpipaan maupun air minum kemasan, dilakukan pada seluruh unit pengolahan air minum, mulai dari sumber air baku, instalasi pengolahan, proses pengemasan bagi air minum kemasan, dan jaringan distribusi sampai dengan sambungan rumah bagi air minumn perpipaan.

2) Pengambilan sampel:

Jumlah, frekuensi, dan titik sampel air minum harus dilaksanakan sesuai kebutuhan, dengan ketentuan minimal sebagai berikut:

a) Untuk Penyediaan Air Minum Perpipaan:

(28)

16 (1) Pemeriksaan kualitas bakteriogi:

Jumlah minimal sampel air minum perpipaan pada jaringan distribusi adalah :

 Penduduk Yang dilayani  Jumlah Minimal Sampel per Bulan

 < 5000 Jiwa  1 Sampel

 5000 Sampe 1000 Jiwa  1 Sampel per 5000 Jiwa

 >1000 000 Jiwa  1 Sampel per 10000 jiwa ditambah 10 Sampel Tambahan

(2) Pemeriksaan kualitas kimiawi:

Jumlah sampel air minum perpipaan pada jaringan distribusi minimal 10% dari jumlah sampel untuk pemeriksaan bakteriologi.

(3) Titik pengambilan sampel air:

Harus dipilih sedemikian rupa sehingga mewakili secara keseluruhan dari sistem penyediaan air minum tersebut, termasuk sampel air baku.

b) Untuk Penyediaan Air Minum Kemasan dan atau Kemasan isi ulang.

Jumlah dan frekuensi sampel air minum harus dilaksanakan sesuai kebutuhan, dengan ketentuan mimimal sebagai berikut:

(29)

17 1. Pemeriksaan kualitas Bakteriologi:

Jumlah minimal sampel air minum pada penyediaan air minum kemasan dan atau kemasan isi ulang adalah sebagai berikut:

a. Air baku diperiksa minimal satu sampel tiga bulan satu kali.

b. Air yang siap dimasukan kedalam kemasan minimal satu sample sebulan sekali.

c. Air dalam kemasan minimal dua sampel satu bulan satu kali.

2. Pemeriksaan Kualitas Kimiawi:

Jumlah minimal sampel air minum adalah sebagai berikut:

a. Air baku diperiksa minimal satu sampel tiga bulan sekali

b. Air yang siap dimasukan kedalam kemasan minimal satu sample sebulan sekali.

c. Air dalam kemasan minimal satu sampel satu bulan sekali.

3. Pemeriksaan kualitas air minum

Dilakukan di lapangan, dan di Laboratorium Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, atau laboratorium lainnya yang ditunjuk.

4. Hasil pemeriksaan laboratorium harus disampaikan kepada pemakai jasa, selambat-lambatnya 7 hari untuk pemeriksaan mikrobiologik dan 10 hari untuk pemeriksaan kualitas kimiawi.

(30)

18 5. Pengambilan dan pemeriksaan sampel air minum dapat dilakukan sewaktu-waktu bila diperlukan karena adanya dugaan terjadinya pencemaran air minum yang menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan atau kejadian luar biasa pada para konsumen.

6. Parameter kualitas air yang diperiksa:

Dalam rangka pengawasan kualitas air minum secara rutin yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, maka parameter kualitas air minimal yang harus diperiksa di Laboratorium adalah sebagai berikut:

- Parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan:

A) Parameter Mikrobiologi:

(a) E. Koli

(b) Total Koliform

B) Kimia an-organik:

(a) Arsen (b) Fluorida (c) Kromium-val.6 (d) Kadmium (e) Nitrit, sbg-N (f) Nitrat, sbg-N (g)Sianida

- Parameter yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatan:

(31)

2 A) Parameter Fisik:

(a) Bau

(b) Warna

(c) Jumlah zat padat terlarut

(d) Kekeruhan

(e) Rasa

(f) Suhu

B) Parameter Kimiawi:

(a) Aluminium

(b) Besi

(c) Kesadahan

(d) Khlorida

(e) Mangan

(f) pH

(g) Seng

(h) Sulfat

(i) Tembaga

(j) Sisa Khlor

(k) Amonia

7. Parameter kualitas air minum lainnya selain dari parameter yang tersebut pada Lampiran II ini, dapat dilakukan pemeriksaan bila diperlukan, terutama karena adanya indikasi pencemaran oleh bahan tersebut.

8. Pada awal beroperasinya suatu sistem penyediaan air minum, jumlah parameter yang diperiksa, minimal seperti yang tercantum pada lampiran II point 6 keputusan ini, untuk pemeriksaan selanjutnya

(32)

29 dilakukan sesuai dengan ketentuan pengambilan sample pada angka 2 butir a dan b Keputusan ini.

9. Bila parameter yang tercantum dalam Lampiran II ini tidak dapat diperiksa di laboratorium Kabupaten/Kota, maka pemeriksaannya dapat dirujuk ke laboratorium Propinsi atau laboratorium yang ditunjuk sebagai laboratorium rujukan.

10. Bahan kimia yang diperbolehkan digunakan untuk pengolahan air, termasuk bahan kimia tambahan lainnya hanya boleh digunakan setelah mendapatkan rekomendasi dari Dinas Kesehatan setempat.

11. Hasil pengawasan kualitas air wajib dilaporkan secara berkala oleh Kepala Dinas Kesehatan setempat kepada Pemerintah Kabupaten/Kota setempat secara rutin, minimal setiap 3 (tiga) bulan sekali, dan apabila terjadi kejadian luar biasa karena terjadinya penurunan kualitas air minum dari penyediaan air minum tersebut,maka pelaporannya wajib langsung dilakukan, dengan tembusankepada Dinas Kesehatan Propinsi dan Direktur Jenderal.

Menurut (NSPM kimpraswil, 2002) beberapa pengertian tentang air bersih adalah sebagai berikut:

1. sebagai air yang memenuhi ketentuan yang berlaku untuk baku mutu air bersih Yang berlaku yang siap diminimum setelah dimasak 2. Air yang memenuhi persyaratan untuk keperluan rumah tangga.

(33)

30 3. Air yang dapat dipergunakan oleh masyarakat untuk keperluan sehari-hari dengan kualitas yang memenuhi ketentuan baku mutu air bersih yang ditetapkan.

4. Air yang aman digunakan untuk air minum dan pemakian-pemakain lain kerena telah bersih dari bibit-bibit penyakit, zat kimia organic dan anorganik, serta zat-zat radioaktif yang dapat membahayakan kesehatan.

5. Air bersih memenuhi syarat kesehatan:

a. Air yang tidak berwarna (bening atau tembus pandang) b. Tidak berubah rasanya dan baunya.

c. Tidak mengandung zat-zat oirganik dan kuman kuman yang mengganggu kesehatan.

E. Parameter Pelayanan Air Bersih

Parameter perencanaan yang digunakan dalam memenuhi kebutuhan air bersih perpipaan adalah mengacu kepada sasaran dan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh pemerintah serta persyaratan teknis yang berlaku secara nasional dengan mempertimbangkan kondisi dan kebutuhan daerah perencanaan. Parameter tersebut diantaranya meliputi :

(34)

31 Tabel 2.2 Standar pelayanan Air Bersih

Jenis Kota &

Komposisi Pelayanan

SR (Ltr/or/Hr

)

HU (Ltr/or/Hr

)

Perbandingan SR : HU

(%)

Kehilangan Air (%) SR + HU

Pelayanan (%)

Metropolitan 190 30 80 : 20 20 - 30 90

Kota Besar 170 30 80 : 20 20 – 30 90

Kota Sedang 150 30 80 : 20 20 – 30 90

Kota Kecil 130 30 70 : 30 20 – 30 90

Kawasan 60 30 70 : 30 20 70

Tertentu

Sumber : Standar Air Bersih Cipta Karya PU, Dalam Pembangunan Parasarana kota (2007)

Untuk memenuhi kebutuhan air bersih pada suatu kawasan pemukiman maka adapun kriterianya adalah sebagai berikut:

a. Pengambilan air baku diutamakan dari air permukaan b. Kebutuhan air rata-rata 60 liter/orang/hari

c. Kapasitas minimum sambungan rumah 100 liter/orang/hari dan sambungan kran umum 30 liter/orang/hari.

F. Perencanaan Sistem Penyediaan Air Minum

1. Penyediaan Air Minum

Penyediaan air minum adalah menyediakan air minum untuk memenuhi kebutuhan masyarakat agar mendapatkan kehidupan yang sehat, bersih dan produktif. Sedangkan sistem penyediaan air

(35)

32 minum (spam) merupakan satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik dari prasarana dan sarana air minum.

Spam yang baik bertujuan menyediakan :

a. Air yang kualitasnya aman dan sehat b. Air yang memadai kuantitasnya (cukup ) c. Air secara kontinyu, mudah dan murah.

Ada 2 sistem SPAM : 1. Sistem Perpipaan 2. Sistem Non Perpipaan

a. Sistem Perpipaan atau jaringan perpipaan adalah spam yg sistem distribusinya melalui perpipaan & unit pelayanan menggunakan sambungan rumah dan hidran umum.

b. Sistem Non Perpipaan atau bukan jaringan . Perpipaan adalah spam yang sistem distribusinya tidak melalui jaingan. Pipa dan unit pelayanan. Menggunakan hidran umum, terminal air dan tangki air.

SPAM (Sistem Penyediaan Air Minum) harus dapat menyediakan jumlah air yang cukup untuk kebutuhan suatu Kota.

Unsur-unsur SPAM yang moderen terdiri atas : a. Sumber air baku

b. Fasilitas penyimpanan

c. Fasilitas transmisi ke unit pengolahan d. Fasilitas transmisi dan penyimpanan

(36)

33 e. Fasilitas distribusi dan pelayanan.

Air merupakan kebutuhan pokok bagi manusia dengan segala macam kegiatannya, antara lain Dipergunakan :

a. Rumah tangga untuk minum, masak,mandi, cuci dan keperluan lainnya,

b. Umum untuk kebersihan jalan dan pasar,taman kota, tempat rekreasi dan lainnya,

c. Industri untuk Pabrik, bangunan pembangkit tenaga listrik, d. Perdagangan untuk Hotel dan restoran,

e. Pertanian untuk Peternakan,Perkebunan dan lainya f. Pelayaran untuk Pelabuhan, kapal dll.

2. Sumber Air Baku PP.No.16 Tahun 2005

Berdasarkan PP NO. 16 THN. 2005 ,Bahwa yangg dimaksud dengan “ Air baku untuk air minum rumah tangga” Air baku adalah air yang dapat berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah dan/atau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum.

Untuk keperluan perencanaan SPAM terlebih dahulu perlu mengetahui pasokan sumber air bakunya berasal dari sumber :

a. Air hujan b. Air tanah :

- air tanah dangkal

(37)

34 - air tanah dalam

c. Air permukaan :

- sungai, danau, telaga

- buatan ; waduk.

Untuk pemanfaatan sumber air untuk air baku harus memenuhi ketentuan dan persyaratan peraturan Undang Undang yang mengatur tentang penggunaan air baku. Air minum harus memenuhi syarat :

a. Warna b. Kekeruhan c. Bau

d. Rasa

e. Bakteriologis f. Kimia

g. Radioaktif

3. Komponen Utama Sumber Air Baku

Dalam Peraturan Pemerintah.No.16.Tahun 2005 ini yang dimaksud dengan:

a. Air baku untuk air minum rumah tangga, yang selanjutnya

b. disebut air baku adalah air yang dapat berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah dan/atau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum.

c. Air Minum adalah air minum rumah tangga yang melalu iproses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.

(38)

34 d. Air limbah adalah air buangan yang berasal dari rumah tangga

termasuk tinja manusia dari lingkungan permukiman.

e. Sampah adalah limbah padat yang berasal dari lingkungan permukiman, bukan bahan berbahaya dan beracun, yang dianggap tidak berguna lagi.

f. Penyediaan air minum adalah kegiatan menyediakan air minum untuk memenuhi kebutuhan masyarakat agar mendapatkan kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif.

g. Sistem penyediaan air minum yang selanjutnya disebut SPAM merupakan satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik dari prasarana dan sarana air minum.

h. Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun, memperluas dan/atau meningkatkan sistem fisik (teknik) dan non fisik (kelembagaan, manajemen,Keuangan, peran masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik.

i. Penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah kegiatan merencanakan, melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau, dan/atau mengevaluasi sistem fisik (teknik) dan non fisik penyediaan air minum.

j. Penyelenggara pengembangan SPAM yang selanjutnya disebut Penyelenggara adalah badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah, koperasi, badan usaha swasta, dan/atau kelompok

(39)

35 masyarakat yang melakukan penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum.

k. Pelanggan adalah orang perseorangan, kelompok masyarakat,atau instansi yang mendapatkan layanan air minum dari Penyelenggara.

l. Tempat pembuangan akhir sampah yang selanjutnya disebut TPA adalah lokasi beserta prasarana fisiknya yang telah ditetapkan sebagai tempat berlangsungnya kegiatan pengolahan dan pembuangan akhir sampah.

m. Badan usaha milik negara yang selanjutnya disebut BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secaralangsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan yang dibentuk khusus sebagai Penyelenggara.

n. Badan usaha milik daerah yang selanjutnya disebut BUMD adalah badan usaha yang pendiriannya diprakarsai oleh Pemerintah Daerah dan seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh daerah melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan daerah yang dipisahkan yang dibentuk khusus sebagai Penyelenggara.

o. Koperasi adalah kumpulan orang yang mempunyai kebutuhan yang sama dalam sektor ekonomi atau sosial budaya dengan prinsip demokrasi dari anggotanya dan yang dibentuk khusus sebagai Penyelenggara.

(40)

36 p. Badan usaha swasta adalah badan hukum milik swasta yang dibentuk khusus sebagai Penyelenggara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

q. Masyarakat adalah kumpulan orang yang mempunyai kepentingan yang sama yang tinggal di daerah dengan yurisdiksi yang sama.

r. Menteri adalah orang yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang sumber daya air.

G. Sistem Penyediaan Air Bersih

1. Penyediaan air bersih dapat dilakukan dengan 2 (dua) sistem (NSPM Kimpraswil, 2002) yaitu:

a. Individual adalah penyediaan air bersih untuk satu rumah, dapat menggunakan sumur gali atau sumur dengkal yang dilengkapi dengan poma listrik. Penyediaan air bersih dalam satu kompleks perumahan atau industry dengan skala kecil.

b. Komunal adalah suatu sistem penyediaan air bersih yang melayani kebutuhan air bersih bagi masyarakat/daerah yang dilayani oleh suatu sistem yang dikelolah oleh PDAM

Dalam PJP I, upaya penyediaan dan pengelolaan air bersih diprioritaskan pada pelayanan wilayah perkotaan yang memiliki cakupan pelayanaan sangat terbatas. Untuk pelayaan wilayah pedesaan diprioritaskan pada pelayanan wilayah perkotaan yang memiliki cakupan pelayanan sangat terbatas.

(41)

37 Untuk pelayanan wilayah pedesaan diprioritaskan pada permukiman yang mengalami kesulitan untuk mendapatkan air bersih serta banyak terjadi kasus penyakit menular terutama yang penularanya melalui air seperti kolera, desentri dan sebagainya.

Secara khusus penyediaan air bersih dalam PJP I ditentukan pada peningkatan kapasitas produksi serta penambahan jumlah sambungan rumah (SR). upaya yang di tempuh oleh pemerintah, khususnya untuk meningkatkan pelayanan terhadap golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah, berada pada daerah terpencil dan sulit air, pada pelita V dilakukan penetapan strategi utama yang berupa pembangunan hidran umum (HU) dan terminal air (TA), yang kemudian di lanjutkan dengan pemasanagan sambungan ke rumah-rumah sesuai perkembangan kemampuan masyarakat.

Sistem penyediaan air bersih adalah usaha-usaha teknis yang dilakukan untuk mengalirkan air yang belum bersih (air baku) yang belum bersih dari sumber air melalui system pegolahan tertentu hingga didapatkan air yang memenuhi standar lalu disalurkan ke konsumen /pemakai (sudah menjadi air bersih ).

Dalam penulisan ini, pengertiannya dibatasi yaitu, sistem penyediaan air bersih adalah pengambilan air baku dari sumber air melalui beberapa system pengolahan sampai pada

(42)

38 ke rumah pompa (tidak termasuk jaringan menuju ke konsumen).

Sistem penyediaan air dari suatu sumber yang terbaik, dan tergantung pada proses yang diperlukan akan menghasilkan air dengan fisik yang baik, bebas dari rasa dan bau yang tidak baik dan bebas dari komponen yang dapat membahayakan dan merugikan pemakainya.

2. Unsur-unsur penyediaan Air Bersih

Unsur-unsur yang membentuk suatu sistem penyediaan air bersih meliputi:

a. Sumber-sumber penyediaan b. Sarana-sarana penampungan

c. Sarana-sarana pengolahan (ke penampungan) d. Sarana-saran pengolahan

e. Sarana-sarana penyaluran (dari pengolahan) f. Sarana-sarana distribusi

H. Kebutuhan Air Bersih

1. Pengertian Kebutuhan Air Bersih

Menurut Kodoatie (2003), kebutuhan air yang dimaksud adalah kebutuhan air yang digunakan untuk menunjang segala kegiatan manusia , meliputi kebutuhan rumlah tangga (domestic) dan non rumah tangga (Non Domestik) seperti untuk keperluan

(43)

39 industry, pariwisata, tempat ibadah, tempat sosial, tempat komersial dan lainnya. Pemerintah Indonesia telah menyusun program pelayanan air bersih sesuai dengan kategori daerah yang dikelompokkan berdasarkan jumlah penduduk .

Air bersih merupakan kebutuhan pokok manusia, sering digunakan untuk memenuhi keperluan-keperluan seperti : kebutuhan rumah tangga, kebutuhan industry,kebutuhan komersil, kebutuhan umum dan lainnya.

Permen PU No.2 Tahun 2016 pasal 8 ayat (2) tentang peningkatan kualitas penyediaan air minum menyebutkan bahwa ketersediaan akses aman air minum merupakan kondisi dimana masyarakat tidak dapat mengakses air minum yang memenuhi syarat kesehatan.

Penyediaan air bersih minimal 60 liter/orang/hari dan memenuhi syarat fisik, kimia dan biologis (jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa). Sebaiknya menggunakan dari jaringan bersih, namun jika belum ada jaringan dapatmenggunakan sumur apabila air tanah memenuhi syarat, kemudian dengan menambah lawas dan kaporit (studi Tipologi tergantung 1992). Besarnya kebutuhan untuk masing-masing kepentingan tergantung pada :

a. Iklim

b. Cara dan standar hidup

(44)

40 c. Jenis dan banyaknya industri, pusat perokoan, kantor dan

fasilitas umum lainnya.

d. Kualitas air

e. Tekanan dalam pipa-pipa jaringan dan sistem sanitasi yang digunakan

f. Penggunaan meter ukur

2. Akibat Ketidaktersediaan Air Bersih

Ketiadaan air bersih dalam suatu wilayah akan mengakibatkan hal-hal sebagai berikut :

a. Munculnya berbagai macam penyakit

1) Penyakit diare. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian kedua terbesar bagi anak-anak dibawah umur lima tahun. Sebanyak 13 juta anak-anak balita mengalami diare setiap tahun. Air yang terkontaminasi dan pengetahuan yang kurang tentag budaya hidup bersih ditenggarai menjadi akar permasalahan ini. Sementara itu 100 juta rakyat Indonesia tidak memiliki akses air bersih.

2) Penyakit cacingan

b. Kemiskinan, rumah tangga yang membeli air dari para penjaja membayar dua kali hingga enam kali dari rata-rata yang di bayar bulanan oleh mereka yang mempunyai sambungan saluran pribadi untuk volume air yang hanya sepersepuluhnya.

(45)

41 3. Standar Pelayanan Air Bersih

Kebutuhan air pada masa yang akan datang dipengaruhi oleh jumlah pemakaian serta jumlah kebutuhan tiap pemakaian air.

a. Kebutuhan air untuk kebutuhan domestic

Kebutuhan air domestic sangat ditentukan penduduk, dan komsumsi perkapita. Kecenderungan populasi dan sejarah populasi dipakai sebagai dasar perhitungan kebutuhan air domestic terutama dalam penentuan kecenderungan laju pertumbuhan. Pertumbuhan ini juga tergantung dari rencana dari tata ruang.

Estimasi populasi untuk masa depan merupakan salah satu parameter utama dalam penentuan kebutuhan air domestic. Laju penyambungan juga menjkadi parameter yang dipakai untuk analisis. Propensitas untuk penyambungan perlu diketahui dengan melakukan survey kebutuhan nyata terutama di wilayah yang sudah ada sistem penyambungan air bersih dari PDAM. Hal ini akan memberikan dampak terhadap perubahana harga dan sikap publik terhadap otoritas suplai air.

Untuk penentuan penyambungan yang ada saat ini dapat dipakai sebagai dasar analisis.

Kebutuhan air untuk domestic yaitu kebutuhan air pemakaian air rumah tangga. Pemakaian ait untuk rumah tangga disesuaikan dengan pemakaian air bersih minimal yaitu

(46)

42 sebanyak 60 liter/orang/hari untuk sambungan langsung dan unutk kran umum mengkonsumsi 30 liter/orang/hari dan melayani 60 jiwa/kran.

b. Kebutuhan air untuk non domestic

Yang dimaksud kebutuhan air untuk non domestic adalah kebutuhan air untuk sarana penunjang yang mencakup kebutuhan air untuk fasilitas perkantoran, fasilitas peribadatan, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas akomodasi dan fasilitas umum lainnya.

Kebutuhan institusi anatara lain meliputi kebutuhan- kebutuhan air untuk sekolah, rumah sakit, gedun-gedung pemerintah, tempat ibadah dan lain-lain. Untuk penentuan besaran kebutuhan ini cukup sulit karena sangat tergantung dari perubahan tata guna lahan dan populasi. Pengalaman menyebutkan angka 5% cukup representatif.

Untuk standar Pelayanan Minimum (SPM) bidang air bersioh Depkimpraswil (2002) non domestic dapat dilihat pada tabel 2.3 berikut :

(47)

43 Tabel 2.3 Standar Pelayanan Minimum Air Bersih Non

Domestik

No Jenis Sambungan Standar Kebutuhan

Satuan

1

Pelayanan Umum

1.000 Lhr/hr/unit - Pos Hansip

- Kantor Desa/

Balai Pertemuan 2 Peribadatan

- Mesjid 1.000 Lhr/hr/unit

- Mushollah 500 Lhr/hr/unit

3

Pendidikan - TK

1.000 Lhr/hr/unit - SD

- SLTP - SMA

4

Kesehatan

- Puskesmas 8. 000 Lhr/hr/unit

- Posyandu

300 Lhr/hr/unit - Balai

pengobatan - Tempat P.

Dokter 5

Perekonimian

- Pasar 10.000 Lhr/hr/unit

- Pertokoan 1.000 Lhr/hr/unit

- Warung 250 Lhr/hr/unit

- TPI 10.000 Lhr/hr/unit

Sumber : Depkimpraswil, 2002

I. Sistem Pengolahan Air Bersih

Air alamiah umumnya tidak dapat langsung dikomsumsi. Air dari sumber tertentu, sebelum disalurkan kepada konsumen, perlu diperiksa terlebih dahulu, diteliti penyimpangan-penyimpangan yang ada dan harus dihilangkan seacara pengolahan.

(48)

44 Pengolahan adalah semua usaha yang dilakukan pada air baku. Dari awal hingga mencapai kualitas air minum yang memenuhi persyaratan (Barclay George, 1984).Sistem pengolahan ini sangat penting dalam penyediaan air bersih, karena dengan adanya proses pengolahan ini, maka diperoleh mutu air minum yang memenuhi standar air yang telah ditentukan.

Menurut Tri Joko (2010:12) sistem pengolahan air ini ada 2(dua) macam, yaitu sebagai berikut:

1. Sistem pengolahan lengkap, di sini air baku mengalami pengolahan lengkap yaitu pengolahan fisik, kimiawi, dan bakteriologis. Pengolahan ini biasanya dilakukan terhada air sungai yang keruh / kotor. Pada proses pengolahan lengkap terdapat3 (tiga) tingkat pengolahan, yaitu:

a. Pengolah fisik yaitu : tujuan untuk mengurangi / menghilangkan kotoran-kotoran kasar , penyisihan lumpur dan pasir, mengurangi zat-zat organik yang ada pada iar yang akan diolah. Proses prngolahan secara fisik dilakukan tanpa tambahan zat kimia.

b. Pengolahan kimia :tujuan membantu proses pengolahan selanjutnya, misalnya pembubuhan tawas supaya mengurangi kekeruh yang ada.

c. Pengolahan biologi : tujuan membunuh/ memusnahkan bakteri-bakteri terutama bakteri penyebab penykit yang terkandung dalam air, missal:

(49)

45 Bakteri collie yang(antara lain penyebab penyakit perut. Salah satu proses pengolahan adalah dengan penambahan desifektan missal kaporit.

2. Sistem pengolahan tidak lengkap (Sebagian), disini air baku hanya mengalami proses pengolahan kimia dan atau pengolahan bakteriologis. Secara garis besar tujuan pengolahan air adalah :

a. Menghilangkan warna, gas yang tidak larut dan hal yang menyebabkan air suram.

b. Mengilangkan bakterinya menghasilkan mikroorganisme

c. Menghilangkan kesadaran air.

(50)

46 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Rappokalling, Kecamatan Tallo, Kota Makassar yang secara administrasi berada di Provinsi Sulawesi Selatan.

Penentuan lokasi penelitian ini didasarkan pada pertimbangan bahwa ketersediaan prasarana, terutama pada prasarana penyediaan pemenuhan kebutuhan air bersih di Kelurahan Rappokalling tidak memadai.

B. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 2 (dua), yaitu:

a. Data kualitatif yaitu data yang berbentuk bukan angka atau menjelaskan atau menjelaskan secara deskriptif tentang lokasi penelitian secara umum. Jenis data kualitatif yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1) Data Kondisi fisik wilayah, yang mencakup letak geografis, kondisi topografi, kelerengan, geologi dan hidrologi.

2) Data pola penggunaan lahan, Yaitu pola penggunaan lahan di Kelurahan Rappokalling.

(51)

47 b. Data kuantitatif yaitu data yang menjelaskan kondisi lokasi penelitian dengan tabulasi angka yang dapat dikalkulasikan untuk mengetahui nilai yang diinginkan. Data kuantitatif yang dimaksud adalah :

1) Data demografi, seperti jumlah penduduk, jmulah penduduk menurut tingkat pendidikan, menurut maka pencaharian, menurut agama.

2) Data sebaran sarana, seperti jumlah sebaran saran perkantoran, sarana perdagangan jasa.

3) Data jumlah pemakaian air bersih di Kecamatan Tallo.

2. Sumber Data

Adapun sumber data yang digunakan, digolongkan ke dalam di kelompk, yaitu data primer dan data sekunder. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat uaraikan berikut ini :

a. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari hasil observasi lapangan seperti data yang diperoleh dari responden melalui wawancara dan observasi langsung di lapangan. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui kondisi kualitatif obyek studi. Jenis data yang dimaksud meliputi : 1) Pengamatan langsung berupa data kondisi fisik kawasan

dan pola penggunaan lahan.

2) Wawancara berupa partisipasi masyarakat dan pemerintah.

(52)

48 b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari instansi yang terkait seperti data pendukung baik dalam bentuk tabulasi maupun deskriktif. Data-data pendukung yang dimaksud adalah :

1) Dinas PU dan tata Ruang berupa data Geografi wilayah, pola pemanfaatan lahan, sarana dan prasarana.

2) Kantor Badan Pusat Statistik berupa data demografi

3) Kantor Kelurahan Rappokalling berupa data demografi serta kelengkapan sarana dan prasarana.

4) Kantor PDAM, berupa data jumlah pemakaian air bersih di Kecamatan Tallo.

C. Metode Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah : 1. Metode Observasi

Merupakan salah satu metode pengumpulan data melalui pengamatan langsung yang diajukan terhadap obyek yang langsung menjadi sasaran penelitian, gunanya untuk memahami kondisi lokasi yang akan dikembangkan. Seperti kondisi Permukiman nelayan, kebutuhan air bersih masyarakat, tingkat pelayanan air bersih.

(53)

49 2. Metode Wawancara

Metode ini dilakukan dengan cara wawancara dan diskusi langsung dengan masyarakat setempat dan masyarakat di sekitar lokasi penelitian serta pemerintah guna mengetahui perkembangan pola permukiman dan kondisi pelayanan air bersih di Kelurahan Rappokalling.

3. Metode Instansional

Metode ini diperoleh melalui instansi terkait guna mengetahui data kualitatif dan kuantitatif obyek penelitian ini seperti data demografi, sarana dan prasarana, kondisi fisik wilayah penelitian dan tingkat permakaian air bersih.

4. Metode Telaah Kepustakaan (library research)

Metode ini adalah cara mengumpulkan data dan informasi melalui literature yang terkait dengan studi yang akan dilakukan seperti pengertian pengertian prasarana air bersih dan sistem pelayanan air bersih.

D. Tehnik Analisis Data

Dalam menganalisis data dan informasi yang diperoleh dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif yaitu analisis dengan penelitian secara angka-angka atau deskripsi berupa uraian-uraian dan menjelaskan data yang diperoleh ataupun menjelaskan data yang diperoleh ataupun menjelaskan kesimpulan dari analisis kuantitatif.

(54)

50 Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk menjawab rumusan masalah pertama Faktor apa yang mempengaruhi belum meratanya pelayanan distribusi air bersih di Kelurahan Rappokalling Kecamatan Tallo menggunakan analisis Korelasi yaitu :

UJI KORELASI Rumus :

rXY = n ∑XY − ∑X ∑Y

√n ∑X2− (∑X)2 √n ∑Y2− (∑Y)2

Dimana :

r = koefisien korelasi n = jumlah data (Sampel)

2. Sedangkan untuk menjawab rumusan masalah kedua dengan menggunakan Analisis SWOT yaitu untuk meningkatkan Pelayanan air bersih di Kelurahan Rappokalling Kecamatan Tallo.

Analisis SWOT adalah salah satu teknik analisis untuk mengkaji wilayah dalam satu lingkungan secara keseluruhan. Untuk mengkaji suatu upaya meningkatkan pelayanan air bersih maka perlu dilakukan analisis dengan melihat faktor internal (yang muncul dari dalam wilayah pengembangan) terdiri dari kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses), serta faktor eksternal (yang ada atau datang dari luar wilayah pengembangan) terdiri

(55)

51 dari peluang (opportunities) dan ancaman (threats). Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam gambar matrik SWOT, dimana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan (strengths) mampu mengambil keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada, bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mencegah keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada, selanjutnya bagaimana kekuatan (strengths) mampu menghadapi ancaman (threats) yang ada, dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mampu membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru.

E. Variable Penelitian

Dalam penelitian ini untuk memudahkan penulis dalam mengkaji dan menganalisis apa yang menjadi rumusan masalah dari penelitian ini, maka penulis mengklasifikasikan variable penelitian menjadi 2 (dua) bagian yaitu :

1. Variable terkait (Dependen)

Yang menjadi variable terikat dalam penelitian ini berdasarkan rumusan masalah yang ada pengembangan sistem pelayanan air bersih, dimana yang menjadi tujuan atau perhatian

(56)

52 utama dalam penelitian ini adalah mencari atau menganalisa tingkatan pemenuhan kebutuhan air bersih di Kelurahan Rappokalling, Kecamatan Tallo, Kota Makassar, kemudian untuk mencapai hasil dari analisis tersebut maka dibutuhkan sebuah variable bebas yang menjadi acuan dalam penentuan sistem pelayanan air bersih di Kelurahan Rappokalling.

2. Variable Bebas (Independen)

Yang menjadi variable bebas dalam penelitian adalah sebagai berikiut :

a. Kapasitas produksi air b. Tingkat kebocoran c. Tarif air

F. Defenisi Operasional

1. Pemenuhan kebutuhan air bersih dalam penelitian ini dikatakan sangat buruk jika kebutuhan air bersih yang terpenuhi yaitu <30%

dari seluruh jumlah penduduk yang ada disuatu daerah.

2. Pemenuhan kebuthan air bersih dalam penelitian ini dikatakan buruk jika kebutuhan air bersih yang terpenuhi yaitu 30%-40%

dari seluruh jumlah penduduk yang ada di suatu daerah.

3. Pemenuhan kebutuhan air bersih dalam penelitian ini dikatakan sedang jika kebutuhan air bersih yang terpenuhi yaitu 40%-60%

dari seluruh jumlah penduduk yang ada di suatu daerah.

(57)

53 4. Pemenuhan kebutuhan air bersih dalam penelitian ini dikatakan sangat baik kebutuhan air bersih yang terpenuhi yaitu 60%-70%

dari seluruh jumlah penduduk yang ada di suatu daerah.

5. Pemenuhan kebutuhan air bersih dalam penelitian ini dikatakan sangat baik jika kebutuhan air bersih yang terpenuhi yaitu >70%

dari seluruh jumlah penduduk yang ada di suatu daerah.

(58)

54 G. Kerangka Pemikiran

ISU-ISU

- Kelurahan Rappokalling menjadi lokasi studi dalam penelitian ini, karena adanya beberapa permasalahan permukiman yang dijumpai, salah satunya adalah kualitas dan kuantitas infrastruktur yang kurang, yang terfokus pada kurang maksimalnya pemanfaatan debit air bersih yang ada.

- Penduduk di Kelurahan Rappokalling belum terpenuhi kebutuhan akan air bersihnya, sehingga kebayakan dari mereka harus membuat sumur bor, namun kondisi airnya tidak layak pakai dan konsumsi.

ALAT ANALISIS

- Analisis korelasi - Analisis SWOT

TINJAUAN TEORI

RUMUSAN MASALAH

- Faktor apa yang mempengaruhi belum meratanya pelayanan distribusi air bersih di Kelurahan Rappokalling Kecamatan Tallo Barat Kota Makassar?

- Bagaimana upaya meningkatkan pemenuhan kebutuhan Air Bersih di Kelurahan Rappokalling?

VARIABEL PENELITIAN

1. Variabel Terikat (Dependent) Variable (Y) = Pelayanan air bersih

2. Variabel Bebas (Independent) Variable (X) terdiri dari : a. Kapasitas Produksi air

b. Tingkat Kebocoran c. Tarif air

Studi Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih di Kelurahan Rappokalling Kecamatan Tallo Kota Makassar

SUMBER DATA

1. Data Primer - Observasi

- Wawancara / Kuisioner 2. Data Sekunder

- Data pendukunf dari instansi setempat

JENIS DATA

1. Data Kualitatif 2. Data Kuantitatif

Referensi

Dokumen terkait

telah memotivasi penulis untuk melaksanakan penelitian yang berjudul “ Prevalensi Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) Tipe Bahaya dengan Komplikasi di RSUP H..

Adapun data yang dikumpulkan adalah karakteristik sosiodemografi (umur, jenis kelamin, pendidikan, statsu bekerja, status menikah, pengawas minum obat (PMO), dan

Perhatikan bahwa dengan operator .*, elemen di baris 1 kolom 1 pada E nilainya 2 dikalikan dengan elemen di lokasi yang sama pada F nilainya 2 untuk menghasilkan elemen di lokasi

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui baseline kinerja dari segi tingkat DPMO dan level sigma, faktor – faktor yang mempengaruhi kualitas dan menentukan tindakan

Kinerja manajemen adalah proses yang digunakan perusahaan untuk memastikan perusahaan bekerja ke arah tujuan organisasi sedangkan penilaian kinerja adalah

#da bebera4a ma6am 6ara 4embuatan brem 4adat. Pada fermentasi ketan men9adi ta4e, berlangsung akti=itas en/im yang dikeluarkan oleh ka4ang dan khamir. !n/im tersebut

Kedelapan item itu adalah: Dosen ybs menjelaskan tujuan dan rencana perkuliahan di awal semester ; Dosen ybs mengacu pada buku ajar/textbook yang mutakhir ; Materi perkuliahan

US  arms  sale  to  Taiwan  is  a  driving  force  to  understand  the  relationship  between  United  State and  People’s  Republic  of  China  (PRC). Under