• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sahabat Senandika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sahabat Senandika"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Sahabat Senandika

Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Yayasan Spiritia

No. 49, Desember 2006

Daftar Isi

Laporan Kegiatan

Pelatihan Pendidik

Pengobatan

Jogjakarta, 3-9 Desember

2006

Oleh: Caroline Thomas

Pelatihan Pendidik Pengobatan ini

dilatarbelakangi oleh kesadaran bahwa walaupun ARV sudah tersedia, ada banyak Odha yang sudah mulai terapi yang masih belum mengerti secara jelas mengenai semua aspek pengobatannya. Hal ini mencakup dampak dari kepatuhan, efek samping, kombinasi obat, dll. Ada laporan bahwa banyak Odha memakai obat tanpa mengikuti pedoman walaupun telah diberi tahu mengenai hal ini oleh dokter. Sebagai tambahan, kita harus menyadari bahwa jumlah dokter yang memiliki pengetahuan, pengalaman dan ketrampilan untuk menangani terapi ini sangat terbatas di semua daerah di Indonesia, dan kebanyakan mempunyai waktu yang sangat terbatas untuk membahas dengan pasiennya. Hasil yang tidak dapat dielakkan dari semua

tantangan ini adalah ketidakpatuhan, perkembangan resistansi, kegagalan terapi, dan risiko pada

kesehatan masyarakat pada umumnya. Salah satu cara yang penting untuk mengurangi kemungkinan masalah ini akan terjadi dan meningkatkan

keefektifan terapi untuk Odha adalah untuk melibatkan sebaya, keluarga dan komunitas. Pelatihan ini mendukung pemberian informasi kepada Odha, Ohidha dan tenaga medis profesional.

Pelatihan yang diadakan pada tanggal 3-9 Desember 2006 yang diadakan di hotel Plaza Jogjakarta ini dihadiri oleh 18 peserta yang terdiri dari Odha, Ohidha, 2 dokter yang berasal dari Pusdokkes Mabes Polri dan 1 dokter dari Maumere

melalui sesi “Informasi sebagai terapi”. Kegiatan hari pertama ditutup dengan mengadakan tes pra pelatihan.

Hari kedua dimulai dengan sesi dasar HIV, kemudian dilanjutkan dengan Hak Pasien & Dokter/Perawat oleh dr. H. I. Firmansyah, SpPD. Selanjutnya, sesi dilanjutkan dengan Peranan KPA dibawakan oleh Pak Slamet dari KPAP Jogjakarta. Sesi pada sore hari adalah dasar ART dan kemudian dilanjutkan dengan sesi efek samping. Sesi padat hari ini ditutup dengan evaluasi hari.

Hari ketiga dimulai dengan sesi Resistansi, kemudian dilanjutkan dengan sesi Perawatan Komprehensif. Sebelum makan siang, ada sesi menarik tentang Perawatan di RS yang dibawakan oleh Pak Zaenuri dari PKU Muhamadiyah Jogjakarta. Setelah makan siang, sesi dilanjutkan dengan sesi Kepatuhan, dan dilanjutkan dengan sesi Infeksi Oportunistik. Sesi hari ini ditutup dengan sesi Seleksi Penerima ART. Seperti biasanya, setiap hari ditutup dengan evaluasi hari.

Hari keempat dimulai dengan sesi khusus tentang koinfeksi HIV dan TB kemudian dilanjutkan dengan sesi tentang AIDS pada perempuan. Sesi

Laporan Kegiatan 1

Pelatihan Pendidik Pengobatan 1 Jogjakarta, 3-9 Desember 2006 1 Pengetahuan adalah kekuatan 2

WHO keluarkan pedoman baru untuk diagnosis TB BTA- dan luar paru untuk rangkaian tersebar-luas HIV 2

Pojok Info 5

Lembaran Informasi Baru 5

Tips 5

Tips untuk Odha 5

Tanya Jawab 6

Tanya Jawab 6

(2)

Pengetahuan

adalah kekuatan

mengenai AIDS pada anak berlangsung setelahnya. Setelah makan siang, sesi dilanjutkan dengan sesi Pembelajaran orang dewasa kemudian pada akhir hari ditutup dengan sesi Kewaspadaan Universal. Sesi-sesi sepanjang hari ini menarik dan banyak mengundang pertanyaan dan diskusi hangat. Hari ini belum selesai karena teman-teman diijinkan untuk jalan-jalan dan berbelanja buah tangan khas Jogjakarta.

Hari kelima dimulai dengan sesi HIV dan Hepatitis, yang dilanjutkan dengan sesi IMS yang dibawakan oleh dr. Nurlan Silitonga. Selanjutnya sesi dilajutkan dengan sesi Terapi Tradisional oleh Pak Jayadi dan dilanjutkan dengan sesi HAM. Setelahnya, dilanjutkan dengan sesi yang menggugah perasaan banyak peserta yaitu sesi Perawatan Paliatif. Hari ini ditutup dengan sesi mengenai Gizi.

Hari keenam dimulai dengan sesi Pendekatan algoritme, kemudian dilanjutkan dengan sesi Pemantauan dan Evaluasi program ART. Sesi selanjutnya adalah GIPA, kemudian dilanjutkan dengan sesi Perawatan di rumah. Sesi hari terakhir ini dilanjutkan dengan sesi Advokasi dan akhirnya HIV Stop disini menutup keseluruhan sesi pada pelatihan ini.

Keseluruhan sesi pelatihan ini ditutup dengan tes pasca pelatihan dan evaluasi akhir keseluruhan pelatihan.

Secara formal, pelatihan ini ditutup dengan mengundang beberapa teman-teman dan stakeholder untuk menghadiri malam keakraban bersama dengan peserta.

Secara umum, pelatihan ini berguna bagi peserta yang hadir namun secara khusus, pelatihan ini merupakan pelatihan ketiga dimana kami melibatkan teman-teman yang pernah mengikuti Pelatihan Pendidik Pengobatan sebelumnya untuk dilibatkan sebagai fasilitator. Memfasilitasi pelatihan ini bukanlah hal yang mudah bagi fasilitator tetapi hal ini merupakan proses yang sangat baik bagi mereka.

Terima kasih kami haturkan kepada panitia lokal Victory Plus yang telah mendukung proses

pelatihan ini dari awal hingga akhir, dan dari proses formal maupun informal.

WHO keluarkan pedoman

baru untuk diagnosis TB

BTA- dan luar paru untuk

rangkaian tersebar-luas

HIV

Oleh Theo Smart, 30 November 2006

Bila seseorang yang dicurigai kasus TB adalah sakit gawat, terutama bila dia Odha, mungkin dibutuhkan ‘fleksibilitas’ saat membuat diagnosis. Hal ini menurut usulan baru yang dikeluarkan oleh WHO. Pedoman baru memperbarui algoritme yang dipakai sebelumnya dengan tujuan untuk

mempercepat diagnosis TB paru BTA-negatif dan luar paru dalam rangkaian terbatas sumber daya di tempat dengan prevalensi HIV yang tinggi.

Masalah mendiagnosis TB pada orang dengan HIV

Pada orang dengan HIV, TB dapat sangat sulit dideteksi dengan metode yang biasa dipakai, misalnya pemeriksaan dahak dengan mikroskop (smear microscopy) dan rontgen dada. Smear microscopy mencakup penggunaan mikroskop untuk mencari organisme Mycobacterium tuberculosis (M.tb) sendiri dalam contoh dahak (atau contoh cairan tubuh lain) yang diwarnai dengan zat pewarna khusus - tetapi contoh dengan orang dengan HIV dan TB sering kali ‘BTA-negatif’ (BTA = Batang Tahan Asam, yang

(3)

“Angka TB paru BTA-negatif dan luar paru sudah meningkat di negara dengan epidemi HIV,” kata dokumen WHO. “Angka kematian di antara pasien TB terinfeksi HIV adalah lebih tinggi dibandingkan pasien TB tidak terinfeksi HIV, terutama untuk mereka dengan TB BTA-negatif dan luar paru.”

Kelambatan diagnosis, dan kelambatan pengobatan yang diakibatkannya, menyumbang pada peningkatan dalam angka kematian ini.

Definisi klinis TB yang diperbarui

Tetapi dengan adanya kaitan yang sangat erat antara HIV dan TB, usulan baru WHO agak menurunkan ambang untuk bukti yang dibutuhkan untuk diagnosis TB pada orang dengan HIV yang mempunyai gejala TB. Contohnya, WHO biasanya mengusulkan pemeriksaan tiga contoh dahak dengan mikroskop untuk siapa pun dengan batuk selama dua atau tiga minggu, dan bila dua contoh adalah positif, diagnosis TB paru dapat diambil.

Namun, sekarang WHO mengusulkan diambil hanya dua contoh dahak untuk diperiksa dengan mikroskop bila pasien terinfeksi HIV (atau bila ada bukti klinis yang kuat bahwa dia terinfeksi HIV). Hal ini seharusnya mengurangi waktu (dan kunjungan berulang-ulang oleh pasien ke klinik) yang dibutuhkan untuk membuat diagnosis. Bila salah satu contoh positif, diagnosis TB paru dapat diambil.

TB paru BTA-negatif

Bila kedua contoh ternyata BTA-negatif, tetapi rontgen dada (bila tersedia) memberi kesan TB, diagnosis TB BTA-negatif dapat diambil bila dokter memutuskan untuk mengobati dengan terapi TB penuh dan memantau secara ketat untuk tanggapan (yang akan menandai bahwa diagnosis adalah benar). Tambahan, diagnosis TB BTA-negatif dapat diambil setelah sebuah contoh yang dikirim untuk dibiakkan kembali M.tb-positif.

Percobaan antibiotik pada pasien sakit gawat Namun, pemeriksaan dahak dan rontgen dada mungkin tidak akan menunjukkan TB pada

beberapa pasien yang terlalu sakit untuk menunggu waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan untuk mendapatkan hasil biakan dari laboratorium referensi. Ada beberapa ‘tanda gawat’ yang menunjukkan kebutuhan untuk tindakan darurat, termasuk bila pasien tidak dapat jalan kaki tanpa bantuan, mempunyai denyut napas di atas 30 per

Pada kasus dengan seseorang yang sakit begitu gawat tetapi diagnosis belum jelas atau tidak dapat dibuat cukup cepat, usulan WHO baru

mengusulkan pasien tersebut dirujuk secepat mungkin pada rumah sakit tingkat lebih tinggi. Bila hal itu tidak mungkin, orang tersebut harus

langsung diberikan antibiotik spektrum luas secara infus, dan, tergantung pada jumlah CD4 atau keadaan klinis, pengobatan untuk PCP (pneumonia Pneumocystis jiroveci) sebaiknya juga

dipertimbangkan.

Pada saat ini, WHO mengatakan belum ada bukti klinis yang cukup untuk memberi usulan luas mengenai antibiotik mana yang terbaik digunakan (hal ini mengkin dituntun oleh apa yang bekerja terbaik di daerah untuk mengobati infeksi bakteri yang didapat dalam komunitas), namun

fluorokuinolon TIDAK boleh diberikan karena golongan obat ini giat terhadap M.tb, dan oleh karena itu dapat memperlambat diagnosis TB.

Kemudian untuk beberapa hari berikut selama pasien diberikan terapi antibiotik, semua tes laboratorium yang tersedia (termasuk tes HIV) harus dilakukan. Bila pasien ternyata HIV-positif dan tidak ada kebaikan klinis setelah tiga sampai lima hari memakai antibiotik, kemungkinan pasien mempunyai TB BTA-negatif, dan dia sebaikya diberikan terapi TB. Namun, pedoman baru menunjukkan bahwa orang harus dinilai untuk TB secara terus-menerus, walau ada tanggapan pada antibiotik (karena mungkin ada koinfeksi, atau karena beberapa antibiotik dapat mempunyai kegiatan anti-TB yang rendah - tetapi tidak menyembuhkan).

TB luar paru

Petugas layanan kesehatan di semua tingkat harus selalu mengambil sikap curiga untuk TB luar paru pada orang dengan HIV. Selain batuk (yang mungkin ada atau mungkin tidak ada), berbagai gejala, yaitu demam dengan keringat malam, kehilangan berat badan, sesak napas, kelenjar getah bening bengkak, lengan atau kaki bengkak, atau sakit kepala kronis atau keadaan mental berubah, dapat memberi kesan adanya TB pada bagian tubuh yang lain.

(4)

(selaput yang melapisi paru dan lubang dada - walau biasanya hanya satu sisi terinfeksi) dan TB

diseminata (meluas pada beberapa tempat di tubuh). M.tb juga dapat menularkan jaringan yang melapisi jantung, atau mening (selaput yang

melapisi otak dan saraf tulang belakang) dan daerah lain.

Tetapi penting dicatat bahwa TB luar paru bahkan lebih umum terkait dengan status HIV dibandingkan TB paru BTA-negatif, jadi semakin penting status HIV pasien ditentukan untuk diagnosis. Menurut dokumen WHO, “kurang lebih sepertiga kematian pada orang Afrika yang HIV-positif disebabkan oleh TB diseminata tetapi hanya kurang lebih separo pasien HIV-positif yang meninggal dari TB diseminata terdiagnosis sebelum meninggal.”

Definsi TB luar paru yang diperbarui membutuhkan didapat hasil positif, melalui pemeriksaan dahak dengan mikroskop atau pembiakan, pada sedikitnya satu contoh cairan dari tempat infeksi. Atau, diagnosis dapat dibuat bila ada bukti histologis atau klinis kuat konsisten dengan TB luar paru pada orang dengan (atau dicurigai secara kuat) terinfeksi HIV, dan keputusan untuk mengobati dengan terapi anti-TB yang penuh.

Pengambilan contoh yang baik dari tempat infeksi dapat sulit kecuali mungkin limfadenitis TB (pengambilan cairan dari kelenjar getah bening dengan jarum suntuk tipis biasanya mendapatkan bahan dengan hasil diagnostik yang tinggi melalui pembiakan atau pemeriksaan mikroskop). Jadi, para dokter sering harus membuat diagnosis presumptif dan mulai pengobatan TB hanya berdasarkan bukti klinis yang kuat (dan kemudian memantau untuk tanggapan).

Namun, karena diagnosis tepat TB luar paru dapat rumit dan sulit, terutama di fasilitas

kesehatan perifer, rujukan pada tingkat lebih tinggi diusulkan bila mungkin. Tetapi, “pedoman

penatalaksanaan klinis yang disederhanakan dan dibakukan untuk bentuk TB luar paru yang paling umum dan gawat” dimasukkan pada dokumen WHO (lihat link di bawah).

Pemantauan efektivitas operasional pedoman baru

Pada beberapa kasus, pedoman ini berdasarkan pendapat para ahli (dan bukan bukti klinis yang kuat) karena adalah mendesak untuk menanggapi TB dalam rangkaian HIV tersebar-luas secara efektif. Namun WHO mengusulkan bahwa program yang mempraktekkan pedoman ini harus memantau efektivitas operasional usulan baru ini.

Untuk memudahkan ini, dokumen tersebut termasuk protokol untuk pengumpulan data program yang baku secara prospektif untuk membantu memastikan bahwa informasi yang dikumpulkan dapat dipakai untuk mendasari perubahan pada kebijakan di tingkat nasional dan global. Untuk informasi lebih lanjut, silakan baca dokumen.

Dokumen dalam bahasa Inggris dapat

didownload dari <http://www.who.int/entity/tb/ publications/2006/tbhiv_recommendations.pdf>. Kami di Spiritia sedang menejemahkan dokumen dan akan mengumumkan bila sudah tersedia.

Acuan: Stop TB Department Department of HIV/AIDS, World Health Organisation. Improving the diagnosis and treatment of smear-negative pulmonary and extrapulmonary tuberculosis among adults and adolescents. Recommendations for HIV-prevalent and resource-constrained settings. WHO, Geneva, Switzerland, 2006.

(5)

Tips

Pojok Info

Tips untuk Odha

Odha terkadang merasa lebih membutuhkan vitamin daripada orang yang tidak mempunyai HIV dalam tubuhnya. Walaupun vitamin sudah jelas baik bagi kesehatan kita, ada situasi dan kondisi tertentu yang meminta kewaspadaan.

Kebanyakan menelan vitamin A bisa

menyebabkan rambut rontok, diare, penglihatan kabur, gatal-gatal, datang bulan tak teratur, lekas capek, dan pembesaran hati. Supaya vitamin A bisa diserap badan secara optimal, kita tidak boleh bekerja berat secara fisik selama empat jam sesudah menelan vitamin A itu.

Vitamin A dosis tinggi itu juga tidak boleh dimakan bersama antibiotik berspektrum lebar.

Dosis tinggi vitamin B1 (tiamin) dapat menganggu produksi insulin dan tiroid; ia bisa meniadakan khasiat vitamin-vitamin B lainnya.

Dosis tinggi vitamin B2 (riboflavin) dapat

menyebabkan orang tidak tahan terhadap terik sinar matahari.

Dosis berlebihan choline (salah satu anggota B kompleks) dalam jangka panjang menyebabkan kekurangan vitamin B6 (piridoksin; pencegah kekejangan otot waktu malam, kejang kaki, dan kebaalan tangan).

VitaminC (asam askorbat) dapat mengubah hasil tes kadar gula darah. Karena itu, menelan vitamin C dosis tinggi harus dihentikan kalau kita mau

memeriksakan darah.

Pepaya dan nanas segar sebagai sumber vitamin A dan C tidak baik bagi orang yang lambungnya sedang meradang.

Karena vitamin D (calcipherol) mendorong penyerapan kapur, kelebihan vitamin D yang ditimbun dalam badan dapat meningkatkan kapur dalam darah.

Vitamin E (tocopherol) harus dipakai dengan hati-hati oleh mereka yang bertekanan darah tinggi, menderita diabetes, dan rematik jantung.

Vitamin E dosis tinggi malah dapat

memperburuk keadaan jantung para penderita rematik jantung yang sudah tidak seimbang lagi antara bilik kiri dan bilik kanannya.

Lembaran Informasi Baru

Pada Desember 2006, Yayasan Spiritia telah menerbitkan satu lagi lembaran informasi untuk Odha, sbb:

•Referensi

Lembaran Informasi 651—HIV dan Penyakit Ginjal

Lembaran Informasi 911—Daftar Interaksi Obat NRTI

Dengan ini, sudah diterbitkan 124 lembaran informasi dalam seri ini.

Juga ada delapan lembaran informasi yang direvisi:

•Informasi Dasar

Lembaran Informasi 001—Daftar Lembaran Informasi

•Terapi Antiretroviral

Lembaran Informasi 446—Lopinavir/Ritonavir

•Infeksi Oportunistik

Lembaran Informasi 504—Demensia & Masalah Saraf

Lembaran Informasi 506—Hepatitis C (HCV) & HIV

Lembaran Informasi 507—Human Papillomavirus (HPV)

Lembaran Informasi 509—Limfoma

•Efek Samping

Lembaran Informasi 558—Depresi

•Referensi

Lembaran Informasi 910—Daftar Interaksi Obat NNRTI/PI

(6)

Sahabat Senandika

Diterbitkan sekali sebulan oleh

Yayasan Spiritia

dengan dukungan

T H E FORD T H E FORD T H E FORD T H E FORD T H E FORD FOU N D FOU N D FOU N D FOU N D

FOU N DAAAAAT I ONT I ONT I ONT I ONT I ON

Kantor Redaksi:

Jl. Johar Baru Utara V No 17 Jakarta Pusat 10560

Telp: (021) 422 5163 dan (021) 422 5168 Fax: (021) 4287 1866

E-mail: yayasan_spiritia@yahoo.com Editor:

Caroline Thomas

Copyright 2002 Yayasan Spiritia. Izin dikeluarkan bukan untuk diperdagangkan, sehingga bila mengutip isinya Anda harus mencantumkan sumber (termasuk alamat dan nomor telepon). Semua informasi di dalam Sahabat Senandika sekadar

untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Sebelum

Positive Fund

Tanya Jawab

Tanya Jawab

T: Bisakah perempuan yang HIV positif mempunyai bayi yang sehat?

J: Pertanyaan ini sering muncul baik di kalangan orang yang belum mengerti tentang HIv maupun dikalangan yang semestinya lebih berpengetahuan tentang HIV. Jawabannya adalah ‘Ya’. Sekitar tiga dari setiap emapt bayi yang dilahirkan ibu yang HIV positif tidak terinfeksi HIV. Kemungkinan seorang ibu HIV positif melahirkan bayi HIV positif bisa jauh dikurangi menjadi kurang dari satu banding sepuluh kasus, jika si ibu meminum obat antiretroviral dengan aturan tertentu sebelum melahirkan, memilih kelahiran bedah Sesar, dan tidak memberikan air susu ibu pada bayinya. Sebagian besar perempuan tidak dapat memperoleh obat antiretroviral atau bedah Sesar, dan

permasalahan menyusui pun rumit. Seorang bayi yang tidak disusui oleh ibunya menghadapi resiko kematian yang lebih besar. Hal ini disebabkan penyakit diare yang diakibatkan tidak adanya perlindungan yang biasanya diberikan oleh air susu ibu. Lagipula, susu formula sering kali terlalu mahal, dan untuk beberapa orang, air bersih tidak selalu tersedia. Akhirnya di banyak budaya, tidak menyusui adalah tindakan yang tidak bisa diterima. Gizi yang baik untuk si ibu, termasuk tambahan multi-vitamin, mengurangi resiko penularan. Penting juga untuk segera mengobati penyakit yang dialami si ibu, termausk infeksi menular seksual, dan memakai kondom jika berhubungan seks selama hamil.

Laporan Keuangan Positive Fund

Yayasan Spiritia

Periode D esember 2006

Saldo aw al 1 Desember 2006 12,071,269

Penerimaan di bulan

Desember 2006 1,040,000+

___________

Total penerimaan 13,111,269

Pengeluaran selama bulan Desember :

Item Jumlah Pengobatan 873,100 Transportasi 0 Komunikasi 0 Peralatan / Pemeliharaan 0 Modal Usaha 3,180,000+

___________

Total pengeluaran 4,053,100

-Saldo akhir Positive Fund

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, hasil FTIR menunjukan bahwa membran dengan penambahan kitosan mempunyai ikatan yang hampir sama dengan membran selulosa asetat murni, hal ini bisa diakibatkan

Penelitian ini dibatasi pada ruangan Laboratorium yang menggunakan lampu untuk mematikan dan menghidupkan lampu menggunakan perangkat smartphone yang diinstal

Berdasarkan hasil persentase data (Gambar 4.1), diketahui bahwa bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan sebagai bahan dasar obat tradisional oleh masyarakat

Mineral Nomor 1614 Tahun 2004 tentang Pedoman Permohonan Kontrak Karya dan Perjanjian karya Pengusahaan Pertambangan Batubara dalam Rangka Penanaman Modal asing, kontrak karya

Kota-kota besar di Jawa, terutama Batavia atau Jakarta mempunyai daya tarik tersendiri sehingga pemerintah Hindia Belanda menjadikan kota tersebut sebagai ibu kota Nederlandsche

Tanaman gladiol dapat ditanam dengan sistem guludan atau tanpa guludan. Jika pengairan menggunakan cara leb, maka penanaman sebaiknya dengan guludan agar air irigasi tidak

Agenda Clustering Requirement untuk clustering Tipe data dalam cluster analysis Interval-scale variable Binary variable Nominal variable Ordinal variable Ratio-scaled

Berdasarkan hasil pengujian simultan yang dilakukan penulis membuktikan adanya pengaruh faktor eksternal dan internal yang meliputi Return on Assets (ROA), Return on Equity