• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL KOOPERATIVE TYPE (TTW) UNTUK MENINGKATKANKEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA KELAS VIII SMP SWASTA ERIA MEDANT.A. 2013/2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL KOOPERATIVE TYPE (TTW) UNTUK MENINGKATKANKEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA KELAS VIII SMP SWASTA ERIA MEDANT.A. 2013/2014."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

KELAS VIII SMP SWASTA ERIA T.A 2013/2014

Oleh:

Muhammad Shaoqi Siregar NIM 4103111057

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, atas segala anugrah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan yang direncanakan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si, selaku Rektor UNIMED beserta seluruh Pembantu Rektor, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D, selaku Dekan beserta seluruh Pembantu Dekan di FMIPA UNIMED, Bapak Drs. Syafari, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Matematika dan pegawai di jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si selaku Ketua Program Studi Jurusan Matematika, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku sekretaris Jurusan Matematika. Ucapan terima kasih juga diucapkan kepada Bapak Prof.Dr.Mukhtar, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Bapak Drs.Yasifati Hia, M.Si sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sejak awal sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Juga terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Drs.H.Banjarnahor, M.Pd, Bapak Drs.Syafari, M.Pd, dan ibu Dra.Nerly Khairani, M.Si selaku dosen pemberi saran dan penguji yang telah memberikan masukan dan saran mulai dari rencana penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini dan seluruh Bapak/Ibu Dosen serta Staf Pegawai Jurusan Matematika FMIPA UNIMED yang sudah banyak membantu penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs.H.Nempati Ginting, M.Pd selaku kepala sekolah SMP Swasta Eria Medan, Bapak dan Ibu Guru/Staf Pegawai SMP Swasta Eria Medan yang telah banyak membantu penulis dan mengarahkan penulis selama penelitian.

Teristimewa saya mengucapkan banyak terima kasih kepada kedua orang tua saya, Ayahanda Tercinta Rizal Siregar dan Ibunda tercinta Ros Dewi Hutagalung yang menjadi sumber motivasi yang sangat besar kepada penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Penulis juga sampaikan rasa terima kasih kepada kakak dan abang penulis, Kakak saya Tiur Malasari Srg, S.Pd,M.Si Beserta Suami dan Abang saya Eko Rendy Srg, SE beserta Istri yang senantiasa memberikan dukungan dan semangat untuk penulis.

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada teman-teman yang selama awal perkuliahan hingga penyusunan skripsi ini yakni Dik B’10 serta kepada sahabat-sahabat yang tidak mungkin disebutkan namanya satu persatu, tak lupa pula ucapan terima kasih penulis haturkan kepada sahabat dan teman sejawat PPLT 2013 Pagar Merbau yang telah memberikan semangat, dukungan serta doa kepada penulis dalam menyelesaikan studi di Universitas Negeri Medan.

(4)

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih atas semua dukungan dan bantuan dari berbagai pihak dalam penyempurnaan skripsi ini sehingga mudah-mudahan dapat mencapai hasil yang diharapkan.

Medan, Juni 2014 Penulis,

(5)

PENERAPAN MODEL KOOPERATIVE TYPE (TTW) UNTUK MENINGKATKANKEMAMPUAN KOMUNIKASI

MATEMATIK SISWA KELAS VIII SMP SWASTA ERIA MEDAN

T.A. 2013/2014

Muhammad Shaoqi Siregar (4103111057)

ABSTRAK

Pada kesempatan kali ini Jenis penelitian yang di ambil oleh penulis adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan Subjek penulis dalam penelitian ini adalah siswa Kelas VIII-2 SMP Swasta Eria Medan Tahun Ajaran 2013/2014 yang berjumlah 35 orang. Objek dari penelitian ini adalah kemampuan komunikasi matematik siswa melalui Penaerapan Model pembelajaran think-talk-write (TTW) pada materi Teorema Phytagoras yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa kelas VIII SMP Swasta Eria Medan dengan menerapkan Model pembelajaran think-talk-write (TTW) pada Teorema Phytagoras

Instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah tes kemampuan komunikasi matematik, observasi dan wawancara. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus dan di akhir setiap siklus diberikan tes kemampuan komunikasi matematik. Sebelum diberikan, tes terlebih dahulu divalidkan ke validator.

Siklus I penulis menerapkan Modelthink-talk-write (TTW) yang menjadi inovasi baru yang ditawarkan oleh penulis yang bertujuan untuk meningkatkan komunikasi matematik dalam pembelajaran yang di berikan, pada akhir siklus di lihat hasil melalui setiap tes yang dilaksanakan pada akhir siklus sebagai acuan untuk tindakan pada siklus kedua. Pada siklus II mengacu pada kekurangan yang terjadi pada siklus sebelumnya penulis menambahkan beberapa inovasi tambahan salah satunya dengan memaximalkan kerja setiap siswa/i dalam kelompoknya yang tadinya berjumlah 4-5 orang di perkecil sampai 3-4 orang maximal untuk mendapat hasil yang lebih maximal dengan setiap anggota kelompok bekerja secara penuh.

(6)

Dari hasil wawancara dan lembar jawaban siswa pada setiap tes, diperoleh bahwa kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal-soal Teorema Phytagoras dan jumlah siswa yang mengalami kesulitan telah mengalamin penurunan. Berdasarkan hasil observasi, pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan peneliti pada siklus I, termasuk kategori baik dengan skor 3,38. Akan tetapi pada siklus II, tingkat kemampuan peneliti mengelola pembelajaran termasuk kategori sangat baik dengan skor 3,52.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Daftar Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Identifikasi Masalah 7

1.3 Batasan Masalah 7

1.4 Rumusan masalah 8

1.5 Tujuan penelitian 8

1.6 Manfaat Penelitian 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9

2.1. Kerangka Teoritis 9

2.1.1.Pengertian Komunikasi 9

2.1.2.Komunikasi Matematik 10

2.1.2.1.Pengertian Komunikasi Matematik 10

2.1.2.2.Kemampuan Komunikasi Matematik 11 2.1.2.3.Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Matematik 14

2.1.3.Pengertian Belajar 15

2.1.4.Pembelajaran Matematika 16

2.1.5.Model Pembelajaran Matematika 18

2.1.6.Model pembelajaranThink-Talk-Write 19

2.1.7.Format pembelajaranThink-Talk-Write 22

(8)

2.2. Kerangka Konseptual 29

2.3. Hipotesis Penelitian 30

BAB III METODE PENELITIAN 31

3.1. Tempat dan Waktu penelitian 31

3.1.1.Tempat Penelitian 31

3.1.2.Waktu Penelitian 31

3.2. Subjek dan Objek Penelitian 31

3.2.1.Subjek Penelitian 31

3.2.2.Objek Penelitian 31

3.3. Jenis Penelitian 31

3.4. Definisi Operasional 32

3.5. Prosedur Penelitian 33

3.6. Instrument penelitian 38

3.6.1.Tes 38

3.6.2.Observasi 39

3.6.3.Wawancara 39

3.7. Teknik pengumpulan Data 40

3.7.1. Pensekoran kemampuan komunikasi matematis siswa 40

3.8. Tekhnik analis data 43

3.9. Kesimpulan 45

BAB IV Hasil Penelitian 48

4.1. Hasil Penelitian 48

4.1.1.1. Siklus I 48

4.1.1.2. Alternatif pemecahan I 49

4.1.1.3. Pelaksanaan Tindakan I 49

4.1.1.4. Observasi I 50

4.1.1.5. Analisis data tes kemampuan komunikasi I 50

4.1.1.6. Penyimpulan 54

(9)

4.1.2.1. Permasalahan I 55

4.1.2.2. Alternatif Pemecahan II 55

4.1.2.3. Pelaksanaan Tindakan II 55

4.1.2.4. Observasi II 56

4.1.2.5. Analisis data Tes Kemampuan Komunikasi II 56

4.1.2.6. Refleksi II 60

4.2. Temuan Penelitian 60

4.3. Diskusi Hasil Penelitian 61

4.4. Penelitian Yang Relevan 61

BAB V Kesimpulan Dan Saran 63

5.1. kesimpulan 63

5.2. Saran 63

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Format pembelajaranThink-Talk-Write 25

Tabel 3.1 Bobot skor kemampuan Komunikasi 42

Tabel 3.2 Persentase ketuntasan Komunikasi matematis 44

Tabel 4.1 Deskripsi komunikasi Matematika Siklus I 51 Tabel 4.3 Deskripsi Tingkat kemampuasn siswa Siklus I 53

Tabel 4.4 Deskripsi komunikasi Matematika Siklus II 56

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Design pembelajaranThink-Talk-Write 26

Gambar 3.1. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) 38

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : RPP I Think-Talk-Write 67

Lampiran 2 : RPP II Think-Talk-Write 71

Lampiran 3 : RPP III Think-Talk-Write 74

Lampiran 4 : RPP IV Think-Talk-Write 78

Lampiran 5 : Lembar Aktifitas Siswa I 82

Lampiran 6 : Alternatif Penyelesaian LAS I 87

Lampiran 7 : Lembar Aktifitas Siswa II 89

Lampiran 8 : Alternatif Penyelesaian LAS II 93

Lampiran 9 : Lembar Aktifitas Siswa III 96

Lampiran10 : Alternatif Penyelesaian LAS III 99

Lampiran 11: Kisi-kisi Pretest 102

Lampiran 12: Kisi-Kisi PostTes 103

Lampiran 13: Pretest 104

Lampiran 14: Alternatif Penyelesaian PreTest 106

Lampiran 15: Postes 110

Lampiran 16: Alternatif Penyelesaian Posttes 112

Lampiran 17: Pemberian skor komunikasi Matematika 116

Lampiran 18: Lembar Validasi Pretest 118

Lampiran 19: Lembar Validasi Postest 120

Lampiran 20: Lembar Validasi TKKM 122

Lampiran 21: Lembar Validator 124

Lampiran 22: Hasil TKKM 1 125

Lampiran 23: Hasil TKKM 2 126

Lampiran 24: Tes Komunikasi Matematika dan Alternatif 127

Lampiran 25: Hasil Tes Awal 131

Lampiran 26: Lembar Observasi Guru 133

(13)
(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Di dalam pendidikan, matematika memegang peranan yang cukup penting.

Matematika disadari sangat penting peranannya. Namun tingginya tuntutan untuk menguasai matematika tidak berbanding lurus dengan hasil belajar matematika

siswa. Upaya- upaya untuk meningkatkan hasil belajar matematika dewasa ini

dilakukan pemerintah secara terus menerus. Namun pada kenyataannya hasil pembelajaran matematika masih memprihatinkan. Kenyataan yang ada

menunjukkan hasil belajar siswa pada bidang studi matematika kurang

menggembirakan. Seperti yang diungkapkan Soekisno (2009) (

http://kimfmipa.unnes.ac.id/home/61-membangun-keterampilan-komunikasi-matematika.html) :

“Hasil tes diagnostik yang dilakukan oleh Suryanto dan Somerset di 16 sekolah menengah beberapa provinsi di Indonesia menginformasikan bahwa hasil tes pada mata pelajaran matematika sangat rendah. Hasil dari TIMSS-Third International Mathematics and Science Studymenunjukkan Indonesia pada mata pelajaran matematika berada di peringkat 34 dari 38 negara.”

Bahkan sampai saat ini, matematika masih menjadi momok yang menakutkan bagi sebagian besar siswa, terutama ketika menghadapi UAN. Kenyataan

menerangkan banyak siswa yang tidak lulus UAN karena nilai matematika yang

tidak memenuhi standar kelulusan. Suharyanto(2008) (http://smu-net.com ), mengatakan :

“Mata pelajaran matematika masih merupakan penyebab utama siswa tidak lulus UAN 2007. Dari semua peserta yang tidak lulus sebanyak 24,4% akibat jatuh dalam pelajaran matematika, sebanyak 7,695 akibat pelajaran bahasa inggris, dan 0,46% akibat mata pelajaran bahasa indonesia.”

Jika kita bandingkan dengan mata pelajaran lain, hasil belajar siswa dalam

mata pelajaran matematika selalu rendah. Hal ini biasanya karena sebagian besar

siswa kurang antusias menerimanya. Siswa lebih menunggu penyelesaian atas soal yang diberikan guru. Tidak jarang siswa kurang mampu mempelajari

matematika sebab matemmatika lebih bersifat pasif, enggan, takut, atau malu

(15)

sebagian dari mereka ada yang membencinya. Hal ini menyebabkan siswa menjadi takut terhadap matematika. Akan tetapi ketakutan-ketakutan yang muncul

dari siswa tidak hanya disebabkan siswa itu sendiri, tetapi juga disebabkan oleh

ketidakmampuan guru menciptakan situasi yang mampu membawa siswa tertarik

terhadap matematika. Oleh karena itu guru harus mencari cara yang dapat membuat siswa tertarik dalam mempelajari matematika dengan metode dan model

– model pembelajaran yang terbaru yang diharapkan bisa menarik minat para

siswa.

Faktor lain yang mempunyai andil yang sangat penting dalam menentukan

keberhasilan belajar matematika adalah pemilihan model pembelajaran.

Penggunaan model pembelajaran dalam menyajikan pelajaran sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Penggunaan model pembelajaran yang tepat akan

mengatasi kejenuhan siswa dalam menerima pelajaran matematika

Seama ini model pembelajaran yang digunakan guru cenderung tradisional

yang mengakibatkan siswa pasif. Sehingga siswa merasa jenuh dan bosan yang menyebabkan pencapaian hasil belajar tidak optimal. Salah satunya pada pokok

bahasan logaritma. Harminingsih (2008)

(http://www.snapdrive.net/files/564242/Bagian%20awal.doc) , mengemukakan bahwa :

”Pada pengajaran yang dilakukan, guru masih menggunakan cara pengajaran yang tradisional yaitu guru sebagai pusat pembelajaran dan pengajaran materi sifat – sifat logaritma tersebut diajarkan dengan menggunakan metode ceramah. Pada pembelajaran berlangsung terlihat siswa asyik dengan kegiatannya sendiri yang tidak ada kaitannya dengan apa yang disampaikan guru. Dan ketika guru bertanya belum tentu seorang anak dapat menjawab yang dimana pada saat pembelajaran siswa hanya menunggu dan mendengarkan apa yang di berikan guru (pasif), Justru masih terlihat anak – anak yang bermain – main dengan temannya tanpa memperdulikan apa yang disampaikan oleh guru pengajar”.

Demikian pula laporan TIMSS menunjukkan bahwa pembelajaran yang lebih menekankan pada aktivitas penalaran dan pemecahan masalah seperti di

Jepang dan Korea mampu menghasilkan siswa berprestasi tinggi dalam

(16)

dan SMU di Bandung menemukan bahwa pembelajaran matematika kurang melibatkan aktivitas siswa secara optimal sehingga siswa kurang aktif dalam

belajar. Salah satu upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan

koneksi matematis adalah pemberian model pembelajaran kooperative tipe

think-talk-write.

Menurut BSNP (2006), mata pelajaran matematika dalam Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bertujuan agar siswa memiliki kemampuan

sebagai berikut.

1. Memahami konsep dalam matematika, menjelaskan keterkaitan antar

konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat,

efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah;

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau

menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika;

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan

solusi yang diperoleh;

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain

untuk memperjelas keadaan atau masalah;

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari

matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Matematika sebagai salah satu ilmu dasar baik aspek terapannya, maupun aspek penalarannya, mempunyai peranan yang penting dalam upaya penguasaan

ilmu dan teknologi. Ini berarti bahwa sampai batas tertentu matematika perlu

dikuasai oleh segenap warga Negara Indonesia, baik penerapannya maupun pola pikirnya. Matematika sekolah yang merupakan bagian dari matematika, yang

dipilih atas dasar kepentingan pengembangan kemampuan dan kepribadian

peserta didik serta perkembangan Ilmu dan Teknologi. Perlu selalu dapat sejalan

(17)

Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam

kehidupan sehari-hari melalui materi aljabar, geometri, logika matematika,

peluang dan statistika. Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan

mengkomunikasikan gagasan melalui model matematika yang didapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik dan tabel.

Data lain yang menunjukkan rendahnya prestasi matematika siswa

Indonesia terhadap hasil survei pusat statistik internasional untuk pendidikan dimana Indonesia peringkat 39 dari 41 Negara. Menurut Soejono (1984) http:/www.strategipembelajaranmatematika.comjuga mengungkapkan bahwa :

Kesulitan belajar siswa dapat disebabkan oleh beberapa faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal seperti fisiologi, faktor sosial dan faktor pedagogik. Selain itu terdapat pula kesulitan khusus dalam belajar matematika seperti:1) kesulitan dalam menggunakan konsep, 2) kesulitan dalam belajar dan menggunakan prinsip, 3) kesulitan memecahkan soal berbentuk verbal atau yang menggunakan bahasa matematika seperti ekuivalen,kongkruen,dan lain sebagainya”.

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa salah satu kesulitan

untuk mempelajari matematika adalah rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa. Matematika memiliki peran sebagai bahasa simbolik yang

memungkinkan terwujudnya komunikasi secara cermat dan tepat. Mata pelajaran

matematika perlu diajarkan untuk membekali siswa dengan mengembangkan kemampuan menggunakan bahasa matematika dalam mengkomunikasikan ide

atau gagasan matematika.

Fathoni (dalam www.komunikasimatematika.com) juga mengungkapkan hal yang sama bahwa:

(18)

Pentingnya peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa juga telah tertulis dalam tujuan pendidikan Nasional Indonesia dan Kurikulum terbaru tahun

2007 khususnya untuk pembelajaran matematika. Mengingat bahwa bagi dunia

keilmuan, matematika memiliki peran sebagai bahasa simbolik yang

memungkinkan terwujudnya komunikasi yang cermat dan tepat.

Greenes dan Schulman (1996) dalam (www.Pentingnya komunikasi matematika.com) yang mengatakan bahwa :

Komunikasi matematik merupakan: (I) kekuatan sentral bagi siswa dalam merumuskan konsep dan strategi matematik, (2) modal keberhasilan bagi siswa terhadap pendekatan dan penyelesaian dalam eksplorasi dan investigasi matematik, (3) wadah bagi siswa dalam berkomunikasi dengan temannya untuk memperoleh informasi, membagi pikiran dan penemuan, curah pendapat, menilai dan mempertajam ide untuk meyakinkan orang lain.

Pengungkapan pentingnya komunikasi dalam pembelajaran matematika,

dapat ditemukan pula dalam berbagai buku pelajaran matematika di Amerika Serikat.Misalnya, dalam buku Connected Mathematics dituliskan bahwa The

Overarching Goal of Connected Mathematicsadalah“All students should be able

to reason and communicate proficiently in mathematics” (Lappan, 2002). Sedangkan dalam buku Mathematics: Applications and Connections disebutkan

salah satu tujuan yang ingin dicapai adalah memberikan kesempatan

seluasluasnya kepada para siswa untuk mengembangkan dan mengintegrasikan

keterampilan berkomunikasi melalui modeling, speaking, writing, talking,

drawing, serta mempresentasikan apa yang telah dipelajari(Collins, dkk, 1995).

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di SMP Swasta Eria bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa di sekolah tersebut masih

rendah. Hal ini terlihat dari tes awal yang diberikan pada tanggal 19 Februari 2013

berupa materi prasyarat teorema pythagoras yaitu materi luas segitiga, kuadarat dan akar kuadrat dimana siswa mengalami kesulitan menyelesaikannya. Hasilnya

diperoleh nilai rata-rata siswa kelas VIII yang berjumlah 25 orang adalah 50,25,

(19)

juga melakukan wawancara dengan guru matematika di SMP Swasta Eria, menurut guru yang bersangkutan penyebab rendahnya hasil belajar siswa adalah

siswa sulit untuk mengungkapan ide atau memberi penjelasan dari permasalahan

yang ada.

Hal ini menyebabkan kemampuan komunikasi matematis siswa menjadi rendah pada pokok bahasan teorema Pythagoras. Senada dengan itu, dari hasil

wawancara singkat dengan beberapa orang siswa, pada umumnya siswa

mengatakan bahwa sulit memberi penjelasan dan mengungkapkan ide bagaimana cara menyelesaikannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa salah satu kesulitan

untuk mempelajari matematika adalah rendahnya kemampuan komunikasi

matematis siswa.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan upaya untuk

meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Dari beberapa kutipan

diatas menjelasakan begitu penting arti dan peranan pendidikan untuk

meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. bahkan menyimpulkan bahwa variabel bahasa merupakan variabel yang sangat potensial dalam

mempelajari pemecahan masalah matematika. Penyampaian materi dalam

pembelajaran matematika menunjukkan bahwa permasalahan mendasar dalam pembelajaran matematika yaitu kurang berkembangnya daya representasi siswa.

Hal ini disebabkan selain guru mengajarkan terbatas pada cara tradisional,

tanpa pernah berani mencoba “hal baru” yakni model atau metode pengajaran yang baru dan siswa cenderung meniru langkah guru. Guru atau pendidik

cenderung enggan mengubah gaya pengajaran karna mungkin saja guru

beranggapan bahwa apabila cara pengajaran yang konvensional di ubah dengan

model yang lebih Modern akan mempersulit dan menyusahkan kepada guru tersebut sehingga mungkin saja penyebab matematika adalah momok yang

menakutkan buat para siswa karena kurang menariknya proses pembelajaran.

(20)

dirinya sendiri setelah proses membaca, selanjutnya berbicara dam membagi ide denga temannya sebelum menulis”.

Suasana seperti ini lebih efektif jika dilakukan dalam kelompok. Dalam

kelompok ini siswa diminta membaca, membuat catatan kecil, menjelaskan, mendengar dan membagi ide bersama teman dan kemudian mengungkapkannya

melalui tulisan. siswa cenderung bersemangat dalam pembelajaran Seni, Penjas

dan pelajaran yang mungkin kreativitas siswa bisa di salurkan, dan kenyataan

dalam pelajaran Matematika Siswa jarang diberikan kesempatan untuk menghadirkan representasinya sendiri yang dapat meningkatkan perkembangan

daya representasinya.

dengan dasar masalah ini Maka penulis ingin mengangkat mengenai hal tersebut di dalam penelitian dengan judul ”Penerapan model kooperative type Think-Talk-Write (TTW) untuk meningkatkan komunikasi Matematika siswa pada kelas VIII SMP Swasta Eria T.A 2013/2014”

1.2. Identifikasi Masalah

Adapun yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini yang

diperoleh dari uraian latar belakang adalah :

1. Kemampuan komunikasi matematis siswa masih rendah.

2. Metode mengajar yang dilakukan di sekolah masih berpusat pada guru

(Teacher oriented).

3. Minat belajar siswa pada pelajaran matematika masih rendah

4. Siswa tidak aktif dalam Pembelajaran.

5. Siswa kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan matematika yang berbentuk Verbal.

1.3. Batasan masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian dibatasi pada : Penerapan Model kooperatif Type Think-Talk-Write (TTW) untuk

meningkatkan komunikasi matematika siswa pada kelas VIII Swasta Eria

(21)

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah penerapan Model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) dapat

meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VIII SMP

Swasta Eria ?

2. Apakah penerapan Model Think-Talk-Write (TTW) dapat mengatasi kesulitan Komunikasi matematis siswa?

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa

kelas VIII SMP Swasta Eria

2. Untuk mengatasi kesulitan komunikasi matematika siswa kelas VIII

SMP Swasta Eria.

1.6. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian diatas, maka hasil penelitian ini

diharapkan akan memberi hasil sebagai berikut :

1. Kepada peneliti, dapat menjadi masukan sebagai calon guru

2. Kepada guru, sebagai acuan untuk dapat menerapkan model pembelajaran

yang paling sesuai dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.

3. Bagi siswa, dapat membantu siswa dalam memahami pelajaran matematika dan untuk meningkatkan aktifitas, prestasi, dan kemampuan

komunikasi matematis siswa.

(22)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan hasil observasi dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut :

1. Model pembelajaran think-talk-write (TTW) dapat meningkatkan

kemampuan komunikasi matematik siswa khususnya dalam menyelesaikan soal-soal Teorema Phytagoras dari siklus I ke siklus II

dengan peningkatan tertinggi pada aspek representasi. Pada siklus II guru

telah mampu mempertahankan dan meningkatkan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan penerapan Modelthink-talk-write(TTW).

2. Melalui Model pembelajaran TTW, hasil tes komunikasi matematik siswa

khususnya pada pokok bahasan Teorema Phytagoras cukup meningkat.

Hal ini dilihat dari peningkatan nilai rata-rata pada masing-masing aspek komunikasi matematik yang diperoleh siswa yaitu meningkat pada aspek

argumentasi sebesar 0,88, representasi sebesar 1,23, menggambar sebesar

0,22 dimana peningkatan nilai rata-rata tertinggi diperoleh pada aspek komunikasi matematik yaitu aspek representasi. Begitu pula adanya

peningkatan nilai rata-rata kelas sebesar 1,93, banyak siswa yang telah

mencapai nilai≥65 mengalami peningkatan sebesar 37,14% dan observasi guru mengalami peningkatan sebesar 0,14.

5.3. Saran

Adapun saran yang dapat diambil dari hasil penelitian ini yaitu :

1. Kepada guru matematika dalam mengajarkan materi pembelajaran

matematika disarankan guru menggunakan Model pembelajaran

Think-Talk-Write (TTW) sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa.

2. Kepada siswa SMP Swasta Eria Medan khususnya siswa yang

(23)

berlatih, membaca dan tidak sungkan-sungkan untuk mengkomunikasikan ide-ide matematikanya baik secara lisan maupun

tulisan dalam pembelajaran matematika.

3. Kepada peneliti yang berminat melakukan penelitian dengan objek yang

sama dengan penelitian ini supaya memperhatikan kelemahan-kelemahan yang ada dalam penelitian ini yaitu siswa yang dibentuk

dalam kelompok jangan terlalu banyak agar setiap kelompok diskusi

tersebut ikut terlibat sehingga akan memudahkan guru dalam penguasaan kelas. Hal ini dikarenakan dengan adanya penguasaan kelas

yang baik maka diharapkan pembelajaran dengan Model pembelajaran

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Anchoto, (2009), http://anchoto.sman1ampekangkek.com/2009/09/2/definisi-karakteristik-matematika/

Ansari, Bansu, (2009), Komunikasi Matematik : Konsep dan Aplikasi, Pena, Banda Aceh.

Ansari, Bansu, (2012), Taktik Mengembangkan kemampuan individual siswa, Gaung persada Pers Group, Ciputat.

Greness, Schulman, (1996), http://www.pentingnya-komunikasi-matematika.com.

Gunarto, Dedy, (2013), Big bank soal+ Bahas matematika SMP/MTs, Wahyu Media, jakarta.

Harminingsih,(2008), http://www.snapdrive.net/files/564242/bagian%20awal.doc.

Herdian, (2010), http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-komunikasi-matematis/

Hudojo, H., (2003),Mengajar Belajar Matematika, Depdikbud, Jakarta.

Hutagalung, E., (2009), Pengaruh Pembelajaran Open-Ended terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis siswa Di SLTP Negeri 1 pahae jae pada tahun ajaran 2008/2009,Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.

Fathoni, A., (2007), http://rbaryans.wordpress.com/2007/05/30/komunikasi-dalam-matematika.html

FMIPA UNIMED, (2012), Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian Kependidikan, FMIPA, Medan.

Isjoni, (2009),Pembelajaran Kooperatif,Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Lie, Anita, (2010),Cooperative Learning,PT.Grasindo, jakarta.

Sugijono, Cholik adinawan, (2006), Seribu Pena Matematika Untuk Kelas VIII SMP/MTs, Erlangga , Jakarta.

Sanjaya, Wina, (2010), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,Prenada Media Grup, Jakarta.

(25)

Slameto, (2010),Belajar & Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya,Rineka Cipta, Jakarta.

Soejadi, R., (2000),Kiat Pendidikan Matamatika Di Indonesia,Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

Soejono, (1984) http:/www.strategipembelajaranmatematika.com

Soekisno, (2009), http://Kmfmipa.unnes.ac.id/home/61-membangun-keterampilan-komunikasi-matematika.html.

Sudjana, (2005),Metoda Statistika, Tarsito, Bandung.

Suharyanto, (2008), http:// www.Smu-net.com.

Suherman, dkk, 2003, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Trianto, (2011), Mendesain Model-Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Zainab, (2011), http://mgmpmatoi.blogspot.com/2011/12/komunikasi-matematis-dalam-pembelajaran.html

Gambar

Tabel 2.1Format pembelajaran Think-Talk-Write
Gambar 2.1. Design pembelajaran Think-Talk-Write

Referensi

Dokumen terkait

Bisa juga diartikan sebagai sistem ajaran (doktrin) dan praktek yang didasarkan pada sistem ke- percayaan seperti itu, atau sebagai kepercayaan akan keberadaan dan pengaruh

Hal ini mengasumsikan bahwa variasi perubahan variabel produktivitas (Y) dipengaruhi oleh variabel terikat yaitu pengalaman kerja (X1) dan pelatihan kerja (X2) sebesar 67,2%.

Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa : 1) Hasil penelitian telah memenuhi kriteria uji validitas, uji reliabilitas dan uji asumsi klasik dimana tidak terdapat masalah

(200 M x 106 M) dan 1 (satu) pintu rumah papan yang terletak di atas tanah tersebut dengan ukuran 4 x 3 M sama dengan luas 12 M, yang terletak di kampung Pilar Jaya, Kecamatan

Setelah tombol start ditekan maka, sensor photodiode akan mendeteksi adanya benda dalam box penampungan benda, selanjutnya silinder pneumatic 1 akan mundur dan

Sehingga para anggota rapat tidak perlu takut tidak ke bagian jalur transmisi karena dengan penambahan acces point tersebut daya tampung semakin besar, para anggota juga cukup duduk

Untuk masing-masing proses pentransferan da- ta menggunakan rumus pada proses perhitungannya, yaitu dengan cara membagi ukuran data dengan waktu transfer yang didapat.

dianggap tepat untuk menggambarkan mengenai keadaan di lapangan yaitu.. mengenai materi apa saja yang dipelajari pada kegiatan ekstrakurikuler seni. tari, bagaimana pelaksanaan