• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Pengendalian Kualitas untuk Meminimalkan Jumlah Produk Cacat Jaket Kulit di Perusahaan Konfeksi Sukahati II Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Pengendalian Kualitas untuk Meminimalkan Jumlah Produk Cacat Jaket Kulit di Perusahaan Konfeksi Sukahati II Bandung."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

v

ABSTRACT

Garment industry has great potential to grow and compete. Competition will be intense in the increasing number of companies. Quality is the things that can become a weapon to win the competition in the market. Based on this analysis, the aim of this study was to observing the role quality control in order to minimize defects leather jacket in Perusahaan Konfeksi Sukahati II Bandung.

The quality control currently conducted by company was by establish standard of product defects that did not exceed 4% of the amount of product produced. While in this research used descriptive analysis that explains and describes the calculations from data collected, which later formed by u control chart. Result analysis showed the presence of the defective product in amount beyond the policy quoted by the company.

The result of product defect cause by using Cause and Effect Diagram, show that the main cause of defective product is human factors, machines, materials, methods and environments.

(2)

vi

ABSTRAK

Industri Garmen memiliki potensi yang besar untuk berkembang dan bersaing. Persaingan akan semakin ketat dengan semakin banyaknya perusahaan. Kualitas dapat menjadi senjata untuk memenangkan kompetisi di pasar. Berdasarkan analisis tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat peran pengendalian kualitas dalam upaya meminimalkan produk cacat jaket kulit di Perusahaan Konfeksi Sukahati II.

Pengendalian kualitas yang saat ini dilakukan perusahaan ialah dengan menetapkan standar produk cacat yang tidak melebihi 4% dari jumlah produk yang dihasilkan.Sedangkan dalam penelitian ini digunakan analisis deskriptif yang menjelaskan dan memaparkan penghitungan dari data yang terkumpul, yang kemudian dibentuk peta kendali u. Hasil analisis memperlihatkan adanya produk cacat dalam jumlah melebihi batas kebijakan yang ditetapkan perusahaan.

Hasil penelusuran terhadap penyebab kecacatan produk dengan menggunakan Diagram Sebab-Akibat, memperlihatkan bahwa penyebab utama kecacatan produk adalah faktor manusia, mesin, material, metode dan lingkungan.

(3)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ... iv

ABSTRACT ... v

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Kegunaan Penelitian... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Operasi ... 8

2.2 Pengendalian ... 9

2.3 Kualitas ... 10

2.4 Dimensi Kualitas ... 11

2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kualitas ... 12

(4)

xi

2.7 Tujuan Pengendalian Kualitas ... 14

2.8 langkah-langkah Pengendalian Kualitas ... 15

2.9 Biaya Kualitas ... 15

2.10 Statistical Quality Control (SQC) ... 20

2.11 Statistical Process Control (SPC) ... 22

2.12 Peta Kendali ... 23

2.12.1 Peta Kendali Variabel ... 25

2.12.2 Peta Kendali Atribut ... 26

2.13 Alat Bantu Pengendalian Kualitas ... 30

2.14 Uji Kecukupan Data ... 35

2.15 Kerangka Pemikiran ... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data ... 39

3.2 Metode Pengumpulan Data ... 40

3.3 Tahapan Penelitian ... 42

3.3 Lokasi dan Lamanya Penelitian ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaaan ... 44

4.2 Pengendalian Kualitas yang dilakukan Perusahaan ... 47

4.3 Data Produksi Perusahaan ... 49

4.4 Batas Peta Kendali u Pada Perusahaan ... 52

4.5 Peta Kendali u Pada Perusahaan ... 55

4.6 Analisis Peta kendali ... 61

(5)

xii

4.8 Analisis Menggunakan Diagram Pareto... 62

4.9 Analisis Menggunakan Diagram Sebab Akibat ... 64

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ... 71

5.2 Saran ... 72

(6)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Two Ways Quality Improves Profitability ... 4

Gambar 2.1 Peta Kendali (Control Chart) ... 23

Gambar 2.2 Diagram Sebab-Akibat ... 31

Gambar 2.3 Check Sheet ... 32

Gambar 2.4 Diagram Pareto ... 33

Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran ... 38

Gambar 4.1 Operation Process Chart Pembuatan Jaket Kulit ... 47

Gambar 4.2 Peta Kendali u Jumlah Produk Cacat ... 56

Gambar 4.3 Peta Kendali u Jumlah produk Cacat ... 61

Gambar 4.4 Diagram Pareto Jenis dan Persentase Cacat ... 64

(7)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel II.1 Contoh Data Diagram Pareto ... 33

Tabel IV.1 Jumlah Produk yang Dihasilkan ... 51

Tabel IV.2 Batas Kendali ... 55

Tabel IV.3 Jumlah Produk Cacat ... 57

Tabel IV.4 Batas Kendali ... 60

Tabel IV.5 Jenis Cacat dan Jumlah Produk Cacat ... 63

(8)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri garmen akan selalu berkembang dengan berjalannya waktu.

Produk yang dihasilkan oleh industri garmen mempunyai potensi yang besar

untuk bersaing (Majalah Kina, 2011). Potensi bersaing didapatkan dari inovasi

yang terus berkembang dalam industri garmen. Diferensiasi produk yang

dihasilkan industri garmen, menjadikan salah satu alasan industri garmen

berkembang agar tidak mudah disaingi oleh produk serupa dari pengusaha lain.

Selain persaingan yang ada di Indonesia, kini diberlakukannya ASEAN and China

Free Trade Agreement (ACFTA) menjadikan perusahaan di Indonesia terus berusaha untuk tetap mempertahankan pangsa pasarnya. Secara mudah, ASEAN

and China Free Trade Agreement (ACFTA) adalah sebuah perjanjian antara negara-negara di ASEAN dan China untuk memungkinkan perdagangan

(ekspor-impor) antar Negara anggota ASEAN dan China. Kesepakatan ini dimulai dari

tanggal 1 Januari 2010. Konsekuensi dari adanya perjanjian tersebut adalah

pembukaan pasar dalam negeri secara luas untuk dapat dimasuki barang-barang

industri dari negara yang ikut dalam perjanjian tersebut. Persaingan tersebut

mempunyai kemungkinan baik dan buruk bagi Indonesia. Produk-produk yang

tercantum dalam perjanjian tersebut akan lebih mudah masuk ke Indonesia karena

adanya penghapusan tarif cukai untuk waktu tertentu, begitu pula sebaliknya,

produk dari Indonesia pun akan lebih mudah memasuki pasar luar. Dalam surat

(9)

2

tekstil, mainan anak, sepatu dan lampu adalah beberapa produk yang masuk

dalam ASEAN and China Free Trade Agreement (ACFTA)”. Selain itu,

kemungkinan terburuk yang akan dialami oleh Indonesia adalah pasar atau

industri manufaktur Indonesia tidak dapat menyaingi produk-produk yang masuk

ke Indonesia. Hal ini akan mengakibatkan produk-produk China yang masuk akan

menggerus industri lokal yang dinilai berdaya saing dengan harga jual yang

rendah. Beberapa pelaku industri mengatakan bahwa mereka merasa optimis

dengan adanya perjanjian tersebut yang berarti meningkatkan kesempatan bagi

mereka untuk memperluas pasar, namun sebagian menjadi cemas karena mereka

menyadari bahwa pasar mereka akan dibanjiri produk-produk China yang terkenal

murah, terutama tekstil, garmen dan aksesori. (okezone.com, 5 April 2010)

Selain persaingan yang terjadi dengan pasar luar negeri yang memasuki

Indonesia, ada juga persaingan perusahaan-perusahaan di Indonesia. Perusahaan

akan selalu bersaing dengan ketat dan sehat agar dapat terus tumbuh di dunia

industri. Setiap perusahaan akan berusaha menciptakan produk yang lebih baik

lagi daripada kompetitornya. Oleh karena itu, perusahaan harus mampu membuat

produk sesuai dengan standar kualitas tertentu.Menjaga kualitas produk akan

menjadi senjata yang ampuh untuk memenangkan kompetisi di pasar. Siapa yang

tidak tahu, bahwa kualitas adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keinginan

seseorang untuk membeli suatu produk atau jasa. Menurut Manahan Tampubolon,

kualitas atau mutu adalah kemampuan suatu produk, baik itu barang atau jasa

untuk memenuhi keinginan pelanggannya. Sehingga setiap produk atau jasa selalu

dipacu untuk memenuhi mutu yang diminta pelanggan melalui pasar

(10)

3

bahwa kualitas adalah salah satu hal yang membawa dampak besar bagi

perusahaan dan pelanggan.

Produk atau jasa yang dihasilkan dan sudah sesuai standar perusahaan,

tidak lantas diterima di pasar atau selalu memenuhi keinginan dan standar

konsumen. Untuk diterima di pasar, maka perusahaan harus selalu berusaha

menjaga kualitas, melakukan pengendalian dan perbaikan kulitas secara

terus-menerus. Tidak hanya di perusahaan yang menghasilkan produk, perusahaan yang

menghasilkan jasa juga memerlukan pengendalian kualitas. Perusahaan akan

berusaha meningkatkan kualitas daripada menurunkan biaya yang berdampak

pada menurunnya kualitas produk atau jasa perusahaan tersebut. Seperti yang

dijelaskan Sumayang (2003; 265), yaitu setiap perusahaan baik yang

menghasilkan produk maupun jasa harus menjaga kualitas yang baik agar

kegiatan operasi perusahaannya dapat berjalan dengan lancar dan efisien.

Penetapan mutu produk dapat dimulai sejak awal proses produksi, yaitu dengan

cara menggunakan bahan baku (material) yang berkualitas. Perbaikan kualitas

produk dan jasa yang dihasilkan suatu perusahaan akan berdampak positif bagi

perusahaan yaitu peningkatan kualitas produk dan jasa ke arah yang lebih baik.

Peningkatan kualitas akan berdampak baik bagi perusahaan dan pelanggan. Ketika

ada produk cacat yang dihasilkan, maka perusahaan harus mengeluarkan biaya

untuk memperbaiki atau mengganti produk cacat tersebut. Pelanggan akan

mempunyai loyalitas yang tinggi kepada perusahaan yang kualitas hasil

produksinya yang baik dan terjaga. Pada akhirnya, kualitas yang terus menerus

diperbaiki akan membantu perusahaan dalam peningkatan profitnya. Uraian diatas

(11)

4

Gambar 1.1 Two Ways Quality Improves Profitability

Sumber : Heizer & Render, Operation Management, 2004, 7th ed.

Perusahaan konfeksi Sukahati II yang berada dikota Bandung ini

merupakan perusahaan konfeksi yang memproduksi jaket kulit sintetik. Bahan

baku utamanya adalah kulit sintetik yang terbuat dari perpaduan kulit dan bahan

lubrikan. Bahan kulit sintetik perusahaan Konfeksi Sukahati II Bandung diperoleh

dari supplier yang berada di kota Bandung juga. Supplier tersebut merupakan

rekanan perusahaan sejak pengusaha masih belum mendirikan perusahaan

Konfeksi Sukahati II Bandung. Produk jaket kulit buatan perusahaan Konfeksi

Sukahati II Bandung dipasarkan ke beberapa kota besar di Pulau Jawa seperti

Bandung, Jakarta dan Surabaya. Selain itu juga, banyak produk jaket kulit yang

dibuat atas dasar pesanan.

Menurut pemilik perusahaan, walaupun karyawan serigkali diingatkan

agar berhati-hati dalam bekerja, supaya hasil jaket kulit yang dihasilkan bagus

(jahitan rapi, bahan tidak kusut, sablon rapi), namun sering terjadi kecacatan

Improved Increased

Reduced Cost

• Increased Productivity

• Lower rework & scrap costs

• Lower warranty cost Sales Gain

• Improved Response

• Higher Prices

(12)

5

produk. Oleh karenanya, pihak perusahaan Konfeksi Sukahati II Bandung perlu

melakukan tindakan-tindakan perbaikan agar produk yang dihasilkan sesuai

dengan standar yang telah ditetapkan. Dalam rangka melakukan tindakan

perbaikan, perlu kiranya dilakukan penelitian untuk mengetahui adanya variasi

kualitas produk yang dihasilkan perusahaan, kemudian dicarikan solusinya dan

selanjutnya hasil penelitian tersebut dilaporkan dalam bentuk karya ilmiah atau

skripsi yang berjudul “Peran Pengendalian Kualitas untuk Meminimalkan

Jumlah Produk Cacat Jaket Kulit di Perusahaan Konfeksi Sukahati II Bandung.”

1.2 Identifikasi Masalah

Perusahaan Konfeksi Sukahati II Bandung bergerak di bidang Garmen

yang menghasilkan jaket kulit. Produk yang dihasilkan harus dapat dipertahankan

dan meningkatkan kualitas produknya agar produknya dapar bersaing di pasar,

tetapi pada kenyataannya perusahaan seringkali menjumpai jaket yang dihasilkan

cacat, seperti bahan jaket kulit yang berlubang, ada sisa benang yang tertinggal di

jaket, atau cacat sablon seperli pecah atau terkelupas, sehingga jaket tidak sesuai

lagi dengan spesifikasi standar kualitas yang telah ditetapkan pihak manajemen

perusahaan Konfeksi Sukahati II Bandung, dengan demikian permasalahan yang

ada dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Bagaimana kegiatan pengendalian kualitas yang telah dilaksanakan oleh

Perusahaan Konfeksi Sukahati II Bandung selama ini?

2. Faktor apa saja yang menjadi penyebab terjadinya produk cacat di

(13)

6

3. Sejauh mana peran aplikasi peta kendali “u” dapat meminimalkan produk

cacat di Perusahaan Konfeksi Sukahati II ?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan identifikasi masalah, tujuan yang hendak

dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui kegiatan pengendalian kualitas yang telah dilaksanakan oleh

Perusahaan Konfeksi Sukahati II Bandung selama ini.

2. Mengetahui faktor apa saja yang menjadi penyebab terjadinya produk

cacat di Perusahaan Konfeksi Sukahati II Bandung.

3. Mengetahui peran aplikasi peta kendali “u” dapat meminimalkan produk

cacat di Perusahaan Konfeksi Sukahati II Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Bagi Penulis

Sebagai penerapan teori pengendalian kualitas untuk menambah wawasan

dan pengetahuan mengenai pentingnya kualitas dalam proses produksi

serta mencoba menerapkannya di Perusahaan Konfeksi Sukahati II.

2. Bagi perusahaan yang diteliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan yang

membantu dalam penentuan kebijakan perusahaan dalam pengendalian

kualitas agar dapat meminimalkan jumlah produk cacat di Perusahaan

(14)

7

3. Bagi Pihak Lain

Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk memperkaya pengetahuan

(15)

71

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Perusahaan Konfeksi Sukahati II merupakan konfeksi yang bermula dari

usaha kecil-kecilan yang sekedar memenuhi pesanan pelanggan. Perusahaan yang

memproduksi jaket kulit ini melakukan pengendalian kualitasnya didasarkan pada

pemeriksaan terhadap bahan baku dan barang jadi, yaitu dengan melihat kerapihan

jahitan, outline sablon dan kemulusan kulit setelah proses produksi selesai

dilakukan. Setelah dilakukan penelitian mengenai pengendalian kualitas dengan

judul“ Peran Pengendalian Kualitas untuk Meminimalkan Jumlah Produk

Cacat di Perusahaan Konfeksi Sukahati II Bandung”, maka kesimpulan yang

didapat antara lain:

1. Pengendalian kualitas yang dilakukan di Perusahaan Konfeksi Sukahati II

Bandung adalah dengan menggunakan standar produk cacat pada setiap proses

produksi sebesar 4%. Selain itu, pengendalian di Perusahaan Konfeksi Sukahati II

Bandung ini hanya dilakukan pada produk barang jadi. Sehingga ketika ada cacat

pada produk, baru ditindaklanjuti setelah proses produksi selesai.

2. Penyebab terjadinya produk cacat ditinjau dari faktor, yaitu:

a. Faktor Manusia (Masalah pribadi, ceroboh/Lupa, Lelah/ KeadaanFisik)

b. Faktor Mesin (Kurangnya maintenance, mesin rusak, mesin terlalu

(16)

72

c. Faktor Metode (Salah penempatan, Instruksi yang tidak jelas)

d. Faktor Material (Pewarna tekstil habis, Kualitas pewarna tidak baik)

e. Faktor Lingkungan (internal dan eksternal yang mengganggu

konsentrasi)

3. Hasil menggunakan peta kendali u memperlihatkan hasil pengendalian

kualitas. Sebelum menggunakan peta kendali u jumlah produksi total pada Juli

2011 hingga Juli 2012 adalah 5900 jaket dengan jumlah cacat sebanyak 166 jaket.

Setelah menggunakan peta kendali “u” yang seragam, jumlah produksi total pada

Juni 2011 hingga Juli 2012 menjadi 5156 jaket dan jumlah produk cacat sebanyak

129 jaket. Jenis cacat yang paling dominan adalah cacat sablon, cacat jahit dan

cacat bahan. Hasil penelusuran jenis cacat yang dominan dengan menggunakan

diagram pareto adalah jenis cacat sablon yaitu 79 jaket atau persentase sebesar

47.59% dengan persentase kumulatif sebesar 47.59%.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas maka ada beberapa

saran yang dapat dipertimbangkan oleh pihak perusahaan konfeksi Sukahati II

Bandung guna mengatasi masalah pengendalian kualitas produksi, yaitu:

1. Prosedur atau proses penyablonan perlu dituangkan secara tertulis

2. Karyawan diberi breafing khususnya karyawan bagian penyablonan sesuai

(17)

73

3. Karyawan diberi arahan tentang kualitas produk terkait dengan

kemampuan produk yang berkualitas dapat memenangkan persaingan di

pasar, yaitu melakukan loyalitas konsumen terhadap perusahaan.

4. Untuk pekerja harian, sebaiknya diusahakan agar para pekerja harian yang

dipakai adalah pekerja harian yang pernah bekerja sebelumnya di

Perusahaan Konfeksi Sukahati II Bandung atau dengan kata lain diambil

orang yang tetap sebagai pekerja harian. Hal ini akan mempermudah dan

mempercepat proses pengerjaan pembuatan jaket kulit karena pekerja

harian sudah berpengalaman sebelumnya.

5. Karena adanya perbedaan persepsi kualitas antara konsumen dan

produsen, maka perlu diingat bahwa kualitas merupakan suatu dimensi

yang mampu mempertahankan produk berkompetisi dengan kompetitor.

6. Peta kendali u dapat dilanjutkan pemakaiannya oleh perusahaan, untuk

melihat seberapa jauh perusahaan telah berhasil mengendalikan kualitas

produknya.

7. Peta kendali “u” dapat digunakan selanjutnya oleh perusahaan untuk

melihat seberapa jauh standar perusahaan dalam proses produksi, melihat

penyimpangan yang terjadi dan melihat proses produksi yang dalam batas

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Ariani, D. W. 2003. Manajemen Kualitas. Ghalian Indonesia: Jakarta.

Ariani, Dorothea Wahyu. 2004. Pengendalian Kualitas Statistik. Andi Offset: Yogyakarta.

Assauri, Sofjan. 2004. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Revisi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia: Jakarta.

file:///G:/Its Time Quality Control.htm

Feigenbaum, Arman V. 2004. Total Quality Control. 4rd edition revised. McGraw Hill Company: New York.

Fryman, Mark. A. 2002. Quality And Process Improvement. Delmar Thomson Learning. Columbia Circle. Heizer, Jay and Barry Render. 2001. Manajemen Operasi. SalembaEmpat: Jakarta.

Gaspers, Vincent. 2002. Total Quality Management. 4th edition. John Willey & Sons.Inc.

Heizer, Jay and Barry Render. 2004. Operations Management : New Chapter on E-Commerce. 7th Edition. Prentice Hall, Inc: New Jersey.

Heizer, Jay and Barry Render. 2008. Operations Management. 9th Edition. Prentice Hall, Inc: New Jersey.

Heizer, Jay and Barry Render. 2009. Manajemen Operasi. Edisi 9. (Diterjemahkan oleh: Chriswan Sungkono). Salemba Empat: Jakarta.

Meryani, Andina. 2010. April, Impor Indonesia NaikHingga 5,12%. Okezone5 April 2010 diakses dari http://economy.okezone.com/read/2010

Mizuno, Shigeru. 1994. Pengendalian Mutu Perusahaan Secara Menyeluruh. (Diterjemahkan oleh : T. Hermaya). Pustaka Binaman Presindo: Jakarta.

Montgomerry, D. C. 2001. Introduction to Statistical Quality Control. John Wiley and Son’s: New York.

Orchid, Ayu. Sukses Memanfaatkan Celah Pasar Ekspor yang Lukuratif. Kina- Karya Indonesia (Media Ekuitas Produk Indonesia). Ed. 3-2011, h. 35.

(19)

Schroeder. Roger G. 2007. Operations Management: Contemporary Concept & Cases. 3rd Edition. McGraw-HillBook Co.: New York.

Stevenson. William J. 2005. Operations Management.8th Edition.Mc.Graw-Hill Book Co: Singapore.

Sugiyono, 2003. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Alfabeta: Bandung.

Sukmadinata, Syaodih Nana. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Sumardjono. 1997. Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian : Sebuah Panduan Dasar. 2nd ed. Gramedia: Jakarta.

Sumayang, Lalu. 2003. Dasar-dasar Manjemen Produksi & Operasi. Salemba Empat: Jakarta.

Tampubolon, M.P. 2004. Manajemen Operasional (Operational Management). Salemba Empat: Jakarta.

Tjiptono Fandy. Dan Diana Anastasia. 2001. Total Quality Management, Edisi Revisi. Andi : Yogyakarta.

Adminkepri. “Tujuh produk akan dievaluasi dalam ACFTA”. [berita] Bisnis Indonesia. 9 April 2011.

Jogiyanto, 2010.Metodologi Penelitian Bisnis. BPFE: Yogyakarta.

Yamit, Zulian. 2001. Manajemen Kualitas. Ekonosia: Yogyakarta.

Gambar

Gambar 1.1 Two Ways Quality Improves Profitability

Referensi

Dokumen terkait

20-Yard Square terhadap Kelincahan Pemain Bulutangkis PB. Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang. Kata Kunci

Unilever juga terus mempelajari kebutuhan dan keinginan konsumen, melakukan inovasi dan aktivasi produk, serta terus membangun citra produk. Hal ini merupakan

Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya kemampuan menyebutkan materi organisasi pemerintahan pusat pada mata pelajaran PKn yang disebabkan karena siswa kesulitan

VALIDASI METODA PENENTUAN KANDUNGAN ANTIOKSIDAN TOTAL (DIHITUNG SEBAGAI ASAM ASKORBAT) SECARA SPEKTROFOTOMETRI DENGAN MENGGUNAKAN OKSIDATOR.. FeCl3 DAN PENGOMPLEK orto -

Variabel religiusitas diukur dengan merancang skala berdasarkan dimensi religiusitas dari Glock dan Stark yang terdiri dari 23 aitem pernyataan, sedangkan variabel

Kombinasi tepung sorgum dan tepung tempe yang menghasilkan biskuit berkualitas baik adalah 30g :30g dilihat dari parameter kadar protein, kadar lemak, kadar karbohidrat,

Dari pembahasan hasil penelitian kondisi awal, siklus I dan siklus II serta grafik di atas dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan kemampuan berbicara pada siswa

Sambiloto merupakan salah satu tanaman yang dapat berfungsi sebagai pengganti annbiotik yang terdapat dalam pakan ternak. Dengan kandungan flavonoid yang tinggi