BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Demografi Responden
1. Umur Responden
Distribusi responden berdasarkan umur seperti pada tabel 3.
Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Dalam Pengumpulan Data Kuesioner Di Wilayah Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten
Umur (Tahun) Frekuensi Persentase (%)
16 – 25 27 21,6
26 – 35 77 61,6
36 – 45 21 16,8
Total 125 100,0
2. Pekerjaan Responden
Distribusi responden berdasarkan pekerjaan atau mata pencaharian berbeda-beda. Hasilnya seperti pada tabel 4.
Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Atau Mata Pencaharian Dalam Pengumpulan Data Kuesioner Di Wilayah Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten
Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)
Pegawai Negeri 8 6,4
Wiraswasta 17 13,6
Mahasiswa/Pelajar 1 0,8
Ibu Rumah Tangga 82 65,6
Karyawan Buruh Petani
9 7 1
7,2 5,6 0,8
Total 125 100,0
3. Pendapatan Rata-rata Per Bulan
Distribusi responden berdasarkan pendapatan rata-rata per bulan. Hasilnya seperti pada tabel 5.
Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan Rata-Rata Per Bulan Dalam Pengumpulan Data Kuesioner Di Wilayah Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten
Pendapatan Frekuensi Persentase (%)
< Rp. 250.000 9 7,2
Rp. 250.000 - < Rp. 500.000 11 8,8
Rp. 500.000 - < Rp. 1.000.000 11 8,8
Rp. 1.000.000 - < Rp. 2.000.000 9 7,2
> Rp. 2.000.000 2 1,6
Tidak bekerja 83 66,4
Total 125 100,0
Data demografi responden menunjukkan bahwa responden terbanyak yaitu berusia antara 26-35 tahun sebanyak 77 responden (61,6%). Dimasa ini seorang wanita memulai kodratnya sebagai seorang wanita yaitu hamil, bersalin dan menyusui bayinya (Kusumawati, 2010). Sesuai dengan kriteria responden dalam penelitian ini yaitu ibu-ibu yang memiliki anak balita.
B. Gambaran Penggunaan Obat
1. Tindakan bila Mendapati Anak Berbadan Panas
Tindakan Ibu bila mendapati anak berbadan panas dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Tindakan Bila Mendapati Anak Berbadan Panas Di Wilayah
Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten
Tindakan Frekuensi Persentase (%)
Membawanya ke dokter/puskesmas/RS 77 61,6
Memberi obat 39 31,2
Mengompres dahinya 5 4,0
Memberi madu
Memberi banyak minum
2 2
1,6 1,6
Total 125 100,0
Tindakan ibu bila mendapati anak berbadan panas atau demam yaitu membawanya ke dokter/puskesmas/rumah sakit sebanyak 77 responden (61,6%). Ini berbeda dengan hasil penelitian Purwoko (2003) yang menunjukkan bahwa alasan terbanyak Ibu bila mendapati anak demam yaitu memberinya obat. Kekhawatiran ibu terhadap akibat buruk dari demam yang menyebabkan ibu segera mambawa anaknya ke dokter/puskesmas/rumah sakit bila anaknya demam, ini juga didukung adanya fasilitas puskesmas di Kecamatan Juwiring ataupun mudahnya akses ke tenaga kesehatan lain diluar Juwiring.
2. Tempat Mendapatkan Obat
Apotek adalah tempat tertentu dimana dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran obat kepada masyarakat (Anief, 1997). Data menunjukkan bahwa responden memilih apotek sebagai tempat untuk mendapatkan obat demam, sebanyak 94 responden (75,2%).
Tabel 7. Tempat Mendapatkan Obat Demam Balita Di Wilayah Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten
Tempat Frekuensi Persentase (%)
Apotek 94 75,2
Toko Obat 17 13,6
Warung 9 7,2
Dokter Puskesmas Bidan
1 1 3
0,8 0,8 2,4
Total 125 100,0
Hasil penelitian berbeda dengan penelitian Nurulita dan Siswanto (2003) yaitu sebagian besar sumber obat diperoleh dari tetangga. Informasi mengenai aturan penggunaan obat tentu saja sangat kurang.
3. Alasan Melakukan Pengobatan Sendiri
Alasan ibu melakukan pengobatan sendiri pada demam balita dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Alasan Melakukan Pengobatan Sendiri Di Wilayah Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten
Alasan Frekuensi Persentase (%)
Menghemat biaya 19 15,2
Cepat mengatasi penyakit 39 31,2
Penyakit masih cukup ringan 57 45,6
Obat mudah didapat 10 8,0
Total 125 100,0
pemberian obat yaitu sebanyak 57 responden (45,6%). Hasil penelitian tidak berbeda dengan penelitian Nurulita dan Siswanto (2003) yaitu sebagian besar alasan responden melakukan pengobatan sendiri adalah karena penyakitnya masih ringan.
4. Pertimbangan dalam Memberikan Obat Demam
Berbagai alasan atau pertimbanagan Ibu dalam memilih obat demam balitanya, dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9.Pertimbangan Ibu Dalam Memberikan Obat Demam Balita Di Wilayah Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten
Pertimbangan Frekuensi Persentase (%)
Obat tersebut pernah diresepkan 65 52
Informasi dari petugas apotek 35 28
Iklan 13 10,4
Informasi dari teman, tetangga 11 8,8
Dokter 1 0,8
Total 125 100,0
Berdasar tabel 9 diketahui bahwa sebagian besar responden memilih obat demam karena obat tersebut pernah diresepkan atau diberikan dokter atau petugas kesehatan, sebanyak 65 responden (52%).
5. Tindakan bila Pengobatan Belum Memberikan Kesembuhan
dengan penelitian Nurulita dan Siswanto (2003) yaitu sebagian besar yang dilakukan responden jika pengobatan sendiri tidak berhasil adalah pergi ke dokter.
Tabel 10. Tindakan Bila Pengobatan Belum Memberikan Kesembuhan Di Wilayah Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten
Tindakan Frekuensi Persentase (%)
Pergi ke dokter/puskesmas/RS 123 98,4
Pergi ke pengobatan tradisional (tukang pijat) 2 1,6
Total 125 100,0
6. Lama Melakukan Pengobatan Sendiri
Lama pengobatan sendiri yang dilakukan responden terlihat pada tabel 11. Tabel 11. Lama Melakukan Pengobatan Sendiri Pada Balita Di Wilayah
Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten
Lama Frekuensi Persentase (%)
< 2 hari 84 67,2
2-5 hari 17 13,6
> 5 hari 3 2,4
Total 125 100,0
Tabel 11 menunjukkan bahwa sebanyak 84 responden (67,2%) melakukan pengobatan sendiri pada balita selama kurang dari 2 hari, sebanyak 17 responden (13,6%) melakukan selama 2-5 hari dan 3 responden (2,4%) melakukan selama lebih dari 5 hari.
7. Efek Samping Penggunaan Obat Demam
Efek samping yang timbul setelah minum obat demam terlihat pada tabel 12. Tabel 12. Efek Samping Penggunaan Obat Demam Balita Di Wilayah
Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten
Efek Samping Frekuensi Persentase (%)
Tidak ada 54 43,2
Mengantuk 68 54,4
Muntah 3 2,4
Total 125 100,0
Efek samping yang biasa timbul setelah meminum obat demam yaitu mengantuk sebesar 54,4% dan muntah sebesar 2,4%. Sebesar 43,2% menyatakan tidak ada efek samping dari penggunaan obat demam balita.
8. Tindakan bila Terjadi Efek Samping
Tindakan yang dilakukan bila terjadi efek samping seperti pada tabel 13. Tabel 13.Tindakan bila Terjadi Efek Samping Obat Demam Balita Di Wilayah
Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten
Tindakan Frekuensi Persentase (%)
Menghentikan pengobatan 56 44,8
Pergi ke dokter 45 36,0
Membiarkannya 18 14,4
Mengganti dengan obat lain 6 4,8
Total 125 100,0
9. Alasan Pergi ke Dokter
Alasan membawa ke dokter bila terjadi efek samping seperti pada tabel 14. Tabel 14. Alasan Pergi Ke Dokter Bila Terjadi Efek Samping Obat Demam
Balita Di Wilayah Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten Alasan Frekuensi Persentase (%)
Mencegah hal-hal yang lebih parah 86 68,8
Mengetahui tindakan selanjutnya 30 24,0
Mendapatkan obat baru 9 7,2
Total 125 100,0
Berdasarkan tabel 14 alasan pergi ke dokter sebagian responden adalah untuk mencegah hal-hal yang lebih parah sebanyak 86 responden (68,8%). 10. Alasan Mengganti Obat Lain
Alasan mengganti obat lain bila terjadi efek samping seperti pada tabel 15. Tabel 15. Alasan Mengganti Obat Lain Bila Terjadi Efek Samping Obat Demam Balita Di Wilayah Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten
Alasan Frekuensi Persentase (%)
Memilih obat lain yang tidak menimbulkan efek samping
62 49,6
Obat kurang manjur 63 50,4
Total 125 100,0
Alasan ibu mengganti obat lain bila terjadi efek samping yaitu 63 responden (50,4%) beranggapan karena obat kurang manjur dan 62 responden (49,6%) memilih obat lain yang tidak menimbulkan efek samping.
11. Makanan / Minuman yang Diberikan
Tabel 16. Makanan / Minuman Yang Diberikan Pada Balita Yang Demam Di wilayah Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten
Makanan/Minuman Frekuensi Sup panas Air kelapa Air jeruk Air putih Teh hangat Susu Bubur Madu 44 9 1 82 17 13 1 1
12. Jenis Obat Demam yang Digunakan
Tabel 17. Jenis Obat Demam Balita Yang Digunakan Di Wilayah Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten
Zat Aktif Nama Dagang Frekuensi Presentasi (%) Tunggal Parasetamol Parasetamol 69 55,2
Termorex Uny baby cough Sanmol Ottopan Panadol Anak Cetamol Anacetine Bronchitin 8 5 2 1 1 1 1 1 6,4 4,0 1,6 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
Ibuprofen Proris 4 3,2
Asetosal Bodrexin 20 16,0
Kombinasi Asetosal
Inzana Contrexyn Inzana dan Bodrexin 6 1 5 4,8 0,8 4,0
Total 125 100
Obat di pasaran merupakan obat buatan pabrik. Jenis obat demam yang digunakan untuk mengobati demam balita seperti pada tabel 17. Ada obat yang digunakan secara tunggal dan digunakan secara kombinasi.
kombinasi yaitu Inzana dan Bodrexin. Kandungan yang terdapat pada kedua obat tersebut asetosal, sehingga pengobatan ini tidak tepat karena ada double therapy. Pengatasannya salah satu obat harus dihentikan penggunaannya. Efek
samping dari asetosal (aspirin, asam asetilsalisilat) yaitu pada dosis terapeutik, aspirin dapat menyebabkan kesulitan pencernaan. Penggunaan dosis besar dapat menyebabkan penurunan kadar besi darah (dari pendarahan), leukopenia, trombositopenia, ruam, yang ditandai dengan pusing, muntah, diare, kebingungan, sistem saraf pusat (SSP) depresi, sakit kepala dan kelelahan. Seperti disebutkan di atas, pengobatan dengan aspirin harus dihindari dengan anak-anak untuk menghilangkan risiko Reye's syndrome (BNF, 2009).
Efek samping dari bronchitin yaitu mengantuk sedangkan efek samping dari Anacetine yaitu mengantuk, gangguan gastrointestinal, gangguan psikomotorik, takikardi, aritmia, mulut kering. Kerusakan hati (dosis besar, jangka lama) (Anonimb, 2010). Penggunaan anacetine dan brochitin untuk anak demam diperbolehkan karena indikasinya bisa untuk gejala flu seperti demam, sakit kepala, hidung tersumbat, bersin-bersin yang disertai batuk.
13. Pengalaman dalam Pemberian Obat Lebih Dari Satu secara
Bersamaan
Tabel 18. Pengalaman Dalam Pemberian Obat Lebih Dari Satu Secara Bersamaan Di Wilayah Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten
Pengalaman Frekuensi Persentase (%)
Ya 5 4,0
Kadang-kadang 10 8,0
Tidak 110 88,0
Total 125 100,0
Tabel 18 menunjukkan bahwa sebagian besar responden menjawab tidak pernah menggunakan obat demam lebih dari satu secara bersamaan dengan jumlah 107 responden (85,6%). Responden yang menjawab kadang-kadang sebanyak 10 responden (8%) dan sisanya 8 responden (6,4%) menjawab pernah.
14. Perhatian terhadap Peringatan, Efek Samping dan Kontraindikasi Tabel berikut menunjukkan apakah responden memperhatikan adanya peringatan, efek samping dan kontraindikasi sebelum memberikan obat demam balita yang tertulis pada etiket atau kemasan obat.
Tabel 19.Perhatian Terhadap Peringatan, Efek Samping Dan Kontraindikasi Di Wilayah Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten
Pengalaman Frekuensi Persentase (%)
Ya 109 87,2
Kadang-kadang 11 8,8
Tidak 5 4,0
Total 125 100,0
C. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Ketepatan Pemilihan Obat
Demam Balita
Untuk melihat hubungan antara tingkat pendidikan responden dengan ketepatan pemilihan obat demam balita digunakan uji Chi-Square.
Berdasarkan hasil pengujian secara deskriptif pada hubungan antara tingkat pendidikan dengan ketepatan pemilihan obat demam balita, sebagian besar responden memperoleh nilai 60 yaitu sebanyak 15 responden (12 %). Nilai tertinggi yaitu 78 sebanyak satu responden, sedangkan nilai terendah yaitu 33 sebanyak satu responden. Hasil menunjukkan rata-rata responden melakukan tindakan dengan tepat. Banyaknya sumber informasi akan menambah pengetahuan seseorang yang lebih luas, sedangkan di era globalisasi ini pengetahuan mudah didapatkan melalui media elektronik maupun media cetak. Pendidikan dan pengetahuan merupakan dasar untuk terbentuknya tindakan seseorang.
Tabel 20. Data Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Ketepatan Pemilihan Obat Demam Balita
Pendidikan
Ketepatan
Total
Tidak Tepat Tepat
Kurang dari SMA 2 73 75
SMA dan PT 0 50 50
Total 1 124 125
demikian, adalah angka yang menggambarkan prevalensi dari suatu penyakit dalam populasi yang berkaitan dengan faktor resiko yang dipelajari atau yang timbul sebagai akibat faktor resiko tertentu.
RP (Rasio Prevalensi) = A/(A+B) dibagi C/(C+D) Keterangan: A = subyek dengan faktor resiko dan efek positif
B = subyek dengan faktor resiko positif dan efek negatif C = subyek dengan faktor resiko negatif dan efek positif D = subyek dengan faktor resiko dan efek negatif
(Praktiknya, 2009) RP (Rasio Prevalensi) = A/(A+B) : C/(C+D)
= 50/(50+0) : 73/(73+1) = 1,02.
RP = 1 berarti bahwa faktor resiko tidak ada pengaruhnya atau bersifat netral.
Hal ini diperkuat dengan pengujian Chi-Square dengan tingkat ketelitian α = 5 % dan df = 1 menunjukkan bahwa Chi-Square tabel adalah 3,481
sehingga Chi-Square hitung < Chi-Square tabel (1,355 < 3,481). Berdasarkan probabilitas diperoleh probabilitas sebesar 0,244 sehingga dinyatakan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu terhadap ketepatan pemilihan obat demam balita di wilayah Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten.