• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN MINAT MENGAJAR GURU MENGGUNAKAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KURIKULUM 2006) DENGAN KURIKULUM 2013 DI SD SEGUGUS 1 KECAMATAN MANTRIJERON.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN MINAT MENGAJAR GURU MENGGUNAKAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KURIKULUM 2006) DENGAN KURIKULUM 2013 DI SD SEGUGUS 1 KECAMATAN MANTRIJERON."

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERBEDAAN MINAT MENGAJAR GURU MENGGUNAKAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

(KURIKULUM 2006) DENGAN KURIKULUM 2013 DI SD SE-GUGUS 1 KECAMATAN MANTRIJERON

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Ayunda Kunthi Berygrid NIM 11108244058

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTTO

(6)

vi PERSEMBAHAN

Skripsi ini sebagai ungkapan rasa cinta penuh kasih untuk :

1. Kedua orang tua dan kakak tercinta yang senantiasa memberikan rasa kasih dan dukungan kepada peneliti di setiap waktu.

(7)

vii

PERBEDAAN MINAT MENGAJAR GURU MENGGUNAKAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

(KURIKULUM 2006) DENGAN KURIKULUM 2013 DI SD SEGUGUS 1 KECAMATAN MANTRIJERON

Oleh

Ayunda Kunthi Berygrid NIM 11108244058

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan minat mengajar guru menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Kurikulum 2006) dengan Kurikulum 2013 di SD Segugus I Kecamatan Mantrijeron. Hipotesis yang diajukan yaitu terdapat perbedaan minat mengajar guru menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Kurikulum 2006) dengan Kurikulum 2013 di SD Segugus 1 Kecamatan Mantrijeron.

Penelitian ini merupakan penelitian komparatif yang bersifat ex-post facto. Subjek penelitian adalah guru di SD Segugus 1 Kecamatan Mantrijeron yang pernah mengajar menggunakan Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013 yang berjumlah 24 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) skala sikap minat mengajar guru menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Kurikulum 2006) , (2) skala sikap minat mengajar guru menggunakan Kurikulum 2013. Instrumen penelitian telah diuji validitas dan reliabilitas sebelumnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan minat mengajar guru menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Kurikulum 2006) dengan Kurikulum 2013 di SD Segugus I Kecamatan Mantrijeron. Hal tersebut ditunjukkan dari skor rata-rata skala sikap minat mengajar guru menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Kurikulum 2006) sebesar 74, 6667 yang bila disesuaikan dengan rambu-rambu termasuk dalam kategori tinggi dan skor rata-rata skala sikap minat mengajar guru menggunakan Kurikulum 2013 sebesar 78,9167 yang bila disesuaikan dengan rambu-rambu termasuk dalam kategori sedang.

(8)

viii KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME, yang telah melimpahkan segala rahmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “Perbedaan Minat Mengajar Guru Menggunakan Kurikulum 2006 dengan Kurikulum 2013 Di SD Segugus 1 Kecamatan Mantrijeron”.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini penulis senantiasa diberikan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Maka dari itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terimakasih setulus tulusnya kepada:

1. Dekan FIP UNY yang sudah memberikan kemudahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi.

2. Ketua Jurusan PPSD FIP UNY yang telah memberikan motivasi dan kesempatan kepada penulis untuk memaparkan gagasan dalam skripsi.

3. Bapak P. Sardjiman, M.Pd., selaku dosen pembimbing I yang senantiasa membimbing dan memberikan motivasi kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

4. Bapak Banu Setyo Adi, M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang senantiasa membimbing dan memberikan motivasi kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

5. Ibu Suyatinah, M.Pd., selaku dosen PA yang senantiasa memberikan semangat kepada penulis dari awal masa studi hingga akhir masa studi. 6. Bapak dan ibu dosen PGSD FIP UNY yang senantiasa memberikan bekal

(9)
(10)

x DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv A. Minat Mengajar Guru Menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dengan Kurikulum 2013 ... 10

1. Pemahaman Mengenai Minat Mengajar Guru ... 10

a. Pemahaman Mengenai Minat ... 10

1) Pengertian Minat ... 10

2) Unsur Minat ... 11

3) Aspek Minat ... 12

(11)

xi

1) Pengertian Mengajar ... 13

2) Komponen Mengajar ... 14

3) Faktor yang Mempengaruhi Mengajar Guru ... 15

c. Pemahaman Mengenai Guru ... 16

1) Peran Guru ... 16

2) Kompetensi Guru ... 18

3) Prinsip Profesi Guru ... 20

d. Minat Mengajar Guru ... 21

2. Pembahasan Mengenai Kurikulum ... 22

a. Pengertian Kurikulum ... 22

b. Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Kurikulum ... 24

c. Komponen – komponen Kurikulum ... 25

d. Peran Kurikulum ... 26

e. Prinsip Pengembangan Kurikulum ... 26

f. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Kurikulum 2006)... 28

g. Kurikulum 2013 ... 32

B. Penelitian yang Relevan ... 36

C. Kerangka Pikir ... 36

D. Hipotesis Penelitian ... 37

E. Definisi Operasional Variabel ... 37

1. Minat Mengajar Guru ... 37

G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 44

1. Uji Validitas ... 44

(12)

xii

H. Teknik Analisis Data ... 47

1. Teknik Analisis Data ... 47

2. Pengujian Hipotesis ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50

A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Pengukuran Minat Mengajar Guru Menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Kurikulum 2006) dengan Kurikulum 2013 ... 50

1) Deskripsi Hasil Minat Mengajar Guru Menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Kurikulum 2006) ... 50

2) Deskripsi Hasil Minat Mengajar Guru Menggunakan Kurikulum 2013 ... 53

2. Uji Hipotesis ... 56

B. Pembahasan ... 58

C. Keterbatasan Penelitian ... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

A. Kesimpulan ... 62

B. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64

(13)

xiii DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 1 Diagram skor skala sikap minat mengajar guru menggunakan

Kurikulum 2006 ... 52 Gambar 2 Diagram klasifikasi skala sikap minat mengjar guru menggunakan

Kurikulum 2006 ... 53 Gambar 3 Diagram skor skala sikap minat mengajar guru menggunakan

Kurikulum 2013 ... 55 Gambar 4 Diagram klasifikasi skala sikap minat mengjar guru menggunakan

(14)

xiv DAFTAR TABEL

hal Tabel 1 Skor Skala Sikap Minat Mengajar Guru ... 42 Tabel 2 Kisi-kisi Skala Sikap Minat Mengajar Guru ... 43 Tabel 3 Hasil Uji Validitas Insrtumen Skala Sikap Minat Mengajar Guru ... 45 Tabel 4 Distribusi Frekuensi Skor Skala Sikap Minat Mengajar Guru

Menggunakan Kurikulum 2006 ... 51 Tabel 5 Klasifikasi Minat Mengajar Guru Menggunakan Kurikulum 2006 ... 52 Tabel 6 Distribusi Frekuensi Skor Skala Sikap Minat Mengajar Guru

Menggunakan Kurikulum 2013 ... 54 Tabel 7 Klasifikasi Minat Mengajar Guru Menggunakan Kurikulum 2013 ... 55 Tabel 8 Perbandingan Klasifikasi Skor rata-rata Skala Sikap Minat Mengajar

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal Lampiran 1 Instrumen Penelitian ... 67 Lampiran 2 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 74 Lampiran 3 Rekapitulasi skor skala sikap minat mengajar guru menggunakan

Kurikulum 2006 ... 81 Lampiran 4 Rekapitulasi Skala Sikap Minat Mengajar Guru Menggunakan

Kurikulum 2013 ... 84 Lampiran 5 Hasil skor rata-rata skala sikap minat mengajar guru menggunakan

Kurikulum 2006 ... 87 Lampiran 6 Hasil skor rata-rata skala sikap minat mengajar guru menggunakan

(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kurikulum merupakan pedoman dalam pelaksanaan pendidikan. Kurikulum menjadi cerminan dan pengarah kemana masa depan bangsa akan dibawa. Sholeh Hidayat (2013 : 111) mengungkapkan bahwa kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Perubahan kurikulum merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan IPTEK dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Perubahan atau pengembangan kurikulum menunjukkan bahwa sistem pendidikan itu dinamis. Kurikulum harus selalu mengikuti perkembangan zaman yang ada agar dapat menyesuaikan dengan perkembangan yang ada dan tidak tertinggal.

(17)

2

Indonesia kembali dari Kurikulum 2013 ke Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan berusaha meluaskan partisipasi kreatif guru, pengelola sekolah, dan murid dalam proses belajar–mengajar berdasarkan suatu rumusan kompetensi yang dirumuskan (Agus Suwignyo dalam Soedijarto, dkk., 2007). Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, standar isi, standar kompetensi, dan kompetensi dasar kurikulum masih ditentukan pemerintah pusat, namun pelaksanaan di setiap kelas diserahkan kepada pengelola sekolah dan guru. Pengelola sekolah dan guru diberi keleluasaan untuk kreatif dalam mengembangkan sendiri pembelajarannya disesuaikan dengan pemahaman yang dimiliki mengenai pembelajaran serta disesuaikan dengan pengetahuan yang dibutuhkan di daerah tempat mengajar.

Pada pelaksanaannya, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan belum berjalan sesuai yang diharapkan. Hal ini diungkapkan oleh Sholeh Hidayat (2013 : 112) bahwa :

(18)

3

pendidikan atau sekolah dari daerah lain tanpa melalui proses

adaptasi “.

Pendapat lain dikemukakan oleh Direktur Pembinaan Sekolah Dasar (SD) Ditjen Dikdas Kemendikbud Ibrahim Bafadal dalam Riana Afifah (2012) yang mengatakan bahwa :

“Perubahan kurikulum dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi Kurikulum 2013 juga melihat kondisi yang ada selama beberapa tahun ini. KTSP yang memberi keleluasaan terhadap guru membuat kurikulum secara mandiri untuk masing-masing sekolah ternyata tak berjalan mulus. Tidak semua guru memiliki dan dibekali profesionalisme untuk membuat kurikulum. Yang terjadi, hanya mengadopsi saja.”

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Kurikulum 2006/Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang menuntut keaktifan guru justru menimbulkan suatu fenomena dimana apa yang diajarkan guru tidak sesuai dengan daerah tempat guru mengajar karena RPP yang digunakan untuk mengajar merupakan hasil kerja orang lain yang belum tentu dapat digunakan di semua daerah.

(19)

4

Indonesia . Sholeh Hidayat (2013 : 113) mengungkapkan bahwa orientasi Kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap (atitude), keterampilan (skill) dan pengetahuan (knowledge). Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan bukanlah satu – satunya hal yang ditekankan dalam pembelajaran agar menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.

(20)

5

tergantung pada kecakapan guru, ketercakupan substansi kurikulum dalam buku pelajaran, dan evaluasi proses belajar. Sholeh Hidayat (2013 : 26) mengungkapkan bahwa sejalan dengan penerapan manajemen berbasis sekolah, guru tidak hanya berfungsi sebagai pelaksana kurikulum tetapi juga sebagai perancang dan penilai kurikulum itu sendiri. Dengan demikian, guru selalu dituntut untuk meningkatkan kemampuannya sesuai dengan perkembangan kurikulum, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta perkembangan masyarakat. Oleh karena itu, penguasaan kurikulum bagi guru merupakan suatu hal yang mutlak dan menjadi suatu kewajiban. Guru sebagai pihak yang terlibat langsung dalam kegiatan pendidikan memiliki peranan penting dalam menentukan cocok atau tidaknya penerapan suatu kurikulum. Pendapat tersebut menegaskan bahwa kecakapan guru turut menjadi penentu keberhasilan pelaksanaan kurikulum di Indonesia.

Pergantian kurikulum di Indonesia seharusnya tidak mempengaruhi guru, guru harus siap mengajar dengan menggunakan kurikulum apapun. Tetapi, seharusnya pemerintah juga mempertimbangkan pendapat guru mengenai kurikulum yang cocok maupun kurang cocok diterapkan di Indonesia.

(21)

6

pengajaran seperti bermain, kolaboratif, dan teman sebaya, banyak kegiatan yang dapat dilakukan, siswa dapat lebih aktif, dan cocok digunakan pada anak karena banyak menggunakan teknologi yang saat ini sudah tidak asing bagi anak, namun guru juga menganggap Kurikulum 2013 memiliki banyak kegiatan yang telah ditentukan di dalam buku sehingga terkadang tidak cukup waktu untuk mengajarkan semua kegiatan, serta muatan materi terlalu sedikit, selain itu guru kesulitan dalam melakukan penilaian. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dianggap guru terlalu monoton, siswa lebih banyak diam mendengarkan guru dan cenderung berpatokan pada nilai , tetapi guru juga menganggap pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan materi yang diajarkan berurutan sehingga mudah untuk diajarkan, muatan pengetahuannya banyak, dan mudah dalam menilai hasil belajar siswa.

Crow dan Crow (1988 : 351) mengungkapkan bahwa salah satu hal yang dapat menimbulkan minat adalah Emotional factor, yang berarti bahwa suatu aktivitas yang dilakukan dengan perasaan senang akan membuahkan hasil yang lebih baik dan sekaligus memperbesar minat terhadap aktivitas tersebut. Dapat dipahami bahwa jika guru berminat mengajar menggunakan suatu kurikulum, maka ia akan lebih maksimal dalam mengajar dan kegiatan pembelajaran dapat beralan optimal.

(22)

7

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( Kurikulum 2006) dengan Kurikulum 2013 di SD Se-gugus 1 Kecamatan Mantrijeron.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yaitu sebagai berikut :

1. Guru beranggapan Kurikulum 2013 memiliki banyak kegiatan yang telah ditentukan di dalam buku sehingga terkadang tidak cukup waktu untuk mengajarkan semua kegiatan, serta muatan materi terlalu sedikit, selain itu guru kesulitan dalam melakukan penilaian.

2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dianggap guru terlalu monoton, siswa lebih banyak diam mendengarkan guru dan cenderung berpatokan pada nilai.

3. Minat mengajar guru merupakan Emotional factor yang mempengaruhi mengajar guru.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dengan melihat kondisi serta permasalahan yang komplek, maka penelitian dibatasi pada Perbedaan Minat Mengajar Guru Menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Kurikulum 2006) dengan Kurikulum 2013 di SD Se-gugus 1 Kecamatan Mantrijeron.

D. Rumusan Masalah

(23)

8

peneliti ajukan adalah sebagai berikut :” Apakah terdapat perbedaan pada minat mengajar guru menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Kurikulum 2006) dengan Kurikulum 2013 di SD Se-gugus 1 Kecamatan Mantrijeron ?”.

E. Tujuan Penelitian

Dari latar belakang tersebut maka tujuan penelitian adalah untuk mengetahui adanya perbedaaan antara minat mengajar guru menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Kurikulum 2006) dengan Kurikulum 2013 di SD Se-gugus 1 Kecamatan Mantrijeron.

F. Manfaat Penelitian

Dilaksanakannya penelitian ini, diharapkan mampu memberikan manfaat :

1. Manfaat secara teoritis

Secara teoritis penelitian diharapkan dapat menambah wawasan dan pemahaman mengenai perbedaan minat mengajar guru menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Kurikulum 2006) dengan Kurikulum 2013 di SD Se-gugus 1 Kecamatan Mantrijeron sehingga dapat menyikapi adanya perubahan kurikulum.

2. Manfaat secara praktis

(24)

9

b. Bagi masyarakat agar memiliki pengetahuan lebih dalam mengenai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Kurikulum 2006) dan kurikulum 2013 sehingga dapat memberikan saran maupun mengkritisi kebijakan yang diberlakukan oleh pemerintah. Tindakan masyarakat tersebut diharapkan mampu mengarahkan pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik.

c. Bagi lembaga pendidikan sebagai acuan dalam mencari solusi untuk mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan pelaksanaan kurikulum di Indonesia agar tujuan pendidikan nasional Indonesia dapat tercapai.

(25)

10

BAB II KAJIAN TEORI

A. Minat mengajar guru menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Kurikulum 2006) dengan Kurikulum 2013

1. Pemahaman mengenai Minat Mengajar Guru

a. Pemahaman mengenai minat

1) Pengertian Minat

Hurlock (1978 : 114) mengatakan bahwa minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Bila mereka melihat bahwa sesuatu akan menguntungkan , mereka merasa berminat. Ini kemudian mendatangkan kepuasan. Bila kepuasan berkurang, minat pun berkurang. Lebih lanjut Hurlock (1978 : 114) berpendapat bahwa minat memainkan peran yang penting dalaam kehidupan seseorang dan mempunyai dampak yang besar atas perilaku dan sikap.

(26)

11

Dengan kata lain, minat dapat menjadi penyebab seseorang berpartisipasi dalam kegiatan. Abu Ahmadi (2003 ; 151) mengungkapkan bahwa seseorang yang tertuju pada suatu objek sebenarnya dimulai dengan adanya minat terhadap hal tersebut. Minat adalah sikap jiwa orang seorang termasuk ketiga fungsi jiwanya (kognisi, konasi, dan emosi), yang tertuju pada sesuatu, dan dalam hubungan itu unsur perasaan yang terkuat. Dari beberapa pendapat ahli mengenai pengertian minat, dapat disimpulkan bahwa minat adalah suatu ketertarikan yang dapat membuat seseorang melakukan suatu tindakan atau kegiatan yang akan memberikan kepuasan pada seseorang tersebut.

2) Unsur Minat

Berdasarkan pengertian minat menurut Abu Ahmadi, diperoleh bahwa minat terdiri dalam beberapa unsur yaitu kognisi, konasi, dan emosi. Berikut penjelasan singkat mengenai unsur minat menurut Bigot Cs dalam Baharuddin (2010 : 85).

a) Kognisi ialah kemampuan jiwa untuk mengenal segala sesuatu yang di dalamnya terdapat aktivitas jiwa,yaitu pengamatan, tanggapan, fantasi, berpikir, dan intelegensi. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa kognisi berarti manusia mengerti dan memahami mengenai hal yang diminati.

(27)

12

nafsu, kemauan, dan lain – lain. Dengan kata lain, konasi berarti tindakan yang dilakukan oleh manusia, seperti muncul ketertarikan, kemauan, maupun kehendak dari seseorang untuk melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang diminati.

c) Emosi ialah kemampuan jiwa untuk merasakan segala sesuatu yang disebebabkan oleh perangsang dari luar dan dari dalam dirinya, antara lain perasaan ketuhanan, perasaan estetika, perasaan kesusilaan, dan lain – lain. Emosi yang dapat diamati dari seseorang untuk mengetahui apakah seseorang tersebut memiliki minat terhadap sesuatu yaitu melalui rasa suka atau tidak suka dan rasa puas maupun tidak puas.

3) Aspek Minat

Hurlock (1990:422) mengemukakan bahwa minat memiliki dua aspek yaitu:

a) Aspek kognitif

(28)

13

Aspek afektif adalah konsep yang membangun konsep kognitif dan dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan atau objek yang menimbulkan minat. Aspek ini mempunyaiperanan yang besar dalam memotivasikan tindakan seseorang. Seperti halnya aspek kognitif, aspek afektif berkembang dari pengalaman pribadi, dari sikap yang dinyatakan atau tersirat dalam berbagai bentuk media massa terhadap kegiatan itu. Saat seseorang memiliki ketertarikan terhadap suatu hal, ia akan mengembangkan sikap positif terhadap hal tersebut. Sikap positif tersebut dapat dilihat dari kemauan atau keinginan seseorang untuk menekuni kegiatan yang diminati. Menekuni hal yang diminati akan memunculkan perasaan senang serta perasaan puas dilam diri seseorang.

Berdasarkan penjabaran mengenai aspek minat, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa indikator minat yang diambil dari aspek kognitif dan afektif minat. Indikator tersebut adalah rasa ingin tahu, kesadaran, keinginan, rasa senang, serta rasa puas.

b. Pemahaman Mengenai Mengajar 1) Pengertian Mengajar

(29)

14

mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. William Burton dalam Moh. User Usman (1995 : 21) menungkapkan bahwa “Teaching is the guidance of learning activities, teaching is for

purpose of aiding the pupil learn” yang artinya mengajar adalah membimbing kegiatan belajar siswa sehingga ia mau belajar. Sementara itu, Slameto (2003 : 92) berpendapat bahwa mengajar adalah membimbing siswa agar mengalami proses belajar. Dari pendapat – pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa mengajar berarti kegiatan membimbing siswa dalam belajar sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan yag dimilikinya di berbagai bidang.

2) Komponen Mengajar

Mengajar merupakan suatu hal yang tidak akan pernah lepas dengan belajar, sehingga dapat dikatakan bahwa belajar – mengajar merupakan satu kesatuan. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006 : 41 – 50) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa komponen dalam belajar – mengajar yaitu :

a) Tujuan, yaitu cita- cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan.

(30)

15

c) Kegiatan Belajar Mengajar, yaitu inti dari kegiatan dalam pendidikan yang akan menentukan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai.

d) Metode, yaitu suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

e) Alat, yaitu segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran yang berfungsi untuk mempermudah usaha mencapai tujuan.

f) Sumber pelajaran, yaitu bahan/materi untuk menambah ilmu pengetahuan yang mengandung hal- hal baru bagi si pelajar. g) Evaluasi, yaitu tindakan atau proses untuk menentukannilai

sebagai sesuatu dalam dunia pendidikan atau segala sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan.

3) Faktor yang mempengaruhi mengajar guru

Indrafachrudi (2000: 52) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja kedalam dua kategori yakni:

“ Faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang dapat mempengaruhi kinerja seseorang dalam menjalankan pekerjaannya, antara lain; motivasi dan minat, bakat, watak, sifat, usia, jenis kelamin, pendidikan, dan pengalaman, sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang datang dari luar diri seseorang yang dapat mempengaruhi kinerjanya, antara lain; lingkungan fisik, sarana dan prasarana, imbalan,

suasana, kebijakan dan sistem administrasi.”

(31)

16

terdiri dari sikap berkomunikasi, kemampuan manajemen, minat dan keinginan, intelegensi, intelektual, motivasi, dorongan dan kepribadian, serta jati diri. Faktor eksternal terdiri dari sarana dan prasarana, insentif atau gaji guru, suasana kerja dan lingkungan kerja. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa minat dapat mempengaruhi kinerja guru, dimana kinerja bagi seorang guru yang paling utama adalah mengajar.

c. Pemahaman Mengenai Guru

1) Peran Guru

Moon dalam Uno B. Hamzah (2010:22) mengemukakan bahwa terdapat beberapa peran guru dalam pembelajaran tatap muka, yaitu sebagai berikut.

a) Guru sebagai perancang pembelajaran

Guru dituntut untuk dapat merancang dan mempersiapkan komponen pembelajaran seperti Tujuan Instruksional Khusus, materi, metode, sumber belajar, serta media agar pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan efisien.

b) Guru sebagai pengelola pembelajaran

Guru hendaknya mampu mempergunakan teori belajar mengajar dari teori perkembangan hingga memungkinkan untuk menciptakan situasi belajar yang baik.

(32)

17

Guru dituntut untuk mampu menimbulkan, memelihara, dan meningkatkan motivasi perserta didik untuk belajar.

d) Guru sebagai evaluator

Penilaian dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai tingkat keberhasilan, efektivitas, dan efisiensi dalam proses pembelajaran yang kemudian menjadi umpan balik untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran selanjutnya seingga dapat memperoleh hasil yang optimal.

e) Guru sebagai konselor

Guru diharapkan mampu merespon segala masalah tingkah laku yang terjadi dalam proses pembelajaran.

f) Guru sebagai pelaksana kurikulum

(33)

18

supervisor; (5) penegak disiplin; (6) menjadi model perilaku yang akan ditiru siswa; (7) sebagai konselor; (8) menjadi penilai; (9) petugas tata usaha tentang administrasi kelas yang diajarnya; (10) menjadi komunikastor dengan orangtua siswa dengan masyarakat; (11) sebagai pengajar unttuk meningkatkan profesi secara berkelanjutan, dan (12) menjadi anggota organisasi profesi pendidikan.

2) Kompetensi guru

Dalam kebijakan Pendidikan Nasional, pemerintah telah merumuskan empat jenis kompetensi guru sebagaimana tercantum dalam penjelasan Depdiknas (2005:52 ), tentang Standar Nasional Pendidikan yaitu:

a) Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan dalam pengelolaan peserta didik meliputi pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum, perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

(34)

19

c) Kompetensi sosial yaitu kemampuan pendidik sebagai bagian dari mayarakat untuk berkomunikasi lisan dan tulisan, menggunakan teknologi berkomunikasi informasi secara fungsional, bergaul secara efektif dengan peserta didik sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.

d) Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam meliputi konsep, struktur, dan materi metode keilmuan yang menaungi/koheren dengan materi ajar, materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah, hubungan konsep antar mata pelajaran terkait, penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari dan kompetensi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.

Selain itu, Abdurrahman Mas’ud dalam Suparlan (2006:91)

menyebutkan bahwa terdapat tiga kompetensi dasar yang harus dimiliki guru, yaitu ;

a) menguasai materi atau bahan ajar, b) antuasiasme, dan

(35)

20

3) Prinsip profesi guru

Jamil Suprihatiningrum (2014:56) berpendapat bahwa profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut:

a) Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme,

b) Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketaqwaan, dan akhlak mulia;

c) Memiliki kualifikasi akademik dan latar pendidikan sesuai dengan bidang tugas;

d) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; e) Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; f) Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi

kerja;

g) Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar dengan belajar sepanjang hayat;

h) Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan;

(36)

21

d. Minat Mengajar Guru

Setelah membahas mengenai minat, mengajar, dan guru, maka minat mengajar guru dapat diartikan sebagai ketertarikan untuk mengajar sebagai suatu profesi dari seseorang yang memiliki keahlian khusus dalam bidang pendidikan dan pengajaran sehingga proses belajar dapat berjalan maksimal dan sesuai yang diinginkan serta dapat menimbulkan perasaan puas setelah proses belajar mengajar berlangsung. Minat mengajar guru dapat diketahui dengan indikator yang diambil dari aspek minat menurut Hurlock (1990:422) yaitu adanya rasa ingin tahu, kesadaran, perhatian, keinginan, rasa senang, serta rasa puas. Indikator minat tersebut dikaitkan dengan minat mengajar sehingga dapat digunakan sebagai indikator minat mengajar. Indikator minat mengajar, yaitu :

1) Rasa ingin tahu mengenai kurikulum yang diminati

Rasa ingin tahu mengenai kurikulum yang dminati dapat diamati dari usaha mencari tahu yang dilakukan guru untuk memperdalam kurikulum yang diminati. Semakin tinggi minat guru pada suatu kurikulum, maka akan semakin tinggi pula usaha untuk mencari tahu hal – hal yang berkaitan dengan kurikulum tersebut.

2) Kesadaran mengenai kurikulum yang diminati

(37)

22

suatu kurikulum, maka guru akan menggunakan hal – hal yang seharusnya digunakan saat kegiatan pembelajaran sesuai dengan kurikulum.

3) Kemauan atau keinginan mengenai kurikulum yang diminati

Kemauan atau keinginan mengenai kurikulum yang diminati berarti sikap guru untuk memilih hal – hal yang berkaitan dengan kurikulum yang diminati atau memilih hal yang berada di dalam kurikulum yang diminati seperti metode, media, maupun sumber belajar yang digunakan saat kegiatan pembelajaran.

4) Rasa senang mengenai kurikulum yang diminati

Rasa senang mengenai kurikulum yang diminati berarti timbul perasaan senang, antusias, semangat dan nyaman di dalam diri guru apabila melakukan sesuatu maupun memperoleh sesuatu yang berkaitan dengan kurikulumyang diminati.

5) Rasa puas mengenai kurikulum yang diminati

Rasa puas mengenai kurikulum yang diminati berarti berarti timbul perasaan puas di dalam diri guru apabila melakukan sesuatu maupun memperoleh sesuatu yang berkaitan dengan kurikulum yang diminati.

e. Pembahasan Mengenai Kurikulum a. Pengertian Kurikulum

(38)

23

Berdasarkan pengertian tersebut kurikulum berarti suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari mulai dari garis awal atau start sampai dengan finish, dari pengertian tersebut, Imas Kurinasih dan Berlin Sani ( 2014 : 3) mengungkapkan bahwa dalam dunia pendidikan kurikulum diartikan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan tentang sejumlah mata pelajaran yang harus dipelajari peserta didik dalam menempuh pendidikan di lembaga pendidikan. Nasution (2010 : 5) mendefinisikan bahwa kurikulum adalah suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar-mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya. Caswell and Campbell dalam Imas Kurinasih dan Berlin Sani (2014 : 5) mengemukakan bahwa Curriculum is all of the experiences children have under the guidance of teachers yang artinya kurikulum merupakan seluruh pengalaman dari anak yang berada dalam pengawasan guru.

(39)

24

pembelajaran yang dnn apat memancing siswa agar kemampuan yang ingin dicapai dapat muncul dan memenuhi target.

b. Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Kurikulum

E. Mulyasa dalam Imas Kurinasih dan Berlin Sani (2014 : 7) menemukakan bahwa keberhasilan sebuah kurikulum haruslah melalui beberapa tahapan berikut ini.

1) Adanya sosialisasi yang menyeluruh

2) Selalu menghadirkan lingkungan yang kondusif 3) Selalu mengembangkan fasilitas dan sumber belajar

4) Memupuk dan selalu mengembangkan kemandirian sekolah 5) Meluruskan paradigma (pola pikir) guru

6) Memberdayakan semua tenaga kependidikan

Selanjutnya Mulyasa (2009 : 179) mengungkapkan bahwa setidaknya terdapat tiga faktor yang mempengaruhi implementasi kurikulum, yaitu :

1) Karakteristik kurikulum, yang mencakup rusng lingkup ide baru suatu kurikulum dan kejelasannya bagi pengguna di lapangan. 2) Strategi implementasi, yaitu strategi yang digunakan dalam

implementasi yang dapat mendorong penggunaan kurikulum di lapangan.

(40)

25

c. Komponen – komponen Kurikulum

Kurikulum memiliki beberapa komponen yang harus saling berkaitan satu dengan yang lainnya agar dapat mencapai tujuan pokok pendidikan. Komponen – komponen tersebut adalah sebagai berikut. 1) Komponen tujuan

Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang diharapkan. Tujuan pendidikan diklasifikasikan menjadi empat, yaitu :

a) Tujuan Pendidikan Nasional b) Tujuan Institusional

c) Tujuan Kurikuler

d) Tujuan Instruksional atau Tujuan Pembelajaran 2) Komponen Isi atau Materi Pelajaran

Komponen ini berkaitan dengan pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa.

3) Komponen Metode atau Strategi

Komponen ini meliputi rencana, metode, dan perangkat yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu.

4) Komponen evaluasi

(41)

26

5) Komponen media pembelajaran (sarana dan prasarana)

Meliputi bangunan atau fasilitas yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar.

d. Peran Kurikulum

1) Peranan Konservatif

Peran konservatif kurikulum adalah melestarikan berbagai nilai budaya sebagai warisan masa lalu. Peran konservatif kurikulum memiliki peran untuk menangkal berbagai pengaruh dari luar sebagai dampak era globalisasi yang dapat merusak nilai – nilai luhur masyarakat , sehingga keajegan dan indentitas masyarakat akan tetap terpelihara dengan baik.

2) Peran Kreatif

Peran kreatif kurikulum berarti kurikulum harus mengandung hal – hal baru sehingga dapat membantu siswa untuk mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya agar dapat berperan aktif dalam kehidupan masyarakat yang selalu mengalami kemajuan.

3) Peran Kritis dan Evaluatif

Kurikulum harus berperan menyeleksi dan mengevaluasi segala sesuatu yang bermanfaat untuk kehidupan anak didik.

e. Prinsip Pengembangan Kurikulum

(42)

27

1) Prinsip Relevansi

Relevansi berarti pengembangan kurikulum harus memperhatikan nilai –nilai yang ada di dalam masyarakat serta membekali siswa baik dalam bidang pengetahuan, sikap maupun keterampilan sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat. Pengalaman – pengalaman belajar yang disusun di dalam kurikulum harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Ada dua macam relevansi, yaitu relevansi internal yang berkaitan dengan keutuhan suatu kurikulum dan relevansi eksternal yang berkaitan dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat.

Untuk memenuhi prinsip relevansi dalam pengembangan kurikulum, maka dalam proses pengembangannya sebelum menentukan apa yang menjadi isi dan model kurikulum yang akan digunakan, perlu dilakukan studi pendahuluan dengan menggunakan berbagai metode dan pendekatan.

2) Prinsip Fleksibilitas

(43)

28

menyediakan berbagai program pilihan yang sesuai dengan minat dan bakat siswa.

3) Prinsip Kontinuitas

Prinsip kontinuitas mengandung makna bahwa perlu dijaga saling keterkaitan dan kesinambungan antara materi pelajaran dengan pada berbagai jenjang dan jenis program pendidikan.

4) Prinsip Efektivitas

Efektivitas berkenaan dengan dapat dilaksanakan dan dicapai atau tidaknya rencana suatu kurikulum dalam kegiatan belajar mengajar.

5) Prinsip Efisiensi

Kurikulum dikatakan memiliki tingkat efisiensi tinggi apabila dengan sarana, biaya yang minimal dan waktu yang terbatas dapat memperoleh hasil yang maksimal. Kurikulum harus dirancang untuk dapat digunakan dalam segala macam keterbatasan agar tidak menimbulkan kesukaran yang memerlukan sarana, biaya, maupun waku yang lebih untuk dilaksanakan.

f. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Kurikulum 2006)

(44)

29

yang memuat diberlakukannya otonomi daerah, termasuk bidang pendidikan dan kebudayaan. Hal ini berarti penyelenggaraan pendidikan bermuara pada upaya pemberdayaan terhadap masyarakat daerah untuk menentukan sendiri jenis dan muatan kurikulum, proses pembelajaran dan sistem penilaian hasil belajar, guru dan kepala sekolah. KTSP membuat guru memiliki otoritas dalam mengembangkan kurikulum secara bebas dengan memperhatikan karakteristik siswa dan lingkungan di sekolah masing – masing.

Rasional Pengembangan Kurikulum 2013 (2012 : 17) menyebutkan pola pikir perumusan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu :

1) Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari Standar Isi.

2) Standar Isi dirumuskan berdasarkan Tujuan Mata Pelajaran (Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran) yang dirinci menjadi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran.

3) Pemisahan antara mata pelajaran pembentuk sikap, pembentuk keterampilan, dan pembentuk pengetahuan.

4) Kompetensi diturunkan dari mata pelajaran.

(45)

30

Diberlakukannya KTSP didasari oleh beberapa prinsip pengembangan yang membedakan KTSP dengan KBK. Wina Sanjaya (2008 : 154) mengungkapkan bahwa prinsip – prinsip tersebut adalah : 1) berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan

peserta didik, dan lingkungannnya ; 2) beragam dan terpadu ;

3) tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni ;

4) relevan dengan kebtuuhan kehidupan ; 5) menyeluruh dan berkesinambungan ; 6) belajar sepanjang hayat ; dan

(46)

31

Standar kurikulum SD/MI disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran dengan ketentuan sebagai berikut.

1) Kurikulum SD/MI memuat 8 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri. Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler unttuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pedidikan. Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler.

2) Substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada SD/MI merupakan

“IPA Terpadu” dan “IPS Terpadu”.

(47)

32

4) Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat jam pembeajaran per minggu secara keseluruhan.

5) Alokasi aktu satu jam pembelajaran adalah 35 menit.

6) Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 34- 38 minggu.

g. Kurikulum 2013

(48)

33

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang lebih menekankan pada kompetensi dengan pemikiran kompetensi berbasis sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

Perubahan kurikulum dari KTSP menjadi Kurikulum 2013 mnegalami penyempuranaan pola pikir, yaitu :

1) Dari berpusat pada guru menuju berpusat pada siswa. 2) Dari satu arah menuju interaktif.

3) Dari isolasi menuju lingkungan jejaring. 4) Dari pasif menuju aktif-menyelidiki.

5) Dari maya/abstrak menuju konteks dunia nyata. 6) Dari pribadi menuju pembelajaran berbasis tim.

7) Dari luas menuju perilaku khas memberdayakan kaidah keterikatan.

8) Dari stimulasi rasa tunggal menuju stimulasi ke segala penjuru. 9) Dari alat tunggal menuju alat multimedia.

10)Dari hubungan satu arah bergeser menuju kooperatif. 11)Dari produksi massa menuju kebutuhan pelanggan. 12)Dari usaha sadar tunggal menuju jamak.

13)Dari satu ilmu pengetahuan bergeser menuju pengetahuan disiplin jamak.

14)Dari kontrol terpusat menuju otonomi dan kepercayaan. 15)Dari pemikiran faktual menuju kritis.

16)Dari penyampaian pengetahuan menuju pertukaran pengetahuan.

M. Nuh dalam Imas Kurniasih dan Berlin Sani (2014 : 22) mengatakan bahwa terdapat ciri kurikulum 2013 yang paling mendasar, yaitu :

(49)

34

2) Siswa lebih didorong untuk memiliki tanggung jawab kepada lingkungan, kemampuan interpersonal, antarpersonal, maupun memiliki kemampuan berpikir kritis.

3) Memiliki tujuan agar terbentuknya generasi produktif, kreatif, inovatif, dan afektif.

4) Khusus untuk tingkat SD, pendekatan tematik integratif memberi kesempatan siswa untuk mengenal dan memahami suatu tema dalam berbagai mata pelajaran.

5) Pelajaran IPA dan IPS diajarkan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses, mengemukakan bahwa model – model pembelajaran yang diutamakan dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah model pembelajaran inkuiri (inquiry based learning), model pembelajaran diskoveri (discovery learning), model pembelajaran berbasis proyek (project based learning), dan model pembelajaran berbasis pemasalahan (problem based learning). Selain itu, terdapat beberapa model atau metode pembelajaran yang dapat membuat siswa menjadi aktif saat pembelajaran yang cocok digunakan untuk kurikulum 2013, antara lain seperti berikut.

(50)

35

4) Metode pembelajaran sikap 5) Metode pembelajaran bermain 6) Metode pembelajarn kelompok 7) Metode pembelajaran mandiri 8) Metode pembelajaran multimodel

Pada kurikulum 2013, proses pembelajaran setiap tema dilakukan dengan menggunakan pedekatan saintifk, melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta (Kunandar, 2014 : 10). Salah satu penekanan dalam Kurikulum 2013 adalah penilaian autenik. Kunandar (2014 : 38) mengemukakan beberapa ciri penilaian autentik, yaitu :

1) Harus mengukur semua aspek pembelajaran, yaitu kinerja dan hasil atau produk.

2) Dilaksanakan slama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung.

3) Menggunakan berbagai cara dan sumber.

4) Tes hanya salah satu hal pengumpul data penilaian.

5) Tugas yang diberikan kepada peserta didik harus mencerminkan bagian – bagian kehidupan peserta didik yang nyata setiap hari.

(51)

36

B. Penelitian yang Relevan

Contoh penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah Halimah Harun (2006) dalam Jurnal Pendidikan 31 (2006) 83 – 96 yang berjudul : Minat, Motivasi dan Kemahiran Mengajar Guru Pelatih. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan sikap, minat dan motivasi guru dengan prestasi mengajar.

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa guru pelatih yang berminat dan memiliki motivasi yang tinggi dalam kerjanya mengajar memiliki prestasi yang lebih baik dalam mengajar dibandingkan guru pelatih yang memiliki minat dan motivasi rendah.

C. Kerangka Pikir

Minat mengajar guru merupakan ketertarikan untuk mengajar sebagai suatu profesi dari seseorang yang memiliki keahlian khusus dalam bidang pendidikan dan pengajaran sehingga proses belajar dapat berjalan maksimal dan sesuai yang diinginkan serta dapat menimbulkan perasaan puas setelah proses belajar mengajar berlangsung. Minat menjadi faktor yang mempengaruhi kinerja guru, dimana salah satu bentuk kinerja guru yang paling dominan adalah mengajar. Minat dapat mempengaruhi mengajar guru menjadi lebih baik ataupun menjadi lebih buruk.

(52)

37

pelaksana kurikulum, kurikulum yang ditentukan oleh pemerintah juga memerlukan peran guru sebagai penentu keberhasilannya.

D. Hipotesis Penelitian

Untuk menguji ada atau tidaknya perbedaan, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:

Ha : Terdapat perbedaan antara minat mengajar guru menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Kurikulum 2006) dengan Kurikulum 2013.

Ho: Tidak terdapat perbedaan antara minat mengajar guru menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Kurikulum 2006) dengan Kurikulum 2013.

Dari hipotesis di atas, penulis memiliki dugaan sementara bahwa terdapat perbedaan antara minat mengajar guru menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Kurikulum 2006) dengan Kurikulum 2013 di SD Se-gugus1 Kecamatan Mantrijeron. Untuk itu, penulis sepakat dengan pernyataan Ha di atas.

Untuk menguji kebenaran dari hipotesis tersebut, maka akan dibuktikan melalui hasil penelitian yang dilakukan di SD Se-gugus 1 Kecamatan Mantrijeron.

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Minat Mengajar Guru

(53)

38

seseorang tersebut, sedangkan mengajar berarti kegiatan membimbing siswa dalam belajar sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya di berbagai bidang dan guru berarti profesi yang memerlukan keahlian khusus dibindang pendidikan dan pengajaran, serta mampu bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa minat mengajar guru berarti ketertarikan untuk mengajar sebagai suatu profesi dari seseorang yang memiliki keahlian khusus dalam bidang pendidikan dan pengajaran sehingga proses belajar dapat berjalan maksimal dan sesuai yang diinginkan serta dapat menimbulkan perasaan puas setelah proses belajar mengajar berlangsung.

2. Kurikulum

Kurikulum merupakan hal – hal yang perlu dipersiapkan dan diberikan kepada anak agar anak memiliki kemampuan yang diperlukan untuk dapat dinyatakan lulus, segala hal yang dilakukan anak untuk dapat mencapai kelulusan harus diarahkan dan mendapat bimbingan dari guru.

(54)

39

(55)

40

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dilihat dari gejala – gejala yang diteliti, penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif yang bersifat ex-post facto, karena dalam penelitian ini peneliti tidak memberikan perlakuan atau memanipulasi dan mengendalikaan variabel bebas secara langsung. Ex-post facto juga merupakan penelitian komparatif dimana data dikumpulkan setelah semua kejadian telah terjadi, dengan pendekatan kuantitatif. Berdasarkan uraian di atas, pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang paling cocok digunakan untuk mencari tahu ada atau tidaknya perbedaan minat mengajar guru menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Kurikulum 2006) dengan Kurikulum 2013 di SD Se-gugus I Kecamatan Mantrijeron.

B. Populasi Penelitian

(56)

41

C. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di sekolah dasar Se-gugus 1 Kecamatan Mantrijeron, Yogyakarta dengan jumlah 5 SD, yaitu SD Kanisius Pugeran, SDN Gedongkiwo, SD Kanisius Kumendaman, SD Suryowijayan, dan SD Muhammadiyah Suryowijayan pada tanggal 1 – 8 Maret 2016.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah minat mengajar guru. 2. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kurikulum. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Kurikulum 2006) dan Kurikulum 2013 digunakan untuk mengungkap kurikulum mana yang menarik minat mengajar guru. E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah skala sikap dengan jenis skala likert. Sugiyono (2008 : 134) mengungkapkan bahwa skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.

(57)

42

pernyataan. Jawaban setiap instrument yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif.

Skala likert digunakan peneliti untuk mengumpulkan data mengenai minat mengajar guru menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Kurikulum 2006) dengan Kurikulum 2013 di SD Se-gugus 1 Kecamatan Mantrijeron.

F. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data perbedaan minat mengajar guru menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Kurikulum 2006) dengan Kurikulum 2013 digunakan skala sikap dengan jenis skala likert dan berbentuk checklis. Skala sikap dibuat menjadi 2, yaitu skala sikap minat mengajar guru menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan skala sikap minat mengajar guru menggunakan Kurikulum 2013. Responden diminta memilih empat alternatif jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) , dan Sangat Tidak Setuju (STS). Tiap alternatif jawaban memiliki skor sebagai berikut.

Tabel 1. Skor Skala Sikap Minat Mengajar Guru

(58)

43

Berikut kisi – kisi skala sikap minat mengajar guru. Tabel 2. Kisi-kisi Skala Sikap Minat Mengajar Guru

Variabel Aspek Indikator

(59)

44

G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

1. Uji Validitas

Validitas instrummen dalam penelitian ini menggunakan pengujian validitas kontrak (construct validity). Sugiyono (2008:117) menjelaskan bahwa setelah instrument dikonstruksi tentang aspek – aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Artinya para ahli diminta pendapatnya mengenai instrumen yang telah disusun. Setelah pengujian konstrak dari ahli diteruskan dengan uji coba instrumen. Setelah data ditabulasikan, maka pengujian validitas konstruksi dilakukan dengan analisis butir menggunakan korelasi product moment karena melihat korelasi skor item butir dalam instrumen angket dengan skor total dari butir instrumen angket. Pengujian validitas instrumen dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS 16 for Windows. Apabila telah diperoleh harga rxy,

selanjutnya hasil dari korelasi tersebut dianalisis dengan r hitung apakah telah sesuai dengan harga pada tabel berdasarkan taraf signifikansi 5 %. Jika r hitung lebih besar dari r tabel berarti instrumen itu valid. Sebaliknya, jika r hitung lebih kecil dari r tabel berarti instrumen itu tidak valid.

(60)

45

Tabel 3. Hasil Uji Validitas Insrtumen Skala Sikap Minat Mengajar

Guru

No. Variabel Aspek Indikator

(61)

46

2. Uji Reliabilitas

Setelah melakukan uji validitas, dilakukan uji reliabilitas terhadap instrumen yang digunakan. Instrumen dikatakan reliabel apabila instrumen tersebut konsisten atau ajek dalam hasil ukurnya sehingga dapat dipercaya. Suharsimi Arikunto (2013: 180) mengungkapkan bahwa untuk instrumen yang dapat diberikan skor dan skornya bukan 1 dan 0, uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha, yaitu:

Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen/koefisien alpha

k = banyaknya butir soal

∑x = jumlah seluruh skor pada item ke-i dari angket

∑x2

= jumlah hasil kuadrat seluruh skor pada item ke-i dari angket

N = jumlah responden

Pengujian reliabilitas instrumen angket dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS 16 for Windows. Setelah dilakukan perhitungan dengan bantuan SPSS 16 for Windows, hasil reliabilitas butir skala perbedaan minat mengajar guru menggunakan KTSP diperoleh nilai

(62)

47

hitung alpha sebesar 0,913. Hasil reliabilitas butir skala minat mengajar guru menggunakan Kurikulum 2013 diperoleh nilai hitung alpha sebesar 0,848. Suharsimi (2003 : 225) mengungkapkan bahwa indeks reliabilitas berkisar dari 0-1. Semakin mendekati angka 1 maka tingkat reliabilitas instrument yang digunakan semakin baik. Dengan demikian hal ini menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan memiliki reliabilitas yang baik.

H. Teknik Analisis Data 1. Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Data kuantitatif yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan penyajian tabel dan persentase.

2. Pengujian Hipotesis

(63)

48

Riduwan (2006 : 102) mengungkapkan bahwa rumus statistic yang digunakan dalam menganalisis data tersebut adalah mean/ rata-rata.

x

Keterangan :

x = mean/ rata – rata

∑X = jumlah nilai N = jumlah data

Berdasarkan penjelasan di atas, maka analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu membandingkan rata – rata skor yang diperoleh dari skala sikap minat mengajar guru menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dengan skala sikap minat mengajar guru menggunakan Kurikulum 2013.

Skor rata-rata yang diperoleh dari skala sikap akan disesuaikan dengan rambu-rambu seperti berikut ini.

a) Kurikulum 2006

Interval Kategori

73 < skor ≤ 97 Tinggi

49 < skor ≤ 72 Sedang

(64)

49

b) Kurikulum 2013

Interval Kategori

83 < skor ≤ 110 Tinggi

55 < skor ≤ 82 Sedang

(65)

50

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Pengukuran Minat Mengajar Guru Menggunakan

Kurikulum 2006 dengan Kurikulum 2013

1) Deskripsi Hasil Minat Mengajar Guru Menggunakan Kurikulum

2006

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 1 – 8 Maret 2016 di SD Se-gugus 1 Kecamatan Mantrijeron yang terdiri dari 5 SD yaitu SD Kanisius Pugeran, SD Kanisius Kumendaman, SDN Gedongkiwo, SDN Suryowijayan, SD Muhammadiyah Suryowijayan. Pada penelitian ini dibagikan skala sikap kepada 24 orang guru yang pernah mengajar menggunakan Kurikulum 2006. Berdasarkan data yang diperoleh dari skala sikap diperoleh hasil rata

(66)

51

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Skor Skala Sikap Minat Mengajar Guru Menggunakan Kurikulum 2006

Interval Skor Skala Sikap Minat Mengajar Guru Menggunakan

Kurikulum 2006

Frekuensi

69 – 71 8

72 – 74 5

75 – 77 4

78 – 80 4

81 – 83 2

84 – 86 1

(67)

52

Gambar 1. Diagram Skor Skala Sikap Minat Mengajar Guru Menggunakan Kurikulum 2006

Jumlah butir pernyataan pada skala sikap minat mengajar guru menggunakan Kurikulum 2006 adalah 24 butir, sehingga skor maksimal yang dapat diperoleh guru adalah 96 dan skor minimalnya adalah 24. Tabel 5. Klasifikasi Minat Mengajar Guru Menggunakan Kurikulum 2006.

Interval Kategori Frekuensi Persentase

73 < skor ≤ 97 Tinggi 15 62,5%

49 < skor ≤ 72 Sedang 9 37,5%

24 < skor ≤ 48 Rendah 0 0%

Jumlah 24 100%

(68)

53

Gambar 2. Diagram Klasifikasi Skala Sikap Minat Mengajar Guru Menggunakan Kurikulum 2006

2) Deskripsi Hasil Minat Mengajar Guru Menggunakan Kurikulum

2013

(69)

54

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Skor Skala Sikap Minat Mengajar Guru Menggunakan Kurikulum 2013

(70)

55

Gambar 3. Diagram Skor Skala Sikap Minat Mengajar Guru Menggunakan Kurikulum 2013

Jumlah butir pernyataan pada skala sikap minat mengajar guru menggunakan Kurikulum 2013 adalah 27 butir, sehingga skor maksimal yang dapat diperoleh guru adalah 108 dan skor minimalnya adalah 27. Tabel 7. Klasifikasi Minat Mengajar Guru Menggunakan Kurikulum

2013.

Interval Kategori Frekuensi Persentase

88 < skor ≤ 108 Tinggi 2 8,33%

54 < skor ≤ 87 Sedang 22 91,67%

27 < skor ≤ 53 Rendah 0 0%

Jumlah 24 100%

(71)

56

Data tersebut dapat diperjelas dengan diagram di bawah ini.

Gambar 4. Diagram Klasifikasi Skala Sikap Minat Mengajar Guru Menggunakan Kurikulum 2013

2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan setelah data terkumpul. Uji hipotesis pada penelitian ini dilakukan dengan cara membandingkan rata – rata skor skala sikap minat mengajar guru menggunakan Kurikulum 2006 dengan skala sikap minat mengajar guru menggunakan Kurikulum 2013. Hipotesis pada penelitian ini yaitu :

H1 : Terdapat perbedaan minat mengajar guru menggunakan Kurikulum 2006 dengan Kurikulum 2013 di SD Se-gugus 1 Kecamatan Mantrijeron. H0 : Tidak terdapat perbedaan minat mengajar guru menggunakan Kurikulum 2006 dengan Kurikulum 2013 di SD Se-gugus 1 Kecamatan Mantrijeron.

(72)

57

Tabel 8. Perbandingan Klasifikasi Skor Rata – rata Skala Sikap Minat Mengajar Guru Menggunakan Kurikulum 2006 dengan Kurikulum 2013

Skala Sikap Mean Skala

Sikap Kategori Skor Kesimpulan

Minat mengajar minat mengajar guru menggunakan Kurikulum 2006 adalah 74, 6667 yang pada kriteria termasuk pada kategori tinggi , sedangkan skala sikap minat mengajar guru menggunakan Kurikulum 2013 memiliki rata – rata skor sebesar 78, 9187 yang pada kriteria termasuk pada kaegori sedang. Terdapat perbedaan kategori pada skor rata – rata yang diperoleh pada skala sikap minat mengajar guru menggunakan Kurikulum 2006 dengan skala sikap minat mengajar guru menggunakan Kurikulum 2013. Skor rata

(73)

58

B. PEMBAHASAN

Berdasarkan pada analisis data, diperoleh skor rata – rata skala sikap minat mengajar guru menggunakan Kurikulum 2006 sebesar 74,6667 yang termasuk pada kategori tinggi, sedangkan skor rata – rata skala sikap minat mengajar guru menggunakan Kurikulum 2013 sebesar 78, 9187 yang termasuk pada kategori sedang. Berdasarkan pengkategorisasian dapat dipahami bahwa minat mengajar guru menggunakan Kurikulum 2006 lebih tinggi bila dibandingkan dengan minat mengajar guru menggunakan Kurikulum 2013.

(74)

59

mencapai KKM dan melibatkan masyarakat dalam kegiatan pembelajaran. Guru antusias dalam mengembangkan kurikulum dan menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran, serta merasa puas setelah mengajar menggunakan kurikulum 2006.

Setelah dianalisis, diperoleh bahwa pada hasil skala sikap minat mengajar guru menggunakan Kurikulum 2013 hanya 2 guru yang berada pada kategori tinggi. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal seperti rasa ingin tahu guru yang rendah ditunjukkan dengan guru tidak setuju untuk menacaru tahu penerapan Kurikulum 2013 di berbagai daerah, membaca buku panduan maupun membeli buku yang berkaitan dengan Kurikulum 2013. Guru tidak setuju penggunaan portofolio untuk evaluasi siswa. Guru tidak setuju untuk mendatangkan ahli sebagai sumber belajar bagi siswa. Guru kesulitan mengajar pada kelas tinggi dan tidak setuju dengan kebijakan pada Kurikulum 2013 bahwa seluruh siswa harus naik kelas, serta tidak puas dengan kemampuan sosial siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar menggunakan Kurikulum 2013. Berdasarkan hasil tersebut dapat dipahami bahwa pada skala sikap minat mengajar guru menggunakan Kurikulum 2006 aspek minat terpenuhi, namun pada skala sikap minat mengajar guru menggunakan Kurikulum 2013 aspek belum terpenuhi.

(75)

60

kondisi dimana guru bebas memilih sikap mana yang ingin dipilih oleh guru. Hasil dari skala sikap menunjukkan bahwa skor rata-rata skala sikap minat mengajar guru menggunakan Kurikulum 2006 lebih tinggi dibanding skor rata-rata skala sikap minat mengajar guru menggunakan Kurikulum 2013 dapat diartikan bahwa minat mengajar guru pada Kurikulum 2006 membuat guru memilih sikap yang mendukung Kurikulum 2006.

Dari hasil penelitian di atas, seharusnya dapat dijadikan suatu pertimbangan bagi pemerintah umtuk mensosialisasikan dengan mendalam terlebih dahulu kebijakan pendidikan yang akan diberlakukan, sehingga guru dapat tertarik dan beradaptasi jika ingin merubah ataupun mengganti kurikulum yang diterapkan di Indonesia, seharusnya minat guru dapat dipertimbangkan pula dalam menerapkan suatu kurikulum karena sesuai dengan pendapat dari Indrafachruddi (2000 : 52) yang mengatakan bahwa minat menjadi salah satu faktor internal yang mempengaruhi kinerja seseorang. Dimana kinerja guru yang paling dominan adalah mengajar, sehingga dapat dikatakan minat guru terhadap kurikulum dapat mempengaruhi kinerja guru yaitu mengajar.

C. KETERBATASAN PENELITIAN

Setiap penelitian memiliki keterbatasan tertentu. Adapun keterbatasan penelitian ini adalah sebagai berikut:

(76)

61

2. Kesimpulan yang diperoleh pada penelitian ini hanya berlaku pada guru di SD SSe-gugus 1 Kecamatan Mnatrijeron yang pernah mengajar menggunakan Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013.

Masih banyak faktor yang menjadi keterbatasan peneliti baik dari segi pikiran, waktu, dan biaya. Semoga keterbatasan tersebut tidak mengurangi isi dari penelitian ini.

(77)

62

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan minat mengajar guru menggunakan Kurikulum 2006 dengan Kurikulum 2013 di SD Se-gugus 1 Kecamatan Mantrijeron. . Minat mengajar guru menggunakan Kurikulum 2006 lebih tinggi daripada minat mengajar guru menggunakan Kurikulum 2013. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain rasa ingin tahu guru terhadap Kurikulum 2006 yang ditunjukkan melalui pencarian sumber pengetahuan tambahan dari internet dan sumber buku yang lain serta berdiskusi mengenai pembuatan perencanaan pembelajaran berdasarkan tema – tema yang terdapat pada Kurikulum 2006. Kesadaran guru melakukan pembelajaran secara tematik dengan kegiatan pembelajaran berupa eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, serta melibatkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor dalam setiap kegiatan pembelajaran. Kemauan dan keinginan guru untuk mengadakan remedial agar nilai siswa mencapai KKM dan melibatkan masyarakat dalam kegiatan pembelajaran. Guru antusias dalam mengembangkan kurikulum dan menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran, serta merasa puas setelah mengajar menggunakan kurikulum 2006.

(78)

63

penggunaan portofolio untuk evaluasi siswa. Guru tidak setuju untuk mendatangkan ahli sebagai sumber belajar bagi siswa. Guru kesulitan mengajar pada kelas tinggi dan tidak setuju dengan kebijakan pada Kurikulum 2013 bahwa seluruh siswa harus naik kelas, serta tidak puas dengan kemapuan social siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar menggunakan Kurikulum 2013.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, pembahasan, dan kesimpulan yang ada, maka peneliti mengajukan saran sebagai berikut:

1. Bagi pemerintah, disarankan untuk mensosialisasikan kurikulum dengan baik sehingga guru dapat mengembangkan minatnya terhadap kuriulum. 2. Bagi guru, disarankan untuk tetap meningkatkan minat mengajar pada

setiap kurikulum yang diterapkan agar kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik.

(79)

64

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi. (2003). Psikologi Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta. AD. Rooijakkers. (1990). Mengajar dengan Sukses. Jakarta: Gramedia. Baharuddin. (2010). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Crow & Crow. (1998). Psikologi Pendidikan. (Terjemahan: Kasijan) . Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 14 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Hurlock, Elizabeth B. (1978). Perkembangan Anak Jilid 2. (Alih Bahasa: Med. Meitasari Tjandrasa). Jakarta: Erlangga.

Halimah Harun. (2006). Minat, Motivasi dan Kemahiran Mengajar Guru Pelatih. Jurnal Pendidikan (Nomor 31). Hlm. 83.

Hamzah B. Uno. (2010). Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Indrafachrudi. (2000). Metode Penilaian Kinerja Serta Faktor yang Mempengaruhinya. Bandung: Galia Indah.

Imas Kurniasih dan Berlin Sani . (2014). Implementasi Kurikulum 2013 Konsep & Penerapan. Surabaya: Kata Pena.

Jamil Suprihatiningrum. (2014). Guru Profesional Pedoman Kinerja, Kualifikasi, & Kompetensi Guru. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Kemendikbud. (2012). Kurikulum 2013 Rasional, Kerangka Dasar, Struktur, Implementasi, dan Evaluasi Kurikulum. Jakarta: Kemendikbud.

Kunandar. (2014). Penilaian Autenik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013) Suatu Pendidikan Praktis disertai Contoh. Jakarta: Rajawali Press.

Moh. Uzer Usman. (2006). Menjadi Guru Professional. Bandung: Rosdakarya. Mulyasa. (2009). Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta : Bumi Aksara

. (2014). Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Rosda. Riana Afifah. (2012). Ini Alasan Dirombaknya Kurikulum. Diakses dari.

http://edukasi.kompas.com/read/2012/11/29/11113348/Ini.Alasan.Diro

mbaknya.Kurikulum. Pada tanggal 16 Maret 2015 jam 10.28 WIB.

(80)

65

S. Nasution. (2010). Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Sholeh Hidayat. (2013). Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Suharsimi Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Suparlan. (2006) . Guru Sebagai Profesi. Yogyakarta: Hikayat.

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. (2013). Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

(81)

66

(82)

67

Gambar

Tabel 1. Skor Skala Sikap Minat Mengajar Guru
Tabel 3. Hasil Uji Validitas Insrtumen Skala Sikap Minat Mengajar
Tabel tersebut menunjukkan bahwa terdapat 8 orang guru yang
Gambar 1. Diagram Skor Skala Sikap Minat Mengajar Guru Menggunakan Kurikulum 2006
+6

Referensi

Dokumen terkait

Auditor penyelia memiliki kemampuan untuk memahami standar operasional prosedur, peraturan, kebijakan dan kewenangan serta koordinasi yang dilakukan dalam pemberian kepastian

Hal ini disebabkan model dalam video tersebut menggunakan celana yang longgar bisa dilihat dari citra hasil capturing (Gambar 31) yang menyebabkan bentuk kaki model tidak

Memahami prosedur ilmiah untuk mempelajari benda-benda alam dengan menggunakan peralatan 1.3 Melakukan pengukuran dasar secara teliti dengan menggunakan alat ukur

It’s no longer just one application that integrates with a few monolithic applications—it’s dozens, hundreds, or even thousands of small microservices.. Properly testing

Bila pertanyaan penelitian tidak atau belum memerlukan hipotesis maka tinjauan kepustakaan cukup sampai pada tahap kerangka pemikiran tentang variabel dan indikator

Mahasiswa dapat menjawab pertanyaan tentang penggunaan kata penghubung dalam adjective clauses yang berfungsi sebagai subjek dengan benar1. Mahasiswa dapat menjawab pertanyaan

5  Macam keputusan Mahasiswa bisa menjelaskan  Mahasiswa memahami

Sebuah percobaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui pengaruh peritrich ciliates ( Epistylis sp.) sebagai epibionts pada kelangsungan hidup dari Acartia bifilosa