BAB II
KAJIAN TEORITIS
2.1. Radio dan Produksi Radio
Untuk dapat memperoleh hasil yang baik dalam proses
perancangan produksi berita ini maka dibutuhkanlah sebuah kajian teoritis.
Pada stasiun radio, perencanaan program mencakup pemilihan format dan
isi program yang mampu menarik dan memuaskan kebutuhan audiens
yang terdapat pada suatu wilayah dan segmen audiens tertentu. Oleh
karena itu di dalamnya harus mengandung konsep, definisi, proposisi yang
berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik melalui spesifikasi
hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan
meramalkan fenomena (Sugiyono, 2007:41). Hal ini bertujuan agar
langkah-langkah yang diambil dapat tepat sasaran dan sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan.
Perencanaan program pada dasarnya bertujuan untuk memproduksi
program yang akan ditawarkan kepada para audiens, maka untuk membuat
produksi media dibutuhkan pemahaman yang baik tentang apa itu media,
bagaimana peran dan fungsi media itu sendiri serta sistem perancangan
produksi yang benar dan tepat. Oleh karena itu apabila masyarakat merasa
nyaman dengan program acara yang didengarnya maka mereka pun akan
memberikan kontribusi yang positif dan tak heran apabila di sisi lain
akhirnya kebanyakan dari mereka memasang iklan di radio tersebut.
Siaran radio adalah salah satu dari alat komunikasi dan di dalamnya
muncul proses komunikasi antara penyampai pesan (komunikator) kepada
penerima pesan (komunikan).
Radio menjadi salah satu jenis media massa elektronik yang
memiliki keunggulan tersendiri. Meskipun radio berada ditengah-tengah
media massa dengan teknologi yang lebih modern, seperti televisi yang
tetapi radio, yang hanya bersifat audio (suara), masih dapat menunjukkan
eksistensinya sampai sekarang.
Menurut Effendy (2003:137) pada awalnya radio hanya memiliki
tiga fungsi, yaitu: (1) sarana hiburan; (2) sarana penerangan / informasi;
(3) sarana pendidikan. Namun sejak jaman Nazi Hitler, fungsi radio siaran
bertambah menjadi sarana propaganda.
Mulai saat itu akhirnya kekuatan radio sebagai media massa tidak
diragukan lagi. Itulah kekuatan radio, sehingga bisa bertahan dan memiliki
eksistensi yang kuat di ajang persaingan yang tidak dapat dihindari, ketika
begitu banyak pilihan yang harus dihadapi khalayak media massa dalam
memenuhi kebutuhan, kegunaan dan kepuasaan bermedianya (Yudo,
2010:68).
Radio dikatakan sebagai media yang buta, tetapi dapat
menstimulasi sehingga begitu suaranya terdengar dari pengeras suara,
pendengar berusaha memvisualisasikan apa yang mereka dengar dengan
menciptakan bayangan mereka sendiri tentang pemilik suara tersebut
(Stokking, 1997:21). Dari pernyataan tersebut, jelas bahwa radio tidak
sama seperti televisi (tempat gambar-gambar dibatasi oleh ukuran layar),
gambar-gambar di radio dapat berukuran sebesar apapun sesuka hati
sesuai yang diinginkan karena orang yang mendengarnya dapat
berimajinasi sendiri. Terlebih dahulu radio juga memakai efek-efek suara
yang bisa membangun imajinasi yang sangat kuat.
Menurut Effendy (2003: 139) radio dianggap memiliki kekuasaan
yang sangat hebat yang disebabkan oleh tiga faktor :
1. Radio siaran bersifat langsung. Yang artinya program yang disampaikan tidak mengalami proses yang kompleks. Radio akan
lebih cepat menyajikan beritanya dibanding dengan media massa
lainnya. Berita, pesan dan informasi yang disampaikan oleh penyiar,
akan dapat langsung diterima oleh pendengar. Di samping itu, dalam
akan disiarkan ditengah-tengah siaran acara apa saja dan secara
berulang kali.
2. Radio siaran menembus jarak dan rintangan. Radio siaran tidak mengenal jarak dan rintangan. Radio dapat menyampaikan berita
dan saat itu juga dapat diterima oleh pendengar. Hal ini karena radio
mempunyai daya jangkau yang luas.
3. Radio siaran mengandung daya tarik. Radio mempunyai daya tarik yang membuat radio mempunyai kekuasaan. Daya tarik itu
disebabkan oleh sifatnya yang serba hidup, berkat tiga unsur yang
menjadi daya tariknya :
a. Musik : Radio menghadirkan musik-musik yang disenangi
oleh pendengar, tanpa pendengar harus pergi ke sebuah
pertunjukan musik.
b. Kata-kata : Dalam radio, kata-kata penyiar radio lebih “intim”
di telinga pendengar, seolah penyiar hanya berbicara pada diri
pendengar seorang diri.
c. Efek suara : Radio menyediakan efek-efek suara yang dapat
menggugah emosional pendengar, sehingga mendorong
pendengar untuk berimajinasi.
Sebagai bentuk media massa potensi radio untuk berkomunikasi
sangat besar, meliputi setiap rumah, desa, kota atau negeri yang berbeda
dalam jangkauan penyiarnya. Radio dapat berhubungan langsung dengan
seseorang ataupun beribu-ribu individu, hal ini karena radio berbicara
langsung secara pribadi kepada pendengar.
Dalam ilmu komunikasi media dapat dikatakan sebagai alat
perantara untuk menyampaikan sebuah pesan dari komunikator kepada
komunikan. Namun untuk mencapai komunikasi yang efektif dan efesien
tentunya memerlukan komunikator yang benar dan baik dalam
menyampaikan pesan sehingga komunikan mengerti dari pesan yang
pengetahuan yang luas. Penentuan jenis program siaran radio juga harus
sesuai dengan kebutuhan dari pendengar, dan pada umumnya siaran radio
terdiri dari program musik, program talk show dan juga program berita (Romli, 2009:28). Untuk memenuhi kebutuhan akan informasi aktual dari
radio, dibutuhkan sebuah program yang dapat menjawab kebutuhan
pendengar
2.2. Kelebihan dan Kekurangan Media Massa Radio
Kelebihan dan kekurangan media masssa Radio menurut Anwar
Arifin dalam Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas (2002), adalah
sebagai berikut :
1) Cepat dan merupakan sarana tercepat. Bahkan lebih cepat dari koran dan televisi dalam menyampaikan informasi kepada para pendengar
tanpa melelui proses yang rumit dan butuh waktu yang lama seperti
siaran televisi atau sajian media cetak. Hanya dengan melalui telepon
reporter radio bisa secara langsung menyampaikan berita atau
melaporkan peristiwa yang ada di lapangan.
2) Akrab. Radio adalah alat yang akrab dengan pemiliknya karena jarang sekali orang duduk diam dan mendengarkan Radio tetapi biasanya
tempatnya dimana-mana seperti di mobil apabila sedang macet, di
kamar tidur, di pabrik, di dapur dan lain sebagainya.
3) Dekat. Suara penyiar hadir di rumah atau di dekat pendengar, pembawaannya langsung menyentuh aspek pribadi (interpersonal
communications).
4) Hangat. Paduan kata-kata, musik, dan efek suara dalam siaran radio mampu mempengaruhi emosi pendengar, pendengar akan bereaksi atas
kehangatan suara penyiar dan seringkali berpikir bahwa penyiar adalah
seorang teman bagi mereka.
6) Tanpa batas. Siaran radio menembus batas-batas geografi, demografis, SARA (suku, agama, ras, antargolongan), dan kelas sosial. Hanya
“tunarungu” yang tidak dapat mengkonsumsi atau menikmati siaran
radio.
7) Murah. Dibandingkan dengan berlangganan media cetak atau harga pesawat televisi, pesawat radio relatif jauh lebih murah, mendengar
pun tidak dipungut bayaran sepeserpun untuk mendengarkan radio.
8) Bisa diulang-ulang. Radio memiliki kesementaraan alami (transient nature) sehingga bisa mengulang informasi yang sudah disampaikan secara cepat.
9) Fleksibel. Siaran radio bisa dinikmati sambil mengerjakan hal lain atau tanpa mengganggu aktifitas yang lain, seperti memasak, mengemudi,
belajar, membaca koran atau buku.
Sedangkan kekurangan media massa radio antara lain :
1) Hanya sekilas dengar. Sifat radio yang auditori membuat pesan yang disampaikan ke telinga pendengar hanya sekilas lalu saja. Informasi
yang disampaikan gampang lenyap dari ingatan pendengar. Hal itu
pula yang menjadikan isi pesan kurang detail dan kurang lengkap.
Selain itu pendengar dapat tetap melakukan berbagai macam aktivitas
lainnya sembari tetap mendengarkan siaran radio, jadi tidak
semuanya yang disajikan oleh radio ditangkap dengan lengkap oleh
telinga pendengar.
2) Terlampau global. Sajian informasi radio bersifat global, tetapi tidak detail, karenanya angka-angka pun dibulatkan. Misalnya penyiar akan
menyebutkan “seribu orang” untuk angka 1.023 orang.
3) Durasi program terbatas. Setiap program siaran dalam sebuah media Radio memiliki batasan jam atau durasi waktu. Biasanya sebuah
program acara mempunyai batasan maksimal siaran selama 4 jam,
untuk dapat menyampaikan beritanya sesingkat mungkin dan harus
jelas.
4) Ber-alur linier. Program disajikan dan dinikmati pendengar berdasarkan urutan yang sudah ada, tidak bisa meloncat-loncat. Beda
dengan surat kabar, pembaca bisa langsung ke halaman tengah, akhir
atau langsung ke rubrik yang ia sukai.
5) Mengandung banyak gangguan. Gangguan yang dimaksud disini adalah gangguan yang terkadang terjadi karena hal-hal yang bersifat
teknis. Seperti misalnya sinyal, suara yang terdengar lalu tiba-tiba
menghilang, atau kresek-kresek yang menjadikan suara tidak jelas
didengar. Terlepas dari kelemahan radio, termasuk juga media massa
lainnya, sejak jaman milenium baru telah mendapat tantangan baru
sejalan dengan perkembangan teknologi media yang semakin terus
berkembang, seperti adanya konvergensi media yang akhirnya
merubah perilaku khalayak dalam “mengkonsumsi” media.
2.3. Jurnalistik Radio
Jurnalistik radio menurut Elvinaro Ardianto, dalam Pengantar
Radio Jurnalistik (2009) adalah gabungan dari pengertian jurnalistik dan
radio. Jurnalistik adalah teknik atau proses pengumpulan (collecting),
penulisan (writing), penyuntingan (editing), dan penyebarluasan
(publishing) berita melalui media massa. Radio adalah salah satu jenis
media massa, yaitu sarana komunikasi atau penyampaian pesan, gagasan,
atau informasi kepada orang banyak (publik, massa).
Dengan demikian, jurnalistik radio adalah teknik atau proses
pengumpulan (collecting), penulisan (writing), penyuntingan (editing), dan
penyebarluasan (publishing) berita melalui media radio siaran. Jurnalistik
radio (radio journalism, broadcast journalism) memiliki ciri khas
tersendiri dibandingkan dengan jurnalistik cetak, jurnalistik televisi, dan
Karakteristik jurnalistik radio yang utama adalah auditif, auditori,
atau “untuk didengarkan” (for eyes only). Dengan demikian, karya jurnalistik radio itu berupa suara (sound), yakni suara penyiar, reporter,
dan narasumber berita, karena berupa suara, maka berita yang ditulis oleh
wartawan radio pun untuk “disuarakan” atau “diceritakan” (story telling).
Konsekuensinya, naskah berita radio (radio news script, radio copy) harus
ditulis dengan menggunakan bahasa tutur atau bahasa lisan, yaitu bahasa
yang biasa digunakan dalam percakapan (obrolan) sehari-hari
(conversational style). Sebagai contoh, dalam bahasa tutur tidak dikenal
istilah “dalam kurung” dan “garis miring”. Maka, naskah berita radio pun harus menghindari tanda kurung dan tanda garis miring yang dalam bahasa
tulis artinya “atau”. Karena berupa suara pula, maka wartawan radio lebih dikenal dengan sebutan “reporter radio” dan pasti memiliki suara bagus,
minimal suara standar, layaknya penyiar radio, karena ia tidak hanya harus
menulis naskah berita, tapi juga harus “bersuara” saat melakukan laporan
2.4. Kerangka Pikir Pembuatan TA
.
Gambar 2.4. Kerangka Pikir Pembuatan TA (Program Siaran Berita Radio) FAKTA DAN MASALAH
Radio di Salatiga belum cukup memenuhi kebutuhan informasi bagi masyarakat lokal.
PERANCANGAN PRODUKSI PROGRAM RADIO
1. Sharing dengan pihak Radio
2. Wawancara dengan masyarakat paguyuban pendengar Radio (pangarsa)
3. Penentuan format program 4. Pembuatan naskah
5. Proses produksi program berita lokal
Naskah Bahan siaran BUMPER (sebuah penanda sebuah acara dimulai) JINGLE PROGRAM (jingle adalah gambaran iklan yang
dituangkan dalam musik)
MUSIK (meliputi lagu sebagai selingan dan musik
Penelitian ini penulis lakukan berdasarkan fakta yang ada bahwa
selama ini radio-radio lokal di Salatiga membutuhkan program berita radio
jurnalistik, karena Radio di Salatiga belum cukup memenuhi kebutuhan
informasi bagi masyarakat lokal. Hal ini didapatkan penulis dari
wawancara kepada pangarsa, kemudian dari hasil tersebut maka
muncullah analisa SWOT dari fakta yang ada. Dari hasil tersebut, maka
penulis merancang sebuah program berita lokal guna menjawab kebutuhan