BAB V
PENUTUP
Bab ini menyajikan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan yang diambil kemudian menjadi dasar penyusunan implikasi baik dari aspek teoritis maupun praktis.
[image:1.516.86.438.191.536.2]5.1 Kesimpulan
Tabel 4.8 Lokasi Sampel penelitian Kategori
Kelas
Pusat Kota Pinggiran Pelosok
Kelas 1
Serwaru SDM ++ Aset -
Tomra SDM + Aset +
Kelas 2
Patti SDM - Aset +
Kelas 3
Werwaru SDM - Aset -
Tomra dan Patti serta kelas tiga di pelosok yaitu Jemaat werwaru. Jemaat serwaru memiliki potensi sumber daya manusia yang handal sehingga walaupun tidak memiliki aset ruang tetapi mampu membiayai kebutuhan gereja dan warganya, melalui persembahan dari warga jemaat sehingga tidak memerlukan aset ruang.
Jemaat Patti memiliki sumber daya manusia yang masih lemah dalam cara berpikir dan dari segi manajerial, sehingga walaupun memiliki aset yang banyak tetapi kurang dikelola dan hasil yang diterima pun sangat kecil. Jika dari pihak majelis jemaat memiliki ide cemerlang maka tanah yang jauh dari pemukiman warga dapat dimanfaatkan dengan menanami tanaman kelapa atau kayu jati. Ada tempat peristirahatan yang disediakan bagi pekerja dilokasi tanah yang digarap dengan demikian lahan kosong itu tidak terlantar, tetapi dimanfaatkan sebagaimana mestinya.
karena bukan uang saja yang dapat dipersembahkan kepada Tuhan.
Peran sumber daya manusia sangat penting dalam menjalankan roda organisasi gereja, dengan demikian perlu ada perhatian serius dari MPH Sinode GPM dalam penempatan tenaga pendeta ke jemaat-jemaat tempat mereka bersekutu, bersaksi dan melayani warga jemaat.
5.2 Implikasi
Dengan memperhatikan kesimpulan penelitian, dapat dikemukakan hal-hal yang merupakan implikasi teoritis dan implikasi terapan. Implikasi teoritis berkenaan kepada sumbangan penelitian bagi khasanah ilmu pengetahuan, sedangkan implikasi terapan mencakup saran-saran yang bermanfaat bagi para praktisi.
5.2.1 Implikasi Teoritis
lebih mengandalkan bantuan dana dari luar negeri (Elizabeth, 2004).
Dalam penelitian ini peran manusia dalam pengelolaan aset gereja sangat penting tetapi kemampuan manajemen sumber daya manusianya belum kuat sehingga yang dibutuhkan adalah konseptor (Pendeta). Pendeta dapat membuat konsep manajemen strategis dalam mengelola aset gereja sehingga mendapatkan hasil yang optimal untuk pemberdayaan ekonomi warga jemaat. Jemaat-jemaat ini memiliki aset yang bernilai jual dan dapat menghasilkan keuntungan bagi gereja.
terwujud dan itu dapat menjawab mandat yang diberikan Allah kepada Manusia (Kejadian 1:26). Sekaligus mempertanggungjawabkan iman kepada Allah karena telah melakukan apa yang telah difirmankan oleh Allah sendiri.
Gereja dihadirkan ke dalam dunia dan untuk dunia, dengan tugas pokok (Catur Panggilan) gereja yakni bersekutu, melayani, bersaksi dan oikonomia. Di dalam, menjalankan tugasnya, perlu dijabarkan tugas panggilan tersebut sesuai dengan pergumulan konteks kehadiran gereja. Salah satunya adalah peran gereja sebagai pelaksanaan mandat Allah untuk menjaga memelihara kehidupan warga jemaat serta mengarahkannya agar tetap dan terus menjalankan amanat penciptaan dari Allah untuk mengolah dan mengusahakan alam ciptaan sebagai anugerah-Nya.
pengelolaan aset perusahan. Pengelolaan aset gereja dalam konsep mempersembahkan hidup seutuhnya bagi Tuhan melalui waktu dan tenaga bukan saja pemberian dalam bentuk uang. Kegiatan pengelolaan aset gereja tidak menuntut bayaran upah kepada pekerja seperti pada perusahan umumnya, dengan demikian warga jemaat dapat mempersembahkan apa yang dimilikinya kepada Tuhan. Dengan karunia sebagai peternak dan petani, mereka dapat mempersembahkan seluruh karya dan kerja mereka bagi Tuhan.
5.1.2 Implikasi Terapan
Mengacu pada hasil penelitian dan pembahasan fenomena-fenomena yang ada di lapangan maka disarankan kepada GPM Klasis Pulau-pulau Letti Moa Lakor lebih khusus kepada jemaat-jemaat anggota bahwa :
mengorganisir sumber daya manusia dan sumber daya alam yang dimiliki untuk kepentingan keberhasilan dari organisasi gereja sendiri. Sumber daya manusia GPM secara umum dan khususnya, perlu dibina dan diarahkan untuk meningkatkan setiap potensi diri untuk mengelola sumber daya alam dan sumber daya manusia yang ada pada diri mereka dalam rangka meningkatkan ekonomi keluarga sekaligus ekonomi jemaat.
Kedua, majelis jemaat dapat mendampingi warganya meningkatkan sumber daya manusia dan aset yang sedikit dengan cara mengelolanya dengan baik, sehingga mendapatkan hasil yang optimal. Pendampingan dapat juga dilakukan oleh jemaat kelas satu sebagai mitra kerja sehingga sumber daya manusia dan sumber daya alam dapat dikelola dengan baik, hal ini sudah dilakukan oleh Klasis Kota Ambon. Ini merupakan contoh yang baik bagi Klasis-klasis yang lain di wilayah pelayanan Sinode GPM.
sehingga hasilnya optimal sesuai dengan harapan dan tujuan dari gereja.
Pengelolaan aset sebagai sumber daya gereja harus diberdayakan sehingga berdayaguna dan dimanfaatkan. Aset-aset yang telah dikembangkan adalah modal untuk menopang kegiatan pelayanan dan kesaksian gereja secara menyeluruh. Visi dan misi menjadi landasan pengambilan keputusan, perencanaan strategis (Renstra) maupun perencanaan operasional (Renop) dalam mengkombinasikan aset-aset gereja untuk menghasilkan produk atau layanan bagi umat maupun masyarakat secara menyeluruh.
5.3 Keterbatasan Penelitian dan Agenda Penelitian Mendatang
dapat digunakan sebagai sumber ide bagi penelitian mendatang. Adapun keterbatasan yang ditemukan dalam penelitian adalah data yang diperoleh masih sebatas dari wawancara terhadap responden tetapi alangkah baiknya atau idealnya data dapat dikombinasikan dengan data hasil isian kuesioner karena dari hasil wawancara dengan beberapa responden kurang memberikan informasi dikarenakan takut ada yang mengetahui dan menyalahkan jawaban yang diberikan. Hal ini akan membuat data menjadi semakin valid atau baik dan lebih akurat.