• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI DALAM MEDIA MACCA (BALOK SUSUN INTERAKTIF).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI DALAM MEDIA MACCA (BALOK SUSUN INTERAKTIF)."

Copied!
181
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENERAPAN ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI DALAM MEDIA MACCA (BALOK SUSUN INTERAKTIF)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Marisa Deva Nurvitasari

11111244030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)

PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul "PENERAPAN ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN ANAK USIA DIN! DALAM MEDIA MACCA (BALOK SUSUN INTERAKTIF)" yang disllsun oleh Marisa Deva Nurvitasari, NIM 11111244030 ini telah disetlljlli oleh pembimbing untuk diujikan.

Dosen Pembimbing Skripsi I

Sungkono, M.Pd.

NIP. 19611003 198703 1 001

ii

Yogyakarta, 15 November 2015 Dosen Pembimbing Skripsi II

If-Nelva Rolina, M.Si.
(3)

SVRATPERNYATAAN

Dengan ini saya rnenyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya, tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Tanda tangan dosen pengnji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak asli, saya siap rnenerima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya.

Yogyakarta, Januari 2016 Yang Menyatakan,

ili-Marisa Deva Nurvitasari

(4)

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul "PENERAPAN ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN ANAK DALAM MEDIA MACCA (BALOK SUSUN INTERAKTlF)" yang disusun oleh Marisa Deva Nurvitasari, NIM 11111244030 initelah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal18 Desember 2015 dan dinyatakan lulus.

DEWAN PENGUn:

Nama

1. Sungkono, M.Pd.

Jabatan

Ketua Penguji

TandaTangan

at

Tanggal

\(0- \Mセエャゥャッ ... ... ... ...

2. lka Budi Mariyatun, M.Pd. Sekertaris ...

... 3. Dr. Rita EkaIzzarty,M.si. Penguji Utama ..

セii

4. NelvaRolina,M.Si. PenguJi Pendamping ....

\<;.- \-;10\\0 ...

.|セZZ ..\ :-.J.O\ \0

.1<;-:- \.

:-.-:1*,

NNNNNNNNLZ[ZNNNM[MコZカセBゥャMゥ|Q^エᄋ。イケ。ョエッL M.Pd.

'::::::::=====::::;:P(U'. 19600902 198702 1 001

(5)

v

MOTTO

“Membiarkan mereka (anak-anak) bermain dengan sesuatu merupakan hal terbaik yang dapat anda lakukan”

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan untuk: 1. Orang tua saya

(7)

vii

PENERAPAN ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI DALAM MEDIA MACCA (BALOK SUSUN INTERAKTIF)

Oleh:

Marisa Deva Nurvitasari NIM 11111244030

ABSTRAK

Aspek perkembangan anak menjadi tujuan yang utama dalam pendidikan anak usia dini. Aspek tersebut dapat dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran dengan menggunakan Media Macca. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek perkembangan anak yang dapat dikembangkan oleh Media Macca.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analisis konten. Subjek penelitian ini adalah siswa kelompok B TK ABA Notoprajan berjumlah 30 anak yang terdiri dari 18 anak perempuan dan 12 anak laki-laki, obyek penelitian ini adalah Media Macca (Balok Susun Interaktif). Data penelitian diperoleh melalui observasi dan dokumentasi. Analisis data dilakukakan secara deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Media Macca dapat mengembangkan aspek perkembangan: (1) fisik motorik dengan cara menggunakan koordinasi mata dan tangan dalam menyusun balok macca, (2) kognitif dengan cara menghitung jumlah balok yang ada, mengenal warna, mengenal ukuran serta mengenal bentuk-bentuk geometri, (3) bahasa dengan cara menambah perbendaharaan kosa kata melalui komunikasi dengan teman atau pun dengan guru, (4) social emosional dengan cara menunjukkan ekspresi emosinya, sikap gigih serta bangga terhadap hasil karyanya dengan membuat berbagai macam bagunan atau bahkan menciptakan obyek baru sesuai dengan imajinasi dan kreativitas anak, namun Media Macca belum optimal dalam mengembangkan sikap kooperatif dan toleransi, (5) Nilai agama dan moral dengan cara menyusun balok menjadi bentuk bangunan tempat ibadah, sehingga anak dapat mengenal agama yang dianutnya.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat serta karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “Penerapan Aspek-aspek Perkembangan Anak Usia Dini dalam Media Macca”.

Tugas akhir skripsi ini tersusun atas bimbingan, saran, bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan fasilitas dan kesempatan kepada penulis untuk belajar di Universitas Negeri Yogyakarta. 2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah

memberikan ijin untuk melakukan penelitian,

3. Ketua Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan sehingga karya ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Bapak Sungkono, M.Pd. dan Ibu Nelva Rolina, M. Si. Selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan sabar membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini dan berkenan meluangkan waktu untuk memberikan saran, arahan dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

5. Bapak ibu dosen PG PAUD yang telah memberikan ilmu dan wawasan selama masa studi.

6. CV. Inovasi Cerdas Indonesia yang telah memberikan kepercayaan kepada penulis dalam melakukan penelitian.

7. Ibu Siti Maryati, S.Pd. selaku kepala sekolah TK ABA Notoprajan yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

8. Anak-anak TK ABA Notoprajan.

9. Orang tua yang telah memberikan doa serta dukungan selama menyelesaikan skripsi ini

(9)

ix

Elisabeth Ria Adelina, Catur Ismawati, Riski Aditya) yang selalu bersama-sama berdiskusi, saling memotivasi dan banyak membantu demi terselesaikannya skripsi.

11.Teman-teman PG PAUD B angkatan 2011 yang telah berjuang bersama-sama 12.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan

bantuan, doa, motivasi dalam pembuatan skripsi ini.

Penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi perbaikan selanjutnya. Semoga karya ini bermanfaat.

(10)

x

DAFTAR ISI HAL

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN SURAT PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang ... 1

b. Identifikasi Masalah ... 7

c. Batasan Masalah ... 7

d. Rumusan Masalah ... 7

e. Tujuan Masalah ... 7

f. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Kajian Tentang Media Pembelajaran ... 9

1. Pengertian Media Pembelajaran ... 9

2. Fungsi Media Pembelajaran ... 11

3. Manfaat Media Pembelajaran ... 12

4. Peran Media Pembelajaran ... 13

5. Klasifikasi Media Pembelajaran ... 15

6. Karakteristik Media Pembelajaran ... 16

(11)

xi

8. Alat Permainan Edukatif... 21

a) Pengertian Alat Permainan Edukatif ... 21

b) Ciri-ciri Alat Permainan Edukatif ... 21

c) Tujuan Alat Permainan Edukatif ... 23

d) Syarat-syarat Pembuatan Alat Edukatif ... 25

e) Fungsi dan ManfaatAPE untuk Anak Usia Dini ... 28

f) Media Macca (Balok Susun Interaktif) ... 31

B.KajianTentang Anak Usia Dini ... 32

1. Pengertian Anak Usia Dini ... 32

2. Karakteristik Anak Usia Dini ... 34

3. Teori Perkembangan ... 38

4. Aspek Perkembangan ... 46

a) Perkembangan Fisik Motorik ... 47

b) Perkembangan Kognitif ... 51

c) Perkembangan Bahasa ... 59

d) Perkembangan Sosial Emosional ... 66

e) Perkembangan Nilai Agama dan Moral ... 68

C.Kerangka Pikir ... 69

D.Pertanyaan Penelitian ... 69

BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 71

B.Subjek Penelitian ... 72

C.Tempat Penelitian ... 73

D.Metode Pengumpulan Data ... 73

1. Observasi ... 73

2. Dokumentasi ... 74

E. Penyajian Data ... 74

F. Instrument Penelitian ... 74

(12)

xii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Deskripsi Lokasi Penelitian ... 76

B.Deskripsi Hasil Penelitian ... 77

C.Pembahasan ... 85

D.Keterbatasan Penelitian ... 90

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 91

B.Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 93

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran1. Perijinan Penelitian Dan Pernyataan Melakukan Penelitian ... 97

Lampiran2. Rincian Komponen Media Macca ... 101

Lampiran 3. Panduan Observasi ... 107

Lampiran 4. Catatan Observasi ... 111

Lampiran 5. Sertifikat Hasil Pengujian Media Macca ... 160

(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Ilmu pendidikan telah berkembang pesat dan terspesialisasi. Salah satunya ialah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang membahas pendidikan untuk anak usia 0-8 tahun. Pendidikan Anak Usia Dini sebagai pendidikan yang diselenggarakan sebelum pendidikan dasar, memiliki kelompok sasaran anak usia 0-6 tahun yang sering disebut masa emas perkembangan. Pendidikan Anak Usia Dini adalah investasi yang sangat besar bagi keluarga dan bangsa. Pendidikan yang diberikan pada usia dini sebaiknya disesuaikan dengan usia perkembangannya, termasuk salah satunya Taman Kanak-kanak atau disingkat TK. Pendidikan TK diselenggarakan untuk mengembangkan pribadi, pengetahuan, dan keterampilan yang melandasi pendidikan dasar, untuk mengembangkan diri sesuai dengan asas pendidikan sedini mungkin dan seumur hidup, karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi awal dalam meningkatkan kemampuan anak untuk menyelesaikan pendidikan yang lebih tinggi.

(16)

2

Setiap anak bersifat unik, tidak ada dua anak yang sama persis sekalipun mereka kembar siam. Setiap anak terlahir dengan potensi yang berbeda-beda, memiliki kelebihan bakat dan minat sendiri-sendiri. Ki Hajar Dewantara (Slamet Suyanto, 2005: 5) merangkum semua potensi anak menjadi cipta, rasa, dan karsa. Pendidikan Anak Usia Dini bertujuan membimbing dan mengembangkan potensi setiap anak agar dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tipe kecerdasannya. Oleh sebab itu, Pendidikan Anak Usia Dini diarahkan untuk memfasilitasi setiap anak dengan lingkungan dan bimbingan belajar yang tepat agar anak dapat berkembang sesuai kapasitasnya.

(17)

3

Pada usia emas tersebut akan terjadi perkembangan yang sangat pesat baik perkembangan pada otak anak maupun fisik anak. Diperlukan stimulasi yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak supaya pertumbuhan dan perkembangan pada otak maupun fisik anak. Stimulus yang diberikan kepada anak harus sesuai dengan tahapan perkembangan anak supaya pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berkembang secara optimal. Apabila stimulasi yang diberikan pada anak didik tidak sesuai dengan tahapan perkembangan akan mengakibatkan keterlambatan pada tahapan perkembangan yang selanjutnya. Anak usia dini belajar dengan cara sendiri, guru dan orang tua kerap mengajarkan anak sesuai jalan pikiran orang dewasa. Akibatnya apa yang diajarkan oleh orang tua atau guru sulit diterima oleh anak, hal tersebut membuktikan bahwa jalan pikir anak berbeda dengan jalan pikiran orang dewasa. Diperlukan stimulus yang sesuai dengan tahap perkembangan anak, stimulus yang diberikan kepada anak harus sebaik mungkin agar kemampuan yang dimiliki dapat berkembang secara maksimal dengan pengembangan kemampuan yang maksimal, diharapkan anak dapat hidup dengan baik dimasa mendatang. Aspek perkembangan anak menjadi tujuan yang utama dalam pendidikan TK. Aspek tersebut dapat dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran. Berbagai aspek perkembangan yang dapat dikembangkan meliputi bahasa, kognitif, fisik motorik, sosial emosional, nilai agama dan moral.

(18)

4

dini, yaitu belajar sambil bermain, untuk itu pembelajaran di TK disetting sedemikian rupa dengan menggunakan pendekatan tematik agar anak selalu merasa sedang bermain.

Pembelajaran di TK menggunakan pendekatan tematik yaitu menggunakan tema-tema seperti diri sendiri, lingkungan, kebutuhan, tumbuhan, binatang, transportrasi, profesi, dan alam semesta. Tema tersebut sebagai alat atau sarana atau wadah untuk mengenalkan berbagai konsep pada anak. Tema diberikan dengan tujuan menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh dan memperkaya perbendaharaan kata anak. Jika pembelajaran dilakukan dengan memanfaatkan tema, maka pemilihan tema dalam kegiatan pembelajaran hendaknya dikembangkan dari hal-hal yang paling dekat dengan anak, sederhana dan menarik minat anak. Penggunaan tema dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas. Pembelajaran tematik idealnya guru menyediakan media yang sesuai dengan tema serta mampu mengembangkan berbagai aspek atau indikator kemampuan anak sesuai dengan tema yang ada. Selain menggunakan pendekatan tematik, pembelajaran pada TK menggunakan pendekatan bermain sambil belajar. Pendekatan tersebut ditujukan untuk menghasilkan rasa senang pada anak sebagaimana karakteristik anak usia dini bermain.

(19)

5

seharusnya didukung oleh media yang dapat menunjang proses pembelajaran agar tercapai tujuan yang ingin dicapai. Media tersebut hendaknya berupa alat permainan edukatif yang dapat merangsang dan menarik perhatian anak dan mampu mengembangkan kemampuan berpikirnya sehingga akan meningkatkan aktivitas sel otak.

Landasan penggunaan media pembelajaran menurut Azhar Asryad (2011: 3) diantaranya adalah I hear, I forget, I see, I remember dan I do understand/ I know.

Dengar, lihat dan lakukan adalah tiga cara belajar yang hierarkis. Ketiganya ada hubungan atas bawah, paling rendah adalah belajar melalui mendengar, diatasnya adalah belajar melalui melihat dan paling tinggi adalah belajar melalui melakukan. Ketiganya dimodifikasi agar mencapai pembelajaran yang aktif, kreatif dan bermakna. Pembelajaran hanya dengan melihat (I see) anak akan ingat (I remember), namun jika pembelajaran dengan melakukan (I do) anak akan menjadi paham (I understand/ I know). Maka dari itu, untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut pembelajaran yang dilakukan di TK menggungunakan I do.

(20)

6

(21)

7

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada maka dapat diidentifikasikan beberapa permsalahan sebagai berikut :

1. Media Macca sudah digunakan dalam pembelajaran di sekolah TK khususnya di daerah luar jawa, untuk wilayah Yogyakarta belum ada sekolah TK yang sudah menggunakan Media Macca dalm pembelajaran di sekolah.

2. Belum diketahui secara pasti aspek-aspek perkembangan apa saja yang dapat dikembangkan oleh Media Macca (Balok Susun Interaktif).

3. Belum diketahuinya peran guru dalam penggunaan dan pemanfaatan Media Macca (Balok Susun Interaktif) sesuai dengan Tingkat Pencapaian Perkembangan.

C.Batasan Masalah

Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah diuraikan di atas, peneliti membatasi pada masalah belum diketahuinya aspek perkembangan anak yang dapat dikembangkan oleh Media Macca (Balok Susun Interaktif).

D.Rumusan Masalah

Adapun secara rinci permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut: “Aspek perkembangan apakah yang dapat dikembangkan oleh Media Macca

(Balok Susun Interaktif) pada anak di TK ABA Notoprajan Yogyakarta?”.

E.Tujuan Penelitian

(22)

8

dikembangkan oleh media Macca (Balok Susun Interaktif) pada anak di TK ABA Notoprajan Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan dapat memberikan informasi dari hasil penelitian. Setiap penelitian yang dilakukan pasti akan memberi manfaat yang baik bagi obyek, peneliti pada khususnya dan seluruh komponen yang terlibat di dalamnya.

1. Segi Teoritis

Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan terutama yang berorientasi pada bidang Pendidikan Anak Usia Dini.

2. Segi Praktis

Bagi CV. Inovasi Cerdas Indonesia, hasil penelitian dapat dijadikan bahan masukan untuk memproduksi Media Macca (Balok Susun Interaktif) dalam mengembangkan aspek-aspek perkembangan anak.

a. Bagi Guru

Memberikan alternativ pemilihan media yang dapat digunakan dalam pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar anak

b. Bagi Anak

(23)

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Kajian tentang Media Pembelajaran

1. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin, medius yang secara harfiah berarti

“tengah”, “perantara” atau “pengantar” (Azhar Arsyad, 2007: 3). Media adalah suatu

yang membawa pesan dari satu sumber untuk disampaikan kepada penerima pesan (Suhartono, 2005: 144). Senada dengan Dina Indriana (2011: 1) menyatakan bahwa media adalah alat saluran komunikasi. Arief S. Sadiman, dkk (2006: 6) menyatakan bahwa kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata

medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (a receiver). Romis Zowaki (Basuki Wibawa dan Farida Mukti, 1991: 8) berpendapat bahwa media adalah pembawa pesan yang berasal dari suatu sumber pesan (yang dapat berupa orang atau benda) kepada penerima pesan. Pembawa pesan tersebut berinteraksi dengan siswa melalui indeera mereka. Siswa dirangsang oleh media itu untuk menggunakan indranya untuk menerima informasi.

(24)

10

(Nurbiana Dhieni, dkk, 2008: 103) menyatakan bahwa media adalah sesuatu dalam lingkungan anak didik yang dapat memotivasi anak untuk belajar. Mengacu pada pendapat tersebut maka dapat dikatakan bahwa media pembelajaran itu sesuatu yang dapat menutupi kekurangan dari suatu metode pengajaran. Sehingga suatu proses pembelajaran yang disertai dengan suatu media dapat terlihat lebih baik, informasi yang diserap pun juga akan lebih baik.

Kedudukan media pembelajaran sangatlah penting dalam suatu proses pembelajaran. Nana Sudjana dan Ahmad Rifai (2002: 1) berpendapat bahwa metodologi pembelajaran ada dua aspek yang paling penting menonjol yaitu metode mengajar dan media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran. Sehingga dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran akan sangat membantu dalam suatu proses belajar mengajar.

Gagne dan Briggs (Azhar Arsyad, 2002: 4), isi materi pembelajaran, yang terdiri antara lain buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, gambar berbingkai, foto, gambar, grafik, televisi dan computer. Jadi, dengan adanya media dalam suatu proses pengajaran akan membantu siswa untuk lebih ingin mengetahui dan memperdalam materi yang disajikan.

(25)

11

anak pada saat itu berada pada masa pra operasional. Oleh karena itu, salah satu prinsip pendidikan anak usia dini harus berdasarkan realita bahwa anak diharapkan dapat mempelajari sesuatu secara nyata.

2. Fungsi Media Pembelajaran dalam Proses Pembelajaran

Fungsi media pembelajaran yaitu sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa). Sedangkan prosedur yang dapat membantu siswa dalam menerima dan mengelola informasi untuk mencapai tujuan pembelajaran disebut metode. Hamalik (Azhar Arsad, 2011: 15) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran akan sangat membantu kefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan mendapatkan informasi.

(26)

12

3. Manfaat Media Pembelajaran dalam Proses Pembelajaran

Nana Sudjana dan Ahmad Rifai (Azhar Arsyad, 2002: 25) mengemukakan manfaat media pengajaran dalam proses belajar siswa yaitu:

a. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

b. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pengajaran.

c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan guru tidak kehabisan tenaga.

d. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemostrasiakan, memerankan, dan lain-lain.

(27)

13

dalam menjelaskan suatu materi pada anak dapat menggunakan media sebagai bantuan untuk menjelaskan suatu materi pada anak maka dapat menggunakan media sebagai bantuan untuk menjelaskan materi tersebut sehingga dapat menimbulkan persepsi yang sama. Media pembelajaran dapat digunakan pada proses pembelajaran agar dapat mengoptimalkan aspek perkembangan yang ingin dicapai.

4. Peran Media Pembelajaran

Saat ini pendidikan sedikit banyak telah memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di dalam proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar tidak lagi mengharuskan ketersediaan pendidik dan tempat. Keterserdiaan media baik perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software) berperan penting di dalam transfer ilmu pengetahuan dan mengatasi keterbatasan mengajar.

Arief S. Sadiman (2006: 17) berpendapat bahwa peranan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat merangsang siswa dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Secara umum media pembelajaran mempunyai peranan sebagai berikut:

a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalitas (dalam bentuk kata-kata tertulis dan lisan belaka).

b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera seperti misalnya:

1) Obyek yang terlalu besar bisa digantikan dengan realita gambar, film bingkai, film atau model.

(28)

14

3) Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu dengan timelaps

atau high-speed photography.

4) Kejadian atau peristiwa yang akan terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal.

5) Objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram dan lain-lain.

6) Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, gempa, iklim) dapat divisualisasikan kedalam film, film bingkai, gambar dan lain-lain.

c. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan berguna untuk:

1) Menimbulkan kegairahan belajar

2) Menimbulkan interaksi yang lebih langsung anatara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan.

3) Memungkinkan anak didik untuk belajar sendiri menurut kemapuan dan minatnya.

d. Dengan sifat yang unik pada setiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Hal ini akan lebih sulit apabila latar belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan pendidikan, yaitu kemampuan dalam:

(29)

15 2) Mempersamakan persamaan 3) Menimbulkan persepsi yang sama.

Cucu Elyanti (2005: 11) menyatakan bahwa ada beberapa manfaat media untuk anak usia dini secara khusus, yaitu:

1. Memungkinkan anak berinteraksi langsung dengan lingkunganya.

2. Memungkinkan adanya keseragaman dan persepsi bealajar pada masing-masing anak.

3. Membangkitkan motivasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun disimpan sesuai kebutuhan.

4. Menyajikan pesan belajar secara serempak bagi seluruh anak. 5. Mengatasi keterbatasan waktu dan ruang.

6. Mengontrol arah kecepatan belajar anak.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan peran media pembelajaran dalam proses pembelajaran dalam mengoptimalkan aspek perkembangan adalah dengan merangsang peserta didik agar lebih berkembang dan membangkitkan minat belajar.

5. Klasifikasi dan Karakteristik Media Pembelajaran

(30)

16

a. Media audio visual gerak, yaitu media yang mempunyai suara, terdapat gerakan dan bentuk obyeknya dapat dilihat. Misalnya telesivi, video dan film.

b. Media audio visual diam, yaitu media yang mempunyai suara, obyeknya dapat dilihat, namun tidak bergerak. Misalnya: Slide suara.

c. Media audio visual semi gerak, yakni media yang mempunyai suara dan gerakan, namun tidak dapat menampilkan gerak secara utuh. Misalnya: telewriting.

d. Media visual gerak, yakni media yang mempunyai gambar obyek bergerak. Misalnya: film bisu.

e. Media visual diam, yakni media yang ada obyeknya namun tidak ada gerakan. Misalnya: OHP dengan transparansinya.

f. Media audio, yakni media yang hanya menggunakan suara. Misalnya: telepon, radio dan tape recorder.

g. Media cetak, yakni media yang hanya menampilnya simbol-simbol huruf.

6. Karakteristik Media Pembelajaran

Media pembelajaran yang beranekaragam tersebut dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya dalam pembelajaran dengan mempertimbangkan beberapa faktor atau criteria dan langkah-langkah pemilihan media. Menurut Sungkono (2004:4) kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media adalah:

a. Tujuan pembelajaran, yaitu kesesuaian karakteristik tujuan dengan karakteristik media instruksional yang akan dicapai.

(31)

17

c. Ketetapan, diharapkan media yang dipilih telah sesuai dengan karakteristik dan tingkat kemampuan peserta didik.

d. Ketersediaan, media ini sebaiknya mudah didapat atau mudah dalam pengadaannya.

e. Kualitas teknis, dalam kualitasnya sudah diuji coba dengan hasil yang baik. f. Biaya pengadaan, dalam biaya pengadaannya sebaiknya sesuai antara biaya yang

dikeluarkan dengan manfaat yang akan diperoleh.

g. Fleksibilitas (lentur) dan kenyamanan media. Dalam pemilihan media harus dipertimbangkan kelenturan dalam arti dapat digunakan dalam berbagai situasi dan pada saat digunakan tidak berbahaya.

h. Kemampuan pengguna media, tentu saja betapapun tingginya nilai kegunaan media, tidak akan memberikan manfaat yang banyak bagi orang yang tidak mampu menggunakannya.

7. Media pembelajaran untuk anak usia dini

(32)

18

Media sering diidentikkan dengan berbagai jenis peralatan atau sarana. Pada saat ini masih banyak guru yang menganggap bahwa peran media dalam proses pembelajaran hanya terbatas sebagai alat bantu semata dan boleh diabaikan. Media merupakan bagian dari integral dari keseluruhan proses pembelajaran. Media pembelajaran merupakan salah satu komponen yang tidak berdiri sendiri tetapi saling berhubungan dengan komponen lainnya dalam menciptakan situasi belajar yang diharapkan. Tanpa media proses pendidikan tidak akan berjalan efektif.

Cucu Eliyawati (2005: 112) berpendapat bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemanfaatan media pembelajaran untuk anak usia dini, di antaranya:

a. Penggunaan media pembelajaran bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi memiliki fungsi tersendiri sebagai sarana bantu untuk mewujudkan proses pembelajaran yang lebih efektif.

b. Media pembelajaran merupakan bagian integral dari keseluruhan proses pembelajaran. Hal ini mengandung pengertian bahwa media pembelajaran sebagai salah satu komponen yang tidak berdiri sendiri tetapi saling berhubungan dengan komponen lainnya dalam rangka menciptakan situasi belajar yang diharapkan. c. Media pembelajaran dalam penggunaannya harus relevan dengan tujuan dan isi

pesan. Hal ini mengandung makna bahwa penggunaan media pendidikan harus selalu melihat kepada tujuan atau kemampuan yang diharapkan dan bahan ajar. d. Media pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran.

(33)

19

tahan lama mengendap dalam pikirannnya, sehingga kualitas pembelajaran lebih bermakna dan memiliki nilai yang tinggi.

e. Media pembelajaran meletakkan dasar-dasar yang konkrit untuk berpikir, oleh karena itu dapat mengurangi terjadi.

Media pembelajaran mampu memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap tercapainya kemampuan belajar anak usia dini seperti yang diharapkan. Muhyidin dkk (2014: 147) menyatakan bahwa media pembelajaran yang digunakan di PAUD sedikit berbeda dengan media pembelajaran pada pendidikan jenjang yang lebih tinggi. Media pembelajaran di PAUD terdiri dari tiga jenis yaitu:

1. Lembar Kerja Anak (LKA)

(34)

20 2. Alat Peraga Pembelajaran (APP)

Ketika menjelaskan materi pembelajaran di PAUD, seorang guru akan sangat terbantu oleh keberadaan APP. APP merupakan alat yang dipakai guru sebagai sarana dalam menyampaikan materi pelajaran, baik di dalam maupun diluar kelas. APP pada pendidikan anak usia dini dapat digunakan ketika pelaksanaan apersepsi, menjelaskan kegiatan bermain yang akan dilaksanakan pada hari tersebut, hingga pada saat bercerita. Selain menggunakan APP yang diproduksi oleh pihak lain, guru dapat juga membuat APP sendiri untuk digunakan dalam pembelajaran.

3. Alat Permainan Edukatif (APE)

APE merupakan alat permainan yang memiliki nilai-nilai edukatif, serta dapat mengembangan segala aspek dan kecerdasan yang ada pada diri anak. Aspek yang dimaksud adalah kemampuan pembiasaan, yang meliputi: fisik motorik, kognitif, bahasa, seni, sosial emosional, dan nilai agama/moral (NAM). Sementara itu kecerdasan yang dimaksud adalah kecerdasan adalah kecerdasan jamak, meliputi kecerdasan linguistik, logis-matematis, spasial, kinestetik-jasmani, musikal, intrapersonal, interpersonal, naturalis dan eksistensial. APE lebih popular didunia PAUD dari pada media pembelajaran lainnya sehingga anak bebas untuk memainkan atau memanipulasi.

(35)

21

terselenggaranya pembelajaran yang ada dikelas. Aspek-aspek perkembangan tersebut hendaknya dikembangkan secara serempak sehingga anak diharapkan lebih siap untuk menghadapi lingkungannya dan untuk mengikuti jenjang pendidikan selanjutnya yang lebih tinggi. Anak usia dini biasanya menyukai alat permainan dengan bentuk yang sederhana dan tidak rumit yang disertai dengan warna yang terang.

8. Alat Permainan Edukatif

a. Pengertian Alat Permainan Edukatif

APE merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam pembelajaran anak di TK. Ketersediaan alat permainan tersebut sangat menunjang terselenggaranya pembelajaran anak secara efektif dan menyenangkan sehingga anak-anak dapat mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya secara optimal (Badru Zaman, 2006: 1). APE adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai sarana atau peralatan untuk bermain yang mengandung nilai pendidikan (edukatif) dan dapat mengembangkan seluruh kemampuan anak (Tim Penyusun Modul Pembuatan dan Penggunaan APE Anak Usia 3-6 tahun, 2007:4).

(36)

22

Kelompok Bermain (2003: 7), mendefinisikan APE sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai sarana atau peralatan untukbermain yang mengandung nilai edukatif (pendidikan) dan dapat mengembangkan seluruh kemampuan anak.

Pada pengembangan dan pemanfaatannya tidak semua alat permainan yang digunakan anak di TK dirancang secara khusus untuk mengembangkan bidang perkembangan anak. Sebagai contoh bola sepak yang dibuat dari plastik yang dibeli langsung dari toko mainan. Dalam hal ukurannya seringkali susah untuk dipegang secara nyaman oleh anak, jika mau saling melempar dengan teman-temannya akan terasa sakit di telapak tangan. Warnanya pun sering kali menggunakan satu warna saja sehingga tidak menarik bagi anak karena anak biasanya menyenangi benda-benda yang berwarna-warni (Badru Zaman, 2006: 1). Depdiknas (2007: 4), “APE adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai sarana atau peralatan untuk bermain yang mengandung nilai pendidikan (edukatif) dan dapat mengembangkan

seluruh kemampuan anak”.

(37)

23

aspek-aspek yang dikembangkan adalah aspek fisik (motorik halus dan kasar), emosi, sosial, bahasa, kognitif dan moral.

b. Ciri-ciri Alat Permainan Edukatif untuk Anak Usia Dini

Cucu Eliyanti (2005: 63), mengemukakan bahwa alat permainan dapat dikategorikan sebagai alat permainan edukatif untuk anak usia dini jika memenuhi cirri-ciri sebagai berikut:

1) Ditujukan untuk anak usia dini

2) Berfungsi untuk mengembangkan aspek-aspek perkembangan anak usia dini 3) Dapat digunakan dengan berbagai cara, bentuk dan untuk bermacam bertujuan

aspek-aspek perkembangan atau bermanfaat multiguna 4) Aman atau tidak berbahaya bagi anak

5) Dirancang untuk mendorong aktifitas dan kreatifitas 6) Bersifat konstruktif atau ada sesuatu yang dihasilkan 7) Mengandung nilai pendidikan.

c. Tujuan Alat Permainan Edukatif

Tim Penyusun Modul Pembuatan dan Penggunaan APE Anak Usia 3-6 tahun (2007: 4), mengemukakan bahwa dengan adanya berbagai APE, pada intinya diarahkan untuk mencapai tujuan sebagai berikut:

(38)

24

hanya secara lisan atau diceritakan, anak hanya sebatas mampu menirukan ucapan guru tentang berbagai warna tanpa tahu secara nyata bagaimana yang dimaksud warna merah, kuning, dan lain sebagainya. Akan sangat berbeda jika guru memanfaatkan APE misalnya dengan menggunakan contoh warna. Dengan memanfaatkan alat permainan tersebut anak dapat secara langsung melihat, mengamati, membandingkan, memasangkan, dan mengenali berbagai warna. 2) Memberikan motivasi dan merangsang anak untuk bereksplorasi dan

bereksperimen dalam mengembangkan berbagai bidang perkembangannya. Motivasi dan minat anak untuk bereksplorasi dan bereksperimen merupakan faktor penting yang menunjang keberhasilan belajar anak. Oleh karena itu, harus dilakukan berbagai upaya sehingga motivasi dan minat anak bisa tumbuh dengan baik. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memenuhi hal tersebut adalah dengan memanfaatkan APE. APE berupa balok merupakan alat permainan yang sangat potensial untuk meningkatkan motivasi dan minat anak untuk bereksperimen. Anak TK pada umumnya menyukai alat permaian ini.

(39)

25

4) Memberikan kesenangan pada anak dalam bermain. Apabila mengamati anak-anak TK yang sedang memainkan alat permainan tertentu dan mereka sangat tertarik untuk memainkannya, mereka tampak sangat serius dan terkadang susah untuk diganggu dan dialihkan perhatiannya pada benda atau kegiatan yang lain. Kondisi tersebut terjadi karena anak merasa senang dan nyaman dengan alat permainan yang mereka gunakan. Alat permainan yang dirancang secara khusus dan dibuat dengan baik akan menumbuhkan perasaan senang anak dalam melakukan aktivitas belajarnya. Jika anak sudah merasa senang dengan kegiatannya, maka belajar tidak lagi dianggap sebagai beban yang ditimpakan guru di pundaknya. Anak mengartikan belajar dengan baik bahwa belajar ternyata tidak selalu dikesankan sebagai kegiatan yang membosankan bahkan menyebalkan tetapi justru bermakna dan menyenangkan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan APE adalah memudahkan anak untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru karena anak dapat secara langsung berekperimen dengan alat permainan tersebut, menumbuhkan kegairahan belajar anak, dan memberikan anak rasa senang dan nyaman.

d. Syarat-syarat Pembuatan Alat Permainan Edukatif

Muhyidin dkk (2014: 150) menyatakan bahwa beberapa hal yang menjadi persyaratan sebuah alat permainan dikatata sebagai APE:

(40)

26

2) Multifungsi; alat tersebut memiliki berbagai variasi permainan sehingga stimulasi yang didapat anak pun lebih beragam.

3) Melatih problem solving; anak sekaligus melakukan latihan problem solving

selama bermain. Misalnya dalam permainan puzzle, anak diminta untuk menyusun potongan-potongannya menjadi kesatuan yang utuh.

4) Melatih konsep dasar; alat ini harus dapat melatih konsep-konsep dasar yang harus dipahami seorang anak seperti mengenal bentuk, warna dan besaran. 5) Melatih ketelitian dan ketekunan; agar termasuk APE, anak harus terasah

ketekunan dan ketelitiannya selama memainkan alat tersebut.

6) Merangsang kreativitas; alat permainan harus mendorong anak untuk selalu kreatif melalui berbagai variasi jenis bermain yang dilakukan. Bila sejak kecil anak terbiasa untuk menghasilkan karya, misalnya lewat permainan rancang bangun, kelak dia akan lebih mampu berinovasi dalam menciptakan suatu karya dan tidak hanya mengekor karya-karya orang lain.

7) Aman untuk digunakan oleh anak; keamanan yang dimaksud termasuk keamanan bentuk, bahan utama, maupun bahan-bahan tambahnya. Sebagai contoh, APE tidak boleh memiliki bentuk yang berpotensi melukai anak-anak dan jika menggunakan zat warna maka harus dipilih yang aman untuk mereka (termasuk aman jika tertelan).

(41)

27

mengembangkan aspek-aspek perkembangan anak. Hal tersebut juga sesuai dengan salah satu prinsip pembelajaran PAUD yaitu pembelajaran yang bersifat menyeluruh dan terpadu atau tematik.

Senada dengan pendapat Muhyidin diatas, Cucu Elyanti (2005: 78) adapun syarat-syarat pembuatan alat permainan edukatif adalah sebagai berikut:

1) Syarat edukatif

a) APE dibuat disesuaikan dengan memperhatikan program kegiatan pendidikan (program pendidikan yang berlaku)

b) APE yang dibuat disesuaikan dengan ditaktik metodik artinya dapat membantu keberhasilan kegiatan pendidikan mendorong aktifitas dan kreatifitas anak sesuai dengan kemampuan (tahap perkembangan anak). 2) Syarat teknis

a) APE dirancang sesuai dengan tujuan, fungsi sarana (tidak menimbulkan kesalahan konsep) contoh dalam membuat balok bangunan, ketepatan bentuk dan ukuran yang akurat mutlak dipenuhi karena jika ukurannya tidak tepat akan menimbulkan kesalahan konsep.

b) APE hendaknya multiguna, walaupun ditunjukan untuk tujuan tertentu tidak menutup kemungkinan digunakan untuk tujuan pengembangan yang lain c) APE dibuat dengan menggunakan bahan yang mudah didapat di lingkungan

(42)

28

d) Aman (tidak mengandung unsur yang membahayakan anak, misalnya tajam, beracun dan lain-lain).

e) APE hendaknya awet, kuat dan tahan lama (tetap efektif walau cahaya berubah).

f) Mudah dalam pemakaian, menambah kesenangan anak untuk bereksperimen dan bereksplorasi

g) Dapat digunakan secara individual, kelompok dan klasikal 3) Syarat estetika

a) Bentuk yang elastis, ringan (mudah dibawa anak)

b) Keserasian ukuran (tidak terlalu besar atau tidak terlalu kecil) c) Warna (kombinasi warna) serasi dan menarik

e. Fungsi dan Manfaat APE untuk Anak Usia Dini

APE yang dibuat ataupun dimanfaatkan sudah seharusnya mempunyai fungsi dalam mendukung proses pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan bagi anak demi tercapainya tujuan pembelajaran. Fungsi dari APE menurut Muhyidin, dkk (2014: 15) adalah sebagai berikut:

(43)

29

banyak hal mereka peroleh melalui kegiatan tersebut dan terjadi dalam cara yang menyenangkan.

2) Menumbuhkan rasa percaya diri dan membentuk citra diri yang positif. Dalam suasana yang menyenangkan, anak akan mencoba melakukan berbagai kegiatan yang mereka sukai dengan cara menggali dan menemukan berbagai hal yang ingin mereka ketahui. Kondisi tersebut akan mendukung anak dalam mengembangkan rasa percaya diri mereka dalam melakukan kegiatan. Misalnya saat anak berhasil menyusun balok-balok menjadi suatu bentuk tertentu, akan timbul kepuasan karena mampu melampaui tahap kesulitan dari alat permainan tersebut. Pada akhirnya kepercayaan diri anak akan meningkat dan mulai dapat berpikir bahwa setiap kesulitan dapat ditemukan penyelesainya.

(44)

30

4) Memberikan kesempatan anak bersosialisasi, berkomunikasi dengan teman sebaya. Alat permainan edukatif berfungsi memfasilitasi anak dalam mengembangkan hubungan yang harmonis dan komunikaitif dengan lingkungan di sekitar, misalnya dengan teman-temannya. Hal ini dapat dilihat dari alat permainan yang dapat digunakan bersama-sama antara satu anak dengan anak yang lain. Contohnya ketika sekelompok anak menggunakan botol suara tersebut perlu kerja sama, komunikasi, dan harmonisasi antar anak sehingga terdengar suara yang merdu Badru Zaman (Muhyidin, 2014: 155)

Pembuatan maupun pemanfaatan APE seharusnya lebih ditekankan pada perkembangan anak. Fungsi APE menurut Muhyidin, dkk (2014: 156) yang secara lebih spesifik menunjukkan penekanan terhadap perkembangan anak adalah sebagi berikut:

a. Membuat anak belajar tanpa tahu bahwa ia sedang belajar (learning by playing).

b. Selain mengembangkan otak kiri, juga mengembangkan otak kanan (keseimbangan kedua belah otak)

c. Mengembangkan pola sosialisasi dan emosi anak Asian Brain

d. Mengembangkan aspek fisik, yaitu kegiatan yang dapat menunjang atau merangsang pertumbuhan fisik anak.

(45)

31

f. Mengembangkan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran, bentuk dan warna.

g. Mengembangkan aspek social, khusus dalam hubungannya dengan interaksi antara ibu dan anak, keluarga dan masyarakat menurut Soetjiningsih (Muhyadin, 2014: 156)

Kesimpulannya, fungsi APE adalah mengembangkan semua aspek perkembangan (fisik motorik, kognitif, bahasa, seni, sosial-emosional, moral, dan nilai agama) dan kecerdasan anak (multiple intelligences)

f. Media Macca (Balok Susun Interaktif)

(46)

orang-32

orang, jalan, lapangan terbang, stasiun, terminal dll. Kemampuan berbahasa timbul begitu anak menyembutkan nama hasil kreasinya. Berkomunikasi dengan teman maupun guru terjadi dengan spontan. Perhatian anak ke bentuk kontruksi, menambah minat mereka untuk mengetahui lebih banyak lagi. Permainan balok bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan anak untuk membuat rancang bangun tertentu. Dalam permainan ini anak dilatih membuat berbagai bentuk bangunan dari balok.

Dari pemaparan media diatas, maka dapat disimpulkan bahwa media Macca (Balok Susuan Interaktif) termasuk dalam permainan, karena sebagai sarana atau alat permainan yang dapat mengembangkan aspek-aspek perkembangan anak. Media Macca (Balok Susun Interaktif) adalah permainan balok susun yang diperuntukkan bagi anak prasekolah (2-6 tahun). Dengan kegiatan bersifat konstruktif, aktif, inovatif dan menyenangkan, media Macca akan mengoptimalkan pencapaian perkembangan anak pada lingkup motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional serta nilai agama dan moral. Media Macca terdiri dari bentuk balok yang yang berbeda-beda, sehingga memungkinkan anak untuk membuat berbagai macam bangunan atau bahkan menciptakan obyek baru sesuai dengan imajinasi dan kreativitas mereka.

B.Kajian Tentang Anak Usia Dini

1. Pengertian Anak Usia Dini

(47)

33

anak yang memiliki karakteristik tertentu akan berkembang menjadi manusia dewasa seutuhnya. Meskipun ritme perkembangannya akan berbeda tetapi pola perkembangannya sama.

Erna Wulan Syaodih (2005: 12) “anak usia dini adalah sosok individu yang

sedang menjalani suatu proses perkembangan yang sangat pesat dan sangat

fundamental bagi kehidupan selanjutnya”. Sejalan dengan pengertian diatas, The

National Association for The Education of Young Children (NAEYC) dalam Soemiarti Patmonodewo (2003: 43) mengemukakan bahwa anak usia dini adalah anak yang sejak lahir sampai dengan usia delapan tahun. Anak usia dini adalah individu yang sedang menjalani proses perkembangan dengan pesat dan sangat penting bagi kehidupan selanjutnya (Sofia Hartati, 2005: 1).

Pengertian anak usia dini di Indonesia ditegaskan dalam peraturan Mentri No. 58 Tahun 2009 tentang Standart Pendidikan Anak Usia Dini. Dalam Peraturan Mentri tersebut dijelaskan bahwa anak usia dini merupakan individu yang berada pada rentang usia 0 sampai 6 tahun. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat ditegaskan bahwa anak usia dini adalah sekelompok individu yang berada pada rentang usia 0 sampai 6 tahun.

(48)

34

perkembangan kemampuan dasar seperti perkembangan kemampuan bahasa, kognitif, motorik, sosial emosional serta nilai agama dan moral yang akan membentuk kepribadian mereka kelak. Pada usia tersebut anak akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang optimal apabila diberikan stimulus yang tepat. Salah satu pemberian stimulus tersebut dengan memasukkan anak dalam program pendidikan anak usia dini, baik formal maupun non formal. Pada lembaga Taman Kanak-kanak, umumnya usia 4-6 tahun tersebut dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan usia. Usia 4-5 tahun berada pada kelompok A, dan usia 5-6 tahun berada pada kelompok B. Kedua kelompok A dan B tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda.

2. Karakteristik Anak Usia Dini

Karakteristik anak usia dini menurut Richard D. Kellough (Sofia Hartati, 2005: 10) adalah anak itu bersifat egosentris, anak memiliki rasa ingin tahu yang besar, anak merupakan makhluk sosial, anak bersifat unik, anak umumnya kaya dengan fantasi, anak memiliki daya konsentrasi yang pendek, serta anak merupakan masa belajar yang paling potensial untuk dikembangkan.

(49)

35

M. Ramli (2005:67) berpendapat bahwa karakteristik tersebut sebagai berikut:

a. Masa usia TK adalah masa berada pada usia prasekolah. Masa usia empat sampai enam tahun disebut masa prasekolah karena masa ini anak umumnya belum masuk sekolah dalam pengertian sebenarnya.

b. Masa usia TK adalah masa prakelompok. Masa usia TK disebut masa prakelompok karena pada masa tersebut anak-anak belajar dasar-dasar ketrampilan yang diperlukan untuk menyesuaikan diri dalam kehidupan sosial kelompok.

c. Masa usia TK adalah masa meniru. Pada masa ini anak suka sekali menirukan pola perkataan dan tindakan orang-orang disekitarnya. Dengan meniru itulah anak-anak dapat mengembangkan perilaku mereka sehingga dapat berinteraksi dengan lingkungan secara baik.

d. Masa usia TK adalah masa bermain. Anak pada usia prasekolah suka sekali bermain untuk mengeksplorasi lingkungannya, meniru perilaku orang lain, dan mencobakan kemampuan dirinya. Pada masa tersebut, anak juga menghabiskan sebagian waktu untuk bermain dengan mainannya.

(50)

36

Meskipun anak-anak pada usia ini sama-sama memiliki karakteristik sebagai anak prasekolah, usia prakelompok, suka meniru, gemar menghabiskan waktu mereka untuk bermain, anak-anak tersebut mewujudkan semua karakteristik tersebut secara khas berdasarkan keragaman anak dan budayanya. Keragaman tersebut menyadarkan guru untuk memperlakukan anak secara unik sesuai dengan karakteristik khas anak tersebut dalam kegiatan pendidikan sehingga anak berkembang secara optimal. Melengkapi pendapat diatas Solehuddin (Rusdinal, dkk, 2005: 17), mengidentifikasi sejumlah karakteristik anak usia prasekolah sebagai berikut:

a. Anak bersifat unik

b. Anak mengekspresikan perilakunya secara relative spontan c. Anak bersifat aktif dan energik

d. Anak itu egosentris

e. Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal f. Anak bersifat eksploratif dam petualang

g. Anak umumnya kaya dengan fantasi

h. Anak memiliki daya pemerhati yang pendek

i. Anak merupakan usia belajar yang paling potensial.

Slamet Suyanto (2005: 4) menyatakan bahwa “Cara berfikir anak TK selain

bersifat konkret”. Anak menghubungkan benda-benda yang baru dipelajarinya

(51)

37

untuk membuat kesimpulan. Kartini Kartono (2007: 13) mengungkapkan ciri khas anak masa kanak-kanak sebagai berikut:

a. Bersifat egosentris naif. Pada masa ini seorang anak yang egosentris naif memandang dunia luar dari pandangannya sendiri, dibatasi oleh perasaan dan pikirannya yang masih sempit. Anak sangat terpengaruh oleh akalnya yang masih sederhana sehingga tidak mampu menyelami perasaan dan pikiran orang lain. Sikap egosentris yang naif ini bersifat temporer atau sementara, dan senantiasa dialami oleh setiap anak dalam proses perkembangannya.

b. Relasi sosial yang primitif. Pada masa ini relasi sosial yang primitive merupakan akibat dari sifat egosentris. Ciri ini ditandai oleh kehidupan anak yang belum dapat membedakan antara kondisi dirinya dengan kondisi orang lain atau anak lain di luar dirinya. Relasi sosial anak dengan lingkungannya masih sangat longgar, hal ini disebabkan karena anak belum dapat menghayati kedudukan diri sendiri dalam lingkungannya.

c. Kesatuan jasmani dan rohani yang hampir tidak terpisahkan. Pada masa ini dunia lahiriah dan batiniah anak belum dapat dipisahkan, anak belum dapat membedakan keduanya. Isi lahiriah dan batiniah masih merupakan kesatuan yang utuh. Penghayatan terhadap sesuatu dikeluarkan atau diekspresikan secara bebas, spontan, dan jujur baik dalam mimik, tingkah laku maupun bahasanya.

(52)

38

pemahaman anak terhadap apa yang dihadapinya masih bersifat menyatu (totaliter) antara jasmani dan rohani. Anak belum dapat membedakan benda hidup dan benda mati.

Dari berbagai karakteristik di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik anak usia dini ialah anak bersifat egosentris, memiliki rasa ingin tahu yang kuat terhadap banyak hal, anak masih suka bermain serta bereksplorasi dengan lingkungannya, dan memandang dunia luar dari pandangannya sendiri, sebagai guru sebaiknya memahami dari masing-masing sifat, ciri khas, maupun karakteristiknya tersebut. Mempersiapkan segala hal, baik dalam menjawab pertanyaan anak maupun memberikan pelajaran yang sesuai dengan karakteristiknya.

3. Teori Perkembangan

Teori perkembangan yang akan dikemukakan dalam hal ini mempunyai perspektif yang berbeda. Teori perkembangan tersebut diantaranya teori psikoanalisis dari Freud, teori Psikososial dari Erikson, teori Kognitif Piaget dan teori Pemrosesan Informasi, teori Pandangan Pembelajaran (behaviorism), dan teori humanistik.

Berikut teori perkembangan menurut Fawzia Aswin Hadis (1996: 26) yang akan dibahas secara mendalam sebagai berikut:

a. Perspektif Psikoanalisis.

Perspektif psikoanalisis adalah suatu pandangan tentang kemanusiaan yang menguatamakan peranan kekuatan ketidaksadaran yang dapat mendorong perilaku manusia. Perspektif tersebut diantaranya disampaikan oleh tokoh dibawah ini:

(53)

39

Miller (Fawzia Aswin Hadis, 1996: 30) mengemukakan bahwa dari pengalaman praktek bersama Breuer untuk mengobati penderita histeria, ia menemukan metode pengobatan yang disebutnya psikoanalisis. Freud mengemukakan adanya dua hal utama dalam perkembangan manusia. Pertama, bahwa tahun-tahun awal kehidupan memegang peranan penting bagi pembentukan kepribadian. Kedua, bahwa perkembangan manusia itu meliputi tahap-tahap psikoseksual.

Freud (Fawzia Aswin Hadis, 1996: 30), membagi tahap-tahap psikoseksual tersebut dalam lima tahap, yaitu (a) dimulai dari tahap seksualitas oral (sejak lahir sampai usia 1 tahun), (b) tahap anal (1 sampai 3 tahun), (c) yang kemudian menjadi seksualitas phallik (usia 3 tahun sampai 5 tahun), (d) tahap laten dimana pada saat itu perasaan-perasaan seksual ditekan (usia 5 tahun sampai dengan masa pubertas), dan (e) seksualitas orang dewasa yang sebenarnya atau tahap genital.

2) Erik Erikson: Perkembangan Psikososial

Shaffer (Fawzia Aswin Hadis, 1996: 35) mengemukakan bahwa Erikson membagi seluruh rentang kehidupan manusia dalam delapan tahap. Menurutnya, semua manusia paling tidak akan menghadapi delapan macam krisis atau konflik

selama hidup mereka. Pada umumnya setiap krisis lebih bersifat “sosial” dan

mempunyai implikasi yang sangat riil terhadap masa depan individu yang bersangkutan. Delapan tahap tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

(54)

40

c) Tahap 3: Initiative versus Guilt (usia 4 tahun sampai 5 tahun). d) Tahap 4: Industry versus Inferiority (usia 6 tahun sampai pubertas).

e) Tahap 5: Identity and Repudiation versus Identity Diffusion (masa remaja). f) Tahap 6: Intimacy and Solidarity versus Isolation (masa dewasa muda). g) Tahap 7: Generativity versus Stagnation and Self-Absorption (masa dewasa). h) Tahap 8: Integrity versus Despair (masa tua).

Teori Erikson yang merupakan teori perkembangan ego, memperlihatkan perubahan-perubahan yang terjadi dalam seluruh rentang kehidupan manusia. Teorinya ini merupakan sintesa teori psikoanalisa sebagai dasar dengan teori tahapan yang klasik dan dengan orientasi perkembangan yang menekankan kepada adanya diferensiasi. Teori Erikson ini adalah suatu teori yang banyak dipergunakan di dalam penelitian-penelitian mengenai perkembangan manusia (Fawzia Aswin Hadis, 1996: 41-42).

b. Perspektif Kognitif.

Perspektif kognitif adalah suatu pandangan yang melihat perkembangan manusia dari sudut kognisi. Penyumbang terbesar dari pandangan ini adalah Piaget. Disamping itu, terdapat penyumbang lain yang sekarang sedang marak dan banyak menjadi acuan, yaitu teori pemrosesan informasi.

1) Jean Piaget

(55)

41

penjelajah yang aktif, selalu ingin tahu, yang selalu menjawab tantangan lingkungan sesuai dengan interpretasi (penafsirannya) tentang ciri-ciri yang esensial yang ditampilkan oleh lingkungan tersebut. Piaget juga menambahkan bahwa konstruksi anak tentang realitas (interpreatsinya tentang lingkungan) tergantung kepada tingkat perkembangan kognitifnya. Dengan demikian perkembangan kognitif anak ditentukan oleh bagaimana seorang anak menanggapi kejadian-kejadian yang ada di lingkungannya dan apa efek kejadian-kejadian tersebut kepada perkembangan anak.

Piaget (Fawzia Aswin Hadis, 1996: 45) membagi tingkat perkembangan kognitif manusia terdiri dari empat periode, yaitu (a) periode sensorimotor (lebih kurang sejak lahir-usia 2 tahun), (b) periode praoperasional (lebih kurang 2-7 tahun), (c) periode praoperasional konkret (lebih kurang 7-11 tahun), dan (d) periode operasional formal (lebih kurang 11-15 tahun).

2) Teori Pemrosesan Informasi

Teori ini pada awalnya sejalan dengan teori Piaget, namun akhir-akhir ini berkembang sangat pesat melalui bidang perkembangan kognitif. Baik teori Piaget maupun teori pemrosesan informasi sangat merangsang penelitian, namun teori pemrosesan informasi lebih berperan dalam penelitian mengenai ingatan (memory), perhatian (attention), dan pemecahan masalah (problem solving). Sasaran utama teori

pemrosesan informasi adalah pertanyaan “bidang pikiran apakah yang berubah

selama terjadinya perkembangan?”, “pertanyaan-pertanyaan apa yang perlu

diajukan?”, dan bagaimana pertanyaan itu harus diteliti?”. Pertanyaan-pertanyaan

(56)

42

melalui sistem kognisi manusia yang dimulai dari masukan (input) dimana kemudian aliran berakhir dalam bentuk keluaran (output). Jadi, analog dengan kerja komputer meskipun lebih majemuk dan lebih canggih.

c. Perspektif Pembelajaran (Behaviourism).

Watson adalah salah seorang pelopor dari aliran pandangan ini. Salah satu dasar dari teori behavior Watson adalah bahwa seorang bayi dilahirkan dengan

pikiran yang merupakan “tabularasa” yang seakan-akan selembar kertas yang putih

bersih dan bahwa hubungan-hubungan pembelajaran antara rangsangan dan tanggapan (respon) adalah tonggak dasar dari perkembangan manusia. Ia bahkan pernah sesumbar bahwa seorang jika diberi selusin bayi yang masih polos, maka ia akan dapat membuat mereka menjadi apapun.

Perkembangan tidak berlangsung secara bertahap melainkan adalah suatu proses yang berkesinambungan yang ditandai dengan pertambahan secara berangsung-angsur dari perilaku yang baru dan lebih canggih. Watson beranggapan bahwa hanya refleksederhanalah yang dibawa sejak lahir (seperti refleks mengisap) dan semua kecenderungan perilaku termasuk sifat, bakat, nilai-nilai, dan cita-cita adalah hasil dari pembelajaran.

1) Pembelajaran (learning)

(57)

43

kelelahan, kecelakaan, atau penyakit. Respon-respon hasil pembelajaran dan kebiasaan dapat diperoleh melalui tiga cara, yaitu (a) classical conditioning atau pembiasaan yang sifatnya klasik, (b) operant conditioning atau pembiasaan instrumental, dan (c) observational learning atau pembelajaran obsevasional.

2) Teori-teori Pembelajaran Sosial

Pandangan ini akan diuraikan melalui pembahasan teori di bawah ini: (a) Pendekatan operant learning dari Skinner (behaviorisme radikal)

Skinner secara tegas menolak gagasan bahwa sebagian besar perilaku manusia dimotivasi oleh dorongan-dorongan pimer dan sekunder. Skinner

memandang istilah “dorongan” sebagai sesuatu yang tidak tentu ujung pangkalnya

yang tidak dapat dipergunakan untuk menerangkan perilaku. Menurutnya sebagian besar dari kebiasaan seseorang adalah respon yang dilekuarkan secara bebas

(operants) yang akan makin sering atau semakin jarang dilakukan tergantung kepada konsekuensi dari respon itu. Dengan perkataan lain, perilaku dimotivasi oleh faktor-faktor eksternal berupa penguatan atau hukuman bukan karena faktor-faktor internal atau dorongan.

(b) Teori pembelajaran sosial kognitif dari Bandura

(58)

44

penguatan atau respon untuk belajar dengan cara mengamati orang lain, yang dibutuhkan hanyalah perhatian yang serius dalam melakukan pengamatan lalu menyimpan informasi itu dalam ingatannya untuk dapat dipergunakan dalam suatu waktu.

d. Teori Humanistik

Dalam teori ini dikemukakan tentang hubungan antara konsep diri dengan perilaku dan ditekankan pula bahwa perilaku seseorang selalu sejalan dengan konsep dirinya, sedangkan konsep diri adalah gagasan seseorang atau persepsi seseorang tentang dirinya. Konsep diri ini adalah satu-satunya faktor terpenting yang dapat mempengaruhi perilaku.

1) Abraham Maslow

(59)

45

upaya untuk memperolehnya, hal mana akan menghambat pencapaian kebutuhan lain yang lebih tinggi seperti rasa cinta, harga diri, dan aktualisasi diri. Tetapi apabila seseorang di dalam pertumbuhannya memperoleh pangan yang cukup, merasa aman, dicintai, dan dihargai, maka lebih mungkin baginya untuk mencapai aktualisasi diri. Bahkan anak selalu termotivasi untuk berupaya mewujudkan potensinya.

2) Carl Rogers

Rogers percaya bahwa bahwa setiap manusia mempunyai suatu ideal self

atau jati diri yang ideal, yaitu keinginan diri untuk menjadi seseorang yang sesuai dengan harapan idealnya sendiri. Orang yang sehat selalu berusaha sekuat tenaga untuk menjadi sedekat mungkin dengan jati diri yang ideal tersebut. Hal ini dapat dicapai dengan dua cara, yaitu dengan cara meningkatkan mutu jati diri yang nyata ada (real self) dan dengan cara memodifikasi jati diri yang ideal itu agar dapat mencakup berbagai variasi emosi dan perilaku sehingga dapat menjadi seseorang yang lebih ujur dan realistik.

(60)

46

hidupnya. Sebab masa yang paling baik pembentukan fondasi dan dasar kepribadian yang akan menentukan pengalaman anak selanjutnya.

4. Aspek-aspek Perkembangan Anak Usia Dini

Anak usia dini berada pada tahap pertunbuhan dan perkembangan yang paling pesat, baik fisik maupun mental. Usia dini adalah usia emas (golden ages)

dimana anak sangat berpotensi mempelajari banyak hal dengan cepat. Anak mampu menyerap berbagai informasi dengan mudah. Soetjiningsih (1995: 1) mengemukakan

bahwa “perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur tubuh

yang kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai proses

pematangan”. Oemar Hamalik (2004: 94) menyatakan “perkembangan

menggambarkan perubahan kualitas dan abilitas dalam diri seseorang, yakni adanya

perubahan dalam struktur, kapasitas, fungsi dan efisiensi”. Dari pengertian diatas

dapat disimpulkan bahwa perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur, kapasitas, dan fungsi sebagai proses kematangan.

Prinsip perkembangan menyatakan bahwa perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar. Snowman (Soemiarti Patmonodewo, 2003: 32)

menyatakan “ciri-ciri anak prasekolah (3-6 tahun) meliputi aspek fisik, sosial

emosional dan kognitif anak”. Senada dengan pendapat Snowman (Ahmad Susanto,

2011: 33) menyatakan “aspek perkembangan anak meliputi perkembangan fisik,

intelegensi, bahasa, sosial dan moral”. Secara keseluruhan pendapat diatas

(61)

47

a. Perkembangan Fisik-Motorik

Perkembangan fisik-motorik meliputi perkembangan badan, otot kasar (gross muscle) dan otot halus (fine muscle), yang selanjutnya disebut motorik kasar dan motorik halus. Perkembangan badan meliputi empat unsur yaitu: kekuatan, ketahanan, kecekatan, keseimbangan (Slamet Suyanto, 2005: 51). Perkembangan motorik meliputi perkembangan otot kasar dan otot halus. Otot kasar atau otot besar ialah otot-otot badan yang tersusun oleh otot lurik. Otot ini berfungsi untuk melakukan gerakan dasar tubuh yang terkoordinasi oleh otak, seperti berjalan, berlari, melompat, menendang, melempar, memukul, mendorong dan menarik. Oleh karena itu gerakan tersebut dikenal dengan gerakan kasar.

Sedangkan perkembangan motorik halus meliputi perkembangan otot halus dan fungsinya. Otot ini berfungsi untuk melakukan gerakan-gerakan bagian-bagian tubuh yang lebih spesifik, seperti menulis, melipat, merangkai, mengancing baju, menali sepatu, dan menggunting. Berbagai kegiatan pembelajaran seperti melipat, mengelem, menggunting kertas melatih motorik halus pada anak. Demikian pula menggambar bebas dengan kuas besar, lalu kuas kecil, dan mewarnai mengembangkan otot-otot halus pada jari tangan. Hal itu akan sangat bermanfaat untuk melatih jari anak agar bisa memegang pensil dan belajar menulis kelak.

Gesell dan Ames (Slamet Suyanto, 2005: 51) berpendapat bahwa, perkembangan motorik pada anak mengikuti delapan pola umum sebagai berikut: 1. Continuity (bersifat kontinyu), dimulai dari yang sederhana ke yang lebih

(62)

48

2. Unifotm Sequence (memiliki tahapan yang sama), yaitu memiliki pola tahapan yang sama untuk semua anak, meskipun kecepatan tiap anak untuk mencapai tahapan tersebut berbeda.

3. Maturity (kematangan), yaitu dipengaruhi oleh perkembangan sel syaraf. Sel syaraf telah terbentuk semua saat anak lahir, tetapi proses mielinasinya masih terus berlangsung sampai beberapa tahun kemudian. Anak tidak dapat melakkukan seuatu gerak motorik tertentu yang terkoordinasi sebelum proses mielinasi tercapai.

4. Umum ke khusus, yaitu dimulai dari gerak yang bersifat umum ke gerak yang sifat khusus. Gerakan secara menyeluruh dari badan terlebih dahulu sebelum gerakan bagian-bagiannya. Hal ini disebabkan karena otot-otot besar (gross muscles)

berkembang lenih dulu ketimbang otot-otot halus (fine muscles).

5. Dimulai dari gerak reflex bawan ke arah gerak yang terkoordinasi. Anak lahir didunia telah memiliki reflex, seperti menangis bila lapar, haus, sakit atau merasa tidak nyaman. Reflex tersebut akan berubah menjadi gerak yang terkoordinasi dan bertujuan. Orang dewasa tidak lagi menangis hanya karna lapar, misalnya.

6. Bersifat chepalo-caudal direction, artinya bagian yang mendekati kepala berkembang leboh dahulu dari bagian yang mendekati ekor. Otot pada leher berkembang lebih dahulu dari pada otot kaki.

(63)

49

lengan berkembang lebih dahulu dari pada otot jari. Oleh karena itu anak TK menangkap bola dengan lengan bukan dengan jari.

8. Koordinasi bilateral menuju crosslateral, artinya bahwa koordinasi organ yang sama berkembang lebih dahulu sebelum bisa melakukan koordinasi organ bersilangan. Contoh pada saat anak TK melempar bola tenis, tangan kanan terayun disertai ayunan kaki kanan. Bagi orang dewasa, justru kaki kiri maju, diikuti ayunan tangan kanan.

Proses tumbuh kembang gerak anak disebut perkembangan motorik. Hurlock (Rosmala Dewi, 2005: 2) mengatakan perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot yang terkoordinasi. Masitoh (2005:8) mengemukakan bahwa perkembangan motorik anak meliputi gerakan anak lebih terkendali dan terorganisasi dalam pola-pola seperti, menegakkan tubuh dalam posisi berdiri, tangan dapat terjuntai secara santai dan

mampu melangkahkan kaki dengan menggerakkan tungkai dan kaki”. Sedangkan

(64)

50

Djauhar Sidiq, dkk (2006:19) menyatakan bahwa, ciri-ciri perkembangan fisik anak prasekolah antara lain:

1) Umumnya sangat aktif

2) Membutuhkan istirahat yang cukup setelah melakukan banyak kegiatan

3) Otot besar (gerakan motorik kasar) pada anak prasekolah lebih berkembang dari kontrol terhadap jari tangan (gerakan motorik halus) sehingga belum bisa melakukan kegiatan yang rumit

4) Mengalami kesulitan apabila harus memfokuskan pandangan pada objek yang kecil ukurannya

(65)

51

Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009 perkembangan fisik motorik anak usia 5-6 tahun sudah sedikit memiliki tingkat pencapaian perkembangan yang lebih banyak seperti, menggambar sesuai dengan gagasannya, meniru bentuk, melakukan eksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan fisik motorik anak usiadini sudah memiliki penguasaan kontrol terhadap tubuhnya. Otot-otot besar amak lebih berkembang dari kontrol jari dan tangan. Pada usia TK anak belum terampil melakukan kegiatan yang rumit dan mengalami kesulitan dalam memfokuskan pandangan obyek yang kecil.

b. Perkembangan Kognitif

(66)

52

(67)

53

(68)

54

Proses ini disebut asimilasi, yaitu anak mengetahui sesuatu karena sudah ada akses pengalaman yang didapat sebelumnya.

Skema merupakan unit dasar kehidupan kognitif sebagai perangkat pengisisan dan peningkatan pengetahuan hasil konstruksi pembelajaran. Kesiapan dan kematangan merupakan bagian dari perkembangan, yang mengacu kepada beberapa tahap perkembangan mental seseorang.

Piaget (Yudrik Jahja, 2011:185) mengemukakan bahwa, perkembangan kognitif pada masa awal anak tahadap perkembangan kognitif anak dibagi menjadi empat tahap:

1) Tahap sensorimotor (sensorimotor period)

Dimulai sejak lahir hingga kurang lebih usia 2 tahun. Bayi memperoleh pengetahuan tentang dunia dari tindakan-tindakan fisik yang mereka lakukan. Bayi mengkordinasikan penga

Gambar

Tabel 1. Kisi-Kisi Panduan Penelitian Media Macca dalam Mengembangakan Aspek-
Tabel 2. Indikator Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu upaya untuk memahamkan tentang kekuasaan Allah, maka di dalam proses pembelajaran, dalam metode apapun sebaiknya dimasukkan isi dari ayat-ayat Al-Qur’an yang

dengan menggunakan suku bunga stokastik model Vasicek; 2) Dalam simulasi data dengan menggunakan model Vasicek yang diperoleh bahwa terdapat pengaruh jika nilai

Dalam pengertian lain, UKS/UKGS adalah usaha untuk membina dan mengembangkan kebiasaan dan perilaku hidup sehat pada peserta didik usia sekolah yang dilakukan secara

Water kefir dengan konsentrasi sari mesokarp 0% memiliki total khamir paling tinggi karena kandungan gula dari HFS dan sari buah semangka kuning yang bisa lebih

Kebutuhan akan data yang berubah-ubah (up to date) baik perubahan yang bersifat berkala maupun tidak (update data tidak beraturan) mengharuskan mengikuti

Penelitian dilakukan di daerah pesisir Kecamatan Brebes yang terbagi atas dua bagian lokasi pengambilan sampel sedimen yaitu bagian barat dan timur pesisir pada dua muara yang

Bagian Perekonomian untuk tahun 2016 sebenamya sudah melakukan perencanaan anggaran dengan baik dan berupaya dapat merealisasikan program dan kegiatan sesuai dengan jadwal yang

Efektivitas suatu radiator berdampak besar terhadap sistem pendinginan mesin oleh karena itu penulis tertarik untuk menganalisis tingkat keberhasilan yang dicapai