• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 362012014 BAB III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 362012014 BAB III"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

25 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif eksplanatif. Penelitian deskriptif eksplanatif merupakan penelitian yang mengungkap fakta, keadaan, fenomena, variable dan keadaan yang terjadi saat penelitian berjalan dan menyuguhkan apa adanya; serta menjelaskan tentang mengapa suatu kejadian atau gejala terjadi. Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif guna menentukan cara mencari, mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data hasil penelitian tersebut. Penelitian kualitatif ini dapat digunakan untuk memahami interaksi sosial, misalnya dengan wawancara mendalam sehingga akan ditemukan pola-pola yang jelas (Moleong, 2005; 6). Peneliti berusaha mencari makna yang ada dibalik simbol-simbol yang digunakan dalam pertunjukan Tari Dolalak versi Mlaranan dengan menggunakan analisis semiotika Roland Barthes. Setelah pemaknaan tersebut dilakukan, akan mempermudah penulis untuk melihat sejauh mana pergeseran yang terjadi tentang makna pertunjukan Tari Dolalak versi Mlaranan.

3.2 Unit Amatan Dan Unit Analisa

Unit Amatan adalah sesuatu yang dijadikan sumber untuk memperoleh data dalam rangka menggambarkan atau menjelaskan tentang suatu analisis (Ihalauw, 2003: 178). Unit Amatan dari penelitian ini adalah penari Dolalak, busana, alat musik pengiring, syair lagu, gerakan Dolalak, tata urutan pementasan tari Dolalak, sesaji, trance dalam bentuk visualisasi bentuk sajian tarian Dolalak yang bersumber dari youtube, dan hasil wawancara dengan pamong budaya,pemilik sanggar dan masyarakat kota Purworejo mengenai tarian Dolalak.

Unit Analisa merupakan unit yang akan diteliti atau dianalisa (Masri dan Sofian, 2006: 155). Unit Analisa dalam penelitian ini adalah pergeseran pementasan tari Dolalak versi pakem hingga versi Mlaranan.

3.3 Lokasi Penelitian

(2)

26 Selatan bagian Timur Jawa Tengah, merupakan salah satu Karesidenan dari enam karesidenan yang berada di provinsi Jawa Tengah. Karesidenan kedu terdiri dari enam Daerah tingkat dua , yaitu : Daerah Tingkat II Kotamadya Magelang, Daerah Tingkat II Kabupaten Temanggung, Daerah Tingkat II Kabupaten Wonosobo, daerah Tingkat II Kabupaten Purworejo, dan Daerah Tingkat II Kabupaten Kebumen.

[image:2.612.94.521.182.603.2]

Kabupaten Purworejo dengan luas wilayah 1.034,80 km2 dengan batas wilayah: Sebelah Barat-Kabupaten Kebumen; Sebelah Utara- Kabupaten Magelang dan Kabupaten Wonosobo; Sebelah Timur- Kabupaten Kulonprogo (DIY); Sebelah Selatan: Samudra Hindia. Secara topografis Purworejo merupakan wilayah beriklim tropis basah dengan suhu antara 19C - 28C, sedangkan kelembaban udara antara 70% - 90% dengan curah hujan tertinggi pada bulan Desember 311 mm dan bulan Maret 289 mm. Kabupaten Purworejo memiliki 16 kecamatan, yaitu: Kecamatan Purworejo, Kecamatan Bayan, Kecamatan Banyuurip, Kecamatan Kaligesing, Kecamatan Kutoarjo, Kecamatan Grabag, Kecamatan Butuh, Kecamatan Kemiri, Kecamatan Pituruh, Kecamatan Bruno, Kecamatan Loano, Kecamatan Bener, Kecamatan Gebang, Kecamatan Purwodadi, Kecamatan Ngombol, dan Kecamatan Bagelen.

Gambar 5

Gambar Peta Purworejo 3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini proses pengumpulan data ditempuh dengan tiga cara, yaitu: a. Studi Pustaka Dan Dokumentasi

(3)

27 Dalam penelitian ini sumber atau data tertulis berupa jurnal tulisan Isbandi Sutrisno mengenai ”Perubahan Orientasi Pada Pesan Verbal Tembang dalam Seni Tradisional Angguk dan Dolalak”

b. Wawancara mendalam (indepth interview)

Wawancara merupakan proses untuk memperoleh data dengan melakukan tanya jawab dan tatap muka secara langsung dengan informan atau narasumber yang dianggap memahami dan menguasai permasalahan. Komunikasi akan berlangsung dalam bentuk tanya jawab dalam hubungan tatap muka sehingga gerak dan mimik responden merupakan pola media yang melengkapi kata-kata secara verbal. Karena itu wawancara tidak menangkap pemahaman dan ide, tetapi juga perasaan, pengalaman, emosi, motif yang dimiliki oleh responden bersangkutan (Gulo, 2002: 14).

c. Observasi

Pengamatan (observasi) adalah metode pengumpulan data dimana peneliti mencatat informasi sebagaimana yang disaksikan peneliti selama penelitian. Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran riil suatu peristiwa atau kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian ( Bungin: 2007 ). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode observasi nonpartisipasi (Gulo, 2002: 159). Observasi nonpartisipasi adalah proses pengamatan yang menjadikan pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan. Metode observasi dilakukan peneliti dengan mengamati dan melihat langsung proses latihan tari dan pementasan tari Dolalak.

3.5 Validitas Data

Untuk menguji validitas data, dalam hal penelitian menggunakan Trianggulasi data. Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data itu. Teknik ini dibedakan menjadi empat macam trianggulasi sebagai teknik pemeriksan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori (Moleong, 2000: 178).

(4)

28 orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu; 4. Membandingkan keadaan dan prespektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggimorang berada, orang pemerintah; 5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

Trianggulasi dengan teori beranggapan bahwa fakta tertentu tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya hanya dengan satu atau lebih teori. Jika analisis telah menguraikan pola, hubungan, dan penyertaan penjelasan yang muncul dari analisis, makan penting sekali untik mencari tema atau penjelasan pembandingan atau penyaing. Dalam hal ini jika peneliti gagal menemukan ”bukti” yang cukup kuat terhadap penjelasan alternatif dan justru membantu peneliti dalam menjelaskan derajat kepercayaan atau hipotesis asli, hal ini merupakan penjelasan ”utama” peneliti. Melaporkan hasil penelitiam disertai penjelasan jelas akan meningkatkan derajat kepercayaan data yang diperoleh (Moleong, 2002:178).

Teknik-teknik tersebut dimaksudkan untuk mengetahui makna dan fungsi apa saja yang ada dalam Pementasan Tari Dolalak Versi Mlaranan. Cara ini mengarahkan peneliti agar dalam mengumpulkan data wajib menggunakan beragam sumber yang tersedia, untuk cross check keabsahan data yang diperoleh. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa sumber baik itu tekstual maupun dalam bentuk wawancara dengan informan yang mengetahui dan menangani Tari Dolalak Versi Mlaranan, Bapak Wardoyo sebagai pakar Tari Dolalak. Dan penelitian ini menekankan mengenai adanya saweran yang pada awalnya tidak ada dalam pementasan Tari Dolalak dan sekarang ada pada Tari Dolalak Versi Mlaranan.

3.6 Informan

Kegiatan pencarian data dilakukan dengan metode wawancara (interview) dan informan kunci. Pemilihan informan atau responden, penulis menggunakan sampling purposive yaitu memilih informan yang memiliki karakteristik tertentu yang telah ditentukan sebelumnya dalam penelitian ini (Purnomo, 2014 : 23) Adapun karakteristik informan yang ditetapkan menjadi informan dalam penelitian ini adalah :

1. Bapak Irianto , Kepala Dinas Kebudayaan Purworejo (Informan untuk data historis)

(5)

29 3. Bapak Wardoyo selaku pamong Tari Dolalak Mlaranan, pemilik Sanggar, Mardi Laras di Seren - Gebang , kab. Purworejo, dan pelaku dari tari Dolalak Mlaranan.

4. Dua masyarakat Purworejo sebagai penonton Tari Dolalak

3.7 Teknis Analisis Data

Pendekatan semiotik Roland Barthes secara khusus tertuju kepada sejenis tuturan yang disebut dengan mitos. Menurut Barthes (Budiman, 2003: 63), bahasa membutuhkan kondisi tertentu untuk dapat menjadi mitos, yaitu yang secara semiotic dicirikan oleh hadirnya sebuah tataran signifikasi yang disebut sebagai sistem semiologis tingkat kedua. Roland Barthes meneruskan pemikitan tersebut dengan menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan cultural penggunaannya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya. Gagasan Barthes ini dikenal dengan “order of signification”, mencakup denotasi (makna sebenarnya sesuai kamus) dan konotasi (makna ganda yang lahir dari pengalaman kultural dan personal).

1. Signifier (penanda) 2. Signified (petanda)

3. Denotative sign (tanda denotative)

4. Connotative Signifier (penanda konotatif)

5. Connotative Signified (peta konotatif)

6. Connotative Sign (Tanda Konotatif) Tabel 2

Peta Tanda Roland Barthes (Penjelasan Hal. 16)

Sumber: Paul Cobley & Litza Janz, 1999. Introducing Semiotics, NY: Totem Books, hlm 51 (Sobur, 2004: 69)

(6)

30 kemudian memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru . Jadi, ketika suatu tanda yang memiliki makna konotasi kemudian berkembang menjadi makna denotasi, maka makna denotasi tersebut menjadi mitos.

a. Motivasi Komunikator

Semiologi komunikasi menurut tafsir tanda itu sendiri dalam hubungannya dengan maksud komunikator memposisikan diri sebagai apa, dalam memburu target yang ingin dicapai, dan bagaimana melakukan konstruksi agar pesan tersebut berhasil optimal (Purwasito, 2003: 37).

b. Konteks Fisik dan Sosial

Semiologi komunikasi menafsirkan tanda berdasarkan konteks sosial dan budaya, lingkungan konteks fisik, konteks waktu dan tempat dimana tanda itu diletakkan. Dasar argumentasi ini memperjelas uraian diatas, bahwa pesan dikonstruksikan oleh komunikator dengan mempertimbangkan norma dan sosial, mitos dan kepercayaan, serta dipertimbangkannya tempat dimana pesan itu akan disalurkan kepada publiknya (penerima). Pesan juga menunjuk pada ruang dan waktu, kapan dan dimana pesan itu diletakkan (Purwasito, 2003: 38).

c. Intertekstualitas

Semiologi komunikasi memperkuat tafsir dan argumentasinya dengan cara memperbandingkan dengan fungsi tanda pada teks-teks lain. Julia kristiva menyebut intertekstualitas, yaitu upaya untuk mendalamu tafsir dengan cara mencari sumber-sumber sejenis. Hal ini berhubungan dengan eksistensi tanda yang bersifat universal. Tanda digunakan oleh komunitas lain, dalm konteks dan referensi budaya yang berbeda (Purwasito, 2003 : 39).

d. Intersubjektivitas

Gambar

Gambar 5 Gambar Peta Purworejo

Referensi

Dokumen terkait

Pompa perpindahan positif dimana energi ditransmisikan dari mesin penggerak ke cairan dengan menggunakan elemen yang berputar di dalam rumah (casing).Pompa rotari

Dikemukakan oleh Soekartawi (2005), ada lima macam sifat inovasi yang mempengaruhi kecepatan adopsi suatu inovasi. 1) Keuntungan relatif ( Relative Advantage ) merupakan

Sedangkan menurut Berkowitz (2005), agresi ialah tindakan melukai yang disengaja oleh seseorang/institusi terhadap orang/institusi lain yang sejatinya disengaja.

Tujuan dari penelitian ini adalah membuktikan pengaruh pemberian ekstrak jintan hitam dengan dosis 500 mg/hari terhadap kadar hemoglobin tikus Sprague Dawley yang telah

Secara istilah para ulama memberikan difinisi sebagai berikut ; “Hadits Gharib adalah hadits yang diriwayatkan oleh satu orang rawi pada tingkatan maupun sanad.” Jadi walaupun

Sistem Informasi Laboratorium Klinik Keperawatan merupakan bagian dari sistem yang ada di institusi pendidikan keperawatan, dimana dalam pembuatan aplikasi sistem

Rerata populasi larva yang paling tinggi terdapat pada daun jeruk purut dengan lama pengeringan selama 15 jam yaitu 44,75 ekor, dimana hal ini tidak berbeda nyata

Fenomena kenaikan jumlah penumpang pesawat pada periode mendatang dapat dianalisis mengguna-kan disiplin ilmu statistika, yaitu dengan analisis deret waktu yaitu dengan