• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DIKOTA PEMATANGSIANTAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DIKOTA PEMATANGSIANTAR."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU

(RTH) DI KOTA PEMATANGSIANTAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

NILVA ELYSA SIREGAR

308331050

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

(2)
(3)

vi ABSTRAK

Nilva Elysa Siregar. 308331050. Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Di Kota Pematangsiantar. Skripsi. Jurusan Pendidikan Geografi. Fakultas Ilmu Sosial, 2013.

Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui kondisi eksisting ruang terbuka hijau di Kota Pematangsiantar dalam Citra Satelit Kota Pematangsiantar, dan (2) untuk mengetahui luas ruang terbuka hijau yang dibutuhkan berdasarkan luas wilayah dan jumlah penduduk serta kebutuhan oksigen di Kota Pematangsiantar pada tahun 2018.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wilayah administrasi Kota Pematangsiantar yang memiliki 8 kecamatan dan 53 kelurahan dengan luas keseluruhan wilayah 79,971 Km2. Populasi ini sekaligus dijadikan sampel penelitian. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik studi dokumenter dan teknik observasi dokumentasi. Teknik analisi data yang dilakaukan dalam penelitian ini adalah (1) analisis penutupan lahan, (2) analisis kebutuhan ruang terbuka hijau, yang meliputi : analisis kebutuhan RTH berdasarkan luas wilayah, analisis kebutuhan RTH berdasarkan jumlah penduduk, dan analisis kebutuhan RTH berdasarkan pemenuhan kebutuhan oksigen penduduk.

(4)

DAFTAR ISI

Hal

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

ABSTRAK ... vi

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

A. Kerangka Teori ... 7

B. Penelitian Relevan ... 16

C. Kerangka Berpikir ... 19

BAB III METODE PENELITIAN ... 21

A. Lokasi Penelitian ... 21

B. Populasi dan Sampel ... 21

C. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional... 21

(5)

viii

E. Teknik Analisis Data ... 23

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN ... 27

A. Keadaan Fisik ... 29

B. Keadaan Non Fisik ... 30

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38

A. Hasil Penelitian... 38

B. Pembahasan Hasil Penelitian... 81

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 89

A. Simpulan ... 89

B. Saran... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 91

(6)

DAFTAR GAMBAR

No. Uraian Hal

1. Skema Kerangka Berpikir ... 20 2. Peta Jaringan Jalan Kota Pematangsiantar... 29 3. Komposisi Penutupan Lahan Kota Pematangsiantar Berdasarkan ...

Penafsiran Citra Ikonos Tahun 2010 ... 38 4. Peta Citra Ikonos Kota Pematangsiantar... 41 5. Peta Penggunaan Lahan Kota Pematangsiantar ... 42 6. Titik Pengamatan 11, Lahan Kosong Menjadi Lahan Terbangun...

Di Kecamatan Siantar Sitalasari... 43 7. Titik Pengamatan 12, Lahan Kosong Menjadi Lahan Terbangun...

Di Kecamatan Siantar Martoba ... 45 8. Titik Pengamatan 17, Pemakaman Umum Muslim Di Kecamatan...

Siantar Selatan ... 46 9. Peta Citra Ikonos Kecamatan Siantar Selatan Kota...

Pematangsiantar... 47 10. Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Siantar Selatan...

Kota Pematangsiantar ... 48 11. Titik Pengamatan 13, Taman Bunga Kota Pematangsiantar...

Di Kecamatan Siantar Barat ... 49 12. Titik Pengamatan 16, Pemakaman Umum Suku Tionghoa (Cina) ...

Di Kecamatan Siantar barat... 50 13. Titik Pengamatan 18, Taman Hewan Pematangsiantar Di ...

Kecamatan Siantar Barat ... 51 14. Peta Citra Ikonos Kecamtan Siantar Barat Kota Pematangsiantar.... 52 15. Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Siantar Barat Kota ...

Pematangsiantar... 53 16. Titik Pengamatan 19, Makam Pahlawan Nagur Kota Pematangsiantar

(7)

xi

Pematangsiantar... 56 19. Titik Pengamatan 20, Perkebunan Sawit Di Kecamatan ...

Siantar Utara ... 57 20. Peta Citra Ikonos Kecamatan Siantar Utara Kota Pematangsiantar .. 58 21. Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Siantar Utara Kota ...

Pematangsiantar... 59 22. Titik Pengamatan 14, Kawasan Rindam Di Kecamatan Siantar ...

Sitalasari ... 60 23. Titik Pengamatan 15, Taman Wisata Rindam Di Kecamatan ...

Siantar Sitalasari ... 61 24. Peta Citra Ikonos Kecamatan Siantar Sitalasari Kota...

Pematangsiantar... 62 25. Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Siantar Sitalasari Kota ...

Pematangsiantar... 63 26. Titik Pengamatan 1, Lahan Bervegetasi Semak/Sawah Di...

Kecamatan Siantar Marihat... 64 27. Titik Pengamatan 2, Lahan Bervegetasi Semak/Ladang Di ...

Kecamatan Siantar Marihat... 65 28. Peta Citra Ikonos Kecamatan Siantar Marihat Kota...

Pematangsiantar... 66 29. Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Siantar Marihat Kota ...

Pematangsiantar... 67 30. Titik Pengamatan 4, Lahan Bervegetasi Semak/Sawah Di...

Kecamatan Siantar Marimbun... 68 31. Titik Pengamatan 5, Lahan Kosong Menjadi Kolam Di ...

Kecamatan Siantar Marimbun... 69 32. Peta Citra Ikonos Kecamatan Siantar Marimbun Kota...

Pematangsiantar... 70 33. Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Siantar Marimbun Kota ...

Pematangsiantar... 71 34. Titik Pengamatan 8, Lahan Bervegetasi Semak Di Kecamatan...

(8)

35. Peta Citra Ikonos Kecamatan Siantar Martoba Kota... Pematangsiantar... 73 36. Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Siantar Martoba Kota...

(9)

ix

DAFTAR TABEL

No. Uraian Hal

1. Tipe dan Jenis RTH Kawasan Perkotaan... 12 2. Penyediaan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk ... 14 3. Jenis dan Sumber Data Penelitian ... 23 4. Luas Kota Pematangsiantar Berdasarkan Kecamatan ...

Tahun 2012 ... 30 5. Jumlah Penduduk Kota Pematangsiantar Menurut Jenis Kelamin....

Tahun 2012 ... 33 6. Jumlah Penduduk Kota Pematangsiantar Menurut Umur ...

Tahun 2012... 34 7. Jumlah Penduduk Kota Pematangsiantar Menurut Agama ...

Tahun 2012 ... 35 8. Jumlah Sarana Pendidikan di Kota Pematangsiantar Tahun 2012 ... 36 9. Jumlah Sarana Kesehatan di Kota Pematangsiantar Tahun 2012 .... 36 10. Jenis Angkutan Umum di Kota Pematangsiantar Tahun 2012 ... 37 11. Klasifikasi dan Luas Penutupan Lahan Kota Pematangsiantar ... 39 12. Hasil Pengamatan Berupa 20 Titik Pengamatan ... 44 13. Kebutuhan RTH Kota Pematangsiantar Berdasarkan UUTR No. 26

Tahun 2007 ... 75 14. Kebutuhan RTH Kota Pematangsiantar Berdasarkan Jumlah...

Penduduk Tahun 2018 ... 76 15. Selisih Kebutuhan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk

Tahun 2018 ... 77 16. Perhitungan Prediksi Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut

Jenisnya Tahun 2018 ... 79 17. Kebutuhan RTH Berdasarkan Pemenuhan Kebutuhan Oksigen ...

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Uraian Hal

1. Lokasi Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Pematangsiantar ...

Tahun 2009 ... 93

2. Perhitungan Prediksi Penduduk Pada Tahun 2012 dan 2018 ... 94

3. Foto-foto Titik Pengamatan ... 97

(11)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin

meningkat pula kebutuhan akan lahan-lahan untuk menyediakan permukiman, sarana

penunjang ekonomi seperti industri, jalan, pusat-pusat pertokoan dan kebutuhan

lainnya. Peningkatan kebutuhan ekonomi telah memicu adanya penurunan kuantitas

tutupan vegetasi dalam suatu kota. Lahan-lahan bervegetasi tersebut seperti taman

kota, pekarangan, jalur hijau sebagai peneduh jalan, peredam kebisingan, penyerap

karbondioksida, dan penghasil oksigen telah banyak dialihfungsikan menjadi sarana

penunjang ekonomi. Pembangunan dan perkembangan kota semacam ini akan

mengakibatkan keberadaan ruang terbuka hijau sebagai salah satu komponen

ekosistem kota menjadi kurang diperhatikan.

Keadaan ini menjadi sangat memperihatinkan, mengingat di satu pihak

kebutuhan akan oksigen semakin meningkat tetapi di lain pihak penyedia oksigen

semakin berkurang. Perbedaan akan kebutuhan oksigen tersebut menyebabkan

hubungan yang kurang harmonis antara manusia dengan lingkungan yang berakibat

pada lingkungan perkotaan yang hanya maju secara ekonomi namun mundur secara

ekologi yang akan berpengaruh terhadap penurunan kualitas lingkungan hidup. Hal

ini yang dicirikan oleh meningkatnya suhu udara, menurunnya kelembaban udara,

meningkatnya kadar CO2, meningkatnya pencemaran lingkungan, terjadinya hujan

(12)

2

yang berupa tingginya tingkat kebisingan. Ruang terbuka hijau kota diharapkan dapat

menanggulangi masalah lingkungan di perkotaan.

Berdasarkan Undang-Undang Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007, ruang

terbuka hijau minimal menempati 30% luas wilayah perkotaan. Selanjutnya

dipertegas dalam Peratuan Menteri Pekerjaan Umum No.05/PRT/M/2008 tentang

pedoman penyediaan dan pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan, bahwa proporsi

tersebut merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota,

maupun sistem ekologis lain yang dapat meningkatkan ketersediaan udara bersih

yang diperlukan masyarakat kota.

Setiap hari manusia membutuhkan oksigen. Tanpanya manusia akan mengalami

gangguan kesehatan yang serius. Kedudukan ruang terbuka hijau disebut sebagai

paru-paru kota karena merupakan produsen oksigen yang belum tergantikan

fungsinya. Fungsi ini merupakan salah satu aspek berlangsungnya fungsi daur ulang

antara gas karbondioksida (CO2) dan oksigen (O2), hasil fotosintesis khususnya pada

dedaunan. Mangunsong dan Sihite dalam Rijal, 2008 mengemukakan bahwa 1 ha

ruang terbuka hijau mampu menyerap CO2 yang dikeluarkan oleh 2000 orang

manusia atau 5 m2 per penduduk. Mengingat jumlah penduduk yang semakin

meningkat, tidak dipungkiri lagi bahwa keberadaan ruang terbuka hijau sangat

diperlukan untuk menjamin pasokan oksigen bagi penduduk.

Informasi yang akurat, cepat dan efisien tentang lokasi, sebaran dan luas

ruang terbuka hijau akan sangat membantu dalam perencanaan pembangunan ruang

terbuka hijau. Dengan itu perlu diketahui berapa luasan ruang terbuka hijau yang

(13)

3

Keberadaan ruang terbuka hijau sangat diperlukan bagi wilayah perkotaan

seperti Pematangsiantar. Kota Pematangsiantar memiliki luas wilayah 79,791 km2

dengan jumlah penduduk mencapai 236.893 jiwa dengan kepadatan penduduk yang

mencapai 2.962 jiwa/km2 (BPS. 2012). Pertumbuhan penduduk di Kota

Pematangsiantar yang berbeda setiap tahunnya sangat mempengaruhi kebutuhan

akan ruang terbuka hijau. Persentase pertumbuhan penduduk pada tahun 2011 yaitu

mencapai 0,8% (BPS. 2012) akan semakin meningkat seiring bertambahnya jumlah

penduduk di waktu mendatang. Maka kebutuhan akan ruang terbuka hijau penduduk

Kota Pematangsiantar pun akan semakin bertambah. Lokasi yang ditunjuk

pemerintah Kota Pematangsiantar sejak tahun 2009 sampai dengan sekarang sebagai

ruang terbuka hijau seluas 25,5 Ha dengan ditetapkan sebanyak 16 (enam belas)

lokasi yang berada di 8 Kecamatan (Badan Lingkungan Hidup Kota

Pematangsiantar, 2009).

Selain menambah nilai estetika dan keasrian kota, ruang terbuka hijau juga

menciptakan iklim mikro yang lebih sejuk, menjaga keseimbangan oksigen (O2) dan

karbondioksida (CO2), mengurangi polusi, serta mampu mempertahankan

ketersediaan air tanah. Menurunnya kualitas dan kuantitas ruang terbuka hijau

(RTH), akan mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan seperti udara dan air

bersih. Penurunan kualitas lingkungan yang disebabkan oleh banyaknya jumlah

karbondioksida CO2 yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor. Jumlah kendaraan

bermotor di Kota Pematangsiantar pada tahun 2011 sebanyak 124.832 unit (BPS.

2012).

Keberhasilan pemerintah dalam usahanya untuk mewujudkan ruang yang

(14)

4

masyarakat. Partisipasi merupakan kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan

masyarakat dalam mengkonsepsikan sesuatu yang disebut baik oleh mereka (Fear,

1990 dalam Pancawati, 2010). Pemerintah kota harus dapat mengelola ketersediaan

RTH dalam wilayahnya sesuai dengan keinginan masyarakat, juga ketersediaan

lahan dan peruntukan tata ruang kota. Wujud dan manfaat RTH yang sesuai dengan

harapan dan keinginan warga kota, akan memberikan rasa nyaman, sejahtera, juga

rasa bangga dan rasa memiliki akan RTH tersebut. Keterlibatan masyarakat akan

secara langsung maupun tidak langsung dapat menciptakan kesadaran dan

tanggungjawab masyarakat untuk menjaga dan memelihara kawasan RTH di

lingkungan mereka.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka

yang menjadi indentifikasi masalah dalam penelitian ini adalah (1) pertumbuhan

penduduk yang terus bertambah, ruang terbuka hijau yang terus berkurang, (2)

penggunaan lahan ruang terbuka hijau, (3) ketersediaan O2dari ruang terbuka hijau,

(4) pemeliharaan ruang terbuka hijau.

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan yang dikemukakan dalam identifikasi masalah,

maka yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini hanya mengungkapkan

kecukupan ruang terbuka hijau yang dilihat dari kondisi ekisting, serta kebutuhan

luasan ruang terbuka hijau pada masa yang akan datang di Kota Pematangsiantar

(15)

5

D. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini yang menjadi rumusan masalah adalah:

1. Bagaimana kondisi eksisting Ruang Terbuka Hijau di Kota Pematangsiantar

dalam Citra Satelit Kota Pematangsiantar?

2. Berapa luasan Ruang Terbuka Hijau yang dibutuhkan berdasarkan luas

wilayah dan jumlah penduduk serta kebutuhan oksigen di Kota

Pematangsiantar pada tahun 2018?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kondisi eksisting Ruang Terbuka Hijau di Kota

Pematangsiantar dalam Citra Satelit Kota Pematangsiantar.

2. Untuk mengetahui luas Ruang Terbuka Hijau yang dibutuhkan berdasarkan

luas wilayah dan jumlah penduduk serta kebutuhan oksigen di Kota

Pematangsiantar pada tahun 2018.

F. Manfaat penelitian

Setelah selesai mengadakan penelitian ini maka diharapkan dapat

memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Sebagai sumbangan teoritis bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam

pengkajian geografi

2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah atau instansi terkait dalam

mengambil keputusan dan kebijakan mengenai ruang terbuka hijau di Kota

(16)

6

3. Untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan berpikir melalui

penulisan karya ilmiah serta melatih menerapkan teori yang diperoleh selama

mengikuti perkuliahan pada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

4. Sebagai bahan informasi bagi penulis lain yang membahas tentang ruang

(17)

89 BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai

berikut:

1. Berdasarkan analisis penutupan lahan, luas ruang terbuka hijau eksisting di Kota

Pematangsiantar adalah seluas 4.882,56 Ha atau sekitar 60% dari luas

keseluruhan wilayah Kota Pematangsiantar. Bila dibandingkan dengan jumlah

luas ruang terbuka hijau eksisting dengan kebutuhan ruang terbuka hijau

berdasarkan luas wilayah yaitu 2.399,2 Ha, jumlah penduduk seluas 119,3 Ha,

dan kebutuhan pemenuhan oksigen penduduk seluas 665,321 Ha maka secara

umum luas kebutuhan ruang terbuka hijau Kota Pematangsiantar masih

terpenuhi. Namun bila dibandingkan dengan luas ruang terbuka hijau yang

dilokasikan sejak tahun 2009 oleh pemerintah Kota Pematangsiantar yang

memiliki luas keseluruhan ruang terbuka hijau seluas 25,5 Ha, jumlah ini masih

sangat jauh dari luas kecukupan kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan

ketiga pendekatan tersebut.

2. Kebutuhan ruang terbuka hijau Kota Pematangsiantar pada tahun 2018

berdasarkan luas wilayah seluas 2.399,2 Ha, berdasarkan jumlah penduduk

seluas 125,2 Ha, dan berdasarkan pemenuhan kebutuhan oksigen penduduk

seluas 693,041 Ha. Kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan luas wilayah bila

dibandingkan dengan kondisi eksisting ruang terbuka hijau Kota

(18)

90

Kecamatan Siantar Selatan dengan kekurangan luas ruang terbuka hijau -38,39

Ha, Kecamatan Siantar Barat -65,31 Ha, Kecamatan Siantar Utara -34,49 Ha,

dan Kecamatan Siantar Timur -62,13 Ha. Untuk memenuhi kekurangan ruang

terbuka hijau pada keempat kecamatan di Kota Pematangsiantar dilakukan

dengan cara intensifiksi.

B. Saran

1. Pembangunan Kota Pematangsiantar di masa yang akan datang harus tetap

mengacu kepada tata ruang wilayah kota yang telah ada. Direncanakan secara

baik dan tepat karena tanpa ada perencanaan yang baik maka pemanfaatan

ruang/lahan tidak dapat dilakukan secara optimal maka akan mengakibatkan

kerusakan lingkungan yang tinggi sehingga memerlukan biaya yang sangat besar

untuk memperbaikinya dan tidak jarang harus mengorbankan kepentingan

tertentu.

2. Lokasi ruang terbuka hijau yang ditunjuk pemerintah Kota Pematangsiantar

sejak tahun 2009 sampai dengan sekarang perlu dikaji kembali karena luas ruang

terbuka hijau tersebut tidak tercukupi dengan kebutuhan ruang terbuka hijau

yang seharusnya ada di Kota Pematangsiantar sesuai dengan syarat yang

ditetapkan yaitu luasan ruang terbuka hijau minimum 30% dari luas total

(19)

91

DAFTAR PUSTAKA

Ariyadi. 2009. Ruang Terbuka Hijau, (Online), (http://semuatentangkota.blogspot.com/search/label/Ruang%20Terbuka%20 Hijau diakses Jum’at 30 Maret 2012).

Badan Lingkungan Hidup Kota Pematangsiantar. 2009. Lokasi Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota Pematangsiantar Tahun 2009. Pematangsiantar: BLH Kota Pematangsiantar

Badan Pusat Statistik Kota Pematangsiantar. 2009. Kota Pematangsiantar dalam Angka Tahun 2009. Pematangsiantar: BPS Kota Pematangsiatar

Badan Pusat Statistik Kota Pematangsiantar. 2012. Kota Pematangsiantar dalam Angka Tahun 2012. Pematangsiantar: BPS Kota Pematangsiatar

Baharuddin, Alfini. 2011. Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Pada Kawasan Pusat Kota Jayapura. Jurnal Bumi Lestari. Jayapura: Universitas Sains dan Tegnologi Jayapura. 11 (2):297-305

Departemen Pekerjaan Umum. 2008. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.Direktorat Jenderal Penataaan Ruang. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum

Departeman Pekerjaan Umum. 2007. Undang-Undang Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Direktorat Jenderal Pentaan Ruang. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum

Djamal Irwan, Z. 2008. Tantangan Lingkungan Dan Lansekap Hutan Kota. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Fandeli, Chafid (dkk). 2004. Perhutanan Kota. Jogyakarta: Fakultas Kehutanan

UGM

Gratimah, RD, Guti. 2009. Analisis Kebutuhan Hutan Kota Sebagai Penyerap Gas CO2 Antropogenik Di Pusat Kota Medan. Tesis. Medan: Fakultas

Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Hakim, Rustam. 2000. Ruang Terbuka Hijau, (Online), (http://rustam2000.wordpress.com/ruang.terbuka.hijau/ diakses Selasa 17 April 2012).

(20)

92

Nurhayani, Hanifah. 2012. Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Kebutuhan Oksigen (Studi Kasus Kota Semarang). Skripsi. Bogor: Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Pancawati, Juwarin. 2010. Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau di Kota Tangerang. Tesis. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Rijal, Syamsu. 2008a. Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau di Kota Makassar Tahun 2017. Jurnal Hutan dan Masyarakat. Makassar: Fakultas Kehutanan. Universitas Hasanuddin. III (1):001-110

Rijal, Syamsu. 2008b. Perencanaan Hutan Kota Dengan Sistem Informasi Geografis Di Kota Watampone. Jurnal Hutan dan Masyarakat. Makassar: Fakultas Kehutanan. Universitas Hasanuddin. III (2):111-234

Referensi

Dokumen terkait

Ruang Terbuka Hijau Kota Medan, 3) Ketersediaan lahan hutan mangrove dalam. Peta Tutupan Lahan

Kota Surakarta memiliki prospek dan potensi yang cukup besar dalam pengembangan eksisting Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik di dukung dengan komitmen yang kuat

1) Berdasarkan hasil digitasi citra quickbird tahun 2012 yang telah digabungkan dengan peta RTRW Kota Pekalongan, maka diketahui luasan ruang terbuka hijau eksisting

Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketersediaan Ruang terbuka hijau tahun 2018 di Kecamatan Polewali Kabupaten Polewali Mandar serta menghitung kebutuhan

Dari hasil analisis ketersediaan ruang terbuka hijau publik berdasarkan bentuk RTH perkotaan Permen PU No 05 Tahun 2008 serta dengan melihat kondisi eksisting di

Analisis dilakukan untuk mengetahui kesesuaian kondisi sebenarnya RTH Kota Banda Aceh berdasarkan kondisi dan luasan ruang terbuka hijau yang telah diperoleh dari

Bos Ariadi Muis, 2010 Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Penyediaan Oksigen dan Air di Kota Depok Provinsi Jawa Barat Gerarkis Kebutuhan RTH berdasarkan kebutuhan