GAMBARAN
XEPADATA}I
VEKTOR
DEilAiI
BERDARAH I}ENGUE
{ LARVA AEDES
$pp } Dl
PERUTNAS
SFEBA
PAOANG
SKR'/?SI
DiaTUk*
da#r
a4144 aathto4armt
caclri
ef*
74e&hn
KAe*ta*'
?*tmaaaa
/Ualad
Oleh:
RISMAI!TI
BP
: 94
120 044
TAKULTAS KEDOKTENAN
UNIVERSITAS AhTDALAS
PADANG
Diqtukdn
sbggt-afi's&hsfir rycrnf
ulrtuk
rneisttprlh
uji6n ckhirt
Scrjeno Kedoktgroa {S-Kcd)
ryq
Faku
KEdokteran
Uniwrsitas
AndolEs
PodcngIlisetujui
oleh
:. t:
Pembimbing
I
:. : -.-:-'rt
./'
-,
Vrr^I _:4
't*,^g*u- !
xarrra
r
Dn
Nuzs$at
M$
FIf"
.,
t'
i3*9122fr3
;,
,Bagian
:
Parasitologi
Pembimbing II
,4
@
Qu'ut-*--Name
:
Dra. Eliza,l/t$
NIP :
131 473259
,,. .:, .
,'
.$krip$i,ini,tdah
dtpgrt*eql
di &?sn'
Paaitia P€r{griiitlji*r
Suriana'Ked,,... ., : a. '
r
'X$$rwr
t$ry
Adata$,
FF&
hlri
fq+{1
tansgsl
tE'B*lsn
Febmsritahun
lgr9.
eqgo{a
An#ota
KATA PENGANTAR
Puji
dansyulnr
penulis panjatkan kehadiratAllah
Yang Maha Kuasa, yangtelatr
memberikanRahmat
dan
Hidayah
-
Nya,
sehingga
skripsi yang
dibuatberdasarkan hasil penelitian dengan
judul
:"
GambaranKepadatan
VeHor DemnmBerdarah
Dengue
(Lama
Aedes spp
)
di
Perumnas
Siteba Padang
o
dapatdiselesaikan. Pembuatan
skripsi
ini
didasarkan
pada mata
kuliah
Parasitologi Kedokteran.Skripsi
ini
merupakan salah satu syarat untuk menempuhujian akhir
Sarjana Kedokteran (S. Ked) pada Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang.Dalam
pelaksanaanpenelitian dan
pembuatanskripsi
ini,
banyak
kendalayang dihadapi penulis. Namun berkat
pertolonganAllah
SWT
dan
bantuan dari berbagai pihakbaik
secaramoril
maupun materil, kendala tersebut dapat diatasi danskripsi
ini
dapat diselesaikan dengan segala kesederhanaannya.Ucapan
terima
kasih dan
penghargaanyang
sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada yang dihormati :l.
Ibu Dra. Nuzulia Irawati,MS
dan IbuDra. Eliza,MS
selaku PembimbingI
danII
.
yang
telah, meluangkanwaktu
dan tenaga dalam memberikanbimbingan
dansumbangan pemikiran dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi
ini.
2.
Kepala Bagian dan Staf
pegarvai
bagian
Parasitologi Fakultas
KedokteranUniversitas Andalas Padang.
3.
Pimpinan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang beserta staf pengajardan karyawan/ti.
4.
Kedua
orangtua, kakak
-
kakak
sertaadik-adik tercinta
atas segala bantuan,.perhatian
dan
do'a tulus yang mengiringi langkah penulis untuk meraih cita-cita.5.
Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang serta.
semuapihak
yangtelah
ikut
membantu pelaksanaanpenelitian
dan pembuatan.-:
slcnpsr mr.
Semoga
Allah
SWT membalasnya dengan imbalan pahalaAmin
ya Rabbal'Alamin.
Penulis menyadari sep€nuhnya bahwa skripsi
ini
masihjauh
dari
sempuma.Penulis mengharapkan
kritilon
dan saran yang membangundari
semuapihak
gunaperbaikan dan
penyempurnaannya.Akhirnya
kepadaAllah
dikembalikan
semua unrslrn. Semoga skripsiini
dapatmemberikan manfaat bagikita
semu:LWabillahi
Tau{iqWal
HidayahWassallamu' alaikum Wr. Wb.
Padang
Februari 1999ABSTRAK
Penyakit Demam
Berdarah
Dengue
(DBD)
masih
merupakan
masalah kesehatan masyarakatdi
Indonesia. Penyakitini
disebabkan olehvirus
Dengue yang disebarkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegyptisebagai vektor utamanya. Penyakitini
menyebar luasseiring
dengan peningkatanmobilitas dan
kepadatan penduduk serta arus transportasi.Telah dilakukan penelitian guna
memperoleh gambarankepadatan
vektorDBD
di
Perumnas Siteba Padang,yang
merupakan salah satu daerah endemisdi
Kotamadya Padang, dengan
disain penelitian survei
deskriptif
(Cross
Sectional).Jumlah sampel sebanyak
100 rumah yang diambil
secaraMultistage
RandomSampling
Hasil
penelitian menunjukan bahwa33 %
rumah dan 20,71 Yo wadahpositif
denganjentik
nyamuk Aedes. Hampir
100%
jenis vektor DBD
yang ditemukan adalah Aedesaegtpti
dengantempat perindukan
lebih
banyak
beradadi
dalamrumah(88,6%).
Kesimpulari dari hasil penelitian bahwa kepadatan
vektor
DBD
di
PerumnasSiteba Padang
cukup
tinggi
yaitu
: I
diantara
3
rumah
positif
denganjentik
Aedds aegtpti.
ABSTRACT
Dengue Hemorrhagic Fever
(
DItr
)
is still
animportant
community health' problem
in
Indonesia.This. disease
is
causedby
the DengueVirus which is
spreadthrough
Aefus
aegtpti
asthe main
vector.This
disease spread together alongwith
the increasing of peoplesmobility,
the population density and the transportation.The research has been done
in
orderto
getthe
descriptionof the
densityof
DFIF vector
in
PerumnasSiteba
Padangby
using Descriptive
Survey
(
CrossSectional
)
research methode."In this
case,one
hundred housesare used as
the sample, while the technique of taking the sampleis
Multistage Random Sampling.The result described that33oA houses and
20,7lYo
containers, were infestedwith
Aedes larvae and almost 100% DFIF vector's species arc Aedesaegtpti,
and the breeding place more exist inside the house (83,6%).In
this
respect,it
can
be
concluded
that the
density
of
DFIF vector
inPerumnas Siteba Padang is rather high.
It
can be seenfrom
one
of three houses were infestedwith
Aedesaegtpti
larvas.DAFTAR
ISI
KATAPENGANTAR
ABSTRAK
ABSTRACT
DAFTAR ISI
DAFTAR
GAMBAR
DAFTAR
TABEL
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. LatarBelakang
1.2.
RumusanMasalah 1.3. Batasan Masalah1.4. Tujuan Penelitian
1.5. Manfaat Penelitian
BAB
II
TINJAUANPUSTAKA
"
2.1.
Klasifikasi
....:...2.2.
Morfologi
dan SiklusHid$...
'
2.2.1.
Morfolog...
'
2.2.2.
Siklus Hidup...2.3.
PerilakuNyamuk....
...2.4.
PerananAedes
spp
dalam
Dunia
Kedokteran
dan
Cara Penularan...-...:..2.4.1. Peranap Aedes spp dalam Dunia Kedokteran
2.4.2. Cara
Penulann
....--...2.5.
AspekKlinis
DBD...2.6.
Epidemiologi ...2.7.
Indikator Kepadatan Vektor...2.8.
Pencegahan dan Pemberantasan....BAB
III.
METODAPENELITIAN
3.1.
Lokasi dan Waktu Penelitan..3.2.
Desain
Penelitian.3.3.
Populasi dan Sampel3.4.
Cara Pengumpulan Data -...3.5.
Penyajian dan AnalisaData...BAB
IV.
HASIL PENELITIAN
4.
l.
Analisa Situasi....4.2.
AnalsiaDeskriptif
...BAB
V.
PEMBAHASAN
BAB VI.
KESIMPULAN
DAN
SARAN
6.1.
Kesimpulan6.2.
SaranDAFTAR KEPUSTAKAAN
a
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel
1.
Distribusi Kepadatan
veklor
DBD
di
perumnasSitebakdang
pada survei bulan November 1998 ...Tabel
2.
Distribusi
Container Index berdasarkan letak Containerdi
luar/ di
dalam nmrahTabel3.
Distribusi
tempat
perindukanvektor
DBD
di
penmrnas SitebaPadang pada survei bulan November 1998...
Tabel4.
Jenis
veltor DBD
di
perumnas
Siteba
padang
berdasarkanTempat perindukannya
D
2t
[image:11.487.9.449.87.726.2]BAB
I
PENDAHT]LUAN
1.1.
Latar
Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue
(DBD)
pertamakali
ditemukan di Jakarta dan Surabayatahun 1968. Sejakitu
penyakitini
menjadi salah satu penyakit endemisdi
Indonesia.
Meskipun upaya
penanggulanganyang dilakukan
telah
berhasil menurunkan angka kernatian dari 41 o/o padatahun
1968 menjadi 2.5 o/o pada tahun 1996, namun kecenderungan peningkataninsiden
dan penyebarluasanpenyakit ini
belum berhasil dikendalikan (Depkes
zu
1997).Pada
awalnl"a.penyakit
DBD
hanya ditemukan
di
daerah perkotaan yangpadat penduduknya"
tapi
sekarang sudah meluas sampaike
daerah sub urban dan pedesaan.Hal
ini
disebabkan karenavirus
penyebabnyadan
vektor
penularnya tersebar luasdi
seluruh pelosgk tanahair
(kecuali
daerah dengan ketinggian lebihdari
1000m
diatas permukaanlaut )
dan ada terus menerus sepanjang tahun dengan kepadatan populasi yang meningkat padamusim hujan.
Selainitu
juga
bersamaan dengan semakin meningkatnyamobilitas
penduduk dan arus fransportasi (AchmadH,1997
dan DepkesRI,
1997).'
Penyakit
DBD
disebabkan oleh virus Dengue yang disebarkan melalui grgltannyamuk Aedes
aegtpti
sebagivektor
utamanya, yang mempunyaitempat
istirahat dan aktivitasdi
dalam rumah(in
door), disampingAedes
albopictussebagai vek:torpotensial
dengantempat istirahat
danaktivitas
di
luar
rumah
(out door).
Secaradengan tanah seperti ban bekas, kaleng bekas yang
berisi
air
hujan, tempat minumP*ttt,
vas bunga dan aki bekas (Sugito 1989).Dari
berbagai tempal perindukan
ini,
bak
mandi
merupakan
tempat p€nampunganair
(TPA)
yang pahng banyak mengandung larva karena volumenya lebih besar dibanding tempat lain (SurosoT
1991).'
Selamakurun
waktu
1968 sampai 1993di
Indonesia setiaptahun
tata-tata18.000 orang
dirawat
di
rumahsakit
dan 7A0-
750 orang meninggal dunia karena terserang penyakitini
@epkesRI
1997).Kotamadya Padang dengan
jumlah
penduduk padatahun
1997
sebanyak7l0.5ll
jiwa
merupakan daerah dengan angka kesakitan terhadapDBD
tertinggidibanding daerah lairurya
di
Sumbar, menurut data dariKanwil
Depkes Sumbar padatahun
1996 dilaporkan sebanyak 103 orang penderitaDBD,
sedangkantahm
1997menjadi
107 orang.
Sementaraangka
kematian terhadapDBD
di
Padang masihcukup
tinggi yaitu 4,8
o/o padatahun
1996 dan 5,9%
padatahun
1997. Padz tahun 1998ini
sampai bulan Oktober dilaporkan kasus penderitaDBD
sebanyak202 orang dengan 15 orangmeninggal dunia.Kelurahan Surau Gadang termasuk salah satu kelurahan endemis
DBD di
Kotamadya
Padang,yang
berada dalam
wilal'ah kerja
PuskesmasNaggalo.
Di
keluiahan
ini
terdapat beberapa kawasan perumahan, salah satunya adalah perumnas Siteba.Di
perumnasini
setiap tahunnya pernah drlaporkan adanya kasusDBD.
Padatahun
1998ini
dilaporkan
sebanyak14
orang grnderita
DBD,
satu
diantaranya meninggal dunia.Mengrngat sampai sekarang
belum
ditemukan obat atau vaksinyang
dapat-)
secara
intensif
dantidak
kalah
pentingnya adalah pemberantasan terhadap vektorDBD. Untuk
halini
perlu adanya peranaktif
masyarakat , khususnya pemberantasanterhadap
jentik
nyamuk
melalui
pemberantasan sarangnyamuk (PSIQ
di
rumah-rumah,
sekolah, tempat-tempat
umum dan
tempat perindukan lainnya
untuk memutuskanrantai
kehidupannyamuk Agar lebih
efektifrrya kegiatan
tersebut, khususnyadi
daerah Perumnas Siteba makaperlu
diketahui
bagaimana kepadatanvektor
di
daerahini,
spesies vektonrya serta tempat perindukan yang disenangi olehvektor. Untuk itulah penulis mencoba melakukan penelitian
ini
guna mengetahuihal-hal
di
atas.1.2. Rumusan Masalah
Mengingat
beberapatahun
ini
selalu
dilaporkan
adanyakasus
DBD
di
Perumnas Siteba Padang,
maka
timbul
permasalahan:
bagaimanakah kepadatanveklor
DBD
di
daerah tersebut, apa species vektornya dan dimana sajakah tempat-tempat perindukan vektortersebut-1.3. Batasan Masalah
Penelitian
ini
dibatasi
denganhanya
melihat
kepadatanvektor
DBD
diPerumnas Siteba Padang dengan cara menghitungHouse Index (FII), Container Index
(CI)'dan
Breteau Index@I).
Selain itujuga
untuk mengetahuijenis
container yangsering
menjadi
tempatperindukan nyamuk dan
mengetahui spesiesdari
nyamuk1.4.
Tujuan
Penelitian
]ujuan
Umum:
Untuk
mengetahui
kepadatanvektor
DBD
di
Perumnas Siteba Padang.TujuanKhusus
:
1.Untuk
mengetatruijenis
kontaineryang
sering menjadi tempat perindukan nyamuk.2. Untuk
mengetahui spesiesdari
nyamuk Aedes yang ditemukanditempat perindukannya.
1.5.
Manfaat Penelitian
Dengan
mengetahuikepadatan vektor
DBD
dan
jenis
container
yangdisenangi sebagai tempat perindukan
nyamuk
serta spesiesdari nyamuk
Aedes diPerumnas Siteba Padang, diharapkan dapat
diambil
suatu kebijaksanaan oleh instansiterkait
dalam melalcukan penanggulangandan
pemberantasan seoptimal mungkinBAB
tr
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Klasifikasi
Aedes
spp
termasuk kedalam
Phylum Arthropoda,
Class
Insecto,
OrdoDiptera, Family
Culicidae,
Tribus Culicini,
Sub Genus Stegomya, Genus Aedes.Genus Aedes
memiliki
lebih
dai
500 spesies yang tersebar luasmulai dari
daerahkutub
sampai daerahtropik
dan termasuk salah satujenis binabng
pengganggu danpenyebar
penyakit yang penting
dalam
dunia
kedokteran.
Spesiesyang
paling berperanan adalah Aedesaeg/ti, disamping
Aedes albopictus
yang
merupakanvektor potensial untuk penyakit
DBD
(Safar R,1994) .2.2
Morfologi
dan SiklusHidup
2.2.1
Morfologi
Nyamuk
Aedesaeglpti
dewasa berukurankecil
(4-13mm),
lebihkecil
darinyamuk rumah
Cx.
Quinquefasciatus,terdir
aras kepala,
torak
dan
abdomen.Mempunyai wama dasar
hitam
dan belang-belangputih
pada badan dankaki.
Padakepala
terdapatprobosis
yang halus dan
panjang
melebihi
panjangkepala
danberwarna
hitam.
Bagi
nyamuk betina,
probosis digunakan sebagaialat tusuk
danpenghisap
darah,
sedangkanpada
yangjantan untuk
menghisapcairan
tumbuh-tumbuhan, buah-buahan dan keringat.
Dikiri
dan kanan probosis terdapatpalpi
yangterdiri
darilima
ruas dan sepasang antena. Pada yang betina palpi lebih pendek dariBagian torak yang kelihatan disebut mesonotum. Pada mesonotum
ini
terlihatfentuk
lyre
(lyreform),
yaitu
sepasang garisputih
yang sejajar ditengah dan garislengkung
putih
yang
lebih
tebal
pada setiap sisinya. Bagran posterior
dari mesonotumterdapat
skutellum yang
memiliki tiga
lengkungan
(tri
lobus)
dan mempunyai sisik yang lebar berwarna putih- Abdomen berberrtuk silinder danterdiri
atas siklus segmen, dua segmen terakhir berubah
jadi
alat kelamin.Ujung
abdomenlancip yang disebut
pointed-
Abdomen bagian basal dan ruas tarsuskaki
belakangberpita putih(Gambar 1).
Aedesalbopictus
dewasa sepintasmirip
dengan Aedesaegtpti,
hanya pada mesonotumnya terdapat gambaran menyerupai garisputih
yangmemanjang (Read CP, I 960).
Thorq
x(
tlt
eronotvm)
Fepa
la
Pro6osfs
PqlPi
A nte nq.
(
plumo5q)
A nte na (. Pvtogr
)
46lorne'.
kplarninGambar
l.
Aedes aegypti befina, Kepala dan Thorak Aedes aegypti jantan(Sumber
:Introduction to
Parasitologr,
1960)Telur
Aedes spp berbentuklonjong
sepertr torpedo dengan kedua ujungnyasediht
lancip
dan berdindingyang
menyerupai an_r'amankain
kasa, panjang+
0,6mm
dan beratnya+
0,0113 mg. Pada waktu diletakantelur
berwamaputih,
15 menitkemudian menjadi abu-abu dinding tempat perindukan
dan setelah 40
menit
menjadihitam. Telur
diletakan dil-2
cm di atas permukaanair
(Gambar 2).K E PALA
THORA
x
; e6 mecl
ACTAL
reg4)
gigi 5isjc
5 iporr
A
6
P
0
rn
E
rt
'
Ganbar
3.Lana
AedesLawaAedes aegtpti
terdiri
atas kepala, thorak dan abdomen yang berjumlah8
segmen. Padaujung
abdomen terdapat segmen analdan sifon.
larva
instarfV
punya tanda khas yaitu pelana yang terbuka pada segmen anal, sepasangbulu
sifondan pekten pada sifon dan grgr sisir yirng berduri lateral pada segmen abdomen ke -8. Larva Aedes albapictus
hampir
sama dengan Aedesaeg/pti
bedanya larva Aedesalbopictus tidak mempunyai
gigi
sisir yang berduri lateral pada segmen abdomenke-8
(Gambar3).larva
Aedes sangatlincah
dan
sangatsensitif
terhadap rangsangln getarandan
cahaya.Bila
ada rangsangan,larva
segera menyelam beberapa detikkemudian muncul lagi kepermukaan
air.I-awa
mengambil makanandi
dasar tempatperindukan, sehingga disebut
Boffom
Feeder. Pada saatlarva
mengarnbil oksigendari udara,larva menempatkan sifonnya
di
atas permukaan air sehingga aMomennya terlihat menggantung dengan posisi yang hampir tegak lurus dengan pemrukaanair
.Pupa
terdiri
atas sefalothorax, abdomendan
kaki
pengayuh(Ganbar
a).Sefalothorax
punya
sepasangcorong
pernafasanyang berbentuk
segtiga
untukpengambilan oksigen.
Pada bagian
distal
abdomen
ditemukan
sepasangkaki
pengayuh
yang lurus
danruncing.
Jika
diganggu pupa akan cepat menyelam dan beberapa detik kemudian muncul lagi ke permukaan (ReadCP,l960).
5eFaLo
-thor'ox
cocongFrnoF4ton
(
9ce6bhin9
lrvmpet)
Gambar 4.
PupaAedcs spp(Sumber: Introduction to Parasitologr, 1960)
A
4
0
o
fn0
n
2.2.2
SiklusHidup
Aedes
spp
mengalami metamorfosissempurna
:
telur-larva-pupa-dewasa. Pertumbuhantelur
sampai deuasa mernbutubkan waktu+
7
-
14hari.
Staduim pra dewasa (telurJarva-pupa)hidrp di
dalamair,
sedangkan staduim dewasahidup
dida.rls ludara.
Telur
diletakansdu
per satu pada dinding tempat perindukan. Dalarnwaktu
1-
2
ha/rtelur
menetasm€qpdi
lanra yang disebut larvainstar
1, kemudian berkembang menjadi larvaingr
2,3
dan4.
Setiap pergantian instar ditandai dengan pengelupasankulit
yang
discbrtrEkdisis.
Dalam
keadaanoptimal
perkemtianganlarva
sekitar6
-
8 hari
danprry
2
- 4 hai.
Pupatidak
makan tetapi masih butuhoksigen yang
diambil melalui
abrmg
pernafasan (Breathing Trumpet). Pupa jantanmenetas
lebih datrul4 n5rmuk jantan tidak
beradajauh
dari
tempat
perindukan karena menrmggu nyamuk betina menetas dan siap berkopulasi (Sugito, 1 9 89).Setelah
kopulasi nyamuk betina
menghisapdarah
yang
diperlukan
untukpembentukan
tetrr-
Penghisapan darahdilakukan
|
- 2
hari' sesudah nyamuk betinamenetas
dari
prp-
Tiga
hari
setelah menghisap darah,nyamuk betina
bertelurdengan
jumlah
80
-
125butir
setiapkali
bertelur.
Biasanya nyamukbertelur
padasore
hari
menjelang
matahari
terbenam. Setelah
bertelur,
nyamuk
betina
siapmenghisap darah
lagi (Christoper,l960).
Umur
nvamukdi
alam
bebas+ l0
hari,umur
nyamukjantan lebih
pendek
dari
nyamul
betina. Salah satu
faktor
yangmempengaruhi
rmrur nyamuk
adalahsuhu
dan
lclembaban
udara.Dengan
suhuudara yang
lebih tirrgg
dan kelembaban udararang lebih
rendah nyamuk Aedes2.3
Perilaku Nyamuk
.
Aedes sppaktif
menghisap darah pada sianghari
dengan2
puncak aktifitas,yaitu pukul
08.00-
12.00dan
pukul
15.00-
18.00. Mangsa yangpahng
disukai 'adalahmanusia(Anthropophyllic).
Sesudah menghisap darah" Aedesaegtpti
mencaritempat istirahat. Tempat
yang disukai rmtuk istirahat
adalah
semali-semak atau tanaman rendah termasukrenmpsan
yangtidak
terkena sinar matahari langsung, sedangkandi
dalam rumahyaitu
padapkaian-pakaian
yang tergantung, kelambu, gorden" perabotrumah
t
"gg"
ymg
terletak
di
tempatyang
gelap atau berwarna gelap, lembab dan berbauTempat perindukan Aedes
aegtpti
adalah tempat-tempat penampunganair
yang mengandung air
jernih
atauair
yang sedikit terkontaminasi seperti bak mandi,dnrm, tempayan, kaleng dan
botol
bekas yangterisi air
hujan. Tempat perindukanyang
disenangi terutamayang
fidak
terkena
sinar
matahari
langsungdan
tidak
berhubungan langsung dengan tanah. Sedangkan Aedes
albopicttts lebih
menyukai tempat-tempat perindukan yang alamidi
luar rumah, di kebun dandi
halaman rumahseperti kelopak darm
keladi,
daunpisang,
tunggul
bambu dan mempunyai tempat istirahatdi
luar rumah (SurosoT
1991).Nyamuk Aedes spp mempunyai
jarak
terbang yang pendek yaitu40
-
100 m,meskipun adajuga beberapa spesies yang mempunyai jarak terbang cukup jauh.
2.4
PerananAeda
sppDalam Dunia Kedokteran
danCara Penularan
2.4.1
PerananAedqspp
Dalam Dunia Kedokteran
Aedes spp berperanan sebagai
vektor
penyakit demam berdarah dengue yang disebabkan olehvirus
Dengue. Selainitu juga
berperanan sebagaivektor
penyakitvirus
lainnya
sepertiYellow
Fever, Chikungunyadan
encephalifisvirus.
Sebagaivektor
utama penyakit
DBD
adalahAedes aegypti
sedangkanAedes
albopictusSerulakan
vektor
potensialnya.Disamping
sebagaivektor,
ia
juga
berperanan sebagai hospes reservoar virus tersebut (Sumarmo,1983) .2.4.2
CaraPenularan
Penularan penyakit
DBD terjadi
secanr propagatif dan mekanik dari manusiapenderita ke manusia
lainnya Secra
propagatif maksudnya bahwadi
dalam tubuhvektor, virus
tersebut hanya
berkembangbiak
denganmembelah
diri
menjadi banyak, sedangkan penularanT**
mekanik
dapat berlangsungdari
penderita keorang
lain
denganperanhram
batragianluar
alat-alattubuh
nyamuk dalamhal
ini
adalah probosisnya.
Virus
Dengue
ditula*an
dari
manusia
ke
manusia
lain
melalui
gigitannyamuk
tersebut-ldanusia menjadi
sumber
penularanjika
di
dalam
darahnyaterdapat
virus
Dengue(Viremia).
Seorangyang
menderitaDBD,
dalam
darahnya mengandungvirus
Dengue selama4
-
7 hari
(masainkubasi
intrinsik). Virus ini
sudah
mulai
terdapat
dalmr
darah penderita
|
-
2
hari
sebelumdemam.
Bila
penderita
ters€bd
digst
oleh
nyamuk,
maka virus
dalam darah
penderitaikut
terhisap masuk
ke
dalam lambungnyamuk.
Seterusnyavirus
akan memperbanyakdiri
dalamtubuh
nyamukdan
tersebar diberbagaijaringan tubuh
termasuk dalam kelenjerliur nyamuk
Masa inkubasi ekstrinsik virus Denguedi
dalam tubuh nyamuk berkisar antara 8-
l0
hari pada suhu 300C
(Sumarmo 1983). Selanjutnyavirus
siapditularkan
kepada manusia
lain
pada saat nyamuk
menghisap
darah
manusia bersama-sama denganair lirn
nyamuk yang mengandunganti
koagulan, agar darahmudah dihisap melalui saluran probosis yang
sangat
sempit. Nyamuk
yang mengandung virus akan tetapinfektif
seumur hidupnya.Virus
Dengue termasukkedalam
genus Flavi Virus (Arbovirus
grup B),
3*ttt
Togaviridae.
Arbovirus
artinya penyakit yang
disebabkanoleh virus
danditularkan
oleh
Arthropoda.
Virus
Dengue tergolong
RNA
-
virus, virus
yangmempunyai diameter 17
-
2,5nm,
dapat berkembangbiak
di
dalam tubuh beberapa spesiesnyamuk,
darah manusia
dan kuttur jaringan
(Harsono
FXR
1992
danDevision
VBID
1993).Ia
termasukvirus
yangtermo
labil
dan bisa disimpan pada suhu- 700
C . Virus
dalam darah penderita yang disimpan pada temperatur 500 C masih dapat menularkan penyakit rmtuk beberapa minggu.Ada
4
serotipevirus
Dengueyaitu :
Dl,
D2, D3
danD4
(Sutrisno
1991).Menurut
Suharyono dalam penelitiantahun
1975-
1985, semuatipe virus
tersebut sudah terdapatdi
Indonesia dan semuanya dapat menyebabkan gejala ringan maupun berat.2.5
Aspek
Klinis
DBD
Virus
Dengue yang masukke
dalamtubuh
manusia akan memberikan gejala berupa demam, lemah, lesu dan manifestasi perdarahan. Gejalaklinis
ini
berlangsung2-7
hai.
Pada kelompok tertentu gejalaini
seringkali
tidak'ada. Hal
itu
berkaitan dengan tingkat imunitas yangdimiliki
seseorang.Secara patologis virus Dengue akan merusak trombosit dan dinding pembuluh darah. Kerusakan trombosit akan menyebabkan penderita mengalami kekurangan sel
trombosit
yang ditunjukan dengan adanya manifestasi perdarahan, dari yang ringan seperti perdarahankulit
hingga yang berat seperti perdarahan gusi, epistaksis bahkanperdarahan saluran cerna dan
otak.
Gangguan padadinding
pembuluh darah akan menyebabkan peningkatanpermiabilitas dinding
pembuluh darah sehingga terjadi transudasicairan
intravaskulerke
ekstravaskuler,yang
mengakibatkan penurunancairan
intravaskuler.
Jika
keadaan
..terusberlanjut dapat menimbulkan
syokhipovolemi4
anuria" efusi pleura dan sebagainya (Sumarmo,1983).Diagnosis umumnya ditegakan berdasarkan anarulesa, pemeriksaan
fisik
danlaboratorium. Secara anamnesa penderita mengeluh demam tinggr mendadak, lemah, lesu, nyeri sendi dan keluhan perdarahan- Secara pemeriksaan
fisik
dapat ditemukanadanya
pechie,
echimosis, epistaksis danlain
sebagainya. Rumpel Leed merupakansarana
diagnostik
sederhanadari
penyakit
ini.
Secaralaboratorium
ditemukanpeningkatan
kadar hematokrit
dan
penurunan
jumlah
trombosit.
Pemeriksaanserologis dengan metoda hemagglutination
Inhibition (FII)
dewasaini
dipandang sebagai metoda diagnostikterbaik
penunjang diagnosaklinis.
Diagnosa pasti baru ditegakan setelah dilakukan isolasi terhadap virus (Sumarmo,1983).Cukup sering
juga
ditemukan penderita demam
berdarah
yang
tidak
menunjukan gejala yang berarti atau memberikan keluhan yang
tidak
khas sehingga sering pada awalnya didiagnosa denganpenyakit lain
yang bukan demam berdarah.Berkaitan dengan
itu
Departemen Kesehatan dalam rangka deteksidini
kasusDBD
ini
menetapkan sejumlahkriteria
dasar, antaralain
:
demam yang tidakjelas
asal-usulny4 yang
tidak efektif
dengan
penggunaanobat-obat
antipiretik,
adanyamanifestasi perdarahan sekurang-kwangnya
Rumpel
ked
Tes
positif
dan
padapemeriksaan laboratorium ditemukan peningkatan
nilai
hematolcritdan
penurunanj umlah trombosit(Suroso T, I 996).
2.6
Epidemiologi
Penyakit
DBD
pertamakali
dilaporkandi
Philipina tahun 1953 oleh Quintosdkk, kemudian penyakit
ini
menyebar ke berbagai negara. Tahun 1960 - an menyebar ke Asia Tenggara, tahun 1970-
an ke kepulauan Pasifik dan dalam dekade terakhirke
benuaAmerika
yang
dimulai
dengantimbulnya
wabah
di
Kuba tahun
1981.fenyakit
ini
disebabkan oleh virus Dengue yang disebarkanmelalui
gtgrtan nyamuk Aedes. Virus Denguetipe
I
d^nz
baru dapatdiisolir
pada tahun 1940-an, selanjutnya pada tahun 1950-an dapatdiisolir
tipe3
dN
4. Pada tahun 1953ahli
kesehatan anakPhilipina menemukan bahwa penyakit dengan gejala panas, perdarahan dan syok
itu
disebabkan
oleh virus
Dengue
yang
selanjutnya
dikenal
dengan
DengueHemonhagic Fever
(DIf)
atau Demam Berdarah Dengue(DBD)
(Sumarmo 1983).Di
Indonesia penyakit ters€bntbaru
ditemukan padatahrm
1968di
Jakarta dan Surabaya denganjumlah
pen&rita
58 orang dan meninggal sebanyak24
orang.Sejak
itu
penyakitini
menjadi salah satupenyakit
endemis yang cenderung untuk menyebar luas.Dan
tamFaknya peningkataninsiden
terjadi
setiapkurun waktu
5tahun yang
dimulai
dari tahrm 1968,1973,1978,1983
dan yang terbesartahun
1988 (Sebesar 50.000 kasus). Saatini
penyakit
DBD telah
tersebar disemua propinsi,dimana
propinsi yang terakhir
melaporkan adalah
Propinsi Timor-Timur
yaitudengan ditemukannya kesus
DBD
diDili
pada bulan Maret 1993 ( Wuryadi 5,1994).Dari data l€sus
DBD
yang dikumpulkan olehDitjen
PPM dan PLP dari tahun 1976-
1984 menrmjukan bahwa hampir90 %
kasusDBD
diderita
olehanak
yang berusiakecil dari
15ahun
denganrasio
laki
-
laki
:
perempuan adalah|
:
1,34@epkes
RI
1936).Daerah yang
terjangkit
DBD
pada umumnya adalah
daerahperkotaan yang padat penduduknya.
Hal
ini
disebabkan karena rumah-rumah yangsaling berdekatan sehingga memudahkan penularan penyakit
ini,
mengingatjarak
terbang Aedes yang pendek (40-100m), tetapi
sejaktahun
1975penyakit
ini
juga
berjangkit
di
daerah sub urban dan pedesaan (AchmadH,
1990).Dari
datadata penderitaklinis
DBD
yang dilaporkandi
lndonesia diperolehbahwa
musim
penularanDBD
padaumunnya terjadi
padamusim hujan
karenapopulasi vektor
ini
meningkat pada musim hujan akibat bertambah banyaknya sarangnyamuk
diluar
rumah sebagai akibat sanitasi lingkungan yang kurang bersih sepertikaleng bekas,
botol
pecatr,, tempurung kelapa dan sebagainyaterisi
oleb
air
hujan, sehingga dapat digunakan sebagai tempat perindukan nyamuk.Ditambah lagi
padamusim hujan
orang-oranglebih
banyak berdiam
di
dalam rumah
sehingga lebihsering berkontak dengan nyamukAedes (Sutrisno
A
,1991).Pusat-pusat
penulran DBD
diduga adalah
sekolah-sekolah,ru:nah
sakit,daerah
yang
padat
pendudukhya, asrama, pusat-pusatkeramaian
seperti
pasar,stasiun dan tempa.t
umum lainnya.
Pada masayang akan
datang,
mobilitas
dankepadatan pemduduk
akan
semakin meningkat.
Atas
dasar
itu
diperkirakan penyebaranwilayah yang
terjangkit
penyakit
DBD
masih akan
berlangsung danKLB-DBD
masih akan terjadi,jika
tidak dilaksanakan upaya penanggulangan secaralebih intensif.
2,7
Indikator
Kepadatan
Vektor
Kepadatan
Aedes
spp
dapat dipantau
dnegan mengumpulkanlarva
ataunyamuk dewasa kemudian dihitung angka/indeksnva sebagai
berikut:
a.
Angka rumah (HouseIndex)
yaitu
:
Persentase rumah yangpositif
dngan larvaAedes.
b.
Angka wadah (Containerlndex) yaitu
: persentasc wadah atau tempat perindukanyang
positif
dengan larva Aedes.c.
Angka
Breteau (BreteauIndex)
yaitu :
Jumlah
wadah atau tempat perindukanyang
positif
dengan
lawa
Aedes yang
diremukan
dalam 100 rumah
yang diperiksa.d.
Landing Rate yaitu
:
angka
yang
menunjukanjumlah
nyamuk betina
yang.
hinggapperjam
penangkapan per orang disianghari
pada saat puncak aktifitasmenghisap darah berlangsung.
Hal-hal
yang mempengaruhi kepadatan larva Aedes spp adalahmusim
dancurah
hujan
.
Kepadatanlarva
meningkat
padamusim hujan dan
menurun padamusim kemarau (Hoedojo, 1993 dan Lee,7992) selain itu
juga
dipengaruhiolehjenis
tempat
pen.mpungan
air
(TPA)
yang meliputi kasar
halusnya
dinding
TPA,
kemampuan
TPA
menyerapair,
warna
TPA,
ukuran
TPA
.lan
jumlah
air
yang terdapat di dalamnya.Pada TPA dengan
dinding
yang kasar kepadatan larva lebih tinggr dibanding TPA dengan dinding yanglicin.
Menurut Christoper (1960), dinding TPA yang kasardiperlukan untuk
melekatkan
telur
dan rmtuk mengatur sikap nyamuk
dapat berpegangan erat sehingga dapat mengatur posisi tubuhnya padawaLtu
meletakantelur. Pada
TPA
yang kemampuan menyerap airnyatinggi,
kepadatan larvanya akanlebih tinggt
dibanding
TPA
yang
tidak
menyerap
air,
oleh
karena
untukperkembangan
embrio
di
dalamtelur
diperlukan kadarair
tertentu yang diperoleh dengan cara imbibisi.TPA
yang
berwarnagelap
kepadatanlarva
lebih
tingg
dibanding
denganTPA
yang berwarna terang. Karena padaTPA
yang gelap
akan membeikan rasaaman dan tenang pada
waktu
bertelur, sehinggatelur
yang
diletakanlebih
banyak danjumlah
larva yang terbentukjuga
lebih
banyak (SungkarS,
1994). PadaTPA
yang
besar dan banyakair
lebih
banyak mengandunglarva
dibandingTPA
yangkecil
danjumlah
airnya sedikit (Surtees G ,1969).2.8 Pencegahan dan Pemberantasan
Pencegahan
dan
pemberantasanpenyaliit
DBD
ini
dilakukan
melalui pemufusanrantai
penularannyayaitu
penderita
-
nyamuk-manusia, dengan caramebasmi vektor atau nyamuk penularnya. Strafegi pernberantasan
DBD
mencakup :pengamatan epidemiologi,
p""g3-rO"
vektor
dan
pemberantasan
velctor (Sumarmo,1983).Pertama,
pengamatanepidemiologi
bernrjuan menemukan secara
cepatwabah atau kasus
endemis sehingga
dapat dilakukan
usaha
penanggulangan secepatnya.Tujuan
lain
adalah
lduk
mengetahuifaktor-faktor
terpenting
yang menyebabkanatau
membaffi1 penularan sehingga
dapat dilakukan
pencegahansebaik-baiknya. Program
pcng@en
epidemiologi
DBD terdiri dari
menemukan penderita,yang
perlu
ditenUrh
dengankriteria
mencakup
diagnosaklinis
dankonfirmasi hasil laboratorirm-
Selanjutnyadiperlukan
laporan penderitaoleh
parapetugas kesehatan / dokter pada unit pengamatan epidemiologi'
Kedua,
p"og;"*
vektor
dltujukan terhadap
Aedes aegypti
yangmerupakan
vektor
utama disamping
Aedes
albopictus.
Keteranganyang
harusdikumpulkan secara terus menerus adalah distribusi dan kepadatannya. Pengamatan
veklor
bertujuanuntuk
menentukan dengantepat
daerah dengan kepadatan vektortinggi'yang
digolongkandalam
daerah denganresiko tinggr.
Dengan menetapkan pada sebuah peta distribusivehor
dan penderitaDBD,
dapat diprioritaskan daerah pemberantasandalam
keadaannormal
dan terutama
selama wabah.Tujuan
lain
adalah
menentukan perubahan kepadatanveklor
sehinggaperhatian
dan
usaha pemberantasan dapat dilakukan pada saat yang tepat.Akhirnya
dengan melakulian pengamatanvektor
dapat diramalkan secara tepat terjadinya wabah, sehingga usahapencegahan dapat dilkukan pada saat
yangtepat.
.
Ketiga,
pemberantasanvektor
DBD
didasarkan
atas
pemutusan
rantaipenularanyang dapat
dilahrkan
dengancara:
1.
Perlindungan perorangan rmhrk mencegah glgltan nyamuk yang dapat dilalcukandengan
jalan
pemasangan kasa/kelambr:, menggunakanmosquito
repellent,insektisida dalam bentuk spray,
lotion
dan sebagainya.2.
Pemberantasan vektor secara biologi/trayatiDilakukan
dengan memperbanyak predator/pemangsa,parasitik
dan patogenik terhadap larva/nyamuk dewasa yang ditemukan pada habitat yang sama denganvektor tersebut.
3.
Pemberantasan vektor dengan bahankimia
Ditujukan
untuk
membunuh
larva
(larvasida
)
dan
juga
nyamukdewasa.Larvasida
yang
digunakan harus mempunyaisifat-sifat
:
efektif
pada dosis rendah,tidak bersifat racun bagi manusia atau mamalia,tidak menyebabkan perubahan ftNa,warnadan
bau padaair
yang
diperlalcukan dan efektifitasnyalama.
Mengingat
tempat
perkembangbiakan
lawa
yaitu pada
tanpat
penampungan
air,
yang airnya digunakan untuk kebutuhan sehari-hari terutamauntuk
minum
dan
memasak.Contoh
larvasidayang sampai
sekarang masih digunakan di Indonesia adalah Abate ( Temephos ) dengan dosisI
ppmyaitu
l0
gram
untuk
100lt
air.
Caraini
sebaiknyadiulangi
dalamjangka waktu
2 -
3bulan. Untuk
membunuhnyamuk
dewasa,bisa dilakukan
pengasapan/fogging dengan menggunakanMalathion
atauFenitrothion
d"!*
dosis438
gram/Ha.Dilalcukan didalam rumah dan
sekitar
rumah dengan menggunakan larutan 47odalam solar atau minyak tanah. Fogging massal
dilaksanakan
kurangnya
2
kali
denganjarak
antara 10
hari,
yang dilakukan
padatempat-.
tempat penularan, seperti rumah penderitadan
100 meter sekelilingnya, rumahsakit tempat pendertra
dirawat
dan sekitarnya, sekolah penderita dan sekitarnya dan akhirnya sekolah, rumab" rumah sakit dan pasar didekatnya.4.
Pemberantasan veklor jangka panjangBerupa pengelolaan lingkungan yang menmkup 2 kegiatan :
a. Pembersihan sarang nyamuk ( PSN )
Pada dasarnya PSN
ini
bertujuan untuk mencegah agar nyamuktidak
dapat berkembang biak atau untuk memberantasjentik
nyamuk, dengancara:
1.
Menguras bak mandi dan tempat-tempat penampungan airlain
sekurang-kurangnya
I
minggu sekali.2.
Menutup rapat tempat
penampunganair
seperti tempayan,drum
dantempat
air lainnya.3.
Mengganti
air
padavas bunga dan tempat
minum
burung
sekurang-kurangnya 1 minggu sekali.
4.
Membersihkan pekarangan dan halaman rumah dari barang-barang bekasseperti ban bekas, kaleng bekas dan
botol
pecall
sehinggatidak
menjadi sarang nyamuk.5.
Menutup
lubangJubang padabambu
pagardan lubang pohon
dengantanah.
6.
Membersihkan air yang tergenangdi
ataprumah-7.
Memelihara ikan.b.
Pengawasan kualitas lingkungan (PKL
)Beberapa kegiatan pokok
PKL
:1.
Pengawasan kebersihanlingkungan
disetiaprumah termasuk
sekolah,empat-tempat
umum
(TTU)
dan
tempat-tempatindustri
(TTI)
oleh masyarakat 1 minggu sekali.'
2.
Penyuluhan kebgrsihanlingkunga
dan menggerakan masyarakat dalammembersihkan lingkungan melalui gotong-royong secam
berkala-3.
Pemantauan kualitas lingkungan menggrmakanindikator
kebersihan danindeks vektor
DBD.
Suharyono, 1994 memperkenalkan strategi baru pencegahan/pemberantasan
DBD,
berupa
pemberantasanvektor yang intensif yang
terdiri
dari
rangkaiankegiatan
:
Fogging
massal2
siklus
sebelummusim
penularandi
daerah endemisDBD diikuti
dengan abatisasi selektifdi
rumah-rumah penduduk yang adajentiknya
dilalcukan
setiap
tiga
bulan
,
pemeriksaanjentik
secaraberkala
(
PJB
)
danpenyuluhan
kepada
masyarakat
agal
ikut
berpartisipasi
dalam
programpence gahan/pemberantasan.
Fogging massal
2
siklus
ini
dilakukan pada saat terjadinya wabah dan pada saattidak
ada wabah(untuk
pencegahan).
Foggng
massal pada keadaan wabahmerupakan
tindakan
final
dalam
menanggulangiwabah
yang
sedang
terjadi.Sedangkan
foggtrg
massal pada pencegahan merupakan tindakanpermulaan
dari serarigkaiantindakan yang akan dilakukan,
rangkaian kegiatan tersebut adalah :Pembersihan sarang
nyamuk
(
PSN
),
pemeriksaanjentik
berkala
(
PJB
)
dan penyuluhan kepada masyarakat. Tindakan-tindakan tersebut harus segera dilakukan setelahfoggtng
massal, mengingatdampak
foggrng tersebutrelatif
pendekft
2bulan),
sehinggapopulasi nyamuk yang
sudah rendah karenafoggtng
akan terusdapat ditekan
rendatr denganrangkaian
kegiatan tersebut.Tindak lanjut
setelahfoggng
merupakan kunci keberhasilan foggrng massal pada pencegahan.Sebetulnya foggrng massal
untuk
tindakan pencegahan dapat ditinggalkan,mengingat bahwa
foggng
tersebut
selain
mahal
juga
manfaritnya
tidak
lama, syaratnya asal kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat telah membudaya sehingga dapat dijamin pelaksanaanyaDalam Pelita
VI
tujuan
khusus pemberantasanDBD
adalah menurunkan insiden DBD menjadi < 3 per 10.000 penduduk, menurunkan engka kematianDBD <
2,5 o/o,meningkatkan p€ran serta masyarakatdalam
pernberanAsan sarang nyarnuk sehingga rata-rata ABJ di kecamatan endemis > 95 yo dan mencegah atau membatasiKLB
-DBD
(SurosoT,
1996).BAB
Itr
METODA PENELITIAN
:.f
Lokasi dan'Waktu Penelitian
Penelitian
ini
dilaksanakan pada bulan November 1993 dan mengambil lokasidi
Perumnas SitebaKelurahan Surau
Gadang KecamatanNanggalo
KotamadyaPadang.
3.2
DesainPenelitian
Penelitian
ini
dilakukan denganjenis
: SurveyDeskriptif
(Cross Sectional)3.3
Populasi dan SampelPopulasi pada
penelitian
ini
adalah seluruhrumah
yang
adadi
PerurnnasSiteba. Namun karena keterbatasan dana, rvaktu dan tenaga, maka
diambil
sebanyak100 rumah.
Sampel
diambil
secaraMultistage
Random Sampling. Pada
tahappertama digunakan cara
Simple
Random Sampling dengan
unit
sampling RW'
Diambil
5 dari 11 RW yang adadi
perumnas tersebut.RW
yangterpilih
adalah :RW
VII, VIII,
X,
XfI,
XVII.
Pada tahap keduajuga
digunakan cara Simple RandomSampling dengan
unit
SamplingRT,
dimana daritiaptiap RW
diambil
2
RT.
Danpada'tahap
ketiga, dari
masing-masingRT dipilih
beberapanrmah
secara Simple Random Sampling, sehinggajumlah
rumah seluruhnya adalah 100 rumah.3.4
Cara
PengumpulanData
Data sekunder berupa data insiden penyakit
DBD
yang diperoleh dariKanwil
Depkes Sumbar dan Puskesmas Nanggalo.Data primer
berupadata
veklor
DBD
yang diperoleh
dengancara suryey
larvadiberbagai
tempat
perindukan
nyamuk pada
tiaptiap
rumah
penduduk,
yangdilakukan setiap 2 minggu sekali selama
I
bulan. Suweylawa
dilakukan dengan caraSingle Larva Methode. Semua tempat yang dapat menamprmg
air
diperiksa apakahada larva atau tidak, dicatat
jenis
containernya" letaknya apakah diluar ataudi
dalamrumah.
Untuk
masing-masingtempat
penampunganair
yang
mengandunglarvq
cukupdiambil
satu larva yang kemudiandiidentifilcui
di
bawahmilroskop. Dari sini
akan didapat berbagai indeks
lania
)'aitu
: HouseIndex (FII),
ContainerIndex (CI)
dan Breteau Index
@I).
lnstrumen
yang
dipakai
:
mikroskop, objek
glass, kacatutup,
pipet,
botol kecil berlabel / bertutup, cedukan atau saringan larva, senter dan air panas.3.5
Penyajian
danAnalisa
DataData yang
terkumpul
kemudiandiolah
secara manual dandisajikan
dalarnbentuk tabel.
Untuk
melihat apakah terdapat perbedaan tempat,perindukan nyamukdan spesies nyamuk Aedes antzra
di
dalam dandi
luar
rumah, maka dilakukanuji
Chi - square.
BAB
rV
HASIL PENELITIAN
4.1
Analisa
SituasiPerumnas Siteba
termasuk
ke
dalam wilayah Kelurahan
Surau
Gadang Kecamatan Nanggalo Kotamadya pedang Perumnasini
luast
80 Ha"terdiri
dari
11RW
dan44
RT
denganjumlah
penduduk8127
Jiwa
1466KK-
Pada umumnya panduduk perumahanini
merupakan penduduk pendatang dengan mata pencaharian sebagian besar adalah pegawai negeri.Munculnya
kasus
DBD
setiap tahunnya
di
Perumnas
ini
kemungkinandisebabkan
oleh
:
susunanperumahan
yang rapat satu
sama
lain
sehingga memudahkan penularanDBD,
mengingatjarak
terbang nyamuk Aedes yang pendek(a0-100m) dan
ia
menghisap darah berulangkali.
Selainitu juga
karena masyarakatpada
umumnya menggunakanwadah atau
bak
sebagaitempat
penampunganair
untuk
keperluan sehari-hari.Dan
tempat
ini
memangdisukai oleh nyamuk
untukberkembang
biak.
Ditambahlagi
karena kesibukan masyarakat sehari-hari sehinggatidak
sempat mengurasbak
atau wadah secararutin
sekali
seminggu.Faktor lain
yang
juga
berpengaruh adalahmakin
meningkatnyamobilitas
penduduk sehingga memungkinkan penyebarluasan penyakitini.
Dalam
upaya
pencegahanDBD
di
Wilayah kerja
Puskesmas Nanggalo termasukdi
Perumnas Siteba,pihak
puskesmas telah melakukan beberapa kegiatan antaralain
: penyuluhan, gerakan pembersihan sarang nyamuk (PSN), abatisasi dan Fogging.Abatisasi merupakan upaya
untuk
memberantasjentik
nyamuk dengan cara memasukan pasir Abate kedalam bak penampunganair di
rumah-rumah penduduk yang dilakukan oleh kader-kader kesehatan yang adadi
perumnas tersebut. Abatisasiini
dilakukan
setiap3
bulan sekali
yaitu
padabulan
Februari,Mei,
Agustus
danNovember. Kendala
yang
dihadapi dalam pelaksanaanAbatisasi
ini
adalah masih banyaknya masyarakat yangtidak
mau memasukan pasir Abate tersebutke
dalambak penampungan air oleh karena bau Abate tersebut yang kurang
enak
Disampingitu
adajuga
masyarakat yang beranggapan bahwa Abate tersebut bersifat racun dan dapat merusak kesehatan.Fogging merupakan kegiatan pengasapan untuk membunuh nyamuk dervasa.
Fogging
ini
ada duajenis yaitu :
Fogging masal dan Fogging fokus. Foggrng masal dilaksanakan2
kali
setahun sebelum masa penularan yang tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya kejadianluar
biasa(KLB)
DBD,
terutama sekaliuntuk
daerah endemis. Sedangkan Foggingfokus
dilaksanakan apabila ditemukan penderita yangpositif
menderita
DBD
(baik dari
gejala
klinis
rnu:p*
dari
konfirmasi
hasillaboratorium), dan dari hasil penelitian epidemiologi (PE) didapatkan 3 rumah atau
lebih
positif
denganjentik
nyamuk Aedes dan3
orang ataulebih
menderita demamdari 20 rumah yang diperiksa disekitar rumah penderita. Fogging fokus dilaltsanakan 2
kali
dengan jarak+
I
minggu. Kendala yangditcmui
sewaktu pelaksanaan Foggingini
adalah
:
ddanya sebagian masyarakatyang
tr.tak mau
rumahnyadi
Foggingdengan alasan
takut
rumahnyakotor,
tidak
tahan tcrhadap asap atau mereka tidakberada di rumah sewaktu Fogging dilaksanakan.
Upaya
lain
yang
dilaksanakanpihak
puskesmas adalah penyuluhan yangdilakukan
baik
secara peroranganpada
waktu
melakukan
PE
maupun
secarakelompok atau massal selain itu
juga
diadakan kerja bakti dalam rangka pembersihansararg nyamuk
melalui
kegiatanJum'at
benih.
Tetapi kegiatanini
hanya beberapakali terlaksana disebabkan karena kesibukan masing-masing anggota masyarakat
4.2
Analisa
Deskriptif
Tabel
1
:
Distribusi
kepadatan
Vektor DBD di
Perumnas
Siteba Padang padaSurvey
bulanNovember
1998.Keterangan
r *
=:
House Indexl*lah
*"n
"-e
poritifd*g-
la.uuAd.r X
100 %Jumlah nrmah yang diperiksa
CI=
x
100%BI
=
Breteau Index=
Jumlah Container ymg positif dengm larva Aedes dalam 100 rumatryang diperiksa
Kepadatan
vektor DBD
di
Perumnas Siteba Padang pada bulan November1998 bisa
dilihat
pada Tabell,
dimanaHI
:
33 o/o,Cl:20,'Il
o/o danBI
:
35 %.Distribusi
container
rndex
(cr)
berdasarkan
letak container
di
luar
/
di
dalam
rumah.
Tabel
2
:Jumlah Rumah
ril(%)
Jumlah ContainercL(%)
Br
(%)Yang dioeriksa
(+) Larva Yang
dioeriksa
(+)
Larva100 JJna JJ
r69
35 20,71 35larva Aedes
Letak
Container Jumlah Containerct
(%)
Yane diDeriksa (+) Larva
Di
luar rumahDi dalam
rumah
43 126 4 31 2,37 18,34
Jumlah
t69
35 20-71Keterangan
: CI =
Containerindex
X2=
4.89
df
= I
p <26
[image:37.506.16.461.7.764.2]Vektor
DBD
di
Perumnas Siteba Padang lebih menyukai te.mpat perindukandi
dalam rumah dibandingdi
luar
rumalr,ini
terlihat
dari
angka wadah (ContainerIndeD
di
datam rumatrlebih
tinggi
dibandingdi
luar
nrmah.CI
di
dalam rumah18,34 7o sedang
CI
di luar rumah hanya 2,37o/o-Tabel3.
Distribusi
Tempat Perindukan
Vektor DBD
di
Perumnas
SitebaPadang Pada Survey
bulan November
1998.Pada Tabel .3
terlihat
: Tempat Perindukan VektorDBD
di
Perumnas SitebaPadang
terbanyak ditemukan pada
bak mandi
vans terbuat
dari
semen, denganCI
:
I1,24
yo, menyusul kemudian bak mandi yang terbuat dari porselenCI
:
'l,l
oA,dan ban bekas dengan CI
:
1,18 7o. Sementara pada kolanr" sumur, Aquarium, emberpenamplmg
air minum
dan
pot
bungatidak
ditemukan
adanyalanra
denganCI
masing-
masing0%.
Jrrmlah Container
Yangdiperiksa
7,1 11,24 1,18 0,59 0,59 0 0 0 0 0 59 41 2 1t4
l3
l8
4l6
It2
19 2I
1 0 0 0 0 0a.
Bak mandi yang terbuat dari porselenb.
Bak mandi
yangterbuat dari
semenc.
Ban bekasd.
Drum
bekase.
Tempat minum burungf.
Kolam
g.
Sumur
h.
Aquariumi.
Ember penampung air minumj.
PotbungaContainer index 7,63 P < 0,05
[image:38.509.16.468.26.592.2]Tabel4.
Jenis
Veklor
DBD
pada
Survey bulan
November 1998
di
PerumnasSiteba
PadangBerdasarkan Tempat
Perindukan-LetakContainer
Jenis
Lawa
Ae.
aegypi
o/o Ae. albopictus %Di
luar rumah4
ttJ
0 0Di dalam rumah
31 88,6o
0Jumlah
35 100 0 0Hampir
100 % vektorDBD di
Perumnas Siteba yang ditemukan pada surveybulan November 1998 adalah jens Aedes
aeg/pti.
Pada tabel.4
juga terlihat
bahwaAedes
aegtpti
lebih menyukai tempat
perindukan
di
dalam rumah (88,6
%)
dibanding
di
luar rumah(ll{
o/o).BAB
V
PEMBAHASAN
Dari
hasil
surveyjentik
llawa
yangdilakukan
di
Perumnas Siteba Padangpada bulan
November
1998 diperoleh gambaran sebaranveklor DBD
dan tempatperindukannya serta spesies
dari
nyamuk Aedes
di
lokasi
tersebut(Tabel
l,
2, 3 dan 4).Dari
penelitian yang
telah
dilakukan,
didapatkanberbagai indeks
larva
:House
Index
(Fil)
:
33o
,
Container
Index
(CI)
:
20,71o/o
dan Breteau Index(BI):
35 oh, yang merupakan ukuran kepadatan populasiveklor
DBD di
PerumnasSiteba Padang. Hasil penelitian
ini
tidakjauh
berbeda dengan yang didapatkan olehDepkes
RI
pada survey tahun 1986-1987 di sembilan wilayah perkotaan di indonesia.Pada
survey tersebutdidapatkan House
Index
sebesar35
o/o,yang
berarti
satu diantara tiga rumahpositif
denganjentik
nyamuk Aedes.Siui
R.U tahunl99l
dalampenelitiannya
di
PerumnasCondong
Catur
Jogyakartajuga
mendapatkan angkawadah (Container
Index)
yang
tidak
jauh
berbeda
yaitu
sekitar 20,77
yo.Dibandingkan dengan
hasil
yang didapatkan oleh DepkesR[,
dimana angka bebasjentik
(ABJ) rata-ratadi
kecamatan endemis tahun 1993 adalah 83%
danABJ
rata-rata
di
Indonesiatahun
1996
adalah77,50
o/o, maka angka-angkadi
atas cukuptinggi.
Hal
ini
mungkin disebabkan masih kurangnya partisipasi masyarakat dalammelakukan pemberantasan terhadap sarang nyamuk (PSN
-
DBD). Untuk hal ini
perlu dilakukan penelitian
lebih
lanjut.(2,37a/o).
Setelah
dilakukan
uji
statistik
terdapat
perbedaanyang
bermakna(* :
4,89
df
: I
P<
0,05).Kondisi
ini
berarti bahwa vektorDBD di
PerumnasSiteba lebih menyukai tempat perindukan
di
dalam rumah dibandingdi
luar rumah.Hal
ini
disebabkan karena banyaknya wadah atau bak tempat penampungan air yang beradadi
dalam rumah yang dapatdijadilian
sarana bagrnyamuk
sebagai tempat perkembangbiakannya, sepertibak
mandi,
ember-ember penampunganair
minum dan sebagainya. Diantara tempat penampunganair
tersebut,bak mandi
merupakantempat yang
paling
potensial, karena selain volumenyalebih
besarjuga berisi
air yang banyak. Danumunnya
pendudukdi
Perumnasini
memilikinya.
Sementara di luar rumah, wadah untuk perkembang biakan nyamukitu
sedikit sekali.Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Sitti
R.U tahun 1991 di PerumnasCondong
Catur
di
Jogyakarta.Disini
didapatkan
veklor
DBD
lebih menyukai tempat perindukandi
luar
rumah.Hal
ini
mungkin
disebabkan karena wadah untuk perkembangbiakan nyamuk Aedes lebih banyak berada di luar rumah.Dari
berbagai tempat perindukan yang diperiksa (Tabel 3), bak mandi yang terbuatdari
semenmemiliki
Container lndex(CI) tertinggi
yaitu lI,z4yo,
menyrsulbak
mandi yang terbuat
dari keramik
atau porselen(CI
:
7,1 %).
Terdapatnya perbedaan Container Index antara keduajenis
bak mandi tersebut berarti bahwa bakmandi
yangterbuat
dari
semenlebih
disenangioleh vektor
sebagaitempat
untukberkembang
biak
dibanding bak mandi yang terbuatdari
keramik. Dan setelahdiuji
secara statistik denganuji
Chi
-
Square, terdapat perbedaan yangbermakna
(X'
:
7,63
df
: I
P < 0.05). Keadaandi
atas disebabkan oleh :l.
Bak mandi yqng terbuat dari semenmemiliki
dinding yanglebih
kasar danChristoper 1960,
dinding bak mandi
yang kasardiperlukan oleh
nyamuk mengaturposisi tubuh
dan berpeganganerat
padawaktu
bertelurserta untuk melekatkan telumYa.
2-
Pada umumnyabak mandi
di
Perumnas Sitebaterbuat
dari
semen yangberwarna
sedikit gelap
ditambah
lagi
pencahayaankamar
mandi
yang kurang. Menurut S. Srurgkar 1g94,bak tempat penampungan air yang gelap akan memberikan rasa aman dan tenang bagi nyamuk pada waktu bertelur, sehingga telur yang diletakan lebih banyak danjumlah
lawa yang terbentuk juga akan lebih banyak.3.
Bak
mandi
dikuras kurang
sempuma, sehingga
telur
Aedes
masihmenempel pada dinding bagian dalam bak tersebut yang nantinya
tehn
ini
akan menetas menjadi larva.Hasil penelitian (pada tabel 3)
juga
didukung oleh hasil penelitian $rrngkar dkktahun
1994, dimana padabak
mandi
yang terbuatdari
semen,jumlatr lawa
lebihbanyak
dibanding
bak
mandi yang terbuat
dari
Fiberglass.
Penelitian
dengan menggunakan perangkaptelur
(Ovitarp)
yangdilakukan oleh Thirapatsakun
padatahun
1981 didapatkan bahwa pada perangkaptelur
yang kasar terbuatdari
semenju*Juh
telur yang diletakan lebih banyak dibanding perangkap telur yanglicin.
Dari
Tabel
3
juga
terlihat
bahwa
kolam,
sumur
dan
aquarium
tidakmengandung
larva,
karenadi
dalamnya terdapatikan yang
akan memangsa lawanyamuk
tersebut.Ember
penampunganair
minum
juga
tidak'mengandung
lawakarena selalu ditutup sehingga nyamuk tidak bisa bertelur.
Jenis
vektor yang
ditemukan
di
PerumnasSiteba
adalah
Aedes
aeglpti
(
t
100
%)
dengantempat perindukan
lebih
banyak
di
dalam
rumah
(88,6%)dibanding
di
luar
rumah(llt%)
(Tabel4).
Ini
berarti
bahwa Aedesoeg/pti leblh
menyukai tempat perindukan
di
dalam rumah dibandingdi
luar
rumah. Sedangkan Aedes albopictustidak
ditemukan sama sekali.Hal
ini
disebabkan karena kondisi lingkungandi
Perumnastidak
memungkinkan Aedesalbopictus untuk
berkembangbiak.
Perumnas Siteba merupakanlokasi
perumahan dengan susunanrumah
yangrapat
satu samalain
dan
memiliki
halamanrumah yang sempit
serta kurangnya pepohonan.Aedes
albopictus
lebih
menyuliai
daerah-daerah pertamananyang luas
dan keanekaragamanflora
yang
tinggi
serta bentanganalam
dengan keteduhan yangtinggr dan menyukai keadaan lingkungan yang alami. (IG.Seregeg 1993).
Hasil
penelitian
di
atasjuga
sesuai dengan pendapatSucharit
et
al
1978
yangmengatakan Aedes
albopictus
lebih
menyukai
daerahrural yang masih
banyak terdapat pepohonan. Sementara Aedesaegtptilebih
menyukai daerah urban dengansedikit
pepohonan,suka menggigit manusia
di
dalam
rumah
dan
bertelur
serta berkembang biak pada tempat penampunganair
di
dalam rumah.Menurut
Suroso T1991, Aedes
aegtpti
punya tempat istirahat danakrifitas
di
dalam rumah (indoor),sedangkan Aedes albopictus di luar rumah (outdoor).
BAB
VI
IGSIMPIJLAN DAN
SARAN
6.1.
KESIMPULAN
Setelah
dilalcukan
surveyjentik
di
PerumnasSiteba
Padangpada
bulan November 1998, diperoleh hasil yang dapat disimpulkan sebagai berikut :1.
Kepadatanvektor
DBD
di
Perumnas Sitebacukup
tinggr,
dengan HouseIndex
(til)
:
33
Vo, Container
Index
(CI)
:
20,71 o/o dan Breteau Index(BI):
35 o/o'2.
Kepadatan vektorDBD
di
dalam rumah lebihtinggi
dibandingdi
luar rumah dengan ContainerIndex berfurut-turut
:
18,34 Vo dan 2,3'1 o/o$ :
4,89df
:.1
P<0,05).
3.
Tempat
perindukanyang
paling
disenangioleh vektor
DBD
adalah bakmandi dengan Container Index
(CI)
18,34 o/o.Karena volumenya yang lebihbesar dan
jumlah
airnya lebih banyak.4.
Kalau dibandingkan antara bak mandi yang terbuat dari semen dengan yangterbuat
dari
keramik maka
bak
mandi yang terbuat
dari
semen
lebih.
disenangi
sebagaitempat perindukan
vektor
dibanding
bak mandi
yangterbuat dari keramik dengan Container Index masing-masing adalah 11,24 o/o dan7,1
o/o
(X2:7,63
df: I
P<
0,05 ).5.
Jenis veklorDBD
yang ditemukan adalah Aedesaegtpti
(+
100 % ).6.
Aedesaegtpti
lebih
menyukai tempat perindukandi
dalam rumah (88,6 %)dibanding di luar rumah (11,4 %).
6.2.SARAN
Berdasarkan hal tersebut disarankan :
1.
Kepada
agar mengurasbak mandi
secara sempurnaminimal
satukali
seminggudanbakmandi
yangterbuat dari semen sebaiknya dicat dengan catminyak yang berwarna terang.
2.
Kepada matrasiswa ataupeneliti,
sebaiknyajuga
melakukan penelitian tentangpengetahua4sikap dan
prilaku
ibu-ibu rumah tanggadi
Perumnas Siteba Padangterhadap
penyakit demam berdarah
dan
cara
pencegahannya, sehingga bisa diketahui penyebab sebenarnya dari tingginya kepadatan veklor di daerahini.
3.
Kepada
pihak
puskesmas,
agar
melakukan
pemeriksaan
jentik
secaraberkaldPJB
)dan lebih
menggiatkanprogram
pemberantasan terhadap sarang nyamuk (PSN) di daerahini.
4.
Kepada instansiterkait,
sebaiknyajuga
melakukan survei terhadapvektor
DBD
di
daerahdaerah endemislain
dan dilakukan
secaraberkala,
sehingga dapat dipantau kepadatan vektor dari waktu ke waktu.DAFTAR PUSTAKA
e-- Achmad
H.
PetunjukBagi
Petugas Pemeriksa Jentik.Ditjen
PPM dan PLP, Depkes'
RI, Jakarta, 1990.Achmad
H.
BenangMerah
GerakanJum'at Bersih
da
Pemberantasan SarangNyamuk. Berita Epidemiologi, Depkes
RI,
1994 (Oktober) : 13-17"J
'
Achmad
H.
PenggerakanPeran serta Masyarakat
dalasr
Pemberantasan SarangNyamuk
DBD. Ditjen
PPM dan PLP, Depkes RI, Jakarta" 1997-\r'r
Christoper SR.Life
History, Bionomic
and Structure Ae.aegtpti, TheYellorv
FeverMosquito. London Cambridge
University
Press, 1960 : 307-33.Devision of Vector Borne Infectious Disease. Revised
March,
1998-/
"Direktorat
Jenderal Pemberantasan PenyakitMenular dan
Penyehatan LingkunganPemukiman, Depkes
RI,
1997 .1..
:
Gubler
DJ.
Dengue Hemorrhaqic Fevera
Global
Public
Health
Problem- Cermin DtdriaKedokteran,1992:
81;
1l-13.
Gubler
DJ.
Suharyono,Halim
S,Lubis
I,
Sumarmo, Studies on DFIFin
Indonesia,DengueNews Letter, 1980, 1
&2.
Harsono
FXR.
Penemuan dan Pengobatan PenderitaDBD di
Puskesmas. Medika,1992:18:vol5:60-68.
Hasyimi
M,
Lestari
EW,
Sukowati
S.
KesenanganBertelur
Aedesspp.
MajalahPencinta Kesehatan Lingkungan Sanitasi, 1993 : 11 (3).
Hidayat
MC,
SantosoL,
SuwasonoH.
PengaruhPh
Air
Perindulon
TerhadapPertumbuhan
dan
PerkembanganAe.aegtpti Pra
Deunasa.Cermin
Dunia.
Kedokteran,l99T: 119: 4748.
"''"
Hoedojo.DBD