• Tidak ada hasil yang ditemukan

"Post-Mondrian".

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan ""Post-Mondrian"."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

vi 

 

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

...

i

PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI

... ii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN

………... .... iii

KATA PENGANTAR

... iv

DAFTAR ISI

... vi

DAFTAR GAMBAR

... viii

DAFTAR LAMPIRAN

……… ... ix

ABSTRAKS/ABSTRACT

...

x

BAB 1

PENDAHULUAN

...

1

1.1 Latar Belakang Berkarya ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Berkarya ... 4

1.4 Ruang Lingkup Kajian ... 5

1.5 Manfaat Berkarya ... 5

1.6 Sistematika Penulisan ... 5

BAB 2

LANDASAN TEORI

...

6

2.1 Post ... 6

2.2 Postmodern Art ... 7

2.3 Modern Art ... 8

2.4 Seni Rupa Kontemporer ... 9

(2)

vii 

 

2.6 Eklektik ... 10

2.7 Eksplorasi ... 10

2.8 Korelasi Teori dan Kekaryaan ... 11

BAB 3

OBYEK KAJIAN KARYA

... 12

3.1 Gagasan Pemikiran ... 12

3.2 Gagasan Visual ... 15

3.3 Media dan Teknik Perupaan ... 17

3.4 Penuangan Gagasan Menjadi Karya ... 18

BAB 4

ANALISIS KARYA

... 20

4.1 Colour Composition in the Burahay I ... 20

4.2 Colour Composition in the Burahay II ... 21

4.3 The Bulao Abstarction ... 21

4.4 Ngajajar Composition ... 21

4.5 The Hejo Abstraction ... 22

4.6 Composition in Pupulasan ... 22

4.7 M’piet, this is Art..! ... 23

4.8 Penghormatan untuk Sang Master of Modern Art ... 23

BAB 5

KESIMPULAN

... 25

(3)

viii 

 

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Majalah Seventeen, Make-up ala De Stijl,2007 ... 14

Gambar 3.2 Gerrit Rietveld, Red Blue Chair, 1884-1964 ... 14

Gambar 3.3 Gerrit Rietveld, Schroeder House, 1884-1964 ... 14

Gambar 3.4 Gerrit Rietveld, Clock Riedveld ... 14

Gambar 3.5 Yves St Laurent, ‘Mondrian’ Day Dress ... 14

Gambar 3.6 Gerrit Rietveld,Bed Riedveld ... 14

Gambar 3.7 Piet Mondrian ... 15

Gambar 3.8 Piet Mondrian ... 15

Gambar 3.9 Piet Mondrian ... 15

Gambar 3.10 Piet Mondrian ... 15

Gambar 3.11 Piet Mondrian ... 15

Gambar 3.12 Piet Mondrian ... 15

Gambar 4.1 Colour Composition in the Burahay I ... 20

Gambar 4.2 Colour Composition in the Burahay II ... 21

Gambar 4.3 The Bulao Abstraction ... 21

Gambar 4.4 Ngajajar Composition ... 21

Gambar 4.5 The Hejo Abstraction ... 22

Gambar 4.6 Composition in Pupulasan ... 22

Gambar 4.7 M’piet,this is Art..! ... 23

(4)

ix 

 

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Proses Karya………. 27

Komentar Dosen Penguji……….. 28

Data Penulis……….. 28

(5)

 

ABSTRAK

Meminjam karya orang lain bukan merupakan tindakan buruk, ada suatu bentuk upaya lain yang melandasi didalamnya berupa gerakan maupun kritisi, karena hal apapun dilakukan untuk merayakan sebuah istilah “Post”.

“Post” menjadi sebuah awalan yang memiliki potensi untuk menghancurkan, memperbaharui atau bahkan sebuah kelanjutan atas proyek yang tak terselesaikan.

Dalam menghadirkan kekinian dan kebaruan menjadi sebuah sensasi dan penanda geliat kreativitas yang tanpa batas, bahkan menjadi sebuah paradoks antara ideologi dua zaman. Maka semangat pluralitaslah sebagai jalan untuk membuka segala hal terhadap kemungkinan-kemungkinan baru.

(6)

xi 

 

ABSTRACT

Borrowing after person artwork is not a bad behavior, there is a form of effort basicly 

inside that include movement and critic, because that everything is to celebrate a term of 

“Post”.

“Post” is a infix that have a potency that to destroy, to renew or even a continuently in

project that never solved.

In to have a presently and newly to be a sensation and abnity of creativity without limit,

even so a paradox and ideology of two age. So plurality spirit is a way to open all

posibility for a new ways.

(7)

  1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

(8)

  2

rendah (primitif) yang berada diluar Barat dengan mengemban misi seni sebagai komunikasi universal. Sedangkan pada Posmodernjustru tidak mempercayai bahwa seni mampu mengemban misi sebagai bahasa komunikasi universal melainkan mencari perbedaan spesifik dan khusus dengan memperhatikan pluralitas pandangan. Dalam praktik seni mereka mengeksplorasi bentuk alternatif dari berbagai mode yang sudah ada dan secara radikal mengkritiknya. Pada umumnya mereka cenderung melihat pentingnya media, kebebasan teknik dan sumber inspirasi yang beragam untuk menghargai multi budaya yang popular, serta pada era tersebut terdapat upaya untuk mengedepankan aspek-aspek “gelitikan” dalam berekspresi, baik komedi, parodi, plesetan maupun keironisan makna, semuanya berupaya melakukan permainan-permainan yang bebas dalam memberi tanda-tanda estetis.

Tabel 1.1 Tiga zaman dan tiga model relasi pertandaan

Kita boleh bersenang hati dengan hadirnya posmodern, karena dapat membuka kemungkinan-kemungkinan baru agar lebih plural. Namun upaya keterlibatan kita di dalamnya sebagai perupa posmodern bukan berarti buru-buru mengambil patokan lalu menunjukan suatu reaksi radikal kritik perupa di dalam karyanya, akan tetapi ada suatu hal mendasar yang hendak dicapai yaitu bukan label semata tetapi gerakan. Suatu gerakan itupun beragam, ada yang berupa bisa saja kritik radikal maupun yang sesederhana mungkin, Dan bentuk upaya penentangannya pun bisa saja di tujukan terhadap visual maupun konsep, yang diekspresikan dengan cara yang berlainan.

Era Prinsip Relasi pertanda

Klasik/pra-modernisme Form follows meaning Penanda/makna ideologis

(9)

  3

Keberadaan saya disini bukan berarti mengukuhkan posisi saya seolah-olah sebagai perupa posmodern karena bisa saja di wilayah Modern Art karena didalam sejarah seni pun tidak ada batasan yang jelas antara peralihan gerakan Modern Art di Barat (abad ke-20) yang berubah menjadi Postmodern Art (tahun 60-an), bahkan ketika munculnya gerakan Dada pun (1912) yang merupakan olok-olok terhadap kemurnian seni masih berada diwilayah Modern Art padahal gerakan Dada itu sendiri sebenarnya merupakan gerakan posmodern. Sehingga ada pengaburan, area abu-abu diantara peralihan Modern Art menuju Postmodern Art. Dalam kutipan buku Agus Sachari, maka disini dada kerap disebut sebagai posmodernisme Avant La Lettre istilah yang dipakai untuk menyebut kelompok yang telah menjadi posmodern tanpa menyadari keberadaannya. Namun disini saya tidak ingin dibatasi oleh label gerakan, baik itu diwilayah tradisi, modern ataupun posmodern. Akan tetapi yang dapat melandasi dalam karya saya yaitu dengan menggunakan istilah “Post” yang saya gunakan sebagai referensi dan pijakan sejarah yang dapat mendukung dan sesuai dengan proses berkarya. Dengan meminjam gerakan posmodern disini maksudnya bukan bentuk kritisi radikal tetapi gerakan yang saya lakukan lebih tepatnya “merayakan”.

“Beberapa kecenderungan khas yang biasa diasosiasikan dengan posmodernisme

dalam bidang seni adalah: hilangnya batas antara seni dan kehidupan sehari-hari,

tumbangnya batas antara budaya-tinggi dan budaya pop, percampuradukan gaya yang

bersifat eklektik, parodi, pastiche, ironi, kebermainan dan merayakan budaya

‘permukaan’ tanpa peduli pada kedalaman.” (I.Bambang Sugiharto, Postmodernisme,

h.25)

Didalam merayakan tersebut, bentuk dan cara apapun dilakukan walau hanya bermain-main, budaya latah, ataupun ikut numpang nama. sebab yang dicari adalah sensasi namun sensasi tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan, didalam upaya untuk mencari kekinian. Seperti yang diungkapkan oleh Hari Prasetyo dalam majalah Visual Arts, bahwa sensasi dan ekonomi adalah dua hal yang mendominasi lahirnya seni kontemporer (kekinian) dikalangan perupa muda di tanah air, apa yang hendak dicapai adalah sebuah kepuasan hati, namun apa yang dicari? “sensasi”.

(10)

  4

untuk kemudian dieksplorasi, diaplikasikan dan digabungkan, merubah, menambah serta mengurangi salah satu komponen visual dan isinya baik untuk dipuja dan diolok-olok sebagai simbol untuk menunjukan keragaman kultur dan beragam cara pandang terhadap satu nilai karya seni. Disini seolah-olah memposisikan saya sebagai apresiator dalam menilai karya seni Piet Mondrian. (untuk lebih jelasnya lihat pada Bab.3).

Didalam berkarya terkadang saya cepat merasa jenuh dengan sesuatu yang sudah terbiasa, selalu ingin terus bereksplorasi, mencari dan menggali terus kreativitas untuk menampilkan karya-karya yang kekinian, begitupun dengan perupa lainnya. Namun itu semua dibutuhkan proses berkarya yang bertahap seperti dalam karya Tugas Akhir saya ini, sebenarnya merupakan tahapan proses berkarya saya selama berkarya dari semester awal. bahwa didalam tahapan-tahapan proses berkarya tersebut dari tahap awal sampai sekarang ini dibutuhkan keberanian untuk melawan kebiasaan-kebiasaan lama yang sering dilakukan dalam berkarya. Maka upaya yang tepat dalam mewakili karya Tugas Akhir saya ini adalah ikut merayakan kekinian supaya lebih up-to date dari karya-karyasebelumnya. Seperti yang saya lakukan terhadap karya Piet Mondrian, sehingga munculah istilah “Post-Mondrian” sebagai judul Tugas Akhir ini.

1.2 Rumusan Masalah

- Apa itu Post-Mondrian?

- Faktor apa saja yang mendorong, sehingga ingin mengangkat kembali Piet Mondrian?

- Untuk apa upaya itu dilakukan?

1.3 Tujuan Berkarya

- Untuk memperkaya pengalaman, wawasan dan kemampuan saya dalam berkarya.

- Ingin menunjukan tahapan kemajuan saya dalam berkesenian.

- Untuk diapresiasikan sebagai tahap akhir dalam kelengkapan proses berkarya sehingga banyak untuk mendapatkan masukan.

(11)

  5

1.4 Ruang Lingkup Kajian

- Meminjam karya Piet Mondrian yang diaplikasikan dan dieksplorasikan dengan cara eklektik (meminjam dari istilah Arsitektur) yang memungut berbagai ikon-ikon untuk digabungkan.

- Fokus pada penggalian “Post” (Post-Mondrian) sebagai tindak lanjut terhadap karya-karya Piet Mondrian (De Stijl).

- Media kanvas, instalasi dan unsure 4D (bebauan).

1.5 Manfaat Berkarya

- Untuk karya saya selanjutnya, diharapkan mendapat banyak masukan dan inspirasi untuk pengembangan karya saya selanjutnya.

- Sebagai bahan referensi dan masukan bagi para pembaca melalui tulisan dan visual.

1.6 Sistematika Penulisan

- Penulisan ini terbagi menjadi 5 bab, sebagai berikut: Bab 1 Pendahuluan

Menguraikan secara umum tentang gambaran dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Ruang Lingkup Kajian, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian.

Bab 2 Landasan Teori

Pada bab ini menguraikan teori-teori yang ada sebagai cakupan yang terluas dari kajian mengenai teori dasar yang memperkuat argumen dari karya yang hendak ditampilkan.

Bab 3 Obyek Kajian Karya

Merupakan uraian pengantar terhadap proses kreasi secara global dalam pembuatan karya seni serta konsep berkarya untuk menjadi acuan dalam konsep karya Tugas Akhir.

Bab 4 Analisis Karya

Penganalisaan dari karya yang ditampilkan secara lebih mendalam. Bab 5 Kesimpulan

(12)

  25

BAB 5

KESIMPULAN

Keragaman budaya memberikan suatu inspirasi tersendiri dalam berkreatifitas, apapun bentuknya sekarang ini tidak ada lagi batasan budaya tinggi dan rendah. Maka bentuk pengekspresian pada karya pun sudah tidak dibatasi dan di hiraukan lagi, bahkan membuang jauh-jauh hal-hal yang dianggap tabu maupun memalukan didalam konteks budayanya.

(13)

  26

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Anne, Mary, 1995. Believing is Seing. USA: The Penguin Group

Aleinikov, Andrei G, 2005. Mega Kreativitas. Batam: Karisma Publishing Group Bangun, Sem C, 2000. Kritik Seni Rupa. Bandung: Penerbit ITB

Djelantik, A.A.M, 1999. Estetika. Bandung: Arti

M.Echols, John, 2003. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Sachari, Agus, 2002. Estetika. Bandung: Penerbit ITB

Sugiharto, I.Bambang, 1996. Postmodernisme. Yogyakarta: Penerbit Kanisius Sumardjo, Jakob. Filsafat Seni, Bandung: Penerbit ITB

Referensi :

A.Zaelani, Rizki, 2006. Hal Abstrak. Bandung: Galeri Soemardjo

Supangkat, Jim, 2006. Apa itu Seni Rupa. Bandung: FSRD UK Maranatha

Sutrisno, Mudji, 2006. Perlunya Kritik Kebudayaan yang Transformatif. Bandung: FSRD UK Maranatha

Exhibition,Art,2006. Xplore n Xtion. Bandung: FSRD UK Maranatha Sudrajat,Dadang,2006. Subliminal. Bandung: Galeri Soemardjo Prasetyo, Hari, 2009. Visual Arts. Jakarta: PT Media Visual Arts

Website :

http://id.wikipedia.org/wiki/de_stijl http://en,wikipedia.org/wiki/postmodern

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah memetakan lokasi dan kapasitas dari informasi inventarisasi mata air di Kecamatan Cidahu, mengkaji variasi dari data deret waktu mata air yang

Kompleksitas yang terlibat dalam beroperasi di Negara-negara berbeda dan mempekerjakan kategori karyawan yang berbeda kebangsaan adalah suatu variable kunci yang

ndrangheta tudi daleč najbolj razkropljena mafija po vsem svetu, zaradi svoje krutosti pa ogroţa celo neapeljsko camorro, s katero tekmujeta za primat Saviano, 2008... Sacra

Kebijakan puritanisme oleh sultan Aurangzeb dan pengislaman orang-orang Hindu secara paksa demi menjadikan tanah India sebagai negara Islam, dengan menyerang berbagai praktek

Pelatihan Dan Pendampingan Pelaksanaan Penelitian Pengembangan Untuk Meningkatkan Profesional Guru Sd Di Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng Penerapan Ipteks Diusulkan 67

Salah satu cara untuk  mendapat ketebalan yang tepat adalah dengan membuat garis – garis plesteran/patok pada dinding dengan arah vertikal dari atas ke bawah dengan jarak 1 -

Guru menerapkan model pembelajaran “ular tangga PAI ( SKI dan Fiqih )” untuk memahami konsep materi sistem yang akan diberikan dengan tahapan sebagai berikut :. • Permainan ini

• Pembayaran terkait operasional kantor (antara lain: honor terkait operasional kantor, bahan makanan, penambah daya tahan tubuh (hanya diberikan kepada pegawai yang bekerja di