• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman siswa pada Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Godean.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman siswa pada Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Godean."

Copied!
279
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN PEMAHAMAN SISWA

PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 1 GODEAN

Yustina Budi Utami Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2015

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman siswa setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) pada mata pelajaran akuntansi.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Godean. Pelaksanaan tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus yang tiap siklusnya meliputi empat tahap, yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, dokumentasi dan kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis komparatif.

(2)

ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TO

INCREASE LEARNING MOTIVATION AND STUDENT’S

COMPREHENSION IN ACCOUNTING SUBJECTS ON THE ELEVENTH GRADE STUDENTS OF SOCIAL SCIENCES DEPARTEMENT IN ONE

STATE SENIOR HIGH SCHOOL GODEAN

Yustina Budi Utami Sanata Dharma University

Yogyakarta 2015

This research aims to increase the motivation and student’s comprehension after the implementation of cooperative learning model type Student Teams Achievement Division (STAD) in accounting subjects.

This research is a classroom action research. The participants of this research were students of the Eleventh Grade of Social Sciences Departement in One State Senior High School Godean. This research was conducted in two cycles which each cycle covered four steps, those were: planning, conducting, observing, and reflecting. The methods of collecting by the data were observing, interview, documentation, dan questionnaire. The data were analyzed by using descriptive and comparative analysis.

The results of this research show that implementation of cooperative learning model type STAD can improve: (1) student’s learning motivation on the eleventh grade students of social sciences dapartement in one state senior high school Godean in accounting subjects (the average of student’s learning motivation in:initial = 47,56, the first cycle = 53,41, the second cycle = 58,88; the total number of students who reached the target, in : initial = 6,25%, the first cycle

(3)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN

PEMAHAMAN SISWA PADA MATA PELAJARAN

AKUNTANSI KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 1 GODEAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

YUSTINA BUDI UTAMI

NIM : 081334034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN

PEMAHAMAN SISWA PADA MATA PELAJARAN

AKUNTANSI KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 1 GODEAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

YUSTINA BUDI UTAMI

NIM : 081334034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)

iv

PERSEMBAHAN

Non mea sed Tua Voluntas fiat (bukan kehendakku tetapi semoga

terjadilah kehendakMu) ∞ Mgr. Julianus Kema Sunarka, SJ ∞

Dengan penuh rasa syukur, kasih, dan ketulusan

hati, kupersembahkan karya ini untuk:

 Tuhan Yesus Kristus (†), terima kasih Tuhan atas penyelenggaraanMu dan kasihMu dalam

penyelesaian skripsi ini.

 Bapak dan Ibuku tercinta, Bapak Antonius

Warsono (alm), dan Ibu Cicilia Purwanti,

terima kasih atas doa dan dukungan yang

telah diberikan sampai sekarang.

Pengorbanan kalian adalah harapan masa

depanku.

 Kakak-kakakku tercinta, Yohanes UW, Kosmas

Dwi H, Agustina Candra M, dan Fransiska

Ratna M, terima kasih atas doa dan dukungan

(8)

v

MOTTO

Ajrih, asih mring Pangeran

[ Mgr. Julianus Kema

Sunarka, SJ ].

Kemampuan berfikir jauh lebih bernilai daripada

kemampuan mengingat fakta [ David J. Schwartz ].

Jangan pernah melewatkan kesempatan mengatakan selamat

atas prestasi siapapun, atau menyatakan simpati akan

penderitaan atau kekecewaan [ David J. Schwartz ].

Hal-hal besar tidak dapat dicapai dengan mudah dan

sempurna, melainkan melalui perpaduan dari serentetan

hal-hal kecil yang dilakukan dengan baik dan sempurna

(9)
(10)
(11)

viii

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN PEMAHAMAN SISWA

PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI IPS 2

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman siswa setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) pada mata pelajaran akuntansi.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Godean. Pelaksanaan tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus yang tiap siklusnya meliputi empat tahap, yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, dokumentasi dan kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis komparatif.

(12)

ix

ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TO

INCREASE LEARNING MOTIVATION AND STUDENT’S

COMPREHENSION IN ACCOUNTING SUBJECTS ON THE ELEVENTH GRADE STUDENTS OF SOCIAL SCIENCES DEPARTEMENT IN ONE

STATE SENIOR HIGH SCHOOL GODEAN

Yustina Budi Utami Sanata Dharma University

Yogyakarta 2015

This research aims to increase the motivation and student’s comprehension after the implementation of cooperative learning model type Student Teams Achievement Division (STAD) in accounting subjects.

This research is a classroom action research. The participants of this research were students of the Eleventh Grade of Social Sciences Departement in One State Senior High School Godean. This research was conducted in two cycles which each cycle covered four steps, those were: planning, conducting, observing, and reflecting. The methods of collecting by the data were observing, interview, documentation, dan questionnaire. The data were analyzed by using descriptive and comparative analysis.

The results of this research show that implementation of cooperative learning model type STAD can improve: (1) student’s learning motivation on the eleventh grade students of social sciences dapartement in one state senior high school Godean in accounting subjects (the average of student’s learning motivation in:initial = 47,56, the first cycle = 53,41, the second cycle = 58,88; the total number of students who reached the target, in : initial = 6,25%, the first cycle = 31,25%, the second cycle = 75%); (2) student’s comprehension (the average of

student’s comprehension of the post test in the first cycle = 84, the second cycle =

(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas

berkat, rahmat, kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student

Teams Achievement Division (STAD) untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan

Pemahaman Siswa Pada Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1

Godean.

Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan, support, dan bimbingan

dari berbagai pihak, skripsi ini tidak terwujud. Oleh karena itu, melalui

kesempatan ini penulis ingin secara khusus mengucapkan ucapan terima kasih

yang setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Ibu Natalina Premastuti B., S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang

telah bersedia membantu penulis, membimbing, memberikan saran, motivasi

dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini sampai selesai.

5. Ibu Cornelio Purwantini, S.Pd., M.SA. dan Bapak Agustinus Heri Nugroho,

S.Pd., M.Pd. selaku dosen penguji, terima kasih atas saran dan kritik yang

telah diberikan untuk perbaikkan skripsi ini.

6. Seluruh bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi beserta

staf karyawan USD Yogyakarta yang telah memberikan bimbingan, arahan

dan pelayanan selama penulis belajar di Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

7. Ibu Erni Dwi Yulianti, S.Pd selaku guru mitra yang telah bersedia membantu

penulis melaksanakan penelitian bersama dan membantu pelaksanaan

(14)

xi

8. Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Godean dan seluruh keluarga besar SMA

Negeri 1 Godean, Sleman, Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis dalam melaksanakan penelitian sampai selesai.

9. Kedua orang tuaku, Bapak Antonius Warsono (almarhum) dan Ibu Cicilia

Purwanti yang selalu memberikan doa, semangat, motivasi, bimbingan dan

pengarahan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Kakak-kakakku tercinta Yohanes Untung Widarto, Kosmas Dwi Hartanto,

Agustina Candra Mulyani, dan Fransiska Ratna Mukti yang selalu

memberikan doa, cinta, kasih sayang, semangat dan motivasi kepada penulis.

11. Sahabat-sahabat tersayang Maria Kurniasari P, Ika Noviana, Esti N, Ayuk,

Rani, Fransiska Ida dan teman-teman lain yang tidak dapat disebutkan satu

persatu, terima kasih atas doa, semangat dan motivasi kalian sampai penulis

berhasil menyelesaikan skripsi ini.

12. Teman-teman Pendidikan Akuntansi 2008 yang telah banyak membantu

penulis.

13. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada

penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

sempurna, oleh karena itu berbagai saran, kritik dan masukan sangat diharapkan

demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini

bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Yogyakarta, 30 Juli 2015

Penulis

(15)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR BAGAN ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

(16)

xiii

BAB II KAJIAN TEORITIK ... 7

A. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 7

B. Model Pembelajaran Cooperative Learning ... 22

C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 29

D. Motivasi Belajar ... 36

E. Pemahaman Siswa ... 42

F. Kajian Penelitian yang Relevan ... 45

G. Kerangka Berfikir ... 46

H. Pertanyaan penelitian ... 49

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 50

A. Jenis Penelitian ... 50

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 50

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 51

D. Prosedur Penelitian ... 51

E. Instrumen Penelitian ... 58

F. Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 60

G. Teknik Pengumpulan Data ... 63

H. Uji Kuesioner ... 67

I. Teknik Analisis Data ... 71

BAB VI GAMBARAN UMUM SEKOLAH ... 74

A. Sejarah Berdirinya SMA Negeri 1 Godean ... 74

B. Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah ... 74

(17)

xiv

BAB V HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN ... 78

A. Hasil Observasi ... 78

1. Observasi Pra Penelitian ... 78

2. Pelaksanaan Tindakan ... 90

1) Siklus 1 ... 90

2) Siklus 2 ... 108

B. Analisis Komparasi Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dan Pemahaman Siswa pada Mata Pelajaran Akuntansi ...126

1. Analisis Komparatif Motivasi Belajar ... 126

2. Analisis Komparatif Pemahaman Siswa ...130

C. Pembahasan ...131

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN ...136

A. Kesimpulan ...136

B. Keterbatasan ...136

C. Saran ...137

DAFTAR PUSTAKA ... 138

(18)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Fase-fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 31

Tabel 2.2 Perhitungan Skor Perkembangan ... 33

Tabel 2.3 Tingkat Penghargaan Kelompok ... 34

Tabel 2.4 Skala Penilaian ... 44

Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal Pre Test dan Post Test Siklus 1 ... 61

Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Pre Test dan Post Test Siklus 2 ... 61

Tabel 3.3 Skor Variabel Motivasi ... 62

Tabel 3.4 Penilaian Acuan Patokan Tipe II (PAP II) ... 63

Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Motivasi ... 66

Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar ... 69

Tabel 3.7 Rangkuman Hasil Pengujian Reliabilitas ... 70

Tabel 3.8 Penilaian Acuan Patokan Tipe II untuk Motivasi Belajar ... 72

Tabel 5. 1 Hasil Observasi Guru (Pra Penelitian) ... 80

Tabel 5.2 Hasil Observasi Kegiatan Siswa (Pra Penelitian) ... 82

Tabel 5.3 Hasil Observasi Kondisi Kelas (Pra Penelitian) ... 84

Tabel 5.4 Hasil Skor Kuesioner Motivasi Belajar (Pra Penelitian) ... 88

Tabel 5.5 Hasil Analisis Motivasi Belajar Sebelum Penerapan PTK ... 89

Tabel 5.6 Aktivitas Guru Selama Proses Pembelajaran (Siklus 1) ... 95

Tabel 5.7 Aktivitas Siswa Selama Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Siklus 1) ... 97

Tabel 5.8 Aktivitas Kelas Selama Proses Pembelajaran (Siklus 1) ... 98

(19)

xvi

Tipe STAD (Siklus 1) ... 100

Tabel 5.10 Kesan Siswa Terhadap Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe STAD (Siklus 1) ... 102

Tabel 5.11 Hasil Skor Kuesioner Motivasi Belajar Siswa Setelah Penerapan

STAD (Siklus 1) ... 103

Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi Penilaian Motivasi Belajar Siswa (Siklus1) .... 105

Tabel 5.13 Hasil Nilai Pre Test dan Post Test (Siklus 1) ... 106

Tabel 5.14 Distribusi Frekuensi Penilaian Pemahaman Siswa

Siklus I (Pre Test) ... 107

Tabel 5.15 Distribusi Frekuensi Penilaian Pemahaman Siswa

Siklus I (Post Test) ... 108

Tabel 5.16 Aktivitas Guru Selama Proses Pembelajaran (Siklus II) ... 114

Tabel5.17 Aktivitas Siswa Selama Penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe STAD (Siklus II) ... 116

Tabel 5.18 Aktivitas Kelas Selama Proses Pembelajaran ... 117

Tabel 5.19 Kesan Guru Mitra Terhadap Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

STAD ... 119

Tabel 5.20 Kesan Siswa Terhadap Perangkat dan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe STAD (Siklus II) ... 121

Tabel 5.21 Hasil Skor Kuesioner Motivasi Belajar Siswa Setelah Penerapan

STAD (Siklus II) ... 122

Tabel 5.22 Distribusi Frekuensi Penilaian Motivasi Belajar Siswa (Siklus2) ... 123

(20)

xvii

Tabel 5.24 Distribusi Frekuensi Penilaian Pemahaman Siswa Siklus II

(Post Test) ... 125

Tabel 5.25 Hasil Komparasi Motivasi Belajar Siswa Sebelum,

Siklus 1, dan Siklus 2 ... 127

Tabel 5.26 Distribusi Frekuensi Penilaian Motivasi Belajar Siswa

Sebelum dan Sesudah Penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe STAD pada Siklus 1 dan Siklus 2 ... 128

(21)

xviii

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Bagan Tahapan PTK ... 9

Bagan 2.2 Bagan Tahapan PTK Menurut Model John Illiot ... 19

Bagan 2.3 Bagan Tahapan PTK Menurut Model Hopkins ... 20

(22)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian dan Sesudah Penelitian ... 140

Lampiran 2 Lembar Observasi (Pra Penelitian) ... 145

Lampiran 3 Perangkat Siklus 1 ... 153

Lampiran 4 Perangkat Siklus 2 ... 202

Lampiran 5 Lembar Kuesioner ... 231

Lampiran 6 Daftar Data Tabulasi ... 239

Lampiran 7 Hasil Pre Test dan Post Test ... 252

Lampiran 8 Observasi Penelitian ... 255

1. Observasi Penelitian (Siklus I) ... 256

(23)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR BAGAN ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

(24)

xiii

BAB II KAJIAN TEORITIK ... 7

A. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 7

B. Model Pembelajaran Cooperative Learning ... 22

C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 29

D. Motivasi Belajar ... 36

E. Pemahaman Siswa ... 42

F. Kajian Penelitian yang Relevan ... 45

G. Kerangka Berfikir ... 46

H. Pertanyaan penelitian ... 49

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 50

A. Jenis Penelitian ... 50

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 50

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 51

D. Prosedur Penelitian ... 51

E. Instrumen Penelitian ... 58

F. Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 60

G. Teknik Pengumpulan Data ... 63

H. Uji Kuesioner ... 67

I. Teknik Analisis Data ... 71

BAB VI GAMBARAN UMUM SEKOLAH ... 74

A. Sejarah Berdirinya SMA Negeri 1 Godean ... 74

(25)

xiv

C. Struktur Organisasi dan Program Kerja SMA N 1 Godean ... 76

BAB V HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN ... 81

A. Hasil Observasi ... 78

1. Observasi Pra Penelitian ... 78

2. Pelaksanaan Tindakan ... 90

1) Siklus 1 ... 90

2) Siklus 2 ... 108

B. Analisis Komparasi Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) untuk

Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dan Pemahaman Siswa

pada Mata Pelajaran Akuntansi ...126

1. Analisis Komparatif Motivasi Belajar ... 126

2. Analisis Komparatif Pemahaman Siswa ...130

C. Pembahasan ...131

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN ...134

A. Kesimpulan ...136

B. Keterbatasan ...136

C. Saran ...137

DAFTAR PUSTAKA ... 138

(26)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Fase-fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 31

Tabel 2.2 Perhitungan Skor Perkembangan ... 33

Tabel 2.3 Tingkat Penghargaan Kelompok ... 34

Tabel 2.4 Skala Penilaian ... 44

Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal Pre Test dan Post Test Siklus 1 ... 61

Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Pre Test dan Post Test Siklus 2 ... 61

Tabel 3.3 Skor Variabel Motivasi ... 62

Tabel 3.4 Penilaian Acuan Patokan Tipe II (PAP II) ... 63

Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Motivasi ... 66

Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar ... 69

Tabel 3.7 Rangkuman Hasil Pengujian Reliabilitas ... 70

Tabel 3.8 Penilaian Acuan Patokan Tipe II untuk Motivasi Belajar ... 72

Tabel 5. 1 Hasil Observasi Guru (Pra Penelitian) ... 80

Tabel 5.2 Hasil Observasi Kegiatan Siswa (Pra Penelitian) ... 82

Tabel 5.3 Hasil Observasi Kondisi Kelas (Pra Penelitian) ... 84

Tabel 5.4 Hasil Skor Kuesioner Motivasi Belajar (Pra Penelitian) ... 88

Tabel 5.5 Hasil Analisis Motivasi Belajar Sebelum Penerapan PTK ... 89

Tabel 5.6 Aktivitas Guru Selama Proses Pembelajaran (Siklus 1) ... 95

Tabel 5.7 Aktivitas Siswa Selama Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe STAD (Siklus 1) ... 97

(27)

xvi

Tabel 5.9 Kesan Guru Mitra Terhadap Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

STAD (Siklus 1) ... 100

Tabel 5.10 Kesan Siswa Terhadap Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

(Siklus 1) ... 102

Tabel 5.11 Hasil Skor Kuesioner Motivasi Belajar Siswa Setelah Penerapan

STAD (Siklus 1) ... 103

Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi Penilaian Motivasi Belajar Siswa (Siklus1) .... 105

Tabel 5.13 Hasil Nilai Pre Test dan Post Test (Siklus 1) ... 106

Tabel 5.14 Distribusi Frekuensi Penilaian Pemahaman Siswa Siklus I (Pre Test)107

Tabel 5.15 Distribusi Frekuensi Penilaian Pemahaman Siswa Siklus I (Post

Test) ... 108

Tabel 5.16 Aktivitas Guru Selama Proses Pembelajaran (Siklus II) ... 114

Tabel5.17 Aktivitas Siswa Selama Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe STAD (Siklus II) ... 116

Tabel 5.18 Aktivitas Kelas Selama Proses Pembelajaran ... 117

Tabel 5.19 Kesan Guru Mitra Terhadap Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

STAD ... 119

Tabel 5.20 Kesan Siswa Terhadap Perangkat dan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe STAD (Siklus II) ... 121

Tabel 5.21 Hasil Skor Kuesioner Motivasi Belajar Siswa Setelah Penerapan

STAD (Siklus II) ... 122

Tabel 5.22 Distribusi Frekuensi Penilaian Motivasi Belajar Siswa (Siklus2) ... 123

(28)

xvii

Tabel 5.24 Distribusi Frekuensi Penilaian Pemahaman Siswa Siklus II (Post

Test) ... 125

Tabel 5.25 Hasil Komparasi Motivasi Belajar Siswa Sebelum, Siklus 1, dan

Siklus 2 ... 127

Tabel 5.26 Distribusi Frekuensi Penilaian Motivasi Belajar Siswa Sebelum dan

Sesudah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

pada Siklus 1 dan Siklus 2 ... 128

(29)

xviii

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Bagan Tahapan PTK ... 9

Bagan 2.2 Bagan Tahapan PTK Menurut Model John Illiot ... 19

Bagan 2.3 Bagan Tahapan PTK Menurut Model Hopkins ... 20

(30)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian dan Sesudah Penelitian ... 140

Lampiran 2 Lembar Observasi (Pra Penelitian) ... 145

Lampiran 3 Perangkat Siklus 1 ... 153

Lampiran 4 Perangkat Siklus 2 ... 202

Lampiran 5 Lembar Kuesioner ... 231

Lampiran 6 Daftar Data Tabulasi ... 239

Lampiran 7 Hasil Pre Test dan Post Test ... 252

Lampiran 8 Observasi Penelitian ... 255

1. Observasi Penelitian (Siklus I) ... 256

(31)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu hal yang sangat kita perlukan guna

membantu dalam penyelenggaraan pembangunan bangsa suatu negara.

Suatu pendidikan dapat diperoleh melalui lembaga formal ataupun non

formal. Salah satu lembaga formal dalam penyelenggaraan pendidikan

yaitu sekolah, dimana setiap sekolah mencanangkan program – program

tertentu dalam pencapaian pendidikan belajar itu sendiri. Sekolah tidak

lepas dari suatu standar kurikulum pemerintah dalam pencapaian tujuan

belajar.

Dengan pencapaian belajar yang baik, tentunya diperlukan

beberapa hal yang sangat mendukungnya, salah satunya ialah proses antara

guru dan siswa di dalam kelas. Di dalam kelas itu sendiri siswa dapat

berkembang melalui seorang guru. Pembelajaran di dalam kelas adalah

proses dimana terjadinya interaksi antara guru dan siswa. Dalam proses

interaksi tersebut, guru tidak hanya memberikan ilmu yang dimiliki

kepada para siswanya, namun guru juga harus mampu memberikan

pemahaman mendalam tentang materi pelajaran yang diberikan kepada

siswanya. Dari berbagai macam pelajaran yang diajarkan, salah satunya

(32)

Pendidikan (KTSP) sekarang ini, pelajaran akuntansi dipelajari siswa

Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas XI pada semester genap dan kelas

XII selama dua semester. Ternyata pelajaran ini bukan hanya untuk

dipelajari saja, namun pelajaran akuntansi termasuk salah satu pelajaran

yang diujikan pada saat Ujian Akhir Nasional (UAN). Oleh karena itu,

siswa diharapkan dapat termotivasi dalam belajar akuntansi dan

memahami pelajaran akuntansi dengan baik.

Namun pada kenyataannya, menurut guru pengampu mata

pelajaran, banyak siswa yang kurang termotivasi dalam belajar akuntansi

sehingga mereka kurang memahami materi pelajaran akuntansi tersebut.

Oleh sebab itu peneliti tertarik mengadakan observasi untuk mengetahui

penyebab dari kurang termotivasinya siswa dalam belajar akuntansi dan

kurangnya pemahaman siswa terhadap mata pelajaran akuntansi. Adapun

beberapa penyebabnya, yaitu:

1. Siswa kurang terlibat secara aktif dalam pembelajaran di kelas.

Ketika guru menjelaskam materi di depan kelas, sedikit siswa yang

memperhatikannya. Siswa cenderung hanya mendengarkan guru, tetapi

pada kenyataan tidak memahaminya. Jika guru mengajukan

pertanyaan, siswa hanya diam dan para siswa dianggap oleh guru

sudah memahami materi apa yang sudah disampaikannya.

2. Siswa kurang dilibatkan dalam mengapresiasikan pengetahuan yang

(33)

Para guru cenderung hanya mementingkan apa yang diajarkannya,

tanpa harus mengerti apakah siswa itu sendiri sudah paham atau belum

terhadap mata pelajaran yang diajarkan oleh guru.

3. Kurangnya perhatian guru kepada semua siswa pada saat

pembelajaran di dalam kelas.

Siswa yang diperhatikan lebih oleh guru tentunya akan membuat siswa

lainnya menjadi malas dalam belajar. Di dalam kelas misalnya, guru

hanya hafal satu atau dua nama siswa yang dirasa pandai, sehingga

guru hanya memfokuskan perhatiannya pada siswa tersebut tanpa

memandang siswa-siswa lain yang juga sangat membutuhkan

perhatiannya.

Dari uraian tersebut di atas, peneliti berusaha mencari penyebabnya,

akar permasalahan yang mungkin menjadi penyebab kurangnya motivasi

belajar dan pemahaman siswa, yaitu metode pembelajaran yang dilakukan

oleh guru cenderung tradisional (ceramah). Oleh karena itu, guru harus

mencoba menggunakan metode pembelajaran yang melibatkan siswa

secara aktif guna mencapai hasil belajar yang baik. Banyak metode

pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan oleh guru, yaitu metode

Student Teams Achievement Division (STAD), metode Jigsaw, Investigasi

kelompok (Group Investigation), metode Think Pair Share (TPS), metode

Numbered Head Together (NHT), dan metode Teams Games Tournament

(34)

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk

mengadakan penelitian tentang metode pembelajaran kooperatif

khususnya tipe STAD pada mata pelajaran akuntansi terhadap peningkatan

motivasi dan pemahaman siswa. Adapun alasan peneliti memilih metode

STAD, yaitu peneliti menduga bahwa dalam pembelajaran, siswa dapat

dilibatkan secara aktif bersama dengan kelompok timnya dan mampu

bekerja sama antara anggota satu dengan anggota lainnya di dalam

kelompok itu sendiri. Kerjasama antar siswa itulah pada akhirnya

membuahkan keberhasilan kelompok. Karena keberhasilan kelompok

adalah tanggung jawab semua anggota kelompok. Oleh sebab itu, guru

harus memikirkan dan membuat perencanaan sebelum melakukan proses

pengajaran agar siswa dapat terlibat secara aktif.

Berdasarkan masalah tersebut di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tindakan kelas, yaitu dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Pemahaman Siswa pada Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Godean”.

B. Batasan Masalah

Penelitian ini akan memfokuskan pada tipe STAD pada variabel

peningkatan motivasi belajar dan pemahaman siswa pada mata pelajaran

(35)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat disusun rumusan

masalah, yaitu:

1. Apakah ada peningkatan motivasi belajar kelas XI IPS 2 SMA Negeri

1 Godean melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD pada mata pelajaran akuntansi?

2. Apakah ada peningkatan pemahaman belajar siswa kelas XI IPS 2

SMA Negeri 1 Godean melalui penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran akuntansi?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui apakah ada peningkatan motivasi belajar kelas XI IPS 2

SMA Negeri 1 Godean melalui penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran akuntansi?

2. Mengetahui apakah ada peningkatan pemahaman belajar siswa kelas

XI IPS 2 SMA Negeri 1 Godean melalui penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran akuntansi?

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat memberikan pengalaman yang berguna, berharga

dan dapat menjadi bekal bagi peneliti untuk terjun kedunia pendidikan

serta dapat memperoleh wawasan dalam menganalisis suatu masalah

(36)

2. Bagi siswa

Dengan penelitian ini siswa diharapkan dapat termotivasi belajar

akuntansi, memahami, dan dapat meningkatkan nilai akuntansi.

3. Bagi guru

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan

masukan serta bahan pertimbangan saat memilih metode pembelajaran.

4. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan dampak pada

peningkatan mutu pembelajaran di sekolah yang akhirnya pada

kualitas sekolah.

5. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu literatur atau

(37)

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Penelitian Tindakan Kelas

1. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Suharsimi Arikunto (2006: 2-26) mengemukakan Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) dalam bahasa Inggris adalah Classroom Action

Research (CAR). Dari namanya sudah menunjukkan isi yang

terkandung di dalamnya, yaitu sebuah kegiatan penelitian yang

dilakukan di kelas. Dikarenakan ada tiga kata yang membentuk

pengertian tersebut, maka ada tiga pengertian yang dapat diterangkan.

1. Penelitian

Menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu obyek dengan

menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk

memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam

meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi

peneliti.

2. Tindakan

Menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan

dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian

(38)

3. Kelas

Dalam hal ini terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam

pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal

dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan

istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang

sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.

Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata inti, yaitu (1)

penelitian, (2) tindakan, dan (3) kelas, segera dapat disimpulkan bahwa

penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap

kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan

dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut

diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh

siswa. Model penelitian tindakan kelas menurut Suharsimi Arikunto

yaitu ada empat tahapan yang lazim perlu dilalui, yaitu: (1)

perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi.

Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah

(39)

(Arikunto, 2006: 16)

Tahap 1: Menyusun rancangan tindakan (Planning)

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa,

mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana

tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal

sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang

melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses

jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah penelitian

kolaborasi. Cara ini dikatakan ideal karena adanya upaya

untuk mengurangi insur subyektivitas pengamat serta mutu

kecermatan yang dilakukan. Perencanaan

Pengamatan SIKLUS I

Pengamatan

Perencanaan

SIKLUS II Refleksi

Refleksi

Pelaksanaan Pelaksanaan

(40)

Tahap 2: Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Tahap ini adalah pelaksanaan yang merupakan

implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenai

tindakan di kelas. Hal yang peru diingat adalah bahwa

dalam tahap ini pelaksana guru harus ingat dan berusaha

menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan,

tetapi harus pula berlaku wajar, tidak dibuat-buat.

Tahap 3: Pengamatan (Observing)

Tahap ini yaitu kegiatan pengamatan yang

dilakukan oleh pengamat. Tahap ini dapat dikatakan bahwa

pengamatan juga diberikan untuk memberikan peluang

kepada guru pelaksana yang juga berstatus sebagai

pengamat.

Tahap 4: Refleksi (Reflecting)

Tahap ini merupakan kegiatan untuk

mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan.

Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru

pelaksana sudah selesi melakukan tindakan, kemudian

berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan

implementasi rancangan tindakan.

Suharsimi Arikunto juga mengemukakan sasaran-sasaran atau

(41)

1. Unsur siswa, dapat dicermati objeknya ketika siswa yang

bersangkutan sedang asyik mengikuti proses pembelajaran di

kelas/ lapangan/ laboratorium/ bengkel, maupun ketika sedang

asyik mengerjakan pekerjaan rumah dengan serius, atau ketika

mereka sedang mengikuti kerja bakti di luar sekolah.

2. Unsur guru, dapat dicermati ketika yang bersangkutan sedang

mengajar di kelas, terutama cara guru memberi bantuan kepada

siswa, ketika sedang membimbing siswa yang sedang

berdarmawisata, atau ketika guru sedang mengadakan kunjungan

ke rumah siswa.

3. Unsur materi pelajaran, dapat dicermati dalam GBPP dan yang

sudah dikembangkan dalam Rencana Tahunan, Rencana

Semesteran dan Analisis Materi Pelajaran. Lebih lanjut dapat

dilihat dari materi yang tertulis dalam Satuan Pelajaran dan

terutama ketika materi tersebut disajikan kepada siswa, me;iputi

pengorganisasian, urutannya, cara penyajiannya atau

pengaturannya.

4. Unsur peralatan atau sarana pendidikan, meliputi peralatan baik

yang dimiliki oleh siswa perseorangan, peralatan yang disediakan

oleh sekolah, ataupun peralatan yang disediakan dan digunakan di

kelas dan di laboratorium.

5. Unsur hasil pembelajaran, yang ditinjau dari tiga ranah yang

(42)

pembelajaran, baik susunan maupun tingkat pencapaian.

Dikarenakan hasil belajar merupakan produk yang harus

ditingkatkan, pasti terkait dengan tindakan unsur lain.

6. Unsur lingkungan, baik lingkungan siswa di kelas, sekolah maupun

yang melingkungi siswa di rumahnya. Informasi tentang

lingkungan dikaji bukan untuk dilakukan campur tangan, tetapi

digunakan sebagai pertimbangan dan bahan untuk pembahasan.

7. Unsur pengelolaan, yang jelas-jelas merupakan gerak kegiatan

sehingga mudah diatur dan direkayasa dalam bentuk tindakan.

Sedangkan Wijayah Kusumah (2009: 9) mengemukakan definisi

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh

guru di kelasnya sendiri dengan cara (1) merencanakan, (2) melaksanakan,

dan (3) merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan

tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa

dapat meningkat. Suhardjono (2006: 58-61) mengemukakan Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan di kelas dengan

tujuan memperbaiki/ meningkatkan mutu praktik pembelajaran.

Penelitian Tindakan Kelas menurut Susilo (2007: 16) adalah penelitian

yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat mengajar,

dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan

proses dalam pembelajaran. Menurut Susilo, dalam prakteknya PTK

(43)

a. Merumuskan masalah dan merencanakan tindakan (planning).

b. Melaksanakan tindakan (acting) dan pengamatan (observing).

c. Merefleksikan (reflecting) hasil pengamatan.

d. Perbaikan atau perubahan peencanaan (replanning) untuk

pengembangan tingkat keberhasilan.

2. Manfaat dan Tujuan Penelitian Tindakan Kelas 1) Manfaat Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Wijaya Kusumah (2009: 16), ada beberapa manfaat dari

PTK, yaitu:

a. Menumbuhkan kebiasaan menulis.

Karena terbiasa menulis, guru bisa memperoleh kesempatan

untuk naik golongan bagi PNS, karena sertifikasi guru

mensyaratkan PTK.

b. Meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.

c. Berpikir analisis dan ilmiah.

Karena terbiasa mencari jalan keluar, maka seorang guru akan

terbiasa untuk berpikir analisis ilmiah. Oleh karena itu, PTK

dapat mengarahkan guru untuk selalu berpikir ilmiah dalam

memecahkan masalah.

d. Menambah khasanah ilmu pendidikan.

Dengan banyaknya tulisan dari para guru yang melakukan PTK,

(44)

dan mengembangkan wawasannya. Hal ini dapat menambah

khasanah baru dalam dunia pendidikan.

e. Menumbuhkan semangat guru lain.

PTK dapat mendorong guru lain untuk mencoba melakukan

PTK di kelas diajarnya dan untuk meningkatkan kualitas

pelaksanaan pembelajarann kelas.

f. Mengembangkan pembelajaran.

Dengan PTK, guru dapat mengembangkan keterampilan atau

pendekatan baru pembelajaran dan dapat memecahkan masalah

dengan penerapan langsung di ruang kelas.

g. Meningkatkan mutu sekolah secara keseluruhan.

PTK pada intinya memperbaiki proses pembelajaran di kelas.

Semakin sering dan banyak guru yang menulis PTK, maka

semakin baiklah kualitas sekolah tersebut.

Sedangkan Susilo (2007: 18) mengemukakan ada dua manfaat PTK,

yaitu:

a. Melalui PTK secara kolaboratif akan tercipta peluang yang luas

terhadap terciptanya karya tulis bagi guru.

b. Karya Tulis Ilmiah semakin diperlukan guru di masa depan

untuk meningkatkan kariernya, dan dalam rangka membuat

rancangan penelitian tindakan kelas yang lebih berbobot sambil

(45)

2) Tujuan Penelitian Tindakan Kelas

Suhardjono (2006: 61) mengemukakan tujuan dari PTK, yaitu:

a. Meningkatkan mutu isi, proses, serta, hasil pendidikan dan

pembelajaran di sekolah.

b. Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi

masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas.

c. Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga

kependidikan.

d. Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan

sekolah sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan

perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara

berkelanjutan (sustainable).

3. Model-model Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Wijaya Kusumah (2009: 24) ada lima model Penelitian

Tindakan Kelas (PTK), yaitu:

1) Model Kurt Lewin

Model Kurt Lewin menjadi acuan pokok atau dasar adanya

berbagai model penelian tindakan yang lain, khususnya PTK.

Dikatakan demikian karena dialah yang pertama kali

memperkenalkan Action Research atau penelitian tindakan.

Konsep pokok penelitian tindakan Model Kurt Lewin terdiri dari

empat komponen, yaitu a) perencanaan (planning), b) tindakan

(46)

Dapat digambarkan dalam siklus:

Acting

Planning Observing

Reflecting

2) Model Kemmis & MC Taggart

Model ini merupakan pengembangan dari konsep dasar yang

diperkenalkan oleh Kurt Lewin sebagaimana yang diutarakan di

atas. Hanya saja, komponen tindakan (acting) dengan pengamatan

(observing) dijadikan sebagai satu kesatuan. Disatukannya kedua

komponen tersebut disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa

antara penerapan acting dan observing merupakan dua kegiatan

yang tidak terpisahkan. Maksudnya, kedua kegiatan ini harus

dilakukan dalam satu kesatuan waktu, ketika tindakan dilaksanakan

begitu pula observasi juga harus dilaksanakan. Untuk lebih

tepatnya, berikut ini dikemukakan bentuk desainnya (Kemmis &

(47)

Apabila dicermati, model yang dikemukakan oleh Kemmis &

McTaggart pada hakekatnya berupa perangkat atau untaian-untaian

dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu:

perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Keempat

komponen yang berupa untaian tersebut dipandang sebagai satu

siklus. Oleh karena itu, pengertian siklus pada kesempatan ini

adalah putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan,

pengamatan dan refleksi. Pada gambar di atas, tampak bahwa di

dalamnya terdiri dari dua perangakt komponen yang dapat

dikatakan sebagai dua siklus. Untuk pelaksanaan sesungguhnya,

jumlah siklus sangat bergantung kepada permasalahan yang perlu

diselesaikan.

3) Model John Illiot

Desain John Illiot tampak bahwa di dalam satu tindakan (acting)

terdiri dari beberapa step atau langkah tindakan, yaitu langkah1,

langkah tindakan 2, langkah tindakan 3. Adanay langkah-langkah

(48)

mata pelajaran terdiri dari beberapa pokok bahasan, dan setiap

pokok bahasan terdiri dari beberapa materi, yang tidak dapat

diselesaikan dalam satu kali tindakan. Oleh karenanya, untuk

menyelesaikan satu pokok bahasan tertentu diperlukan beberapa

kali langkah tindakan, yang terealisasi di dalam kegiatan belajar

(49)

Siklus I Siklus II Siklus III

Ide awal

Temuan dan Analisis

Perencanaan Umum Langkah Tindakan 1,2,3

Penjelasan Kegagalan tentang Implementasi

Implementasi Langkah Tindakan

Model PTK John Illiot

Monitoring Implementasi dan Efeknya

Revisi Perencanaan Umum

Implementasi Langkah Berikutnya

Revisi Ide Umum

Implementasi Langkah Berikutnya

Perbaikan Perencanaan Langkah Tindakan 1,2,3

Monitoring Implementasi dan Efek

Penjelasan Kegagalan & Efek Monitoring Implementasi dan Efek

Perbaikan Perencanaan

(50)

4) Model Hopkins

Berpijak pada desain-desain model PTK para ahli pendahulunya,

selanjutnya Hopkins (1993: 191) menyusun desain tersendiri, yaitu

sebagai berikut:

Perencanaan Tindakan Target, Tugas, Kriteria,

Keberhasilan

Implementasi

Menopang Komitmen

Mengatasi Problem

Evaluasi

Cek Kemajuan

Cek hasil

Pengambilan stok

Pelaporan Audit

(51)

5) Model Mc. Kernan

Menurut Mc. Kernan ada tujuh langkah yang harus dicermati

dalam PTK, yaitu:

1. Analisis situasi (reconnaissance)

2. Perumusan dan klarifikasi permasalahan

3. Hipotesis tindakan

4. Perencanaan tindakan

5. Penerapan tindakan dengan monitoringnya

6. Evaluasi hasil tindakan

7. Refleksi dan pengambilan keputusan untuk pengembangan

(52)

B. Model Pembelajaran Cooperative Learning 1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Trianto (2009: 56) mengemukakan pembelajaran kooperatif

adalah siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang

terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen,

kemampuan, jenis kelamin, suku/ ras, dan satu sama lain saling

membantu. Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok

strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi

untuk mencapai tujuan bersama (Eggen & Kauchak, 1996: 279).

Trianto (Artzt & Newman, 1990: 448) menyatakan bahwa dalam

belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam

menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama.

Jadi, setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab yang sama

untuk keberhasilan kelompoknya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah

suatu model yang lebih mengutamakan kerja kelompok untuk saling

membantu siswa satu dengan yang lainnya dan diharapkan tercipta

suatu kerjasama antara anggota dengan anggota kelompok, kelompok

dengan kelompok, ataupun kelompok dengan guru.

2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Ide utama dari pembelajaran kooperatif adalah siswa bekerja

sama untuk belajar dan betanggung jawab pada kemajuan belajar

(53)

menyatakan bahwa tujuan pokok pembelajaran kooperatif adalah

memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik

dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok.

Menurut Eggen & Kauchak Trianto (2009: 58), pembelajaran

kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi

siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan

dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan

kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama

siswa yang berbeda latar belakangnya. Dalam pembelajaran kooperatif,

tujuan-tujuan pembelajaran mencakup tiga jenis tujuan penting, yaitu

hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman dan

pengembangan keterampilan social (Ibrahim, dkk, 2000: 7).

Jadi, tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah untuk

meningkatkan pembelajaran secara kerja sama dalam tim kelompok

dan saling memberikan dukungan terhadap anggota tim di dalam

pembelajaran bersama tersebut.

3. Keunggulan penggunaan pembelajaran kooperatif

Menurut Wina Sanjaya (2006: 247–248), ada banyak keuntungan yang

diperoleh dari penggunaan pembelajaran kooperatif, diantaranya

adalah:

a. Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu

menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah

(54)

dari berbagai informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari

siswa yang lain.

b. Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau

gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya

dengan ide-ide orang lain.

c. Dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari

akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.

d. Dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih

bertanggung jawab dalam belajar.

e. Merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan

prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk

mengembangkan harga diri, hubungan interpersonal yang positif

dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage

waktu, dan sikap positif terhadap sekolah.

f. Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan

pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat

berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan

karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab

kelompoknya.

g. Dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi

(55)

h. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan

motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini

berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.

4. Kelemahan pembelajaran kooperatif

Di samping keunggulan, Wina Sanjaya (2006: 248 – 249) juga

memaparkan beberapa kelemahan pembelajaran kooperatif:

a. Untuk mengetahui dan mengerti filosofis pembelajaran kooperatif

memang butuh waktu. Sangat tidak rasional kalau kita

mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan

memahami filsafat cooperative learning. Untuk siswa dianggap

memiliki kelebihan, contohnya, mereka akan merasa terhambat

oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan.

Akibatnya, keadaan semacam ini dapat mengganggu iklim kerja

sama dalam kelompok.

b. Ciri utama dari pembelajaran kooperatif adalah siswa saling

membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang

efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru,

bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya

dipelajari dan dipahami tidak pernah tercapai oleh siswa.

c. Penilaian yang diberikan kelompok dalam pembelajaran kooperatif

didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Dengan demikian, guru

perlu menyadari bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang

(56)

d. Keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam upaya

mengembangkan kesadaran berkelompok perlu memerlukan

periode waktu yang panjang. Hal ini tidak mungkin tercapai hanya

dengan satu kali atau sekali-kali penerapan.

e. Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang

sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktifitas dalam

kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara

individual. Oleh karena itu, idealnya melalui pembelajaran

kooperatif selain siswa belajar bekerja sama bagaimana

membangun kepercayaan diri. Untuk mencapai kedua hal itu dalam

strategi pembelajaran kooperatif memang bukan pekerjaan yang

mudah.

5. Enam tipe pembelajaran kooperatif

Trianto (2009: 67-87) memperkenalkan enam tipe pembelajaran

kooperatif:

a. Student Teams Achievement Divisions (STAD)

Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe

dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan

kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok

4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian

tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok,

(57)

b. Tim Ahli (Jigsaw)

Jigsaw telah dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Aroson dan

teman-teman dari Universitas Texas, dan diadopsi oleh Slavin dan

teman-teman dari Universitas John Hopkins. Pembelajaran tipe ini

yaitu siswa dibagi atas beberapa kelompok, masing-masing

anggota 5-6 orang, materi pembelajaran kemudian diberikan

kepada siswa dalam bentuk teks yang yang telah dibagi-bagi

menjadi beberapa sub bab. Kemudian setiap anggota kelompok

membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk

mempelajarinya. Anggota dari kelompok lain yang telah

mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam

kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya. Setiap anggota kelompok-kelompok

ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas mengajar

teman-temannya. Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswi

dikenai tagihan berupa kuis individu.

c. Investigasi Kelompok (Group Investigation)

Investigasi kelompok merupakan model pembelajarn kooperatif

yang paling kompleks dan paling sulit untuk diterapkan. Model ini

dikembangkan pertama kali oleh Thelan. Dalam perkembangannya

model ini diperluas dan dipertajam oleh Sharan dari Universitas

Tel Aviv. Berbeda dengan STAD dan Jigsaw, siswa terlibat dalam

perencanaan baik topik yang dipelajari dan bagaimana jalannya

(58)

struktur kelas yang lebih rumit daripada pendekatan yang lebih

berpusat pada guru. Pendekatan ini juga memerlukan mengajar

siswa keterampilan komunikasi dan proses kelompok yang baik.

d. Think Pair Share (TPS)

Strategi think-pair-share (TPS) atau berfikir berpasangan berbagi

adalah merupakan jenis pembelajarn kooperatif yang dirancang

untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.

e. Numbered Head Together (NHT)

Numbered Head Together atau penomoran berfikir bersama adalah

merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk

mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap

struktur kelas tradisional.

f. Teams Games Tournament (TGT)

Model pembelajarn ini juga bisa disebut sebagai Pertandingan

Permainan Tim, dikembangkan secara asli oleh David De Vries

dan Keath Edward (Trianto, 2009: 83). Pada model ini siswa

memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk

(59)

C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Model pembelajaran kooperatif memiliki banyak tipe, Student

Team Achievement Divisions (STAD) termasuk di dalamnya. Menurut

Trianto (2009: 68-72) pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan

salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan

kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5

orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan

pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis dan

penghargaan kelompok. Slavin (dalam Nur, 2006: 26) berpendapat bahwa

pada STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang

yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan

suku. Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim

mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran

tersebut. Kemudian, seluruh siswa diberikan tes tentang meteri tersebut,

pada saat tes ini mereka tidak diperbolehkan saling membantu.

Seperti halnya pembelajaran lainnya, pembelajaran kooperatif tipe

STAD ini juga membutuhkan persiapan yang matang sebelum kegiatan

pembelajaran dilaksanakan. Persiapan-persiapan tersebut antara lain:

1. Perangkat Pembelajaran

Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran ini perlu dipersiapkan

perangkat pembelajarannya, yang meliputi Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS) beserta lembar

(60)

2. Membentuk Kelompok Kooperatif

Menentukan anggota kelompok diusahakan agar kemampuan siswa

dalam kelompok adalah heterogen dan kemampuan antar satu kelompok

dengan kelompok lainnya relatif homogen. Apabila memungkinkan

kelompok kooperatif perlu memperhatikan ras, agama, jenin kelamin,

dan latar belakang sosial. Apabila dalam kelas terdiri atas ras dan latar

belakang yang relatif sama, maka pembentukan kelompok dapat

didasarkan pada prestasi akademik, yaitu:

a. Siswa dalam kelas terlebih dahulu dirangking sesuai kepandaian

dalam mata pelajaran akuntansi. Tujuannya adalah untuk

mengurutkan siswa sesuai kemampuan akuntansinya dan digunakan

untuk mengelompokkan siswa ke dalam kelompok.

b. Menentukan tiga kelompok dalam kelas yaitu kelompok atas,

kelompok menengah dan kelompok bawah. Kelompok atas sebanyak

25% dari seluruh siswa yang diambil dari siswa rangking satu,

kelompok tengah 50% dari seluruh siswa yang diambil dari urutan

setelah kelompok atas, dan kelompok bawah sebanyak 25% dari

seluruh siswa yaitu terdiri atas siswa setelah diambil kelompok atas

dan kelompok menengah.

c. Menentukan Skor Awal

Skor awal yang dapat digunakan dalam kelas kooperatif adalah nilai

(61)

Misalnya pada pembelajaran lebih lanjut dan setelah diadakan tes,

maka hasil tes masing-masing individu dapat dijadikan skor awal.

d. Pengaturan Tempat Duduk

Pengaturan tempat duduk dalam kelas kooperatif perlu juga diatur

dengan baik, hal ini dilakukan untuk menunjang keberhasilan

pembelajarn kooperatif apabila tidak ada pengaturan tempat duduk

dapat menimbulkan kekacauan yang menyebabkan gagalnya

pembelajaran pada kelas kooperatif.

e. Kerja Kelompok

Untuk mencagah adanya hambatan pada pembelajaran kooperatif

tipe STAD, terlebih dahulu diadakan latihan kerja sama kelompok.

Hal ini bertujuan untuk lebih jauh mengenalkan masing-masing

individu dalam kelompok.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD ini didasarkan

pada langkah-langkah kooperatif yang terdiri atas enam langkan atau

fase. Fase-fase dalam pembelajaran seperti ini tersajikan dalam Tabel

2.1.

Tabel 2.1

Fase-fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Fase Kegiatan Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.

(62)

Fase 2 bekerja dan belajar.

Fase 5 lewat bahan bacaan.

Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. (Sumber: Ibrahim, dkk. 2000:10)

Penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru

dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1) Menghitung skor individu

Menurut Slavin (Trianto, 2009: ) untuk memberikan skor

(63)

Tabel 2.2

Perhitungan Skor Perkembangan

Nilai Tes Skor Perkembangan

Lebih dari 10 poin di bawah skor

awal……….

10 poin dibawah sampai 1 poin di

bawah skor awal……….

Skor awal sampai 10 poin di atas

skor awal……….

Lebih dari 10 poin di atas skor

awal……….

Nilai sempurna (tanpa

memperhatikan skor awal)……….

0 poin

10 poin

20 poin

30 poin

30 poin

2) Menghitung skor kelompok

Skor kelompok ini dihitung dengan membuat rata-rata skor

perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlah semua

skor perkembangan yang diperoleh anggota kelompok dibagi dengan

jumlah anggota kelompok. Sesuai dengan rata-rata skor perkembangan

kelompok, diperoleh kategori skor kelompok seperti tercantum pada

(64)

Tabel 2.3

Tingkat Penghargaan Kelompok

Rata-rata Tim Predikat

0 ≤ x ≤ 5 5 ≤ x ≤ 15 15 ≤ x ≤ 25 25 ≤ x ≤ 30

-

Tim baik

Tim hebat

Tim super

3) Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok

Setelah masing-masing kelompok memperoleh predikat, guru

memberikan hadiah/ penghargaan kepada masing-masing kelompok

sesuai dengan predikatnya.

Adapun kelebihan dan kekurangan dalam metode pembelajaran tipe STAD

ini menurut Ade Sanjaya yaitu:

Keuntungan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu:

a. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan

keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.

b. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif

mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah.

c. Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan

keterampilan berdiskusi.

d. Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai

(65)

e. Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih

aktif dalam diskusi.

f. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa

menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat

orang lain.

Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu:

Kerja kelompok hanya melibatkan mereka yang mampu memimpin dan

mengarahkan mereka yang kurang pandai dan kadang-kadang menuntut

tempat yang berbeda dan gaya-gaya mengajar berbeda.

(http://aadesanjaya.blogspot.com/2011/03/pembelajaran-kooperatif-tipe-stad.html)

Dari tinjauan tentang pembelajaran kooperatif tipe STAD ini

menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan tipe

pembelajaran kooperatif yang cukup sederhana. Dikatakan demikian karena

kegiatan pembelajaran yang dilakukan masih dekat kaitannya dengan

pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dilihat pada fase 2 dari fase-fase

pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu adanya penyajian informasi atau

materi pelajaran. Perbedaan model ini dengan model konvensional terletak

(66)

D. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi

Menurut Hamzah B. Uno (2007: 3), motivasi berasal dari kata motif

yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu,

menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif dapat

dibedakan menjadi tiga macam, yaitu (1) motif biogenetis, yaitu

motif-motif yang berasal dari kebutuhan-kebutuhan organisme demi kelanjutan

hidupnya, misalnya lapar, haus, kebutuhan akan kegiatan dan istirahat,

mengambil napas, seksualitas, dan sebagainya; (2) motif sosiogenetis,

yaitu motif-motif yang berkembang berasal dari lingkungan kebudayaan

tempat orang tersebut berada. Jadi, motif ini tidak berkembang dengan

sendirinya, tetapi dipengaruhi oleh lingkungan kebudayaan setempat.

Misalnya keinginan mendengarkan musik, makan pecel, makan cokelat,

dan lain-lain; (3) motif teologis, dalam motif ini manusia adalah sebagai

makhluk yang berketuhanan, sehingga ada interaksi antara manusia

dengan Tuhan-Nya, seperti ibadahnya dalam kehidupan sehari-hari,

misalnya keinginan untuk mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa, untuk

merealisasikan norma-norma sesuai agamanya.

Motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan

aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian,

motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk

berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam

(67)

T. Hani Handoko (2003: 252), mengemukakan bahwa motivasi

adalah keadaan pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu

untuk melakukan kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Sedangkan

menurut H. Hadari Nawawi (2003: 251), pengertian dari motivasi adalah

suatu keaddaan yang mendorong atau menjadi sebab seseorang melakukan

sesuatu perbuatan atau kegiatan yang secara sadar. Henry Simamora

(2004: 510), definisi dari motivasi adalah sebuah fungsi dari pengharapan

individu bahwa upaya tertentu akan menghasilkan tingkat kinerja yang

pada gilirannya akan membuahkan imbalan atau hasil yang dikehendaki

(http://makalahdanskripsi.blogspot.com/2008/10/motivasi.html).

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah

kesanggupan untuk melakukan kegiatan karena didorong oleh

keinginannya untuk memenuhi kebutuhan dari dalam dirinya ataupun yang

datang dari luar. Kegiatan itu dilakukan dengan kesungguhan hati dan

terus menerus dalam rangka mencapai tujuan.

2. Jenis-Jenis Motivasi

Menurut Hamzah Uno (2011:4), dari sumber yang menimbulkannya,

motif dibedakan dua macam, yaitu

a. Motif intrinsik

Motif intrinsik, timbulnya tidak memerlukan rangsangan dari luar

karena memang telah ada dalam individu sendiri, yaitu sesuai atau

Gambar

Tabel 2.2
Tabel 2.3
tabel tersebut, anak itu tidak dapat menyelesaikan tugas matematika.
Tabel 2.4 Skala Penilaian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Tidak Langsung serta Pendekatan Gabungan Langsung dan Tidak Langsung dalam Rangka Meningkatkan Kemampuan berpikir Matematika

Fokus penelitian ini mengajukan rumusan bagaimanakah pengembangan pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler serta kendala dan upaya yang dilakukan sekolah

Nilai daya dukung dan penurunan berdasarkan program Metode Elemen Hingga sebesar 285,46 ton dan 11,42 mm nilai ini tidak jauh berbeda dengan secara analitis.. Kata Kunci :

Data atau Variabel yang digunakan adalah perkiraan ( Estimasi ) pendapatan dari asset asset yang sudah ada pada Warnet MyNet untuk tahun 2008 ke depan yang beralamat di jalan Akses

Untuk menghitung daya dukung ultimate dan penurunan pondasi tiang pancang dari data Sondir dan SPT digunakan secara analitis dan menggunakan program Metode

Pengaruh Implementasi Electronic Procurement (E- Proc) Dalam Pengadaan Barang/ Jasa Terhadap Perwujudan Good Governance Di Balai Besar Wilayah Sungai

NEWS READER : DEKRANAS ADAKAN PAMERAN KREASI JOGJA UNTUK INDONESIA. PAMERAN PRODUK KERAJINAN / SELAMA INI TETAP MENJADI ANDALAN PERAJIN UNTUK MENJUAL HASIL

Untuk menarik minat pencari informasi bentuk elektronik misalnya website, maka dapat dibuatkan tampilan gambar yang menarik sekaligus informasi yang up to date. Pada kesempatan