ABSTRAK
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN PEMAHAMAN SISWA
PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 1 GODEAN
Yustina Budi Utami Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2015
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman siswa setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) pada mata pelajaran akuntansi.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Godean. Pelaksanaan tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus yang tiap siklusnya meliputi empat tahap, yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, dokumentasi dan kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis komparatif.
ABSTRACT
THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TO
INCREASE LEARNING MOTIVATION AND STUDENT’S
COMPREHENSION IN ACCOUNTING SUBJECTS ON THE ELEVENTH GRADE STUDENTS OF SOCIAL SCIENCES DEPARTEMENT IN ONE
STATE SENIOR HIGH SCHOOL GODEAN
Yustina Budi Utami Sanata Dharma University
Yogyakarta 2015
This research aims to increase the motivation and student’s comprehension after the implementation of cooperative learning model type Student Teams Achievement Division (STAD) in accounting subjects.
This research is a classroom action research. The participants of this research were students of the Eleventh Grade of Social Sciences Departement in One State Senior High School Godean. This research was conducted in two cycles which each cycle covered four steps, those were: planning, conducting, observing, and reflecting. The methods of collecting by the data were observing, interview, documentation, dan questionnaire. The data were analyzed by using descriptive and comparative analysis.
The results of this research show that implementation of cooperative learning model type STAD can improve: (1) student’s learning motivation on the eleventh grade students of social sciences dapartement in one state senior high school Godean in accounting subjects (the average of student’s learning motivation in:initial = 47,56, the first cycle = 53,41, the second cycle = 58,88; the total number of students who reached the target, in : initial = 6,25%, the first cycle
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN
PEMAHAMAN SISWA PADA MATA PELAJARAN
AKUNTANSI KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 1 GODEAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh:
YUSTINA BUDI UTAMI
NIM : 081334034
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN
PEMAHAMAN SISWA PADA MATA PELAJARAN
AKUNTANSI KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 1 GODEAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh:
YUSTINA BUDI UTAMI
NIM : 081334034
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Non mea sed Tua Voluntas fiat (bukan kehendakku tetapi semoga
terjadilah kehendakMu) ∞ Mgr. Julianus Kema Sunarka, SJ ∞
Dengan penuh rasa syukur, kasih, dan ketulusan
hati, kupersembahkan karya ini untuk:
Tuhan Yesus Kristus (†), terima kasih Tuhan atas penyelenggaraanMu dan kasihMu dalam
penyelesaian skripsi ini.
Bapak dan Ibuku tercinta, Bapak Antonius
Warsono (alm), dan Ibu Cicilia Purwanti,
terima kasih atas doa dan dukungan yang
telah diberikan sampai sekarang.
Pengorbanan kalian adalah harapan masa
depanku.
Kakak-kakakku tercinta, Yohanes UW, Kosmas
Dwi H, Agustina Candra M, dan Fransiska
Ratna M, terima kasih atas doa dan dukungan
v
•
MOTTO
•
Ajrih, asih mring Pangeran
[ Mgr. Julianus Kema
Sunarka, SJ ].
Kemampuan berfikir jauh lebih bernilai daripada
kemampuan mengingat fakta [ David J. Schwartz ].
Jangan pernah melewatkan kesempatan mengatakan selamat
atas prestasi siapapun, atau menyatakan simpati akan
penderitaan atau kekecewaan [ David J. Schwartz ].
Hal-hal besar tidak dapat dicapai dengan mudah dan
sempurna, melainkan melalui perpaduan dari serentetan
hal-hal kecil yang dilakukan dengan baik dan sempurna
viii
ABSTRAK
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN PEMAHAMAN SISWA
PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI IPS 2
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman siswa setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) pada mata pelajaran akuntansi.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Godean. Pelaksanaan tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus yang tiap siklusnya meliputi empat tahap, yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, dokumentasi dan kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis komparatif.
ix
ABSTRACT
THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TO
INCREASE LEARNING MOTIVATION AND STUDENT’S
COMPREHENSION IN ACCOUNTING SUBJECTS ON THE ELEVENTH GRADE STUDENTS OF SOCIAL SCIENCES DEPARTEMENT IN ONE
STATE SENIOR HIGH SCHOOL GODEAN
Yustina Budi Utami Sanata Dharma University
Yogyakarta 2015
This research aims to increase the motivation and student’s comprehension after the implementation of cooperative learning model type Student Teams Achievement Division (STAD) in accounting subjects.
This research is a classroom action research. The participants of this research were students of the Eleventh Grade of Social Sciences Departement in One State Senior High School Godean. This research was conducted in two cycles which each cycle covered four steps, those were: planning, conducting, observing, and reflecting. The methods of collecting by the data were observing, interview, documentation, dan questionnaire. The data were analyzed by using descriptive and comparative analysis.
The results of this research show that implementation of cooperative learning model type STAD can improve: (1) student’s learning motivation on the eleventh grade students of social sciences dapartement in one state senior high school Godean in accounting subjects (the average of student’s learning motivation in:initial = 47,56, the first cycle = 53,41, the second cycle = 58,88; the total number of students who reached the target, in : initial = 6,25%, the first cycle = 31,25%, the second cycle = 75%); (2) student’s comprehension (the average of
student’s comprehension of the post test in the first cycle = 84, the second cycle =
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas
berkat, rahmat, kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student
Teams Achievement Division (STAD) untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan
Pemahaman Siswa Pada Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1
Godean.
Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan, support, dan bimbingan
dari berbagai pihak, skripsi ini tidak terwujud. Oleh karena itu, melalui
kesempatan ini penulis ingin secara khusus mengucapkan ucapan terima kasih
yang setulus-tulusnya kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Ibu Natalina Premastuti B., S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang
telah bersedia membantu penulis, membimbing, memberikan saran, motivasi
dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini sampai selesai.
5. Ibu Cornelio Purwantini, S.Pd., M.SA. dan Bapak Agustinus Heri Nugroho,
S.Pd., M.Pd. selaku dosen penguji, terima kasih atas saran dan kritik yang
telah diberikan untuk perbaikkan skripsi ini.
6. Seluruh bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi beserta
staf karyawan USD Yogyakarta yang telah memberikan bimbingan, arahan
dan pelayanan selama penulis belajar di Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
7. Ibu Erni Dwi Yulianti, S.Pd selaku guru mitra yang telah bersedia membantu
penulis melaksanakan penelitian bersama dan membantu pelaksanaan
xi
8. Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Godean dan seluruh keluarga besar SMA
Negeri 1 Godean, Sleman, Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis dalam melaksanakan penelitian sampai selesai.
9. Kedua orang tuaku, Bapak Antonius Warsono (almarhum) dan Ibu Cicilia
Purwanti yang selalu memberikan doa, semangat, motivasi, bimbingan dan
pengarahan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
10. Kakak-kakakku tercinta Yohanes Untung Widarto, Kosmas Dwi Hartanto,
Agustina Candra Mulyani, dan Fransiska Ratna Mukti yang selalu
memberikan doa, cinta, kasih sayang, semangat dan motivasi kepada penulis.
11. Sahabat-sahabat tersayang Maria Kurniasari P, Ika Noviana, Esti N, Ayuk,
Rani, Fransiska Ida dan teman-teman lain yang tidak dapat disebutkan satu
persatu, terima kasih atas doa, semangat dan motivasi kalian sampai penulis
berhasil menyelesaikan skripsi ini.
12. Teman-teman Pendidikan Akuntansi 2008 yang telah banyak membantu
penulis.
13. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada
penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu berbagai saran, kritik dan masukan sangat diharapkan
demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.
Yogyakarta, 30 Juli 2015
Penulis
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR BAGAN ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah ... 4
C. Rumusan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 5
xiii
BAB II KAJIAN TEORITIK ... 7
A. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 7
B. Model Pembelajaran Cooperative Learning ... 22
C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 29
D. Motivasi Belajar ... 36
E. Pemahaman Siswa ... 42
F. Kajian Penelitian yang Relevan ... 45
G. Kerangka Berfikir ... 46
H. Pertanyaan penelitian ... 49
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 50
A. Jenis Penelitian ... 50
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 50
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 51
D. Prosedur Penelitian ... 51
E. Instrumen Penelitian ... 58
F. Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 60
G. Teknik Pengumpulan Data ... 63
H. Uji Kuesioner ... 67
I. Teknik Analisis Data ... 71
BAB VI GAMBARAN UMUM SEKOLAH ... 74
A. Sejarah Berdirinya SMA Negeri 1 Godean ... 74
B. Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah ... 74
xiv
BAB V HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN ... 78
A. Hasil Observasi ... 78
1. Observasi Pra Penelitian ... 78
2. Pelaksanaan Tindakan ... 90
1) Siklus 1 ... 90
2) Siklus 2 ... 108
B. Analisis Komparasi Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dan Pemahaman Siswa pada Mata Pelajaran Akuntansi ...126
1. Analisis Komparatif Motivasi Belajar ... 126
2. Analisis Komparatif Pemahaman Siswa ...130
C. Pembahasan ...131
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN ...136
A. Kesimpulan ...136
B. Keterbatasan ...136
C. Saran ...137
DAFTAR PUSTAKA ... 138
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Fase-fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 31
Tabel 2.2 Perhitungan Skor Perkembangan ... 33
Tabel 2.3 Tingkat Penghargaan Kelompok ... 34
Tabel 2.4 Skala Penilaian ... 44
Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal Pre Test dan Post Test Siklus 1 ... 61
Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Pre Test dan Post Test Siklus 2 ... 61
Tabel 3.3 Skor Variabel Motivasi ... 62
Tabel 3.4 Penilaian Acuan Patokan Tipe II (PAP II) ... 63
Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Motivasi ... 66
Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar ... 69
Tabel 3.7 Rangkuman Hasil Pengujian Reliabilitas ... 70
Tabel 3.8 Penilaian Acuan Patokan Tipe II untuk Motivasi Belajar ... 72
Tabel 5. 1 Hasil Observasi Guru (Pra Penelitian) ... 80
Tabel 5.2 Hasil Observasi Kegiatan Siswa (Pra Penelitian) ... 82
Tabel 5.3 Hasil Observasi Kondisi Kelas (Pra Penelitian) ... 84
Tabel 5.4 Hasil Skor Kuesioner Motivasi Belajar (Pra Penelitian) ... 88
Tabel 5.5 Hasil Analisis Motivasi Belajar Sebelum Penerapan PTK ... 89
Tabel 5.6 Aktivitas Guru Selama Proses Pembelajaran (Siklus 1) ... 95
Tabel 5.7 Aktivitas Siswa Selama Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Siklus 1) ... 97
Tabel 5.8 Aktivitas Kelas Selama Proses Pembelajaran (Siklus 1) ... 98
xvi
Tipe STAD (Siklus 1) ... 100
Tabel 5.10 Kesan Siswa Terhadap Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD (Siklus 1) ... 102
Tabel 5.11 Hasil Skor Kuesioner Motivasi Belajar Siswa Setelah Penerapan
STAD (Siklus 1) ... 103
Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi Penilaian Motivasi Belajar Siswa (Siklus1) .... 105
Tabel 5.13 Hasil Nilai Pre Test dan Post Test (Siklus 1) ... 106
Tabel 5.14 Distribusi Frekuensi Penilaian Pemahaman Siswa
Siklus I (Pre Test) ... 107
Tabel 5.15 Distribusi Frekuensi Penilaian Pemahaman Siswa
Siklus I (Post Test) ... 108
Tabel 5.16 Aktivitas Guru Selama Proses Pembelajaran (Siklus II) ... 114
Tabel5.17 Aktivitas Siswa Selama Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD (Siklus II) ... 116
Tabel 5.18 Aktivitas Kelas Selama Proses Pembelajaran ... 117
Tabel 5.19 Kesan Guru Mitra Terhadap Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD ... 119
Tabel 5.20 Kesan Siswa Terhadap Perangkat dan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD (Siklus II) ... 121
Tabel 5.21 Hasil Skor Kuesioner Motivasi Belajar Siswa Setelah Penerapan
STAD (Siklus II) ... 122
Tabel 5.22 Distribusi Frekuensi Penilaian Motivasi Belajar Siswa (Siklus2) ... 123
xvii
Tabel 5.24 Distribusi Frekuensi Penilaian Pemahaman Siswa Siklus II
(Post Test) ... 125
Tabel 5.25 Hasil Komparasi Motivasi Belajar Siswa Sebelum,
Siklus 1, dan Siklus 2 ... 127
Tabel 5.26 Distribusi Frekuensi Penilaian Motivasi Belajar Siswa
Sebelum dan Sesudah Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD pada Siklus 1 dan Siklus 2 ... 128
xviii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Bagan Tahapan PTK ... 9
Bagan 2.2 Bagan Tahapan PTK Menurut Model John Illiot ... 19
Bagan 2.3 Bagan Tahapan PTK Menurut Model Hopkins ... 20
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian dan Sesudah Penelitian ... 140
Lampiran 2 Lembar Observasi (Pra Penelitian) ... 145
Lampiran 3 Perangkat Siklus 1 ... 153
Lampiran 4 Perangkat Siklus 2 ... 202
Lampiran 5 Lembar Kuesioner ... 231
Lampiran 6 Daftar Data Tabulasi ... 239
Lampiran 7 Hasil Pre Test dan Post Test ... 252
Lampiran 8 Observasi Penelitian ... 255
1. Observasi Penelitian (Siklus I) ... 256
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR BAGAN ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah ... 4
C. Rumusan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 5
xiii
BAB II KAJIAN TEORITIK ... 7
A. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 7
B. Model Pembelajaran Cooperative Learning ... 22
C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 29
D. Motivasi Belajar ... 36
E. Pemahaman Siswa ... 42
F. Kajian Penelitian yang Relevan ... 45
G. Kerangka Berfikir ... 46
H. Pertanyaan penelitian ... 49
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 50
A. Jenis Penelitian ... 50
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 50
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 51
D. Prosedur Penelitian ... 51
E. Instrumen Penelitian ... 58
F. Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 60
G. Teknik Pengumpulan Data ... 63
H. Uji Kuesioner ... 67
I. Teknik Analisis Data ... 71
BAB VI GAMBARAN UMUM SEKOLAH ... 74
A. Sejarah Berdirinya SMA Negeri 1 Godean ... 74
xiv
C. Struktur Organisasi dan Program Kerja SMA N 1 Godean ... 76
BAB V HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN ... 81
A. Hasil Observasi ... 78
1. Observasi Pra Penelitian ... 78
2. Pelaksanaan Tindakan ... 90
1) Siklus 1 ... 90
2) Siklus 2 ... 108
B. Analisis Komparasi Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dan Pemahaman Siswa
pada Mata Pelajaran Akuntansi ...126
1. Analisis Komparatif Motivasi Belajar ... 126
2. Analisis Komparatif Pemahaman Siswa ...130
C. Pembahasan ...131
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN ...134
A. Kesimpulan ...136
B. Keterbatasan ...136
C. Saran ...137
DAFTAR PUSTAKA ... 138
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Fase-fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 31
Tabel 2.2 Perhitungan Skor Perkembangan ... 33
Tabel 2.3 Tingkat Penghargaan Kelompok ... 34
Tabel 2.4 Skala Penilaian ... 44
Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal Pre Test dan Post Test Siklus 1 ... 61
Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Pre Test dan Post Test Siklus 2 ... 61
Tabel 3.3 Skor Variabel Motivasi ... 62
Tabel 3.4 Penilaian Acuan Patokan Tipe II (PAP II) ... 63
Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Motivasi ... 66
Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar ... 69
Tabel 3.7 Rangkuman Hasil Pengujian Reliabilitas ... 70
Tabel 3.8 Penilaian Acuan Patokan Tipe II untuk Motivasi Belajar ... 72
Tabel 5. 1 Hasil Observasi Guru (Pra Penelitian) ... 80
Tabel 5.2 Hasil Observasi Kegiatan Siswa (Pra Penelitian) ... 82
Tabel 5.3 Hasil Observasi Kondisi Kelas (Pra Penelitian) ... 84
Tabel 5.4 Hasil Skor Kuesioner Motivasi Belajar (Pra Penelitian) ... 88
Tabel 5.5 Hasil Analisis Motivasi Belajar Sebelum Penerapan PTK ... 89
Tabel 5.6 Aktivitas Guru Selama Proses Pembelajaran (Siklus 1) ... 95
Tabel 5.7 Aktivitas Siswa Selama Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD (Siklus 1) ... 97
xvi
Tabel 5.9 Kesan Guru Mitra Terhadap Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD (Siklus 1) ... 100
Tabel 5.10 Kesan Siswa Terhadap Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
(Siklus 1) ... 102
Tabel 5.11 Hasil Skor Kuesioner Motivasi Belajar Siswa Setelah Penerapan
STAD (Siklus 1) ... 103
Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi Penilaian Motivasi Belajar Siswa (Siklus1) .... 105
Tabel 5.13 Hasil Nilai Pre Test dan Post Test (Siklus 1) ... 106
Tabel 5.14 Distribusi Frekuensi Penilaian Pemahaman Siswa Siklus I (Pre Test)107
Tabel 5.15 Distribusi Frekuensi Penilaian Pemahaman Siswa Siklus I (Post
Test) ... 108
Tabel 5.16 Aktivitas Guru Selama Proses Pembelajaran (Siklus II) ... 114
Tabel5.17 Aktivitas Siswa Selama Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD (Siklus II) ... 116
Tabel 5.18 Aktivitas Kelas Selama Proses Pembelajaran ... 117
Tabel 5.19 Kesan Guru Mitra Terhadap Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD ... 119
Tabel 5.20 Kesan Siswa Terhadap Perangkat dan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD (Siklus II) ... 121
Tabel 5.21 Hasil Skor Kuesioner Motivasi Belajar Siswa Setelah Penerapan
STAD (Siklus II) ... 122
Tabel 5.22 Distribusi Frekuensi Penilaian Motivasi Belajar Siswa (Siklus2) ... 123
xvii
Tabel 5.24 Distribusi Frekuensi Penilaian Pemahaman Siswa Siklus II (Post
Test) ... 125
Tabel 5.25 Hasil Komparasi Motivasi Belajar Siswa Sebelum, Siklus 1, dan
Siklus 2 ... 127
Tabel 5.26 Distribusi Frekuensi Penilaian Motivasi Belajar Siswa Sebelum dan
Sesudah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
pada Siklus 1 dan Siklus 2 ... 128
xviii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Bagan Tahapan PTK ... 9
Bagan 2.2 Bagan Tahapan PTK Menurut Model John Illiot ... 19
Bagan 2.3 Bagan Tahapan PTK Menurut Model Hopkins ... 20
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian dan Sesudah Penelitian ... 140
Lampiran 2 Lembar Observasi (Pra Penelitian) ... 145
Lampiran 3 Perangkat Siklus 1 ... 153
Lampiran 4 Perangkat Siklus 2 ... 202
Lampiran 5 Lembar Kuesioner ... 231
Lampiran 6 Daftar Data Tabulasi ... 239
Lampiran 7 Hasil Pre Test dan Post Test ... 252
Lampiran 8 Observasi Penelitian ... 255
1. Observasi Penelitian (Siklus I) ... 256
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah suatu hal yang sangat kita perlukan guna
membantu dalam penyelenggaraan pembangunan bangsa suatu negara.
Suatu pendidikan dapat diperoleh melalui lembaga formal ataupun non
formal. Salah satu lembaga formal dalam penyelenggaraan pendidikan
yaitu sekolah, dimana setiap sekolah mencanangkan program – program
tertentu dalam pencapaian pendidikan belajar itu sendiri. Sekolah tidak
lepas dari suatu standar kurikulum pemerintah dalam pencapaian tujuan
belajar.
Dengan pencapaian belajar yang baik, tentunya diperlukan
beberapa hal yang sangat mendukungnya, salah satunya ialah proses antara
guru dan siswa di dalam kelas. Di dalam kelas itu sendiri siswa dapat
berkembang melalui seorang guru. Pembelajaran di dalam kelas adalah
proses dimana terjadinya interaksi antara guru dan siswa. Dalam proses
interaksi tersebut, guru tidak hanya memberikan ilmu yang dimiliki
kepada para siswanya, namun guru juga harus mampu memberikan
pemahaman mendalam tentang materi pelajaran yang diberikan kepada
siswanya. Dari berbagai macam pelajaran yang diajarkan, salah satunya
Pendidikan (KTSP) sekarang ini, pelajaran akuntansi dipelajari siswa
Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas XI pada semester genap dan kelas
XII selama dua semester. Ternyata pelajaran ini bukan hanya untuk
dipelajari saja, namun pelajaran akuntansi termasuk salah satu pelajaran
yang diujikan pada saat Ujian Akhir Nasional (UAN). Oleh karena itu,
siswa diharapkan dapat termotivasi dalam belajar akuntansi dan
memahami pelajaran akuntansi dengan baik.
Namun pada kenyataannya, menurut guru pengampu mata
pelajaran, banyak siswa yang kurang termotivasi dalam belajar akuntansi
sehingga mereka kurang memahami materi pelajaran akuntansi tersebut.
Oleh sebab itu peneliti tertarik mengadakan observasi untuk mengetahui
penyebab dari kurang termotivasinya siswa dalam belajar akuntansi dan
kurangnya pemahaman siswa terhadap mata pelajaran akuntansi. Adapun
beberapa penyebabnya, yaitu:
1. Siswa kurang terlibat secara aktif dalam pembelajaran di kelas.
Ketika guru menjelaskam materi di depan kelas, sedikit siswa yang
memperhatikannya. Siswa cenderung hanya mendengarkan guru, tetapi
pada kenyataan tidak memahaminya. Jika guru mengajukan
pertanyaan, siswa hanya diam dan para siswa dianggap oleh guru
sudah memahami materi apa yang sudah disampaikannya.
2. Siswa kurang dilibatkan dalam mengapresiasikan pengetahuan yang
Para guru cenderung hanya mementingkan apa yang diajarkannya,
tanpa harus mengerti apakah siswa itu sendiri sudah paham atau belum
terhadap mata pelajaran yang diajarkan oleh guru.
3. Kurangnya perhatian guru kepada semua siswa pada saat
pembelajaran di dalam kelas.
Siswa yang diperhatikan lebih oleh guru tentunya akan membuat siswa
lainnya menjadi malas dalam belajar. Di dalam kelas misalnya, guru
hanya hafal satu atau dua nama siswa yang dirasa pandai, sehingga
guru hanya memfokuskan perhatiannya pada siswa tersebut tanpa
memandang siswa-siswa lain yang juga sangat membutuhkan
perhatiannya.
Dari uraian tersebut di atas, peneliti berusaha mencari penyebabnya,
akar permasalahan yang mungkin menjadi penyebab kurangnya motivasi
belajar dan pemahaman siswa, yaitu metode pembelajaran yang dilakukan
oleh guru cenderung tradisional (ceramah). Oleh karena itu, guru harus
mencoba menggunakan metode pembelajaran yang melibatkan siswa
secara aktif guna mencapai hasil belajar yang baik. Banyak metode
pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan oleh guru, yaitu metode
Student Teams Achievement Division (STAD), metode Jigsaw, Investigasi
kelompok (Group Investigation), metode Think Pair Share (TPS), metode
Numbered Head Together (NHT), dan metode Teams Games Tournament
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian tentang metode pembelajaran kooperatif
khususnya tipe STAD pada mata pelajaran akuntansi terhadap peningkatan
motivasi dan pemahaman siswa. Adapun alasan peneliti memilih metode
STAD, yaitu peneliti menduga bahwa dalam pembelajaran, siswa dapat
dilibatkan secara aktif bersama dengan kelompok timnya dan mampu
bekerja sama antara anggota satu dengan anggota lainnya di dalam
kelompok itu sendiri. Kerjasama antar siswa itulah pada akhirnya
membuahkan keberhasilan kelompok. Karena keberhasilan kelompok
adalah tanggung jawab semua anggota kelompok. Oleh sebab itu, guru
harus memikirkan dan membuat perencanaan sebelum melakukan proses
pengajaran agar siswa dapat terlibat secara aktif.
Berdasarkan masalah tersebut di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tindakan kelas, yaitu dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Pemahaman Siswa pada Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Godean”.
B. Batasan Masalah
Penelitian ini akan memfokuskan pada tipe STAD pada variabel
peningkatan motivasi belajar dan pemahaman siswa pada mata pelajaran
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat disusun rumusan
masalah, yaitu:
1. Apakah ada peningkatan motivasi belajar kelas XI IPS 2 SMA Negeri
1 Godean melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD pada mata pelajaran akuntansi?
2. Apakah ada peningkatan pemahaman belajar siswa kelas XI IPS 2
SMA Negeri 1 Godean melalui penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran akuntansi?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui apakah ada peningkatan motivasi belajar kelas XI IPS 2
SMA Negeri 1 Godean melalui penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran akuntansi?
2. Mengetahui apakah ada peningkatan pemahaman belajar siswa kelas
XI IPS 2 SMA Negeri 1 Godean melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran akuntansi?
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat memberikan pengalaman yang berguna, berharga
dan dapat menjadi bekal bagi peneliti untuk terjun kedunia pendidikan
serta dapat memperoleh wawasan dalam menganalisis suatu masalah
2. Bagi siswa
Dengan penelitian ini siswa diharapkan dapat termotivasi belajar
akuntansi, memahami, dan dapat meningkatkan nilai akuntansi.
3. Bagi guru
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan
masukan serta bahan pertimbangan saat memilih metode pembelajaran.
4. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan dampak pada
peningkatan mutu pembelajaran di sekolah yang akhirnya pada
kualitas sekolah.
5. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu literatur atau
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Penelitian Tindakan Kelas
1. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Suharsimi Arikunto (2006: 2-26) mengemukakan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) dalam bahasa Inggris adalah Classroom Action
Research (CAR). Dari namanya sudah menunjukkan isi yang
terkandung di dalamnya, yaitu sebuah kegiatan penelitian yang
dilakukan di kelas. Dikarenakan ada tiga kata yang membentuk
pengertian tersebut, maka ada tiga pengertian yang dapat diterangkan.
1. Penelitian
Menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu obyek dengan
menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk
memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam
meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi
peneliti.
2. Tindakan
Menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan
dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian
3. Kelas
Dalam hal ini terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam
pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal
dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan
istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang
sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.
Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata inti, yaitu (1)
penelitian, (2) tindakan, dan (3) kelas, segera dapat disimpulkan bahwa
penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap
kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan
dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut
diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh
siswa. Model penelitian tindakan kelas menurut Suharsimi Arikunto
yaitu ada empat tahapan yang lazim perlu dilalui, yaitu: (1)
perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi.
Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah
(Arikunto, 2006: 16)
Tahap 1: Menyusun rancangan tindakan (Planning)
Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa,
mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana
tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal
sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang
melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses
jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah penelitian
kolaborasi. Cara ini dikatakan ideal karena adanya upaya
untuk mengurangi insur subyektivitas pengamat serta mutu
kecermatan yang dilakukan. Perencanaan
Pengamatan SIKLUS I
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS II Refleksi
Refleksi
Pelaksanaan Pelaksanaan
Tahap 2: Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Tahap ini adalah pelaksanaan yang merupakan
implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenai
tindakan di kelas. Hal yang peru diingat adalah bahwa
dalam tahap ini pelaksana guru harus ingat dan berusaha
menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan,
tetapi harus pula berlaku wajar, tidak dibuat-buat.
Tahap 3: Pengamatan (Observing)
Tahap ini yaitu kegiatan pengamatan yang
dilakukan oleh pengamat. Tahap ini dapat dikatakan bahwa
pengamatan juga diberikan untuk memberikan peluang
kepada guru pelaksana yang juga berstatus sebagai
pengamat.
Tahap 4: Refleksi (Reflecting)
Tahap ini merupakan kegiatan untuk
mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan.
Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru
pelaksana sudah selesi melakukan tindakan, kemudian
berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan
implementasi rancangan tindakan.
Suharsimi Arikunto juga mengemukakan sasaran-sasaran atau
1. Unsur siswa, dapat dicermati objeknya ketika siswa yang
bersangkutan sedang asyik mengikuti proses pembelajaran di
kelas/ lapangan/ laboratorium/ bengkel, maupun ketika sedang
asyik mengerjakan pekerjaan rumah dengan serius, atau ketika
mereka sedang mengikuti kerja bakti di luar sekolah.
2. Unsur guru, dapat dicermati ketika yang bersangkutan sedang
mengajar di kelas, terutama cara guru memberi bantuan kepada
siswa, ketika sedang membimbing siswa yang sedang
berdarmawisata, atau ketika guru sedang mengadakan kunjungan
ke rumah siswa.
3. Unsur materi pelajaran, dapat dicermati dalam GBPP dan yang
sudah dikembangkan dalam Rencana Tahunan, Rencana
Semesteran dan Analisis Materi Pelajaran. Lebih lanjut dapat
dilihat dari materi yang tertulis dalam Satuan Pelajaran dan
terutama ketika materi tersebut disajikan kepada siswa, me;iputi
pengorganisasian, urutannya, cara penyajiannya atau
pengaturannya.
4. Unsur peralatan atau sarana pendidikan, meliputi peralatan baik
yang dimiliki oleh siswa perseorangan, peralatan yang disediakan
oleh sekolah, ataupun peralatan yang disediakan dan digunakan di
kelas dan di laboratorium.
5. Unsur hasil pembelajaran, yang ditinjau dari tiga ranah yang
pembelajaran, baik susunan maupun tingkat pencapaian.
Dikarenakan hasil belajar merupakan produk yang harus
ditingkatkan, pasti terkait dengan tindakan unsur lain.
6. Unsur lingkungan, baik lingkungan siswa di kelas, sekolah maupun
yang melingkungi siswa di rumahnya. Informasi tentang
lingkungan dikaji bukan untuk dilakukan campur tangan, tetapi
digunakan sebagai pertimbangan dan bahan untuk pembahasan.
7. Unsur pengelolaan, yang jelas-jelas merupakan gerak kegiatan
sehingga mudah diatur dan direkayasa dalam bentuk tindakan.
Sedangkan Wijayah Kusumah (2009: 9) mengemukakan definisi
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh
guru di kelasnya sendiri dengan cara (1) merencanakan, (2) melaksanakan,
dan (3) merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan
tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa
dapat meningkat. Suhardjono (2006: 58-61) mengemukakan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan di kelas dengan
tujuan memperbaiki/ meningkatkan mutu praktik pembelajaran.
Penelitian Tindakan Kelas menurut Susilo (2007: 16) adalah penelitian
yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat mengajar,
dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan
proses dalam pembelajaran. Menurut Susilo, dalam prakteknya PTK
a. Merumuskan masalah dan merencanakan tindakan (planning).
b. Melaksanakan tindakan (acting) dan pengamatan (observing).
c. Merefleksikan (reflecting) hasil pengamatan.
d. Perbaikan atau perubahan peencanaan (replanning) untuk
pengembangan tingkat keberhasilan.
2. Manfaat dan Tujuan Penelitian Tindakan Kelas 1) Manfaat Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Wijaya Kusumah (2009: 16), ada beberapa manfaat dari
PTK, yaitu:
a. Menumbuhkan kebiasaan menulis.
Karena terbiasa menulis, guru bisa memperoleh kesempatan
untuk naik golongan bagi PNS, karena sertifikasi guru
mensyaratkan PTK.
b. Meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.
c. Berpikir analisis dan ilmiah.
Karena terbiasa mencari jalan keluar, maka seorang guru akan
terbiasa untuk berpikir analisis ilmiah. Oleh karena itu, PTK
dapat mengarahkan guru untuk selalu berpikir ilmiah dalam
memecahkan masalah.
d. Menambah khasanah ilmu pendidikan.
Dengan banyaknya tulisan dari para guru yang melakukan PTK,
dan mengembangkan wawasannya. Hal ini dapat menambah
khasanah baru dalam dunia pendidikan.
e. Menumbuhkan semangat guru lain.
PTK dapat mendorong guru lain untuk mencoba melakukan
PTK di kelas diajarnya dan untuk meningkatkan kualitas
pelaksanaan pembelajarann kelas.
f. Mengembangkan pembelajaran.
Dengan PTK, guru dapat mengembangkan keterampilan atau
pendekatan baru pembelajaran dan dapat memecahkan masalah
dengan penerapan langsung di ruang kelas.
g. Meningkatkan mutu sekolah secara keseluruhan.
PTK pada intinya memperbaiki proses pembelajaran di kelas.
Semakin sering dan banyak guru yang menulis PTK, maka
semakin baiklah kualitas sekolah tersebut.
Sedangkan Susilo (2007: 18) mengemukakan ada dua manfaat PTK,
yaitu:
a. Melalui PTK secara kolaboratif akan tercipta peluang yang luas
terhadap terciptanya karya tulis bagi guru.
b. Karya Tulis Ilmiah semakin diperlukan guru di masa depan
untuk meningkatkan kariernya, dan dalam rangka membuat
rancangan penelitian tindakan kelas yang lebih berbobot sambil
2) Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
Suhardjono (2006: 61) mengemukakan tujuan dari PTK, yaitu:
a. Meningkatkan mutu isi, proses, serta, hasil pendidikan dan
pembelajaran di sekolah.
b. Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi
masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas.
c. Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga
kependidikan.
d. Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan
sekolah sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan
perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara
berkelanjutan (sustainable).
3. Model-model Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Wijaya Kusumah (2009: 24) ada lima model Penelitian
Tindakan Kelas (PTK), yaitu:
1) Model Kurt Lewin
Model Kurt Lewin menjadi acuan pokok atau dasar adanya
berbagai model penelian tindakan yang lain, khususnya PTK.
Dikatakan demikian karena dialah yang pertama kali
memperkenalkan Action Research atau penelitian tindakan.
Konsep pokok penelitian tindakan Model Kurt Lewin terdiri dari
empat komponen, yaitu a) perencanaan (planning), b) tindakan
Dapat digambarkan dalam siklus:
Acting
Planning Observing
Reflecting
2) Model Kemmis & MC Taggart
Model ini merupakan pengembangan dari konsep dasar yang
diperkenalkan oleh Kurt Lewin sebagaimana yang diutarakan di
atas. Hanya saja, komponen tindakan (acting) dengan pengamatan
(observing) dijadikan sebagai satu kesatuan. Disatukannya kedua
komponen tersebut disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa
antara penerapan acting dan observing merupakan dua kegiatan
yang tidak terpisahkan. Maksudnya, kedua kegiatan ini harus
dilakukan dalam satu kesatuan waktu, ketika tindakan dilaksanakan
begitu pula observasi juga harus dilaksanakan. Untuk lebih
tepatnya, berikut ini dikemukakan bentuk desainnya (Kemmis &
Apabila dicermati, model yang dikemukakan oleh Kemmis &
McTaggart pada hakekatnya berupa perangkat atau untaian-untaian
dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu:
perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Keempat
komponen yang berupa untaian tersebut dipandang sebagai satu
siklus. Oleh karena itu, pengertian siklus pada kesempatan ini
adalah putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan,
pengamatan dan refleksi. Pada gambar di atas, tampak bahwa di
dalamnya terdiri dari dua perangakt komponen yang dapat
dikatakan sebagai dua siklus. Untuk pelaksanaan sesungguhnya,
jumlah siklus sangat bergantung kepada permasalahan yang perlu
diselesaikan.
3) Model John Illiot
Desain John Illiot tampak bahwa di dalam satu tindakan (acting)
terdiri dari beberapa step atau langkah tindakan, yaitu langkah1,
langkah tindakan 2, langkah tindakan 3. Adanay langkah-langkah
mata pelajaran terdiri dari beberapa pokok bahasan, dan setiap
pokok bahasan terdiri dari beberapa materi, yang tidak dapat
diselesaikan dalam satu kali tindakan. Oleh karenanya, untuk
menyelesaikan satu pokok bahasan tertentu diperlukan beberapa
kali langkah tindakan, yang terealisasi di dalam kegiatan belajar
Siklus I Siklus II Siklus III
Ide awal
Temuan dan Analisis
Perencanaan Umum Langkah Tindakan 1,2,3
Penjelasan Kegagalan tentang Implementasi
Implementasi Langkah Tindakan
Model PTK John Illiot
Monitoring Implementasi dan Efeknya
Revisi Perencanaan Umum
Implementasi Langkah Berikutnya
Revisi Ide Umum
Implementasi Langkah Berikutnya
Perbaikan Perencanaan Langkah Tindakan 1,2,3
Monitoring Implementasi dan Efek
Penjelasan Kegagalan & Efek Monitoring Implementasi dan Efek
Perbaikan Perencanaan
4) Model Hopkins
Berpijak pada desain-desain model PTK para ahli pendahulunya,
selanjutnya Hopkins (1993: 191) menyusun desain tersendiri, yaitu
sebagai berikut:
Perencanaan Tindakan Target, Tugas, Kriteria,
Keberhasilan
Implementasi
Menopang Komitmen
Mengatasi Problem
Evaluasi
Cek Kemajuan
Cek hasil
Pengambilan stok
Pelaporan Audit
5) Model Mc. Kernan
Menurut Mc. Kernan ada tujuh langkah yang harus dicermati
dalam PTK, yaitu:
1. Analisis situasi (reconnaissance)
2. Perumusan dan klarifikasi permasalahan
3. Hipotesis tindakan
4. Perencanaan tindakan
5. Penerapan tindakan dengan monitoringnya
6. Evaluasi hasil tindakan
7. Refleksi dan pengambilan keputusan untuk pengembangan
B. Model Pembelajaran Cooperative Learning 1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Trianto (2009: 56) mengemukakan pembelajaran kooperatif
adalah siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang
terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen,
kemampuan, jenis kelamin, suku/ ras, dan satu sama lain saling
membantu. Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok
strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi
untuk mencapai tujuan bersama (Eggen & Kauchak, 1996: 279).
Trianto (Artzt & Newman, 1990: 448) menyatakan bahwa dalam
belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam
menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
Jadi, setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab yang sama
untuk keberhasilan kelompoknya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah
suatu model yang lebih mengutamakan kerja kelompok untuk saling
membantu siswa satu dengan yang lainnya dan diharapkan tercipta
suatu kerjasama antara anggota dengan anggota kelompok, kelompok
dengan kelompok, ataupun kelompok dengan guru.
2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Ide utama dari pembelajaran kooperatif adalah siswa bekerja
sama untuk belajar dan betanggung jawab pada kemajuan belajar
menyatakan bahwa tujuan pokok pembelajaran kooperatif adalah
memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik
dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok.
Menurut Eggen & Kauchak Trianto (2009: 58), pembelajaran
kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi
siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan
dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan
kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama
siswa yang berbeda latar belakangnya. Dalam pembelajaran kooperatif,
tujuan-tujuan pembelajaran mencakup tiga jenis tujuan penting, yaitu
hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman dan
pengembangan keterampilan social (Ibrahim, dkk, 2000: 7).
Jadi, tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah untuk
meningkatkan pembelajaran secara kerja sama dalam tim kelompok
dan saling memberikan dukungan terhadap anggota tim di dalam
pembelajaran bersama tersebut.
3. Keunggulan penggunaan pembelajaran kooperatif
Menurut Wina Sanjaya (2006: 247–248), ada banyak keuntungan yang
diperoleh dari penggunaan pembelajaran kooperatif, diantaranya
adalah:
a. Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu
menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah
dari berbagai informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari
siswa yang lain.
b. Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau
gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya
dengan ide-ide orang lain.
c. Dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari
akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
d. Dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih
bertanggung jawab dalam belajar.
e. Merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan
prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk
mengembangkan harga diri, hubungan interpersonal yang positif
dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage
waktu, dan sikap positif terhadap sekolah.
f. Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan
pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat
berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan
karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab
kelompoknya.
g. Dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi
h. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan
motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini
berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.
4. Kelemahan pembelajaran kooperatif
Di samping keunggulan, Wina Sanjaya (2006: 248 – 249) juga
memaparkan beberapa kelemahan pembelajaran kooperatif:
a. Untuk mengetahui dan mengerti filosofis pembelajaran kooperatif
memang butuh waktu. Sangat tidak rasional kalau kita
mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan
memahami filsafat cooperative learning. Untuk siswa dianggap
memiliki kelebihan, contohnya, mereka akan merasa terhambat
oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan.
Akibatnya, keadaan semacam ini dapat mengganggu iklim kerja
sama dalam kelompok.
b. Ciri utama dari pembelajaran kooperatif adalah siswa saling
membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang
efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru,
bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya
dipelajari dan dipahami tidak pernah tercapai oleh siswa.
c. Penilaian yang diberikan kelompok dalam pembelajaran kooperatif
didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Dengan demikian, guru
perlu menyadari bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang
d. Keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam upaya
mengembangkan kesadaran berkelompok perlu memerlukan
periode waktu yang panjang. Hal ini tidak mungkin tercapai hanya
dengan satu kali atau sekali-kali penerapan.
e. Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang
sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktifitas dalam
kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara
individual. Oleh karena itu, idealnya melalui pembelajaran
kooperatif selain siswa belajar bekerja sama bagaimana
membangun kepercayaan diri. Untuk mencapai kedua hal itu dalam
strategi pembelajaran kooperatif memang bukan pekerjaan yang
mudah.
5. Enam tipe pembelajaran kooperatif
Trianto (2009: 67-87) memperkenalkan enam tipe pembelajaran
kooperatif:
a. Student Teams Achievement Divisions (STAD)
Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe
dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan
kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok
4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian
tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok,
b. Tim Ahli (Jigsaw)
Jigsaw telah dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Aroson dan
teman-teman dari Universitas Texas, dan diadopsi oleh Slavin dan
teman-teman dari Universitas John Hopkins. Pembelajaran tipe ini
yaitu siswa dibagi atas beberapa kelompok, masing-masing
anggota 5-6 orang, materi pembelajaran kemudian diberikan
kepada siswa dalam bentuk teks yang yang telah dibagi-bagi
menjadi beberapa sub bab. Kemudian setiap anggota kelompok
membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk
mempelajarinya. Anggota dari kelompok lain yang telah
mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam
kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya. Setiap anggota kelompok-kelompok
ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas mengajar
teman-temannya. Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswi
dikenai tagihan berupa kuis individu.
c. Investigasi Kelompok (Group Investigation)
Investigasi kelompok merupakan model pembelajarn kooperatif
yang paling kompleks dan paling sulit untuk diterapkan. Model ini
dikembangkan pertama kali oleh Thelan. Dalam perkembangannya
model ini diperluas dan dipertajam oleh Sharan dari Universitas
Tel Aviv. Berbeda dengan STAD dan Jigsaw, siswa terlibat dalam
perencanaan baik topik yang dipelajari dan bagaimana jalannya
struktur kelas yang lebih rumit daripada pendekatan yang lebih
berpusat pada guru. Pendekatan ini juga memerlukan mengajar
siswa keterampilan komunikasi dan proses kelompok yang baik.
d. Think Pair Share (TPS)
Strategi think-pair-share (TPS) atau berfikir berpasangan berbagi
adalah merupakan jenis pembelajarn kooperatif yang dirancang
untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.
e. Numbered Head Together (NHT)
Numbered Head Together atau penomoran berfikir bersama adalah
merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap
struktur kelas tradisional.
f. Teams Games Tournament (TGT)
Model pembelajarn ini juga bisa disebut sebagai Pertandingan
Permainan Tim, dikembangkan secara asli oleh David De Vries
dan Keath Edward (Trianto, 2009: 83). Pada model ini siswa
memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk
C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Model pembelajaran kooperatif memiliki banyak tipe, Student
Team Achievement Divisions (STAD) termasuk di dalamnya. Menurut
Trianto (2009: 68-72) pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan
salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan
kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5
orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan
pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis dan
penghargaan kelompok. Slavin (dalam Nur, 2006: 26) berpendapat bahwa
pada STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang
yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan
suku. Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim
mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran
tersebut. Kemudian, seluruh siswa diberikan tes tentang meteri tersebut,
pada saat tes ini mereka tidak diperbolehkan saling membantu.
Seperti halnya pembelajaran lainnya, pembelajaran kooperatif tipe
STAD ini juga membutuhkan persiapan yang matang sebelum kegiatan
pembelajaran dilaksanakan. Persiapan-persiapan tersebut antara lain:
1. Perangkat Pembelajaran
Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran ini perlu dipersiapkan
perangkat pembelajarannya, yang meliputi Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS) beserta lembar
2. Membentuk Kelompok Kooperatif
Menentukan anggota kelompok diusahakan agar kemampuan siswa
dalam kelompok adalah heterogen dan kemampuan antar satu kelompok
dengan kelompok lainnya relatif homogen. Apabila memungkinkan
kelompok kooperatif perlu memperhatikan ras, agama, jenin kelamin,
dan latar belakang sosial. Apabila dalam kelas terdiri atas ras dan latar
belakang yang relatif sama, maka pembentukan kelompok dapat
didasarkan pada prestasi akademik, yaitu:
a. Siswa dalam kelas terlebih dahulu dirangking sesuai kepandaian
dalam mata pelajaran akuntansi. Tujuannya adalah untuk
mengurutkan siswa sesuai kemampuan akuntansinya dan digunakan
untuk mengelompokkan siswa ke dalam kelompok.
b. Menentukan tiga kelompok dalam kelas yaitu kelompok atas,
kelompok menengah dan kelompok bawah. Kelompok atas sebanyak
25% dari seluruh siswa yang diambil dari siswa rangking satu,
kelompok tengah 50% dari seluruh siswa yang diambil dari urutan
setelah kelompok atas, dan kelompok bawah sebanyak 25% dari
seluruh siswa yaitu terdiri atas siswa setelah diambil kelompok atas
dan kelompok menengah.
c. Menentukan Skor Awal
Skor awal yang dapat digunakan dalam kelas kooperatif adalah nilai
Misalnya pada pembelajaran lebih lanjut dan setelah diadakan tes,
maka hasil tes masing-masing individu dapat dijadikan skor awal.
d. Pengaturan Tempat Duduk
Pengaturan tempat duduk dalam kelas kooperatif perlu juga diatur
dengan baik, hal ini dilakukan untuk menunjang keberhasilan
pembelajarn kooperatif apabila tidak ada pengaturan tempat duduk
dapat menimbulkan kekacauan yang menyebabkan gagalnya
pembelajaran pada kelas kooperatif.
e. Kerja Kelompok
Untuk mencagah adanya hambatan pada pembelajaran kooperatif
tipe STAD, terlebih dahulu diadakan latihan kerja sama kelompok.
Hal ini bertujuan untuk lebih jauh mengenalkan masing-masing
individu dalam kelompok.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD ini didasarkan
pada langkah-langkah kooperatif yang terdiri atas enam langkan atau
fase. Fase-fase dalam pembelajaran seperti ini tersajikan dalam Tabel
2.1.
Tabel 2.1
Fase-fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Fase Kegiatan Guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.
Fase 2 bekerja dan belajar.
Fase 5 lewat bahan bacaan.
Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. (Sumber: Ibrahim, dkk. 2000:10)
Penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru
dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut:
1) Menghitung skor individu
Menurut Slavin (Trianto, 2009: ) untuk memberikan skor
Tabel 2.2
Perhitungan Skor Perkembangan
Nilai Tes Skor Perkembangan
Lebih dari 10 poin di bawah skor
awal……….
10 poin dibawah sampai 1 poin di
bawah skor awal……….
Skor awal sampai 10 poin di atas
skor awal……….
Lebih dari 10 poin di atas skor
awal……….
Nilai sempurna (tanpa
memperhatikan skor awal)……….
0 poin
10 poin
20 poin
30 poin
30 poin
2) Menghitung skor kelompok
Skor kelompok ini dihitung dengan membuat rata-rata skor
perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlah semua
skor perkembangan yang diperoleh anggota kelompok dibagi dengan
jumlah anggota kelompok. Sesuai dengan rata-rata skor perkembangan
kelompok, diperoleh kategori skor kelompok seperti tercantum pada
Tabel 2.3
Tingkat Penghargaan Kelompok
Rata-rata Tim Predikat
0 ≤ x ≤ 5 5 ≤ x ≤ 15 15 ≤ x ≤ 25 25 ≤ x ≤ 30
-
Tim baik
Tim hebat
Tim super
3) Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok
Setelah masing-masing kelompok memperoleh predikat, guru
memberikan hadiah/ penghargaan kepada masing-masing kelompok
sesuai dengan predikatnya.
Adapun kelebihan dan kekurangan dalam metode pembelajaran tipe STAD
ini menurut Ade Sanjaya yaitu:
Keuntungan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu:
a. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan
keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.
b. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif
mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah.
c. Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan
keterampilan berdiskusi.
d. Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai
e. Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih
aktif dalam diskusi.
f. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa
menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat
orang lain.
Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu:
Kerja kelompok hanya melibatkan mereka yang mampu memimpin dan
mengarahkan mereka yang kurang pandai dan kadang-kadang menuntut
tempat yang berbeda dan gaya-gaya mengajar berbeda.
(http://aadesanjaya.blogspot.com/2011/03/pembelajaran-kooperatif-tipe-stad.html)
Dari tinjauan tentang pembelajaran kooperatif tipe STAD ini
menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan tipe
pembelajaran kooperatif yang cukup sederhana. Dikatakan demikian karena
kegiatan pembelajaran yang dilakukan masih dekat kaitannya dengan
pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dilihat pada fase 2 dari fase-fase
pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu adanya penyajian informasi atau
materi pelajaran. Perbedaan model ini dengan model konvensional terletak
D. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi
Menurut Hamzah B. Uno (2007: 3), motivasi berasal dari kata motif
yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu,
menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif dapat
dibedakan menjadi tiga macam, yaitu (1) motif biogenetis, yaitu
motif-motif yang berasal dari kebutuhan-kebutuhan organisme demi kelanjutan
hidupnya, misalnya lapar, haus, kebutuhan akan kegiatan dan istirahat,
mengambil napas, seksualitas, dan sebagainya; (2) motif sosiogenetis,
yaitu motif-motif yang berkembang berasal dari lingkungan kebudayaan
tempat orang tersebut berada. Jadi, motif ini tidak berkembang dengan
sendirinya, tetapi dipengaruhi oleh lingkungan kebudayaan setempat.
Misalnya keinginan mendengarkan musik, makan pecel, makan cokelat,
dan lain-lain; (3) motif teologis, dalam motif ini manusia adalah sebagai
makhluk yang berketuhanan, sehingga ada interaksi antara manusia
dengan Tuhan-Nya, seperti ibadahnya dalam kehidupan sehari-hari,
misalnya keinginan untuk mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa, untuk
merealisasikan norma-norma sesuai agamanya.
Motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan
aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian,
motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk
berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam
T. Hani Handoko (2003: 252), mengemukakan bahwa motivasi
adalah keadaan pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu
untuk melakukan kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Sedangkan
menurut H. Hadari Nawawi (2003: 251), pengertian dari motivasi adalah
suatu keaddaan yang mendorong atau menjadi sebab seseorang melakukan
sesuatu perbuatan atau kegiatan yang secara sadar. Henry Simamora
(2004: 510), definisi dari motivasi adalah sebuah fungsi dari pengharapan
individu bahwa upaya tertentu akan menghasilkan tingkat kinerja yang
pada gilirannya akan membuahkan imbalan atau hasil yang dikehendaki
(http://makalahdanskripsi.blogspot.com/2008/10/motivasi.html).
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah
kesanggupan untuk melakukan kegiatan karena didorong oleh
keinginannya untuk memenuhi kebutuhan dari dalam dirinya ataupun yang
datang dari luar. Kegiatan itu dilakukan dengan kesungguhan hati dan
terus menerus dalam rangka mencapai tujuan.
2. Jenis-Jenis Motivasi
Menurut Hamzah Uno (2011:4), dari sumber yang menimbulkannya,
motif dibedakan dua macam, yaitu
a. Motif intrinsik
Motif intrinsik, timbulnya tidak memerlukan rangsangan dari luar
karena memang telah ada dalam individu sendiri, yaitu sesuai atau