ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMA DALAM
PEMBELAJARAN PENCEMARAN LINGKUNGAN MENGGUNAKAN
CONNECTED TEACHING
SKRIPSI
DiajukanUntukMemenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Biologi
Oleh Malsina 0900407
Pembimbing1: Dr. rer. nat. Adi Rahmat, M.Si Pembimbing 2: Dr. Mimin Nurjhani K, M.Pd
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMA DALAM
PEMBELAJARAN PENCEMARAN LINGKUNGAN MENGGUNAKAN
CONNECTED TEACHING
Oleh Malsina
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Malsina 2013
Universitas Pendidikan Indonesia Oktober 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
MALSINA
ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN PENCEMARAN LINGKUNGAN MENGGUNAKAN
CONNECTED TEACHING
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING: Pembimbing I
Dr. rer. nat. Adi Rahmat, M.Si NIP.196512301992021001
Pembimbing II
ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMA DALAM
PEMBELAJARAN PENCEMARAN LINGKUNGAN MENGGUNAKAN
CONNECTED TEACHING
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Analisis Pemahaman Konsep Siswa SMA Dalam Pembelajaran Pencemaran Lingkungan Menggunakan Connected Teaching”. Tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan pemahaman konsep siswa SMA pada materi pencemaran lingkungan yang disajikan dengan connected teaching. Metode yang digunakan adalah weak experiment dengan one group pretest-posttest design yaitu penelitian yang dilaksanakan pada satu kelompok tanpa menggunakan kelas kontrol. Penelitian ini dilakukan terhadap siswa kelas X SMA Pasundan 8 Bandung tahun ajaran 2012/2013, jumlah sampel yang digunakan sebanya 30 orang siswa, pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan instrumen berupa tes pilihan ganda beralasan sebanyak 15 soal sebelum pembelajaran (pretest), dan setelah pembelajaran selesai (posttest). Untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa menggunakan rata-rata skor gain ternormalisasi (N-gain). Terdapat perbedaan rata-rata nilai yang didapatkan oleh siswa, saat pretes 40,38 dan saat posttes sebesar 66,61 dengan selisih atau gain sebesar 26,23. Perolehan N-gain pada jenis translasi yaitu 0,44, jenis interpretasi 0,37 dan jenis ekstrapolasi 0,31, tiga jenis pemahaman menurut Bloom ini tergolong kategori sedang. Untuk tiap subkonsep, pencemaran air dengan perolehan N-gain 0,59, pencemaran udara 0,52, pencemaran tanah 0,081, dampak pencemaran 0,08 dan cara penanggulangan 0,06. Hanya pencemaran air dan udara dengan perolehan N-gain dengan kategori sedang, untuk tiga subkonsep lainnya tergolong rendah.
iv DAFTAR ISI
ABSTRAK …..………...……..i
KATA PENGANTAR…...………...…...ii
DAFTAR ISI………...………..….…....iv
DAFTAR TABEL ………...…....…...…....vi
DAFTAR GAMBAR ………...……...…vii
BAB I PENDAHULUAN………....………...…..…...……1
A. Latar Belakang……….………...……...1
B. Rumusan Masalah………...…………...…4
C. Batasan Masalah……….….……….…...……..5
D. Tujuan Penelitian……… ……….…………...……….5
E. Manfaat Penelitian………….………..…….……...5
BAB II ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN PENCEMARAN LINGKUNGAN MENGGUNAKAN CONNECTED TEACHING...7
A. Pemahaman Konsep………..…..………...7
B. Connected Teaching ……….…..………...9
C. Pencemaran Lingkungan ………...……….……18
BAB III METODELOGI PENELITIAN ………...……….……..23
A. Lokasi, populasi dan sampel penelitian………...23
B. Desain Penelitian …………...……….……...……...23
C. Metode Penelitian ……….………….……...24
D. Definisi Operasional ……….……….…….……24
E. Instrumen Penelitian ………..……….…25
F. Proses Pengembangan Instrumen ……….………..…...27
G. Prosedur Penelitian ……..….………..…………..…………...32
H. Analisis Data . ……….…………..……...35
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN………...………...37
A. Hasil Penelitia……….………....…...…37
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...58
A. Kesimpulan………...………...…..….……...58
B. Saran………...………..…..………...59
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Komparasi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar……...…...13
3.1 Desain Penelitian ………..…....23
3.2 Kisi-kisi Item Soal Pemahaman Berdasarkan Indikator Bloom Revisi …25 3.3 Kisi-kisi Item Soal perkonsep ………..……….25
3.4 Kriterita Pemberian Skor untuk Jawaban Siswa ………..………….26
3.5 Kisi-Kisi Pertanyaan Angket …..………..26
3.6 Klasifikasi Validitas Butir Soal ………..…..28
3.7. Klasifikasi Rebilitas Tes ………..………...….28
3.8 Indeks Kesukaran ………..………...….29
3.9 Klasifikasi Daya Pembeda ………...….31
3.10 Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Coba Instrumen ………...31
3.11 Perolehan nilai N-gain ……….………...35
4.1 Perbandingan Nilai Pretest dan Posttest ………..…….…...….37
4.2 Hasil Pretest Pemahaman Siswa Berdasarkan Indikator Menurut Bloom Revisi ………38
4.3 Hasil Pretest Pemahaman Siswa Pada Tiap SubKonsep ……..…………39
4.4 Perolehan Skor Hasil Posttest Pemahaman Siswa Berdasarkan Indikator Bloom ………...41
4.5 Hasil posttest Pemahaman Siswa Pada Setiap Subkonsep……..………..42
4.6 Hasil Perolehan Gain Ternormalisasi untuk Pemahaman Indikator Bloom.………..……….43
4.7 Hasil Perolehan Gain Ternormalisasi Setiap Subkonsep …………...…..44
4.8 Rekapitulasi Hasil Uji Prasyarat Pemahaman Berdasarkan Indikator Bloom ………...………45
4.9 Rekapitulasi Hasil Uji Prasyarat Subkonsep ………45
4.10 Hasil Perhitungan One Sample t Test menurut Bloom ………...46
4.11 Hasil Perhitungan One Sample t Test pada tiap subkonsep ………...….47
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Contoh Model Integrated………...11
2.2 Pencemaran tanah oleh industri ……….……….19
2.3 Pencemaran air ………20
1
Maslina, 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan studi awal yang dilakukan peneliti melalui observasi dan wawancara dengan guru yang dilakukan di kelas X di salah satu SMA suasta di Bandung, diperoleh informasi mengenai beberapa masalah pembelajaran biologi dilihat dari gambaran siswa secara umum, antara lain yaitu siswa lebih banyak mendengar dan menulis hal-hal yang diinformasikan oleh guru, siswa cepat lupa mengenai konsep-konsep yang telah diajarkan sebelumnya, sehingga guru harus menyampaikan materi secara berulang-ulang, siswa dapat menjelaskan materi yang telah dibahas di kelas sebelumnya, tetapi ketika diberikan persoalan baru atau materi yang berkaitan sebagian besar siswa belum dapat menjelaskan dan memahaminya.
Maslina, 2013
Pemahaman konsep merupakan kemampuan mengkonstruk makna atau pengertian suatu konsep berdasarkan kemampuan awal yang dimiliki, mengintegrasikan pengetahuan baru ke dalam skema yang telah ada dalam pemikiran siswa. Seorang siswa dikatakan telah memahami suatu konsep jika memiliki kemampuan menangkap arti dari informasi yang diterima (Benita, 2011). Dalam situasi belajar formal, siswa diberikan berbagai ilmu atau mata pelajaran yang terpisah satu sama lain sehingga mereka terkadang mengalami kesulitan untuk memahami suatu konsep. Oleh sebab itu dalam proses pembelajaran harus memperhatikan karakteristik siswa yang akan menghayati pengalaman belajar tersebut sebagai satu kesatuan yang utuh. Pengemasan pembelajaran harus dirancang secara tepat karena akan berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman belajar siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual baik di dalam maupun antar mata pelajaran, akan memberi peluang bagi terjadinya pembelajaran yang efektif dan lebih bermakna (meaningful learning) (Novi, 2011).
Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep merupakan pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa. Pembelajaran terpadu secara efektif akan membantu menciptakan kesempatan yang luas bagi siswa untuk melihat dan membangun konsep-konsep yang saling berkaitan. Dengan pembelajaran terpadu ini siswa diharapkan memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, menilai dan menggunakan informasi yang ada di sekitarnya secara bermakna (Fatoni, 2010).
3
Maslina, 2013
siswa belajar suatu informasi atau konsep verbalisme. Siswa tidak tahu bagaimana untuk mengintegrasikan pengetahuan mereka ketika mereka menghadapi konsep atau prinsip baru.
Masalah kesulitan dalam memahami konsep biologi siswa perlu diperhatikan karena pemahaman konsep dalam pembelajaran biologi sangat dibutuhkan sehingga dengan adanya penanaman pemahaman konsep siswa, pembelajaran biologi akan lebih bermakna dan terarah sehingga tujuan pendidikan akan tercapai.
Pembelajaran tidak hanya terfokus pada pemahaman terminologi atau konsep parsial, tetapi juga untuk mengarahkan siswa untuk dapat menghubungkan satu konsep dengan konsep lain. Cone et al. (1998) menyatakan bahwa pembelajaran seperti ini termasuk dalam "Connected Teaching" proses dimana dua atau lebih bidang studi yang diintegrasikan dengan tujuan meningkatkan pembelajaran dalam setiap mata pelajaran. Oleh karena itu, guru harus memberikan fasilitas berupa metode atau pendekatan yang tepat untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa. Dengan demikian yang perlu diperhatikan yaitu model atau pendekatan pembelajaran yang dipilih harus sesuai dengan tujuan, jenis, dan sifat materi yang diajarkan (Nifa, 2007). Kemampuan guru dalam memahami dan melakasanakan model tersebut sangat berpengaruh terhadap hasil yang dicapai.
Studi menunjukkan bahwa dimana efektivitas pembelajaran interdisipliner melalui Connected atau pembelajaran terhubung sangat dipengaruhi oleh komponen kursus, siswa perlu mengalami situasi yang membutuhkan usaha kolaboratif dan yang menghubungkan pengetahuan untuk aplikasi. Interaksi melalui serangkaian lingkungan terstruktur dan belajar aktif dengan melibatkan serangkaian tugas (Watkins et al., 2004).
Maslina, 2013
tersebut adalah: (1) fragmented, (2) connected, (3) nested, (4) sequenced, (5) shared, (6) webbed, (7) threaded, (8) integrated, (9) immersed, dan (10) networked. Namun dari sepuluh model di atas, model yang sesuai untuk konsep yang disajikan melalui pembelajaran IPA menggunakan connected model, webbed model dan integrated model.
Pada penelitian ini digunakan pembelajaran terpadu tipe connected teaching pada materi pencemaran lingkungan. Peneliti mengambil materi pencemaran lingkungan karena bahan-bahan pencemar sangat bermacam-macam jenisnya dan berpengaruh terhadap lingkungan biotik serta abiotik, bahan pencemar ini akan dipahami jika siswa telah memahami senyawa-senyawa bahan pencemar yang ada dimata pelajaran kimia. Untuk melihat efek dari pencemaran maka materi harus dihubungkan, pecemaran disebabkan oleh bahan-bahan anorganik oleh sebab itu materi pencemaran lingkungan harus dihubungkan dengan materi kimia.
Dalam penelitian ini, siswa harus melacak semua konsep pencemaran lingkungan dan mengintegrasikan kedalam mata pelajaran kimia. Dengan pembelajaran terpadu tipe connected ini diharapkan siswa mampu memahami suatu informasi atau konsep secara utuh dan menganggap bahwa biologi bukan pelajaran yang parsial (terpisah-pisah).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah yaitu: Bagaimanakah pemahaman konsep siswa SMA dalam pembelajaran pencemaran lingkungan menggunakan connected teaching?
Berdasarkan rumusan masalah tersebut dapat dikembangkan tiga pertanyaan penelitian:
5
Maslina, 2013
2. Bagaimanakah pemahaman siswa berdasarkan indikator dan pemahaman siswa berdasarkan subkonsep setelah pembelajaran connected teaching dilakukan?
3. Bagaimanakah peningkatan pemahaman konsep siswa setelah mengikuti pembelajaran connected teaching?
C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan untuk menghindari masalah agar tidak terlalu meluas, maka permasalahan dibatasi sebagai berikut: Pemahaman konsep pada penelitian ini dibatasi pada jenjang C2 dimensi konseptual menurut tiga tipe pemahaman Bloom, yaitu translasi (kemampuan menerjemahkan), interpretasi (kemampuan menafsirkan) dan ekstrapolasi (kemampuan meramalkan).
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pemahaman siswa berdasarkan indikator Bloom dan pemahaman siswa berdasarkan subkonsep sebelum pembelajaran connected teaching dilakukan.
2. Untuk mengetahui pemahaman siswa berdasarkan indikator Bloom dan pemahaman siswa berdasarkan subkonsep setelah pembelajaran connected teaching dilakukan
3. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa setelah mengikuti pembelajaran connected teaching
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya sebagai berikut:
Maslina, 2013
1. Memberikan contoh alternatif dalam menyampaikan pembelajaran yang memadukan materi yang berasal dari satu mata pelajaran dengan materi yang berasal dari mata pelajaran lain.
b. Bagi siswa
1. Melalui pembelajaran connected teaching siswa melihat lebih jelas relevansi antar mata pelajaran melalui satu topik.
c. Bagi Peneliti:
23 Maslina, 2013
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi, populasi dan sampel penelitian 1. Lokasi
Penelitian dilakukan di SMA Pasundan 8 Bandung Jl. Cihampelas No. 167
2. Populasi
Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa kelas X semester 1 tahun ajaran 2013-2014 SMA Pasundan 8 Bandung
3. Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kelas X sebanyak 30 orang yang sedang mengikuti pembelajaran pencemaran lingkungan. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling.
B. Desain Penelitian
Adapun desain dalam penelitian ini menggunakan one group pretest posttest design, yaitu satu sampel diberi perlakuan selama waktu tertentu. Pada desain ini satu kelompok eksperimen diberikan tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) selanjutnya dicari peningkatan (gain) antara hasil pretest dan posttest. Gain yang didapat dari hasil pretest dan posttest tersebut dikonversi ke dalam N-gain yang diuji secara statistik.
Secara umum desain penelitian yang akan digunakan dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 3.1 Desain Penelitian
24
Maslina, 2013
Eksperimen T1 X T2
Keterangan:
T1 = Tes Awal (Pretest) T2 = Tes Akhir (Postest)
X = Pembelajaran Connected teaching
(Arikunto, 2002). C. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah weak eksperimen. Merupakan metode penelitian eksperimen yang didesain dan perlakuannya seperti eksperimen tetapi tidak ada pengontrolan variabel.
D. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan beberapa istilah yang digunakan sebagai variabel dalam penelitian ini, maka diperlukan penjelasan tentang beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini agar lebih efektif dan operasional. Istilah-istilah tersebut antara lain: 1. Connected teaching
Connected teaching yang dimaksud adalah pendekatan pembelajaran yang menghubungkan konsep-konsep dalam materi pencemaran lingkungan yang disajikan atau diajarkan dengan konsep-konsep yang telah didapat pada pertemuan sebelumnya dengan cara cross check dalam mata pelajaran kimia tentang ikatan kimia, yang merupakan dasar dari materi pencemaran lingkungan.
2. Pemahaman konsep
Maslina, 2013
materi pencemaran lingkungan yang mencakup translasi (kemampuan menerjemahkan), interpretasi (kemampuan menafsirkan) dan ekstrapolasi (kemampuan meramalkan) sebanyak 15 soal.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini yaitu dimulai dengan pengembangan kisi-kisi, lalu dilakukan judgment dan uji coba yang hasilnya digunakan untuk memilih dan merevisi. Awal pengembangan instrument ini terdiri atas 21 item soal pilihan ganda beralasan. Setelah melalui proses judgment dan uji coba soal dengan menggunakan item analisis 2005/Anates dan diperoleh 15 item soal dengan melihat signifikan atau valid dari soal tersebut. Jika soal dengan kategori daya pembeda jelek maka ada proses revisi soal.
Adapun instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pilihan ganda beralasan
Soal-soal pilihan ganda beralasan terdiri dari 4 pilihan. Soal pilihan ganda beralasan ini adalah sederetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengukuran, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu.
Tabel 3.2 Kisi-kisi Item Soal Pemahaman Berdasarkan Indikator Bloom Revisi
No Jenis Pemahaman No. soal Jumlah
1 Translasi 1,4,5,6,7 5
2 Interpretasi 2,3,8,9,15 5
3 Ekstrapolasi 10,11,12,1314 5
Total 15 soal
26
Maslina, 2013
No Subkonsep No soal
1 Pencemaran air 1,3,8,11,13,14
2 Pencemaran udara 2,4,5,6,7,10
3 Pencemaran tanah 15
4 Dampak pencemaran 12
5 Cara penanggulangan pencemaran 9
Jumlah 15 soal
Pemberian skor untuk soal pilihan ganda beralasan dilakukan dengan beberapa kriteria yang dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.4 Kriterita Pemberian Skor untuk Jawaban Siswa
No. Keterangan
Skor
Jawaban Alasan
1. Benar Benar 4
2. Benar Kurang tepat 3
3. Benar Salah 2
4. Salah Benar 1
5. Salah Salah 0
2. Angket
Angket digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaranconnected teaching. Pembuatan angket dilakukan dengan membuat kisi-kisi pertanyaan. Setelah itu, dilakukan judgement kepada dosen ahli. Angket yang digunakan dalam penelitian tidak melalui uji coba dulu, angket langsung diberikan kepada siswa setelah melalui proses judgement dan revisi. Jenis angket dalam penelitian ini adalah angket tertutup, dalam arti alternatif jawaban sudah tersedia, dimana responden hanya memilih jawaban yang telah disediakan. Angket terdiri atas 10 pertanyaan yang digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran connected teaching yang diterapkan.
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Pertanyaan Angket
Maslina, 2013
1 Minat terhadap pembelajaran biologi yang dihubungkan dengan materi kimia
1,3,10
2 Kesulitan dalam memahami materi biologi 2,6
3 Kegiatan diskusi dalam pengkoneksian materi 4,7
4 Penggunaan LKS 5
5 Pengkoneksian materi biologi dengan kimia 8,9
F. Proses Pengembangan Instrumen
Pada tahap pra-penelitian dilakukan penyusunan proposal penelitian serta kelengkapan alat, bahan dan berbagai macam instrumen penelitian. Proses penyusunan instrumen dilakukan secara bertahap melalui diskusi dengan dosen pembimbing.
Instrumen-instrumen yang dibuat beberapa kali dilakukan revisi sehingga bersesuaian dengan kegiatan pembelajaran. Selain oleh dosen pembimbing, intrumen ini pun diperiksa kelayakannya oleh para dosen ahli dari segi materi dan kaidah-kaidah evaluasi melalui proses judgment. Instrumen bisa digunakan dalam pengambilan data penelitian apabila telah melewati proses perbaikan dari hasil koreksi pada tahapan judgment serta telah melalui tahapan uji coba instrumen kepada subjek yang serupa dengan subjek penelitian. Akan tetapi tidak semua instrumen melalui tahapan uji coba. Hanya paket soal yang digunakan dalam pretest-posttest saja yang diuji cobakan.
Untuk mengetahui kelayakan instrumen dilakukan proses pengembangan instrumen, dengan langkah-langkah:
a. Validitas Butir Soal
28
Maslina, 2013
yang digunakan dalam penelitian ini valid, maka dilakukan analisis validitas.
Untuk mengetahui validitas butir soal digunakan rumus koefisien Product Moment sebagai berikut:
rxy = N XY – (X) (Y)
√{ (NX2– (X)2) } { NY2– (Y)2 }
Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi N = Jumlah seluruh siswa X = Skor tiap siswa Y = Skor total tiap siswa
Nilai rxy yang diperoleh dapat dapat diinterpretasikan untuk menentukan validitas butir soal dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:
Tabel 3.6. Klasifikasi Validitas Butir Soal
Nilai rxy Kriteria
0,00 – 0,19 Sangat Rendah
0,20 – 0,39 Rendah
0,40 – 0,59 Cukup
0,60 – 0,79 Tinggi
0,80 – 1,00 Sangat Tinggi
b. Reabilitas
Reabilitas adalah tingkat keajegan suatu tes, yaitu sejauh mana tes dapat dipercaya untuk mendapatkan skor yang ajeg atau konsisten walaupundiujikan pada situasi yang berdeda-beda.
Reabilitas dihitung dengan mengguankan rumus: rnn = 2r 1/2 ½
Maslina, 2013
Keterangan:
rnn = Reabilitas instrument
r ½ ½ = korelasi antara skor-skor tiap soal.
Reabilitas instrumen dengan menggunakan kriteria sebagai berikut: Tabel 3.7. Klasifikasi Rebilitas Tes
Nilai rnn Kriteria
0,80 – 1 Sangat tinggi
0,60 – 0,79 Tinggi
0,20 – 0,59 Rendah
0,00 – 0,19 Sangat Rendah
Dari hasil uji coba instrument soal pemahaman konsep diperoleh nilai r sebesar 0,64 termasuk tinggi. Hal ini menunjukan bahwa soal yang digunakan pada penelitian memiliki keajegan yang baik.
c. Tingkat Kesukaran Butir Soal
Tingkat kesukaran butir soal adalah proporsi dari keseluruhan siswa yang menjawab benar pada butir soal tersebut. Tingkat kesukaran butir soal dapat diukur dengan menggunakan rumus:
TK = U + L T Keterangan:
TK = Taraf kesukaran
U = Jumlah siswa dari kelompok atas yang menjawab benar untuk tiap soal
L = Jumlah siswa dari kelompok bawah yang menjawab benar untuk tiap soal
T = Jumlah seluruh siswa dari kelompok atas dan bawah
30
Maslina, 2013
Tabel 3.8 Indeks Kesukaran Nilai TK Kriteria
0,00 – 0,30 Sukar
0,31 – 0,70 Sedang
0,71 – 1,00 Mudah
d. Daya Pembeda Soal
Daya pembeda butir soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang tidak pandai. Daya pembeda butir soal dapat dihitung dengan rumus:
DP = U – L ½ T
Keterangan:
DP = Daya Pemabeda
U = Jumlah siswa dari kelompok atas yang menjawab benar untuk tiap soal
L = Jumlah siswa dari kelompok bawah yang menjawab benar untuk tiap soal
T = Jumlah seluruh siswa dari kelompok atas dan bawah
Kriteria untuk menentukan suatu daya pembeda, dapat menggunakan kriteria pada tabel berikut:
Tabel 3.9 Klasifikasi Daya Pembeda Nilai DP Kriteria
0,00 – 0,20 Jelek
0,21 – 0,40 Cukup
0,41 – 0,70 Baik
0,71 – 1,00 Baik sekali
Maslina, 2013
sebuah soal dipakai apabila soal tersebut memiliki validitas yang baik (valid dan sangat valid), soal yang memiliki daya pembeda baik dan baik sekali, soal yang memiliki tingkat kesukaran mudah, sedang dan sukar. Suatu tes dikatakan realibel jika selalu memberikan hasil yang sama apabila diteskan pada kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda artinya reliabilitasnya harus baik (tinggi dan sangat tinggi).
Tabel 3.10 Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Coba Instrumen Penguasaan Konsep (Soal Pilihan Ganda Beralasan)
No. soal
Daya Pembeda Tingkat
Kesukaran Validitas Reliabilitas
Keputusan
Nilai Interpretasi Nilai Interpretasi Nilai Interpretasi Nilai interpretasi
1 0,37 Cukup 0,36 Sedang 0,396 Valid
0,64 Tinggi
Dipakai
2 0,12 Jelek 0,03 Sangat
sukar
0,270 Tidak valid
Tidak dipakai
3 0,62 Baik 0,40 Sedang 0.425 Sangat Valid Dipakai
4 0,12 Jelek 0,60 Sedang 0,387 Valid Dipakai
5 0,12 Jelek 0,20 Sukar 0,30 Valid dipakai Tidak
6 0,00 Jelek 0,43 Sedang 0,345 Valid Dipakai
7 0,50 Baik 0,53 Sedang 0,456 Sangat Valid Dipakai
8 0,87 Baik
sekali
0,60 Sedang 0,600 Sangat
Valid
Dipakai
9 0,00 Jelek 0,30 Sukar 0,115 Tidak
valid
Tidak dipakai
32
Maslina, 2013
No. soal
Daya Pembeda Tingkat
Kesukaran Validitas Reliabilitas
Keputusan
Nilai Interpret asi Nilai
Interpret asi Nilai
Interpre tasi
Nilai interpre tasi
Valid dipakai
11 0,25 Cukup 0,36 Sedang 0,373 Sangat
Valid
Dipakai
12 0,62 Baik 0,40 Sedang 0,320 Valid Dipakai
13 0,12 Jelek 0,56 Sedang 0,412 Sangat
Valid
Dipakai
14 0,12 Jelek 0,13 Sangat
sukar
0,130 Tidak valid
Tidak dipakai
15 0,10 Jelek 0,36 Sedang 0,338 valid Dipakai
16 -0,12 Jelek 0,33 Sedang 0,675 Sangat Valid Dipakai
17 0,50 Baik 0,16 Sukar 0,045 Tidak
valid
Tidak dipakai
18 0,75 sekali Baik 0,53 Sedang 0,381 Sangat Valid Dipakai
19 0,62 Baik 0,63 Sedang 0,639 Sangat
Valid
Dipakai
20 0,37 Cukup 0,53 Sedang 0,482 Sangat
Valid
Dipakai
21 0,18 Jelek 0,60 Sedang 0,446 Sangat
Valid
Dipakai
Hasil perhitungan reliabilitas soal pemahaman konsep memperoleh nilai r sebesar 0,64 termasuk tinggi. Hal ini menunjukan bahwa soal yang digunakan pada penelitian memiliki keajegan yang baik.
G. Prosedur Penelitian
Proses pengumpulan data dalam penelitian ini terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap analisis. Berikut ini merupakan penjelasan secara rinci dari ketiga tahapan tersebut: 1. Tahap persiapan
Maslina, 2013
a. Guru atau peneliti merancang program rencana pembelajaran dengan mengadakan penjajakan tema dengan cara croscheck
b. Peneliti melakukan diskusi atau tanya jawab kepada siswa dan guru bidang studi kimia sebelum dilakukan penelitian
c. Melakukan analisis komparasi SK dan KD dengan guru mata pelajaran kimia
d. Menyusun instrumen penilaian
e. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran terhubung 2. Tahap Pelaksanaan
2.1 Pelaksanaan Pembelajaran dan Evaluasi
Tahap pelaksanaan penelitian ini menggunakan 2 kali pertemuan (2x45 menit) yang terdiri atas tahapan-tahapan berikut ini:
a. Pertemuan pertama memberikan tes (pretest) terhadap siswa, tujuannya adalah untuk mengetahui pengetahuan awal siswa. Setelah itu melakukan persiapan kegiatan pembelajaran berupa pengenalan materi.
b. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan rincian kegiatan pembelajaran dapat dipaparkan sebagai berikut:
1) Pada awal kegiatan pembelajaran, siswa dikenalkan pada konsep kerusakan lingkungan (penyajian informasi)
2) Mengkoneksikan konsep-konsep pencemaran lingkungan dengan konsep-konsep ikatan kimia/senyawa yang terbentuk 3) Membentuk konsep yang komprehensif, sebab-akibat dalam
pencemaran lingkungan
4) Penguatan konsep dengan memberikan latihan berupa contoh baru, soal atau lembar kegiatan siswa
34
Maslina, 2013
2.2 Pengumpulan Data. a. Pilihan ganda beralasan
Soal pilihan ganda beralasan ini adalah sederetan pertanyaan yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengukuran, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. b. Angket sikap terhadap pembelajaran connected teaching. Angket
dalam penelitian ini yaitu jawaban dari setiap pertanyaan sudah disisipkan sehingga responden tinggal memilih. Pertanyaan dalam angket berjumlah 10 butir, pertanyaan-pertanyaan tersebut memuat konten bahan ajar, sikap siswa terhadap pembelajaran connected teaching. Pengambilan data angket dilakukan pada pertemuan kedua setelah selesai kegiatan posttes.
2.3Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program software SPSS 20.0 dan Microsoft Excel 2007 melalui windows XP.
3. Tahap Analisis
Setelah tahap pengolahan data selesai, data yang telah terkumpul dianalisis dan diolah secara statistik. Hasil pengolahan data digunakan untuk menarik kesimpulan. Untuk mempermudah pelaksanaan penelitian maka digunakan alur penelitian seperti berikut:
---
Studi Literatur
Analisis Standar Isi Mata Pelajaran
Biologi SMA
Mengidentifikasi konsep yang akan dikembangkan Menguji Instrumen Penelitian Menyusun Instrumen Penelitian Tahap Persiapan Pre-test
Maslina, 2013
---
---
H. Analisis Data
1) Data hasil pretest dan posttest
Setelah data diperoleh, dilakukan pengolahan data dengan perhitungan menggunakan kriteria yang telah ditentukan.Adapun langkah-langkah dalam mengolah data adalah sebagai berikut.
a. Penskoran Tiap Butir Soal
Perolehan data hasil pretest dan posttest dalam bentuk skor dilanjutkan dengan pengolahan skor kembali. Pengolahan tersebut dibagi menjadi dua, yang pertama dilakukan perhitungan skor untuk jenis pemahaman berdasarkan indikator, yang kedua dilakukan pengolahan data skor untuk pemahaman siswa pada tiap subkonsep yang diberikan saat pretest dan posttest.
Pengkoneksian Konsep-Konsep Pencemaran Lingkungan Dengan Mata Pelajaran Kimia
posttest
Pengumpulan Data
Tahap Analisis Pembahasan dan Kesimpulan
Penyusunan Laporan
Membentuk konsep yang komprehensif
Pengolahan Data Menggunakan program software SPSS 20.0 dan Microsoft Excel 2007
Bagan 3.1 Alur Penelitian
36
Maslina, 2013
b. Perhitungan N-gain
Setelah data diolah dalam bentuk skor, data tersebut diolah kembali menjadi sebuah nilai.Setelah diperoleh nilai antara pretest dan posttest, dilanjutkan dengan perhitungan N-gain dengan tujuan untuk mengetahui kualitas peningkatan nilai antara nilai pretest ke posttest. Rumus menghitung N-gain diantaranya:
N-gain = Nilai posttest – nilai pretest Nilai maks. – nilai pretest
Perolehan nilai N-gain tersebut dapat dikategorikan seperti berikut ini: Tabel 3.11 Perolehan nilai N-gain
Rentang Kategori
≤ 0,30 Rendah
≥ 0,31 – 0,70 Sedang
≥ 0,71 Tinggi
(Hake, 1999)
c. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa sampel diambil dari populasi yang berdistribusi normal. Untuk uji normalitas pada penelitian ini, digunakan Uji Kolmogorov-Smirnov, karena jumlah sampel sebanyak 30 orang. (Sulistyo, 2011).
d. Uji One Sample T Test
One sample t test merupakan uji perbandingan rata-rata. Pengujian hipotesis pada rata-rata digunakan untuk mengetahui apakah nilai dugaan dari peneliti terhadap suatu objek yang diteliti sesuai atau tidak dengan kenyataannya (Sulistyo, 2011). Oleh karena itu hipotesis untuk perhitungan statistika One sample t test seperti berikut ini.
Maslina, 2013
H1: terdapat peningkatan untuk kategori sedang (≥ 30)
Untuk uji hipotesis tersebut, H0 ditolak jika t hitung > t tabel.
Dengan jumlah sampel (n) sebanyak 30 orang, maka t tabel yang digunakan sebesar 1,70 (Sudjana, 2002). Untuk uji One sample t testdata diolah dengan menggunakan program software SPSS 20.0 dan Microsoft Excel 2007 melalui windows XP.
2) Data hasil angket
Data angket dianalisis dengan presentase jawaban siswa, kemudian data diinterpretasikan dengan menggunakan kategori presentase sebagai berikut :
% respon siswa = Jumlah siswa menjawab x 100% Jumlah seluruh siswa
Kategori :
0 % = tidak ada 1 % -25 % = sebagian kecil 26 % - 49 % = hampir setengahnya 50 % = setengahnya
51 % - 75 % = sebagian besar 76 % - 99 % = pada umumnya
58
Maslina, 2013
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pemahaman siswa dalam pembelajaran pencemaran lingkungan menggunakan connected teaching dapat disimpulan bahwa, sebelum pembelajaran connected teaching dilakukan, pemahaman berdasarkan indikator Bloom jenis ekstrapolasi memiliki rata-rata nilai tertinggi, sedangkan hasil pemahaman siswa berdasarkan subkonsep, pada subkonsep pencemaran air yang memiliki perolehan rata-rata tertinggi. Setelah pembelajaran connected teaching dilakukan, jenis pemahaman translasi berubah menjadi rata-rata tertinggi, sedangkan untuk subkonsep pencemaran lingkungan, pada subkonsep dampak pencemaran lingkungan berubah menjadi rata-rata tertinggi.
Untuk melihat peningkatan pemahaman siswa dilihat dari perolehan N-gain dan hasil uji one sample t test dengan value 30. Hasil uji ini menunjukkan bahwa untuk pemahaman siswa berdasarkan indikator Bloom, hanya dua jenis pemahaman yang memiliki perolehan nilai >30 yaitu pada jenis translasi dan interpretasi. Ini berarti pemahaman siswa berdasarkan indikator Bloom hanya ada dua jenis yang sesuai standar yang ditetapkan, satu diantaranya kurang atau belum sesuai dengan yang diharapkan dengan perhitungan value 30, sedangkan hasil pemahaman pada setiap subkonsep, hanya subkonsep pencemaran air dan pencemaran udara saja yang memiliki nilai >30, untuk tiga subkonsep yang lain memiliki nilai < 30 atau belum sesuai dengan yang diharapkan dengan perhitungan value 30.
Maslina, 2013
konsep. Namun secara umum perolehan N-gain dan hasil uji statistik yang dihitung menunjukkan bahwa pembelajaran connected teaching efektif dalam meningkatkan pemahaman siswa, dengan pembelajaran terhubung ini dihasilkan pemahaman yang lebih kompleks dan utuh serta lingkungan belajar yang lebih terstruktur.
B. Saran
1. Agar lebih memunculkan ciri connected teaching peneliti hendaknya melihat hasil belajar siswa pada waktu materi kimia diajarkan, serta memadukan RPP dari mata pelajaran kimia dengan mata pelajaran biologi 2. Sebaiknya perlu diadakan pretest pada konsep kimia yang telah diajarkan
sebelumnya
3. Soal yang diberikan dalam tiap subkonsep hendaknya dalam jumlah yang sama
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2010). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta :Bumi Aksara
Benita. (2011). Analisis Pemahaman Konsep Siswa SMA dengan
Pendekatan Inkuiri. Skripsi. Tersedia [Online]: http://repository.upi.edu/operator/upload/s_kim_0902704_chapter1 .pdf (2 Januari 2012)
Cone, T. P., P. H. Werner, and S. L. Cone. (2009). Models for
interdisciplinary teaching in physical education, Available:
http://www.humankinetics.com/products/all- products/interdisciplinary-teaching-through-physical-education-2nd-edition (2 januari 2012)
Cone, P.T., P. H. Werner, S.L. Cone, &A.M.Wood. (1998).
Interdisciplinary teaching throughphysical education, Champaign, IL: Human Kinetics.
Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Bandung. Erlangga.
Drake, S, M. & Burns, R, C. (2004). Meeting standards with integrated curriculum. Association of Supervision and Curriculum
Development. Alexandria: VA
Nur’aini,E. (2011). Kata Operasional Taksonomi Bloom Versi Baru Untuk
Mata Pelajaran Biologi. Tersedia [Online]:
http://amaeka.files.wordpress.com/2012/11/kata-operasional-taksonomi-bloom-versi-baru3.pdf (25 Oktober 2013)
Fogarty, Robin. (1991). How to Integrated the Curricula. Palatine, Ilinois: IRI/Skylight Publishing, Inc.
Fatoni, 2010. Model Pembelajaran terpadu. Skripsi.Tersedia [Online]: http://repository.upi.edu/operator/upload/s_pgsd_0804438_chapter 2.pdf(28Februari 2013)
http://lists.asu.edu. (23 Juli 2013)
Lutfi, A. (2004). Pencemaran Lingkungan. Modul Kimia .Tersedia [Online]:
http://urip.files.wordpress.com/2010/08/8_pencemaran_lingkungan .pdf (8 Desember 2012)
Marhaendro, A.S.D. (2008). Penelitian Deskriptif. Handout.Tersedia (Online):http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Penelitian%2Deskr -oiptif.pdf (8 Desember 2012)
Mahanal. (2009). Pembelajaran pencemaran lingkungan.Tersedia [Online]: http://www.academia.edu/2314979/penerapan_model_pjbl_project _basid_learning_dalam_upaya_meningkatkan_kreatifitas_siswa (8 Oktober 2013)
Nifa. (2007). Penerapan Pendekatan Bridging Alaogy Untuk
Meningkatkan Pemahaman konsep siswa. Skripsi.Tersedia [Online]: http://www.slideshare.net/NiriFaZUbirHs/-nifa (22 januari 2013)
Noor, M.E. (2012). Kurikulum Terpadu Model Connected: Slide Presentation. Tersedia [Online]:
http://www.slideshare.net/alvinnoor/kurikulum-terpadu-model Terhubung connected (14 Januari 2013)
Resmi, N. (2011). Model-model Pembelajaran Terpadu. Hand Out. Tersedia[Online]:Http://File.Upi.Edu/Direktori/Fpbs/Jur._Pend._ Bhs._Dan_Sastra_Indonesia/196711031993032novi_Resmini/Mod el Pembelajaran_Terpadu.Pdf (28februari 2013)
Resmini, N. (1996). Penentuan Unit Temadalam Pembelajaran Terpadu. Handout. Tersedia [Online]:
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SAS TRA_INDONESIA/196711031993032.pdf (24 januari 2013) Rahmat A., S. Redjeki, Riandi. (2008). Kajian Pembelajaran Biologi di
62
Rozak et al.(2007). Kandungan Logam Berat Cd dan Cu. Tersedia
[online]: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/54002 (05 oktober 2013)
Suwarji. (2008). Pencemarantanah.Tersedia [online]:
http://suwarji.com/2008/10/13/pencemaran-tanah/ (24 Agustus 2013)
Subiyanto, Prof. Dr. (1988). Evaluasi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
Pramono, H. (2007). Sejarah Dan Ruang Lingkup Mikrobiologi: Catatan Kuliah Mikrobiologi Dasar. Tersedia [Online]: http://mikrobiologi.edublogs.org/files/2009/03/01-sejarah-dan-ruang-lingkup.pdf (14 Januari 2013)
Syulasmi, A. (2011). Pencemaran Lingkungan. Handout
perkuliahan.Tersedia [Online]:Http://File.Upi.Edu/Direktori/ Fpmipa/Jur._Pend._Biologi/19540_8281986122ammi_Syulasmi/ embelajaran_Pengling (16 Januari 2013)
Shalena. (2011). Penerapan Asesmen Kesulitan Belajar Siswa untuk Menilai Kesulitan Siswa SMP dalam Mempelajari Konsep Keanekaragaman Hewan. Skripsi Pendidikan Biologi FPMIPA UPI: tidak diterbitkan
Sudjana (2006).Validitas instrument.Slide.Tersedia [Online]:
http://ebookbrowse.com/rumus-uji-validitas-menurut-ahli-pdf-d326512077
(16januari 2013)
Sudarmaji, J.Mukono, Corie I.P. Toksikologi Logam Berat B3 Dan
Dampaknya Terhadap Kesehatan: Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol. 2, No. 2 , Januari 134 2006:129 -142 (24 Januari 2013)
Watkins, SE, Hall,R.H, Chandrashekhara, K & Baker J.M. (2004).
Wulan, A.R. (2011). Taksonomi Bloom-Revisi. Handout Perkuliahan. Tersedia (Online):Http://File.Upi.Edu/Direktori/Sps/Prodi.Pendidik an_Ipa/- Taksonomi_Bloom_Revisi.Pdf (8 Desember 2012)
Wiryani, E. (2004). Pencemaran Lingkungan. Handout Kuliah.Tersedia [Online]:Http://Eprints.Undip.Ac.Id/896/1/Kuliah_Pencemaran_Li ngk.Pdf (15 Januari 2013)