• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Departemen Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Dengan Menggunakan Regresi Logistik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Departemen Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Dengan Menggunakan Regresi Logistik"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1Pengertian Kualitas Pelayanan

Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berpengaruh dengan produk, jasa,

manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Sehingga

definisi kualitas pelayanan dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dan

keinginan konsumen serta ketepatan penyampaiannya dalam mengimbangi harapan

konsumen (Tjiptono, 2007). Kualitas pelayanan (service quality) dapat diketahui dengan cara membandingkan persepsi para konsumen atas pelayanan yang

nyata-nyata mereka peroleh dengan pelayanan yang sesungguhnya mereka harapkan

terhadap atribut-atribut pelayanan.

Kualitas adalah bagaimana cara untuk mencaritahu apa yang

menciptakan nilai bagi konsumen dan perusahaan harus memberikan nilai tersebut.

Oleh karena itu, kualitas pelayanan harus mendapat perhatian yang serius dari

manajemen organisasi jasa. Untuk menetapkan kualitas pelayanan yang ingin dicapai

oleh sebuah organisasi jasa, terlebih dahulu organisasi tersebut harus mempunyai

tujuan yang jelas. Kualitas harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada

presepsi pelanggan (Kotler, 2002). Citra kualitas yang baik bukanlah berdasarkan

sudut pandang atau persepsi pihak penyedia jasa melainkan berdasarkan sudut

pandang atau presepsi pelanggan. Persepsi pelanggan terhadap kualitas jasa

merupakan penilaian menyeluruh atas keunggulan suatu jasa.

Kualitas pelayanan kini sangat dibutuhkan untuk mencapai kepuasan

pelanggan. Dengan adanya kualitas, berarti penyedia jasa harus memenuhi

(2)

definisi ini berorientasi pada konsumen, tidak berarti bahwa dalam menentukan

kualitas pelayanan penyedia jasa harus menuruti semua keinginan konsumen. Dengan

kata lain, dalam menetapkan kualitas pelayanan, penyedia jasa harus

mempertinbangkan selain untuk harapan-harapan pelanggan.

Kualitas adalah bagaimana cara untuk mencaritahu apa yang menciptakan

nilai bagi konsumen dan peyedia jasa harus memberikan nilai tersebut. Oleh karena

itu, kualitas pelayanan harus mendapat perhatian yang serius dari manajemen

organisasi jasa. Untuk menetapkan kualitas pelayanan yang ingin dicapai oleh sebuah

organisasi jasa, terlebih dahulu organisasi tersebut harus mempunyai tujuan yang

jelas. Kualitas harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada presepsi

pelanggan (Kotler, 2002).

Hal ini berarti bahwa citra kualitas yang baik bukanlah berdasarkan sudut

pandang atau persepsi pihak penyedia jasa, melainkan berdasarkan sudut pandang

atau presepsi pelanggan. Persepsi pelanggan terhadap kualitas jasa merupakan

penilaian menyeluruh atas keunggulan suatu jasa. Kualitas pelayanan klinik atau di

rumah sakit merupakan suatu fenomena unik, sebab dimensi dan indikatornya dapat

berbeda diantara orang-orang yang terlibat dalam pelayanan kesehatan. Untuk

mengatasi perbedaan dipakai suatu pedoman yaitu hakikat dasar dari

penyelenggaraan pelayanan kesehatan, yaitu memenuhi kebutuhan dan tuntutan para

pemakai jasa pelayanan kesehatan. Mutu pelayanan menunjukkan pada tingkat

kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan dan tuntutan setiap

pasien (Azwar, 1996).

Kualitas dalam jasa kesehatan terdiri dari kualitas konsumen (yang berkaitan

dengan apakah pelayanan yang diberikan sesuai dengan yang dikehendaki pasien),

kualitas professional (yang berkaitan apakah pelayanan yang diberikan memenuhi

kebutuhan pasien sesuai dengan yang didiagnosa oleh para professional), dan kualitas

manajemen (yang berkaitan dengan apakah jasa yang diberikan dilakukan tanpa

(3)

peraturan-peraturan resmi dan peraturan-peraturan lainnya). Pengertian kualitas pelayanan bersifat

multidimensional, yaitu kualitas menurut pemakai pelayanan kesehatan dan menurut

penyedia jasa layanan kesehatan (Azwar, 1996):

a. Dari segi pemakai jasa pelayanan, kualitas pelayanan terutama berhubungan

dengan ketanggapan dan kemampuan petugas rumah sakit dalam memenuhi

kebutuhan pasar dan komunikasi pasien termasuk di dalamnya sifat ramah dan

kesungguhan.

b. Dari pihak penyedia jasa dalam hal ini rumah sakit, kualitas pelayanan terkait

pada pemakaian yang sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi.

Merupakan prioritas utama yang perlu diperhatikan dalam menilai pentingnya

kualitas pelayanan suatu perusahaan, adalah sejauh mana pelayanan itu dapat

menciptakan tingkat kepuasan semaksimal mungkin bagi konsumen.

Karena itu pihak pemasar di dalam menetapkan suatu kebijakan pelayanan,

harus mengerti dan memahami setiap dimensi sebagai indikator yang dianggap

penting dan diharapkan setiap konsumen, sehingga antara kebijakan pelayanan suatu

perusahaan dengan keinginan dan harapan yang dianggap penting oleh konsumen

untuk dilaksanakan perusahaan, tidak menimbulkan suatu kesenjangan. Dalam arti,

kualitas pelayanan harus sesuai dengan harapan yang diinginkan oleh setiap

konsumen. Pada tingkat kesesuaian yang semakin tinggi antara harapan dengan

kualitas pelayanan yang diberikan perusahaan, akan tercipta nilai kepuasan yang

maksimal tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan kesehatan telah menjadi

masalah mendasar yang dihadapi sebagian besar rumah sakit di berbagai negara.

Tuntutan ini menjadi dasar pengembangan organisasi kesehatan dan sistim pelayanan

kesehatan diberbagai negara. Pada prinsipnya, defenisi kualitas jasa berfokus pada

upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen, serta ketepatan

(4)

2.2Kepuasan Pasien

Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari

kinerja layanan kesehatan yang diperoleh setelah pasien membandingkannya dengan

apa yang diharapkan.

Mengatakan bahwa kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa dari

seseorang yang mendapat kesan dari membandingkan hasil pelayanan kinerja dengan

harapan-harapannya. Sejalan dengan mengungkapkan kepuasan sebagai respon

pemenuhan harapan dan kebutuhan pasien. Respon ini sebagai hasil dari penilaian

pasien bahwa produk/pelayanan sudah memberikan tingkat pemenuhan kenikmatan.

Tingkat pemenuhan kenikmatan dan harapan ini dapat lebih atau kurang.

Pasien atau klien merupakan individu terpenting di rumah sakit sebagai

konsumen sekaligus sasaran produk rumah sakit. Didalam suatu proses keputusan,

konsumen, tidak akan berhenti hanya sampai proses penerimaan. Pasien akan

mengevaluasi pelayanan yang diterimanya tersebut. Hasil dari proses evaluasi itu

akan menghasilkan perasaan puas atau tidak puas (Kotler, 2002). Menyatakan

bahwa kepuasan adalah tingkat keadaan yang dirasakan seseorang yang merupakan

hasil dari membandingkan penampilan atau outcome produk yang dirasakan dalam hubungannya dengan harapan seseorang.

Kepuasan adalah suatu fungsi dari perbedaan antara penampilan yang

dirasakan dan diharapkan. Kepuasan pasien adalah tingkat kepuasan dari persepsi

pasien dan keluarga terhadap pelayanan kesehatan dan merupakan salah satu

indikator kinerja rumah sakit. Bila pasien menunjukkan hal-hal yang bagus mengenai

pelayanan kesehatan terutama pelayanan keperawatan dan pasien mengindikasikan

dengan perilaku positifnya, maka dapat kita tarik kesimpulan bahwa pasien memang

(5)

2.3Indikator Kepuasan Pasien

Salah satu indikator keberhasilan pelayanan kesehatan adalah kepuasan pasien.

Kepuasan didefinisikan sebagai penilaian pasca konsumsi, bahwa suatu produk yang

dipilih dapat memenuhi atau melebihi harapan pasien, sehingga mempengaruhi

proses pengambilan keputusan untuk pembelian ulang produk yang sama. Pengertian

produk mencakup barang, jasa, atau campuran antara barang dan jasa. Produk rumah

sakit adalah jasa pelayanan. Mengatakan model kepuasan yang komprehensif dengan

fokus utama pada pelayanan barang dan jasa meliputi lima dimensi penilaian sebagai

berikut:

1. Bukti Fisik (tangible), yaitu ketersediaan sarana dan fasilitas fisik yang dapat langsung dirasakan oleh pasien.

2. Kehandalan (Reliability), yaitu kemampuan petugas dan paramedis memberikan pelayanan kepada pasien dengan tepat.

3. Daya Tanggap (Responsiveness), yaitu kemampuan petugas dan paramedis memberikan pelayanan kepada pasien dengan cepat.

4. Empati (Emphaty), yaitu kemampuan petugas membina hubungan, perhatian, dan memahami kebutuhan pasien.

5. Jaminan (Assurance), yaitu kemampuan petugas memberikan pelayanan kepada pasien sehingga dipercaya.

2.4 Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel merupakan gambaran atribut dari sekelompok objek yang ditelit, untuk

lebih memudahkan pelaksanaan penelitian, maka variabel-variabel yang akan diteliti

sebagai berikut:

a. Variabel independen (bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau

(6)

yang menjadi variabel bebas (X) adalah bukti fisik (X1), kehandalan (Χ2),

daya tanggap (X3) empati (X4) dan jaminan (X5

b. Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi

akibat karena adanya perubahan variabel bebas. Dalam penelitian ini yang

menjadi variabel terikat adalah kepuasan.

).

Tabel 2.1 Variabel Penelitian

Variabel Definisi Operasional Indikator

Bukti fisik

(X1

Kemampuan suatu

) perusahaan dalam menunjukan

eksistensinya kepada pihak

eksternal.

1. Fasilitas fisik

2. Perlengkapan dan

peralatan

Kehandalan

(X₂)

Kemampuan suatu perusahaan

untuk memberikan pelayanan

sesuai dengan yang dijanjikan

secara akurat dan terpercaya.

1. Pelayanan yang

sama untuk semua

pasien

2. Proses dan prosedur

pelayanan

membantu dan memberikan

pelayanan yang cepatdan tepat

kepada pelanggan, dengan

menyampaikan informasi yang

jelas .

individual atau pribadi yang

diberikan kepada para

pelanggan dengan berupaya

1. Perhatian secara

personal

2. Memahami

kebutuhan

(7)

memahami keinginan pasien. 3. Memiliki waktu

pengoperasian

pelayanan

yang nyaman

bagi pasien

Jaminan

(X₅)

Pengetahuan

kesopansantunan

dan kemampuan

paramedis untuk

menumbuhkan

rasa percaya

kepada pasien.

1. Kredibilitas

2. Keamanan

3. Sopansantun

Kepuasan

pasien (Y)

Ukuran akseptasi dari pelayanan

publik adalah kepuasan pasien

1. Puas

2. Tidak puas

2.5 Data

Data merupakan sejumlah informasi yang dapat memberikan gambaran tentang

sesuatu keadaan. Informasi yang diperoleh memberikan keterangan, gambaran, atau

fakta mengenai suatu persoalan dalam bentuk kategori, huruf, atau bilangan. Data

digunakan untuk menyediakan informasi bagi suatu penelitian, pengukuran kinerja,

dasar pembuatan keputusan dan menjawab rasa ingin tahu. Jenis-jenis data

(8)

1. Data primer

Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama, baik dari individu

atau perseorangan seperti hasil wawancara atau pengisian kuisioner yang biasa

dilakukan oleh peneliti. Biasanya data primer, peneliti melakukan observasi

sendiri baik di lapangan maupun di laboratorium.

2. Data sekunder

Data sekunder merupakan data primer yang diperoleh oleh pihak lain atau data

primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pengumpul data

primer atau pihak lain yang pada umumnya disajikan dalam bentuk tabel-tabel

atau diagram-diagram. (Sugiarto, dkk, 2001).

2.6 Skala Pengukuran Data

Pengetahuan mengenai skala pengukuran data sangat penting di dalam statistika.

Terdapat empat skala pengukuran data, diurutkan mulai dari tingkatan terendah

hingga tertinggi seperti berikut ini:

1. Nominal, tipe data ini digunakan untuk mengklasifikasikan informasi/data.

Contoh: Data jenis kelamin yaitu Laki-laki dan Perempuan. Biasanya, saat

analisis data tipe seperti ini dilambangkan dengan bilangan numerik. Laki-laki

dilambangkan dengan angka 1, sedangkan perempuan dilambangkan dengan

angka 2. Tidak berarti angka 1 lebih rendah dari angka 2, hanya melambangkan

saja.

2. Ordinal, tipe data ini digunakan untuk mengklasifikasikan serta memiliki

tingkatan. Tipe data ordinal lebih tinggi dari nominal karena kemampuannya

untuk membentuk tingkatan. Contoh: Jabatan di dalam perusahaan ada

karyawan, manager, dan direktur utama. Misal karyawan dilambangkan dengan

1, manager dengan 2 dan direktur utama dengan 3. Pada tipe data ini, angka 1

dianggap lebih rendah dari angka 2 dan seterusnya.

3. Interval, ciri khas dari tipe data ini selain memiliki kemampuan mengklasifikasi

(9)

nol yang digunakan bukan berarti tidak ada. Contoh: derajat suhu. Di dalam skala

celcius misalnya, nol derajat celcius bukan berarti tidak ada suhu. Nol derajat itu

memiliki suhu, hanya saja dilambangkan nol. Rasio, tipe data ini memiliki

kemampuan dari ketiga tipe data sebelumnnya dan angka nol dianggap mutlak.

Contoh: data berat badan (kg). Angka nol kg berarti memang tidak ada berat.

2.7 Metode Pengumpulan Data

2.7.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang ingin

diteliti. Menurut (Sudjana, 2002) Populasi adalah totalitas semua nilai yang

mungkin, hasil mengukur atau pengukuran kuantitatif maupun kualitatif mengenai

karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang

ingin dipelajari sifat-sifatnya.

2.7.2 Sampel

Sampel adalah sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan menggunakan

prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili populasinya. Banyaknya

anggota suatu sampel disebut ukuran sampel. Penggunaan sampel dalam suatu

penelitian terutama didasarkan pada berbagai pertimbangan seperti karena

ketidakmungkinan mengamati seluruh anggota populasi, pengamatan terhadap

seluruh anggota populasi dapat bersifat merusak, menghemat waktu, biaya dan

tenaga, mampu memberikan informasi yang lebih menyeluruh dan lebih mendalam.

2.8 Analisis Data

2.8.1 Uji dalam Pengolahan Data

(10)

Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa

yang ingin diukur. Seandainya peneliti ingin mengukur kuesioner di dalam

pengumpulan data penelitian, maka kuesioner yang disusunnya harus

mengukur apa yang ingin diukurnya.

Untuk menghitung nilai pada item pertanyaan dapat dilakukan dengan

rumus:

2.1

Untuk melakukan uji validitas secara manual dalam penelitian ini

menggunakan tabel t-student untuk menghitung dengan menggunakan

nilai α = 5% (0,05). Dalam penelitian ini diperoleh dari rumus:

2.2

Validitas terbagi atas empat macam, yaitu:

a. Validitas Isi (Content Validity)

Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan

khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang

diberikan. Misalnya seorang peneliti ingin mengukur bagaimana persepsi

konsumen terhadap suatu produk.

b. Validitas Konstruk (Construct Validity)

Sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila butirbutir soal

yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berpikir seperti yang

disebutkan dalam tujuan instruksional khusus.

c. Validitas “ada sekarang” (Concurrent Validity)

Validitas ini lebih umum dikenal dengan validitas empiris. Sebuah tes

(11)

pengalaman. Misalnya seorang guru ingin mengetahui apakah tes sumatif

yang disusun sudah valid atau belum.

d. Validitas Prediksi (Predictive Validity)

Memprediksi artinya meramal, dan meramal selalu mengenai hal yang

akan datang, sehingga sekarang ini belum terjadi. Sebuah tes dikatakan

memiliki validitas prediksi apabila mempunyai kemampuan untuk

meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur

dapat dipercaya atau diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali

untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran diperoleh relatif

koefisien, maka alat pengukur tersebut reliabel.

Rumus untuk menghitung koefisien reliabilitas instrument dengan menggunakan Cronbach Alpha adalah sebagai berikut :

2.3

2.4

dengan:

2.5

dengan:

= koefisien reliabilitas cronbach alpha

(12)

= jumlah varians skor item

= varians skor – skor item pertanyaan

Adapun teknik perhitungan reliabel ada beberapa cara, yaitu sebagai berikut:

a. Teknik Pengukuran Ulang (Testretest)

Teknik ini meminta kepada responden yang sama untuk menjawab pertanyaan

dalam alat pengukuran sebanyak dua kali. Caranya perhitungannya adalah

dengan mengkorelasikan jawaban pada wawancara pertama dengan jawaban

pada wawancara kedua.

b. Teknik Belah Dua

Untuk menggunakan teknik belah dua sebagai cara menghitung reliabilitas alat

pengukur, maka alat pengukur yang disusun harus memiliki cukup banyak item

pertanyaan yang mengukur aspek yang sama.

c. Teknik Bentuk Paralel

Perhitungan reliabilitas dilakukan dengan membuat dua jenis alat pengukur yang

mengukur aspek yang sama. Kedua alat ukur tersebut diberikan pada responden

yang sama, kemudian dicari validitasnya untuk masing-masing jenis.

d. Internal Consistency Reliability

Internal consistency reliability berisi tentang sejauh mana item-item instrumen

bersifat homogen dan mencerminkan konstruk yang sama sesuai dengan yang

melandasinya.Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai cronbach

alpha > 0,60 atau nilai cronbach alpha > 0,80 (Kuncoro, 2003).

2.8.2 Uji Model Persamaan Regresi Logistik

Uji ini sering disebut juga sebagai uji ketepatan model. Uji ini digunakan untuk

mengatahui apakah model regresi logistik sudah sesuai dengan data observasi yang

diperoleh. Untuk menilai ketepatan model regresi logistik dalam penelitian ini diukur

(13)

melihat nilai goodness of fit test yang diukur dengan nilai chi square pada tingkat signifikansi, dimana tingkat signifikansi pada penelitian ini adalah 5%.

Uji hosmer and lemeshow ini disebut juga uji t signifikansi konstanta dan

setiap variabel independen. Kriteria statistiknya dapat dilihat dari table hosmer and lemeshow dari hasil olah data.

Uji hipotesis Ho: Model sesuai (Model mampu menjelaskan data empiris)

H1: Model tidak sesuai (Model tidak mampu menjelaskan data empiris)

Kriteria Pengujian: H0

H

: ditolak bila probabilitas ≤ 0,05

0: diterima bila probabiltas > 0,05

2.8.3 Negelkerke R2

Nilai Negelkerke R2 ini akan menunjukkan seberapa besar variabel-variabel bebas penelitian ini menjelaskan variabel terikatnya. Nilai Negelkerke R2 biasanya dibentuk dalam persen agar dapat mengetahui dengan pasti seberapa jauh penjelasan

variabel-variabel bebas terhadap variabel-variabel terikatnya.

2.8.4 Odds Rasio

Odds rasio didefinisikan sebagai perbandingan dari nilai variabel sukses terhadap

variabel bernilai gagal. Dengan kata lain odds rasio menjelaskan seberapa besar

pengaruh variabel sukses dibanding variabel gagal terhadap suatu eksperimen atau

observasi. Pada kasus penelitian dengan regresi logistik, nilai ini dapat dilihat dari

nilai Exp(B) pada hasil analisis data. Hasil tersebut akan menunjukkan pengaruh

Gambar

Tabel 2.1 Variabel Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Nilai Harga Perkiraan Sendiri (HPS) sebesar

- Penayangan iklan layanan masyarakat (Public Service Announcement) Reformasi Birokrasi Departgmen Keuangan;. untuk sementara ditunda sampai dengan pemberitahuan

Berdasarkan latar belakang tersebut, dibangunlah sebuah aplikasi mobile yang dapat membantu umat Muslim melaksanakan dengan baik dan benar maka dibuatlah

● Pencapaian kinerja dan pengembangan diri yang dilakukan dalam kurun waktu 1 Januari 2017 sampai dengan 30 Juni 2017. ● Perkiraan waktu presentasi dan tanya jawab adalah 25

Dalam pendapat Mahkamah yang dibacakan oleh Wakil Ketua MK Anwar Usman, Mahkamah berpendapat mengenai dalil Pemohon yang menginginkan agar Pasal 83 ayat (1) KUHAP sepanjang

Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) / Indonesian Logistics and Forwarders Association (ILFA) Perkantoran Yos Sudarso Megah Blok A/8 Jl.. PERMASALAHAN

Sekolah yang menjadi tempat pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan. 2 adalah SMP Negeri 1 Tulis yang beralokasi di Jalan Simbangdesa, Kec. Sekolah tempat praktikan

Jenis Ikan Status Stok DEMERSAL IKAN KARANG PELAGIS KECIL CUMI-CUMI PELAGIS BESAR UDANG LOBSTER KEPITING RAJUNGAN WPP-RI 572.. Jenis Ikan Status Stok DEMERSAL IKAN KARANG