• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA SENSITIVITAS BAKTERI PENYEBAB INFEKSI SALURAN NAPAS BAWAH NON TUBERKULOSIS TERHADAP KOTRIMOKSAZOL DI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI RSUP DR. M. DJAMIL PADANG PERIODE 1 JANUARI 2012 - 31 DESEMBER 2012.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "POLA SENSITIVITAS BAKTERI PENYEBAB INFEKSI SALURAN NAPAS BAWAH NON TUBERKULOSIS TERHADAP KOTRIMOKSAZOL DI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI RSUP DR. M. DJAMIL PADANG PERIODE 1 JANUARI 2012 - 31 DESEMBER 2012."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

POLA SENSITIVITAS BAKTERI PENYEBAB INFEKSI SALURAN NAPAS BAWAH NON TUBERKULOSIS TERHADAP

KOTRIMOKSAZOL DI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI RSUP DR. M.DJAMILPADANGPERIODE1JANUARI2012-31DESEMBER2012

SKRIPSI

DiajukankeFakultasKedokteranUniversitasAndalassebagaipemenuhansalah

satusyaratuntukmendapatkangelarSarjanaKedokteran

Oleh

INEZ AMELINDA No.BP.1010313029

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

(2)

Nama Jabatan Tandatangan

dr,H.A.AzizDjamal,M.Sc,DTM&H,Sp.MK(K) PembimbingI

(3)

DAFTAR ISI

2.1.1. Anatomi Saluran Pernapasan ... 8

2.1.2.PertahananSaluranPernapasan………... 9

2.2. Mekanisme Infeksi Saluran Napas Bawah... 11

2.3. Kuman Penyebab Infeksi Saluran Napas Bawah Non Tuberkulosis... 12

2.4. Diagnosis... 22

2.5. Bahan Pemeriksaan... 24

2.6.PenyakitInfeksiSaluranNapasBawah... 25

2.6.1. Pneumonia... 25

2.6.2. Bronkitis... 27

2.6.2.1.Bronkitisakut... 27

2.6.2.2.Bronkitiskronis... 27

(4)

2.6.3. Bronkiektasis... 27

2.7.PedomanTatalaksanaInfeksiSaluranNapasBawahNonTuberkulosis31 2.7.1. Tatalaksana Pneumonia………...31

2.7.2. Tatalaksana Bronkitis………... 33

2.7.3. Tatalaksana Bronkiektasis………... 34

2.8.TerapiAntibiotika... 35

2.8.1. Antibiotika Secara Umum………... 35

2.8.2.SebabKegagalanTerapi... 37

2.8.3. Resistensi Kuman... 39

2.8.4. Pemilihan Antibiotika………... 41

2.8.5.SifatAntibiotikaKotrimoksazol... 42

2.8.6.PengukuranAktivitasAntibiotika... 46

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL PENELITIAN... 49

BAB4METODOLOGIPENELITIAN... 50

4.1. Jenis Penelitian... 50

4.7. Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data... 53

(5)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel2.7.1.PedomantatalaksanaPneumonia………....32

Tabel2.7.2.PedomanTatalaksanaBronkitis………...33

Tabel2.7.3.PedomanTatalaksanaBronkiektasis………34

Tabel5.1.Tabelkarakteristikdatapenelitiansecaraumum………55

Tabel5.2. Distribusi frekuensi diagnosis klinis penyakit ISNB non tuberkulosis…...55

Tabel5.3.Distribusi frekuensi penderita ISNB non tuberkulosis berdasarkan kelompok umur………..56

Tabel 5.4.Distribusi frekuensi jumlah pertumbuhan kuman yang ditemukan pada pemeriksaansputumpenderitaISNBnontuberkulosis………...57

Tabel 5.5.Distribusi frekuensi kuman penyebab ISNB non tuberkulosis yang ditemukanpadapemeriksaansputum………...58

Tabel 5.6. Distribusi frekuensi kombinasi kuman penyebab ISNB non tuberkulosis yangditemukanpadapemeriksaansputum………..59

Tabel 5.7. Distribusi frekuensi kuman penyebab ISNB non tuberkulosis yang ditemukanpadapemeriksaansputumberdasarkandiagnosisklinis……….60

Tabel 5.8. Distribusi frekuensi pola sensitivitas 703 kuman penyebab ISNB non tuberkulosispadapemeriksaansputumterhadapkotrimoksazol…………..61

Tabel 5.9. Persentase distribusi pola sensitivitas 6 kuman penyebab terbanyak ISNB non tuberkulosis pada pemeriksaan sputum terhadap kotrimoksazol……...63

(6)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Sistem Pernapasan 8

Gambar 2.3.1StreptococcusPneumoniae 13

Gambar 2.3.2.Haemophilusinfluenza 14

Gambar2.3.3.Escherechiacoli 16

Gambar 2.3.4.Pseudomonassp. 17

Gambar 2.3.5.Klebsiellapneumonia 18

Gambar2.3.7.Staphylococcusaureus 20

Gambar 2.3.8.Legionellapneumophila 21

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Master Table Hasil Uji Sensitivitas Bakteri Penyebab Infeksi

Saluran Napas Bawah Non Tuberkulosis di Laboratorium

Mikrobiologi RSUP DR. M. Djamil Padang

Lampiran2 SuratIzinPengambilanDatadiLaboratoriumMikrobiologiRSUP

DR. M. Djamil Padang

Lampiran3 SuratIzinPengambilanDatadiDinasKesehatanProvinsiSumatera

Barat

Lampiran 4 Surat Izin Pengambilan Data di Dinas Kesehatan Kota Padang

(8)
(9)

ABSTRACT

SENSITIVITYOFBACTERIACAUSINGLOWERRESPIRATORYTRACT

INFECTIONNONTUBERCULOSISTOCOTRIMOXAZOLEAT

MICROBIOLOGYLABORATORIUMDR.M.DJAMILHOSPITAL

ON1JANUARY2012–31DECEMBER2012

By

INEZAMELINDA

1010313029

Respiratory tract infections diseases, especially lower respiratory tract infectionsnontuberculosisisahealthproblemthatisoftenencountered.Proper diagnosisandappropriateantibioticselectionbasedontestingandsensitivitywill behelpfulinthetreatmentofdisease.Co-trimoxazoleisafirst-lineantibioticand widelyusedinseveralhealthcentersasoneofthetreatmentoflowerrespiratory tractinfectionsnontuberculosis.

ThisresearchwasconductedfromJuly2013untilJanuary2014atinthe departmentofmicrobiologylaboratoryofRSUPDr.M.DjamilPadang.Thegoal of this research is to discover which bacterium causes lower respiratory tract infectionanditssensitivitytoCo-trimoxazole.Thisresearchisacross-sectional descriptivestudy.

The results of research shown that there were 671 requests for microbiological examination which included a clinical diagnosis of lower respiratory tract infection as non-tuberculosis, most revealed clinical sign as pneumonia (87,78%), followed by bronchiectasis (5,96%), chronic bronchitis (4,32%),andacutebronchitis(1,94%).Besidesthat,accordingtotheresearch result, bacteria that cause lower respiratory tract infection are Klebsiella

pneumoniae (51,92%),Streptococcusαhemolyticus (17,78%),andPseudomonas

sp. (9,25%).Allthebacteriahas18,78%sensitivitytocotrimoxazole.

Itcanbeconcludedthatthebacteriawhichcausethehighestnumberof lowerrespiratorytractinfectioncasesisKlebsiellasp. andthebacteriasensitivity tocotrimoxazoleispoor.

Keyword:lowerrespiratorytractinfection,bacteria,sensitivity,cotrimoxazole.

(10)
(11)

BABI PENDAHULUAN

1.1.LatarBelakang

Infeksi pada saluran napas merupakan penyakit yang umum terjadi pada

masyarakat.Infeksisalurannapasberdasarkanwilayahinfeksinyaterbagimenjadi

infeksisalurannapasatasdaninfeksisalurannapasbawah.Umumnya,penyebabdari

infeksisalurannapasadalahberbagaimikroorganisme,namunyangterbanyakyakni

olehkarenainfeksivirusdanbakteri(Depkes,2005).

Penyebab infeksi saluran napas bawah cukup beragam. Penelitian

sebelumnya di RSUP DR M. Djamil Padang pada periode1Januari–31

Desember 2006 oleh Ramadhaniati, didapatkan bakteri penyebab infeksi saluran

napas bawah non tuberkulosis adalah Streptococcus pneumoniae diikuti oleh

Klebsiella pneumonia, Staphylococcus aureus, Psedumonas sp.,dan Proteus sp.

(Ramadhaniati,2007).PenelitianlaindiLaboratoriumMikrobiologiKlinikFakultas

KedokteranUniversitasIndonesia(LMKFKUI)periodeFebruari–April2008yang

dilaporkanolehShirlyKumala,dkktahun2010,dari124sampeldidapatkanbakteri

penyebabinfeksisalurannapasbawahnontuberkulosisterbanyakadalahKlebsiella

pneumoniae,diikutiolehPseudomonassp. danAcinetobacteranitratus (Kumala,dkk

2010).

DatadiIndonesia,menurutPerhimpunanDokterParuIndonesiatahun2003

(12)

saluran napas bagian bawah menempati urutan ke 2 sebagai penyebab kematian

tertinggidimasyarakat.DiSMFParuRSUPPersahabatantahun2001,infeksijuga

merupakanpenyakitparuutama,yangmana11,6%dari58%kasusrawatjalandi

rumahsakittersebuttermasukinfeksiparunontuberkulosis.BegitujugadiDiRSUP

H. Adam Malik Medan , terdapat 53,8 % kasus infeksi dan 28,6 % diantaranya

infeksinontuberkulosis(PDPI,2003).

Selainitu,berdasarkandatadarilaporanseluruhPuskesmasdiKotaPadang,

pada tahun 2011 penyakit infeksi saluran pernapasan akut menduduki peringkat

teratas10penyakitterbanyakdengankasussebanyak115.361atausebesar46,5%.

Presentasetahun2011naikdimanapadatahun2010kejadianinfeksisalurannapas

akuthanyasebesar43,57%.Selainitu,berdasarkansurveilansbeberapaRumahSakit

yangterdapatdiKotaPadangtahun2011terhadapsepuluhpenyakitrawatjalandi

Puskesmas sekota Padang disebutkan bahwa penyakit terbanyak adalah infeksi

saluran pernafasan akut dengan jumlah kasus 9.044. Jika dibandingkan dengan

kondisitahunsebelumnya,penyakitISPApadabalitamasihmerupakankasusyang

terbanyak. Walaupun mengalami penurunan kasus, akan tetapi secara proporsi

mengalami peningkatan 5,4%. Pada tahun 2010 kasus penyakit terendah adalah

pneumonia(780kasus).Pneumoniamengalamipeningkatanpadatahun2011yaitu

1246kasus.Berdasarkanhasilrekapantahunanpuskesmasdiperolehpolapenyakit

terbanyakadalahdengankasusISPAkarenadaerahSumateraBaratadalahdaerah

denganiklimtropissehinggakemungkinanterkenaISPAitusangatcukuptinggi.

(13)

turundibandingtahun2010 (43.160 kasus ).Sedangkan kasus ISPApneumonia

tahun2011sebanyak587kasus(6.6%),turundibandingtahun2010sebanyak803

kasus (10%),tetapimasihjauhdaritarget(70%)padatahun2011(DKKPadang,

2012).

MenurutPerhimpunanDokterParuIndonesia,untuksaatini,penatalaksanaan

infeksisalurannapasbawahmasihmenggunakanmetodeempirik,biasanyadengan

menggunakan antibiotika spektrum luas. Pemberian antibiotika empirik tentu saja

tidakdapatdiberikanterus-menerus,apalagijikasecaraklinispasientidakmembaik

bahkan cenderung memburuk. Oleh karena itu, diperlukan pengobatan yang

disesuaikan dengan bakteri penyebab sesuai hasil uji kepekaan bakteri tersebut

terhadapantibiotikatertentu(PDPI,2003).

Dalam tatalaksana infeksi saluran napas bawah non tuberkulosis,

kotrimoksazol masih dijadikan pilihan pengobatan di pusat layanan primer.

Kotrimoksazol merupakan salah satu broad spectrum dalam pengobatan infeksi

saluran napas bawah. Antibiotika ini merupakan kombinasi dua obat antibiotika::

trimetoprim dan sulfametoksazol. Kombinasi obat ini juga dikenal sebagai

TMP/SMX,dantermasukgolonganbakterisid(membunuhkuman)(Spiritia,2012).

KombinasikeduaantibiotikainiTMP/SMX)ataukotrimoksazoldapatmenghambat

Staphylococcusaureus,Streptococcushemoliticus,H.influenzae,bakterigramnegatif

aerob(E.coli danKlebsiellasp.),danEnterobacter(Kemenkes,2011).

PenelitiansebelumnyayangdilakukanolehShirlyKumala,dkktahun2010di

(14)

FKUI)periodeFebruari –April2008menyebutkanbahwadari124sampel yang

berasal dari sputum, Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella pneumoniae dan juga

Escherichiacoli mengalamiresistensiyangtinggiterhadapkotrimoksazol(64,24%)

(Kumaladkk,2010). PenelitianlainolehDarlington,dkktahun2010yangdilakukan

pada anak di Zambia juga menemukan bahwa 59% koloni spesimen dari S.

pneumoniae dan56%kolonispesimendariH.influenzae ,keduanyaresistenterhadap

kotrimoksazol (Darlington, 2010). Sebuah studi oleh Amin,dkk tahun 2007 yang

dilakukan di rumah sakit anak-anak terbesar di Bangladesh juga menyimpulkan

bahwaresistensiterhadapkotrimoksazolsangatumum(43,6%)dalampengobatan

infeksisalurannapasbawahuntukanakdibawahusialimatahun(Amin,dkk2009).

Diperlukankajianberkalaterhadapspektrumbakteripenyebabinfeksisaluran

napas bawah non tuberkulosis dan pola kepekaan isolat bakteri tersebut terhadap

antibiotika khususnya golongan kotrimoksazol, sehingga dapat membantu klinisi

dalam menentukan antibiotika empirik sebelum hasil pemeriksaan mikrobiologi

diperoleh. Dalam tatalaksana infeksi saluran napas bawah non tuberkulosis,

kotrimoksazolmasihdipakaidipusatlayananprimer.Tambahanpula, adakebijakan

dari Departemen Kesehatan Provinsi Sumatera Barat mengenai penyediaan dan

pemberian kotrimoksazol di puskesmas untuk infeksi saluran napas bawah, salah

satunyadiPuskemasAndalasyangmenerapkanpemberian kotrimoksazolsebagai

salah satu pengobatan infeksi saluran napas bawah. Namun, saat ini mulai

dipertanyakankeefektivitasannya.Jikaternyatatidakefektif,makaakandigantikan

(15)

denganobatlainnyayanglebihefektif(Personalcommunication denganDr.Irene,

MKM).

Berdasarkanuraiandiatas,makapenulistertarikuntukmelakukanpenelitian

tentang pola sensitivitas bakteri penyebab infeksi saluran napas bawah non

tuberkulosis terhadap kotrimoksazol, di RSUP DR. M. Djamil Padang periode 1

Januari2012–31Desember2012.

1.2.RumusanMasalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan

permasalahan:Bagaimanapolasensitivitasbakteripenyebabinfeksisalurannapas

bawahnontuberkulosisterhadapkotrimoksazoldiLaboratoriumMikrobiologiRSUP

DR.M.DjamilPadangperiode1Januari2012–31Desember2012?

1.3.TujuanPenelitian

1.3.1.TujuanUmum

Mengetahuipolasensitivitasbakteripenyebabinfeksisalurannapasbawah

nontuberkulosisterhadapkotrimoksazoldiRSUPDR.M.DjamilPadangperiode1

Januari2012–31Desember2012.

1.3.2.TujuanKhusus

1. Mengetahui distribusi diagnosis klinis infeksi saluran napas bawah non

tuberkulosis di Laboratorium Mikrobiologi RSUP Dr. M. Djamil Padang

periode1Januari2012–31Desember2012.

(16)

2. Mengetahui distribusi diagnosis klinis infeksi saluran napas bawah non

tuberkulosis di Laboratorium Mikrobiologi RSUP Dr. M. Djamil Padang

periode1Januari2012–31Desember2012berdasarkankelompokumur.

3. Mengetahuidistribusijenisbakteripenyebabinfeksisalurannapasbawahnon

tuberkulosisberdasarkanpolapertumbuhankuman(tunggal/kombinasi).

4. Mengetahuidistribusifrekuensijenisbakteripenyebabinfeksisalurannapas

bawahnontuberkulosisdiRSUPDR.M.DjamilPadangperiode1Januari

2012–31Desember2012.

5. Mengetahui distribusi frekuensi kuman penyebab yang ditemukan pada

pemeriksaansputumpenderitainfeksisalurannafasbawahnontuberkulosisdi

RSUPDr.M.DjamilPadangperiode1Januari2012–31Desember2012

berdasarkandiagnosisklinis.

6. Menentukanpolasensitivitasbakteripenyebabinfeksisalurannapasbawah

nontuberkulosisterhadapkotrimoksazoldiLaboratoriumMikrobiologiRSUP

DR.M.DjamilPadangperiode1Januari2012–31Desember2012.

1.4.ManfaatPenelitian

Penelitianinidiharapkandapatmemberimanfaatantaralain:

1. BidangAkademik

Sebagaisaranapendidikandalamprosesmelakukanpenelitiandanmelatih

caraberpikiranalitiksistemik.

(17)

2. BidangPelayananMasyarakat

Hasilpenelitiandapatmenjadidatauntukmengetahuipolasensitivitasseluruh

isolatbakteripenyebabinfeksisalurannapasbawahnontuberkulosisterhadap

kotrimoksazolsehinggadapatdigunakanuntuk dokterdankalanganmedis

lainnya,sebagaisalahsaturujukandokteratauklinisilainuntukpembaruan

penggunaan antibiotika yang tepat sebagai bahan pertimbangan dalam

pemilihanobatyangrasionaldalampengobataninfeksisalurannapasbawah

nontuberkulosis.

3. BidangPenelitian

Hasil penelitian dapat dijadikan dasar sebagai gambaran dan menambah

referensi serta dapat dijadikan pembanding untuk penelitian lebih lanjut

mengenaifaktoryangmenyebabkanperubahanpolasensitivitasisolatbakteri

penyebabinfeksisalurannapasbawahnontuberkulosisterhadapantibiotika

kotrimoksazol.

(18)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian media kotoran hewan ternak tidakberpengaruh nyata terhadap kepadatan populasi cacing sutra.Nilai tertinggi pada biomassa

Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean Lower Bound Upper Bound 95% Confidence. Interval

b) Biaya perolehan asset tersebut dapat diukur secara andal.. Pada Paragraf 22 : Dalam menilai kemungkinan adanya manfaat ekonomis masa depan, entitas harus menggunakan

TRADING BUY : Posisi beli untuk jangka pendek / trading , yang menitikberatkan pada analisa teknikal dan isu-isu yang beredar. NEUTRAL : Tidak mengambil posisi pada saham

Penelitian yang telah dilakukan terhadap model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan saintifik berbantukan web di SMAN 4 Kota Bengkulu pada kelas X IPA I

ua Ribu Dua Belas Panitia Pengadaan pada Perpres Nomor 54 Tahun 2010 edoman Pengadaan Barang/Jasa dan ah Nomor 257/KPTS/M/2004 Tentang tahapan Evaluasi dengan

Namun belakangan ini muncul kekhawatiran terhadap kelanjutan perkembangan pariwisata di desa Penglipuran, eksistensi bangunan rumah tradisonal penduduk sudah mulai terancam

Pada hasil penelitian ini akan di bahas tentang gambaran umum kelurahan gading, Gaya komunikasi yang digunakan dai, Jenis atau Bentuk komunikasi dai, dan