• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN KEPARIWISATAAN BERBASIS TEDQUAL SYSTEM.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN KEPARIWISATAAN BERBASIS TEDQUAL SYSTEM."

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR ISI ... ix

E. Pendidikan Tinggi Kepariwisataan ... 65

F. Tourism Education Quality System ... 69

G. Pengertian Sistem dan Model ... 97

(2)

Upiek Haeryah Sadkar, 2009

Studi Manajemen Mutu Pendidikan ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB III METODE PENELITIAN

A. Objek Penelitian ... 104

B. Metode Penelitian ... 105

C. Proses Penelitian Kualitatif ... 110

D. Teknik Pengumpulan data dan Sumber Data ... 111

E. Instrumen Penelitian ... 116

F. Teknik Analisis Data ... 116

G. Pengujian Kredibilitas Data ... 119

H. Tempat dan Jadwal Penelitian ... 122

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA A. Profil Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung ... 123

B. Sumber Daya Manusia Pariwisata ... 130

C. Tedqual System : Komparasi Dalam Perspektif Manajemen Mutu Pendidikan ... 136

D. Tedqual System Dalam Implementasi Pada Lembaga Pendidikan Tinggi Kepariwisataan di Indonesia ... 154

E. Pengembangan Model Penelitian ... 248

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 261

B. Implikasi ... 278

C. Rekomendasi ... 281

DAFTAR PUSTAKA ... 284

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pariwisata memiliki potensi pertumbuhan yang luar biasa dan lebih tinggi dari sektor-sektor ekonomi yang lain. Berdasarkan ramalan dari UN-WTO, pada tahun 2010, wisatawan dunia akan mencapai angka 1 milyar, sedangkan dari tahun 2005, industri pariwisata telah menciptakan lapangan kerja bagi 305 juta orang dan menghasilkan 11,4% dari total pendapatan kotor dunia (Fayos, 2000:21).

(4)

Upiek Haeryah Sadkar, 2009

Studi Manajemen Mutu Pendidikan ...

Namun sekarang, kerumitan segmentasi permintaan yang terus bertambah, globalisasi pasar dan keluwesan yang diakibatkan oleh teknologi baru dan pencarian sinergi sebagai sumber keuntungan melalui penyatuan secara diagonal telah mengarah kepada perubahan bentuk paradigma usaha pariwisata yang dramatis, atau yang disebut Fayos sebagai new age of tourism. Kenyataannya, masa depan usaha pariwisata sangat tergantung kepada kemampuan untuk memiliki daya saing, yang artinya mempunyai kemampuan untuk mencapai dan mempertahankan keuntungan di atas sektor-sektor usaha lain yang menjadi acuan pada bisnis ini, bahkan pada proses adaptasi terhadap perubahan yang terus terjadi (Tribe, 1997:2).

Mencapai tingkat kebersaingan yang tinggi seperti itu merupakan satu-satunya jalan untuk menjamin agar penerimaan, pekerjaan, dan lingkungan tetap terjaga, serta untuk melindungi kepentingan terbaik dari orang-orang yang terlibat dalam sektor pariwisata (Morrison dan O’Mahony, 2003:1). Tujuan akhirnya mustinya adalah untuk menjaga kemakmuran jangka panjang industri pariwisata melalui pembangunan berkelanjutan yang memperhatikan secara khusus pada pendidikan sumber daya manusia pariwisata khususnya kepada keahlian yang pada gilirannya akan meningkatkan profesionalisme pemberian pelayanan (Evans, 2001:4).

(5)

UNESCAP adalah (1) terbatasnya sumber daya manusia yang berkualitas untuk mengisi posisi di industri, (2) adanya kesenjangan antara infrastruktur pembelajaran kepariwisataan dengan instruktur atau pengajar yang berkualitas, (3) kurangnya perhatian kepada kondisi kerja di bidang pariwisata dan (4) adanya kebutuhan yang berkesinambungan akan strategi nasional jangka panjang yang mencakup pengembangan sumber daya manusia kepariwisataan.

Pada tahun 2008, posisi Indonesia dalam Travel And Tourism Competitiveness Index yang diterbitkan oleh World Economic Forum berada pada posisi 80 dari 130 negara. Indeks ini dinilai berdasarkan kepada tiga aspek, yaitu regulatory framework, business environment and infrastructure serta human, cultural and natural resources. Berikut adalah tabel tingkat daya saing kepariwisataan Indonesia di antara negara yang lain.

Tabel 1.1. Tingkat Daya Saing Kepariwisataan Menurut World Economic Forum Tahun 2008

(6)

Upiek Haeryah Sadkar, 2009

Studi Manajemen Mutu Pendidikan ...

Dari tabel di atas, dibandingkan dengan sesama negara ASEAN yaitu Singapore dan Malaysia, posisi Indonesia masih tertinggal dengan sangat jauh. Sebagai negara dengan sumberdaya kepariwisataan yang besar, seharusnya posisi Indonesia justru berada di atas kedua negara tersebut.

Walaupun demikian, apabila dilihat dari salah satu indikator daya saing pada Wold Economic Forum, yaitu sumber daya manusia, peringkat Indonesia berada pada posisi 34. Sedangkan untuk kualitas pendidikan dan pelatihan kepariwisataan pada peringkat 39 dan peringkat untuk ketersediaan tenaga kerja di bidang pariwisata pada angka 28.

Tabel 1.2. Tingkat Daya Saing Sumber Daya Manusia Pariwisata Indonesia Menurut World Economic Forum Tahun 2008

Indikator Peringkat (dari 130)

Sumber Daya Manusia 34

Kualitas Pendidikan dan Pelatihan 39

Ketersediaan Tenaga Kerja 28

Sumber : World Economic Forum, 2008

Indikator ini, walaupun sudah cukup baik, masih perlu ditingkatkan lagi mengingat kondisi pariwisata dunia saat ini sedang mengalami peningkatan yang signifikan. Data dari World Travel and Tourism Council menunjukkan bahwa pada tahun 2010, dunia akan dipenuhi oleh pergerakan 1 milyar lebih wisatawan antar bangsa, dan pada tahun 2020, sebanyak 1,5 milyar wisatawan seluruh dunia diperkirakan akan melintasi batas negara.

(7)

1997/98 menguasai posisi strategis di bisnis pariwisata, satu persatu meninggalkan negara ini. Hal tersebut membuat banyak usaha pariwisata, seperti hotel dan restoran, yang mulai melirik pekerja domestik untuk mengisi posisi manajer. Sayangnya, pekerja pariwisata kita belum siap secara menyeluruh.

Pergerakan pariwisata global juga berpengaruh kepada upaya kerja lintas negara. Saat ini, industri pariwisata di kawasan Timur Tengah memerlukan tenaga kerja asing bidang pariwisata pada level operasional. Paling tidak, untuk saat ini, lebih banyak posisi rank & file-lah yang diisi oleh pekerja dari Indonesia. Satu hotel diharuskan untuk mengisi karyawannya minimal dari 3 negara yang berbeda. Tenaga terampil dari Indonesia adalah salah satu yang paling diminati. (Rah Mada, 2006:1).

Demikian pula dari negara yang lain, hasil kunjungan tim survei dari Departemen Kebudayaan dan Pariwisata mengindikasikan ada sekira 110 ribu tenaga kerja yang dibutuhkan dalam waktu 2-3 tahun mendatang di Qatar. Sementara Asosiasi Budget Hotel Malaysia memperkirakan akan dibutuhkan sekira 10 ribu tenaga kerja terampil bidang pariwisata, dan di Singapore, sebagai implikasi dari dibangunnya kasino di Sentosa Island, akan membutuhkan lebih dari 200.000 pekerja operasional di bidang perhotelan dalam kurun waktu sepuluh tahun kedepan.

(8)

Upiek Haeryah Sadkar, 2009

Studi Manajemen Mutu Pendidikan ...

dan Malaysia sudah mulai memunculkan SDM di tingkat middle management. Di tingkat top level management, SDM dari Amerika Serikat, Australia dan Eropa masih menduduki rangking yang pertama.

Penandatanganan ASEAN Mutual Recognition Arrangement (MRA) oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia bersama dengan menteri pariwisata dari negara-negara ASEAN yang lain pada bulan Januari 2009 juga akan memunculkan implikasi kemudahan lintas negara ASEAN bagi pekerja pariwisata. Penerapan MRA ini secara otomatis akan memberlakukan Asean Common Competency Standard for Tourism Professional (ACCSTP) yang merupakan standar kompetensi bagi setiap pekerja di bidang pariwisata.

Kondisi ini mengharuskan pemerintah Indonesia untuk segera meningkatkan kualitas SDM pariwisatanya. Sejalan dengan hal tersebut, pendidikan tinggi kepariwisataan yang ada juga diharapkan dapat memberikan kontribusi yang nyata kepada kualitas lulusannya. Oleh karena itu, penerapan manajemen mutu di pendidikan tinggi kepariwisataan menjadi hal yang mutlak diberlakukan.

Menurut UU No 20 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional, perguruan tinggi dapat menyelenggarakan program akademik, vokasi, dan/atau profesi. Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal setara dengan program sarjana.

(9)

program yang dikembangkannya. Oleh karena pendidikan vokasi mengajarkan keahlian terapan, maka lebih jauh, tingkat keberhasilan suatu lembaga pendidikan tidak hanya ditentukan oleh tingkat profesionalisme yang dipunyai lulusannya, tetapi juga oleh kesempatan yang terbuka bagi lulusannya untuk mendapatkan tempat kerja yang sesuai di pasar kerja (labor market). Untuk mencapai sasaran dan pendayagunaan pendidikan kepariwisataan di Indonesia, diperlukan langkah-langkah yang tepat dalam implementasi pengembangan sumber daya manusia pariwisata Indonesia yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.

Bertitik tolak pada pemikiran bahwa output/lulusan memiliki peran penentu reputasi, maka pembinaan dan pengembangan peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan, keinginan, dan harapan tempat kerja kelak merupakan hal penting demi terlaksananya suatu mekanisme yang harmonis bagi berinteraksinya komponen pendidikan (Baum, 1990:3). Hal tersebut haruslah menjadi salah satu tujuan akhir dari proses pendidikan pada pendidikan tinggi berbasis vokasi, mengingat penekanan yang lebih kepada kemampuan keterampilan disamping pengetahuan kepada peserta didik (Choy, 1995:3).

(10)

Upiek Haeryah Sadkar, 2009

Studi Manajemen Mutu Pendidikan ...

pendidikan tinggi, yang mulai diterapkan pada Sistem Perencanaan Penyusunan Program dan Pengajaran (SP4) sejak 1997. Perguruan tinggi harus menyelenggarakan pendidikan yang mengacu kepada mutu yang berkelanjutan. Untuk itu diperlukan pola manajemen yang berazaskan otonomi, namun diiringi akuntabilitas yang memadai. (Fox dan Loope, 2007:5).

Di era sekarang ini sistem manajemen mutu pendidikan sudah menjadi keharusan. Di Indonesia, salah satu penerapannya adalah pada standarisasi proses dan dokumentasi yang dilakukan oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT). Institusi ini secara periodik memberikan uraian dan audit kepada lembaga pendidikan tinggi untuk kemudian diakreditasi sesuai dengan kinerjanya. Walaupun tidak serta merta merupakan lembaga penjamin mutu pendidikan, tetapi BAN PT mempunyai tugas untuk menjaga kualitas dan mengkomunikasikannya kepada masyarakat melalui sistem ranking akreditasi.

(11)

komersial yang sebetulnya tidak cocok untuk diterapkan pada institusi pendidikan. Disamping pendekatan tersebut, masih terdapat beberapa pendekatan manajemen mutu lainnya yang dapat diterapkan pada lembaga pendidikan kepariwisataan nasional. Secara umum, penerapan dari berbagai pendekatan manajemen mutu pendidikan tersebut dilakukan untuk dapat meningkatkan kualitas dan efisiensi pada pengelolaan pendidikan kepariwisataan.

Di dalam dunia pendidikan pariwisata, United Nations -World Tourism Organization (UN-WTO) secara khusus memberikan perhatian kepada peningkatan mutu pendidikan kepariwisataan dengan menerbitkan pendekatan manajemen mutu pendidikan kepariwisataan melalui pengembangan Tourism Education Quality System (TedQual System). Saat ini, TedQual sudah menjadi pilar yang sangat penting bagi beberapa perguruan tinggi pariwisata berkelas dunia, baik di Spanyol, Hongkong, sampai dengan Australia. Upaya penyebarannya terus dilakukan ke berbagai negara untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar pada institusi pendidikan yang mengembangkan program-program kepariwisataan. Diharapkan, penerapan TedQual sebagai pendekatan manajemen mutu pendidikan akan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas daya serap lulusan oleh industri atau user. (Rey-Maquieira dan Tugores, 2004:2)

(12)

Upiek Haeryah Sadkar, 2009

Studi Manajemen Mutu Pendidikan ...

standarisasi kurikulum kepariwisataan di Indonesia selalu mengacu kepada kebutuhan industri.

Sebagai studi kasus dalam penelitian ini adalah Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung yang merupakan sebuah lembaga pendidikan tinggi kepariwisataan milik pemerintah yang pertama di Indonesia yang bernaung di bawah Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Adapun lokasi kampusnya terletak di Kota Bandung. Lembaga pendidikan tinggi ini sudah berdiri lebih dari 46 tahun, dalam bentuk dan status yang berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan lembaga serta perubahan struktur kelembagaan pada tingkat jawatan, kementerian dan atau departemen yang menaunginya. Sejak tahun 1993 hingga sekarang memiliki nama Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung (selanjutnya disebut STPB).

Sebagai lembaga pendidikan tinggi kepariwisataan pertama di Indonesia, STPB senantiasa menjadi pelopor di dalam penyelenggaraan pendidikan kepariwisataan, diawali dengan diterapkannya sistem pendidikan dan kurikulum yang berorientasi kepada kebutuhan industri melalui kerjasama dengan bantuan Swiss Technical Cooperation pada tahun 1973. Pada tahun 1985, STPB merupakan lembaga pendidikan kepariwisataan pertama yang menerapkan sistem

”link and match” melalui penyelenggaraan Praktik Kerja Nyata di industri.

Kepeloporan ini kemudian memperoleh pengakuan dari pemerintah daerah provinsi Jawa Barat yang menganugrahkan Penghargaan kepada STPB sebagai perintis lembaga pendidikan kepariwisataan pada tahun 1990. Dengan status sebagai pelopor dan perintis tersebut, kemudian menjadikan STPB sebagai

(13)

Dalam penyelenggaraan pendidikannya, STPB memiliki visi : to be the center of excellence and goes global in 2010, yang dijabarkan ke dalam misi : “menghasilkan sumber daya manusia pariwisata yang berkualitas dan

profesional serta berdaya saing internasional”.

Bersandar pada visi dan misi tersebut di atas, secara kongkrit dapat dilihat bahwa STPB sangat menyadari bahwa nilai daya saing kepariwisataan nasional terletak pada kualitas dan profesionalisme SDM-nya yang harus berdaya saing internasional. Oleh sebab itu, secara spesifik, tingkat urgensi untuk mendapatkan pengakuan internasional juga ditetapkan dalam grand strategy STPB sebagai berikut :

1. Menyelenggarakan pendidikan pariwisata yang profesional dan berkualitas internasional;

2. Membangun organisasi pendidikan yang efektif, efisien dan akuntabel; 3. Membangun jejaring kerja dengan stakeholders di dalam dan luar negeri; 4. Mengembangkan penelitian dan pengabdian di bidang kepariwisataan

untuk masyarakat dan industri.

(14)

Upiek Haeryah Sadkar, 2009

Studi Manajemen Mutu Pendidikan ...

pendidikan kepariwisataan mulai diterapkan di STPB pada tahun 2007 dan digunakan sebagai panduan dalam penyelenggaraan pendidikannya. Dengan mengambil STPB sebagai studi kasus, serta untuk dapat secara lebih efektif dan efisien lembaga-lembaga pendidikan kepariwisataan di Indonesia dalam mencapai tujuan pendidikannya, maka manajemen mutu pendidikan yang diterapkan perlu dikembangkan sejalan dengan tuntutan dan kriteria kualitas pada tingkat internasional.

Merujuk pada latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka suatu kajian tentang pendekatan manajemen mutu pendidikan berbasis TedQual System sangat penting dan perlu dilakukan. Kajian ini meliputi komparasi pendekatan manajemen mutu pendidikan berbasis TedQual System dengan pendekatan-pendekatan lain serta sejauhmana TedQual System dapat diimplementasikan pada pendidikan tinggi kepariwisataan di Indonesia. Dari hasil penelitian diharapkan dapat dirumuskan suatu model pendekatan manajemen mutu pendidikan yang berstandar internasional dan sesuai dengan situasi pendidikan kepariwisataan di Indonesia, sehingga dapat menciptakan lembaga pendidikan tinggi kepariwisataan yang berkualitas yang tetap menampilkan identitas ‘Indonesia’.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan 2 (dua) masalah pokok penelitian sebagai berikut :

(15)

2. Sejauh mana TedQual System dapat diimplementasikan sebagai panduan manajemen mutu pendidikan tinggi kepariwisataan di Indonesia (studi kasus di Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung)?

C. Fokus Penelitian dan Penjelasan Istilah

1. Fokus Penelitian

Fokus penelitian pada studi ini adalah Tourism Education Quality (TedQual) System sebagai salah satu pendekatan manajemen mutu pendidikan kepariwisataan. Artinya, pada penelitian ini dikaji sampai sejauh mana pendekatan manajemen mutu pendidikan TedQual System yang dikembangkan oleh organisasi yang bernaung di bawah PBB yang khusus menangani kepariwisataan yaitu UN-WTO, dapat diimplementasikan sebagai pendekatan manajemen mutu pendidikan kepariwisataan di Indonesia yang berstandar global untuk meningkatkan kualitas lulusan dan berdaya saing internasional.

2. Penjelasan Istilah

Terdapat beberapa istilah dalam penelitian ini yang perlu dijelaskan, diantaranya adalah mengenai manajemen mutu pendidikan dan TedQual.

a. Manajemen mutu pendidikan diartikan sebagai semua fungsi dari organisasi lembaga pendidikan secara menyeluruh untuk menciptakan budaya mutu yang dibangun berdasarkan konsep mutu, kerja tim, produktivitas, dan prestasi serta kepuasan pelanggan.

(16)

Upiek Haeryah Sadkar, 2009

Studi Manajemen Mutu Pendidikan ...

tuntutan pendidikan di masa sekarang dan akan datang, kebutuhan yang tersedia dan tindakan yang akan diambil.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengkaji :

a. Pendekatan ”TedQual System” sebagai pendekatan manajemen mutu

pendidikan kepariwisataan dan core values yang terkandung di dalamnya dibandingkan dengan pendekatan manajemen mutu pendidikan lainnya.

b. Sejauh mana ”TedQual System” tersebut dapat diimplementasikan sebagai

panduan manajemen mutu pendidikan tinggi kepariwisataan di Indonesia, studi kasus di Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung.

Hal ini penting dilakukan dalam upaya menghasilkan lulusan yang berkualitas dan berdaya saing internasional, yang pada gilirannya akan meningkatkan daya serap lulusan pendidikan kepariwisataan secara nasional dan internasional, serta memenuhi kebutuhan stakeholders bidang kepariwisataan.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak terkait yang diuraikan dalam manfaat praktis dan manfaat teoritis.

a. Manfaat Praktis

(17)

sehingga mampu menghasilkan lulusan yang profesional, berakhlak mulia dan memenuhi kebutuhan pasar sebagai stakeholders baik secara nasional maupun internasional.

2) Bagi mahasiswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan bacaan tentang standar pembelajaran kepariwisataan, serta peran sertanya dalam pembentukan manusia pariwisata Indonesia yang handal, berkualitas, dan berdaya saing internasional.

b. Manfaat Teoritis

Kegunaan teoritis, hasil penelitian ini dapat memperkaya konsep, prinsip dasar dan dalil berkenaan dengan ilmu administrasi pendidikan dan manajemen mutu pendidikan melalui manajemen mutu pendidikan kepariwisataan, dan secara empirik dapat menemukan faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mengelola sebuah institusi pendidikan kepariwisataan.

E. Premis dan Asumsi Penelitian

Untuk mengukur dan mendasari penelitian tentang manajemen mutu pendidikan TedQual maka perlu diajukan beberapa asumsi bahwa :

a. Pariwisata adalah sektor yang dinamis, oleh karena itu perlu untuk menentukan kebutuhan pendidikan dan pelatihan pariwisata yang terbayang di masa depan. (Cooper, 1992:14).

(18)

Upiek Haeryah Sadkar, 2009

Studi Manajemen Mutu Pendidikan ...

c. Kesenjangan kualitas yang ada di pendidikan juga bersifat dinamis karena merupakan hasil langsung dari sifat kondisi industri pariwisata yang terus berubah (Fayos, 1992:4)

d. Stakeholder pendidikan, yaitu educator, recipients, employers, dan employees serta pemangku kepentingan lainnya yaitu pemerintah, masyarakat dan industri; yang merupakan organisasi atau individu memiliki keterkaitan secara sistemik dan kepentingan dalam mewujudkan kualitas sumberdaya manusia. (Haywood & Maki, 1992:121)

e. Perubahan yang terjadi harus disikapi dengan penerapan manajemen mutu pendidikan yang berhaluan kepada pendidikan kepariwisataan serta sesuai dengan kultur dan tuntutan perkembangan yang terjadi. (Vincent Gaspersz, 2001:65)

F. Pendekatan dan Paradigma Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

(19)

ditinjau dari berbagai sudut pandang, karena terkait dengan konteks dan peristiwa itu terjadi.

2. Paradigma Penelitian

(20)

I Wayan Redhana, 2009

Pengembangan Program Pembelajaran ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Instrumental Input - Perubahan Pariwisata global - Isu SDM Pariwisata nasional - Tuntutan stakeholders

INPUT PROCESS OUTPUT OUTCOMES

TEORI

(21)

Upiek Haeryah Sadkar, 2009

Studi Manajemen Mutu Pendidikan ...

Gambar 1.1. Paradigma Penelitian Manajemen Mutu Pendidikan Kepariwisataan

Berbasis TedQual System (Studi Kasus di Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung)

(22)

Upiek Haeryah Sadkar, 2009

Studi Manajemen Mutu Pendidikan ...

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Objek Penelitian

Dalam studi kualitatif, objek merupakan fenomena dan hubungan-hubungan umum antara fenomena-fenomena (general relations between phenomena), yaitu sejalan dengan prinsip sensory experience yang terbatas pada external appearance given in sense perception saja. Karena pengetahuan itu bersumber dari fakta yang diperoleh melalui pancaindera (Poerwandari, E.K: 1998:76). Objek dalam penelitian kualitatif adalah obyek alamiah (natural setting), yaitu obyek apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti. (Sugiyono, 2008 :2).

(23)

Penelitian ini mengambil lokasi (locus) di Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung (STP Bandung) yaitu sebuah lembaga pendidikan kedinasan yang secara teknis bernaung di bawah Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, sedangkan secara akademis dibina oleh Departemen Pendidikan Nasional. Dimana, secara de facto, STP Bandung adalah Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan program pendidikan profesional dibidang kepariwisataan yang dibentuk berdasarkan Keppres No.101 tahun 1993. STPB adalah perguruan tinggi kedinasan yang merupakan unit pelaksana teknis (UPT) dari Badan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata. Adapun lokasi STP Bandung sangat strategis, yaitu terletak di Jl Setiabudhi 186 Bandung 40141 Tlp 022.2011456, Fax. 022.2012097.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam studi ini adalah metode kualitatif. Kata “kualitatif” menekankan kepada proses dan makna yang tidak

diperoleh dengan menguji atau mengukur secara jumlah (quantity), intensitas, ataupun frekwensi. Penelitian kualitatif menuntut hubungan dua arah sebagai hubungan subyek-subyek (intersubyektifitas), dan data-data yang bersifat gayut nilai. Jadi, penelitian kualitatif tidak semata-mata mengutamakan hubungan kausal antar varaibel, namun lebih berfokus kepada proses. Dengan semangat induktif, maka kebenaran ilmiah adalah hasil kesepakatan antara peneliti dan pihak yang diteliti. (Denzim dan Lincoln, 1994 : 4-6).

(24)

Upiek Haeryah Sadkar, 2009

Studi Manajemen Mutu Pendidikan ...

perubahan di lapangan. Walaupun terbuka terhadap perubahan namun mesti memiliki arah yang jelas. Sampel dapat purposif, karena yang penting adalah keterwakilan aspek permasalahan. (Sitorus, MT Felix. 1998).

Menurut John Lofland (dalam Sitorus, 1998) dalam pengumpulan data kualitatif perlu diperhatikan empat hal, yaitu : peneliti kualitatif harus cukup dekat dengan orang-orang dan situasi yang diteliti, sehingga dimungkinkan pemahaman mendalam dan rinci tentang apa yang sedang berlangsung; peneliti kualitatif harus berupaya menangkap apa yang secara aktual terjadi dan diakatakan orang; data kualitatif terdiri dari sekumpulan besar uraian murni mengenai berbagai orang, kegiatan, dan interaksi sosial, dan; data kualitatif terdiri dari kutipan langsung dari berbagai orang, yaitu dari apa yang mereka katakan dan tulis. Untuk saling menutupi kekurangan satu metode maka lazim digunakan prinsip triangulasi, baik triangulasi data, triangulasi peneliti, triangulasi teori, dan triangulasi metodologi.

Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui sampai sejauh mana studi manajemen mutu pendidikan kepariwisataan berbasis Tedqual System dalam menyiapkan tenaga kerja industri pariwisata yang optimal, dengan unsur-unsur pokok yang harus ditemukan sesuai dengan butir-butir rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, maka digunakan metode penelitian kualitatif.

(25)

berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.

Nurcahyo (2008:1) lebih lanjut mengemukakan bahwa penelitian kualitatif memiliki ciri atau karakteristik yang membedakan dengan penelitian jenis lainnya. Dari hasil penelaahan pustaka yang dilakukan Moleong (2001:23) ada sebelas ciri penelitian kualitatif, yaitu (1) penelitian kualitatif menggunakan latar alamiah atau pada konteks dari suatu keutuhan (enity), (2) penelitian kualitatif intrumennya adalah manusia, baik peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain, (3) penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif, (4) penelitian kualitatif menggunakan analisis data secara induktif, (5) penelitian kualitatif lebih menghendaki arah bimbingan penyusunan teori subtantif yang berasal dari data, (6) penelitian kualitatif mengumpulkan data deskriptif (kata-kata, gambar) bukan angka-angka, (7) penelitian kualitatif lebih mementingkan proses dari pada hasil, (8) penelitian kualitatif menghendaki adanya batas dalam penelitiannya atas dasar fokus yang timbul sebagai masalah dalam penelitian, (9) penelitian kualitatif meredefinisikan validitas, reliabilitas, dan objektivitas dalam versi lain dibandingkan dengan yang lazim digunakan dalam penelitian klasik, (10) penelitian kualitatif menyusun desain yang secara terus menerus disesuaikan dengan kenyataan lapangan (bersifat sementara), (11) penelitian kualitatif menghendaki agar pengertian dan hasil interpretasi yang diperoleh dirundingkan dan disepakati oleh manusia yang dijadikan sumber data.

(26)

Upiek Haeryah Sadkar, 2009

Studi Manajemen Mutu Pendidikan ...

disebut juga sebagai metode ethnographi, dan disebut juag metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif (Sugiyono, 2008 :1).

Secara umum dapat diartikan bahwa penelitian kualitatif merupakan suatu metode berganda dalam fokus, yang melibatkan suatu pendekatan interpretatif dan wajar terhadap setiap pokok permasalahannya. Ini berarti penelitian kualitatif bekerja dalam setting yang alami, yang berupaya untuk memahami dan memberi tafsiran pada fenomena yang dilihat dari arti yang diberikan orang-orang kepadanya. Penelitian kualitatif melibatkan penggunaan dan pengumpulan berbagai bahan empiris, seperti studi kasus, pengalaman pribadi, instrospeksi, riwayat hidup, wawancara, pengamatan, teks sejarah, interaksional dan visual: yang benggambarkan momen rutin dan problematis, serta maknanya dalam kehidupan individual dan kolektif (Denzin dan Lincoln,1994:2).

(27)

Konsep penelitian kualitatif sebenarnya menunjuk dan menekankan pada proses, dan berarti tidak diteliti secara ketat atau terukur (jika memang dapat diukur), dilihat dari kualitas, jumlah, intensitas atau frekuensi. Penelitian kualitatif menekankan sifat realita yang dibangun secara sosial, hubungan yang intim antara peneliti dengan yang diteliti dan kendala situasional yang membentuk penyelidikan. Penelitian kualitatif menekankan bahwa sifat peneliti itu penuh dengan nilai (value-laden). Mereka mencoba menjawab pertanyaan yang menekankan bagaimana pengalaman sosial diciptakan dan diberi arti.

Penelitian kualitatif pada hakekatnya adalah mengamati orang dalam lingkungannya, berinteraksi, berusaha memahami bahasa dan tafsiran tentang dunia sekitarnya. (Nasution, 1988:21). Dalam penelitian ini yang akan diamati adalah orang-orang, yaitu pelaku manajemen mutu pendidikan berbasis TedQual System yang ada di Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung; yang terdiri dari mahasiswa, tenaga pendidik, dan tenaga kependidikan. Interaksi antara tempat (place), pelaku (actor), dengan segala kegiatan (activity), akan menghasilkan suatu situasi sosial tertentu.

(28)

Upiek Haeryah Sadkar, 2009

Studi Manajemen Mutu Pendidikan ... C. Proses Penelitian Kualitatif

Berikut adalah tahapan proses kegiatan penelitian kualitatif menurut Spredley (1980). Peneliti melakukan penelitian dengan tahapan sebagai berikut : 1. Tahapan Deskripsi

Pada tahapan pertama, peneliti mendeskripsikan apa yang dilihat, didengar, dirasakan dan ditanyakan. Data yang diperoleh cukup banyak, bervariasi dan belum tersusun secara jelas. Berikut ini adalah proses yang dilakukan pada tahapan deskriptif :

a) Memilih situasi sosial (place, actor, activity) b) Melaksanakan observasi partisipan

c) Mencatat hasil observasi dan wawancara d) Melaksanakan observasi deskriptif e) Melaksanakan analisis domain 2. Tahapan Reduksi

Pada tahapan ini, peneliti mereduksi segala informasi yang telah diperoleh pada tahapan deskriptif. Tujuan dalam tahapan reduksi ini adalah menemukan fokus masalah penelitian. Peneliti memilih mana data yang menarik, penting, berguna dan baru. Selanjutnya peneliti melakukan kategorisasi data berdasarkan fokus yang telah ditetapkan. Berikut adalah proses yang dilakukan pada tahapan reduksi :

(29)

3. Tahapan Seleksi

Pada tahapan ini peneliti menguraikan fokus yang telah ditetapkan menjadi lebih terinci. Berikut adalah proses pada tahapan seleksi :

a) Melaksanakan observasi terseleksi b) Melaksanakan analisis komponensial c) Melaksanakan analisis tema budaya d) Menentukan hasil temuan

e) Menulis laporan penelitian kualitatif

D. Teknik Pengumpulan Data dan Sumber Data

Teknik pengumpulan data didasarkan pada prinsip yang dianjurkan oleh Naturalictic Approach yang melekat pada tradisi ilmu sosial (Lofland & Lofland, 1984:45) mengarah pada situasi dan kondisi setting penelitian, kejadian yang dialami oleh subyek penelitian individu atau kelompok atas dasar latar belakang (biografi, histori dan hubungan) personal atau kelompok yang terjalin. Oleh Lofland & Lofland, proses ini mencakup tiga tahap kegiatan, yaitu :

a. Persiapan memasuki kancah penelitian (getting in)

(30)

Upiek Haeryah Sadkar, 2009

Studi Manajemen Mutu Pendidikan ...

suatu data yang valid, peneliti melakukan adaptasi dan proses belajar dari sumber data tersebut secara etis dan simpatik sehingga bisa mengurangi jarak antara peneliti dengan para informan. Peneliti berperilaku dengan sopan, baik dalam kata bahasa dan bertindak. Pada tahap ini yang diutamakan adalah bagaimana peneliti dapat diterima dengan baik pada waktu memasuki setting area.

b.. Ketika berada di lokasi penelitian ( getting along )

Disaat peneliti memasuki situs lokasi penelitian, maka hubungan yang terjalin harus tetap dipertahankan. Kedudukan subyek harus dihormati dan diberikan kebebasan untuk mengemukakan semua persoalan, data serta informasi yang diketahui, peneliti tidak boleh mengarahkan dan melakukan intervensi terhadap worldview subyek penelitian. Imajinasi dan daya nalar peneliti harus diasah dan dikembangkan untuk menangkap apa yang disampaikan, tindakan apa yang dilakukan, apa yang dirasakan serta kerangka mental dari dalam yang dimiliki subyek (emic). Berdasarkan emic yang diperoleh, peneliti mencoba memahami, menafsirkan dan mencoba untuk membuat pemaknaan baru atas worldview peneliti (etic).

c. Pengumpulan data ( logging to data )

(31)

1) Pengamatan

Pengamatan dalam istilah sederhana adalah proses peneliti dalam melihat situasi penelitian. Teknik ini sangat relevan digunakan dalam penelitian kelas yang meliputi pengamatan kondisi interaksi pembelajaran, tingkah laku anak dan interaksi anak dalam kelompoknya. Pengamatan dapat dilakukan secara bebas dan terstruktur. Alat yang bisa digunakan dalam pengamatan adalah lembar pengamatan, ceklist, catatan kejadian dan lain-lain.

2) Pertanyaan

Teknik pertanyaan lebih cocok digunakan dalam pendekatan survei. Pertanyaan yang efektif akan membantu pengumpulan data yang akurat, diberikan kriteria karakteristik pertanyaan yang efektif sebagai berikut; (a) bahasanya jelas, (b) ada ketegasan isi dan periode waktu, (c) bertujuan tunggal, (d) bebas dari asumsi, (e) bebas dari saran, dan (f) kesempurnaan dan konsistensi tata bahasa.

3) Angket atau kuesioner (questionnaire)

(32)

Upiek Haeryah Sadkar, 2009

Studi Manajemen Mutu Pendidikan ...

4) Studi dokumenter (documentary study)

Studi dokumenter merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumen yang telah diperoleh kemudian dianalisis (diurai), dibandingkan dan dipadukan (sintesis) membentuk satu hasil kajian yang sistematis, padu dan utuh. Jadi studi dokumenter tidak sekedar mengumpulkan dan menuliskan atau melaporkan dalam bentuk kutipan-kutipan tentang sejumlah dokumuen yang dilaporkan dalam penelitian, namun juga adalah hasil analisis terhadap dokumen-dokumen tersebut.

Sumber data dalam penelitian ini disesuaikan dengan fokus dan tujuan penelitian. Dalam penelitian kualitatif, sampel sumber data dipilih, dan mengutamakan perpektif subyek, artinya mementingkan pandangan informan, yakni bagaimana mereka memandang dan menafsirkannya. Sesuai dengan fokus penelitian, maka yang dijadikan sumber data dan teknik pengumpulan data adalah: 1) Untuk mendapatkan data mengenai employers (STP Bandung), yang

dijadikan sumber data adalah manajemen STPB yang diperkuat dengan dokumen Rencana Strategik STP Bandung. Teknik pengumpulan data adalah studi dokumentasi. Selain itu peneliti juga melakukan observasi dan wawancara dengan beberapa para alumni dan para pengusaha industri usaha jasa pariwisata yang ada di Indonesia.

(33)

(ADAK) dan stafnya. Teknik pengumpulan data adalah studi dokumentasi. Peneliti juga melakukan observasi langsung dan wawancara dengan Kabag ADAK dan para mahasiswa yang sedang mengikuti perkuliahaan teori maupun praktik.

3) Untuk mendapatkan data mengenai kurikulum, yang dijadikan sumber data adalah Kepala Bagian Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (ADAK) dan stafnya, serta para ketua jurusan dan ketua program studi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumentasi. Peneliti juga melakukan observasi dan wawancara dengan para ketua jurusan dan para ketua program studi.

4) Untuk mendapatkan data mengenai faculty, yang dijadikan sumber data adalah Kepala Bagian Administrasi Umum, Kepala Bagian Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan, ketua jurusan dan ketua program studi. Teknik pengumpulan data adalah studi dokumentasi, observasi dan wawancara.

5) Untuk mendapatkan data mengenai infrastruktur yang ada di STP Bandung, yang dijadikan sumber data adalah Kepala Bagian Administrasi Umum dan KaSubag Rumah Tangga. Teknik pengumpulan data adalah studi dokumentasi, observasi dan wawancara.

(34)

Upiek Haeryah Sadkar, 2009

Studi Manajemen Mutu Pendidikan ...

Kemahasiswaan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumentasi, observasi dan wawancara.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, instrumen penelitian yang utama adalah peneliti sendiri. Selain itu dikembangkan instrumen penelitian, yang diharapkan dapat mempertajam serta melengkapi data hasil pengamatan.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif, mengikuti konsep yang diberikan Spradley (1984:21). Dalam penelitian kualitatif, teknik analisis data lebih banyak dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data. Tahapan dalam penelitian kualitatif adalah tahap memasuki lapangan, teknik analisis data yang digunakan adalah dengan analisis domain.

Tahap kedua adalah menentukan fokus, teknik pengumpulan data dengan teknik minitour question, sedangkan analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis taksonomi. Selanjutnya pada tahap selection, pertanyan yang digunakan adalah pertanyaan struktural, analisis data yang digunakan adalah analisis komponensial, yang dilanjutkan dengan analiis tema budaya. Tahapan analisis data ini disesuaikan dengan tahapan proses dalam penelitian.

(35)

Aktivitas dalam analisis data kualitatif adalah data reduction, data display, dan conclusion drawing/verifying.

Langkah-langkah proses analisis data menurut Miles and Hubermann (2002:33). adalah sebagai berikut :

Sumber: Miles and Huberman (2002:33)

Gambar 3.1. Proses Analisis Data

Setelah proses koleksi data, komponen analisis yang dipergunakan dalam penelitian kualitatif adalah :

1. Reduksi Data

Dari lokasi penelitian, data lapangan dituangkan dalam uraian laporan yang lengkap dan terinci. Data dan laporan lapangan kemudian direduksi, dirangkum, dan kemudian dipilah-pilah hal yang pokok, difokuskan untuk dipilih yang terpenting kemudian dicari tema atau polanya (melalui proses penyuntingan, pemberian kode dan pentabelan). Reduksi data dilakukan terus menerus selama proses penelitian berlangsung. Pada tahapan ini setelah data dipilah kemudian disederhanakan, data yang tidak diperlukan disortir agar

Data Collection

Data Reduction

Data Display

(36)

Upiek Haeryah Sadkar, 2009

Studi Manajemen Mutu Pendidikan ...

memberi kemudahan dalam penampilan, penyajian, serta untuk menarik kesimpulan sementara.

2. Penyajian Data

Penyajian data (display data) dimasudkan agar lebih mempermudah bagi peneliti untuk dapat melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari data penelitian. Hal ini merupakan pengorganisasian data ke dalam suatu bentuk tertentu sehingga kelihatan jelas sosoknya lebih utuh. Data-data tersebut kemudian dipilah-pilah dan disisikan untuk disortir menurut kelompoknya dan disusun sesuai dengan kategori yang sejenis untuk ditampilkan agar selaras dengan permasalahan yang dihadapi, termasuk kesimpulan-kesimpulan sementara diperoleh pada waktu data direduksi. 3. Penarikan Kesimpulan / Verifikasi

Pada penelitian kualitatif, verifikasi data dilakukan secara terus menerus sepanjang proses penelitian dilakukan. Sejak pertama memasuki lapangan dan selama proses pengumpulan data, peneliti berusaha untuk menganalisis dan mencari makna dari data yang dikumpulkan, yaitu mencari pola tema, hubungan persamaan, hipotesis dan selanjutnya dituangkan dalam bentuk kesimpulan yang masih bersifat tentatif.

(37)

Dengan kata lain, setiap kesimpulan senantiasa akan selalu terus dilakukan verifikasi selama penelitian berlangsung yang melibatkan interpretasi peneliti. Analisis data merupakan suatu kegiatan yang logis, data kualitatif berupa pandangan-pandangan tertentu terhadap fenomena yang terjadi dalam kebijakan pendidikan, utamanya kebijakan manajemen mutu pendidikan kepariwisatan (TedQual System), juga beberapa data kuantitatif yang terdiri dari angka-angka untuk mendukung adanya prosentase hubungan antara data yang berkaitan dengan pokok bahasan. Komponen-komponen tersebut berinteraksi sampai didapat suatu kesimpulan yang benar. Apabila ternyata kesimpulannya tidak memadai, maka perlu diadakan pengujian ulang, yaitu dengan cara mencari beberapa data lagi di lapangan, dicoba untuk diinterpretasikan dengan fokus yang lebih terarah. Dengan begitu, analisis data tersebut merupakan proses interaksi antara ke tiga komponen analisis dengan pengumpulan data, dan merupakan suatu proses siklus sampai dengan aktivitas penelitian selesai.

G. Pengujian Kredibilitas Data

Pengujian kredibilitas data penelitian akan dilakukan dengan cara : 1. Perpanjangan pengamatan

(38)

Upiek Haeryah Sadkar, 2009

Studi Manajemen Mutu Pendidikan ...

data, peneliti memfokuskan pada pengujian terhadap data yang telah diperoleh, berkenaan dengan manajemen mutu pendidikan berbasis TedQual System yang ada di Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung apakah data yang diperoleh itu benar atau tidak.

2. Triangulasi

(39)

dengan data hasil observasi, atau hasil analisis dokumen. Bila menghasilkan data berbeda, peneliti melakukan diskusi lebih lanjut dengan sumber data yang bersangkutan untuk mendapatkan data yang dianggap benar, atau mungkin semuanya benar karena setiap sumber data memiliki sudut pandang yang berbeda. Dalam beberapa hal, waktu pengambilan data sering kali mempengaruhi kredibilitas data. Data yang diperoleh melalui wawancara pada pagi hari, berbeda dengan data yang diperoleh melalui wawancara pada siang hari atau sore hari. Untuk itu, diperlukan pengujian pada waktu dan situasi yang berbeda. Bila menghasilkan data berbeda pengambilan data perlu dilakukan berulang-ulang sampai mendapatkan kepastian data.

Dalam hal ini, peneliti melakukan pengecekan terhadap informasi dari informan yang satu jika dirasakan kurang dengan informan yang lain, sehingga informasi yang didapatkan menjadi lebih lengkap. Pengecekan informasi dari informan berkenaan dengan manajemen mutu pendidikan berbasis TedQual System yang ada di Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung, yaitu :

a. The employers (Visi & Misi lembaga, Strategi lembaga dalam merealisasikan visi dan misi);

b. The students (Financial and administrative procedures, dan Communication);

(40)

Upiek Haeryah Sadkar, 2009

Studi Manajemen Mutu Pendidikan ...

d. The faculty (Teaching Structure, Continuous updating, Research and development);

e. The Infrastructure (Objectives adjustment dan Equipment and Supplies); dan

f. The Management (Information and analysis Structuring) 3. Member Check (pengecekan anggota)

Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada sumber datanya. Peneliti melakukan proses member check yaitu proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuannya adalah untuk mengetahui kesesuaian data yang ditemukan dengan data yang diberikan oleh sumber data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh sumber data maka data tersebut valid, akan tetapi bila tidak disepakati perlu dilakukan diskusi lebih lanjut dengan sumber data. Jika perbedaannya sangat jelas peneliti harus merubah hasil temuannya. Member check dilakukan setelah pengumpulan data mengenai manajemen mutu pendidikan berbasis TedQual System yang ada di Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung selesai, setelah mendapat temuan, atau setelah memperoleh kesimpulan.

H. Tempat dan Jadwal Penelitian

(41)

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Pada bab ini berisikan tentang kesimpulan, implikasi hasil penelitian dan rekomendasi yang dapat disampaikan. Keselarasan kesimpulan dan rekomendasi akan digambarkan pada pemilihan alur yang berdasarkan kepada variabel penelitian yang dipergunakan.

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan analisis yang dilakukan diperoleh suatu kenyataan bahwa pariwisata merupakan sektor yang amat spesifik, dinamis, dan bersifat global. Hal ini secara langsung memberikan konsekuensi kepada semakin spesifiknya persyaratan kompetensi SDM pariwisata. Sejalan dengan hal tersebut, lembaga pendidikan tinggi kepariwisataan perlu terus berupaya secara berkesinambungan untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan agar mencapai tujuannya yaitu menghasilkan lulusan yang berkualitas dan berdaya saing internasional.

Penelitian ini memfokuskan kepada kebutuhan pendidikan tinggi kepariwisataan di Indonesia dalam mengimplementasikan standarisasi kependidikan. Beberapa kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian yang dilakukan adalah :

(42)

Upiek Haeryah Sadkar, 2009

Studi Manajemen Mutu Pendidikan ...

UN-WTO (United Nation World Tourism Organization), merupakan sebuah pendekatan manajemen mutu yang sangat relevan untuk diterapkan pada lembaga pendidikan kepariwisataan di Indonesia. Dari hasil komparasi yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, diperoleh kesimpulan bahwa TedQual System merupakan pendekatan yang memiliki akuntabilitas dan mendapat pengakuan yang tinggi sebagai salah satu pendekatan manajemen mutu pendidikan kepariwisataan pada tataran internasional. Beberapa argumentasi yang menguatkan terhadap hal tersebut adalah :

a. UN-WTO sebagai organisasi yang mengembangkan TedQual System adalah organisasi yang terpercaya, yaitu merupakan salah satu organisasi di bawah PBB yang khusus menangani pengembangan pariwisata dunia. b. TedQual System dikembangkan secara spesifik untuk kebutuhan

manajemen mutu pendidikan kepariwisataan dan sudah diterapkan di lembaga-lembaga pendidikan kepariwisataan terkemuka di dunia.

c. TedQual System dikembangkan dengan basis standar internasional. d. TedQual System sangat memperhatikan kepuasan stakeholders.

e. TedQual System merupakan suatu pendekatan yang bersifat sistemik dan stratejik.

f. TedQual System menekankan pada kualitas proses dalam mengembangkan manajemen mutu pendidikan kepariwisataan.

(43)

h. Penerapan TedQual System menjamin adanya pengakuan secara internasional bagi lembaga pendidikan kepariwisataan yang menerapkan sistem ini.

Pada tahapan penerapan dari TedQual System, sistem ini mengharuskan lembaga pendidikan kepariwisataan untuk selalu melihat kepada alur dan aturan yang berlaku baku sesuai dengan tujuan TedQual. Pendekatan manajemen mutu ini juga memunculkan implikasi audit dan implementasi hasil audit sebagai sebuah upaya perbaikan terhadap sistem yang terbarukan. Terkait dengan hal tersebut, maka untuk dapat menerapkan TedQual System pada lembaga pendidikan kepariwisataan di Indonesia, studi kasus di STPB, diperlukan kesiapan dan pembenahan dari ke-6 (enam) komponen pendidikan yang dimiliki, yaitu employer, students, curricula, faculty, infrastructure dan management, termasuk berbagai aspek yang terdapat pada setiap komponen.

(44)

Upiek Haeryah Sadkar, 2009

Studi Manajemen Mutu Pendidikan ...

Demikian juga dilihat dari nilai-nilai utama yang terkandung dalam TedQual System, sebagian besar dari nilai-nilai utama tersebut sudah dijadikan dasar dan acuan dalam penyelenggaraan pendidikan di STP Bandung, yaitu nilai-nilai pendekatan sistem pendidikan kepariwisataan, berorientasi pada lingkungan, jejaring kerja yang luas, perbaikan secara berkesinambungan, berbasis pada proses, standarisasi secara progresif, loyalitas dan reputasi positif, kepuasan konsumen, komunikasi dan administrasi, kualitas dari faculty metodologi pedagogik dan sumberdaya, serta dampak terhadap masyarakat.

(45)
(46)

Upiek Haeryah Sadkar, 2009

Studi Manajemen Mutu Pendidikan ...

harus berpayung kepada Renstra Departemen Budpar. Secara akademik, STP Bandung sama sekali tidak memiliki otonomi penuh, karena di dalam penyelenggaraan institusi, nuansa birokrasinya lebih menonjol dan lebih dominan. Kelemahan lain yang terlihat dalam pelaksanaan kegiatan dilihat dari komponen ini adalah pada aspek perencanaan sumberdaya, terutama sumberdaya finansial dan sumberdaya manusia. Sebagai contoh, STP Bandung tidak memiliki petugas khusus bagian perencanaan, hal ini disebabkan karena pengorganisasian dan penempatan sumberdaya manusia di STP Bandung lebih menginduk kepada organisasi birokrasi yang kaku, sehingga ruang gerak dan fleksibilitas untuk menyesuaikan pengorganisasian relatif agak sulit. Kelemahan yang paling menonjol adalah pada aspek finansial, dimana sumber dana yang dialokasikan untuk penyelenggaraan pendidikan sangatlah minim. Hal ini disebabkan alokasi dana lebih ditentukan oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, meskipun STP Bandung sebagai unit pelaksana teknis telah berupaya mengajukan usulan pendanaan sesuai dengan kebutuhan melalui satu usulan yang didasarkan pada hasil kajian. Kelemahan lain adalah karena aturan yang ketat untuk memperoleh sumber dana di luar yang ditetapkan

oleh pemerintah, sehingga keleluasaan untuk membangun “generating

centers” relatif agak sulit.

(47)

yang paling baik, termasuk tanggapan dari para mahasiswa maupun para alumninya. Pada aspek daya tarik, dengan menjamurnya lembaga pendidikan kepariwisataan di Indonesia, STP Bandung masih memiliki keunggulan daya tarik, terlihat dari jumlah calon mahasiswa yang mendaftar untuk masuk ke STP Bandung relatif masih tinggi dibandingkan dengan sekolah-sekolah lain, sehingga kemampuan untuk menjaring calon mahasiswa masih berada pada ratio satu berbanding tiga. Faktor yang

membuat daya tarik relatif tinggi disebabkan karena “image” yang telah

terbentuk untuk STP Bandung sebagai sekolah pariwisata yang lulusannya terkenal berhasil di industri, tingkat penyerapan lulusan yang relatif tinggi sehingga memberikan kesan setelah mengikuti pendidikan di STP Bandung tidak akan menganggur, serta karena STP Bandung adalah milik pemerintah sehingga biaya pendidikan relatif murah.

(48)

Upiek Haeryah Sadkar, 2009

Studi Manajemen Mutu Pendidikan ...

(49)
(50)

Upiek Haeryah Sadkar, 2009

Studi Manajemen Mutu Pendidikan ...

STP Bandung secara periodik mengadakan pertemuan dan silaturahmi dengan para alumni melalui Ikatan Alumninya, untuk mendiskusikan berbagai hal yang terkait dengan upaya pengembangan STP Bandung. Para alumni yang sudah menduduki posisi yang mapan di industri senantiasa berkunjung ke kampus STP Bandung untuk berbagi ilmu dan pengalaman. c. Komponen ketiga yaitu komponen kurikulum, terdiri dari tiga aspek yaitu

(51)

bersifat dinamis, karena ketentuan kurikulum berbasis kompetensi ini secara rinci dituangkan di dalam Peraturan Menteri Kebuadayaan dan Pariwisata, sehingga setiap perubahan terhadap muatan kurikulum harus melalui jalan birokrasi yang tidak mudah dan membutuhkan waktu untuk perubahannya.

Metodologi pedagogi dinilai sangat baik oleh responden, hal ini disebabkan pola penyelenggaraan pendidikan di STP Bandung dilakukan dengan kombinasi teori dan praktek dengan bobot penekanan yang lebih besar untuk praktek dan pembagian minggu teori dan minggu praktik secara bergantian. Pola praktek yang dijalankan di STP Bandung adalah melalui penyediaan sarana praktik secara simulasi dan praktik secara nyata. Sebagai contoh, mahasiswa yang mengambil program studi tata boga, pada minggu praktik mereka akan berada di laboratorium dapur praktik dan mengolah berbagai menu masakan secara nyata, mahasiswa program studi patiseri akan berada di laboratorium patiseri untuk mengolah roti dan kue, untuk kemudian akan dihidangkan oleh mahasiswa program studi tata hidang di laboratorium praktik restoran. Demikian juga halnya dengan mahasiswa program studi divisi kamar, pada minggu praktik mereka akan dijadwalkan untuk mempraktikkan secara nyata unit-unit kompetensi yang dipelajari.

(52)

Upiek Haeryah Sadkar, 2009

Studi Manajemen Mutu Pendidikan ...

sumberdaya pedagogi yang tersedia di STP Bandung saat ini kurang memadai baik secara kuantitas maupun kualitas. Secara kuantitas jumlah in-focus, ruang multi-media, buku-buku referensi, dll. Masih belum memadai sehingga seringkali menjadi penghambat dalam proses pembelajaran. Secara kualitas, beberapa sarana praktik sudah relatif tua dan tidak sesuai dengan perkembangan industri, sebagai contoh, sarana dapur praktik yang sudah berusia relatif tua, karena dibangun sejak tahun 1973 sebagai hibah dari pemerintah Swiss. Penggantian sarana dan prasarana sebagai sumberdaya pedagogi ini tidaklah mudah karena terkait dengan sumberdana yang dialokasikan melalui APBN dan ditetapkan oleh Departemen Budpar sebagai organisasi induk.

d. Komponen keempat yaitu The Faculty, meliputi aspek struktur pengajaran, pelatihan berkelanjutan (continuous updating) serta riset dan pengembangan. Hasil penelitian dengan menggunakan indikator yang ada pada TedQual System, komponen The Faculty ini masih memiliki kelemahan dan memperoleh penilaian yang kurang baik dari responden, terutama pada aspek riset dan pengembangan.

(53)

selain lebih menjamin keselarasan dan kesinambungan matakuliah yang beada pada satu konsorsium, juga akan lebih memudahkan koordinasi dan tanggung jawab apabila ada pengajar yang berhalangan untuk diisi oleh pengajar lain yang berada pada satu konsorsium yang sama. Kekuatan lain yang mendukung koordinasi yang baik adalah karena lebih dari 85% pengajar STP Bandung merupakan alumnus dari STP Bandung, sehingga kerja sama, koordinasi dan keakraban di antara pengajar sangatlah kental. Meskipun demikian, STP Bandung sebagai lembaga, tetap melakukan berbagai upaya untuk menciptakan dan meningkatkan iklim kerja yang kondusif, misalnya melalui kegiatan-kegiatan yang melibatkan para pengajar seperti forum diskusi, forum silaturahmi, kegiatan olah raga, kegiatan sosial, kegiatan keagamaan, rekreasi, dll.

Proses rekrutmen dan seleksi pengajar merupakan hal yang dilematis bagi STP Bandung dan menjadi kelemahan apabila dilihat dari TedQual System. Secara profesional, untuk bisa menjaring pengajar yang berkualitas, STP Bandung telah menetapkan berbagai persyaratan dan kualifikasi yang tinggi, termasuk pengalaman industri serta proses seleksi yang cukup ketat termasuk psikotes, wawancara, kesehatan dan juga

praktik mengajar melalui “micro-teaching”. Namun, pada kenyataannya

(54)

Upiek Haeryah Sadkar, 2009

Studi Manajemen Mutu Pendidikan ...

mereka bekerja di industri. Oleh karena itu, para calon pengajar yang melamar ke STP Bandung lebih didominasi oleh mereka yang bercita-cita ingin menjadi PNS, mengingat status STP Bandung yang merupakan institusi milik pemerintah. Hal ini memberikan implikasi terhadap program pengembangan dan pembinaan pengajar yang cukup berat, apalagi dikaitkan dengan alokasi dana yang ada. Di samping itu, sistem penerimaan pegawai untuk menjadi PNS, memiliki kriteria dan persyaratan tersendiri, sehingga seringkali calon pengajar yang secara

kualifikasi berdasarkan hasil seleksi dianggap “mampu”, namun pengajar

(55)

rata-rata sebanyak 10 pengajar pada setiap liburan semester mengikuti program orientasi di beberapa hotel. Namun demikian, dengan jumlah pengajar sebanyak 135 orang, kesempatan orientasi akan membutuhkan waktu yang relatif lama, sehingga perlu terus diupayakan pendekatan dengan pihak industri untuk bisa menambah kuota tersebut. Selain itu, motivasi dari dalam diri pengajar perlu terus ditingkatkan untuk bisa menambah wawasan dan pengetahuan tentang perkembangan industri

pariwisata, sehingga mereka tetap memahami “kekinian” yang terjadi.

(56)

Upiek Haeryah Sadkar, 2009

Studi Manajemen Mutu Pendidikan ...

menjadi dosen secara bertahap sejak tahun 2004. Namun demikian, sangat disadari bahwa riset dan pengembangan merupakan tugas yang harus dilaksanakan, sehingga STP Bandung telah dan terus mengupayakan peningkatan kemampuan dosen dalam bidang ini.

e. Komponen kelima dari TedQual System adalah proses infrastruktur. Pada komponen ini kajian infrastruktur yang tersedia di STP Bandung belum dapat dikatakan baik, hal ini disebabkan karena usia dari sarana dan prasarana yang ada relatif sudah tua dan memerlukan revitalisasi agar sesuai dengan perkembangan zaman. Sarana dan prasarana yang ada umumnya merupakan hibah dari pemerintah Swiss pada tahun 1973, sehingga kelayakan untuk dipergunakan sudah sangat memprihatinkan. Sebagai lembaga pendidikan kepariwisataan pertama dan milik pemerintah, yang telah menghasilkan lulusan yang sudah berkiprah di industri pariwisata baik di dalam maupun di luar negeri, sudah selayaknya STP Bandung menjadi model bagi sekolah-sekolah pariwisata yang lain. Oleh karena itu, pemerintah dalam hal ini Departemen Kebudayaan dan Pariwisata harus lebih memperhatikan kebutuhan revitalisasi infrastruktur STP Bandung melalui alokasi anggaran yang memadai. Selain revitalisasi sarana dan prasarana, tuntutan revitalisasi tersebut seyogyanya juga meliputi renovasi gedung agar lebih bernuansa pariwisata sehingga mampu

menjadi model sebagai “Green Campus” yang berwawasan lingkungan,

(57)

f. Komponen keenam dari TedQual adalah proses Manajemen, yang meliputi tiga aspek yaitu informasi dan analisis, penstrukturan (structuring) dan sistem kualitas (quality system). Hasil kajian dengan menggunakan ketentuan menurut TedQual System, proses manajemen yang dilaksanakan di STP Bandung dinilai belum baik dan menunjukkan kondisi yang paling lemah.

Pada aspek informasi dan analisis, ketentuan ideal bahwa sistem informasi yang dibangun harus mampu dijadikan alat analisis manajemen untuk mengevaluasi efektivitas dan efisiensi organisasi belum berjalan baik. Hal

ini disebabkan ketersediaan “hardware” dan “software” dalam membangun

sistem informasi di STP Bandung belum tersedia secara optimal, sehingga tidak mampu menyediakan informasi manajemen secara dinamis sesuai dengan perkembangan teknologi dan informasi. Yang menjadi faktor penyebab utama adalah karena sistem penganggaran yang harus mengacu kepada sistem keuangan negara, aturan tentang pengadaan barang dan jasa, serta keterbatasan alokasi anggaran yang tersedia, sehingga fleksibilitas untuk menyesuaikan sistem informasi manajemen secara dinamis sesuai dengan perkembangan teknologi dan informasi merupakan suatu hal yang sangat sulit diterapkan.

Aspek penstrukturan (structuring) yang berlaku di STP Bandung merupakan kelemahan dalam penerapan TedQual System, karena sebagai UPT milik pemerintah di bawah Departemen Kebudayaan dan Pariwisata,

(58)

Upiek Haeryah Sadkar, 2009

Studi Manajemen Mutu Pendidikan ...

mungkin dilakukan peninjauan dan perubahan. Peluang yang memungkinkan untuk melakukan perubahan adalah dengan memperkaya unit-unit berdasarkan fungsi, tugas dan tanggung-jawab.

Aspek sistem kualitas (Quality System), menunjukkan kelemahan yang masih harus diperbaiki, karena kebijakan kualitas, instrumen kualitas dan indikator kualitas dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan masih belum tertata dengan baik. Meskipun Departemen Pendidikan Nasional sudah mengeluarkan aturan tentang Penjaminan Mutu, penerapannya di STP Bandung baru terbatas pada pembentukan unit fungsional (Unit Penjaminan Mutu), dan masih dalam upaya untuk pembenahan lebih lanjut melalui perumusan kebijakan kualitas, penetapan instrumen kualitas dan indikatornya. Di sisi lain, sistem kualitas yang berbasis kinerja yang diterapkan di STP Bandung, lebih cenderung pada aturan dan ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah dengan menempatkan STP Bandung sebagai instansi pemerintah, sehingga indikator keberhasilannya ditetapkan atas dasar akuntabilitas instansi pemerintah dengan menggunakan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), dan tidak menempatkan STP Bandung sebagai lembaga pendidikan kepariwisataan.

B. Implikasi

(59)

1. Untuk Keilmuan

Dari sudut pandang kajian teoritis, hasil penelitian ini dapat memperkaya konsep, prinsip dasar dan dalil berkenaan dengan ilmu administrasi pendidikan dan manajemen mutu pendidikan melalui manajemen mutu pendidikan kepariwisataan, dan secara empirik dapat menemukan faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mengelola sebuah institusi pendidikan kepariwisataan. 2. Untuk Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung

a. Tenaga kerja bidang pariwisata menuntut berbagai ketrampilan yang cukup luas termasuk kompetensi teknis, interpersonal skill, communication skill, dan lain lain, sehingga diperlukan pengkajian lebih lanjut tentang ketrampilan yang spesifik yang dianggap penting bagi pelaksanaan fungsi-fungsi pekerjaan pada level yang berbeda.

b. Untuk bisa mengimplementasikan program TedQual membutuhkan koordinasi yang berkelanjutan antara pendidik dengan industri untuk menjamin mahasiswa yang berkualitas yang memiliki pengetahuan dan ketampilan yang tepat, baik melalui penyelenggaraan pembelajaran di kampus maupun melalui program internship di industri.

c. Membangun jejaring secara elektronik untuk untuk mengoptimalkan dialog antar pihak-pihak terkait dalam pengembangan proses pendidikan dengan industri-industri yang potensial.

(60)

Upiek Haeryah Sadkar, 2009

Studi Manajemen Mutu Pendidikan ...

e. Melakukan benchmarking kepada pendidikan tinggi kepariwisataan yang sudah menerapkan TedQual System dan sudah mendapatkan pengakuan internasional dari UNWTO.

3. Untuk pendidikan tinggi kepariwisataan/ Hildiktipari

a. Mengadopsi model TedQual System sebagai sistem manajemen mutu di institusinya dalam rangka menghasilkan lulusan yang berkualitas dan berdaya saing internasional.

b. Menyelenggarakan diskusi panel secara berkala antar tourism educators dalam skala nasional, regional maupun internasional untuk saling bertukar pikiran tentang berbagai hal yang terkait dengan pendidikan kepariwisataam.

3. Untuk Pemerintah (Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata)

a. Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor andalan yang dapat memberikan kontribusi yang nyata terhadap pengurangan pengangguran dan pengurangan kemiskinan, sehingga pemerintah harus memberikan perhatian yang serius kepada sektor pariwisata dengan menempatkan penyediaan sumber daya manusia pariwisata melalui pendidikan kepariwisataan sebagai prioritas utama.

b. Menyediakan database tentang pasar tenaga kerja pariwisata dan peluang kerja yang potensial melalui koordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan bidang pariwisata, sehingga diperoleh pemahaman tentang prospek kepariwisataan oleh semua pihak.

(61)

memonitor standar dan akreditasi lembaga pendidikan kepariwisataan sehingga mampu memiliki daya saing yang tinggi.

d. Lingkungan kepariwisataan dan sistem pendidikan merupakan lingkungan yang dinamis yang dipengaruhi oleh unsur-unsur politik, ekonomi, sosial, teknologi dan linkungan, sehingga pendidikan kepariwisataan senantiasa harus dikembangkan melalui konsultasi dengan berbagai pihak dari lingkungan kepariwisataan maupun dunia pendidikan secara sinergis

C. Rekomendasi

Dalam upaya mencapai tujuannya, Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung telah berusaha sedemikian kerasnya. Berbagai cara, salah satunya dengan menerapkan TedQual System, diimplementasikan secara pararel dan berkesinambungan. Untuk menjaga keberlanjutan berbagai program yang telah dilaksanakan, beberapa rekomendasi yang dapat diuraikan adalah :

1. TedQual adalah sistem manajemen mutu yang diprakasai oleh UN-WTO (United Nation World Tourism Organization). Pelaksanaannya akan sangat membantu pendidikan tinggi pariwisata dalam pengelolaannya. Sebagai salah satu indikator bahwa sebuah sekolah tinggi pariwisata sudah siap untuk going global, pengakuan internasional menjadi hal yang mutlak diperlukan. Oleh karena itu, implementasi TedQual sebaiknya dapat dijadikan sebagai standar nasional dalam menjalankan pendidikan tinggi, terutama pendidikan tinggi pariwisata di Indonesia

(62)

Upiek Haeryah Sadkar, 2009

Studi Manajemen Mutu Pendidikan ...

sebaiknya lebih memperhatikan beberapa variabel yang berhubungan dengan infrastruktur, pengembangan pengajar dan sistem informasi manajemen. Ketiganya ditemukan sebagai bagian yang harus segera dibenahi dengan program yang berkesinambungan. Pembaruan di sisi infrastruktur, penyesuaian dengan kondisi industri harus menjadi prioritas utama kedepan. Selain itu, pengembangan pengajar dengan mengirimkan ke berbagai industri agar dapat lebih diperbanyak lagi, manfaat yang dapat diraih menjadi sangat besar karena berhubungan langsung dengan jejaring kerja dan pengalaman yang di dapat pada saat orientasi.

3. Konsistensi dalam penyusunan program untuk mendukung penerapan TedQual System juga diperlukan. Fokus kepada beberapa hal, termasuk pendokumentasian setiap kegiatan harus dilaksanakan oleh setiap unit di dalam Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung. Tingkat konsistensi ini harus dijaga untuk dapat menjadi standar kerja yang baku dan tidak hanya berdasarkan kepada saat-saat tertentu saja. Dalam waktu 3-4 tahun kedepan, TedQual harus menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari operasional sistem di Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung.

(63)

dalam bentuk laporan tertulis perkembangan yang sudah, sedang dan akan dilaksanakan berkaitan dengan imlementasi TedQual System.

5. Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung juga harus secara simultan mengembangkan jejaring kerja baik di luar ataupun dalam negeri. Pengembangan ini akan sangat bermanfaat, terutama sebagai upaya meningkatkan capacity building dengan cara berkolaborasi. Jejaring kerja internasional dapat dibangun melalui berbagai keanggotaan aktif organisasi nasional, regional maupun internasional. Dengan peran serta aktif, maka Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung akan dapat berjaya di percaturan pendidikan pariwisata dunia.

Gambar

Tabel 1.1. Tingkat Daya Saing Kepariwisataan Menurut World Economic Forum
Tabel 1.2. Tingkat Daya Saing Sumber Daya Manusia Pariwisata Indonesia
Gambar 1.1. Paradigma Penelitian Manajemen Mutu Pendidikan Kepariwisataan
Gambar 3.1. Proses Analisis Data

Referensi

Dokumen terkait

Penundaan pembayaran hutang yang dilakukan oleh orang yang mampu termasuk dosa besar dan pelakunya menjadi fasiq karenanya.. atau menjadi fasiq dengan sendirinya

Secara umum penanaman padi ladang yang diusahakan oleh informan dilakukan secara bersama- sama (goyong royong), dalam bahasa Tolaki disebut Samaturu dengan jangka

,p.158- 165 沢庵漬けは大根を干して米糖と塩で漬け,

It gives me feedback more than feedback from my friends and my lecturer because using video tape recorder I know the weaknesses and the strengths in my teaching practice directly.

Sejak beroperasinya produk gadai emas (rahn) di Bank Jabar Banten Syariah sampai sekarang mempunyai perkembangan yang sangat signifikan, data akhir tahun 2012. Bank Jabar

Guna memberikan dampak yang signifikan terhadap perubahan perilaku warga Pasar Karangwaru dalam membuang sampah dan mencuci tangan, maka sebaiknya menambahkan fasilitas

Bapak dan Ibu dosen, seluruh staf dan karyawan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dan

Tampilan dibawah ini ialah interface simulasi proses penghancuran sampah plastic pada aplikasi Simulasi Pendaur Ulangan Sampah Plastik Berbasis Tiga Dimensi yang