PEMAHAMAN SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN TERHUBUNG
(CONNECTED TEACHING) UNTUK KONSEP
PENCEMARAN LINGKUNGAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh Sendi Lestari
0908888
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
PEMAHAMAN SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN TERHUBUNG
(CONNECTED TEACHING) UNTUK KONSEP
PENCEMARAN LINGKUNGAN
Oleh Sendi Lestari
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Sendi Lestari 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
September 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
SENDI LESTARI
PEMAHAMAN SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN TERHUBUNG
(CONNECTED TEACHING) UNTUK KONSEP
PENCEMARAN LINGKUNGAN
DISETUJUI DAN DISYAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I
Dr. rer.nat. Adi Rahmat, M.Si. NIP. 196512301992021001
Pembimbing II
Any Aryani, M.Si NIP. 19710530201122001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Biologi
ABSTRAK
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan terhubung (connected teaching) pada konsep pencemaran lingkungan memiliki tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui pemahaman siswa SMP berdasarkan taksonomi Bloom (revisi) yang terdiri dari translasi, interpretasi, dan ekstrapolasi, serta pemahaman siswa pada setiap subkonsep pencemaran lingkungan setelah malakukan pembelajaran terhubung. Perolehan nilai pretest dan posttest diolah dengan menggunakan n-gain dan uji t satu sampel (one sample t test) dengan value 30 sesuai pada kategori sedang untuk perhitungan n-gain. Hasil pada perhitungan n-gain menunjukkan bahwa rata-rata peningkatan nilai siswa termasuk pada kategori sedang. Untuk hasil perhitungan dengan one sample t test, pada pemahaman siswa berdasarkan indikator, semua jenis pemahaman memiliki perolehan nilai >30, ini berarti peningkatan pemahaman siswa lebih dari standar yang ditetapkan. Untuk perhitungan one sample t test pada setiap subkonsep, hanya subkonsep pencemaran air saja yang memperoleh nilai >30, untuk subkonsep yang lain memperoleh nilai <30. Hal tersebut menunjukkan bahwa hanya subkonsep pencemaran air saja yang menunjukkan peningkatan pemahaman siswa lebih dari standar yang ditetapkan. Secara umum pembelajaran terhubung dapat meningkatkan pemahaman siswa dilihat dari perolehan n-gain (total), selain itu pembelajaran terhubung dapat lebih melatih pemahaman kognitif siswa dibandingkan dengan pemahaman konsep siswa dilihat dari perolehan nilai pada perhitungan one sample t test.
ABSTRACK
This study aims to analyze the students 'understanding of Junior High School consisting of indicator (translation , interpretation , and extrapolation), as well as the students' understanding on each subconcepts environmental pollution after learning possibilities were connected. Pretest and posttest grades processed using n-gain and one sample t-test in accordance with the value 0.3 in the category of n-gain calculation. N-gain calculation results (total) showed that the average increase in the value of students included in the category. For the calculation of the one- sample t test, based on indicators of student understanding, all understanding has a value acquisition >30, whereas in any water pollution subconcepts only subconcepts who scored >30, for another subconcepts scored <30. It shows that all understanding is based on indicators of water pollution and subconcepts that demonstrate an increased understanding of students over the standard set . In general, connected learning can enhance students' understanding of the acquisition seen n-gain (total), but it can be more connected learning to train students' cognitive understanding compared to students' understanding of the concept of recovery seen in the calculation of the value of one sample t test.
Keywords : connected teaching, translation, interpretation, extrapolation,
environmental pollution
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Batasan Masalah... 7
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II PEMAHAMAN SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN TERHUBUNG (CONNECTED TEACHING) UNTUK KONSEP PENCEMARAN LINGKUNGAN ... 9
A. Pengertian Pemahaman ... 9
B. Pengertian Connected Teaching ... 11
C. Pencemaran Lingkungan ... 14
BAB III METODE PENELITIAN... 22
A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 22
B. Desain Penelitian ... 22
C. Metode Penelitian... 23
D. Definisi Operasional... 23
E. Instrumen Penelitian... 24
F. Proses Pengembangan Instrumen………25
G. Teknik Pengumpulan Data ... 30
H. Prosedur Penelitian………..31
J. Alur Penelitian……….35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36
A. Hasil Penelitian ... 36
1. Pemahaman Siswa Sebelum Pembelajaran ... 2. Pemahaman Siswa Setelah Pembelajaran ... 3. Peningkatan Pemahaman Siswa ... 4. Tanggapan Siswa Mengenai Connected Teaching ... B. Pembahasan ... 47
1. Pemahaman Siswa Sebelum Pembelajaran ... 2. Pemahaman Siswa Selama Pembelajaran ... 3. Pemahaman Siswa Setelah Pembelajaran ... 4. Peningkatan Pemahaman Siswa ... 5. Tanggapan Siswa Mengenai Connected Teaching ... BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 63
A. Kesimpulan ... 63
B. Saran ... 63
DAFTAR PUSTAKA ... 64
LAMPIRAN ... 67
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Ranah Kognitif Bloom (1956) ... 9
Tabel 2.2 Kompirasi Kompetensi Dasar ... 10
Tabel 3.1 Desain Penelitian... 22
Tabel 3.2 Kriteria Pemberian Skor... 24
Tabel 3.3 Klasifikasi Validitas Butir Soal... 26
Tabel 3.4 Klasifikasi Reliabilitas Butir Soal ... 27
Tabel 3.5 Klasifikasi Indeks Kesukaran... 28
Tabel 3.6 Klasifikasi Daya Pembeda ... 29
Tabel 3.7 Hasil Perhitungan Kelayakan Instrumen... 29
Tabel 3.8 Klasifikasi Gain Ternormalisasi ... 33
Tabel 4.1 Perbandingan Nilai Pretest dan Posttest ... 36
Tabel 4.2 Penyebaran Pemahaman yang Diukur pada Soal ... 37
Tabel 4.3 Perolehan Skor Pretest Pemahaman Siswa Berdasarkan Indikator .... 38
Tabel 4.4 Perolehan Skor Pretest Pemahaman Setiap Subkonsep ... 39
Tabel 4.5 Perolehan Skor Posttest Pemahaman Siswa Berdasarkan Indikator ... 40
Tabel 4.6 Perolehan Skor Posttest Pemahaman Setiap Subkonsep ... 41
Tabel 4.7 Perolehan N-Gain Untuk Pemahaman Berdasarkan Indikator ... 42
Tabel 4.8 Perolehan N-Gain Untuk Pemahaman Setiap Subkonsep ... 43
Tabel 4.9 Rekapitulasi Hasil Uji Prasyarat Pemahaman Berdasarkan Indikator 44 Tabel 4.10 Rekapitulasi Hasil Uji Prasyarat Pemahaman Setiap Konsep ... 44
Tabel 4.11 Hasil Perhitungan One Sample T Test Pemahaman Berdasarkan Indikator... 45
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Pencemaran ... 13
Gambar 3.1 Alur Penelitian ... 35
DAFTAR LAMPIRAN A. Analisis Uji Coba ... 67
B. Kisi-Kisi Soal ... 76
C. Rekapitulasi Jawaban Siswa ... 78
D. Rekapitulasi Angket ... 94
E. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 97
F. Outline Pencemaran Lingkungan ... 100
G. Soal, Angket, LKS ... 103
H. Rekapitulasi N-Gain... 108
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Alam dapat dilihat sebagai bangunan ilmu (body of
knowledge), cara berpikir (way of thinking), cara penyelidikan (way of
investigation). Sebagai bangunan ilmu pengetahuan, IPA terdiri dari fakta,
konsep, prinsip, hukum, dan teori. Bangunan ilmu ini bersifat satu kesatuan dan
saling mendukung. Pola bangunan keilmuan dari fakta sampai dengan teori ini
akan melahirkan arahan pola berpikir baik induktif maupun deduktif. Serangkaian
tahap atau cara berproses ilmiah dalam sains melahirkan cara penyelidikan
(Susilowati, 2010).
Pada dasarnya terdapat tiga hal penting dalam pembelajaran, yaitu: (i)
penyampaian pengetahuan, (ii) mengombinasikan berbagai teknik mengajar
dengan mempertimbangkan berbagai macam tipe dan kondisi siswa, serta minat
dan bakat mereka, serta (iii) memfasilitasi siswa untuk mencari dan menemukan
makna dan pemahaman sendiri (Biggs, 1998 dalam Martutik et al, 2012). Dari
pemahaman tersebut dapat disimpulkan bahwa pengintegrasian pembelajaran
antar mata pelajaran adalah sebagai berikut:
1. Setiap proses kehidupan yang kita alami selama hidup saling berkaitan,
sehingga perlu dilakukan pengkoneksian agar siswa dapat lebih mengerti dan
memaknai pembelajaran.
2. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (seperti mata pelajaran Biologi, Fisika,
dan Kimia) dalam kenyataannya memiliki hubungan yang erat satu sama lain,
sehingga sedapat mungkin sebagai pendidik kita harus dapat menemukan
hubungan tersebut dan mengintegrasikannya terhadap siswa agar pembelajaran
IPA dalam lebih dimaknai (Trianto, 2010).
Agar suatu pembelajaran dapat lebih termaknai oleh siswa, maka perlu
adanya inovasi dalam proses pembelajaran. Inovasi tersebut dapat terjadi melalui
peran guru dalam memilih strategi mengajar di dalam kelas, terutama untuk
mengajar IPA. Menurut Rustaman et al. (2003), strategi mengajar berkaitan
2
(2009), pendekatan pembelajaran merupakan suatu upaya menghampiri makna
upaya pembelajaran melalui suatu cara pandang dan pandangan tertentu dalam
memahami makna pembelajaran.
Saat ini, pembelajaran IPA tingkat SMP berbeda dengan tingkat SMA.
Untuk tingkat SMP digunakan IPA Terpadu yang terdiri dari mata pelajaran
Fisika, Kimia, dan Biologi. Pembelajaran IPA Terpadu ini dimaksudkan agar
peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang lebih menunjukkan
keterkaitan unsur unsur konseptual yang berpengaruh terhadap kebermaknaan
pengalaman belajar. Diharapkan dengan keterkaitan konseptual yang dipelajari
dari unsur-unsur dalam bidang studi IPA yang relevan akan membuat peserta
didik memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan, serta keutuhan
pandangan tentang kehidupan,dunia nyata dan fenomena alam (Martutik et al,
2012).
Untuk tingkat SMA, IPA tidak lagi menggunakan istilah IPA Terpadu. Ilmu
Pengetahuan Alam tingkat SMA terdiri dari Fisika, Kimia, dan Biologi yang
berdiri sendiri. Menurut Amrosy (2008), Di jenjang SMA, siswa dipandang sudah
dapat mempelajari sesuatu yang lebih abstrak dengan pemikiran tingkat tinggi
disertai analisis yang tajam, sehingga tidak diberlakukan IPA Terpadu pada
jenjang SMA.
Ilmu Pengetahuan Alam diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk
memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat
diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana untuk menjaga
dan memelihara kelestarian lingkungan. Pada tingkat SMP diharapkan ada
penekanan pembelajaran SALINGTEMAS (Sains, Lingkungan, teknologi, dan
masyarakat) secara terpadu yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk
merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan
kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana (BSNP, 2006).
Mata Pelajaran IPA adalah sarana untuk memahami alam dan melatihkan
pola pikir siswa dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang berkaitan dengan
objek IPA. Amanah kurikulum menghendaki IPA dibelajarkan secara terpadu
3
dalam kurikulum IPA masih terpisah. Keterpaduan baru sekedar dilihat dari
perspektif penggabungan secara berlapis materi fisika, kimia dan biologi.
Perspektif dalam memadukan secara holistik belum disentuhkan. Hal ini sesuai
dengan sains yang mempelajari objek dari gejala dan fenomena secara holistik.
Gejala dan fenomena IPA pada objek permasalahan IPA merupakan kumpulan
konsep yang utuh bukan terpisah. Itulah sebabnya IPA perlu dibelajarkan secara
holistik dalam bentuk IPA terpadu. Hal ini bertujuan untuk membentuk pola pikir
peserta didik yang holistik. Pola pikir peserta didik yang holistik ini akan
digunakan sebagai life skill dalam menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan
(Susilowati, 2010).
Menurut Masriyah (2009), pembelajaran IPA hendaknya disajikan dalam
bentuk utuh dan tidak parsial, karena pembelajaran yang disajikan terpisah-pisah
memungkinkan adanya tumpang tindih dan pengulangan, sehingga membutuhkan
waktu dan energi yang lebih banyak, serta membosankan bagi peserta didik. Bila
konsep yang tumpang tindih tersebut dapat dipadukan maka pembelajaran akan
lebih efisien dan efektif serta ketercapaian pembelajaran bermakna untuk siswa
dapat tercapai.
Dengan latar belakang pengetahuan siswa yang berbeda-beda, perlu
adanya pemanduan pelajaran yang kolaboratif untuk menyamakan pandangan
mengenai suatu materi dan menghubungkan/mengintegrasikan antar konsep pada
materi tersebut (Watkins et al, 2004). Kebiasaan pembelajaran yang
terkotak-kotak dapat membuat setiap pembelajaran seperti memiliki pembatas, padahal
setiap materi pembelajaran satu sama lain memiliki keterkaitan yang penting
untuk diketahui dalam proses-proses kehidupan sehari-hari. Menurut Rahmat
(2011), pengajaran dan pembelajaran (Biologi) yang hanya difokuskan pada
pemahaman informasi dapat menyebabkan kesulitan beberapa siswa, khususnya
dalam mengingat terminologi oleh karena itu akan lebih baik mengintegrasikan
konsep bermakna untuk konsep baru atau situasi yang baru.
Pembelajaran terpadu adalah suatu pembelajaran yang
mengintegrasikan/mengkaitkan tema-tema yang over lapping untuk dikemas
4
pembelajaran terpadu juga menekankan integrasi berbagai aktivitas untuk
mengeksplorasi objek, topik, atau tema yang merupakan kejadian-kejadian, fakta,
dan peristiwa yang otentik. Pelaksanaan pendekatan terpadu pada dasarnya agar
kurikulum itu bermakna bagi peserta didik. Hal ini dimaksudkan agar bahan ajar
tidak digunakan secara terpisah-pisah, tetapi merupakan suatu kesatuan bahan
yang utuh dan cara belajar yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan peserta
didik (Nopheda, 2012).
Menurut Amrosy (2008), Pembelajaran terpadu dapat diterapkan
dijenjang SMP dengan landasan bahwa psikologi anak jenjang SMP tidak lagi
berpikir secara konkrit saja melainkan sudah semi abstrak, sehingga keterpaduan
mata pelajaran dapat dijadikan mereka mengolah informasi secara konkrit dengan
pemikiran semi abstrak konstruktif.
Menurut Trefil (2007) dalam Susilowati (2010) juga menjelaskan bahwa
pembelajaran terintegrasi (An integrated approach) melibatkan proses ilmiah,
mengorganisasikan prinsip, mengorganisasikan integrasi alam dari pengetahuan
ilmiah dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, dalam an
integrated approach ini juga siswa diharapkan mampu mengkaitkan dalam bidang
lain meliputi fisika, astronomi, kimia, geologi, biologi, teknologi, lingkungan, dan
kesehatan keselamatan.
Menurut Watkins et al (2004), dalam usaha meningkatkan pembelajaran
IPA, terdapat beberapa strategi pembelajaran yang dapat digunakan agar
pembelajaran IPA dapat lebih termaknai. Salah satu contohnya adalah dengan
pembelajaran terintegrasi atau terpadu. Di dalam pembelajaran terintegrasi,
terdapat pendekatan yang dapat digunakan untuk membuat suatu pembelajaran
dapat saling terhubung dengan pembelajaran yang lain dan membuat
pembelajaran tidak saling tumpang tindih dengan mata pelajaran lain, yaitu
pendekatan terhubung (connected teaching).
Pembelajaran terhubung (connected teaching) merupakan suatu
pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra
mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu siswa
5
pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Bermakna di sini memberikan arti
bahwa pada pembelajaran terhubung siswa akan dapat memahami konsep-konsep
yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang
menghubungkan antar konsep dalam intra mata pelajaran maupun antar mata
pelajaran (Wintervina, 2012).
Pendekatan menggunakan connected teaching memiliki potensi untuk
memenuhi kebutuhan semua siswa (Richards & Shea, 2006). Menurut Caine
(1991) dalam Richard & Shea (2006), siswa belajar dengan baik ketika mereka
sepenuhnya tenggelam dalam pengalaman pendidikan dan dapat
mempertimbangkan beberapa pandangan dan koneksi dari seluruh subyek.
Meskipun kebijakan kurikulum menghendaki pembelajaran untuk tingkat
SMP dilakukan dengan pembelajaran terpadu namun kenyataan di lapangan tidak
demikian. Pembelajaran yang terjadi pada sekolah-sekolah menengah pertama
hanya pembelajaran biasa dan tidak ada unsur keterpaduan seperti yang
dianjurkan kurikulum (Susilowati, 2010).
Ilmu lingkungan adalah ilmu interdisipliner untuk mengukur dan menilai
perubahan dan dampak kegiatan manusia terhadap ekosistem, agar manusia dapat
mengelola ekosistem tersebut demi ketahanan hidupnya sendiri (Choesin, 2004).
Interdisipliner disini berarti mentautkan dua atau lebih bidang ilmu yang
serumpun (Trianto, 2010). Oleh karena pencemaran termasuk ke dalam ilmu
lingkungan, maka digunakan konsep pencemaran lingkungan dalam penelitian ini.
Setelah dilakukan survey pada sekolah yang akan diteliti, pembelajaran
terpadu yang seharusnya ada pada sekolah jenjang SMP, tidak berlaku pada
sekolah ini. Selain itu, untuk konsep pencemaran lingkungan juga tidak pernah
dilakukan pendekatan connected teaching dalam proses pembelajarannya, padahal
materi pencemaran lingkungan memiliki banyak konsep yang berhubungan
dengan mata pelajaran kimia. Pembelajaran pada materi pencemaran lingkungan
cenderung hanya terfokus pada materi biologi saja dan pada proses
pembelajarannya hanya menggunakan pembelajaran diskusi.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukanlah penelitian ini
6
dalam pembelajarannya dan konsep pencemaran lingkungan sebagai materi yang
akan disampaikan karena materi tersebut dirasakan paling cocok untuk dilakukan
connected teaching sebab karakter materi yang mengandung pelajaran biologi dan
kimia yang dapat dihubungkan/dikoneksikan.
Pembelajaran terhubung dalam membelajarkan IPA merupakan salah satu
alternatif yang dapat dipilih dalam rangka meningkatkan pemahaman siswa
(Nurlaela, 2006). Hal tersebut membuat peneliti ingin mengukur hasil
pembelajaran pada tingkat pemahaman siswa, sehingga tolak ukur keberhasilan
pembelajaran terhubung pada penelitian ini adalah pemahaman siswa.
Perlu ditekankan bahwa connected teaching yang digunakan merupakan
suatu pendekatan, bukan model karena tidak terdapat sintaks yang harus dilakukan
pada penelitian ini. Tema yang dipilih adalah Pencemaran Lingkungan yang akan
dihubungkan (connected) dengan mata pelajaran Kimia. Berdasarkan latar
belakang di atas, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui pemahaman siswa
SMP pada pembelajaran terhubung (connected teaching) untuk konsep
pencemaran lingkungan.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana pemahaman siswa SMP pada pembelajaran konsep
pencemaran lingkungan menggunakan connected teaching?
Rumusan masalah di atas dapat dikembangkan menjadi tiga pertanyaan penelitian,
yaitu:
1. Bagaimana pemahaman siswa pada setiap indikator dan pemahaman
siswa pada setiap subkonsep sebelum pembelajaran connected teaching
dilakukan?
2. Bagaimana pemahaman siswa pada setiap indikator dan pemahaman
siswa pada setiap subkonsep setelah pembelajaran connected teaching
dilakukan?
3. Bagaimana peningkatan pemahaman siswa setelah mengikuti
7
C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan untuk menghindari masalah agar tidak
terlalu meluas, maka permasalahan harus dibatasi sebagai berikut:
1. Pemahaman yang diukur, dilihat dari indikator dan dari setiap
subkonsep yang diberikan kepada siswa melalui soal pretest dan
posttest.
2. Indikator pemahaman pada penelitian ini dibatasi pada jenjang
konseptual menurut tiga tipe pemahaman Bloom yaitu translasi
(kemampuan menerjemahkan), interpretasi (kemampuan menafsirkan),
dan ekstrapolasi (kemampuan meramalkan).
3. Pada penelitian ini digunakan metode ceramah, dan diskusi serta tanya
jawab.
4. Pengkoneksian hanya dilakukan dengan mata pelajaran kimia.
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pemahaman siswa SMP pada pembelajaran
terhubung/connected teaching untuk konsep pencemaran lingkungan.
2. Untuk mengetahui sejauh mana efektivitas pembelajaran konsep
pencemaran lingkungan yang disajikan dengan connected teaching
terhadap pemahaman siswa.
E. Manfaat Penelitian
1. Untuk Guru
a. Dapat digunakan sebagai masukan dalam menggunakan pendekatan
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran.
b. Memberikan alternatif strategi pembelajaran biologi dalam
meningkatkan pemahaman konsep siswa khususnya untuk pendekatan
connected teaching
2. Untuk Siswa
a. Diharapkan siswa dapat lebih mudah mengerti dan memahami materi
8
b. Diharapkan siswa dapat meningkatkan pemahaman dan mampu
mengintegrasikan konsep baru dari materi biologi yang disajikan
dengan connected teaching.
3. Bagi peneliti
a. Memberikan gambaran tentang pelaksanaan pembelajaran connected
teaching, sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini adalah SMPN 1 Bandung. Populasi
yang digunakan adalah Kelas VII. Sampel Kelas VII.10 dengan jumlah
siswa 27 orang siswa. Pengambilan sampel tidak diambil secara random,
karena hanya ada satu kelas yang disediakan oleh sekolah untuk dijadikan
sebagai kelas penelitian. Pemilihan kelas penelitian dipilih oleh guru
pamong selaku wali kelas penelitian.
B. Desain Penelitian
Adapun desain dalam penelitian ini menggunakan one group pretest
posttest design, yaitu satu sampel diberi perlakuan selama waktu tertentu.
Pada desain ini satu kelompok eksperimen diberikan tes awal (pretest)
dan tes akhir (posttest) selanjutnya dicari peningkatan (gain) antara hasil
pretest dan posttest. Gain yang didapat dari hasil pretest dan posttest
tersebut dikonversi ke dalam N-gain yang diuji secara statistik.
Secara umum desain penelitian yang akan digunakan dapat
digambarkan sebagai berikut :
Tabel 3.1. Desain Penelitian
Kelas Pretest Perlakuan Postest
Eksperimen T1 X T2
Keterangan:
T1 = Tes Awal (Pretest)
T2 = Tes Akhir (Postest)
X = Diberikan perlakuan.
23
C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
metode penelitian weak eksperiment /eksperimen lemah (Margono, 2009).
Weak eksperimental merupakan metode penelitian eksperimen yang desain
dan perlakuannya seperti eksperimen tetapi tidak ada pengontrolan
variabal sama sekali (Sukmadinata, 2010).
D. Definisi Operasional
1. Pemahaman konsep yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
pemahaman siswa secara komprehensif dalam menjawab soal-soal
pilihan ganda beralasan pada jenjang C2 dimensi konseptual untuk
materi pencemaran lingkungan. Pemahaman konsep disini mencakup
kemampuan menerjemahkan (translasi), kemampuan menafsirkan
(interpretasi), dan kemampuan meramalkan (ekstrapolasi).
2. Selain itu pemahaman yang diukur juga digunakan pemahaman siswa
pada setiap subkonsep yang diberikan pada soal pretest dan posttest.
3. Connected teaching adalah suatu strategi pembelajaran yang
menghubungkan konsep-konsep dari materi pencemaran lingkungan
yang disajikan/diajarkan dengan konsep-konsep dari materi yang telah
atau belum diajarkan sebelumnya baik dalam mata pelajaran yang
sama maupun dari mata pelajaran yang berbeda. Perlu ditekankan
bahwa connected teaching yang digunakan pada penelitian ini
merupakan suatu pendekatan, bukan model karena tidak terdapat
sintaks yang harus dilakukan pada penelitian ini. Tema yang dipilih
adalah Pencemaran Lingkungan yang akan dihubungkan (connected)
24
E. Instrumen Penelitian
a. Pilihan Ganda Beralasan
Soal-soal pilihan ganda beralasan terdiri dari empat pilihan.
Soal diberikan pada saat pretest dan postest yang berjumlah 15
soal. Soal tersebut terdiri atas soal dengan indikator pemahaman
translasi, interpretasi, dan ekstrapolasi dengan masing-masing
jumlah setiap jenis pemahaman 5 soal. Pemberian skor untuk soal
pilihan ganda beralasan dilakukan dengan beberapa kriteria yang
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.2 Kriterita Pemberian Skor untuk Jawaban Siswa
No. Keterangan Skor
Jawaban Alasan
1. Benar benar 4
2. Benar Kurang tepat 3
3. Benar salah 2
4. Salah benar 1
5. Salah Salah 0
(Arikunto,2009)
b. Angket
Angket merupakan cara pengumpulan data secara tidak
langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan
responden). Angket yang digunakan pada penelitian ini merupakan
angket tertutup yaitu pertanyaan atau pernyataan-pernyataan telah
memiliki alternatif jawaban (option) yang tinggal dipilih oleh
responden sehingga responden tidak bisa memberikan jawaban lain
kecuali yang telah tersedia sebagai alternatif jawaban
(Sukmadinata, 2010). Instrumen ini terdiri atas 10 pertanyaan yang
digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran
yang diterapkan. Angket yang digunakan dibuat dengan format
25
c. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar kerja siswa ini berisi materi dan
pertanyaan-pertanyaan yang menuntun siswa agar lebih memahami konsep
pencemaran lingkungan selama kegiatan pembelajaran.
Penyusunan LKS ini dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat
bersesuaian dengan tujuan pembelajaran dan pengkoneksian
dengan materi kimia. Pengerjaan LKS ini dilakukan secara
berkelompok melalui diskusi.
d. Dokumentasi
Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara
mendokumentasikan proses pembelajaran dari awal hingga akhir
dengan cara merekam setiap langkah pembelajaran. Perekaman ini
dimaksudkan untuk mengamati proses pelaksaan dalam
pembelajaran pencemaran lingkungan menggunakan connected
teaching serta untuk mengamati perilaku siswa saat pembelajaran
berlangsung.
F. Proses Pengembangan Instrumen
Pada tahap pra-penelitian dilakukan penyusunan proposal
penelitian serta kelengkapan alat, bahan dan berbagai macam
instrumen penelitian. Proses penyusunan instrumen dilakukan secara
bertahap melalui diskusi dengan dosen pembimbing.
Instrumen-instrumen yang dibuat beberapa kali dilakukan revisi
sehingga bersesuaian dengan kegiatan pembelajaran. Selain oleh dosen
pembimbing, intrumen ini pun diperiksa kelayakannya oleh para dosen
ahli dari segi materi dan kaidah-kaidah evaluasi melalui proses
judgment. Instrumen bisa digunakan dalam pengambilan data
penelitian apabila telah melewati proses perbaikan dari hasil koreksi
pada tahapan judgment serta telah melalui tahapan uji coba instrumen
26
semua instrumen melalui tahapan uji coba. Hanya paket soal yang
digunakan dalam pretest-posttest saja yang diuji cobakan. Untuk
mengetahui kelayakan instrumen dilakukan proses pengembangan
instrumen, dengan langkah-langkah:
a. Validitas Butir Soal
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat
kesahihan suatu instrumen. Oleh kerena itu, untuk mengetahui
instrument tes yang digunakan dalam penelitian ini valid, maka
dilakukan analisis validitas. Untuk mengetahui validitas butir soal
digunakan rumus koefisien Product Moment sebagai berikut:
rxy = N XY – (X) (Y)
√{ (NX2– (X)2) } { NY2– (Y)2 }
Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi
N = Jumlah seluruh siswa
X = Skor tiap siswa
Y = Skor total tiap siswa
Nilai rxy yang diperoleh dapat dapat diinterpretasikan
untuk menentukan validitas butir soal dengan menggunakan
kriteria sebagai berikut:
Tabel 3.3. Klasifikasi Validitas Butir Soal
Nilai rxy Kategori
0,00 – 0,19 Sangat Rendah
0,20 – 0,39 Rendah
0,40 – 0,59 Cukup
0,60 – 0,79 Tinggi
0,80 – 1,00 Sangat Tinggi
27
b. Reliabilitas
Reabilitas adalah tingkat keajegan suatu tes, yaitu sejauh mana
tes dapat dipercaya untuk mendapatkan skor yang ajeg atau konsisten
walaupundiujikan pada situasi yang berdeda-beda. Reliabilitas
dihitung dengan mengguankan rumus:
rnn = 2r 1/2 ½
(1 + r ½ ½ )
Keterangan:
rnn = Reliabilitas instrument
r ½ ½ = korelasi antara skor-skor tiap soal.
Reabilitas instrumen dengan menggunakan kriteria sebagai
berikut:
Tabel 3.4. Klasifikasi Reabilitas Tes
Nilai rnn Kategori
0,80 – 1 Sangat tinggi
0,60 – 0,79 Tinggi
0,20 – 0,59 Rendah
0,00 – 0,19 Sangat Rendah
(Arikunto, 2009)
c. Tingkat Kesukaran Butir Soal
Tingkat kesukaran butir soal adalah proporsi dari keseluruhan
siswa yang menjawab benar pada butir soal tersebut. Tingkat
kesukaran butir soal dapat diukur dengan menggunakan rumus:
TK = U + L
T
Keterangan:
TK = Taraf kesukaran
U = Jumlah siswa dari kelompok atas yang menjawab benar
28
L = Jumlah siswa dari kelompok bawah yang menjawab benar
untuk tiap soal
T = Jumlah seluruh siswa dari kelompok atas dan bawah
Nilai tingkat kesukaran yang telah didapat dapat di
interpretasikan dengan menggunakan tabel berikut:
Tabel 3.5 Indeks Kesukaran
Nilai TK Kategori
0,00 – 0,30 Sukar
0,31 – 0,70 Sedang
0,71 – 1,00 Mudah
(Arikunto, 2009)
d. Daya Pembeda Soal
Daya pembeda butir soal adalah kemampuan suatu soal untuk
membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang tidak
pandai. Daya pembeda butir soal dapat dihitung dengan rumus:
DP = U – L
½ T
Keterangan:
DP = Daya Pembeda
U = Jumlah siswa dari kelompok atas yang menjawab benar
untuk tiap soal
L = Jumlah siswa dari kelompok bawah yang menjawab benar
untuk tiap soal
T = Jumlah seluruh siswa dari kelompok atas dan bawah
Kriteria untuk menentukan suatu daya pembeda, dapat
29
Tabel 3.6 Klasifikasi Daya Pembeda
Nilai DP Kategori
0,00 – 0,20 Jelek
0,21 – 0,40 Cukup
0,41 – 0,70 Baik
0,71 – 1,00 Baik sekali
(Arikunto, 2009)
Perhitungan kelayakan instrumen pada penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan pogram Anatest versi 4.0.5. Adapun hasil
perhitungan uji coba yang telah dilakukan, didapat nilai reliabilitas
sebesar 0,83, termasuk ke dalam kategori sedang. Untuk pengujian
yang lain dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.7 Hasil Perhitungan Kelayakan Instrumen No.
soal
Validitas Kategori Tingkat kesukaran
Kategori Ket. Daya pembeda
Keputusan
1 0,123 - 0,69 Sedang - 0,06 -
2 0,741 Sangat
sig.
0,56 Sedang - 0,68 Digunakan
3 0,355 - 0,65 Sedang - 0,31 Digunakan
4 0,264 - 0,21 Sukar Revisi 0,18 Digunakan
5 0,360 - 0,81 Mudah Revisi 0,25 Digunakan
6 0,483 Signifikan 0,45 Sedang - 0,40 -
7 0,680 Sangat
sig.
0,43 Sedang - 0,56 -
8 0,508 Sangat 0,57 Sedang - 0,65 Digunakan
9 0,337 - 0,51 Sedang - 0,40 Digunakan
10 0,549 Sangat 0,64 Sedang - 0,34 Digunakan
11 0,412 Sig. 0,62 Sedang - 0,31 Digunakan
12 0,177 - 0,75 Mudah Revisi 0,06 Digunakan
13 0,440 Sig. 0,59 Sedang - 0,18 Digunakan
14 0,615 Sangat 0,32 Sedang - 0,53 Digunakan
15 0,348 Sig. 0,62 Sedang - 0,25 Digunakan
16 0,238 - 0,37 Sedang - 0,37 -
17 0,150 - 0,21 Sukar Revisi 0,00 Digunakan
18 0,350 - 0,53 Sedang - 0,37 -
19 0,312 - 0,68 Sedang - 0,31 Digunakan
20 0,374 - 0,53 Sedang - 0,31 -
30
G. Teknik Pengumpulan Data
Pengambilan data dilakukan sebelum, dan setelah kegiatan pembelajaran
dilaksanakan. Kegiatan pembelajaran dilakukan selama dua kali pertemuan. Pada
pertemuan pertama dilakukan pretest dan pengisian setengah bagian LKS. Pada
pertemuan kedua LKS kembali dikerjakan sampai dengan selesai kemudian
ditutup dengan pengisian posttest dan angket.
Pretest dilakukan untuk mengetahui pengetahuan dan pemahaman awal
siswa mengenai materi pencemaran lingkungan yang akan diajarkan. Data ini
diperlukan untuk mengetahui kemajuan pemahaman konsep yang dicapai melalui
kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan connected teaching dari hasil
pretest ke posttest.
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, dilakukan perekaman dengan
tujuan agar proses selama pembelajaran dapat dianalisis lebih lanjut dan tidak
hilang. Data ini digunakan sebagai data pelengkap yang menunjukkan bahwa
kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan berjalan dengan baik sehingga data
pemahaman konsep siswa benar-benar valid.
H. Prosedur Penelitian
Proses pengumpulan data dalam penelitian ini terbagi menjadi tiga
tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap analisis/pengolahan
data. Berikut ini merupakan penjelasan secara rinci dari ketiga tahapan tersebut:
a. Tahap Persiapan
Tahap persiapan penelitian dilakukan persiapan sebagai berikut:
1. Study literature yang berhubungan dengan pembelajaran terpadu dari
proses pembelajaran di sekolah menengah pertama kelas VII semester 2
2. Melakukan analisis materi pada Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar materi yang akan diteliti
3. Mengidentifikasi konsep, keterampilan, dan sikap yang akan
31
4. Menyusun materi ajar
5. Menyusun instrumen penelitian
6. Menguji instrumen penelitian
b. Tahan Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan penelitian terdiri atas tahapan-tahapan berikut:
1. Tahap pertama memberikan tes (pretest) terhadap siswa untuk mengetahui
pengetahuan awal siswa. Setelah itu melakukan persiapan kegiatan
pembelajaran berupa pengenalan materi.
2. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan rincian kegiatan pembelajaran
sebagai berikut:
Awal kegiatan pembelajaran, siswa dikenalkan pada konsep pencemaran lingkungan (Penyajian Informasi), pembelajaran terjadi
saat guru menjelaskan dengan metode ceramah mengenai konsep
pencemaran lingkungan
Mengkoneksikan konsep-konsep yang disajikan dengan konsep-konsep dari pokok bahasan atau mata pelajaran lain, pembelajaran terjadi saat
guru dan siswa menganalisis gambar, lalu mencari apa saja bahan
penyebab terjadinya pencemaran lingkungan terutama bahan yang
mengandung unsur kimia
3. Membangun konsep yang komprehensif (sebab-akibat) dalam pencemaran
lingkungan, pembelajaran terjadi saat guru dan siswa berdiskusi mengenai
bahan penyebab pencemaran lingkungan dan dampak bahan tersebut
terhadap lingkungan Setelah siswa selesai melakukan pembelajaran,
diberikanpostest untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep siswa
dengan instrument yang telah disiapkan
c. Tahap Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan untuk mengetahui hasil akhir yaitu
perbedaan nilai pretest dan postest yang diberikan kepada siswa. Selain itu,
32
yang diberikan kepada siswa mengenai tanggapan siswa setelah belajar
menggunakan pendekatan terkoneksi.
I. Analisis Data
Setelah data diperoleh, dilakukan pengolahan data dengan
perhitungan menggunakan kriteria yang telah ditentukan.Adapun
langkah-langkah dalam mengolah data adalah sebagai berikut.
a. Penskoran Tiap Butir Soal
Perolehan data hasil pretest dan posttest dalam bentuk skor
dilanjutkan dengan pengolahan skor kembali. Pengolahan tersebut dibagi
menjadi dua, yang pertama dilakukan perhitungan skor untuk jenis
pemahaman berdasarkan indikator, yang kedua dilakukan pengolahan data
skor untuk pemahaman siswa pada tiap konsep yang diberikan saat pretest
dan posttest.
b. Perhitungan N-Gain
Setelah data diolah dalam bentuk skor, data tersebut diolah kembali
menjadi sebuah nilai. Setelah diperoleh nilai antara pretest dan posttest,
dilanjutkan dengan perhitungan n-Gain dengan tujuan untuk mengetahui
kualitas peningkatan nilai antara nilai pretest ke posttest. Rumus
menghitung n-gain diantaranya:
N-gain = Nilai posttest – nilai pretest
Nilai maks. – nilai pretest
Perolehan nilai n-gain tersebut dapat dikategorikan seperti berikut
ini:
Tabel 3.8 Klasifikasi Gain ternolmalisasi
Rentang Kategori
≤ 0,30 Rendah
≥ 0,31 – 0,70 Sedang
≥ 0,71 Tinggi
33
c. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa
sampel diambil dari populasi yang berdistribusi normal. Untuk uji
normalitas pada penelitian ini, digunakan Uji
Kolmogorov-Smirnov, karena jumlah sampel sebanyak 27 orang atau sampel
kurang dari 30 orang (Sulistyo,2011).
d. Uji One Sample T Test
One sample t test merupakan uji perbandingan rata-rata.
Pengujian hipotesis pada rata-rata digunakan untuk mengetahui
apakah nilai dugaan dari peneliti terhadap suatu objek yang diteliti
sesuai atau tidak dengan kenyataannya (Sulistyo, 2011). Oleh
karena itu hipotesis untuk perhitungan statistika One sample t test
seperti berikut ini.
“peningkatan pemahaman siswa sesuai dengan standar yang ditetapkan yaitu dengan value 30 yang termasuk kategori sedang
untuk perhitungan n gain” (Munawaroh, 2013).
Hipotesis diterima jika nilai p value > α yaitu 0,05.
Dilakukan uji dua sisi untuk mengetahui letak nilai t hitung pada
rentang daerah t tabel (dwi, 2011). Untuk mengetahui t tabel maka
dengan jumlah sampel (n) sebanyak 27 orang dan tingkat
signifikansi sebesar 5% , maka t tabel yang digunakan sebesar 2,06
(Sudjana, 2002).
e. Data hasil angket
Data angket dianalisis dengan presentase jawaban siswa,
kemudian data diinterpretasikan dengan menggunakan kategori
presentase sebagai berikut :
% respon siswa = Jumlah siswa menjawab x 100%
34
Kategori :
0 % = tidak ada
1 % - 25 % = sebagian kecil
26 % - 49 % = hampir setengahnya
50 % = setengahnya
51 % - 75 % = sebagian besar
76 % - 99 % = pada umumnya
35
J. Alur penelitian
K.
Penyajian materi mengenai pencemaran lingkungan
Menguji instrumen Menyusun
instrumen penelitian Menyusun
materi ajar
Mengidentifi-kasi konsep yang akan dikembangkan Pencarian
literature
Analisis Standar Isi Mata Pelajaran
Biologi SMA
Pre-test
Pengkoneksian materi pencemaran lingkungan dengan pelajaran kimia
Membangun kembali pengetahun yang komprehensif (sebab-akibat) dalam pencemaran
lingkungan
Pos-test
Dilakukan pengumpulan data
Pengolahan data dan pembahasan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penerapan pembelajaran menggunakan pendekatan connected teaching
pada konsep pencemaran lingkungan terhadap pemahaman siswa diperoleh
kesimpulan bahwa terdapat peningkatan pemahaman siswa pada setiap indikator
dan setiap subkonsep dilihat dari n-gain secara keseluruhan (total) yaitu pretest
(pemahaman sebelum pembelajaran terhubung dilakukan) dan posttest
(pemahaman setelah pembelajaran terhubung dilakukan) yang diberikan kepada
siswa. Hasil pretest untuk pemahaman siswa pada setiap indikator menunjukkan
bahwa jenis pemahaman ekstrapolasi memiliki skor tertinggi dibandingkan
dengan jenis pemahaman lain begitu pula pada hasil posttest, jenis pemahaman ini
memiliki perolehan skor tertinggi. Untuk hasil pretest pada pemahaman siswa
setiap subkonsep, diketahui bahwa subkonsep pencemaran udara memiliki
perolehan skor tertinggi, sedangkan pada posttest berubah menjadi subkonsep
pencemaran air yang memiliki skor tertinggi.
Selain n-gain digunakan juga uji hipotesis one sample t test dengan value
30 yang termasuk kategori sedang pada perhitungan n-gain. Hasil uji ini
menunjukkan bahwa untuk pemahaman siswa berdasarkan indikator, semua jenis
pemahaman memiliki perolehan nilai >30. Ini berarti peningkatan pemahaman
siswa berdasarkan indikator lebih dari standar yang ditetapkan, sedangkan hasil
pemahaman pada setiap subkonsep, hanya subkonsep pencemaran air saja yang
memiliki nilai >30, untuk subkonsep yang lain memiliki nilai <30. Hal tersebut
menunjukkan bahwa pendekatan terhubung (connected teaching) lebih melatih
kemampuan kognitif siswa dibandingkan dengan kemampuan konsep. Walau
demikian, secara umum pembelajaran terhubung (connected teaching) dapat
meningkatkan pemahaman siswa, yang tercermin pada hasil perhitungan n-gain
60
B. Saran
Berdasarkan kekurangan-kekurangan yang ditemukan baik secara teknis maupun
teoritis maka peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi penelitian lanjutan, jumlah sampel penelitian dapat lebih diperbanyak dan
pemilihan sampel seharusnya dilakukan secara random serta jenis penelitian dapat
diganti menjadi quasy/true eksperiment untuk memperolah hasil yang lebih valid
dan reliable.
2. Selain itu, pengkonseksian materi juga dapat dilakukan secara lebih luas, misalnya
tidak hanya dengan materi kimia, dapat juga ditambahkan materi fisika, dan
sebagainya.
3. Pada saat akan melakukan penelitian diharapkan agar dapat memilih waktu
dengan tepat (tidak bersamaan dengan acara besar sekolah) sehingga siswa dapat
lebih berkonsentrasi dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, serta
64
DAFTAR PUSTAKA
Amrosy, A.W. (2008). Penerapan Pembelajaran IPA Tepadu Model Terhubung (Connected
Model) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII-C MTs Negeri 2 Malang.
Skripsi pada FPMIPA Universitas Negeri Malang: tidak diterbitkan.
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Asdi Mahasatya.
Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Astuti. (2011). “Pembelajaran Connected dalam Pembelajaran Sains untuk Meningkatkan
Keterampilan Berpikir Rasional Siswa MI/SD”. Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 3.
Nomor 2. UIN Maliki. Malang.
BSNP. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan
Dasar dan Menengah. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.
Campbell, N. A. (2004). Biologi. Jakarta : Erlangga.
Choesin, et al. (2004). Pengetahuan Lingkungan. Bandung: ITB.
Cone, P.T., P. H. Werner, S.L. Cone, & A.M.Wood, (1998), Interdisciplinary teaching through
physical education, Champaign, IL: Human Kinetics.
Corey. (2003). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
Daryanto. (2010). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Materi Pelatihan Terintegrasi Ilmu Pengetahuan
Sosial. Jakarta: Depdiknas
Dwi. (2011). One Sample T Test. [Online]. Tersedia: http://duwiconsultant.com/2011/11/one
sample-t-test.html. [30 Juli 2013].
Harja. (2011). Pemahaman Konsep dalam Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan
Konstruktivisme. [Online]. Tersedia: http://mediaharja.com/2011/11/pemahaman
konsep.html [13 Desember 2012].
Kosmawati. (2010). Profil Pertanyaan Siswa SMA Pada Subkonsep Pencemaran Lingkungan Melalui Diskusi Kelompok Terbimbing Tutor Sebaya. Skripsi pada FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak Diterbitkan.
Margono, S. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Martutik et al. (2012). Panduan Integrasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Ilmu
65
Masriyah. (2009). Pengaruh Pembelajaran IPA Terpadu Model Connected Terhadap Hasil
Belajar pada Subkonsep Pencemaran Air. Skripsi pada FPMIPA Universitas Pendidikan
Indonesia : tidak diterbitkan.
McConnaughey, B. (1983). Pengantar Biologi Laut. London: St.Louis Toronto.
Meltzer, D.E. (2011). The Relationship Between Mathematics Preparation And Conceptual
Learning Gains in Phisycs: A Possible Hidden Variable in Diagnostic Pretest Score.
Journal volume 5 No 1. Department of Physics and Astronomy, Iowa State, Ames, Iowa.
Mustolikh. (2009). Hubungan Antara Status Sosial dan Budaya Masyarakat dengan Perilaku
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Paper: UMP (Purwokerto).
Munawaroh. (2013). Panduan Memahami Metodologi Penelitian. Malang: Intimedia.
Nopheda. (2012). Pendekatan Terpadu. [Online]. Tersedia:
http://jurynopheda.com/2012/03/pendekatan-terpadu.html [13 Desember 2012].
Nurdiansah. (2012). Pemahaman Konsep. [Online]. Tersedia:
http://andinurdiansah.blogspot.com/2012/05/pemahaman-konsep.html [13 Desember
2012].
Nurlaela. (2006). “Penerapan Pembelajaran Terintegrasi untuk Meningkatkan Pemahaman
Pendidikan Ketahanan Pangan di Sekolah Dasar”. Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 7.
Nomor 1. Universitas Negeri Surabaya. Jawa Timur.
Rahmat. (2011). “Connected Teaching Through Concept Tracing And Questioning Helps Student
Toward Better Understanding On Plant Development Concept”. Journal International
Seminar on Science Education, UPI, Bandung.
Richards & Shea. (2006). “Moving From Separate Subject to Interdisiplinary Teaching”: The
Complexity of Change in a Preservice Teacher K-1 Early Field Experience. Journal
volume 11 No 1. The Qualitative Report, University of South Florida. Florida.
Riyanti. (2010). Bahaya Detergen Bagi Kesehatan Dan Lingkungan. [Online]. Tersedia:
http://www.news.com/1/Bahaya-Deterjen-Bagi-Kesehatan-Lingkungan [10 April 2013].
Ruhimat. (2009). Kurikulum & Pembelajaran. Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia
Rustaman et al. (2003). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung: Universitas
66
Silver, et al. (2012). Strategi-Strategi Pengajaran. Jakarta: Indeks.
Sudjana. (2002). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Suhada. (2005). Biologi. Bogor. CV Regina
Sukmadinata, N.S.(2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Rosdakarya.
Sulistyo, J. (2011). 6 Hari Jago SPSS 20. Yogyakarta: Cakrawala.
Susilowati. (2010). Pembelajaran Terintegrasi di SMP. Makalah. Universitas Negeri Yogyakarta Sumarwan, et al. (2012). Billingual Science Biology. Jakarta: Erlangga.
Suryosubroto. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.
Titrisiepomo, G. (1979). Mahluk Hidup Lingkungan dan keanekaragaman, Ilmu Hayat untuk SMP Kelas 1. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Watkins et al. (2004). “Interdisiplinary Learning Through a Connected Classroom”. Journal vol
20 No 2. Tempus Publication, University of Missouri-Rolla, USA.
Wintervina. (2012). Model Pembelajaran Terhubung (The Connected Model). Makalah.
Universitas Terbuka.
Yusa. (2003). Biologi Jilid 1B. Bandung: Grafindo Media Prataman
Yuristuary (2012). Jangan Membakar Limbah Plastik. [Online]. Tersedia:
http://suma.ui.ac.id/2012/07/02/jangan-membakar-limbah-plastik/. [10 April 2013].