• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Ekonomi dan Pengelolaan Wisata Alam Pemandian Air Panas Gunung Salak Endah TNGHS, Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dampak Ekonomi dan Pengelolaan Wisata Alam Pemandian Air Panas Gunung Salak Endah TNGHS, Kabupaten Bogor"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK EKONOMI DAN PENGELOLAAN WISATA ALAM

PEMANDIAN AIR PANAS GUNUNG SALAK

ENDAH TNGHS, KABUPATEN BOGOR

LA ODE MUHAMMAD MA’RUF ASIR

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

2

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dampak Ekonomi dan Pengelolaan Wisata Alam Pemandian Air Panas Gunung Salak Endah TNGHS, Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan merupakan bagian dari penelitian yang berada di bawah penelitian BOPTN dengan

judul “Pembayaran Jasa Lingkungan Wisata Alam sebagai Alternatif Solusi Trade Off Kepentingan Ekologi dan Ekonomi di Taman Nasional Gunung Halimun Salak” dengan sumber dana dari BOPTN-DIKTI 2013. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2014

La Ode Muhammad Ma’ruf Asir

(3)

ABSTRAK

LA ODE MUHAMMAD MA’RUF ASIR. Dampak Ekonomi dan Pengelolaan Wisata Alam Pemandian Air Panas Gunung Salak Endah TNGHS, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh METI EKAYANI dan NUVA

Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) yang terletak di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu daerah konservasi yang memiliki beragam objek wisata. Salah satu objek wisata yang ada di kawasan TNGHS adalah Pemandian Air Panas Gunung Salak Endah (GSE). Keberadaan objek wisata Pemandian Air Panas GSE di TNGHS dapat memberi dampak positif berupa peningkatan peluang kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat sekitar serta mendukung upaya konservasi apabila kegiatan yang dilakukan tidak merusak ekosistem. Selain itu penerimaan pengelola yang didapat dari kegiatan wisata alam dapat dimanfaatkan kembali untuk dana konservasi. Oleh karena itu, diharapkan masyarakat dapat turut serta dalam menjaga kelestarian sumber daya alam dan lingkungan (SDAL) sebagai penunjang keberlanjutan keberadaan objek wisata Pemandian Air Panas GSE. Untuk mendukung keberlanjutan objek wisata juga dilakukan analisis terhadap persepsi pengunjung yang dilakukan dengan analisis deskriptif. Estimasi dampak ekonomi diperlukan untuk mengetahui seberapa besar dampak keberadaan objek wisata tersebut terhadap perekonomian masyarakat lokal. Dampak ekonomi yang ditimbulkan dari kegiatan wisata tersebut merupakan dampak langsung, dampak tidak langsung, dan dampak lanjutan yang diukur dengan nilai efek pengganda (multiplier effect). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai multiplier effect sebesar 1,41 untuk Keynesian Income Multiplier, 1,56 untuk Ratio Income Multiplier tipe 1, dan 1,86 untuk Ratio Income Multiplier tipe 2. Selain itu sebagai salah satu area objek wisata yang termasuk ke dalam kawasan TNGHS, maka perlu pengelolaan yang bisa mendukung kelestarian SDAL TNGHS dan memberikan manfaat yang berkelanjutan bagi masyarakat sekitar. Oleh karena itu peneltian ini mengkaji apakah sistem pengelolaan saat ini sesuai dengan aturan yang ada dan sesuai dengan kelestarian SDAL. Analisis persepsi dan sistem pengelolaan menunjukkan bahwa pengelolaan objek wisata Pemandian Air Panas GSE saat ini perlu memperhatikan unsur kelestarian SDAL.

(4)

ABSTRACT

LA ODE MUHAMMAD MA’RUF ASIR. Economic Impact and Management of

Pemandian Air Panas Gunung Salak Endah Tourism Area at TNGHS, Bogor District.Supervised by METI EKAYANI dan NUVA.

Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) which is located in Bogor District, West Java is one of the conservation area that also offer various tourism attraction. One of the tourism attraction is Pemandian Air Panas Gunung Salak Endah (GSE). The existence of Pemandian Air panas GSE at TNGHS can provide positive impact for surrounding community such as job opportunities, increase income, and support the conservation effort if activities that performed was not destroy the ecosystems. Therefore, people are expected to take part in conserving of natural resources and the environment to support the sustainability of the existence of attraction Pemandian Air Panas GSE. To support the sustainability of attraction, it necessary to performed an analysis of visitor perception used a descriptive analysis. The analysis of economic impact and the management of Pemandian Air Panas attraction must be known to determine how much influence of Pemandian Air Panas attraction for surrounding community. Economic impact generated from tourism activities cam be grouping into three category direct, indirect and induced of economic impacts which measured by the value of the multiplier effect. The results of this research was 1,41 for the Keynesian Income Multiplier, 1,86 for Ratio Income Multiplier type 1, and 1,58 for Ratio Income Multiplier type 2. In addition, as one of the attractions area in TNGHS region, it is necessary to know how management can support the resource and environmental sustainability can provide sustainable benefits to the surrounding community. Therefore this reaserch to be studied whether the current management si already with the rule and the sustainability SDAL. Based on the result analysis, it showed that the perception and management of Pemandian Air Panas GSE needs to be improved by taking the element of resource and environmental sustainably.

(5)

Judul S;kripsi : Dampak Ekonomi dan Pengelolaan Wisata Alam Pemandian Air Panas Gunung Salak Endah TNGHS, Kabupaten Bogor

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

LA ODE MUHAMMAD MA’RUF ASIR

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

DAMPAK EKONOMI DAN PENGELOLAAN WISATA ALAM

PEMANDIAN AIR PANAS GUNUNG SALAK

(6)

Judul Skripsi : Dampak Ekonomi dan Pengelolaan Wisata Alam Pemandian Air Panas Gunung Salak Endah TNGHS, Kabupaten Bogor

Nama : La Ode Muhammad Ma’ruf Asir NIM : H44090042

Disetujui oleh

Dr. Meti Ekayani, S. Hut, M.Sc Pembimbing I

Nuva, S.P, M.Sc Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T Ketua Departemen

(7)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah ekonomi wisata, dengan judul Dampak Ekonomi dan Pengelolaan Wisata Alam Pemandian Air Panas Gunung Salak Endah TNGHS, Kabupaten Bogor. Penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Kedua orang tua tercinta yaitu Ayahanda La Ode Asir Tira dan Ibunda Rabitha Husin, serta keluarga saya tersayang Roaslein, Fathan, Amri yang selalu memberikan motivasi.

2. Ibu Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc dan Ibu Nuva, S.P, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah mendidik dan mengarahkan penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

3. Bapak Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr sebagai dosen penguji utama, yang telah memberikan masukan dan arahan pada ujian sidang skripsi.

4. Ibu Asti Isiqomah, SP, Msi sebagai dosen penguji wakil departemen, yang telah memberikan masukan dan arahan pada ujian sidang skripsi.

5. Kantor Disbudpar Kabupaten Bogor, Balai TNGHS, Kepala RT/RW, dan masyarakat Gunung Sari yang telah banyak memberikan saran dan informasi selama pengumpulan data.

6. Keluarga besar Departemen ESL FEM IPB, para dosen beserta staf atas semua dukungan dan bantuan.

7. Keluarga IKAMI SUL SEL yang telah memberi doa dan bantuannya. 8. Keluarga besar HMI cabang Bogor: Kanda Arifin, Kanda Nichi, Kiki, Asief

dan semua keluarga besar HMI cabang Bogor.

9. Sahabat terbaik: Fernando, Febriana, Yasmin, Nita, Charra, Dear, Gugat, Romil, Adinna, Reyna, Nurul Aini dan seluruh keluarga ESL 46.

Semoga skripsi ini bermanfaat sebagai panduan penelitian dan berbagai pihak dalam mengembangkan suatu kawasan wisata.

Bogor, Mei 2014

(8)

DAFTAR ISI

2.5.1 Penelitian Mengenai Presepsi Pengunjung Terhadap Suatu Kawasan Wisata... 2.5.2 Penelitian Mengenai Dampak Ekonomi Suatu Kawasa Wisata.. .. 2.5.3 Penelitian tentang Pengelolaan Masyarakat ... III KERANGKA PEMIKIRAN ... IV METODE PENELITIAN ... 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 4.2 Jenis dan Sumber Data ... 4.3 Metode Pengambilan Contoh ... 4.4 Metode Analisis Data ... 4.4.1 Presepsi Pengunjung Terhadap Obyek Wisata Pemandian Air

Panas GSE... 4.4.2 Dampak Ekonomi Terhadap Kawasan Wisata Pemandian Air

Panas GSE ... 4.4.3 Identifikasi Pengelolaan Obyek Wisata Pemandian Air Panas

GSE ... V GAMBARAN UMUM ... 5.1 Kondisi Objek Wisata Pemandian Air Panas GSE ... 5.2 Karakteristik Responden Pengunjung Pemandian Air Panas GSE ...

5.2.1 Faktor Sosial Ekonomi (Demografi) Responden Pengunjung Pemandian Air Panas GSE... 5.2.2 Karakteristik Responden Pengunjung Pemandian Air Panas

(9)

5.3 Karakteristik Unit Usaha di Objek Wisata Pemandian Air Panas GSE. ... 5.4 Karakteristik Tenaga Kerja Lokal di Objek Wisata Pemandian Air Panas

GSE ... VI HASIL DAN PEMBAHASAN ... 6.1 Persepsi Pengunjung terhadap Pemandian Air Panas ...

6.1.1 Persepsi Pengunjung terhadap Kondisi Alam di Objek Wisata Pemandian Air Panas GSE ... 6.1.2 Persepsi Pengunjung terhadap Fasilitas di Objek Wisata

Pemandian Air Panas GSE ... 6.1.3 Harapan Responden Pengunjung terhadap Pengembangan

Objek Wisata Pemandian Air Panas GSE ... 6.2 Dampak Ekonomi Objek Wisata Pemandian Air Panas GSE ...

6.2.1 Dampak Ekonomi Langsung di Objek Wisata Pemandian Air Panas GSE Tahun 2013 ... 6.2.2 Dampak Ekonomi Tidak Langsung di objek wisata Pemandian Air Panas GSE Tahun 2013 ... 6.2.3 Dampak Ekonomi Lanjutan di Objek Wisata Pemandian Air

Panas GSE Tahun 2013 ... 6.2.4 Nilai Efek Pengganda dari Pengeluaran Pengunjung di Objek

Wisata Pemandian Air Panas GSE Tahun 2013 ... 6.3 Analisis Sistem Pengelolaan Wisata Pemandian Air Panas GSE

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1. Jumlah pengunjung objek wisata Pemandian Air Panas GSE 2009-2012.. 2. Penelitian mengenai presepsi pengunjung terhadap suatu kawasan

wisata... 3. Penelitian mengenai nilai dan dampak ekonomi suatu kawasan wisata.... 4. Penelitian tentang kelembagaan pengelolaan masyarakat... 5. Matriks metode analisis data…... 6. Kategori dan indikator persepsi pengunjung terhadap kondisi alam dan kebersihan di objek wisata Pemandian Air Panas GSE... 7. Kategori dan indikator persepsi pengunjung terhadap fasilitas dan aksebilitas di objek wisata Pemandian Air Panas GSE…... 8. Karakteristik responden pengunjung Pemandian Air Panas GSE

berdasarkan faktor sosial ekonomi (demografi) tahun 2013…... 9. Karakteristik responden pengunjung dalam berwisata di objek wisata

Pemandian Air Panas GSE tahun 2013…... 10. Karakteristik unit usaha di objek wisata Pemandian Air Panas GSE tahun

2013…...

11. Karakteristik tenaga kerja lokal di objek wisata Pemansian Air Panas GSE tahun 2013…... 12. Persepsi responden pengunjung terhadap kondisi alam di objek Pemandian Air Panas GSE tahun 2013…... 13. Persepsi responden pengunjung terhadap kondisi fasilitas wisata di objek

wisata Pemandian Air Panas GSE tahun 2013…... 14. Proporsi pengeluaran pengunjung dan kebocoran yang terjadi di objek

wisata Pemandian Air Panas Tahun GSE tahun 2013…... 15. Proporsi pendapatan pemilik unit usaha di dalam objek wisata Pemandian

Air Panas GSE tahun 2013…... 16. Dampak ekonomi langsung di objek wisata Pemandian Air Panas GSE

(11)

19. Proporsi pengeluaran tenaga kerja di objek wisata Pemandian Air Panas GSE tahun 2013 ... 20. Dampak ekonomi lanjutan di objek wisata Pemandian Air Panas GSE

tahun 2013 ... 21. Efek pengganda di objek wisata Pemandian Air Panas GSE tahun 2013 .. 22. Pengelolaan Objek Wisata Pemandian Air Panas GSE Saat Ini ...

34 35 35 39

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1. Kerangka Pemikiran Penelitian... 2. Skema Pengelolaan Objek Wisata Pemandian Air Panas GSE Saat Ini...

14 37

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1. Rata-rata pengeluaran wisatawan per individu (dalam rupiah)... 2. Rata-rata pengeluaran unit usaha (dalam rupiah)…...…... 3. Rata-rata pendapatan tenaga kerja perbulan (dalam rupiah) …... 4. Pengeluaran tenaga kerja…... 5. Perhitungan efek pengganda…... 6. Dokumentasi…...

(12)
(13)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sumberdaya dan keindahan alam yang berlimpah. Kekayaan yang dimiliki baik ekosistem hutan maupun laut menjadikan Indonesia dikenal sebagai negara mega biodiversity. Luas kawasan hutan Indonesia tahun 2012 mencapai 130,61 juta hektar (Ha), luas kawasan hutan tersebut mencapai 68,6% dari total luas daratan Indonesia (Kementerian Kehutanan 2012). Peran hutan antara lain sebagai penentu sistem penyangga kehidupan dan kemakmuran rakyat, pengatur stabilitas iklim, media pengembangan kreativitas sosial ekonomi dan budaya, melestarikan cadangan benih, populasi, dan cadangan keanekaragaman hayati serta obyek wisata dan rekreasi alam (Departemen Kehutanan 2002).

Undang-undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan membagi kawasan hutan ke dalam kelompok hutan konservasi, hutan lindung, dan hutan produksi. Hutan konservasi merupakan kawasan hutan dengan ciri khas tertentu yang mempunyai fungsi pokok untuk pengawetan keanekaragaman tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya. Hutan konservasi merupakan suatu bentuk pelestarian alam, yang salah satunya berupa kawasan taman nasional. Taman Nasional merupakan kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli yang dapat dimanfaatkan untuk penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi.

(14)

2

rusaknya sumber-sumber hayati ataupun tercemarnya lingkungan di sekitar kawasan wisata akibat aktivitas wisata itu sendiri (Yoeti 2008).

Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) yang terletak di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu daerah konservasi yang memiliki banyak objek wisata. Salah satu objek wisata yang ada di kawasan TNGHS adalah Pemandian Air Panas Gunung Salak Endah (GSE). Daya tarik yang ditawarkan oleh objek wisata Pemandian Air Panas GSE yaitu air panas alami yang mengandung belerang yang dihasilkan dari Gunung Salak. Pemandangan sungai yang bersebelahan dengan hamparan hutan yang masih alami, memberikan hawa sejuk dan segar dari pegunungan serta objek wisata Pemandian Air Panas GSE merupakan daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Jumlah kunjungan ke objek wisata Pemandian Air Panas GSE cenderung mengalami peningkatan tiap tahunnya. Hal tersebut dapat diamati dari rata-rata jumlah kunjungan pengunjung yang cukup besar dari tahun 2009 sampai tahun 2012.

Tabel 1 Jumlah pengunjung objek wisata Pemandian Air Panas GSE 2009-2012

Tahun Jumlah Pengunjung (orang/tahun) 2009 16 670

2010 16 670 2011 18 373 2012 17 600 Rata-rata per tahun 17 329

Sumber : Disbudpar Kabupaten Bogor 2013

(15)

1.2 Perumusan Masalah

Pemandian Air Panas GSE merupakan objek wisata alam yang menawarkan panorama alam yang indah serta sumber air panas yang mengandung belerang. Kawasan ini sudah dikenal sebagai objek wisata alam semenjak tahun 1987 dibawah pengelolaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Bogor. Surat keputusan (SK) Menteri Kehutanan No.175/Kpts-II/2003 menetapkan objek wisata Pemandian Air Panas GSE saat ini masuk ke dalam perluasan kawasan TNGHS yaitu pengelolaan kawasan yang berada di bawah Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak (BTNGHS). Adanya peralihan pengelolaan tersebut menyebabkan konflik pengelolaan antara masyarakat sekitar yang sebelum peralihan terlibat dalam pengelolaan objek wisata Pemandian Air Panas GSE dengan BTNGHS selaku pengelola yang sah saat ini.

(16)

4

wisata Pemandian Air Panas GSE tidak terlepas dari campur tangan pengelola, maka perlu dikaji bentuk pengelolaan objek wisata Pemandian Air Panas GSE. Berdasarkan uraian perumusan masalah, menimbulkan beberapa pertanyaan penelitian yang perlu dikaji, diantaranya:

1. Bagaimana persepsi pengunjung terhadap obyek wisata Pemandian Air Panas GSE?

2. Bagaimana estimasi dampak ekonomi di kawasan Pemandian Air Panas GSE bagi masyarakat sekitar?

3. Bagaimana sistem pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar dan

stakeholder terkait dalam pemanfaatan objek wisata Pemandian Air Panas GSE?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menujukkan arti penting dari adanya objek wisata Pemandian Air Panas GSE bagi perekonomian masyarakat lokal dan bentuk pengelolaan yang dapat mendukung konservasi di TNGHS. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis persepsi pengunjung terhadap obyek wisata Pemandian Air Panas GSE.

2. Mengestimasi besarnya dampak ekonomi di kawasan Pemandian Air Panas GSE bagi masyarakat sekitar.

3. Menganalisis peran dan fungsi BTNGHS serta stakeholder terkait pengelolaan objek wisata Pemandian Air Panas GSE saat ini.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

(17)
(18)

6

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Wisata Alam

Damanik dan Helmut (2006) menyatakan bahwa pariwisata merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seorang atau sekelompok orang berbentuk kegiatan rekreasi diluar domisili atau tempat tinggalnya. Kegiatan tersebut bertujuan untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana yang lain dan sudah menjadi suatu kebutuhan dasar bagi masyarakat di negara-negara maju dan sebagian kecil masyarakat di negara berkembang. Wahab (2003) menjelaskan bahwa pariwisata adalah sesuatu yang bersifat abstrak, yaitu digambarkan sebagai salah satu gejala yang menggambarkan kepergian seseorang atau satu kelompok di dalam negaranya sendiri (pariwisata domestik) atau penyebrangan orang-orang tersebut pada batas satu negara (pariwisata internasional).

Fandeli dan Mukholison (2000) menjelaskan konsep wisata berdasarkan pemanfaatannya dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu:

1 Wisata alam (natural tourism) merupakan aktifitas wisata yang ditunjukkan pada pengalaman terhadap kondisi alam atau daya tarik panoramanya. Kriteria suatu wilayah dalam penunjukan dan penetapan sebagai kawasan wisata alam, yaitu:

a. Mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa atau ekosistem gejala alam serta formasi geologi yang menarik.

b. Mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelestarian fungsi, potensi, dan daya tarik untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam. c. Kondisi lingkungan disekitarnya mendukung upaya pengembangan

pariwisata alam.

2 Wisata budaya (cultural tourism) merupakan wisata dengan kekayaan budaya sebagai objek wisata dengan pendekatan aspek pendidikan.

(19)

Taman Wisata Alam, wisata alam adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati pada keunikan dan keindahan alam di Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam. Sedangkan pariwisata alam adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata alam, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam serta usaha-usaha yang terkait dibidng tersebut.

Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem, yang dimaksud dengan wisata alam adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam. Lain halnya dengan Pasal 31 dari Undang-Undang No.5 Tahun 1990 yang menyebutkan bahwa wisata alam itu sebagai satu kegiatan untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan dan pendidikan, serta menunjang budidaya dan wisata alam. Pasal 34 menyebutkan pula bahwa pengelolaan wisata alam dilaksanakan oleh pemerintah (Alexa, 2009). Berdasarkan pemaparan diatas, keberadaan objek wisata Pemandian Air Panas GSE sebagai wisata alam di TNGHS diperbolehkan sesuai Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem. Pengelolaan dan pengembangan wisata alam di TNGHS diharapkan mampu mewujudkan kegiatan wisata alam yang dapat mempertahankan kelestarian ekosistem hutan TNGHS dan memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat. Taman Nasional Gunung Halimun Salak merupakan salah satu kawasan konservasi in situ, artinya daerah konservasi jenis flora dan fauna yang dilakukan di habitat alaminya (Widada et al. 2003).

2.2 Persepsi

(20)

8

peraba, dan sebagainya). Adapun alat untuk memahaminya, yaitu kesadaran kognisi. Ada dua hal yang ingin diketahui dalam persepsi sosial, yaitu keadaan dan perasaan orang lain saat ini, di tempat ini komunikasi non lisan (kontak mata, busana, gerak tubuh dan sebagainya) atau lisan dan kondisi yang ada di balik segala yang tampak saat ini (niat, sifat, motivasi dan sebagainya) yang diperkirakan menjadi penyebab kondisi saat ini. Selanjutnya, perlu diperhatikan bahwa berbeda dari persepsi pada umumnya, persepsi sosial sangat menggantungkan diri pada komunikasi.

Az-zaghul (2004) Persepsi seseorang dapat disefinisikan sebagai proses yang yang dengan melaluinya dapat menafsirkan alam luar danmemberikan makna khusus yang luas mengisyaratkan kepada pengalihan kesan-kesan indra kepada contoh-contoh akal tertentu. Sebeb melalui proses ini, para individu dapat memahami satu yang melingkupinya dan mengenal karakternya dalam bentuk yang memungkinkan mereka mengambil langkah-langkah perilaku yang tepat terhadapnya. Persepsi seseorang tentang sesuatu sangat tergantung pada komunikasi yang terjadi antara keduanya. Kunci untuk memahami persepsi terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan satu penafsiran yang unik terhadap situasinya. Hutrindo dan Toha (2006) mengatakan bahwa persepsi adalah proses internal yang kita lakukan untuk memilih, mengevaluasi dan mengorganisasikan rangsangan dari lingkungan eksternal.

Selanjutnya, Calhoun dan Acocella (1990) menyatakan bahwa persepsi yang kita kenal memiliki pengaruh terhadap konsep diri seperti:

1. Pengetahuan: apa yang kita ketahui (atau kita anggap tahu) tentang pribadi lain wujud lahiriah, perilaku, masa lalu, perasaan, motif dan sebagainya. 2. Pengharapan: gagasan kita tentang orang itu menjadi apa dan mau melakukan

apa yang dipadukan dengan gagasan kita tentang seharusnya dia menjadi apa dan melakukan apa.

(21)

2.3 Dampak Ekonomi Wisata

Fretchling (1987) menjelaskan bahwa dampak ekonomi kegiatan pariwisata alam adalah suatu bentuk kontribusi alam atau manfaat produk wisata berbasis alam terhadap ekonomi suatu wilayah. Pada dasarnya analisis dampak ekonomi pariwisata menelusuri aliran uang dari belanja wisatawan, yaitu: (1) penerimaan dari penjualan produk wisata (tiket masuk taman nasional, hotel, campground, restoran, atraksi, transportasi dan retail, (2) pendapatan masyarakat, (3) peluang pekerjaan, dan (4) penerimaan pemerintah melalui berbagai pajak dan dan retribusi. Stynes and Sun Y. (2000) menjelaskan bahwa pengaruh total pariwisata terhadap ekonomi wilayah merupakan penjumlahan dari dampak langsung (direct effects), dampak tidak langsung (indirect effects) dan dampak lanjutan (induced effects). Dampak langsung selanjutnya lebih dikenal sebagai dampak primer, sedangkan dampak tidak langsung dan lanjutan biasanya disebut dengan dampak sekunder. Dampak primer atau langsung adalah perubahan jumlah penjualan, pendapatan, pekerjaan dan penerimaan pada usaha penerima awal pembelanjaan pengunjung, misalnya kenaikan jumlah wisatawan yang menginap di hotel-hotel akan langsung menghasilkan kenaikan penjualan di sektor perhotelan. Tambahan penjualan yang diterima hotel-hotel dan perubahan pembayaran yang dilakukan hotel-hotel untuk upah dan gaji karyawan, pajak, dan kebutuhan barang dan jasa. Ada dua jenis pengaruh sekunder, yaitu dampak tidak langsung dan dampak lanjutan. Dampak tidak langsung adalah perubahan jumlah penjualan, pendapatan, pekerjaan, dan penerimaan di sektor-sektor yang menyuplai barang dan jasa kepada komponen usaha penerima awal pembelanjaan pengunjung. Dampak lanjutan adalah perubahan dalam aktivitas ekonomi wilayah yang dihasilkan oleh pembelanjaan rumah tangga. Rumah tangga membelanjakan pendapatannya yang bersumber dari upah atau gaji diberbagai komponen usaha yang dipengaruhi oleh keberadaan pariwisata.

(22)

10

multiplier effect. Pengeluaran wisatawan dapat memberikan dampak positif terhadap perekonomian lokal, namun terdapat sebagian pengeluaran wisatawan yang tidak berdampak pada perekonomian lokal, hal ini dinamakan kebocoran. Pada dasarnya, kebocoran terjadi karena uang tersebut dibelanjakan di luar kegiatan perekonomian daerah tujuan wisata sehingga uang tersebut tidak memberi pengaruh terhadap perekonomian daerah wisata yang dikunjungi wisatawan (Yoeti 2008).

2.4 Pengelolaan Wisata Alam

Pengelolaan wisata alam penting dilakukan mengingat kegiatan ini dilakukan oleh banyak pihak, yaitu pengunjung, masyarakat lokal, pihak swasta, pemerintah serta lembaga non pemerintah. Industri wisata menginginkan kondisi bisnis yang kondusif, diantaranya melalui keamanan finansial, pekerja yang terlatih dan bertanggung jawab, atraksi yang diadakan untuk menstabilkan jumlah kunjungan dan pengembalian investasi yang nyata. Masyarakat lokal menginginkan lingkungan alami untuk hidup dengan kondisi ketersediaan yang cukup pada pangan, air bersih, sarana kesehatan, pekerjaan dengan upah yang sesuai, pendidikan, rekreasi, penghormatan terhadap tradisi, dan budaya serta kesempatan untuk menentukan masa depan. Pemerintah ingin menjadikan kegiatan wisata sebagai salah satu sumber penerimaan daerah dan berasumsi bahwa semua hal tersebut dapat berjalan apabila terdapat aksesibilitas, sarana prasarana (infrastruktur), dan aturan dalam penggunaannya (Wearing dan Neil 1999).

(23)

2.5 Penelitian Terdahulu

2.5.1 Penelitian Mengenai Persepsi Pengunjung Terhadap Suatu Kawasan Wisata

Penelitian mengenai persepsi pengunjung terhadap kawasan wisata telah dilakukan oleh Hermalinda (2010). Hasil dari penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Penelitian mengenai presepsi pengunjung terhadap suatu kawasan wisata

No Penulis/Tahun Judul Hasil

1 Hermalinda

Hasil dari penelitian ini salah satunya adalah persepsi mengenai Kawasan Wisata Curug Cilember yang secara keseluruhan wisatawan menilai baik sarana dan prasarana, panorama alam, kebersihan aksesbilitas serta

pengelolaan yang disediakan oleh wana wisata.

2.5.2 Penelitian Mengenai Dampak Ekonomi Suatu Kawasan Wisata

Penelitian mengenai dampak ekonomi suatu kawasan wisata telah dilakukan oleh Mutiarani (2011). Hasil dari penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Penelitian mengenai nilai dan dampak ekonomi suatu kawasan wisata

No Penulis/Tahun Judul Hasil

1 Mutiarani Rp 52 877 per individu per pengunjung dan nilai ekonomi Situ Cipondoh sebesar Rp 94 591 00. Pendapatan pemilik unit usaha sebesar 72,3%. Sedangkan dampak tidak langsung yang berupa pendapatan tenaga sebesar 0,44%. Dampak lanjutan berupa pengeluaran tenaga kerja sebesar 85,37%. Nilai Keynesian Income Multiplier adalah 4,04, Ratio Income Multiplier Tipe 1 adalah 1,08 dan Ratio Income Multiplier Tipe 2 adalah 1,16.

2.5.3 Penelitian tentang Kelembagaan Masyarakat terhadap Pengelolaan

Sumberdaya Alam

(24)

12

Tabel 4 Penelitian tentang kelembagaan pengelolaan masyarakat

No Penulis/Tahun Judul Hasil

1 Ramli (2007) Kelembagaan

1 Struktur kelembagaan masyarakat adat Baduy bersifat vertikal, dengan masing-masing pemegang jabatan adat memiliki batasan dan wewenang khusus dalam setiap kegiatan pengelolaan sumberdaya hutan

2 Masyarakat Baduy memiliki pengetahuan tradisi yang telah berlangsung sejak lama dan diwariskan secara turun temurun baik dalam pengelolaan hutan pemanfaatan hasil hutan atau dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang tersirat di dalam pulkukuh karuhun.

1 Telah terjadi perubahan lingkungan yang disebabkan intervensi ekonomi pasar dan dinamika politik

2 Perubahan Preferensi ekonomi masyarakat serta dinamika politik di Toro

berimplikasi terhadap kestabilan sumberdaya hutan di Toro

3 Kelembagaan adat yang direvitalisasi telah dinilai baik berdasarkan kriteria Ostrom maupun criteria umum masyarakat Toro

4 Perubahan kelembagaan adat secara umum memiliki implikasi terhadap kelestarian pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hutan Toro

5 Eksistensi sumberdaya hutan sangat pentinng bagi masyarakat Toro. Hal tersebut tercermin melalui pola hubungan yang kompleks antara masyarakat dengan sumberdaya hutan.

(25)

III KERANGKA PEMIKIRAN

Objek wisata Pemandian Air Panas GSE merupakan salah satu objek wisata yang terdapat di kawasan konservasi TNGHS. Keberadaan objek wisata Pemandian Air Panas GSE memiliki daya tarik bagi pengunjung dan manfaat bagi masyarakat. Daya tarik yang ditawarkan kepada pengunjung berupa panorama alam dan udara segar serta adanya air panas yang mengandung belerang sehingga menjadi nilai tambah bagi objek wisata. Jumlah kunjungan pengunjung ke objek wisata Pemandian Air Panas GSE cukup besar, sehingga apabila pengelolaan tidak memperhatikan unsur kelestarian SDAL, dikhawatirkan dapat mengancam kelestarian SDAL yang berada di objek wisata Pemandian Air Panas GSE. Agar kelestarian di TNGHS dapat terjaga dan wisata dapat terus berkembang maka perlu diketahui apakah dengan adanya kegiatan wisata saat ini menimbulkan dampak negatif bagi kualitas SDAL di objek wisata Pemandian Air Panas GSE, salah satu cara untuk mengetahuinya adalah dengan cara melihat persepsi pengunjung.

Disisi lain, adanya kunjungan ke Pemandian Air Panas GSE juga berdampak pada perekonomian masyarakat yang berada disekitar objek wisata karena masyarakat dapat memanfaatkan keberadaan objek wisata untuk berusaha. Dampak yang dirasakan masyarakat dari adanya objek wisata Pemandian Air Panas GSE yaitu berupa dampak ekonomi dari adanya aktivitas pengunjung. Dampak ekonomi yang ingin diketahui yaitu dampak ekonomi langsung, dampak ekonomi tidak langsung, dan dampak ekonomi lanjutan. Hasil perhitungan dampak ekonomi tersebut selanjutnya diukur dengan menggunakan Keynesian Multiplier (nilai efek pengganda). Hal ini dilakukan untuk mengetahui berapa besar pengaruh keberadaan objek wisata Pemandian Air Panas GSE terhadap masyarakat sekitar.

(26)

14

memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat. Kerangka berpikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian Keterangan: batasan penelitian

Persepsi pengunjung terhadap objek

wisata

Dampak ekonomi wisata terhadap pendapatan masyarakat

Stakeholder terkait pengelolaan

Analisis Deskriptif Kualitatif

Harapan pengunjung terhadap pengembangan

wisata

Dasar pertimbangan dalam pengelolaan wisata Pemandian Air Panas GSE yang dapat menjaga kelestarian SDAL dan memberikan manfaat

ekonomi bagi masyarakat Direct Indirect Induced

Nilai Dampak Ekonomi

Keynesian Multiplier

Pengelolaan objek wisata Pemandian Air

Panas GSE Pengelolaan saat ini Jumlah wisatawan yang besar di

objek wisata

Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS)

Objek wisata Pemandian Air Panas GSE

Analisis Deskriptif Ancaman Kerusakan SDAL

Pengunjung Masyarakat

(27)

IV METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2013, di objek wisata Pemandian Air Panas GSE yang terletak di Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Desa Gunung Sari, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive karena objek wisata ini termasuk dalam kawasan TNGHS yang memiliki jumlah kunjungan cukup besar, sehingga akan berkontribusi bagi masyarakat sekitar objek wisata Pemandian Air Panas GSE.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan sekunder, dimana data primer didapatkan dengan wawancara terhadap pengunjung, unit usaha, tenaga kerja, dan pengelolayang berada dilokasi Pemandian Air Panas GSE. Wawancara terhadap pengunjung tersebut untuk mengetahui persepsi pengunjung terhadap kondisi alam dan fasilitas di objek wisata. Wawancara terhadap unit usaha dan tenaga kerja ditujukan untuk mengetahui dampak ekonomi. Wawancara terhadap pengelola dilakukan untuk mengetahui peran dan fungsi pengelola saat ini.

Data sekunder yang dipakai dalam penelitian merupakan data jumlah kunjungan objek wisata Pemandian Air Panas GSE yang diperoleh dari Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak (BTNGHS) dan Dinas kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor (Disbudpar Kabupaten Bogor) serta data-data literatur lain sesuai dengan penelitian.

4.3Metode Pengambilan Contoh

(28)

16

pengunjung yang dipilih sebanyak 80 orang dengan kriteria merupakan wisatawan lokal, berusia diatas 15 tahun dan dapat mewakili unsur demografi, dan motivasi kunjungan. Unit usaha dan tenaga kerja yang dijadikan responden adalah sebanyak 31 unit usaha dan 8 tenaga kerja dengan kriteria dapat mewakili jenis unit usaha dan tenaga kerja yang ada di objek wisata sedangkan responden stakeholder terdiri dari Disbudpar Kabupaten Bogor, BTNGHS dan pengelola objek wisata Pemandian Air Panas GSE (kelompok masyarakat Lokapurna dan masyarakat sekitar).

4.4 Metode Analisis Data

Matriks metode analisis data dijelaskan dalam Tabel 5. Hal ini dilakukan untuk mempermudah analisis data. Informasi data yang dibutuhkan dan metode analisis data dijelaskan dalam tabel berikut ini:

Tabel 5 Matriks metode analisis data

No Tujuan Penelitian Data yang Dibutuhkan MetodeAnalisis Data alam dan fasilitas di objek wisata Pemandian Air Panas

Pendapatan dan pengeluaran unit usaha, tenaga kerja, dan pengelola fungsi dan peran pengelolaan yang terdapat di obyek wisata.

Analisis deskriptif kualitatif

4.4.1 Persepsi Pengunjung Terhadap Obyek Wisata Pemandian Air Panas GSE

(29)

regional (UMR) Kabupaten Bogor serta klasifikasi pekerjaan pokok pengunjung dan status pekerjaan bagi tenaga kerja dibagi berdasarkan curahan waktu. Beberapa kategori dan indikator dalam menganalisis persepsi pengunjung dapat dilihat pada Tabel 6 dan 7.

Tabel 6 Kategori dan indikator persepsi pengunjung terhadap kondisi alam dan kebersihan di objek wisata Pemandian Air Panas GSE

No Kategori Indikator Keterangan

1 Keindahan Alam Baik

Sedang

Pemandangan alam yang ada indah, dan menarik minat pengunjung untuk datang kembali.

Pemandangan alam yang ada biasa saja, tetapi menarik minat pengunjung untuk datang kembali. Buruk Pemandangan alam yang tersedia biasa saja, dan

pengunjung kurang tertarik untuk kembali.

2 Kualitas udara Baik Terasa sangat segar, sangat sejuk, dan tidak berbau. Sedang

Buruk

Terasa segar, sejuk, dan tidak berbau. Kotor dan berpolusi.

3 Kualitas Air Baik Sedang Buruk

Sangat jernih, bersih, dan tidak berbau. Jernih, bersih, dan tidak berbau. Kotor, berwarna, dan berbau.

4 Kebersihan Baik Tidak terdapat sampah yang beserakan, dan semua fasilitas serta kios makanan tertata rapi.

Sedang Masih terdapat sampah yang berserakan namun jumlahnya sedikit, dan fasilitas serta kios makanan kurang tertata rapi.

Buruk Banyak sampah yang berserakan, dan fasilitas serta kios makanan tidak tertata rapi.

Beberapa kategori dan indikator dalam menganalisis persepsi pengunjung terhadap fasilitas dan aksesbilitas di objek wisata Pemandian Air Panas GSE dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Kategori dan indikator persepsi pengunjung terhadap fasilitas dan aksebilitas di objek wisata Pemandian Air Panas GSE

No Kategori Indikator Keterangan

1 Kondisi fasilitas wisata

Baik Fasilitas wisata tersebut ada, jumlahnya memenuhi kebutuhan pengunjung, dan kondisinya sangat terawat.

Sedang Fasilitas wisata tersebut ada, jumlahnya dapat memenuhi kebutuhan pengunjung, dan kondisinya tidak terawat. Buruk Fasilitas wisata tersebut ada, jumlahnya tidak memenuhi

kebutuhan pengunjung, dan kondisinya tidak terawat. Tidak

tersedia

Fasilitas wisata tersebut tidak ada, sehingga kebetuhan pengunjung tidak terpenuhi.

2 Aksesibilitas Baik Informasi mengenai lokasi wisata mudah diperoleh dan kondisi jalan baik.

Sedang Informasi mengenai lokasi kawasan tersedia dan kondisi jalan kurang baik.

Buruk Informasi mengenai lokasi kawasan tersedia dan kondisi jalan sangat buruk.

(30)

18

GSE. Harapan pengunjung dapat dijadikan dasar bagi pengelola objek wisata untuk mengembangkan objek wisata Pemandian Air Panas GSE dengan memperhatikan kelestarian SDAL.

4.4.2 Dampak Ekonomi Kawasan Wisata Pemandian Air Panas GSE

Pengeluaran wisatawan dapat mengakibatkan multiplier effect pada suatu daerah wisata. Oleh karena itu, analisis dilakukan pada kelompok pelaku kegiatan wisata yaitu, unit usaha lokal penyedia barang dan jasa untuk kegiatan wisata dan pengelola wisata. Informasi yang didapat dari unit usaha, pengelola, dan pengunjung diharapkan dapat memperoleh dampak ekonomi langsung (direct effect), dampak ekonomi tidak langsung (indirect effect), dan dampak ekonomi lanjutan (induced effect).

META (2001) menjelaskan dalam mengukur dampak ekonomi pariwisata terhadap perekonomian masyarakat lokal terdapat dua tipe pengganda, yaitu: 1. Keynesian Local Income Multiplier merupakan nilai yang menunjukkan berapa

besar pengaruh dari pengeluaran pengunjung terhadap peningkatan pendapatan masyarakat lokal.

2. Ratio Income Multiplier merupakan nilai yang menunjukkan seberapa besar dampak langsung yang dirasakan dari pengeluaran pengunjung berdampak terhadap perekonomian lokal. Metode ini dapat mengukur dampak tidak langsung dan dampak lanjutan (induced impact). Secara matematis dapat dirumuskan :

Keynesian Income Multiplier = +N+U. . . ….(4)

Ratio Income Multiplier, Tipe I = +N. . . ...(5)

Ratio Income Multiplier, Tipe II = +N+U. . . ...(6) Keterangan:

E = Tambahan pengeluaran pengunjung (Rp)

(31)

4.4. 3 Identifikasi Sistem Pengelolaan Obyek Wisata Pemandian Air Panas GSE Saat Ini

(32)

20

V GAMBARAN UMUM

5.1 Kondisi Objek Wisata Pemandian Air Panas GSE

Secara administratif objek wisata Pemandian Air Panas GSE masuk dalam wilayah Desa Gunung Sari, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Objek wisata ini berbatasan langsung dengan Desa Pamijahan sebelah utara, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi, sebelah timur berbatasan dengan Desa Gunung Picung, dan sebelah barat Desa Ciasihan. Lokasi objek wisata Pemandian Air Panas GSE memiliki luas sekitar 9,6 hektar. Objek wisata Pemandian Air Panas GSE memiliki topografi yang relatif datar, dengan ketinggian 712-800 meter di atas permukaan laut.

Sarana dan prasarana yang terdapat di objek wisata Pemandian Air Panas GSE diantaranya, terdapat satu kolam pemandian air panas untuk pengunjung dewasa, satu kolam pemandian air panas untuk anak-anak, kamar berendam, dan pancuran air panas. Beberapa areal objek wisata Pemandian Air Panas GSE dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mendirikan unit usaha.

5.2 Karakteristik Responden Pengunjung Pemandian Air Panas GSE

Karakteristik responden yang datang ke objek wisata Pemandian Air Panas GSE dibagi menjadi dua, yaitu karakteristik sosial ekonomi dan karakteristik berwisata. Karakteristik sosial ekonomi terdiri atas jenis kelamin, umur, asal daerah, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan tingkat pendapatan sedangkan karakteristik responden dalam berwisata terdiri dari frekuensi kunjungan, motivasi kunjungan, cara kedatangan dan jenis kendaraan.

5.2.1 Faktor Sosial Ekonomi (Demografi) Responden Pengunjung Pemandian Air Panas GSE

Pengunjung yang datang melakukan wisata ke Pemandian Air Panas GSE berasal dari berbagai daerah, profesi, dan memiliki kelompok usia yang berbeda. Karakteristik pengunjung Pemandian Air Panas GSE diperoleh dari hasil survey

(33)

Tabel 8 Karakteristik responden pengunjung Pemandian Air Panas GSE berdasarkan faktor sosial ekonomi (demografi) tahun 2013

Karakteristik Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Jenis Kelamin

8. Tingkat Pendapatan (Rupiah per bulan)

(34)

22

Berdasarkan Tabel 8, responden pengunjung objek wisata Pemandian Air Panas GSE umumnya memiliki umur berkisar 21-25 tahun yaitu sebanyak 28%, dengan proporsi mayoritas pengunjung adalah laki-laki yaitu sebanyak 62 responden. Asal daerah yang datang ke objek wisata Pemandian Air Panas GSE berasal dari berbagai daerah, diantaranya Bekasi, Tangerang, Jakarta, Depok, dan Bogor. Jika dilihat berdasarkan asal daerah, Bogor merupakan daerah asal responden pengunjung terbesar dengan persentase 64%. Responden yang bekerja sebagai karyawan swasta memiliki proporsi terbesar yaitu sebanyak 35% dengan tingkat pendapatan mayoritas responden berkisar Rp 500 000 - 1 500 000. Hal ini menunjukkan bahwa objek wisata Pemandian Air Panas GSE merupakan objek wisata yang dapat dinikmati oleh semua kalangan termasuk kalangan menengah ke bawah yang dapat diketahui berdasarkan mayoritas pendapatan yang dimiliki responden.

5.2.2 Karakteristik Responden Pengunjung Pemandian Air Panas GSE

dalam Berwisata

Karakteristik responden pengunjung dalam berwisata diamati berdasarkan frekuensi kunjungan, motivasi wisata, agenda kedatangan, dan jenis kendaraan. Tabel 9 Karakteristik responden pengunjung dalam berwisata di objek wisata

Pemandian Air Panas GSE tahun 2013

Karakteristik Jumlah (orang) Persentase (%) 1. Frekuensi Kunjungan (kali/tahun)

(35)

kendaraan dilihat berdasarkan kendaraan pribadi dan kendaraan sewa yang dapat diketahui berdasarkan hasil wawancara. Tabel 9 menunjukkan pengunjung umumnya melakukan kunjungan sebanyak 1-2 kali sebesar 85% dalam satu tahun terakhir. Kendaraan yang digunakan oleh pengunjung mayoritas adalah kendaraan pribadi berupa motor dan mobil dikarenakan akses untuk menjangkau objek wisata Pemandian Air Panas GSE lebih muda dengan menggunakan kendaraan pribadi. Kegiatan wisata yang dilakukan oleh pengunjung dipengaruhi oleh motivasi wisata, mayoritas motivasi wisata responden yang dilakukan adalah rekreasi sebesar 98%. Agenda kedatangan responden pengunjung didominasi atas keinginan sendiri yaitu sebesar 93%. Hal tersebut menunjukkan bahwa objek wisata Pemandian Air Panas GSE memiliki daya tarik untuk rekreasi alam.

5.3 Karakteristik Unit Usaha di Objek Wisata Pemandian Air Panas GSE

(36)

24

Tabel 10 Karakteristik unit usaha di objek wisata Pemandian Air Panas GSE tahun 2013

Karakteristik Jumlah (unit) Proporsi (%) 1. Pendiri Unit Usaha

Masyarakat berdomisili di dalam lokasi 22 71 Masyarakat berdomisili di luar lokasi 9 29

Jumlah 31 100

2. Lama Mendirikan Unit Usaha

< 1 tahun 5 16

Warung dan toilet serta penginapan 8 26

Warung dan pakaian 1 3

4. Waktu Membuka Unit Usaha (per minggu)

2 hari 8 26 terbantu dengan adanya objek wisata tersebut. Sebesar 62% merupakan tenaga kerja yang merupakan penduduk asli sehingga keberadaan objek wisata Pemandian Air Panas GSE memberi peluang bagi masyarakat untuk bekerja di sektor wisata.

(37)

Tabel 11 Karakteristik tenaga kerja lokal di objek wisata Pemandian Air Panas GSE tahun 2013

Karakteristik Jumlah (orang) Persentase (%) 1. Jenis Kelamin

4. Status Pekerjaan di Bidang Pariwisata

Pekerjaan Utama 8 100 Pekerjaan Sampingan 0 0

Jumlah 8 100

5. Jenis Pekerjaan

Kolektor Gerbang Tiket Depan 2 25

Kolektor Gerbang Tiket Dalam 3 38

Penjaga penginapan

(38)

26

(39)

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Persepsi Pengunjung terhadap Pemandian Air Panas

Persepsi pengunjung perlu diketahui untuk melihat kondisi objek wisata Pemandian Air Panas GSE. Penelitian persepsi pengunjung dilakukan untuk mengetahui kondisi alam dan fasilitas yang ada, diantaranya adalah sarana prasarana, kebersihan, keamanan, aksesibilitas, dan pelayanan pengelola yang tersedia di objek wisata. Penilaian persepsi dan harapan pengunjung akan memberikan masukan bagi pengelola objek wisata Pemandian Air Panas GSE.

6.1.1 Persepsi Pengunjung terhadap Kondisi Alam di Objek Wisata Pemandian Air Panas GSE

Persepsi responden pengunjung terhadap kondisi alam objek wisata Pemandian Air Panas GSE dilakukan untuk mengetahui kondisi panorama alam, kondisi hutan, kualitas udara, kualitas air, dan kebersihan. Hal tersebut diperlukan untuk mengetahui kelestarian SDAL pada objek wisata Pemandian Air Panas GSE saat ini. Tabel 12 menyajikan persepsi responden pengunjung terhadap kondisi alam di objek wisata Pemandian Air Panas GSE.

Tabel 12 Persepsi responden pengunjung terhadap kondisi alam di objek Pemandian Air Panas GSE tahun 2013

Keterangan Proporsi (%)

Baik Sedang Buruk Total

Keindahan Alam 93,75 6,25 0,00 100,00

Kualitas Udara 93,75 6,25 0,00 100,00

Kualitas Air 93,75 6,25 0,00 100,00

Kebersihan 55,00 45,00 0,00 100,00

(40)

28

6.1.2 Persepsi Pengunjung terhadap Fasilitas di Objek Wisata Pemandian Air Panas GSE

Pengembangan objek wisata ini diperlukan, dari persepsi pengunjung mengenai sarana dan prasarana pada objek wisata Pemandian Air Panas GSE harus sesuai dengan kebutuhan dari pengunjung. Pembangunan objek wisata Pemandian Ari Panas GSE harus memperhatikan fasilitas yang diperlukan di objek wisata itu sendiri. Persepsi pengunjung terhadap kondisi fasilitas wisata di objek wisata Pemandian Air Panas GSE saat ini dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Persepsi responden pengunjung terhadap kondisi fasilitas dan aksesbilitas wisata di objek wisata Pemandian Air Panas GSE tahun 2013

Fasilitas

Persepsi pengunjung terhadap fasilitas wisata di objek wisata Pemandian Air Panas GSE rata-rata dinilai sedang dengan proporsi sebesar 51,00%. Hal ini menunjukkan bahwa fasilitas yang ada di ojek wisata Pemandian Air Panas GSE perlu ditingkatkan tetapi harus memperhatikan kelestarian SDAL yang ada di objek wisata Pemandian Air Panas GSE. Adapun fasilitas penginapan dinilai tidak tersedia yaitu sebesar 77,50%. Hal ini dikarenakan rata-rata responden pengunjung tidak mengetahui keberadaan penginapan dikarenakan responden tidak pernah menginap di objek wisata Pemandian Air Panas GSE.

6.1.3 Harapan Responden Pengunjung terhadap Pengembangan Objek Wisata Pemandian Air Panas GSE

(41)

juga dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar lokasi objek wisata Pemandian Air Panas GSE. Mayoritas harapan responden pengunjung mengatakan bahwa fasilitas umum perlu ditingkatkan. Fasilitas umum merupakan fasilitas yang disediakan oleh pengelola tanpa dipungut biaya, sehingga dapat diketahui bahwa rata-rata responden pengunjung menginginkan peningkatan fasilitas umum seperti, toilet, dan tempat duduk umum. Responden pengunjung merasa fasilitas tersebut masih kurang, selain itu harapan pengunjung yang harus diperhatikan adalah kebersihan objek wisata yang harus ditingkatkan karena hal ini akan mempengaruhi kenyamanan pengunjung dalam berwisata. Peningkatan fasilitas tersebut harus mendukung kelestarian SDAL yang ada di objek wisata Pemandian Air Panas GSE

6.2 Dampak Ekonomi Objek Wisata Pemandian Air Panas GSE

Kegiatan wisata di sekitar objek wisata Pemandian Air Panas GSE dapat memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar. Kegiatan wisata yang dilakukan oleh pengunjung akan mempengaruhi pengeluaran pengunjung di kawasan objek wisata Pemandian Air Panas GSE. Dampak ekonomi yang dirasakan dari adanya kegiatan wisata pada objek wisata Pemandian Air Panas GSE diklasifikasikan menjadi dampak ekonomi langsung (direct impact), dampak ekonomi tidak langsung (indirect impact), dan dampak ekonomi lanjutan (induce impact). Berdasarkan Tabel 14 diketahui biaya yang dikeluarkan pengunjung terbagi menjadi dua, yaitu pengeluaran di luar lokasi dan pengeluaran di dalam lokasi. Pengeluaran di luar lokasi terdiri dari, biaya transportasi, biaya konsumsi dari rumah dan biaya tiket masuk kawasan GSE. Biaya tiket masuk kawasan GSE termasuk kebocoran karena uang yang diperoleh dari tiket masuk kawasan GSE langsung masuk ke pendapatan negara sebagai penerimaan negara bukan pajak. Pengeluaran di dalam lokasi itu sendiri meliputi biaya konsumsi di lokasi objek wisata, penginapan, pembelian souvenir, biaya parkir, dan biaya tiket masuk ke objek wisata Pemandian Air Panas GSE.

(42)

30

memiliki biaya terbesar dalam pengeluaran wisatawan. Biaya transportasi yang dikeluarkan oleh pengunjung adalah sebesar Rp 26 526/orang/kunjungan sehingga proporsi kebocoran di objek wisata Pemandian Air Panas adalah sebesar 50,97%. Tabel 14 menunjukkan proporsi pengeluaran pengunjung dan kebocoran yang terjadi pada kawasan objek wisata Pemandian Air Panas GSE dan dapat dilihat lebih jelas pada Lampiran 1.

Tabel 14 Proporsi pengeluaran pengunjung dan kebocoran yang terjadi di objek wisata Pemandian Air Panas Tahun GSE tahun 2013

Biaya Rata-rataPengeluaran (Rp) (a)

Proporsi (%) (b=a/e*100) Pengeluaran di Luar Lokasi

Biaya Transportasi 26 526 28,18

Konsumsi dari Rumah 17 269 18,35

Pembelian Souvenir/Oleh-oleh 1 190 1,26

Biaya Parkir 1 468 1,56

Tiket Masuk Objek 5 000 5,31

Total Pengeluaran di Lokasi (d) 46 149 49,03 Total Pengeluaran Pengunjung (e=c+d) 94 134 100,00 Total Kunjungan Pertahun (f) 17 328

Total Kebocoran/tahun (g=e* proporsi c*f) 831 390 337

Menurut data Disbudpar Kabupaten Bogor tahun 2013, rata-rata total kunjungan objek wisata Pemandian Air Panas GSE dari tahun 2009-2012 adalah sebesar 17 328 kunjungan. Total kebocoran didapatkan dari perkalian total pengeluaran pengunjung yang telah dirata-ratakan dengan proporsi kebocoran dan total kunjungan per tahun, sehingga total kebocoran yang didapatkan adalah sebesar Rp 831 390 337 per tahun.

6.2.1 Dampak Ekonomi Langsung di Objek Wisata Pemandian Air Panas GSE Tahun 2013

(43)

pendapatan unit usaha dijelaskan pada Tabel 15 dan data perhitungan dapat dilihat lebih jelas pada Lampiran 2

Tabel 15 Proporsi pendapatan pemilik unit usaha di dalam objek wisata Pemandian Air Panas tahun 2013

Jenis Unit Usaha

Rata-rata pendapatan pemilik usaha perbulan Pendapatan (Rp)

(a)

Proporsi (%) (b=a/c*100)

Warung dan toilet 1 096 428 6,13

Warung dan toilet serta penginapan 2 418 750 13,53

Warung dan toko pakaian 2 030 000 11,35

Tabel 15 menjelaskan unit usaha warung dan parkiran memiliki persentase yang paling besar. Data ini diperoleh dari rata-rata pendapatan unit usaha masing-masih dibagi total pendapatan semua unit usaha dikali seratus persen, diperoleh angka sebesar sebesar 16,96%. Hal ini dikarenakan pengunjung yang datang rata-rata menggunakan kendaraan pribadi sehingga jasa parkir sangat diperlukan di objek wisata Pemandian Air Panas GSE. Perhitungan dampak ekonomi langsung dapat dilihat dari pendapatan tiap unit usaha, dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16 Dampak ekonomi langsung di objek wisata Pemandian Air Panas GSE tahun 2013 Total dari pendapatan per-Bulan 16 680 678 52 094 992

(44)

32

per bulan (Lampiran 2). Total dampak ekonomi langsung pada objek wisata Pemandian Air Panas GSE didapatkan dari hasil penjumlahan pendapatan dari masing-masing unit usaha. Warung yang memiliki penginapan dan toilet merasakan dampak ekonomi terbesar dari adanya objek wisata Pemandian Air Panas GSE yaitu sebesar Rp 19 350 000. Estimasi terhadap dampak langsung objek wisata Pemandian Air Panas GSE yaitu sebesar Rp 52 094 992 per bulan.

6.2.2 Dampak Ekonomi Tidak Langsung di Objek Wisata Pemandian Air Panas GSE Tahun 2013

Dampak ekonomi tidak langsung diperoleh dari pengeluaran unit usaha di dalam kawasan wisata dan pendapatan tenaga kerja lokal di objek wisata Pemandian Air Panas GSE. Data mengenai pengeluaran unit usaha di dalam lokasi objek wisata Pemandian Air Panas GSE yang akan digunakan untuk perhitungan dampak ekonomi tidak langsung dapat dilihat pada Tabel 17 dan lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 2.

Tabel 17 Total pengeluaran unit usaha di dalam objek wisata Pemandian Air Panas tahun 2013

(45)

yang mengeluarkan pengeluaran di dalam lokasi terendah. Hal ini disebabkan karena mereka akan membelanjakkan bahan baku apabila stok barang sudah banyak terjual. Total Pengeluaran unit usaha di dalam objek wisata penting untuk diketahui agar dapat mengestimasi total dari dampak ekonomi tidak langsung yang dihasilkan dari keberadaan objek wisata Pemandian Air Panas GSE. Total dampak ekonomi

tidak langsung pada objek wisata Pemandian Air Panas GSE yaitu sebesar Rp 29 439 996. Tabel 18 menunjukkan data mengenai dampak ekonomi tidak

langsung pada objek wisata Pemandian Air Panas GSE.

Tabel 18 Dampak ekonomi tidak langsung di objek wisata Pemandian Air GSE

(46)

34

warung yang memiliki penginapan serta toilet yaitu sebesar Rp 8 000 000. Hal ini dikarenakan unit usaha warung dan penginapan serta toilet memiliki jumlah populasi tenaga kerja terbanyak, sehingga total dampak adalah yang terbesar dibandingkan dengan unit usaha yang lainnya. Dampak ekonomi tidak langsung yang paling kecil dirasakan oleh jenis unit usaha warung penjual makanan dan pakaian yaitu sebesar Rp 440 000. Hal ini dikarenakan jenis unit usaha tersebut memiliki total pengeluaran di dalam lokasi yang paling kecil dibandingkan jenis unit usaha yang lainnya.

6.2.3 Dampak Ekonomi Lanjutan di Objek Wisata Pemandian Air Panas GSE Tahun 2013

Aktifitas dalam wisata tidak hanya berdampak langsung dan tidak langsung, tetapi juga berdampak lanjutan. Proporsi dari pengeluaran dari tenaga kerja untuk keperluan sehari-hari dapat menjadi faktor dari dampak ekonomi lanjutan. Tabel 19 menunjukkan proporsi pengeluaran tenaga kerja di objek wisata Pemandian Air Panas GSE terhadap biaya pangan, biaya transportasi, dan biaya sekolah anak perbulan dan perhitungan lebih jelas pada Lampiran 4.

Tabel 19 Proporsi pengeluaran tenaga kerja di objek wisata Pemandian Air Panas GSE tahun 2013 Kolektor tiket gerbang depan 65,31 6,94 27,76 100,00 Kolektor tiket gerbang dalam 76,47 0,00 23,53 100,00 Tenaga kerja kebersihan 80,00 0,00 20,00 100,00 Warung dan penginapan serta

toilet 68,18 0,00 31,82 100,00

Rata-Rata 72,49 1,73 25,77 100,00

(47)

Tabel 20 Dampak ekonomi lanjutan di objek wisata Pemandian Air Panas GSE

Warung dan penginapan serta toilet 4 165 000 659 934

Total 8 383 944

Total dampak ekonomi lanjutan di objek wisata Pemandian Air Panas GSE yaitu sebesar Rp 8 383 944. Hasil ini diperolah dari jumlah tenaga kerja yang dikalikan dengan total pengeluaran di sekitar objek wisata dan proporsi pengeluaran di sekitar objek wisata.

6.2.4 Nilai Efek Pengganda dari Pengeluaran Pengunjung di Objek Wisata Pemandian Air Panas GSE tahun 2013

Nilai efek pengganda digunakan untuk mengetahui seberapa besar dampak ekonomi yang diarasakan oleh masyarakat yang bearada di sekitar objek wisata Pemandian Air Panas GSE. Menurut META (Marine Ecoutourism For Atlantic Area 2001), nilai dari efek pengganda dibedakan menjadi 2 yaitu, Keynesian Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukkan berapa besar pengeluaran pengunjung yang berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan masyarakat lokal, dan Ratio Incom Multiplier, yaitu nilai yang menunjukkan langsung berapa besar dampak yang dirasakan dari pengeluaran pengunjung terhadap perekonomian lokal, diamana digunakan untuk mengukur seberapa besar dampak ekonomi terhadap masyarakat sekitar kawasan wisata. Tabel 21 menunjukkan nilai efek pengganda dari pengeluaran pengunjung dan perhitungan dapat dilihat lebih jelas pada Lampiran 5.

Tabel 21 Efek pengganda di objek wisata Pemandian Air Panas GSE tahun 2013

Multiplier Nilai

Keynesian Income Multiplier 1,35 Ratio Income Multiplier tipe I 1,57 Ratio Income Multiplier tipe II 1,73

(48)

36

sebesar 1,35 artinya setiap peningkatan satu rupiah pengeluaran pengunjung akan berpengaruh dampak ekonomi lokal sebesar Rp 1,35. Nilai Ratio Income Multiplier

tipe I sebesar 1,57 yang artinya setiap peningkatan satu rupiah pada penerimaan unit usaha mengakibatkan peningkatan sebesar Rp 1,57 terhadap pendapatan pemilik usaha dan tenaga kerja. Nilai Ratio Income Multiplier tipe II sebesar 1,73 artinya setiap kenaikan satu rupiah penerimaan unit usaha maka akan berpengaruh meningkatkan sebesar Rp 1,73 pada pendapatan unit usaha, pemilik usaha, pendapatan tenaga kerja dan pengeluaran konsumsi tenaga kerja di ekonomi lokal yang akan terus berputar pada masyarakat yang bearada di sekitar objek wisata Pemandian Air Panas GSE. Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya objek wisata Pemandian Air Panas GSE dapat memberikan dampak ekonomi yang besar bagi masyarakat sekitar.

6.3 Analisis Sistem Pengelolaan Objek Wisata Pemandian Air Panas GSE Terkait Pengelolaan Wisata Saat Ini

(49)

masyarakat Lokapurna juga ikut merasakan manfaat dari pengelolaan saat ini, berupa perijinan membuka unit usaha di objek wisata Pemandian Air Panas GSE yang lebih mudah dibawah koordinir dan kontrol dari kelompok masyarakat Lokapurna. Semenjak objek wisata Pemandian Air Panas GSE termasuk ke dalam TNGHS, stakeholder yang berperan dalam mengelola seluruh daerah TNGHS adalah BTNGHS. Namun berdasarkan kondisi di lapang pengelolaan masih dijalankan sepenuhnya oleh kelompok masyarakat Lokapurna. Kondisi ini menyebabkan BTNGHS belum melakukan pengelolaan secara penuh terhadap objek wisata Pemandian Air Panas GSE. Berdasarkan uraian tersebut stakeholder

terkait pengelolaan objek wisata Pemandian Air Panas GSE adalah BTNGHS, kelompok masyarakat Lokapurna dan Masyarakat Non Lokapurna. Skema yang terkait dengan pengelolaan objek wisata Pemandian Air Panas GSE saat ini tersaji dalam Gambar 2.

: Memiliki Peran dalam Pengelolaan. : Memiliki Wewenang dalam Pengelolaan.

: Mendapatkan dan mempunyai manfaat ekonomi dari keberadaan kawasan. : Mitra kerja secara tidak langsung.

: Dibawah koordinasi dengan stakeholder terkait.

Gambar 2. Skema Pengelolaan objek wisata Pemandian Air Panas GSE saat ini Berdasarkan Gambar 2 dapat diketahui bawa BTNGHS memiliki wewenang dalam pengelolaan objek wisata Pemandian Air Panas bedasarkan SK Menteri Kehutanan No.175/Kpts-II/2003, namun pada masa peralihan pengelolaan objek wisata Pemandian Air Panas GSE BTNGHS belum melakasanakan peran

Objek wisata Pemandian Air Panas

GSE

BTNGHS Kelompok Masyarakat

(LOKAPURNA)

Masyarakat

(50)

38

dalam pengelolaan objek wisata Pemandian Air Panas GSE. Hal tersebut dikarenakan adanya Kelompok masyarakat Lokapurna yang menganggap bahwa keberadaan objek wisata Pemandian Air Panas GSE dapat dikelola oleh masyarakat. Kelompok masyarakat Lokapurna merupakan kelompok masyarakat yang memiliki pengaruh yang tinggi di kalangan masyarakat sekitar. Hal tersebut dikarenakan kelompok masyarakat Lokapurna merupakan kelompok masyarakat yang sudah lama terbentuk sebelum objek wisata Pemandian Air Panas GSE masuk dalam perluasan TNGHS. Hal tersebut menyebabkan pengelolaan objek wisata Pemandian Air Panas GSE saat ini diatur dan dikelola oleh kelompok masyarakat Lokapurna. Pengelolaan yang dilakukan oleh kelompok masyarakat Lokapurna mendapatkan dukungan dari masyarakat sekitar karena masyarakat merasa mendapatkan manfaat atas keberadaan objek wisata Pemandian Air Panas GSE.

(51)

Tabel 22 Pengelolaan Objek wisata Pemandian Air Panas GSE saat ini. Pasca ditetapkan sebagai perluasan TNGHS

No Pihak terkait

dan Fungsi Peran/Aktivitas Manfaat

(52)

40

dana retribusi tersebut adalah dana tiket dari wisatawan dan retribusi yang dilakukan oleh masyarakat (untuk kebersihan). Mekanisme pengelolaan penerimaan dari tarif masuk dan iuran kebersihan dinilai belum transparan. Pengelolaan objek wisata Pemandian Air Panas GSE saat ini, juga dikhawatirkan dapat membahayakan kegiatan konservasi TNGHS karena dikhawatirkan kelompok masyarakat Lokapurna kurang paham akan arti penting konservasi.

(53)

VII SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

1 Penilaian pengunjung terhadap kondisi alam objek wisata Pemandian Air Panas dinilai baik. Penilaian pengunjung terhadap fasilitas di objek wisata Pemandian Air Panas GSE dinilai sedang. Pengelola diharapkan dapat meningkatkan fasilitas objek wisata Pemandian Air Panas GSE agar wisatwan lebih merasa nyaman namun tetap memperhatikan kelestarian SDAL.

2 Dampak ekonomi yang ditimbulkan dari objek wisata Pemandian Air Panas GSE dinilai cukup besar. Hal tersebut dapat dilihat dari pengeluaranpengunjung per kunjungan di lokasi wisata mencapai Rp 46 149. Nilai Keynesian Income multiplier adalah sebesar 1,41, nilai Ratio Income Multiplier tipe I adalah sebesar 1,86 dan nilai Ratio Income Multiplier tipe II adalah sebesar1,58. Nilain

(54)

42

7.2Saran

1. Secara umum pengunjung menilai bahwa kondisi sumber daya alam di wisata Pemandian Air Panas GSE baik. Hal ini menunjukan bahwa, kegiatan wisata belum berdampak negatif terhadap sumber daya alam di TNGHS. Di sisi lain pengunjung menilai fasilitas wisata di Pemandian Air Panas GSE masih sedang. Hal ini perlu menjadi perhatian pengelola objek wisata untuk mengembangkan objek wisata Pemandian Air Panas GSE dengan memperhatikan kelestarian SDAL.

2. Dampak ekonomi dari kawasan objek wisata Pemandian Air Panas GSE dinilai cukup tinggi bagi masyarakat sekitar. Oleh karena itu diharapkan pengelolaan yang dilakukan dapat tetap melibatkan masyarakat dengan meningkatan pemahaman dan pengetahuan masyarakat untuk menjaga SDAL sekitar kawasan agar dampak ekonomi dan keberlanjutan wisata dapat terus dirasakan. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan melakukan kegiatan pelestarian alam, gotong royong dalam kebersihan dan kelestarian lingkungan di objek wisata dan penanaman pohon di sekitar objek wisata.

3. Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak (BTNGHS) sebagai pemegang wewenang perlu melakukan upaya melakukan koordinasi dengan masyrakat pengelola terkait pengelolaan objek wisata Pemandian Air Panas GSE. Upaya tersebut dapat dilakukan untuk menyamakan persepsi para pihak terkait pengembangan objek wisata yang dapat mendukung konservasi dengan maksud untuk menyusun peraturan-peraturan terkait wewenang dan peran yang dimiliki, sehingga para pihak dapat melakukan peran sesuai dengan wewenang dan mekanisme yang jelas berdasarkan harapan bersama para pihak terkait.

(55)

DAFTAR PUSTAKA

Alexa. 2009. Kumpulan-kumpulan definisi, pengertian, arti, istilah. Artikel. http://definisi-pengertian.blogspot.com/2009/11. [ 20 Februari 2014]

Az-zaghul, I.A. 2004. Psikologi Militer. Jakarta. Khalifah

Bahruni. 1993. Penilaian Manfaat Wisata Alam Kawasan Konservasi Perannya Terhadap Pembangunan Wilayah [Tesis]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.

Calhoun dan Acocella. 1990. Psikologi Tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan. Edisi Ke-3. IKIP, penerjemah. Semarang (ID): Semarang Press.

Damanik J dan Helmut FW. 2006. Perencanaan Ekowisata dari Teori ke Aplikasi. Yogyakarta (ID): CV Andi Offset.

Departemen Kehutanan. 2002. Peran Hutan di Indonesia. http://www.bappenas.gi.id/files/2513/5080/7332/bab/26/94/94/cek_2009010 0074526_6.rtf. [ 21 Februari 2014]

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor. 2013. Data Jumlah pengunjung objek wisata Pemandian Air Panas GSE 2009-2012. Disbudpar, Bogor.

Fandeli C dan Mukhlison. 2000. Pengusahaan Wisata Alam. Yogyakarta (ID): Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada.

Fauzi A. 2006. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Jakarta (ID): Gramedia.

Firandari T. 2009. Analisis permintaan dan Nilai Ekonomi Wisata Pulau Situ Gintung-3 dengan Metode Biaya Perjalanan [Skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.

Firdaus M. 2004. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Jakarta (ID): Bumi Aksara.

Fretchling D. 1987. Assesing the Impacts of Travel and Tourism – Introduction to Travel Impact Estimation. In Travel, Tourism and Hospitality Research, J.R. Brent Ritchie and Charles R. Goeldner (ed.), John Wiley and Sons Inc. New York

(56)

44

Hermalinda D. 2010. Penilaian Dampak Ekonomi Pengembangan Kawasan wisata Curug Cilember terhadap masyarakat Lokal [Skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.

Hidayat A. 2009. Bahan Kuliah Ekonomi Kelembagaan Untuk Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Hutrindo, E dan Toha, M. 2006. Hubungan Antar Pribadi.

http//www.dim.esdm.go.id/makalah/Hubungan%20ANTAR-PRIBADI.pdf. [20 Februari 2014]

Kementerian Kehutanan. 2012. Luas Hutan Indonesia. http://www.dephut.co.id/upload/files/buku%20pemanfaatan%20final%2020 12.pdf. [21 Februaru 2014]

Leavit, Harold. 1978. Psikologi Manajemen. Jakarta. Erlangga.

Marine Ecotourism for Atlantic Area (META-Project). 2001. Planning for Marine Ecotourism in The EU Atlantic Area. University of The West of England, Bristol.

Murphy PE. 1987. Tourism A Community Approach. New York (US).

Mutiarani N. 2011. Analisis Dampak Ekonomi dan Nilai Ekonomi Manfaat Rekreasi Situ Cipondoh Tangerang [Skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Nicholson W. 2002. Mikroekonomi Intermediate dan Aplikasinya. Mahendra B dan Aziz A, penterjemah. Edisi ke-8. Jakarta (ID): Erlangga.

Nugraha D. 2007. Persepsi dan Peran Petani Dalam Sistem Informasi Paprika Asosiasi Petani Pprika [Skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor Olstrom E. 1990. The Evolution of Institutions for Collective Action. United

Kingdom (UK): CambridgeUniversity Press.

Pandai V. 2008. Analisis Pengelolaan Objek Wisata Curug Cigamea Berbasis Daya Dukung Sumberdaya di Desa Gunung Sari, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Prayoga E. 2013. Estimasi Nilai Ekonomi dan Kontribusi Kegiatan Wisata Terhadap Konservasi di Taman Nasional Ujung Kulon, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten [Skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Rachmawati E. 2010. Sistem Sosial Pengembangan Wisata Alama di Kawasan

Gambar

Tabel 4 Penelitian tentang kelembagaan pengelolaan masyarakat
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian
Tabel 5 Matriks metode analisis data
Tabel 6 Kategori dan indikator persepsi pengunjung terhadap kondisi alam dan kebersihan di objek wisata Pemandian Air Panas GSE
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perusahaan tidak mereklasifikasi derivatif dari diukur pada nilai wajar melalui laba rugi selama derivatif tersebut dimiliki atau diterbitkan dan tidak mereklasifikasi setiap

To avoid this issue, we proposed a combination of market segmentation based on geographic criteria and clustering algorithm for 3D geomarketing data management.. The proposed

First, Flesch Reading Ease Formula used to analyze the readability level English textbook entitled BAHASA INGGRIS SMA/MA/MAK FOR GRADE XI SEMESTER 11.. published

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah: wujud dan pertimbangan hukum, metode dan peran ijtihad serta kontribusi atas putusan ijtihad hakim Peradilan Agama tentang

[r]

Hasil penelitian mendapati bahwa: (1) Seluruh bentuk kalimat imperatif, yaitu: imperatif biasa, imperatif permintaan, imperatif pemberian izin, imperatif ajakan, dan

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka saya memberikan saran kepada peneliti selanjutnya untuk dapat mengimplementasikan pelacakan handphone atau

Judul Tesis : PEMBUATAN FURFURAL DARI SEMBUNG RAMBAT ( Mikania micrantha ) DENGAN MENGGUNAKAN ASAM ORGANIK DARI BELIMBING WULUH ( Averrhoa blimbi ).. Nama Mahasiswa :