Tharawilia Gebi Wetri, 2013
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Mengetahui Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENGETAHUI HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS SISWA SMA
PADA PEMBELAJARAN FISIKA
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI
Oleh:
THARAWILIA GEBIWETRI
0905919
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Tharawilia Gebi Wetri, 2013
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Mengetahui Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
PENERAPAN
LEVELS OF INQUIRY
UNTUK
MENGETAHUI HASIL BELAJAR DAN
KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS SISWA
SMA PADA PEMBELAJARAN FISIKA
Oleh
Tharawilia Gebiwetri
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Asaretkha Adjane 2012
Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2012
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
Tharawilia Gebi Wetri, 2013
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Mengetahui Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu Halaman Pengesahan Skripsi
THARAWILIA GEBIWETRI
PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENGETAHUI HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS SISWA SMA PADA PEMBELAJARAN
FISIKA
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
PEMBIMBING :
Pembimbing I
Winny Liliawati, S.Pd, M.Si
NIP. 197812182001122001
Pembimbing II
Drs. Purwanto, MA
NIP. 195708231984031001
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Fisika
Dr. Ida Kaniawati, M.Si
Tharawilia Gebi Wetri, 2013
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Mengetahui Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENGETAHUI HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS SISWA SMA PADA
PEMBELAJARAN FISIKA Abstrak
Pembelajaran Fisika di sekolah belum melatihkan kemampuan inkuiri sehingga mempengaruhi hasil belajar dan kemampuan berpikir logis siswa. Maka dilakukan penelitian menggunakan Levels of Inquiry untuk melihat hasil belajar dan kemampuan berpikir logis siswa dengan metode quasi exsperiment dan desain One Group Pretest-Posttest Design. Sampel penelitian 31 siswa kelas XA. Pengambilan data melalui soal dan lembar observasi. Pertemuan 1 hasil belajar aspek kognitif nilai gain yang dinormalisasi 0,55 dengan kategori sedang, aspek afektif dan aspek psikomotor dengan kategori terampil. Pertemuan 2 hasil belajar aspek kognitif nilai gain yang dinormalisasi 0,72 dengan kategori tinggi, aspek afektif dan aspek psikomotor dengan kategori terampil. Pertemuan 3 hasil belajar aspek kognitif nilai gain yang dinormalisasi 0,51 dengan kategori sedang, aspek afektif dengan kategori cukup terampil dan aspek psikomotor dengan kategori terampil. Pertemuan 4 hasil belajar aspek kognitif nilai gain yang dinormalisasi 0,27 dengan kategori rendah, aspek afektif dan psikomotor dengan kategori terampil. Kemampuan berpikir logis mayoritas masih berada pada berpikir konkret.
Tharawilia Gebi Wetri, 2013
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Mengetahui Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
USING LEVELS OF INQUIRY TO KNOW STUDENT’S ACHIEVEMENT
AND LOGICAL THINKING SKILLS IN SENIOR HIGH SCHOOL STUDENT ON PHYSICS LEARNING
Abstract
Physics learning at school haven’t yet exercised inquiry skills to students so may affect to improve student’s achievement and logical thinking skills. Therefore the study of Physics learning is conducted using Levels of Inquiry to know student’s achievement in and logical thinking skills in senior high school student with quasi experimental and One group Pretest and Posttest Design. The data collected with questions and observation paper. Sampels were 31 students in XA class. In first meeting the student’s achievement in cognitive domain have normalized gain score 0,55 with medium category, affective domain and psycomotor domain was skilled category. In second meeting the student’s achievement have normalized gain score 0,72 with high category, affective domain and psycomotor domain was skilled category. In third meeting the student’s achievement have normalized gain score 0,51 with medium category , affective domain was enough skilled category and psycomotor domain was skilled category. In fourth meeting the student’s achievement have normalized gain score 0,27 with low category, affective domain and psycomotor domain skilled category. Logical thinking skills shows that majority students have been achieve concrete operational thinking skills.
Tharawilia Gebi Wetri, 2013
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Mengetahui Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ...Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR ...iv
DAFTAR LAMPIRAN ... 5
BAB I PENDAHULUAN ...Error! Bookmark not defined.
A. Latar Belakang Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined.
C. Batasan Masalah ... Error! Bookmark not defined.
D. Variabel Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
E. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
F. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
G. Definisi Operasional ... Error! Bookmark not defined.
1. Levels of Inquiry ...Error! Bookmark not defined.
2. Hasil belajar ...Error! Bookmark not defined.
3. Kemampuan Berpikir Logis ...Error! Bookmark not defined.
H. Struktur Organisasi Skripsi ... Error! Bookmark not defined.
BAB II KAJIAN PUSTAKA ...Error! Bookmark not defined.
A. Levels of Inquiry ... Error! Bookmark not defined.
1. Tahapan dalam Levels of Inquiry ...Error! Bookmark not defined.
2. Siklus Belajar Levels of Inquiry ... Error! Bookmark not defined. 3. Kelebihan dan Kekurangan Levels of Inquiry .. Error! Bookmark not defined. B. Hasil Belajar ... Error! Bookmark not defined.
C. Hubungan Levels of Inquiry dengan Hasil Belajar SiswaError! Bookmark not defined.
Tharawilia Gebi Wetri, 2013
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Mengetahui Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
2. Levels of Inquiry terhadap Hasil Belajar Aspek Afektif .... Error! Bookmark not defined.
3. Levels of Inquiry terhadap Hasil Belajar Aspek Psikomotor .... Error! Bookmark not defined.
D. Kemampuan Berpikir Logis ... Error! Bookmark not defined.
E. Hubungan Levels of Inquiry dengan Kemampuan Berpikir LogisError! Bookmark not defined.
F. Materi Suhu dan Kalor dengan Levels of Inquiry ... Error! Bookmark not defined.
BAB III METODE PENELITIAN ...Error! Bookmark not defined.
A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
B. Metode dan Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
C. Prosedur Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
D. Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
E. Proses Pengembangan Instrumen ... Error! Bookmark not defined.
F. Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined.
G. Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...Error! Bookmark not defined.
A. Pelaksanaan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
B. Pemaparan Data ... Error! Bookmark not defined.
1. Keterlaksanaan Levels of Inquiry ...Error! Bookmark not defined.
2. Hasil Belajar Siswa dalam Aspek Kognitif ...Error! Bookmark not defined.
3. Hasil Belajar Siswa pada Aspek Afektif ...Error! Bookmark not defined.
4. Hasil Belajar Siswa pada Aspek Psikomotor ...Error! Bookmark not defined.
5. Kemampuan Berpikir Logis ...Error! Bookmark not defined.
C. Pembahasan Data ... Error! Bookmark not defined.
1. Hasil Belajar ...Error! Bookmark not defined.
2. Kemampuan Berpikir Logis ...Error! Bookmark not defined.
3. Keterlaksanaan Levels of Inquiry ...Error! Bookmark not defined.
D. Hasil Temuan dari Pengolahan Data ... Error! Bookmark not defined.
E. Faktor-faktor yang Menyebabkan Kurang Maksimalnya PenelitianError! Bookmark not defined.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...Error! Bookmark not defined.
Tharawilia Gebi Wetri, 2013
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Mengetahui Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
B. Saran ... Error! Bookmark not defined.
Tharawilia Gebi Wetri, 2013
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Mengetahui Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Levels of Inquiry ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 2. 2 Tujuan Pedagogik Tahapan Levels of InquiryError! Bookmark not defined.
Tabel 2. 3 Tiga tipe Inquiry Lab... Error! Bookmark not defined.
Tabel 2. 4 Kelebihan dan Kekurangan Levels of InquiryError! Bookmark not defined.
Tabel 2. 5 Hubungan Kegiatan Pembelajaran dengan Levels of Inquiry
terhadap Hasil Belajar Siswa ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 2. 6 Hubungan Levels of Inquiry dengan Kemampuan Berpikir LogisError! Bookmark not d
Tabel 2. 7 Hubungan Materi Suhu dan Kalor dengan Levels of InquiryError! Bookmark not defin
Tabel 3. 1 Klasifikasi Validitas Butir Soal ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 3. 2 Klasifikasi Reabilitas Soal ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 3. 3 Klasifikasi tingkat kemudahan ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 3. 4 Klasifikasi Nilai Daya Pembeda ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 3. 5 Kriteria Skor Gain Yang dinormalisasiError! Bookmark not defined.
Tabel 3. 6 Skor TOLT ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 3. 7 Kategori Tafsiran Indeks Prestasi KelompokError! Bookmark not defined.
Tabel 3. 8 Interpretasi Pelaksanaan PembelajaranError! Bookmark not defined.
Tabel 4. 1 Rekapitulasi Hasil Observasi Keterlaksanaan PembelajaranError! Bookmark not defin
Tabel 4. 2 Rekapitulasi Skor Gain yang dinormalisasi Hasil Belajar Siswa
pada Ranah Kognitif... Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 3 Rekapitulasi Nilai Gain yang dinormalisasi untuk Tiap Aspek
Kognitif ... Error! Bookmark not defined.
Tharawilia Gebi Wetri, 2013
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Mengetahui Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Lima Tahapan Siklus Belajar Levels of InquiryError! Bookmark not defined.
Gambar 2. 2 Overlap antara Enam Jenjang pada Ranah KognitifError! Bookmark not defined.
Gambar 3. 1 Desain penelitian one group pretest-posttest designError! Bookmark not defined.
Gambar 3. 2 Alur Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
Gambar 4. 1 Diagram perkembangan indikator hasil belajar pada Aspek
Afektif ... Error! Bookmark not defined.
Gambar 4. 2 Diagram perkembangan indikator hasil belajar pada Aspek
Tharawilia Gebi Wetri, 2013
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Mengetahui Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A PERANGKAT PEMBELAJARAN Error! Bookmark
Lampiran A.1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Error! Bookmark
Lampiran A.2 : Skenario Pembelajaran Error! Bookmark
Lampiran A.3 : Lembar Kerja Siswa (LKS) Error! Bookmark
LAMPIRAN B INSTRUMEN PENELITIAN Error! Bookmark
Lampiran B.1 : Lembar Observasi Hasil Belajar Ranah Afektif Error! Bookmark Lampiran B.2 : Lembar Judgement Hasil Belajar Ranah Afektif Error! Bookmark Lampiran B.3 : Lembar Observasi Hasil Belajar Ranah Psikomotor Error! Bookmark Lampiran B.4 : Lembar Judgement Hasil Belajar Ranah Psikomotor Error! Bookmark Lampiran B.5 : Kisi-kisi Soal Hasil Belajar Ranah Kognitif Error! Bookmark
Lampiran B.6 : Soal Tes Hasil Belajar Ranah Kognitif Error! Bookmark
Lampiran B.7 : Lembar Judgement Hasil Belajar Ranah Kognitif Error! Bookmark
Lampiran B.8 : Soal Tes Kemampuan Berikir Logis Error! Bookmark
Lampiran B. 9 : Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Levels of Inquiry Error! Bookmark
LAMPIRAN C ANALISIS DAN HASIL PENGOLAHAN DATA Error! Bookmark
Lampiran C.1 : Hasil Analisis Uji Coba Instrumen Error! Bookmark
Lampiran C.2 : Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Coba Instrumen Error! Bookmark Lampiran C.3 : Hasil Pengolahan Lembar Observasi Hasil Belajar Ranah Afektif Error! Bookmark Lampiran C.4 : Hasil Pengolahan Lembar Observasi Hasil Belajar Ranah Psikomotor Error! Bookmark Lampiran C.5 : Hasil Pengolahan Data Skor Gain Ternormalisasi Hasil Belajar Ranah
Kognitif Error! Bookmark
1
Tharawilia Gebi Wetri, 2013
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Mengetahui Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diharapkan dapat menjadi ajang
yang dapat memberikan pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi
agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Hal ini
sejalan dengan tujuan Depdiknas tentang pendidikan IPA. Depdiknas (2003)
mengatakan bahwa pendidikan IPA diarahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Fisika merupakan salah satu cabang IPA
sehingga Fisika diharapkan dapat memberikan pengalaman langsung kepada
siswa agar siswa mampu memahami alam sekitar secara ilmiah. Fisika bukan
hanya kumpulan pengetahuan yang berisi fakta-fakta, konsep-konsep, atau
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (science as
process) yang mempelajari bagaimana suatu pengetahuan itu diperoleh, Fisika
sebagai sebuah produk, dan Fisika sebagai perubahan sikap.
Fisika harus dipandang sebagai satu kesatuan antar produk, proses, dan
perubahan sikap. Jika pembelajaran Fisika hanya dipandang sebagai sebuah
produk maka yang dilihat bahwa pembelajaran Fisika adalah pembelajaran yang
mengumpulkan fakta, konsep, hukum/prinsip, rumus dan teori yang harus
dipelajari dan pahami. Pembelajaran Fisika yang dianggap sebagai sebuah proses
merupakan pembelajaran Fisika yang berisi fenomena, dugaan, hasil-hasil
pengamatan, pengukuran dan penelitian yang dipublikasikan. Pembelajaran
Fisika dipandang sebagai suatu perubahan sikap, maka pembelajaran Fisika akan
berisi rasa ingin tahu, kepedulian, tanggung jawab, kejujuran, keterbukaan dan
2
Tharawilia Gebi Wetri, 2013
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Mengetahui Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
seharusnya tidak diambil salah satu dari tiga aspek di atas melainkan tiga aspek di
3
Tharawilia Gebi Wetri, 2013
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Mengetahui Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
meraih kompetensi yang paling tinggi, seperti yang dikemukakan oleh Depdiknas
(2007) yang mengatakan bahwa pada hakekatnya terdapat tiga unsur utama Ilmu
Pengetahuan Alam yaitu sikap, proses atau metode dan hasil yang satu sama lain
tidak dapat dipisahkan. Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah.
Menurut hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan di salah satu SMA
Swasta di kota Bandung dalam mata pelajaran Fisika menunjukan bahwa secara
umum pembelajaran Fisika di kelas masih bersifat informatif sehingga suasana
kelas menjadi pasif. Hal ini ditunjukan dengan presentase siswa yang bersikap
aktif (bertanya kepada guru) di kelas hanya 2,68% dan hanya 40% yang
memperhatikan penjelasan guru. Siswa yang memperhatikan penjelasan guru
hanya siswa lakukan pada 30 menit di awal pembelajaran, selebihnya banyak
siswa yang melakukan aktivitas lain, misalnya tidur dan memainkan gadget.
Berdasarkan hasil wawancara kepada siswa terkait pembelajaran Fisika, banyak
dari siswa yang mengatakan bahwa pembelajaran Fisika tidak menarik, sulit, dan
hanya terfokus pada materi di kelas saja. Siswa mengeluhkan jarangnya
melakukan eksperimen di laboratorium. Ternyata hal ini berdampak buruk
terhadap nilai rata-rata ulangan harian siswa. Berdasarkan hasil wawancara
terhadap guru yang bersangkutan, nilai rata-rata kelas ulangan harian siswa hanya
berada pada skor 43 (skala 100).
Untuk mengatasi permasalahan di atas, diperlukan suatu inovasi
pembelajaran yang dapat memberikan siswa rasa tertarik terhadap Fisika sehingga
rasa keingintahuan terhadap Fisika akan tumbuh dengan sendirinya. Ketika rasa
ketertarikan dan rasa ingin tahu siswa sudah dapat diciptakan saat pembelajaran
Fisika, siswa akan lebih aktif di kelas dan akan berdampak terhadap hasil belajar
siswa di kelas. Ada beberapa cara untuk meningkatkan keaktifan siswa di kelas
sehingga berdampak pada hasil belajar diantaranya adalah pembelajaran dengan
4
Tharawilia Gebi Wetri, 2013
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Mengetahui Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk
menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta
mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Pembelajaran
inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar dengan melibatkan secara
maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara
sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga siswa dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan percaya diri. Sejalan dengan yang diungkapkan oleh
Depdiknas (2007) bahwa pembelajaran yang baik untuk menumbuhkan sikap
ilmiah siswa dan membuat siswa lebih aktif di kelas karena siswa melakukan
percobaan ilmiah sehingga siswa dapat menggunakan kemampuan berpikir kritis,
sistematis, dan logis yaitu dengan pembelajaran inkuiri. Proses pembelajaran
inkuiri tersebut diharapkan dapat melatihkan kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa agar dapat membangkitkan pertanyaan-pertanyaan yang muncul
dan rasa keingintahuannya, sehingga berupaya untuk mencari jawabannya serta
menyelidiki secara logis. Menyelidiki secara logis berkaitan dengan cara
pemikiran siswa secara logis atau yang biasa disebut berpikir logis. Di dalam
pembelajaran Fisika, banyak konsep-konsep yang abstrak yang menuntut berpikir
logis. Pembelajaran inkuiri di kelas dapat mengkonstruksi konsep Fisika secara
utuh kepada siswa karena dalam pembelajaran inkuiri, siswa diminta untuk
mencari dan menyelidiki suatu konsep. Pada jurnal “The Levels of Inquiry of
Science Teaching” yang dikembangkan Wenning (2011) memperkenalkan sebuah
dengan pendekatan inkuiri yang dikenal dengan Levels of Inquiry. Di dalam
jurnal, Levels of Inquiry terdiri atas lima tingkatan inkuiri yaitu Discovery
Learning, Interactive Demonstration, Inquiry Lesson, Inquiry Lab, dan
Hypothetical Inquiry. Kegiatan pembelajaran menggunakan Levels of Inquiry
menuntut siswa untuk terlibat aktif di kelas karena ini memiliki tujuan untuk
menggeser lokus kontrol (pihak pengontrol) di kelas dari guru ke siswa. Keaktifan
siswa di kelas akan berdampak langsung terhadap hasil belajar siswa karena
5
Tharawilia Gebi Wetri, 2013
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Mengetahui Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
pembelajaran sehingga rasa ingin tahu siswa tersebut muncul. Kemampuan
berpikir logis siswapun akan muncul di dalam pembelajaran.
Oleh karena itu penelitian ini dilakukan dengan mengacu pada jurnal
Wenning (2011) tentang Levels of Inquiry. Penulis melakukan penelitian
mengenai perkembangan hasil belajar siswa dan perkembangan kemampuan
berpikir logis siswa pada penerapan Levels of Inquiry sehingga penulis
mengambil judul penelitian: “Penerapan Levels of Inquiry untuk Mengetahui Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA pada Pembelajaran Fisika”.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan
masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana hasil belajar Fisika dan
kemampuan berpikir logis siswa SMA setelah diterapkan Levels of Inquiry?
Agar rumusan masalah lebih terarah, maka penulis merinci rumusan
masalah kedalam beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana hasil belajar Fisika siswa SMA dalam ranah kognitif pada setiap
pertemuan setelah diterapkan Levels of Inquiry?
2. Bagaimana hasil belajar Fisika siswa SMA dalam ranah afektif pada setiap
pertemuan setelah diterapkan Levels of Inquiry?
3. Bagaimana hasil belajar Fisika siswa SMA dalam ranah psikomotor pada
setiap pertemuan setelah diterapkan Levels of Inquiry?
4. Bagaimana profil kemampuan berpikir logis siswa SMA?
C. Batasan Masalah
Agar penelitian lebih terarah maka peneliti mengambil batasan masalah
yaitu hasil belajar pada penelitian ini meliputi tiga aspek yaitu aspek kognitif,
aspek afektif, dan aspek psikomotor. Aspek kognitif merujuk pada taksonomi
Bloom dan kata kerja operasional yang digunakan adalah menjelaskan,
6
Tharawilia Gebi Wetri, 2013
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Mengetahui Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
(C3), dan menyimpulkan, membedakan, menganalisis, menegaskan (C4).
Penelitian ini hanya dibatasi sampai C4 karena disesuaikan dengan Standar
Kompetensi (SK). Aspek afektif yang dilihat adalah memperhatikan,
mendengarkan penjelasan, dan mencatat hal yang perlu selama pembelajaran
(A1), terlibat aktif dalam diskusi kelompok (A2), mengkomunikasikan hasil
penyelidikan dengan lisan maupun tulisan (A3), mengerjakan tugas (A4), dan ikut
melakukan percobaan dan berbagi tugas (A5). Sedangkan aspek Psikomotor yaitu
mempersiapkan alat percobaan (P2), melakukan pengukuran (P3), merangkai alat
percobaan (P4), dan terampil dalam melakukan percobaan (P5). Kemampuan
berpikir logis dilihat dari hasil skor Test of Logical Thinking (TOLT) kemudian
skor total disesuaikan dengan kriteria Tobin dan Copie (1981).
D. Variabel Penelitian
Variabel data penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu:
1. Variabel Bebas : Levels of Inquiry.
2. Variabel Terikat : Hasil belajar Fisika dan kemampuan berpikir logis
siswa di salah satu SMA.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, maka tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui perkembangan hasil belajar Fisika siswa SMA ranah
kognitif pada setiap pertemuan setelah diterapkan Levels of Inquiry, mengetahui
perkembangan hasil belajar Fisika siswa SMA ranah afektif pada setiap
pertemuan setelah diterapkan Levels of Inquiry, mengetahui perkembangan hasil
belajar Fisika siswa SMA ranah psikomotor pada setiap pertemuan setelah
diterapkan Levels of Inquiry, dan mengetahui perkembangan kemampuan berpikir
7
Tharawilia Gebi Wetri, 2013
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Mengetahui Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat penelitian dari segi isu adalah sebagai bahan rujukan bagi guru
dalam menggunakan Levels of Inquiry di kelas, mengetahui kemampuan
berpikir logis siswa dalam pembelajaran sehingga guru dapat meningkatkan
kemampuan berpikir logis siswa yang akan menunjang kegiatan pembelajaran
di kelas dan berdampak pada hasil belajar siswa serta mengetahui hasil
belajar siswa pada tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotor
dengan menerapkan Levels of Inquiry.
G. Definisi Operasional
1. Levels of Inquiry
Levels of Inquiry merupakan pendekatan pengajaran yang bertujuan untuk
meningkatkan pemahaman konseptual siswa serta mengembangkan pemahaman
siswa tentang penyelidikan ilmiah dan sifat ilmu pengetahuan (Wenning, 2005).
Penerapan Levels of Inquiry pada penelitian ini berdasarkan lima tahapan yang
dikemukakan oleh Wenning (2011). Tahapan-tahapan pada Levels of Inquiry
adalah level discovery learning, interactive demonstration, inquiry lesson, inquiry
lab dan hypothetical inquiry. Kelima tahapan ini akan dikemas dalam empat kali
pertemuan. Pada pertemuan pertama peneliti memfokuskan proses pembelajaran
menggunakan level discovery learning dan interactive demonstration. Pada
pertemuan kedua peneliti memfokuskan proses pembelajaran menggunakan level
inquiry lesson. Pada pertemuan ketiga peneliti memfokuskan proses pembelajaran
menggunakan level inquiry lab dan pada pertemuan keempat peneliti
memfokuskan proses pembelajaran menggunakan level hypothetical inquiry. Dari
setiap pertemuan dilihat perkembangan hasil belajar siswa.
Pada penelitian kali ini, keterlaksanaan Levels of Inquiry diukur melalui
8
Tharawilia Gebi Wetri, 2013
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Mengetahui Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
pembelajaran berlangsung. Lembar observasi dilihat dengan menggunakan teknik
checklist dengan format ya/tidak. Jika kegiatan yang terdapat pada lembar
observasi terlaksana maka akan diberi tanda checklist pada kolom. Keterlaksanaan
Levels of Inquiry dilihat dari presentase keterlaksanaan dan dikategorikan untuk
9
Tharawilia Gebi Wetri, 2013
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Mengetahui Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu 2. Hasil belajar
Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Hasil belajar yang diukur pada
penelitian ini meliputi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotor.
a. Ranah Kognitif
Pada ranah kognitif, kata kerja operasional yang digunakan
merujuk pada taksonomi Bloom (Munaf, 2001). Kata kerja operasional
yang digunakan untuk melihat hasil belajar Fisika dalam penelitian kali ini
adalah menjelaskan, mendefinisikan (C1), menjelaskan (C2), menafsirkan,
menentukan, menghitung (C3), menyimpulkan, membedakan,
menganalisis, menegaskan (C4).
Pencapaian hasil belajar pada ranah kognitif dapat dilihat dari soal
pilihan ganda. Meningkatnya hasil belajar siswa pada ranah kognitif dapat
diketahui dari rata-rata gain yang dinormalisasi untuk setiap pertemuan
kemudian nilai gain yang dinormalisasi tersebut diklasifikasikan
berdasarkan kriteria yang telah dibuat oleh Hake (1998).
b. Ranah Afektif
Pada ranah afektif, kata kerja operasional yang digunakan merujuk
pada taksonomi Bloom. Pada penelitian ini ranah afektif yang dilihat
adalah A1 (memperhatikan, mendengarkan penjelasan, dan mencatat hal
yang perlu selama pembelajaran), A2 (terlibat aktif dalam diskusi
kelompok), A3 (mengkomunikasikan hasil penyelidikan dengan lisan
maupun tulisan), A4 (mengerjakan tugas), dan A5 (ikut melakukan
percobaan dan berbagi tugas). Indikator setiap ranah afektif mengacu pada
buku Taxonomy of Educational Objectives Book (David R. Krathwohl, et
10
Tharawilia Gebi Wetri, 2013
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Mengetahui Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Pengukuran hasil belajar ranah afektif diukur dengan menggunakan
lembar observasi yang dilihat dan diukur oleh observer. Teknis checklist
dan skala Likert untuk menilai afektif siswa. Skor yang diperoleh siswa
pada ranah afektif kemudian dihitung Nilai IPK (Panggabean, 1996). Nilai
IPK berupa presentase dengan rentang 0 – 100% lalu diklasifikasikan
berdasarkan kriteria (Panggabean, 1996) dengan rentang kategori dari
sangat tidak terampil sampai sangat terampil.
c. Ranah Psikomotor
Hasil belajar pada ranah psikomotor yang dilihat dalam penelitian
berdasarkan Dave (Pathak, 2011). Dalam penelitian kali ini, ranah
psikomotor yang diukur adalah mempersiapkan alat percobaan (P2),
melakukan pengukuran (P3), merangkai alat percobaan (P4), dan terampil
dalam melakukan percobaan (P5).
Pengukuran hasil belajar ranah psikomotor diukur dengan
menggunakan lembar observasi yang dilaporkan oleh observer. Skor
yang diperoleh siswa pada ranah psikomotor kemudian dihitung Nilai IPK
(Panggabean, 1996). Teknis checklist dengan skala Likert untuk menilai
psikomotor siswa. Skor yang diperoleh siswa pada ranah psikomotor
kemudian dihitung Nilai IPK (Panggabean, 1996). Nilai IPK berupa
presentase dengan rentang 0 – 100% lalu diklasifikasikan berdasarkan
kriteria (Panggabean, 1996) dengan rentang kategori dari sangat tidak
terampil sampai sangat terampil.
3. Kemampuan Berpikir Logis
Di dalam penelitian ini kemampuan berpikir logis diukur dengan
menggunakan instrumen Test of Logical Thinking (TOLT) yang dibuat oleh Tobin
dan Copie (1981) ditujukan untuk mengukur kemampuan berfikir logis siswa.
Pengukuran kemampuan berpikir logis menggunakan soal TOLT yang
11
Tharawilia Gebi Wetri, 2013
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Mengetahui Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
logis menurut Valadines (1997) yang terdiri atas kemampuan berpikir konkret,
kemampuan berpikir transisi, dan kemampuan berpikir formal.
H. Struktur Organisasi Skripsi
Struktur Organisasi Skripsi ini terdiri dari lima Bab. Masing-masing Bab
memiliki Sub Bab. Bab I Pendahuluan terdiri dari Latar Belakang Penelitian,
Identifikasi dan Perumusan Masalah, Batasan Masalah, Variabel Penelitian,
Manfaat Penelitian, Definisi Operasional, dan Struktur Organisasi Skripsi. Bab II
Kajian Pustaka terdiri dari Levels of Inquiry, Hasil Belajar, Hubungan Levels of
Inquiry dengan Hasil Belajar Siswa, dan Kemampuan Berpikir Logis. Bab III
Metode Penelitian terdiri dari Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian, Metode
dan Desain Penelitian, Prosedur Penelitian, Instrumen Penelitian, Proses
Pengembangan Instrumen, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Pengumpulan
Data, dan Analisis Data. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan terdiri dari
Pelaksanaan Penelitian, Pemaparan Data, Pembahasan Data, Hasil Temuan dari
Pengolahan Data, dan Faktor-faktor yang Menyebabkan Kurang Maksimalnya
12
Tharawilia Gebi Wetri, 2013
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Mengetahui Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Tharawilia Gebi Wetri, 2013
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Mengetahui Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian
Lokasi penelitian yang dipilih adalah salah satu Sekolah Menengah Atas
(SMA) Swasta di Kota Bandung. Pemilihan sekolah tersebut dikarenakan terdapat
kesuaian antara materi dan waktu terhadap penelitian dan pihak sekolah yang
mengizinkan melaksanakan penelitian. Sekolah yang menjadi tempat penelitian
merupakan sekolah swasta yang terakreditasi A “amat baik”. Alat-alat
laboratorium yang lengkap dapat menunjang pembelajaran namun kurang
digunakan secara maksimal sehingga berdampak pada hasil belajar Fisika siswa.
Dalam penelitian kali ini, populasi yang dipilih adalah semua siswa kelas
X di SMA swasta di Kota Bandung dan sampelnya adalah kelas XA SMA
Angkasa Bandung. Sampel penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik
purposive sample, yaitu berdasarkan tujuan tertentu. Dalam penelitian ini, peneliti
mengambil sampel pada kelas yang memiliki rata-rata nilai ulangan harian yang
paling tinggi diantara kelas lainnya untuk diteliti bagaimana hasil belajar siswa
dan kemampuan berpikir logis setelah diterapkan Levels of Inquiry.
B. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah quasi experiment. Desain
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah one group pretest-posttest
design. Pada desain ini, keberhasilan suatu pembelajaran yang diujikan dapat
dilihat dari perbedaan nilai pretest dan nilai posttest. Pretest dilakukan sebelum
siswa diberi perlakuan (treatment) sedangkan posttest dilakukan setelah siswa
diberi perlakuan (treatment). Setelah itu itu akan terlihat pengaruh perlakuan yang
berupa Levels of Inquiry terhadap hasil belajar siswa ranah kognitif siswa.
43
Tharawilia Gebi Wetri, 2013
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Mengetahui Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Pre-test Treatment Post-test
O1 X O2
Gambar 3. 1
Desain penelitian one group pretest-posttest design
Keterangan:
O1 = Tes awal (pre-test) sebelum diberi treatment.
X = Treatment (perlakuan) yang diberikan kepada siswa, yang berupa
penerapan
pembelajaran Levels of Inquiry.
O2 = Tes akhir (posttest) setelah diberi treatment.
Gambar 3.1 merupakan desain pembelajaran berupa one group
pretest-posttest design karena didalam penelitian yang menjadi subjek penelitian hanya
kelas eksperimen saja tanpa ada kelas kontrol atau kelas pembanding sehingga
hasil penelitian hanya melihat peningkatan yang dialami oleh kelas eksperimen
sebelum dan sesudah diberi treatment.
C. Prosedur Penelitian
1. Tahap persiapan penelitian:
a. Melakukan studi pendahuluan melalui telaah pustaka dan studi lapangan.
b. Merumuskan masalah hasil studi pendahuluan.
c. Melakukan studi literatur dan studi kurikulum untuk mencari alternatif
solusi permasalahan.
2. Tahap perencanaan dan penyusunan instrumen
a. Menentukan populasi dan sampel
b. Merancang RPP pembelajaran
b. Merancang skenario pembelajaran yang menekankan penggunaan
pembelajaran levels of inquiry.
c. Menyusun instrumen penelitian, seperti instrumen tes ranah kognitif siswa
berupa soal, lembar observasi ranah afektif dan psikomotor, dan lembar
observasi keterlaksanaan pembelajaran.
44
Tharawilia Gebi Wetri, 2013
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Mengetahui Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu e. Revisi instrumen.
f. Melakukan uji coba instrumen penelitian.
g. Mengolah data hasil uji coba instrumen dan menentukan soal yang akan
digunakan dalam pengambilan data.
3. Tahap pelaksanaan penelitian:
a. Melaksanakan prestet
b. Melaksanakan pembelajaran menggunakan pembelajaran levels of
inquiry
c. Observasi untuk melihat hasil belajar siswa pada ranah afektif dan ranah
psikomotor.
d. Melaksanakan posttest.
e. Melakukan Test TOLT.
4. Tahapan akhir penelitian:
a. Pengolahan data
b. Analisis data
c. Kesimpulan dan saran
45
Tharawilia Gebi Wetri, 2013
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Mengetahui Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Pendahuluan Perencanaan
dan penyusunan
instrumen
Pelaksanaan Pengolahan data
46
Tharawilia Gebi Wetri, 2013
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Mengetahui Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu Gambar 3. 2
Alur Penelitian
D. Instrumen Penelitian
Pengertian instrumen diartikan sebagai perangkat untuk mengukur hasil
belajar siswa yang mencakup hasil belajar dalam ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor. Bentuk instrumen ada dua macam berupa tes dan non tes. Instrumen
bentuk tes mencakup tes uraian (uraian objektif dan uraian bebas), tes pilihan
ganda, jawaban singkat, menjodohkan, benar-salah, unjuk kerja (performance
test), dan portofolio. Instrumen bentuk non tes mencakup wawancara, angket dan
pengamatan (observasi). Di dalam penelitian kali ini instrumen yang digunakan
adalah:
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang digunakan disesuaikan
dengan materi yang diajarkan selama penelitian. Ada empat buah RPP yang
dipakai selama penelitian. RPP yang dipakai mengacu ke Standar Kompetensi
(SK) dan Kompetensi Dasar (KD).
2. Instrumen Non-Tes
1. Lembar Observasi Hasil Belajar Afektif
Lembar observasi hasil belajar afektif digunakan untuk mengukur
hasil belajar siswa pada ranah afektif (sikap). Ranah afektif yang diukur
adalah Receiving (Penerimaan), Responding (Pemberian Respon), Valuing
(Penilaian), Organization (Pengorganisasian), dan Characrerization
(Karakteristik). Lembar observasi hasil belajar ranah afektif dinilai oleh
observer. Hasil belajar siswa pada ranah afektif diukur dengan menggunakan
skala nilai 1-4 (nilai 4 jika semua indikator tercapai) dan dengan
menggunakan teknik ceklis di skala yang dianggap cocok diberikan kepada
siswa.
47
Tharawilia Gebi Wetri, 2013
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Mengetahui Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Lembar observasi hasil belajar psikomotor digunakan untuk mengukur
hasil belajar siswa pada ranah psikomotor. Ranah psikomotor yang diukur
adalah Manipulation (Manipulasi), Precission (Ketepatan), Articulation
(Artikulasi), dan Naturalization (Pengalamiahan). Lembar observasi hasil
belajar ranah psikomotor dinilai oleh observer. Hasil belajar siswa pada
ranah psikomotor diukur dengan menggunakan skala nilai 1-4 (nilai 4 jika
semua indikator tercapai) dan dengan menggunakan teknik ceklis di skala
yang dianggap cocok diberikan kepada siswa.
3. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Levels of Inquiry
Lembar observasi keterlaksanaan dengan menggunakan teknik ceklis.
Tanda ceklis diberikan untuk kegiatan pembelajaran yang terlaksana dan
untuk kegiatan pembelajaran yang tidak terlaksana tidak diberi tanda ceklis.
Lembar observasi keterlaksanaan dinilai oleh observer. Lembar observasi
keterlaksanaan dinilai untuk setiap level pada Levels of Inquiry.
3. Instrumen Tes
1. Tes Hasil Belajar Ranah Kognitif
Instrumen tes hasil belajar siswa pada ranah kognitif berupa soal. Soal
yang digunakan disesuaikan dengan materi, SK, serta KD. Soal tes hasil
belajar kognitif menggunakan taksonomi Bloom. Tipe soal yang digunakan
adalah soal pilihan ganda dengan lima alternatif jawaban.
2. Instrumen Test of Logical Thinking (TOLT)
Kemampuan berpikir logis diukur dengan menggunakan instrumen tes
standar yaitu Instrumen Test of Logical Thinking (TOLT). Tes ini berbentuk
pilihan ganda beralasan dengan jumlah soal sebanyak sepuluh soal.
E. Proses Pengembangan Instrumen
Proses pengembangan instrumen dilakukan sebelum instrumen tes diberikan
kepada sampel. Setelah soal dibuat terlebih dulu di uji coba kepada siswa lain
48
Tharawilia Gebi Wetri, 2013
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Mengetahui Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
pengembangan instrumen antara lain dengan menghitung validitas, reabilitas,
daya beda, tingkat kesukaran.
1. Validitas
Menurut Munaf (2001: 57) validitas tes adalah tingkat keabsahan atau
ketepatan suatu tes. Tingkat keabsahan suatu tes akan tinggi jika tes yang dibuat
memang benar-benar dapat mengukur apa yang ingin diukur. Validitas tes harus
dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan soal yang dibuat dan
memperkaya soal-soal yang baik untuk digunakan.
Nilai validitas item atau butir soal dapat dicari dengan menggunakan
perumusan biserial yaitu sebagai berikut:
... Persamaan 3.1
(Arikunto, 2011)
Keterangan:
γpbi = koefisien korelasi biserial
Mp = rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang
dicari validitasnya.
Mt = rerata skor total
St = standar deviasi dari skor total
p = proporsi siswa yang menjawab benar
... Persamaan
3.2
49
Tharawilia Gebi Wetri, 2013
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Mengetahui Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
... Persamaan 3.3
Tabel 3. 1
Klasifikasi Validitas Butir Soal
Koefisien Korelasi Biserial Kriteria
0,80 - 1,00 Sangat tinggi
0,60 - 0,80 Tinggi
0,40 - 0,60 Cukup
0,20 - 0,40 Rendah
0,00 - 0,20 Sangat rendah
50
Tharawilia Gebi Wetri, 2013
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Mengetahui Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu 2. Reliabilitas
Menurut Munaf (2001: 59) reabilitas tes adalah tingkat keajegan (konsistensi)
suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor
yang ajeg/konsisten (tidak berubah-ubah). Tes yang reliable adalah tes yang dapat
dipercaya adalah yang menghasilkan skor yang ajeg, relatif tidak berubah
walaupun diteskan pada situasi yang berbeda-beda. Nilai reliabilitas dapat
ditentukan dengan menentukan koefisien reliabilitas. Rumus yang digunakan
untuk mengetahui koefisien reliabilitas adalah dengan menggunakan persamaan
K-R 20, sebagai berikut:
... Persamaan 3.4
(Arikunto, 2011: 100)
Keterangan:
r11 = reliabilitas yang dicari
p = proporsi siswa yang menjawab soal dengan benar
q = proporsi siswa yang menjawab soal dengan salah
51
Tharawilia Gebi Wetri, 2013
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Mengetahui Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
0,20 - 0,40 Rendah
0,00 - 0,20 Sangat rendah
(Arikunto, 2011)
3. Taraf Kemudahan
Munaf (2001:62) mendefinisikan taraf kemudahan suatu butir soal adalah
proporsi dari keseluruhan siswa yang menjawab benar pada butir soal tersebut.
Namun tingkat kemudahan bukanlah untuk menentukan baik atau tidaknya suatu
soal melainkan untuk menunjukan mudah atau sulitnya suatu soal jika diujikan.
Taraf kemudahan dihitung dengan rumus
...
Persamaan 3.6Keterangan:
F: tingkat kemudahan tes
f: jumlah tingkat kemudahan semua butir soal N: jumlah butir soal
Tabel 3. 3
Klasifikasi tingkat kemudahan
Tingkat Kemudahan Nilai F
Mudah 0,76 – 1,00
Sedang 0,26 – 0,75
Susah 0,00 – 0,25
(Munaf, 2011: 63)
4. Daya Pembeda
Menurut Munaf (2001: 63) mengatakan bahwa daya pembeda
(discriminating power) suatu butir soal adalah bagaimana kemampuan butir soal
52
Tharawilia Gebi Wetri, 2013
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Mengetahui Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
termasuk kelompok rendah. Untuk mengukur daya pembeda suatu soal digunakan
rumus:
Nt : jumlah siswa pada kelompok tinggi
Nr : jumlah siswa pada kelompok rendah
(Munaf, 2001: 63-64)
Tabel 3. 4
Klasifikasi Nilai Daya Pembeda
Daya
Pembeda (D) Kategori
1 Hanya bisa dijawab oleh kelompok tinggi Negatif (-) kelompok rendah lebih banyak menjawab
butir soal tersebut dengan benar daripada kelompok tinggi
>0,70 Baik Sekali 0,41 – 0,70 Baik
0,20 – 0,40 Cukup < 0,20 Jelek
0 Tidak mempunyai daya pembeda F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, data yang dihasilkan ada lima buah data yaitu data hasil
belajar siswa ranah kognitif, hasil belajar siswa ranah afektif, hasil belajar siswa
ranah psikomotor, hasil kemampuan berpikir logis, dan keterlaksanaan
pembelajaran Levels of Inquiry. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui tes
dan non tes.
1. Teknik Pengumpulan Data melalui Tes
53
Tharawilia Gebi Wetri, 2013
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Mengetahui Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu b. Hasil Kemampuan Berpikir Logis Siswa.
2. Teknik Pengumpulan Data melalui Non-Tes
a. Hasil Belajar Siswa Ranah afektif dan Psikomotor.
b. Keterlaksanaan Levels of Inquiry.
G. Analisis Data
Dalam penelitian ini, analisis data yang dilakukan terhadap lima buah data
yaitu data hasil belajar siswa ranah kognitif, hasil belajar siswa ranah afektif, hasil
belajar siswa ranah psikomotor, hasil kemampuan berpikir logis, dan
keterlaksanaan pembelajaran Levels of Inquiry. Analisis data untuk kelima data
yang telah didapat adalah sebagai berikut.
1. Analisis Data secara Tes
1. Hasil Belajar Ranah Kognitif
a. Teknik pengumpulan data untuk hasil belajar pada ranah kognitif
dilakukan melalui soal berbentuk pilihan ganda. Soal tersebut
diberikan setiap kali pertemuan. Pemberian soal untuk setiap kali
pertemuan dilakukan dua kali yaitu pretest yang dilakukan sebelum
mulai pembelajaran dan posttest yang dilakukan setelah
pembelajaran. Setelah nilai pretest dan posttest didapat untuk setiap
pertemuannya maka akan dilihat peningkatan dari nilai pretest ke
nilai pottest menggunakan gain yang dinormalisasi. Cara
menghitung nilai gain yang dinormalisasi adalah sebagai berikut.
1. Menghitung Gain skor pretest dan skor posttest.
Gain adalah selisih antara skor pretest dan skor posttest. Gain
dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
g = Spost– Spre ... Persamaan 3.8
2. Menghitung gain yang dinormalisasi untuk setiap siswa.
Gain yang dinormalisasi dihitung dengan rumus sebagai berikut.
54
Tharawilia Gebi Wetri, 2013
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Mengetahui Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
3. Menentukan nilai rata-rata gain yang dinormalisasi untuk
seluruh siswa.
4. Menentukan kriteria nilai rata-rata gain yang dinormalisasi
berdasarkan kriteria yang tercantum pada tabel berikut.
Tabel 3. 5
Kriteria Skor Gain Yang dinormalisasi
(Hake, 1998) 2. Hasil Kemampuan Berpikir Logis
Hasil tes kemampuan berpikir logis menggunakan instrumen
standar Test of Logical Thinking (TOLT). Instrumen TOLT terdiri dari 10
butir soal. Skor untuk tiap soal dijabarkan sebagai berikut.
Tabel 3. 6 Skor TOLT
No. Soal Keterangan Skor
1-8
Pilihan benar, alasan benar 1 Pilihan benar, alasan salah 0 Pilihan salah, alasan benar 0 Pilihan salah, alasan salah 0
9-10
Jawaban lengkap 1
Jawaban tidak lengkap 0 Ada jawaban yang diulang 0
2. Analisis Data secara Non-Tes
1. Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif dan Psikomotor
Menurut Hidayat (2012) pengolahan data untuk mengukur aspek
afektif diolah secara kualitatif yang dikonversi ke dalam bentuk penskoran <g> Kriteria
<g> ≥ 0,7 Tinggi
0,7 > <g> ≥0,3 Sedang
55
Tharawilia Gebi Wetri, 2013
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Mengetahui Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
kuantitatif. Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menghitung
indeks prestasi kelompoknya (IPK) adalah sebagai berikut:
i. Menghitung skor rata-rata aspek afektif siswa dari setiap
kelompok yang diamati.
ii. Menentukan skor ideal (SMI)
iii. Menghitung besarnya Indeks Prestasi Kelompok (IPK) dengan
menggunakan rumus:
... Persamaan 3.10
Untuk mengukur aspek afektif pada setiap aspeknya dari data yang
diperoleh diolah secara kualitatif dan dikonversi ke dalam bentuk
penskoran kuantitatif kemudian dikategorikan menurut Tabel 3.7 berikut.
Tabel 3. 7
Kategori Tafsiran Indeks Prestasi Kelompok
Kategori IPK Interpretasi
90,00% - 100,00% Sangat terampil 75,00% - 89,00% Terampil
55,00% - 74,00% Cukup terampil 31,00% - 54,00% Kurang terampil
0,00% - 30,00% Sangat kurang terampil (Panggabean, 1996)
2. Keterlaksanaan Levels of Inquiry
Penilaian keterlaksanaan Levels of Inquiry adalah menilai urutan
kegiatan yang telah dilakukan peneliti dalam menerapkan Levels of
Inquiry didalam pembelajaran. Lembar observasi keterlaksanaan
menggunakan teknik ceklis, yaitu pengolahan hasil lembar keterlaksanaan
pembelajaran dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
56
Tharawilia Gebi Wetri, 2013
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Mengetahui Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Keterlaksanaan pembelajaran setelah dihitung presentasinya, kemudian presentasi
57
Tharawilia Gebi Wetri, 2013
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Mengetahui Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu Tabel 3. 8
Interpretasi Pelaksanaan Pembelajaran
% Kategori
pelaksanaan Interpretasi
100
75<KM<100
50<KM≤75
KM=50
25<KM≤50
0<KM≤25
0
Seluruh kegiatan terlaksana
Hampir seluruh kegiatan terlaksana
Sebagian besar kegiatan terlaksana
Setengah kegiatan terlaksana
Hampir setengah kegiatan terlaksana
Sebagian kecil kegiatan terlaksana
Tidak satupun kegiatan terlaksana
58
Tharawilia Gebi Wetri, 2013
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Mengetahui Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
78
Tharawilia Gebi Wetri, 2013
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Mengetahui Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil penelitian, pengolahan data, analisis data, serta
pembahasan terhadap data hasil penelitian yang dilakukan pada salah satu SMA
di Kota Bandung kelas X, didapat beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1.Hasil belajar siswa pada ranah kognitif setelah diterapkannya Levels of
Inquiry pada pertemuan pertama memiliki nilai pretest 1,39, nilai posttest
2,94 dan memiliki nilai gain normalisasi 0,55 berada pada kategori sedang,
pada pertemuan kedua memiliki nilai pretest 0,81, nilai posttest 3,13 dan
memiliki nilai gain normalisasi 0,72 berada pada kategori tinggi, pada
pertemuan ketiga memiliki nilai pretest 1,19, nilai posttest 2,94 dan
memiliki nilai gain normalisasi 0,51 berada pada kategori sedang, pada
pertemuan keempat memiliki nilai pretest 1,35, nilai posttest 2,10 dan
memiliki nilai gain normalisasi 0,27 berada pada kategori rendah.
2.Hasil belajar siswa pada ranah afektif setelah diterapkannya Levels of
Inquiry pada pertemuan pertama memiliki nilai IPK sebesar 83% dan
termasuk dalam kategori terampil, pada pertemuan kedua memiliki nilai IPK
sebesar 84% dan termasuk dalam kategori terampil, pada pertemuan ketiga
memiliki nilai IPK sebesar 74% dan termasuk dalam kategori cukup
terampil, pada pertemuan keempat memiliki nilai IPK sebesar 79% dan
termasuk dalam kategori terampil.
3.Hasil belajar siswa pada ranah psikomotor setelah diterapkannya Levels of
Inquiry pada pertemuan pertama memiliki nilai IPK sebesar 82% dan
termasuk dalam kategori terampil, pada pertemuan kedua memiliki nilai IPK
sebesar 85% dan termasuk dalam kategori terampil, pada pertemuan ketiga
79
Tharawilia Gebi Wetri, 2013
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Mengetahui Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
pertemuan keempat memiliki nilai IPK sebesar 88% dan termasuk dalam
80
Tharawilia Gebi Wetri, 2013
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Mengetahui Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
4.Kemampuan berpikir logis siswa mayoritas siswa masih berada pada tahap berpikir
konkret yaitu sebanyak 74% sedangkan tahap berpikir transisi 19%, dan tahap berpikir
formal 7%.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran yang diajukan untuk penelitian
selanjutnya adalah sebagai berikut.
1.Manajemen waktu pelaksanaan harus semahir mungkin dimiliki seorang peneliti karena
untuk pertemuan pertama yang memiliki treatment sebanyak dua level, pada
pelaksanannya sangat sulit dilakukan karena waktu yang sudah dialokasikan ternyata
kurang.
2.Sebaiknya untuk satu pertemuan hanya menggunakan satu level saja. Karena pada
penelitian kali ini, pada pertemuan pertama yang memilki dua Levels of Inquiry
nyatanya sangat sulit dilakukan terkait waktu yang sangat minim untuk melakukan dua
treatment di dalam satu pertemuan.
3.Sebaiknya dari Level Inquiry Lesson ke Inquiry Lab, siswa diberikan tugas terlebih
dahulu untuk materi yang akan diajarkan pada level Inquiry Lab karena pada level
Inquiry Lab, peran guru sudah minimal didalam pembelajaran sehingga siswa tidak
bingung mengenai apa yang harus mereka lakukan.
4.Ada penelitian yang lebih lanjut tentang level Inquiry Lab dan level Hypothetical
Tharawilia Gebi Wetri, 2013
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Mengetahui Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Dahar, R. (1989). Teori-Teori Belajar. Erlangga: Jakarta.
Depdiknas. (2003). Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Depdiknas. (2007). Naskah Akademik: Kajian Kurikulum Mata Pelajaran IPA
SMP.
Erman. (2002). Memacu Kemampuan Berpikir Formal Siswa Melalui
Pembelajaran IPA sejak Dini. Surabaya: Laporan Penelitian.
Fitriyana. (2012). “Penerapan Strategi Pembelajaran Inkuiri Dipadukan Media
Audio Visual untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Biologi Siswa
Kelas VII D SMP N 1 JATEN”. Jurnal Pendidikan Biologi FKIP UNS.
2-13.
Hake, R. (1998). Analizing Change/Gain Score. USA: Dept: Of Physics, Indiana
University.
Hidayat, R. (2012). Profil Kemampuan Berinkuiri Siswa SMP dan Hasil Belajar
Siswa Setelah Diterapkan Pembelajaran Level of Inquiry. Skripsi Jurusan
Tharawilia Gebi Wetri, 2013
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Mengetahui Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Khan, M. A. (2009). “Teaching of heat and temperature by hypothetical inquiry
approach: A sample of inquiry teaching”. Journal of Physics Teacher
Education Online, 5, (2), 43-64.
Koswara, T. (2010). Penerapan Pembelajaran Konstruktivisme dalam
Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa SMP.
Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI. Bandung: tidak
diterbitkan.
Krathwohl, D. (1964). Taxonomy of Educational Objectives Book. New York :
Longman Inc.
Munaf, S. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung: FPMIPA UPI.
Panggabean, L.P. (1996). Penelitian Pendidikan. Bandung : Jurusan Pendidikan
Fisika FPMIPA UPI Bandung.
Pathak, R. (2011). Educational Technology. India : Pearson Education.
Sudijono, A. (1996). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Grafindo : Jakarta.
Sudjana, Nana. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Rosdakarya :
2009.
Sugiyono. (2011). Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Valanides. (1997). “Formal Reasoning Abilities And School Achievement”.
Tharawilia Gebi Wetri, 2013
Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Mengetahui Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Pada Pembelajaran Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Wenning Carl J. (2010). “Levels of inquiry: Using inquiry spectrum learning
sequences to teach science”. Journal Physics Teacher of Education
Online. 5, (4), 11-19.
Wenning, C.J. (2005a). “Levels of inquiry: Hierarchies of pedagogical
practices and inquiry processes”. Journal of Physics Teacher Education
Online. 2, (3), 3-11.
Wenning, C.J. (2005). Implementing inquiry-based instruction in the science
classroom: A new for solving the improvement-of-practice problem.
Journal of Physics Teacher Education Online, 9-15.
Wenning, C.J. (2011). “The Levels of Inquiry of Science Teaching”. Journal of
Physics Teacher Education Online. 6, (2), 9-16.
Wirtha, I. (2008). “Pengaruh Pembelajaran dan Penalaran Formal Terhadap
Penguasaan Konsep Fisika dan Sikap Ilmiah Siswa SMA NEGERI 4
SINGARAJA”. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan, 1, (2),