Nurul Shapira, 2013
Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
LEKSIKON MAKANAN DAN PERALATAN
DALAM UPACARA ADAT WUKU TAUN
DI KAMPUNG ADAT CIKONDANG, DESA LAMAJANG,
KECAMATAN PANGALENGAN, KABUPATEN BANDUNG
(Kajian Etnosemantik)
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Sastra
oleh
NURUL SHAPIRA
NIM 0907037
PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Nurul Shapira, 2013
Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2013
LEKSIKON MAKANAN DAN PERALATAN
DALAM UPACARA ADAT WUKU TAUN
DI KAMPUNG ADAT CIKONDANG, DESA LAMAJANG,
KECAMATAN PANGALENGAN, KABUPATEN BANDUNG
(Kajian Etnosemantik)
Oleh
Nurul Shapira
Nurul Shapira, 2013
Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu © Nurul Shapira 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
November 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
Nurul Shapira, 2013
Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu LEKSIKON MAKANAN DAN PERALATAN
DALAM UPACARA ADAT WUKU TAUN
DI KAMPUNG ADAT CIKONDANG, DESA LAMAJANG, KECAMATAN PANGALENGAN, KABUPATEN BANDUNG
(Kajian Etnosemantik)
oleh
Nurul Shapira NIM 0907037
disetujui dan disahkan oleh
Pembimbing I,
Drs. Kholid A. Harras, M.Pd. NIP 196401221989031001
Pembimbing II,
Mahmud Fasya, S.Pd., M.A. NIP 197712092005011001
diketahui oleh
Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
Nurul Shapira, 2013
Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Dr. Dadang S. Anshori, M.Si.
Nurul Shapira, 2013
Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT
Nurul Shapira, 2013
Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
vii
Nurul Shapira, 2013
Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
BAB II IHWAL PENELITIAN TERDAHULU, ETNOSEMANTIK, DAN CERMINAN KEBUDAYAAN DALAM UPACARA ADAT WUKU TAUN A. Penelitian Terdahulu ... 10
B. Etnosemantik ... 12
1. Pengertian Etnosemantik... 13
2. Pengertian Leksikon ... 13
3. Bentuk Lingual ... 14
4. Etnografi Sunda... 16
viii
Nurul Shapira, 2013
Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
D. Selayang Pandang Kampung Adat Cikondang ... 26
1. Upacara adat Wuku Taun ... 38
2. Proses Pelaksanaan Upacara Adat Wuku Taun ... 39
BAB III METODE PENELITIAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Klasifikasi Bentuk Lingual Leksikon Makanan dan Peralatan dalam Upacara Adat Wuku Taun di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung ... 51
1. Leksikon Berwujud Kata ... 51
a. Kata Dasar (Monomorfemis) ... 51
b. Kata Berimbuhan (Polimorfemis) ... 52
2. Leksikon Berwujud Frasa ... 53
B. Deskripsi Leksikon Makanan dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun ... 55
C. Cerminan Kebudayaan Leksikon Makanan dan Peralatan dalam Upacara Adat Wuku Taun... 88
1. Cerminan Kebudayaan dalam Dimensi Vertikal ... 88
a. Kepercayaan Kepada Tuhan ... 88
ix
Nurul Shapira, 2013
Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Cerminan Kebudayaan dalam Dimensi Horizontal ... 94
a. Sistem Pengetahuan ... 94
b. Sistem Kesenian ... 96
c. Sistem Mata Pencaharian ... 97
d. Sistem Kemasyarakatan ... 98
e. Sistem Peralatan Hidup ... 101
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 103
B. Saran ... 105
DAFTAR PUSTAKA ... 106
1
Nurul Shapira, 2013
Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Leksikon berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu lexicon yang berarti „kata‟, „ucapan‟, atau „cara bicara‟. Istilah leksikon lazim digunakan untuk mewadahi konsep “kumpulan leksem” dari suatu bahasa, baik kumpulan secara keseluruhan maupun secara sebagian (Chaer, 2007: 2-6). Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa leksikon adalah kekayaan kata yang dimiliki suatu bahasa;
komponen bahasa yang memuat semua informasi tentang makna dan pemakaian
kata dalam bahasa.
Leksikon merupakan bagian dari sistem kebudayaan. Setiap kebudayaan
terdiri atas sistem-sistem kategorisasi. Sistem kategorisasi tersebut berfungsi
untuk mengategorikan lingkungan yang dihadapi dalam kehidupan suatu
masyarakat agar menghasilkan leksikon-leksikon yang ada dalam kebudayaan.
Leksikon-leksikon tersebut bukan hanya pengetahuan, melainkan juga teori-teori
dan metode-metode untuk mengategorikan dan untuk merangkai
leksikon-leksikon yang terseleksi.
Leksikon-leksikon yang terseleksi dalam bidang tertentu akan menjadi
sebuah leksikon baru atau teori serta metode baru yang relevan kegunaannya
dengan permasalahan yang ada dalam lingkungan yang dihadapi. Salah satu
contohnya adalah leksikon bidang makanan dan peralatan. Leksikon bidang
makanan dan peralatan dalam praktik penggunaannya merupakan bagian dari
operasionalisasi kebudayaan.
Operasionalisasi dari suatu kebudayaan di dalam lingkungan masyarakat
terwujud melalui norma-norma yang ada dalam masyarakat. Norma terwujud
karena digunakan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang dianggap penting
oleh masyarakat. Salah satu norma tersebut ditandai dengan adanya suatu sistem
2
Nurul Shapira, 2013
Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Timbulnya religi adalah karena adanya kekurangan atau ketidakmampuan
manusia untuk melihat hal-hal atau fenomena-fenomena yang tidak kasat mata.
Gejala-gejala tersebut dirasakan sangat memengaruhi serta mengendalikan
kehidupan manusia. Mereka sadar akan adanya kekuatan di luar fisik atau materi
yang tidak dapat diindra dengan mata, penciuman, dan diraba. Akhirnya, secara
sederhana mereka menemukan jawabannya bahwa adanya roh-roh nenek moyang
dan tempat-tempat tertentu yang dipercayai oleh mereka sebagai sesuatu yang
memiliki kekuatan yang dahsyat yang dapat mengendalikan mereka.
Anggapan tersebut melahirkan tata cara untuk menjaga keharmonisan
dengan karuhun (nenek moyang) dan alam atau tempat-tempat yang dipercaya
memiliki kekuatan. Upaya tersebut ditujukan untuk mencegah atau menghindari
malapetaka akibat kemurkaan kekuatan gaib, di antaranya dengan mengadakan
upacara-upacara, tabu-tabu atau pantangan-pantangan, dan pemujaan-pemujaan
terhadap tempat-tempat tertentu.
Upaya-upaya tersebut dilakukan secara rutin sehingga membentuk pola
kebiasaan (tradisi) yang menjadi bagian dari budaya. Budaya itu sendiri
merupakan sistem yang beragam. Salah satunya keberagaman kebudayaan di tatar
Sunda terdapat di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan
Pangalengan, Kabupaten Bandung.
Kampung Adat Cikondang merupakan salah satu komunitas masyarakat
adat Sunda yang masih memegang adat istiadat dan kepercayaan nenek
moyangnya tanpa terpengaruhi oleh budaya luar. Salah satunya dengan
mengadakan upacara-upacara adat atau ritual-ritual adat tertentu. Salah satu
bentuk pelestarian tradisi leluhur yang paling menonjol di Kampung Adat
Cikondang ini adalah upacara adat Wuku Taun (tutup tahun). Upacara adat Wuku
Taun ini merupakan upacara penyerahan hasil bumi berupa padi yang diperoleh
dalam kurun waktu satu tahun.
Tujuan dari upacara ini adalah sebagai ungkapan rasa syukur, rasa hormat,
serta ungkapan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Dewi Sri atas
3
Nurul Shapira, 2013
Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
memberikan hasil bumi yang dapat menghidupi mereka sepanjang tahun. Melalui
upacara tersebut, masyarakat adat Cikondang berharap agar pada masa yang akan
datang, hasil panen seluruh anggota masyarakat dapat lebih melimpah lagi. Selain
bentuk syukur, Wuku Taun juga dimaksudkan sebagai ritual menyambut tahun
baru. Dalam hal ini, mereka berharap agar selama setahun ke depan, mereka
mendapatkan keselamatan dan perlindungan.
Tradisi Wuku Taun selalu jatuh pada 15 Muharam. Namun, sejak tanggal 1
Muharam, kesibukan warga telah tampak di sana-sini. Mereka bergotong-royong
menumbuk padi dengan menggunakan halu (alat penumbuk padi) yang kelak akan
dijadikan bahan tumpeng lulugu (tumpeng utama). Padi yang sebelumnya
disimpan di lumbung tersebut merupakan hasil panen tahun sebelumnya dari
sawah keramat yang menjadi kekayaan adat. Di samping itu, dalam setiap proses
persiapan dan pelaksanaan upacara adat Wuku Taun ini, masyarakat Kampung
Adat Cikondang masih tetap menjunjung tinggi dan melestarikan tradisi
leluhurnya tanpa terpengaruhi oleh budaya luar. Contohnya, dalam proses
pembuatan makanan, mereka masih menggunakan alat-alat tradisional yang pada
saat ini sudah banyak ditinggalkan oleh masyarakat di luar Kampung Adat
Cikondang. Selain sebagai bukti historis, penggunaan makanan berbahan dasar
beras ini menegaskan keterikatan masyarakat Kampung Adat Cikondang dengan
alam sekitar karena mayoritas penduduk kampung Cikondang bermata
pencaharian petani.
Selain bahan untuk pembuatan tumpeng lulugu, bahan lain yang digunakan
untuk makanan ringan juga berasal dari beras. Di samping tumpeng, terdapat 12
jenis makanan ringan pengiring, seperti peuyeum (tape), dodol (makanan yang
terbuat dari ketan), wajit, angleng, upuntir, ampeyang, borondong, kolontong,
opak beureum, dan opak bodas (makanan yang terbuat dari ketan putih).
Pengiring yang nonberas hanya tebu dan buah pisang. Setiap makanan yang
disajikan dalam upacara adat Wuku Taun ini mempunyai makna tersendiri.
Tumpeng lulugu merupakan simbol dari rasa syukur masyarakat atas hasil
4
Nurul Shapira, 2013
Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tergambar rasa gotong-royong dan kebersamaan masyarakat. Masyarakat yang
membuat tumpeng di rumah-rumah akan menyerahkan tumpengnya ke rumah
adat. Kemudian, pekerja di rumah adat akan membalasnya dengan tumpeng lain
yang lebih lengkap. Upacara ditutup pada sore hari dengan doa bersama sebagai
tanda syukur atas rezeki tahun lalu. Peserta upacara pun bukan hanya masyarakat
adat Cikondang, melainkan juga warga dari luar kampung.
Dalam upacara Wuku Taun terdapat nilai-nilai spiritual dan nilai-nilai
kemanusiaan seperti nilai-nilai pendidikan, sosial, bahkan nilai estetika yang
mewarnai keharmonisan masyarakat multiagama di Kampung Adat Cikondang.
Ini dilakukan sebagai upaya menjaga warisan leluhurnya, yaitu mensyukuri
karunia Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen yang diterimanya dan sebagai
simbol pengagungan Dewi Sri (Dewi Kesuburan). Dilihat dari sisi budaya,
upacara adat Wuku Taun yang sudah berjalan bertahun-tahun ini tentunya
merupakan hal yang dapat dibanggakan oleh masyarakat. Di setiap helatan Wuku
Taun ini, ribuan wisatawan domestik maupun mancanegara datang ke Cikondang
untuk menyaksikan prosesi upacara adat Wuku Taun secara langsung.
Leksikon sebagai bagian dari identitas sosial pengguna merupakan bahan
kajian yang menarik untuk diteliti. Sebelumnya telah ada beberapa penelitian yang
menjadikan masyarakat adat Cikondang sebagai subjek. Salah satunya ialah
penelitian yang dilakukan oleh Yuliana (2007) tentang analisis implementasi
upacara adat Wuku Taun sebagai ungkapan evaluasi diri masyarakat adat
Kampung Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten
Bandung.
Sejauh ini penelitian tentang upacara adat Wuku Taun memang telah
dilakukan. Namun, belum ada penelitian yang secara khusus mengkaji leksikon
makanan dan peralatan dalam upacara adat Wuku Taun. Berdasarkan uraian di
atas, peneliti tertarik mengkaji leksikon makanan dalam upacara adat Wuku Taun
di Kampung Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten
5
Nurul Shapira, 2013
Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Studi etnosemantik difokuskan kepada deskripsi sistem klasifikasi folk
taksonomi dan analisis fitur-fitur atomistis makna leksikon; studi etnosemantik
menghasilkan analisis komponen makna sejumlah leksikon dan penyusunan
sistem folk taksonomi mengenai ranah pengetahuan tertentu (Palmer, 1999; dalam
Patimah 2008: 28). Dengan demikian, peneliti merasa penelitian tentang leksikon
makanan dalam upacara adat Wuku Taun di Kampung Adat Cikondang, Desa
Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung penting untuk dilakukan
agar masyarakat tidak bersikap apatis; tidak hanya terus menjaga, melestarikan
dan melaksanakan adat istiadat Kampung Cikondang sebagai warisan peninggalan
karuhun (leluhur) yang tak ternilai harganya, tetapi juga agar mereka dapat
mengetahui dan memahami makna dari setiap leksikon, yang di dalamnya
mengandung nilai-nilai kebudayaan dan memiliki kearifan lokal yang sangat
tinggi.
B. Masalah
Dalam bagian ini akan dijelaskan berbagai masalah yang menjadi fokus
penelitian. Adapun uraiannya meliputi (1) identifikasi masalah, (2) pembatasan
masalah, dan (3) rumusan masalah.
1. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah diperlukan untuk mengetahui masalah yang timbul
dari topik penelitian. Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
(1) Kurangnya pengetahuan masyarakat Kampung Adat Cikondang tentang
makna yang terkandung dalam setiap leksikon makanan dan peralatan yang
digunakan dalam upacara adat Wuku Taun di Kampung Adat Cikondang, Desa
Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung;
(2) Ancaman terhadap eksistensi makanan dan peralatan tradisional dalam
6
Nurul Shapira, 2013
Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tidak dilestarikan, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, eksistensi leksikon makanan dan peralatan dalam upacara adat
Wuku Taun di masyarakat Kampung Adat Cikondang terancam mengalami
pergeseran.
2. Pembatasan Masalah
Bahasan mengenai unsur budaya yang ada dalam upacara adat Wuku Taun
sangat luas. Oleh karena itu, agar bahasan tidak menyimpang serta terlalu luas,
penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut ini.
(1) Penelitian ini akan difokuskankan pada leksikon makanan dan peralatan yang
digunakan dalam upacara adat Wuku Taun di Kampung Adat Cikondang, Desa
Lamajang, Kecamatan Pangalengan,Kabupaten Bandung pada tahun 2012.
(2) Sumber data akan digali dari narasumber yang bisa memberikan keterangan
tentang leksikon makanan dan peralatan yang digunakan dalam upacara adat
Wuku Taun, khususnya Ilin Dahsyah seorang tokoh adat di Kampung Adat
Cikondang.
(3) Penelitian ini menganalisis klasifikasi bentuk lingual leksikon makanan dan
peralatan dalam upacara adat Wuku Taun, deskripsi leksikon makanan dan
pealatan dalam upacara adat Wuku Taun, dan cerminan kebudayaan yang
terdapat dalam leksikon tersebut.
(4) Penelitian ini menggunakan pendekatan etnosemantik.
3. Perumusan Masalah
Agar dapat mengungkap masalah tersebut secara sistematis, diperlukan
suatu rumusan masalah yang jelas. Berikut ini adalah rumusan masalahnya.
(1) Bagaimanakah klasifikasi bentuk lingual leksikon makanan dan peralatan
dalam upacara adat Wuku Taun?
(2) Bagaimanakah deskripsi leksikon makanan dan peralatan pada upacara adat
7
Nurul Shapira, 2013
Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(3) Bagaimana cerminan kebudayaan yang terdapat dalam leksikon makanan dan
peralatan pada upacara adat Wuku Taun?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkap makna dan nilai-nilai
kebudayaan dari suatu daerah. Untuk mencapai tujuan itu, hal-hal yang dibahas
dalam penelitian ini mencakup pokok-pokok sebagai berikut:
(1) Mendeskripsikan klasifikasi bentuk lingual leksikon makanan dan peralatan
dalam upacara adat Wuku Taun;
(2) mendeskripsi leksikon makanan dan peralatan pada upacara adat Wuku Taun
di Kampung Adat Cikondang;
(3) mendeskripsikan cerminan kebudayaan yang terdapat dalam leksikon
makanan dan peralatan pada upacara adat Wuku Taun.
D. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan uraian di atas, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
berbagai manfaat, baik manfaat teoretis maupun manfaat praktis. Secara teoretis,
penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar atau referensi untuk
melakukan penelitian sejenis atau penelitian selanjutnya di bidang ilmu linguistik,
khususnya cabang etnosemantik. Secara praktis, penelitian ini diharapkan
memiliki manfaat sebagai berikut:
(1) Terdokumentasikan klasifikasi bentuk lingual leksikon makanan dan peralatan
dalam upacara adat Wuku Taun;
(2) terdokumentasikan deskripsi leksikon makanan dan peralatan pada upacara
adat Wuku Taun di Kampung Adat Cikondang;
(3) terdokumentasikan deskripsi cerminan kebudayaan yang terdapat dalam
8
Nurul Shapira, 2013
Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(4) menjadi wujud usaha pelestarian bahasa dan budaya yang dimiliki oleh Jawa
Barat;
(5) merupakan wujud pemertahanan identitas lokal berbasis bahasa dan
kebudayaan.
E. Asumsi
Adapun yang menjadi dasar penelitian ini adalah sebagai berikut.
(1) Upacara adat Wuku Taun merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat
Sunda yang sampai saat ini masih berkembang di Kampung Adat Cikondang
dan merupakan salah satu tradisi di dalam masyarakat yang di dalamnya
terdapat nilai-nilai luhur dalam kehidupan.
(2) Fungsi penting dalam upacara adat adalah untuk menguatkan keyakinan
terhadap adanya dunia gaib serta mengekspresikan emosi keagamaan secara
simbolik.
(3) Pada upacara adat Wuku Taun terdapat leksikon makanan dan peralatan yang
digunakan dalam pelaksanaan upacara adat tersebut.
F. Struktur Organisasi Skripsi
Sebagai gambaran umum dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyusun
ringkasan struktur organisasi skripsi dari bab I hinga bab V. Dalam bab I, penulis
menguraikan latar belakang, masalah (identifkasi masalah, pembatasan, dan
perumusan masalah), tujuan penelitian, manfaat penelitian (manfaat teoretis dan
manfaat praktis), asumsi dasar, dan struktur organisasi skripsi.
Dalam bab II, penulis menguraikan landasan teoretis yang memaparkan
aspek-aspek sebagai berikut: (1) ihwal penelitian terdahulu, (2) etnosemantik, (3)
pengertian leksikon, (4) bentuk lingual (kata, frasa), (5) pandangan hidup orang
sunda, (6) cerminan kebudayaan Kampung Adat Cikondang dalam upacara adat
9
Nurul Shapira, 2013
Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam bab III, penulis memaparkan metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian. Adapun metode tersebut meliputi (1) lokasi penelitian, (2)
desain penelitian (3) data dan sumber data, (4) metode penelitian, (5) definisi
operasional, (6) instrumen penelitian (instrumen pengumpulan data dan instumen
analisis data), (7) teknik pengumpulan data (observasi, wawancara, telaah
pustaka), (8) teknik analisis data (analisis berdasarkan tabel klasifikasi medan
makna, analisis fungsi lingual dan fungsi bahasa, menganalisis cerminan budaya
yang terdapat pada leksikon makanan dan peralatan yang digunakan dalam
upacara adat Wuku Taun di Kampung adat Cikondang, Desa Lamajang,
Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung).
Dalam bab IV, penulis memperlihatkan pengolahan dan analisis data hasil
penelitian berdasarkan observasi di lapangan tentang leksikon makanan dan
peralatan yang digunakan dalam upacara adat Wuku Taun di Kampung Adat
Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung.
Akhirnya, dalam bab V disajikan kesimpulan dari pembahasan yang diuraikan
sebelumnya serta rekomendasi yang dianggap perlu dalam usaha menuju
43
Nurul Shapira, 2013
Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Sesuai dengan judulnya, penelitian ini dilakukan di Kampung Adat
Cikondang. Kampung Adat Cikondang secara administratif terletak di Kecamatan
Pangalengan, Kabupaten Bandung Barat. Kampung Adat Cikondang ini
berbatasan dengan Desa Cikalong dan Desa Cipinang (Kecamatan Cimaung) di
sebelah utara, Desa Pulosari di sebelah selatan, Desa Tribakti Mulya di sebelah
timur, serta Desa Sukamaju di sebelah barat.
Jarak dari Kota Bandung ke Kampung Adat Cikondang ini kira-kira 38
kilometer, sedangkan dari pusat Kecamatan Pangalengan kira-kira 11 kilometer.
Lokasi ini sengaja dipilih karena masyarakat Kampung Adat Cikondang ini masih
berpegang teguh pada adat istiadat dan kepercayaan terhadap leluhur mereka
walaupun berada dalam kehidupan modern.
B. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti mencoba mengilustrasikan desain penelitian
dalam menganalisis leksikon-leksikon yang digunakan dalam upacara adat Wuku
Taun di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan,
44
Nurul Shapira, 2013
Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.1 Bagan Desain Penelitian
Narasumber
Simak dan Catat
Mengidentifikasikan dan mengelompokan leksikon makanan
dan peralatan dalam upacara adat Wuku Taun
Mengkaji leksikon dengan Menggunakan Teori Etnosemantik
Menganalisis klasifikasi bentuk lingual, mendeskripsikan
leksikon makanan dan peralatan dalam upacara Adat Wuku
Taun, dan mendeskripsikan cerminan kebudayaan dalam
leksikon makanan dan peralatan dalam upacara adat Wuku
Taun.
45
Nurul Shapira, 2013
Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C. Data dan Sumber Data
1. Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa leksikon-leksikon
makanan dan peralatan yang digunakan dalam upacara adat Wuku Taun di
Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten
Bandung dalam bahasa Sunda.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari seorang narasumber yang
bisa memberikan keterangan tentang berbagai leksikon makanan dan peralatan
yang digunakan dalam pelaksanaan upacara adat Wuku Taun, yakni Ilin Dahsyah
seorang tokoh adat di Kampung Adat Cikondang.
D. Metode Penelitian
Penelitian ini tidak hanya mengkaji leksikon makanan dan peralatan yang
digunakan dalam upacara adat Wuku Taun dari segi kebahasaannya, tetapi juga
dilihat dari segi sosial budayanya. Oleh karena itu, peneliti menggunakan
pendekatan teoretis etnolinguistik, khususnya ranah kajian etnosemantik untuk
membahas data dalam penelitian ini.
Secara metodologis, pendekatan etnosemantik dalam penelitian ini
menggunakan model etnografi komunikasi. Studi etnografi adalah pengembangan
dari antropologi linguistik yang dipahami dalam konteks komunikasi (Hymes,
1962; dalam Patimah, 2008: 36 ). Dengan etnografi komunikasi, penggambaran
bahasa dalam suatu kebudayaan bukan pada bahasa itu sendiri, melainkan pada
komunikasinya (Kuswarno, 2008: 12). Etnografi komunikasi tidak hanya
membahas kaitan antara bahasa dan kebudayaan, tetapi juga membahas ketiganya
secara sekaligus.
Dengan etnografi komunikasi, peneliti dapat mendeskripsikan suatu
kebudayaan dengan memahami suatu pandangan hidup dari suatu sudut pandang
46
Nurul Shapira, 2013
Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
peneliti ikut berpartisipasi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat budaya Sunda
(Marcus dan Fisher, 1968: 18; dalam Patimah, 2008: 36).
Etnografi komunikasi sangat relevan termasuk dalam ranah penelitian
kualitatif (Kuswarno, 2008: 31; dalam Patimah, 2008: 37). Dalam penelitian
kualitatif, penelitian yang alamiah sangatlah penting karena dalam penelitian ini
diasumsikan bahwa perilaku dan makna yang dianut sekelompok manusia hanya
dapat dipahami melalui analisis dari suatu lingkungan.
Pada penelitian kualitatif, peneliti berusaha memahami subjek dari
kerangka berpikirnya sendiri (Taylor & Bogdan, 1984; dalam Patimah, 2008: 37).
Dengan demikian, yang terpenting adalah pengalaman, pendapat, perasaan, dan
pengetahuan partisipan (Patton, 1990; dalam Patimah, 2008: 37).
Penelitian ini juga menggunakan pendekatan etnosemantik dengan metode
kualitatif. Metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan. Sejalan dengan pendekatan
penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif
adalah penelitian yang berupa akumulasi data dasar hanya dengan cara
pendeskripsian, tidak menguji hipotesis, serta tidak membuat ramalan.
Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat gambaran secara
sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau
daerah tertentu (Suyatna, 2002: 14; dalam Patimah, 2008: 37). Dengan
menggunakan metode ini, data yang dihasilkan adalah data yang sesuai dengan
keadaan di lapangan tanpa ada manipulasi dari peneliti. Peneliti hanya
menafsirkan data yang berkenaan dengan fakta dan keadaan yang terjadi saat
penelitian berlangsung dan menyajikan dengan apa adanya. Berdasarkan
pemaparan di atas, penelitian ini berusaha menggambarkan sekaligus
mendeskripsikan fenomena kebahasaan yang ada, khususnya menganalisis
leksikon-leksikon makanan dan peralatan yang digunakan dalam upacara adat
Wuku Taun di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan
47
Nurul Shapira, 2013
Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu E. Definisi Operasional
Berikut ini dijelaskan beberapa definisi opersional tentang upacara adat
Wuku Taun, leksikon, dan kajian tentang etnosemantik.
(1) Upacara adat Wuku Taun adalah salah satu upacara adat yang terdapat di
Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan,
Kabupaten Bandung. Upacara adat Wuku Taun ini merupakan bentuk rasa
syukur masyarakat Kampung Adat Cikondang atas hasil panen yang diterima
oleh mereka selama kurun waktu satu tahun.
(2) Leksikon yang dimaksud dalam penelitian ini adalah leksikon makanan dan
peralatan dalam upacara adat Wuku Taun. Leksikon tersebut memiliki makna
dan simbol-simbol tertentu.
(3) Etnosemantik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendekatan yang
digunakan untuk mencari pengetahuan sebuah etnik melalui leksikon yang
digunakan penuturnya pada leksikon makanan dan peralatan dalam upacara
adat Wuku Taun.
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini ada tiga teknik pengumpulan data yang digunakan,
yaitu teknik observasi partisipan, teknik wawancara, dan teknik telaah pustaka.
Berikut ini penjelasan ketiga teknik tersebut.
1. Observasi Partisipan
Teknik observasi partisipan adalah metode tradisional yang digunakan
dalam antropologi dan merupakan sarana untuk peneliti masuk ke dalam
masyarakat yang akan ditelitinya. Observasi partisipan juga merupakan cara yang
efektif untuk mengubah status peneliti dari outsider menjadi insider. Dalam
konteks penelitian ini, peneliti merupakan bagian dari masyarakat Sunda sehingga
dapat berkomunikasi dengan narasumber yang diteliti. Hal ini dapat memudahkan
peneliti untuk menangkap cara narasumber tersebut dalam memberikan
48
Nurul Shapira, 2013
Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Taun. Selain itu, peneliti juga dapat mengumpulkan data-data yang terkait dengan
proyek penelitian budaya Kampung Adat Cikondang melalui observasi secara
langsung. Sumber-sumber yang dikumpulkan itu diidentifikasi dan diolah melalui
tahapan deskripsi.
2. Simak dan Catat
Sebagai turunan dari teknik observasi partisipan, dalam penelitian ini
digunakan dua macam teknik pengumpulan data, yaitu teknik simak dan teknik
catat (Sudaryanto, 1993:153). Teknik simak dilakukan dengan cara menyimak
percakapan antara peneliti dengan narasumber khususnya tokoh adat Cikondang.
Sementara itu, dalam metode catat, peneliti melakukan pencatatan terhadap hasil
wawancara yang diperoleh.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman observasi
dan pedoman wawancara berupa daftar tanyaan yang diberikan kepada
narasumber. Berikut ini contoh tabel pedoman observasi dan tabel daftar tanyaan
yang digunakan.
Buah yang digunakan untuk membuat rujak
Makanan yang terbuat dari beras ketan yang ditumbuk dan dicampur dengan gula merah
Air kelapa yang digunakan untuk membuat rujak
2. Peralatan
a. Kapol b. Bekong c. Eunteung
Wewangian yang digunakan untuk pelengkap sesaji Gelas tradisional yang terbuat dari bambu
49
Nurul Shapira, 2013
Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.3Tabel Pedoman Wawancara
No Pertanyaan
1. Makanan apa saja yang digunakan dalam upacara adat Wuku Taun ?
2. Peralatan apa saja yang digunakan dalam upacara adat Wuku Taun ?
3. Apa makna yang terkandung dalam leksikon makanan dan peralatan yang
digunakan dalam upacara adat Wuku Taun ?
H. Teknik Analisis Data
Pada dasarnya proses analisis data dalam etnografi berjalan bersamaan
dengan pengumpulan data. Ketika melakukan catatan lapangan, secara bersamaan
peneliti juga telah melakukan analisis data. Dalam etnografi, peneliti bisa kembali
lagi ke lapangan untuk mengumpulkan dan melengkapi data-data yang kurang
lengkap. Dengan kata lain, proses pengumpulan data dalam penelitian etnografi
tidak cukup hanya sekali.
Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah berdasarkan tahapan
analisis data. Adapun tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut.
(1)memeriksa data-data yang telah terkumpulkan;
(2)mengklasifikasikan bentuk lingual dari leksikon makanan dan peralatan dalam
upacara adat Wuku Taun;
(3)mendeskripsikan leksikon makanan dan peralatan yang digunakan dalam
upacara adat Wuku Taun;
(4)mendeskripsikan cerminan kebudayaan yang terdapat dalam leksikon makanan
dan peralatan pada upacara adat Wuku Taun;
103
Nurul Shapira, 2013
Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Masyarakat Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan
Pangalengan, Kabupaten Bandung merupakan salah satu komunitas masyarakat
adat Sunda yang masih memegang adat istiadat dan kepercayaan nenek
moyangnya tanpa terpengaruhi oleh budaya luar. Salah satunya dengan
mengadakan upacara-upacara adat atau ritual-ritual adat tertentu. Salah satu
bentuk pelestarian tradisi leluhur yang paling menonjol di Kampung Adat
Cikondang ini adalah upacara adat Wuku Taun (tutup tahun). Upacara adat Wuku
Taun ini merupakan upacara penyerahan hasil bumi berupa padi yang diperoleh
dalam kurun waktu satu tahun. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan,
peneliti dapat merumuskan kesimpulan sebagai berikut.
(1) Dalam upacara adat Wuku Taun terdapat 50 leksikon makanan dan peralatan
yang digunakan. Ada 21 leksikon yang termasuk dalam kategori kata
monomorfemis (kata dasar), 3 leksikon yang termasuk dalam kategori kata
polimorfemis (kata berimbuhan), dan 26 leksikon yang termasuk dalam
kategori frasa nominal. Berdasarkan kategori kata, semua leksikon makanan
dan peralatan tersebut termasuk ke dalam kategori nomina atau frasa nominal.
Dengan demikian, kekayaan leksikon nomina atau frasa nominal ini sekaligus
menunjukan kekayaan produk budaya dalam uapacara adat Wuku Taun di
Kampung Adat Cikondang.
(2) Deskripsi leksikon makanan dan peralatan yang digunakan dalam upacara adat
Wuku Taun terbagi dalam dua kategori, yaitu leksikon makanan dan leksikon
peralatan. Leksikon makanan berjumlah 31 leksikon yang meliputi kategori
(a) leksikon bahan, (b) leksikon makanan pelengkap, (c) leksikon makanan
ringan, dan (d) leksikon makanan utama. Leksikon bahan berjumlah 10
leksikon yang meliputi 3 leksikon beras (béas paré huma, béas ketan, béas
104
Nurul Shapira, 2013
Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
hayam bodas, hayam hideung, dan hayam hawuk); leksikon makanan
pelengkap berjumlah 6 leksikon (tumis kentang, asin pépéték, hayam goréng,
kurupuk kemplang, cabé gombol, dan tempé goréng); leksikon makanan
ringan berjumlah 13 leksikon (opak beureum, opak bodas, kolontong angka 8,
wajit, ampéang borondong, peuyeum ketan hideung, cau emas, tiwu, angléng,
dodol ketan, ampéang, pupuntir, dan rujak si manis madu); leksikon makanan
utama berjumlah 2 leksikon (tumpeng lulugu dan tumpeng pangiring).
Sementara itu, leksikon peralatan berjumlah 19 leksikon yang meliputi 7
leksikon alat (eunteung, pamérés, bekong, nyiru, padaringan, halu dan lisung)
dan 12 leksikon perlengkapan (boéh, samak, gambir, seureuh, kapol, menyan,
surutu, susudi, takir, konca, kisa, dan paré).
(3) Leksikon makanan dan peralatan dalam upacara adat Wuku Taun
mencerminkan kebudayaan masyarakat Kampung Adat Cikondang. Cerminan
tersebut meliputi cerminan kebudayaan dalam dimensi vertikal dan cerminan
kebudayaan dalam dimensi horizontal. Dalam dimensi vertikal terdapat 7
leksikon yang mencerminkan sistem kepercayaan kepada Tuhan (tumpeng
lulugu, tumpeng pangiring, hayam goréng, témpé goréng, opak bodas,
ampéang borondong, dan cau emas) dan 14 leksikon yang mencerminkan
sistem kepercayaan kepada leluhur (kolontong angka 8, cai kalapa, béas paré
huma, béas ketan, béas biasa, hayam hideung, paré, boéh, gambir, seureuh,
eunteung, pamérés, menyan, dan surutu). Sementara itu, dalam dimensi
horizontal terdapat 6 leksikon yang mencerminkan sistem pengetahuan (gula
arén, rujak si manis madu, susudi, tumis kentang, asin pépéték, dan takir), 2
leksikon yang mencerminkan sistem kesenian (lisung dan halu), 4 leksikon
yang mencerminkan sistem mata pencaharian (kurupuk kemplang, cabé
gombol, opak beureum, dan dodol ketan), 14 lesikon yang mencerminkan
sistem kemasyarakatan (wajit, ampéang, peuyeum ketan hideung, tiwu,
pupuntir, kalapa ngora, ganas, hayam bodas, hayam hawuk, samak, kapol,
konca, kisa, dan angléng), dan 3 leksikon yang mencerminkan sistem
105
Nurul Shapira, 2013
Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti menyampaikan beberapa saran
sebagai berikut.
(1) Peneliti selanjutnya hendaknya melakukan kajian lebih lanjut dan mendalam
tentang upacara adat Wuku Taun agar dapat mengetahui secara pasti asal mula
pelaksanaan upacara adat Wuku Taun di Kampung adat Cikondang, Desa
Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung.
(2) Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, eksistensi
leksikon makanan dan peralatan dalam upacara adat Wuku Taun di masyarakat
Kampung Adat Cikondang terancam mengalami pergeseran. Ancaman
terhadap eksistensi makanan dan peralatan tradisional dalam upacara adat
Wuku Taun juga mengancam eksistensi identitas nasional. Oleh karena itu,
seluruh masyarakat Kampung Adat Cikondang diharapkan agar tetap menjaga
dan melestarikan upacara adat Wuku Taun sebagai salah satu identitas budaya
Sunda.
(3) Masyarakat Kampung Adat Cikondang khususnya dan masyarakat di luar
Kampung Adat Cikondang hendaknya juga dapat memahami setiap makna
yang terkandung dalam upacara adat Wuku Taun yang merupakan warisan
budaya yang tidak ternilai harganya. Selain itu, dengan diadakannya upacara
adat Wuku Taun, seluruh masyarakat kampung adat Cikondang diharapkan
dapat lebih meningkatkan rasa kekeluargaan dan rasa gotong royong
antarsesama masyarakat.
(4) Pemerintah Desa Lamajang hendaknya meningkatkan kualitas sarana
pendukung dalam upacara adat Wuku Taun sehingga masyarakat luas akan
semakin tertarik untuk mengikuti kegiatan tersebut. Program ini sangat
106
Nurul Shapira, 2013
Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2007. Leksikologi dan Leksikografi Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Darheni, Nani. 2010. “Leksikon Aktivitas Mata dalam Toponim di Jawa Barat:
Kajian Etnosemantik” dalam Jurnal Linguistik Indonesia, Tahun ke-28, No. 1, Februari 2010, hal. 55-67.
Depdiknas 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi III Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hidayatullah, Rizki dan Fasya Mahmud. 2012. Konsep Nasi dalam Bahasa Sunda: Studi Antropolinguistik di Kampung Naga, Kecamatan Salawu,
Kabupaten Tasikmalaya” dalam Jurnal Konferensi Linguistik Tahunan
Atma Jaya. Tahun ke-10, hal 73-77.
Ibrahim, Abdul Syukur. 1994. Panduan Penelitian Etnografi komunikasi. Surabaya: Usaha Nasional.
Keraf, Gorys. 1991. Tata Bahasa Indonesia. Flores: Nusa Indah.
Keraf, Gorys. 1979. Komposisi. Jakarta: Nusa Indah.
Koentjaraningrat. 1985. Ritus Perlihan di Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Koentjaraningrat. 1994. Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Patimah, Ratna S. 2008. “Nama jajanan tradisional khas Sunda”. Skripsi pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.
107
Nurul Shapira, 2013
Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Ramlan, M. 1987. Morfologi. Yogyakarta. Karyono.
Ramlan, M. 1991. Tata Bahasa Indonesia: Penggolongan kata. Yogyakarta: Andi Offset.
Satjadibrata. 2011. Kamus Sunda-Indonesia. Bandung: Kiblat Buku Utama.
Sudana, D., dkk. 2012. “Eksplorasi Nilai Pendidikan Lingkungan Hidup dalam Leksikon Etnobotani: Kajian etnopedagogi di Kampung Naga, Kabupaten
Tasikmalaya”. Proposal Penelitian. Bandung: UPI.
Suryani, N.S., Elis. 2006. Pandangan Hidup Orang Sunda Tentang Hubungan Antara Manusia dengan Lingkungan Masyarakatnya. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Kebudayaan Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Budaya Sunda.
Widiatmoko, Sigit. 2011. “Leksikon kemaritiman di Pantai Tanjung Pakis
Kabupaten Karawan.” Skripsi pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.