• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEKSIKON MAKANAN DAN PERALATAN DALAM UPACARA ADAT WUKU TAUN DI KAMPUNG ADAT CIKONDANG, DESA LAMAJANG, KECAMATAN PANGALENGAN, KABUPATEN BANDUNG (Kajian Etnosemantik).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "LEKSIKON MAKANAN DAN PERALATAN DALAM UPACARA ADAT WUKU TAUN DI KAMPUNG ADAT CIKONDANG, DESA LAMAJANG, KECAMATAN PANGALENGAN, KABUPATEN BANDUNG (Kajian Etnosemantik)."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LEKSIKON MAKANAN DAN PERALATAN

DALAM UPACARA ADAT WUKU TAUN

DI KAMPUNG ADAT CIKONDANG, DESA LAMAJANG,

KECAMATAN PANGALENGAN, KABUPATEN BANDUNG

(Kajian Etnosemantik)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Sastra

oleh

NURUL SHAPIRA

NIM 0907037

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2013

LEKSIKON MAKANAN DAN PERALATAN

DALAM UPACARA ADAT WUKU TAUN

DI KAMPUNG ADAT CIKONDANG, DESA LAMAJANG,

KECAMATAN PANGALENGAN, KABUPATEN BANDUNG

(Kajian Etnosemantik)

Oleh

Nurul Shapira

(3)

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu © Nurul Shapira 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

November 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(4)

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu LEKSIKON MAKANAN DAN PERALATAN

DALAM UPACARA ADAT WUKU TAUN

DI KAMPUNG ADAT CIKONDANG, DESA LAMAJANG, KECAMATAN PANGALENGAN, KABUPATEN BANDUNG

(Kajian Etnosemantik)

oleh

Nurul Shapira NIM 0907037

disetujui dan disahkan oleh

Pembimbing I,

Drs. Kholid A. Harras, M.Pd. NIP 196401221989031001

Pembimbing II,

Mahmud Fasya, S.Pd., M.A. NIP 197712092005011001

diketahui oleh

Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

(5)

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Dr. Dadang S. Anshori, M.Si.

(6)

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

(7)

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

(8)

vii

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

BAB II IHWAL PENELITIAN TERDAHULU, ETNOSEMANTIK, DAN CERMINAN KEBUDAYAAN DALAM UPACARA ADAT WUKU TAUN A. Penelitian Terdahulu ... 10

B. Etnosemantik ... 12

1. Pengertian Etnosemantik... 13

2. Pengertian Leksikon ... 13

3. Bentuk Lingual ... 14

4. Etnografi Sunda... 16

(9)

viii

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Selayang Pandang Kampung Adat Cikondang ... 26

1. Upacara adat Wuku Taun ... 38

2. Proses Pelaksanaan Upacara Adat Wuku Taun ... 39

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Klasifikasi Bentuk Lingual Leksikon Makanan dan Peralatan dalam Upacara Adat Wuku Taun di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung ... 51

1. Leksikon Berwujud Kata ... 51

a. Kata Dasar (Monomorfemis) ... 51

b. Kata Berimbuhan (Polimorfemis) ... 52

2. Leksikon Berwujud Frasa ... 53

B. Deskripsi Leksikon Makanan dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun ... 55

C. Cerminan Kebudayaan Leksikon Makanan dan Peralatan dalam Upacara Adat Wuku Taun... 88

1. Cerminan Kebudayaan dalam Dimensi Vertikal ... 88

a. Kepercayaan Kepada Tuhan ... 88

(10)

ix

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Cerminan Kebudayaan dalam Dimensi Horizontal ... 94

a. Sistem Pengetahuan ... 94

b. Sistem Kesenian ... 96

c. Sistem Mata Pencaharian ... 97

d. Sistem Kemasyarakatan ... 98

e. Sistem Peralatan Hidup ... 101

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 103

B. Saran ... 105

DAFTAR PUSTAKA ... 106

(11)

1

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Leksikon berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu lexicon yang berarti „kata‟, „ucapan‟, atau „cara bicara‟. Istilah leksikon lazim digunakan untuk mewadahi konsep “kumpulan leksem” dari suatu bahasa, baik kumpulan secara keseluruhan maupun secara sebagian (Chaer, 2007: 2-6). Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa leksikon adalah kekayaan kata yang dimiliki suatu bahasa;

komponen bahasa yang memuat semua informasi tentang makna dan pemakaian

kata dalam bahasa.

Leksikon merupakan bagian dari sistem kebudayaan. Setiap kebudayaan

terdiri atas sistem-sistem kategorisasi. Sistem kategorisasi tersebut berfungsi

untuk mengategorikan lingkungan yang dihadapi dalam kehidupan suatu

masyarakat agar menghasilkan leksikon-leksikon yang ada dalam kebudayaan.

Leksikon-leksikon tersebut bukan hanya pengetahuan, melainkan juga teori-teori

dan metode-metode untuk mengategorikan dan untuk merangkai

leksikon-leksikon yang terseleksi.

Leksikon-leksikon yang terseleksi dalam bidang tertentu akan menjadi

sebuah leksikon baru atau teori serta metode baru yang relevan kegunaannya

dengan permasalahan yang ada dalam lingkungan yang dihadapi. Salah satu

contohnya adalah leksikon bidang makanan dan peralatan. Leksikon bidang

makanan dan peralatan dalam praktik penggunaannya merupakan bagian dari

operasionalisasi kebudayaan.

Operasionalisasi dari suatu kebudayaan di dalam lingkungan masyarakat

terwujud melalui norma-norma yang ada dalam masyarakat. Norma terwujud

karena digunakan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang dianggap penting

oleh masyarakat. Salah satu norma tersebut ditandai dengan adanya suatu sistem

(12)

2

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Timbulnya religi adalah karena adanya kekurangan atau ketidakmampuan

manusia untuk melihat hal-hal atau fenomena-fenomena yang tidak kasat mata.

Gejala-gejala tersebut dirasakan sangat memengaruhi serta mengendalikan

kehidupan manusia. Mereka sadar akan adanya kekuatan di luar fisik atau materi

yang tidak dapat diindra dengan mata, penciuman, dan diraba. Akhirnya, secara

sederhana mereka menemukan jawabannya bahwa adanya roh-roh nenek moyang

dan tempat-tempat tertentu yang dipercayai oleh mereka sebagai sesuatu yang

memiliki kekuatan yang dahsyat yang dapat mengendalikan mereka.

Anggapan tersebut melahirkan tata cara untuk menjaga keharmonisan

dengan karuhun (nenek moyang) dan alam atau tempat-tempat yang dipercaya

memiliki kekuatan. Upaya tersebut ditujukan untuk mencegah atau menghindari

malapetaka akibat kemurkaan kekuatan gaib, di antaranya dengan mengadakan

upacara-upacara, tabu-tabu atau pantangan-pantangan, dan pemujaan-pemujaan

terhadap tempat-tempat tertentu.

Upaya-upaya tersebut dilakukan secara rutin sehingga membentuk pola

kebiasaan (tradisi) yang menjadi bagian dari budaya. Budaya itu sendiri

merupakan sistem yang beragam. Salah satunya keberagaman kebudayaan di tatar

Sunda terdapat di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan

Pangalengan, Kabupaten Bandung.

Kampung Adat Cikondang merupakan salah satu komunitas masyarakat

adat Sunda yang masih memegang adat istiadat dan kepercayaan nenek

moyangnya tanpa terpengaruhi oleh budaya luar. Salah satunya dengan

mengadakan upacara-upacara adat atau ritual-ritual adat tertentu. Salah satu

bentuk pelestarian tradisi leluhur yang paling menonjol di Kampung Adat

Cikondang ini adalah upacara adat Wuku Taun (tutup tahun). Upacara adat Wuku

Taun ini merupakan upacara penyerahan hasil bumi berupa padi yang diperoleh

dalam kurun waktu satu tahun.

Tujuan dari upacara ini adalah sebagai ungkapan rasa syukur, rasa hormat,

serta ungkapan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Dewi Sri atas

(13)

3

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memberikan hasil bumi yang dapat menghidupi mereka sepanjang tahun. Melalui

upacara tersebut, masyarakat adat Cikondang berharap agar pada masa yang akan

datang, hasil panen seluruh anggota masyarakat dapat lebih melimpah lagi. Selain

bentuk syukur, Wuku Taun juga dimaksudkan sebagai ritual menyambut tahun

baru. Dalam hal ini, mereka berharap agar selama setahun ke depan, mereka

mendapatkan keselamatan dan perlindungan.

Tradisi Wuku Taun selalu jatuh pada 15 Muharam. Namun, sejak tanggal 1

Muharam, kesibukan warga telah tampak di sana-sini. Mereka bergotong-royong

menumbuk padi dengan menggunakan halu (alat penumbuk padi) yang kelak akan

dijadikan bahan tumpeng lulugu (tumpeng utama). Padi yang sebelumnya

disimpan di lumbung tersebut merupakan hasil panen tahun sebelumnya dari

sawah keramat yang menjadi kekayaan adat. Di samping itu, dalam setiap proses

persiapan dan pelaksanaan upacara adat Wuku Taun ini, masyarakat Kampung

Adat Cikondang masih tetap menjunjung tinggi dan melestarikan tradisi

leluhurnya tanpa terpengaruhi oleh budaya luar. Contohnya, dalam proses

pembuatan makanan, mereka masih menggunakan alat-alat tradisional yang pada

saat ini sudah banyak ditinggalkan oleh masyarakat di luar Kampung Adat

Cikondang. Selain sebagai bukti historis, penggunaan makanan berbahan dasar

beras ini menegaskan keterikatan masyarakat Kampung Adat Cikondang dengan

alam sekitar karena mayoritas penduduk kampung Cikondang bermata

pencaharian petani.

Selain bahan untuk pembuatan tumpeng lulugu, bahan lain yang digunakan

untuk makanan ringan juga berasal dari beras. Di samping tumpeng, terdapat 12

jenis makanan ringan pengiring, seperti peuyeum (tape), dodol (makanan yang

terbuat dari ketan), wajit, angleng, upuntir, ampeyang, borondong, kolontong,

opak beureum, dan opak bodas (makanan yang terbuat dari ketan putih).

Pengiring yang nonberas hanya tebu dan buah pisang. Setiap makanan yang

disajikan dalam upacara adat Wuku Taun ini mempunyai makna tersendiri.

Tumpeng lulugu merupakan simbol dari rasa syukur masyarakat atas hasil

(14)

4

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tergambar rasa gotong-royong dan kebersamaan masyarakat. Masyarakat yang

membuat tumpeng di rumah-rumah akan menyerahkan tumpengnya ke rumah

adat. Kemudian, pekerja di rumah adat akan membalasnya dengan tumpeng lain

yang lebih lengkap. Upacara ditutup pada sore hari dengan doa bersama sebagai

tanda syukur atas rezeki tahun lalu. Peserta upacara pun bukan hanya masyarakat

adat Cikondang, melainkan juga warga dari luar kampung.

Dalam upacara Wuku Taun terdapat nilai-nilai spiritual dan nilai-nilai

kemanusiaan seperti nilai-nilai pendidikan, sosial, bahkan nilai estetika yang

mewarnai keharmonisan masyarakat multiagama di Kampung Adat Cikondang.

Ini dilakukan sebagai upaya menjaga warisan leluhurnya, yaitu mensyukuri

karunia Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen yang diterimanya dan sebagai

simbol pengagungan Dewi Sri (Dewi Kesuburan). Dilihat dari sisi budaya,

upacara adat Wuku Taun yang sudah berjalan bertahun-tahun ini tentunya

merupakan hal yang dapat dibanggakan oleh masyarakat. Di setiap helatan Wuku

Taun ini, ribuan wisatawan domestik maupun mancanegara datang ke Cikondang

untuk menyaksikan prosesi upacara adat Wuku Taun secara langsung.

Leksikon sebagai bagian dari identitas sosial pengguna merupakan bahan

kajian yang menarik untuk diteliti. Sebelumnya telah ada beberapa penelitian yang

menjadikan masyarakat adat Cikondang sebagai subjek. Salah satunya ialah

penelitian yang dilakukan oleh Yuliana (2007) tentang analisis implementasi

upacara adat Wuku Taun sebagai ungkapan evaluasi diri masyarakat adat

Kampung Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten

Bandung.

Sejauh ini penelitian tentang upacara adat Wuku Taun memang telah

dilakukan. Namun, belum ada penelitian yang secara khusus mengkaji leksikon

makanan dan peralatan dalam upacara adat Wuku Taun. Berdasarkan uraian di

atas, peneliti tertarik mengkaji leksikon makanan dalam upacara adat Wuku Taun

di Kampung Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten

(15)

5

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Studi etnosemantik difokuskan kepada deskripsi sistem klasifikasi folk

taksonomi dan analisis fitur-fitur atomistis makna leksikon; studi etnosemantik

menghasilkan analisis komponen makna sejumlah leksikon dan penyusunan

sistem folk taksonomi mengenai ranah pengetahuan tertentu (Palmer, 1999; dalam

Patimah 2008: 28). Dengan demikian, peneliti merasa penelitian tentang leksikon

makanan dalam upacara adat Wuku Taun di Kampung Adat Cikondang, Desa

Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung penting untuk dilakukan

agar masyarakat tidak bersikap apatis; tidak hanya terus menjaga, melestarikan

dan melaksanakan adat istiadat Kampung Cikondang sebagai warisan peninggalan

karuhun (leluhur) yang tak ternilai harganya, tetapi juga agar mereka dapat

mengetahui dan memahami makna dari setiap leksikon, yang di dalamnya

mengandung nilai-nilai kebudayaan dan memiliki kearifan lokal yang sangat

tinggi.

B. Masalah

Dalam bagian ini akan dijelaskan berbagai masalah yang menjadi fokus

penelitian. Adapun uraiannya meliputi (1) identifikasi masalah, (2) pembatasan

masalah, dan (3) rumusan masalah.

1. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah diperlukan untuk mengetahui masalah yang timbul

dari topik penelitian. Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

(1) Kurangnya pengetahuan masyarakat Kampung Adat Cikondang tentang

makna yang terkandung dalam setiap leksikon makanan dan peralatan yang

digunakan dalam upacara adat Wuku Taun di Kampung Adat Cikondang, Desa

Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung;

(2) Ancaman terhadap eksistensi makanan dan peralatan tradisional dalam

(16)

6

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tidak dilestarikan, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi, eksistensi leksikon makanan dan peralatan dalam upacara adat

Wuku Taun di masyarakat Kampung Adat Cikondang terancam mengalami

pergeseran.

2. Pembatasan Masalah

Bahasan mengenai unsur budaya yang ada dalam upacara adat Wuku Taun

sangat luas. Oleh karena itu, agar bahasan tidak menyimpang serta terlalu luas,

penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut ini.

(1) Penelitian ini akan difokuskankan pada leksikon makanan dan peralatan yang

digunakan dalam upacara adat Wuku Taun di Kampung Adat Cikondang, Desa

Lamajang, Kecamatan Pangalengan,Kabupaten Bandung pada tahun 2012.

(2) Sumber data akan digali dari narasumber yang bisa memberikan keterangan

tentang leksikon makanan dan peralatan yang digunakan dalam upacara adat

Wuku Taun, khususnya Ilin Dahsyah seorang tokoh adat di Kampung Adat

Cikondang.

(3) Penelitian ini menganalisis klasifikasi bentuk lingual leksikon makanan dan

peralatan dalam upacara adat Wuku Taun, deskripsi leksikon makanan dan

pealatan dalam upacara adat Wuku Taun, dan cerminan kebudayaan yang

terdapat dalam leksikon tersebut.

(4) Penelitian ini menggunakan pendekatan etnosemantik.

3. Perumusan Masalah

Agar dapat mengungkap masalah tersebut secara sistematis, diperlukan

suatu rumusan masalah yang jelas. Berikut ini adalah rumusan masalahnya.

(1) Bagaimanakah klasifikasi bentuk lingual leksikon makanan dan peralatan

dalam upacara adat Wuku Taun?

(2) Bagaimanakah deskripsi leksikon makanan dan peralatan pada upacara adat

(17)

7

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(3) Bagaimana cerminan kebudayaan yang terdapat dalam leksikon makanan dan

peralatan pada upacara adat Wuku Taun?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkap makna dan nilai-nilai

kebudayaan dari suatu daerah. Untuk mencapai tujuan itu, hal-hal yang dibahas

dalam penelitian ini mencakup pokok-pokok sebagai berikut:

(1) Mendeskripsikan klasifikasi bentuk lingual leksikon makanan dan peralatan

dalam upacara adat Wuku Taun;

(2) mendeskripsi leksikon makanan dan peralatan pada upacara adat Wuku Taun

di Kampung Adat Cikondang;

(3) mendeskripsikan cerminan kebudayaan yang terdapat dalam leksikon

makanan dan peralatan pada upacara adat Wuku Taun.

D. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan uraian di atas, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

berbagai manfaat, baik manfaat teoretis maupun manfaat praktis. Secara teoretis,

penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar atau referensi untuk

melakukan penelitian sejenis atau penelitian selanjutnya di bidang ilmu linguistik,

khususnya cabang etnosemantik. Secara praktis, penelitian ini diharapkan

memiliki manfaat sebagai berikut:

(1) Terdokumentasikan klasifikasi bentuk lingual leksikon makanan dan peralatan

dalam upacara adat Wuku Taun;

(2) terdokumentasikan deskripsi leksikon makanan dan peralatan pada upacara

adat Wuku Taun di Kampung Adat Cikondang;

(3) terdokumentasikan deskripsi cerminan kebudayaan yang terdapat dalam

(18)

8

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(4) menjadi wujud usaha pelestarian bahasa dan budaya yang dimiliki oleh Jawa

Barat;

(5) merupakan wujud pemertahanan identitas lokal berbasis bahasa dan

kebudayaan.

E. Asumsi

Adapun yang menjadi dasar penelitian ini adalah sebagai berikut.

(1) Upacara adat Wuku Taun merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat

Sunda yang sampai saat ini masih berkembang di Kampung Adat Cikondang

dan merupakan salah satu tradisi di dalam masyarakat yang di dalamnya

terdapat nilai-nilai luhur dalam kehidupan.

(2) Fungsi penting dalam upacara adat adalah untuk menguatkan keyakinan

terhadap adanya dunia gaib serta mengekspresikan emosi keagamaan secara

simbolik.

(3) Pada upacara adat Wuku Taun terdapat leksikon makanan dan peralatan yang

digunakan dalam pelaksanaan upacara adat tersebut.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Sebagai gambaran umum dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyusun

ringkasan struktur organisasi skripsi dari bab I hinga bab V. Dalam bab I, penulis

menguraikan latar belakang, masalah (identifkasi masalah, pembatasan, dan

perumusan masalah), tujuan penelitian, manfaat penelitian (manfaat teoretis dan

manfaat praktis), asumsi dasar, dan struktur organisasi skripsi.

Dalam bab II, penulis menguraikan landasan teoretis yang memaparkan

aspek-aspek sebagai berikut: (1) ihwal penelitian terdahulu, (2) etnosemantik, (3)

pengertian leksikon, (4) bentuk lingual (kata, frasa), (5) pandangan hidup orang

sunda, (6) cerminan kebudayaan Kampung Adat Cikondang dalam upacara adat

(19)

9

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam bab III, penulis memaparkan metode penelitian yang digunakan

dalam penelitian. Adapun metode tersebut meliputi (1) lokasi penelitian, (2)

desain penelitian (3) data dan sumber data, (4) metode penelitian, (5) definisi

operasional, (6) instrumen penelitian (instrumen pengumpulan data dan instumen

analisis data), (7) teknik pengumpulan data (observasi, wawancara, telaah

pustaka), (8) teknik analisis data (analisis berdasarkan tabel klasifikasi medan

makna, analisis fungsi lingual dan fungsi bahasa, menganalisis cerminan budaya

yang terdapat pada leksikon makanan dan peralatan yang digunakan dalam

upacara adat Wuku Taun di Kampung adat Cikondang, Desa Lamajang,

Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung).

Dalam bab IV, penulis memperlihatkan pengolahan dan analisis data hasil

penelitian berdasarkan observasi di lapangan tentang leksikon makanan dan

peralatan yang digunakan dalam upacara adat Wuku Taun di Kampung Adat

Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung.

Akhirnya, dalam bab V disajikan kesimpulan dari pembahasan yang diuraikan

sebelumnya serta rekomendasi yang dianggap perlu dalam usaha menuju

(20)

43

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Sesuai dengan judulnya, penelitian ini dilakukan di Kampung Adat

Cikondang. Kampung Adat Cikondang secara administratif terletak di Kecamatan

Pangalengan, Kabupaten Bandung Barat. Kampung Adat Cikondang ini

berbatasan dengan Desa Cikalong dan Desa Cipinang (Kecamatan Cimaung) di

sebelah utara, Desa Pulosari di sebelah selatan, Desa Tribakti Mulya di sebelah

timur, serta Desa Sukamaju di sebelah barat.

Jarak dari Kota Bandung ke Kampung Adat Cikondang ini kira-kira 38

kilometer, sedangkan dari pusat Kecamatan Pangalengan kira-kira 11 kilometer.

Lokasi ini sengaja dipilih karena masyarakat Kampung Adat Cikondang ini masih

berpegang teguh pada adat istiadat dan kepercayaan terhadap leluhur mereka

walaupun berada dalam kehidupan modern.

B. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mencoba mengilustrasikan desain penelitian

dalam menganalisis leksikon-leksikon yang digunakan dalam upacara adat Wuku

Taun di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan,

(21)

44

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.1 Bagan Desain Penelitian

Narasumber

Simak dan Catat

Mengidentifikasikan dan mengelompokan leksikon makanan

dan peralatan dalam upacara adat Wuku Taun

Mengkaji leksikon dengan Menggunakan Teori Etnosemantik

Menganalisis klasifikasi bentuk lingual, mendeskripsikan

leksikon makanan dan peralatan dalam upacara Adat Wuku

Taun, dan mendeskripsikan cerminan kebudayaan dalam

leksikon makanan dan peralatan dalam upacara adat Wuku

Taun.

(22)

45

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C. Data dan Sumber Data

1. Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa leksikon-leksikon

makanan dan peralatan yang digunakan dalam upacara adat Wuku Taun di

Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten

Bandung dalam bahasa Sunda.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari seorang narasumber yang

bisa memberikan keterangan tentang berbagai leksikon makanan dan peralatan

yang digunakan dalam pelaksanaan upacara adat Wuku Taun, yakni Ilin Dahsyah

seorang tokoh adat di Kampung Adat Cikondang.

D. Metode Penelitian

Penelitian ini tidak hanya mengkaji leksikon makanan dan peralatan yang

digunakan dalam upacara adat Wuku Taun dari segi kebahasaannya, tetapi juga

dilihat dari segi sosial budayanya. Oleh karena itu, peneliti menggunakan

pendekatan teoretis etnolinguistik, khususnya ranah kajian etnosemantik untuk

membahas data dalam penelitian ini.

Secara metodologis, pendekatan etnosemantik dalam penelitian ini

menggunakan model etnografi komunikasi. Studi etnografi adalah pengembangan

dari antropologi linguistik yang dipahami dalam konteks komunikasi (Hymes,

1962; dalam Patimah, 2008: 36 ). Dengan etnografi komunikasi, penggambaran

bahasa dalam suatu kebudayaan bukan pada bahasa itu sendiri, melainkan pada

komunikasinya (Kuswarno, 2008: 12). Etnografi komunikasi tidak hanya

membahas kaitan antara bahasa dan kebudayaan, tetapi juga membahas ketiganya

secara sekaligus.

Dengan etnografi komunikasi, peneliti dapat mendeskripsikan suatu

kebudayaan dengan memahami suatu pandangan hidup dari suatu sudut pandang

(23)

46

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

peneliti ikut berpartisipasi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat budaya Sunda

(Marcus dan Fisher, 1968: 18; dalam Patimah, 2008: 36).

Etnografi komunikasi sangat relevan termasuk dalam ranah penelitian

kualitatif (Kuswarno, 2008: 31; dalam Patimah, 2008: 37). Dalam penelitian

kualitatif, penelitian yang alamiah sangatlah penting karena dalam penelitian ini

diasumsikan bahwa perilaku dan makna yang dianut sekelompok manusia hanya

dapat dipahami melalui analisis dari suatu lingkungan.

Pada penelitian kualitatif, peneliti berusaha memahami subjek dari

kerangka berpikirnya sendiri (Taylor & Bogdan, 1984; dalam Patimah, 2008: 37).

Dengan demikian, yang terpenting adalah pengalaman, pendapat, perasaan, dan

pengetahuan partisipan (Patton, 1990; dalam Patimah, 2008: 37).

Penelitian ini juga menggunakan pendekatan etnosemantik dengan metode

kualitatif. Metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan. Sejalan dengan pendekatan

penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif

adalah penelitian yang berupa akumulasi data dasar hanya dengan cara

pendeskripsian, tidak menguji hipotesis, serta tidak membuat ramalan.

Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat gambaran secara

sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau

daerah tertentu (Suyatna, 2002: 14; dalam Patimah, 2008: 37). Dengan

menggunakan metode ini, data yang dihasilkan adalah data yang sesuai dengan

keadaan di lapangan tanpa ada manipulasi dari peneliti. Peneliti hanya

menafsirkan data yang berkenaan dengan fakta dan keadaan yang terjadi saat

penelitian berlangsung dan menyajikan dengan apa adanya. Berdasarkan

pemaparan di atas, penelitian ini berusaha menggambarkan sekaligus

mendeskripsikan fenomena kebahasaan yang ada, khususnya menganalisis

leksikon-leksikon makanan dan peralatan yang digunakan dalam upacara adat

Wuku Taun di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan

(24)

47

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu E. Definisi Operasional

Berikut ini dijelaskan beberapa definisi opersional tentang upacara adat

Wuku Taun, leksikon, dan kajian tentang etnosemantik.

(1) Upacara adat Wuku Taun adalah salah satu upacara adat yang terdapat di

Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan,

Kabupaten Bandung. Upacara adat Wuku Taun ini merupakan bentuk rasa

syukur masyarakat Kampung Adat Cikondang atas hasil panen yang diterima

oleh mereka selama kurun waktu satu tahun.

(2) Leksikon yang dimaksud dalam penelitian ini adalah leksikon makanan dan

peralatan dalam upacara adat Wuku Taun. Leksikon tersebut memiliki makna

dan simbol-simbol tertentu.

(3) Etnosemantik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendekatan yang

digunakan untuk mencari pengetahuan sebuah etnik melalui leksikon yang

digunakan penuturnya pada leksikon makanan dan peralatan dalam upacara

adat Wuku Taun.

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini ada tiga teknik pengumpulan data yang digunakan,

yaitu teknik observasi partisipan, teknik wawancara, dan teknik telaah pustaka.

Berikut ini penjelasan ketiga teknik tersebut.

1. Observasi Partisipan

Teknik observasi partisipan adalah metode tradisional yang digunakan

dalam antropologi dan merupakan sarana untuk peneliti masuk ke dalam

masyarakat yang akan ditelitinya. Observasi partisipan juga merupakan cara yang

efektif untuk mengubah status peneliti dari outsider menjadi insider. Dalam

konteks penelitian ini, peneliti merupakan bagian dari masyarakat Sunda sehingga

dapat berkomunikasi dengan narasumber yang diteliti. Hal ini dapat memudahkan

peneliti untuk menangkap cara narasumber tersebut dalam memberikan

(25)

48

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Taun. Selain itu, peneliti juga dapat mengumpulkan data-data yang terkait dengan

proyek penelitian budaya Kampung Adat Cikondang melalui observasi secara

langsung. Sumber-sumber yang dikumpulkan itu diidentifikasi dan diolah melalui

tahapan deskripsi.

2. Simak dan Catat

Sebagai turunan dari teknik observasi partisipan, dalam penelitian ini

digunakan dua macam teknik pengumpulan data, yaitu teknik simak dan teknik

catat (Sudaryanto, 1993:153). Teknik simak dilakukan dengan cara menyimak

percakapan antara peneliti dengan narasumber khususnya tokoh adat Cikondang.

Sementara itu, dalam metode catat, peneliti melakukan pencatatan terhadap hasil

wawancara yang diperoleh.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman observasi

dan pedoman wawancara berupa daftar tanyaan yang diberikan kepada

narasumber. Berikut ini contoh tabel pedoman observasi dan tabel daftar tanyaan

yang digunakan.

Buah yang digunakan untuk membuat rujak

Makanan yang terbuat dari beras ketan yang ditumbuk dan dicampur dengan gula merah

Air kelapa yang digunakan untuk membuat rujak

2. Peralatan

a. Kapol b. Bekong c. Eunteung

Wewangian yang digunakan untuk pelengkap sesaji Gelas tradisional yang terbuat dari bambu

(26)

49

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.3Tabel Pedoman Wawancara

No Pertanyaan

1. Makanan apa saja yang digunakan dalam upacara adat Wuku Taun ?

2. Peralatan apa saja yang digunakan dalam upacara adat Wuku Taun ?

3. Apa makna yang terkandung dalam leksikon makanan dan peralatan yang

digunakan dalam upacara adat Wuku Taun ?

H. Teknik Analisis Data

Pada dasarnya proses analisis data dalam etnografi berjalan bersamaan

dengan pengumpulan data. Ketika melakukan catatan lapangan, secara bersamaan

peneliti juga telah melakukan analisis data. Dalam etnografi, peneliti bisa kembali

lagi ke lapangan untuk mengumpulkan dan melengkapi data-data yang kurang

lengkap. Dengan kata lain, proses pengumpulan data dalam penelitian etnografi

tidak cukup hanya sekali.

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah berdasarkan tahapan

analisis data. Adapun tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut.

(1)memeriksa data-data yang telah terkumpulkan;

(2)mengklasifikasikan bentuk lingual dari leksikon makanan dan peralatan dalam

upacara adat Wuku Taun;

(3)mendeskripsikan leksikon makanan dan peralatan yang digunakan dalam

upacara adat Wuku Taun;

(4)mendeskripsikan cerminan kebudayaan yang terdapat dalam leksikon makanan

dan peralatan pada upacara adat Wuku Taun;

(27)

103

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Masyarakat Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan

Pangalengan, Kabupaten Bandung merupakan salah satu komunitas masyarakat

adat Sunda yang masih memegang adat istiadat dan kepercayaan nenek

moyangnya tanpa terpengaruhi oleh budaya luar. Salah satunya dengan

mengadakan upacara-upacara adat atau ritual-ritual adat tertentu. Salah satu

bentuk pelestarian tradisi leluhur yang paling menonjol di Kampung Adat

Cikondang ini adalah upacara adat Wuku Taun (tutup tahun). Upacara adat Wuku

Taun ini merupakan upacara penyerahan hasil bumi berupa padi yang diperoleh

dalam kurun waktu satu tahun. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan,

peneliti dapat merumuskan kesimpulan sebagai berikut.

(1) Dalam upacara adat Wuku Taun terdapat 50 leksikon makanan dan peralatan

yang digunakan. Ada 21 leksikon yang termasuk dalam kategori kata

monomorfemis (kata dasar), 3 leksikon yang termasuk dalam kategori kata

polimorfemis (kata berimbuhan), dan 26 leksikon yang termasuk dalam

kategori frasa nominal. Berdasarkan kategori kata, semua leksikon makanan

dan peralatan tersebut termasuk ke dalam kategori nomina atau frasa nominal.

Dengan demikian, kekayaan leksikon nomina atau frasa nominal ini sekaligus

menunjukan kekayaan produk budaya dalam uapacara adat Wuku Taun di

Kampung Adat Cikondang.

(2) Deskripsi leksikon makanan dan peralatan yang digunakan dalam upacara adat

Wuku Taun terbagi dalam dua kategori, yaitu leksikon makanan dan leksikon

peralatan. Leksikon makanan berjumlah 31 leksikon yang meliputi kategori

(a) leksikon bahan, (b) leksikon makanan pelengkap, (c) leksikon makanan

ringan, dan (d) leksikon makanan utama. Leksikon bahan berjumlah 10

leksikon yang meliputi 3 leksikon beras (béas paré huma, béas ketan, béas

(28)

104

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hayam bodas, hayam hideung, dan hayam hawuk); leksikon makanan

pelengkap berjumlah 6 leksikon (tumis kentang, asin pépéték, hayam goréng,

kurupuk kemplang, cabé gombol, dan tempé goréng); leksikon makanan

ringan berjumlah 13 leksikon (opak beureum, opak bodas, kolontong angka 8,

wajit, ampéang borondong, peuyeum ketan hideung, cau emas, tiwu, angléng,

dodol ketan, ampéang, pupuntir, dan rujak si manis madu); leksikon makanan

utama berjumlah 2 leksikon (tumpeng lulugu dan tumpeng pangiring).

Sementara itu, leksikon peralatan berjumlah 19 leksikon yang meliputi 7

leksikon alat (eunteung, pamérés, bekong, nyiru, padaringan, halu dan lisung)

dan 12 leksikon perlengkapan (boéh, samak, gambir, seureuh, kapol, menyan,

surutu, susudi, takir, konca, kisa, dan paré).

(3) Leksikon makanan dan peralatan dalam upacara adat Wuku Taun

mencerminkan kebudayaan masyarakat Kampung Adat Cikondang. Cerminan

tersebut meliputi cerminan kebudayaan dalam dimensi vertikal dan cerminan

kebudayaan dalam dimensi horizontal. Dalam dimensi vertikal terdapat 7

leksikon yang mencerminkan sistem kepercayaan kepada Tuhan (tumpeng

lulugu, tumpeng pangiring, hayam goréng, témpé goréng, opak bodas,

ampéang borondong, dan cau emas) dan 14 leksikon yang mencerminkan

sistem kepercayaan kepada leluhur (kolontong angka 8, cai kalapa, béas paré

huma, béas ketan, béas biasa, hayam hideung, paré, boéh, gambir, seureuh,

eunteung, pamérés, menyan, dan surutu). Sementara itu, dalam dimensi

horizontal terdapat 6 leksikon yang mencerminkan sistem pengetahuan (gula

arén, rujak si manis madu, susudi, tumis kentang, asin pépéték, dan takir), 2

leksikon yang mencerminkan sistem kesenian (lisung dan halu), 4 leksikon

yang mencerminkan sistem mata pencaharian (kurupuk kemplang, cabé

gombol, opak beureum, dan dodol ketan), 14 lesikon yang mencerminkan

sistem kemasyarakatan (wajit, ampéang, peuyeum ketan hideung, tiwu,

pupuntir, kalapa ngora, ganas, hayam bodas, hayam hawuk, samak, kapol,

konca, kisa, dan angléng), dan 3 leksikon yang mencerminkan sistem

(29)

105

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti menyampaikan beberapa saran

sebagai berikut.

(1) Peneliti selanjutnya hendaknya melakukan kajian lebih lanjut dan mendalam

tentang upacara adat Wuku Taun agar dapat mengetahui secara pasti asal mula

pelaksanaan upacara adat Wuku Taun di Kampung adat Cikondang, Desa

Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung.

(2) Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, eksistensi

leksikon makanan dan peralatan dalam upacara adat Wuku Taun di masyarakat

Kampung Adat Cikondang terancam mengalami pergeseran. Ancaman

terhadap eksistensi makanan dan peralatan tradisional dalam upacara adat

Wuku Taun juga mengancam eksistensi identitas nasional. Oleh karena itu,

seluruh masyarakat Kampung Adat Cikondang diharapkan agar tetap menjaga

dan melestarikan upacara adat Wuku Taun sebagai salah satu identitas budaya

Sunda.

(3) Masyarakat Kampung Adat Cikondang khususnya dan masyarakat di luar

Kampung Adat Cikondang hendaknya juga dapat memahami setiap makna

yang terkandung dalam upacara adat Wuku Taun yang merupakan warisan

budaya yang tidak ternilai harganya. Selain itu, dengan diadakannya upacara

adat Wuku Taun, seluruh masyarakat kampung adat Cikondang diharapkan

dapat lebih meningkatkan rasa kekeluargaan dan rasa gotong royong

antarsesama masyarakat.

(4) Pemerintah Desa Lamajang hendaknya meningkatkan kualitas sarana

pendukung dalam upacara adat Wuku Taun sehingga masyarakat luas akan

semakin tertarik untuk mengikuti kegiatan tersebut. Program ini sangat

(30)

106

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2007. Leksikologi dan Leksikografi Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Darheni, Nani. 2010. “Leksikon Aktivitas Mata dalam Toponim di Jawa Barat:

Kajian Etnosemantik” dalam Jurnal Linguistik Indonesia, Tahun ke-28, No. 1, Februari 2010, hal. 55-67.

Depdiknas 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi III Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Hidayatullah, Rizki dan Fasya Mahmud. 2012. Konsep Nasi dalam Bahasa Sunda: Studi Antropolinguistik di Kampung Naga, Kecamatan Salawu,

Kabupaten Tasikmalaya” dalam Jurnal Konferensi Linguistik Tahunan

Atma Jaya. Tahun ke-10, hal 73-77.

Ibrahim, Abdul Syukur. 1994. Panduan Penelitian Etnografi komunikasi. Surabaya: Usaha Nasional.

Keraf, Gorys. 1991. Tata Bahasa Indonesia. Flores: Nusa Indah.

Keraf, Gorys. 1979. Komposisi. Jakarta: Nusa Indah.

Koentjaraningrat. 1985. Ritus Perlihan di Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Koentjaraningrat. 1994. Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Patimah, Ratna S. 2008. “Nama jajanan tradisional khas Sunda”. Skripsi pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

(31)

107

Nurul Shapira, 2013

Leksikon Makanan Dan Peralatan Dalam Upacara Adat Wuku Taun Di Kampung Adat Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ramlan, M. 1987. Morfologi. Yogyakarta. Karyono.

Ramlan, M. 1991. Tata Bahasa Indonesia: Penggolongan kata. Yogyakarta: Andi Offset.

Satjadibrata. 2011. Kamus Sunda-Indonesia. Bandung: Kiblat Buku Utama.

Sudana, D., dkk. 2012. “Eksplorasi Nilai Pendidikan Lingkungan Hidup dalam Leksikon Etnobotani: Kajian etnopedagogi di Kampung Naga, Kabupaten

Tasikmalaya”. Proposal Penelitian. Bandung: UPI.

Suryani, N.S., Elis. 2006. Pandangan Hidup Orang Sunda Tentang Hubungan Antara Manusia dengan Lingkungan Masyarakatnya. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Kebudayaan Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Budaya Sunda.

Widiatmoko, Sigit. 2011. “Leksikon kemaritiman di Pantai Tanjung Pakis

Kabupaten Karawan.” Skripsi pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

Referensi

Dokumen terkait

1. Profil Laboratorium Virtual Pemuaian Logam yang dikembangkan meliputi: a) Materi yang tercakup meliputi pemuaian panjang pada lima logam, b) Laboratorium Virtual

Benar saya menyadari sepenuhnya akan tindakan saya untuk mengganti tanda tangan saya tersebut dan bersedia untuk bertanggung jawab penuh atas penggantian tanda tangan saya ini,

Hasil peneliti an menunjukkan bahwa variabel perilaku pemimpin berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap prestasi kerja karyawan tetapi variabel komitmen karyawan

Pembelajaran Berbasis Praktikum Virtual untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas X pada Materi Invertebrata , Tesis pada S.Ps.. Bandung :

pada saat suatu barang impor telah masuk kepasaran dalam negeri suatu anggota,. dan setelah melalui daerah pabean serta membayar biaya masuk,

Apakah bapak ada menghubungi atau melaporkan ke tingkat II atau puskesmas mengenai kasus DBD tersebut?.?. Kesepakatan, komitmen

fungisida yang diberikan mampu memberikan pengaruh yang nyata, namun pada pengamatan hambatan relatif konsentrasi fungisida yang diberikan kurang berpengaruh dalam

Oleh karena itu diperlukan suatu program informasi tentang sistem-sistem tubuh pada manusia yang sekiranya bias membantu para pelajar untuk dapat mempelajari dengan lebih mudah