DESAIN DIDAKTIS PESAWAT SEDERHANA
PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V SEKOLAH DASAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
NIRA SURYANI 0903684
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
DESAIN DIDAKTIS PESAWAT SEDERHANA
PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V SEKOLAH DASAR
Oleh
Nira Suryani
Sebuah skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Nira Suryani 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
NIRA SURYANI
DESAIN DIDAKTIS PESAWAT SEDERHANA
PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V SEKOLAH DASAR
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I,
Drs. Rustono W.S., M.Pd. NIP. 195206281981031001
Pembimbing II,
Drs. Edi Hendri Mulyana, M.Pd. NIP. 196008251986031002
Mengetahui,
Ketua Program Studi PGSD UPI KampusTasikmalaya,
DESAIN DIDAKTIS PESAWAT SEDERHANA
PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V SEKOLAH DASAR
ABSTRAK
Kesulitan belajar (learning obstacle) terdapat pada semua mata pelajaran. termasuk pembelajaran IPA materi Pesawat Sederhana. Sebagian besar siswa menganggap bahwa pembelajaran IPA membosankan dan sulit dipahami. Guru harus mampu mengemas pembelajaran dengan menarik dan sesuai karakteristik siswa agar siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Beberapa penyebab munculnya learning obstacle yaitu siswa, guru, bahan ajar, lingkungan, dan metode mengajar. Desain didaktis diharapkan dapat mengatasi atau mengurangi learning obstacle siswa. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi learning obstacle siswa, menghasilkan desain didaktis awal dan desain didaktis akhir, serta mendeskripsikan implementasi desain didaktis tentang materi Pesawat Sederhana. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan model Didactical Design Research (DDR). DDR terdiri dari tiga tahap, yaitu: 1) analisis situasi didaktis, 2) analisis metapedadidaktik, dan 3) analisis retrospektif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik triangulasi (gabungan) dari observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri (human instrument) dan dikembangkan berupa format wawancara, format observasi, RPP, LKS, dan LDS. Berdasarkan penelitian, learning obstacle siswa pada materi Pesawat Sederhana diklasifikasikan menjadi delapan tipe. Implementasi desain didaktis 1 dapat mengurangi learning obstacle siswa sebesar 22,14 % dan implementasi desain didaktis 2 dapat mengurangi learning obstacle siswa sebesar 34,41 %.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 4
1. Identifikasi Masalah ... 4
2. Perumusan Masalah ... 5
C.TujuanPenelitian ... 5
D.Manfaat Penelitian ... 6
1. Manfaat Teoritis ... 6
2. Manfaat Praktis ... 6
E. Struktur Organisasi Skripsi ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Metapedadidaktik ... 8
B.Penelitian Desain Didaktis(Didactical Design Research) ... 11
C.Pengertian dan Karakteristik Pembelajaran IPA ... 13
1. Pengertian Pembelajaran IPA ... 13
2. Karakteristik Pembelajaran IPA ... 14
D.Model Pembelajaran Alternatif untuk IPA ... 19
E. Pesawat Sederhana ... 24
BAB III METODE PENELITIAN A.Lokasi dan Subjek Penelitian ... 27
1. Lokasi Penelitian ... 27
2. Subjek Penelitian ... 27
B.Desain Penelitian ... 28
C.Metode Penelitian ... 29
1. Analisis Prospektif ... 31
2. Analisis Metapedadidaktik ... 31
3. Analisis Restrospektif ... 32
D.Definisi Konseptual dan Operasional Variabel Penelitian ... 32
E. Instrumen Penelitian ... 33
F. Proses Pengembangan Instrumen ... 34
G.Teknik Pengumpulan Data ... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.Hasil Penelitian ... 46
1. Desain Didaktis 1 ... 46
2. Desain Didaktis 2 ... 81
B.Pembahasan ... 104
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A.Kesimpulan ... 110
B.Rekomendasi ... 114
DAFTAR PUSTAKA ... 115
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 119
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pembelajaran berlangsung pada suatu situasi yang di dalamnya terdapat
berbagai unsur yang saling berkaitan. Cronbach (Sukmadinata, 2004:172)
menyatakan bahwa ‘terdapat unsur-unsur penting dalam belajar, yaitu tujuan,
kesiapan, situasi, interpretasi, respons, konsekuensi, dan reaksi atas kegagalan.’
Belajar dimulai karena adanya tujuan yang ingin dicapai. Belajar juga
memerlukan kesiapan, baik kesiapan fisik, psikologis, maupun kesiapan yang
berupa kematangan untuk melakukan sesuatu yang terkait dengan pengalaman
belajar. Guru menciptakan situasi belajar senyaman mungkin untuk siswa. Siswa
melakukan interpretasi dan membuat respons terhadap situasi belajar tersebut.
Respons tersebut menjadi umpan balik apakah pembelajaran berhasil atau gagal.
Hal ini sejalan dengan pendapat Suryabrata (2008:290) bahwa “proses
belajar dipengaruhi oleh banyak faktor. Pendidik harus mengatur faktor-faktor
tersebut supaya berpengaruh menguntungkan bagi belajar siswa.” Unsur atau
faktor tersebut sedikit banyak mempengaruhi keefektifan pembelajaran yang
dilakukan. Namun, kenyataan di lapangan seringkali dalam pembelajaran tidak
memperhatikan unsur atau faktor tersebut.
Kegiatan belajar siswa dapat berlangsung secara sederhana atau pun
kompleks. Belajar secara sederhana dilakukan melalui pembiasaan dan meniru.
Sedangkan belajar secara kompleks dilakukan melalui penelitian dan pemecahan
masalah. Siswa yang dapat melakukan kegiatan belajar secara sederhana dan
kompleks akan dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan lingkungan
sekitarnya.
Dalam kenyataannya, belajar bukan hanya untuk mengetahui sesuatu
mencapai standar nilai akademik secara nasional, tetapi juga mendapatkan
pengetahuan dan keahlian yang penting untuk belajar selama hidup mereka.’
Sebelum pembelajaran, tentunya guru sudah membuat perencanaan
pembelajaran terlebih dahulu. Dalam membuat rencana pembelajaran tersebut,
guru harus memperhatikan prinsip-prinsip didaktik dan pedagogik. Hal ini
dimaksudkan agar proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan pemahaman
siswa tentang materi yang disajikan akan lebih meningkat. Namun, sebagian guru
tidak membuat rencana pembelajaran sendiri, tetapi menggunakan rencana
pembelajaran buatan orang lain yang belum tentu sesuai dengan karakter siswa
dan sekolah tempat guru tersebut mengajar. Jika perencanaan pembelajaran tidak
mengacu pada siswa, maka kemungkinan besar siswa yang lambat belajar akan
makin tertinggal, dan yang cepat berpikir akan makin maju belajarnya.
Unsur lain yang mempengaruhi pembelajaran adalah cara mengajar guru
yang kaku dengan hanya terpaku pada buku sumber yang tersedia dan tidak
berinisiatif untuk menggunakan media dan lingkungan sekitar sehingga
menyebabkan pengetahuan siswa bersifat tekstual. Siswa akan mengalami
kesulitan belajar (learning obstacle) jika dihadapkan pada masalah berbeda dari yang diajarkan oleh guru.
Kesulitan belajar yang dialami siswa dalam memahami suatu konsep
merupakan hal yang biasa. Hal ini menandakan bahwa siswa sedang berusaha
menghubungkan konsepsi yang dimilikinya dengan konsep-konsep baru yang dia
terima. “Manusia (individu) memiliki dua karakteristik utama, yaitu unik dan
berada dalam proses perkembangan yang dinamis” (Sukmadinata, 2004:36).
Sejalan dengan pendapat tersebut, maka kesulitan belajar yang dialami siswa
tentunya tidak selalu sama. Hal ini dipengaruhi oleh proses perkembangan siswa
itu sendiri. Siswa memiliki pengetahuan awal yang mungkin berbeda, konsepsi
siswa yang berbeda-beda tersebut akan memunculkan respons yang beragam pada
materi yang disajikan.
Kesulitan belajar juga dialami dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA). Sebagian besar siswa menganggap pembelajaran IPA membosankan dan
peraga dalam mengajarkan IPA, sehingga pembelajaran IPA menjadi sangat
abstrak. Siswa Sekolah Dasar (SD) berada pada tahap perkembangan intelektual
operasional konkrit dan belum mampu memahami hal yang bersifat abstrak jika
tidak dibantu dengan media atau contoh yang konkrit. Agar siswa dapat mengikuti
proses pembelajaran dengan baik, maka perlu menghadirkan media atau model
yang nyata sehingga siswa lebih mudah mengingat dan memahami pelajaran.
Oleh karena itu, guru seyogianya mampu untuk menyajikan materi atau
bahan ajar sesuai dengan karakteristik siswa SD. Guru pun dituntut untuk
memiliki pengetahuan yang luas dan menguasai materi yang diajarkan sehingga
dapat membantu dan membimbing siswa untuk mengatasi kesulitan belajar yang
dialaminya.
Menurut Arends (2008:41), “memahami siswa dan kebiasaan belajarnya
yang beragam merupakan salah satu tantangan dalam pengajaran.” Namun,
tantangan tersebut seringkali tidak diindahkan oleh guru. Seperti pada
pembelajaran IPA tentang materi Pesawat Sederhana, guru lebih menekankan
pada ceramah, menyebutkan contoh-contoh dari jenis-jenis pesawat sederhana
tanpa menghadirkan benda atau model konkrit dari contoh tersebut. Pada pesawat
sederhana jenis pengungkit, seringkali siswa tertukar dalam memahami alat-alat
yang termasuk pengungkit golongan pertama, kedua, dan ketiga. Dalam
kehidupan sehari-hari, siswa sering menemukan benda-benda yang termasuk
pengungkit. Namun, belum tentu siswa memahami materi tersebut dengan baik.
Untuk mengetahui learning obstacle siswa pada materi Pesawat Sederhana, peneliti melakukan studi pendahuluan dengan tes dan wawancara. Berdasarkan
hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di SDN Bantargedang dan
SDN Kersanagara 2, ditemukan beberapa learning obstacle siswa dalam materi Pesawat Sederhana, khususnya jenis pengungkit. Learning obstacle yang
terungkap pada saat studi pendahuluan disebut sebagai learning obstacle awal dibagi menjadi lima tipe, yaitu:
1. Learning obstacle tipe 1 yaitu siswa kesulitan dalam menyebutkan bagian-bagian dari pengungkit, yaitu titik tumpu, kuasa, beban, lengan beban, dan
2. Learning obstacle tipe 2 yaitu siswa kesulitan dalam menjelaskan pengertian titik tumpu, kuasa, beban, lengan beban, dan lengan kuasa.
3. Learning obstacle tipe 3 yaitu siswa kesulitan dalam memodifikasi titik tumpu, beban dan kuasa pada pengungkit jika bagian-bagian tersebut diganti
oleh angka atau huruf.
4. Learning obstacle tipe 4 yaitu siswa kesulitan dalam menjelaskan pengaruh memperpanjang lengan kuasa atau memperpendek lengan beban.
5. Learning obstacle tipe 5 yaitu siswa kesulitan dalam memberikan contoh alat
yang menggunakan prinsip pengungkit.
Untuk mengurangi dan mengatasi learning obstacle siswa tentang materi Pesawat Sederhana, salah satu alternatif yang dapat dilakukan guru adalah
membuat perencanaan pembelajaran melalui desain didaktis. “Desain didaktis
merupakan kegiatan yang dilakukan guru sebelum, saat, dan setelah pembelajaran
dengan memperhatikan respons siswa terhadap materi yang disampaikan oleh
guru” (Firmansyah, 2012:4). “Respons siswa adalah penerimaan, tanggapan, dan
aktivitas yang diberikan siswa selama pembelajaran” (Zulhelmi, 2009:11).
Respons siswa menunjukkan seberapa jauh penyerapan siswa atas materi yang
disampaikan.
Rancangan pembelajaran ini diharapkan menjadi refleksi terhadap proses
pembelajaran yang telah dilakukan dan dapat membantu siswa untuk membentuk
pemahan yang utuh tentang materi. Latar belakang tersebut membuat peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Desain Didaktis Pesawat Sederhana pada Pembelajaran IPA Kelas V Sekolah Dasar”.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan masalah yang dikemukakan, masalah pembelajaran IPA yang
menjadi perhatian peneliti dan menuntut pemecahan segera berkaitan dengan:
a. Terdapat unsur-unsur penting dalam belajar dan tugas seorang guru untuk mengatur unsur-unsur tersebut supaya berpengaruh menguntungkan bagi
b. Sebagian guru tidak membuat rencana pembelajaran sendiri, tetapi
menggunakan rencana pembelajaran buatan orang lain yang belum tentu
sesuai dengan karakteristik siswa dan sekolah tempat mengajar.
c. Cara mengajar guru yang kaku dengan hanya terpaku pada buku sumber yang
tersedia dan tidak berinisiatif untuk menggunakan media dan lingkungan
sekitar menyebabkan pengetahuan siswa bersifat tekstual.
d. Siswa mengalami kesulitan belajar dalam materi Pesawat Sederhana.
Kesulitan belajar tersebut tidak selalu sama karena setiap siswa memiliki
karekteristik yang berbeda.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, peneliti merumuskan
masalah dalam penelitian sebagai berikut:
a. Bagaimana learning obstacle siswa kelas V Sekolah Dasar UPTD Pendidikan Kecamatan Cibeureum tentang materi Pesawat Sederhana?
b. Bagaimana desain didaktis awal dan desain didaktis akhir untuk menyajikan
materi Pesawat Sederhana di kelas V Sekolah Dasar UPTD Pendidikan
Kecamatan Cibeureum?
c. Bagaimana implementasi desain didaktis tentang materi Pesawat Sederhana
di kelas V Sekolah Dasar UPTD Pendidikan Kecamatan Cibeureum?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Mengidentifikasi learning obstacle siswa kelas V Sekolah Dasar UPTD Pendidikan Kecamatan Cibeureum tentang materi Pesawat Sederhana.
2. Menghasilkan desain didaktis awal dan desain diaktis akhir untuk menyajikan
materi Pesawat Sederhana di kelas V Sekolah Dasar UPTD Pendidikan
Kecamatan Cibeureum.
3. Mendeskripsikan implementasi desain didaktis tentang materi Pesawat
Sederhana di kelas V Sekolah Dasar UPTD Pendidikan Kecamatan
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk semua kalangan.
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk menambah referensi dan
teori-teori dalam penyusunan desain didaktis yang dapat mengurangi learning
obstacle atau hambatan belajar siswa pada materi Pesawat Sederhana. Desain didaktis merupakan rancangan sajian bahan ajar dengan memperhatikan prediksi
respons siswa. “Desain didaktis dikembangkan dengan mempertimbangkan
learning obstacle yang diidentifikasi. Melalui desain didaktis, learning obstacle siswa dapat berkurang” (Fitriyani, 2011:10).
2. Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis dari penelitian ini, yaitu:
a. Bagi siswa yaitu meningkatkan motivasi dan kemampuan untuk memahami
serta mengaplikasikan materi Pesawat Sederhana dalam kehidupan
sehari-hari. Hal ini dapat mengurangi kesulitan belajar yang siswa alami tentang
materi Pesawat Sederhana, terutama jenis pengungkit.
b. Bagi guru yaitu meningkatkan kreativitas dalam menyiapkan perangkat
pembelajaran, meningkatkan kemampuan mengajar, meningkatkan kepekaan
terhadap kondisi siswa, dan meningkatkan kemampuan untuk mengurangi
atau mengatasi kesulitan belajar siswa. Dengan demikian, pembelajaran akan
berlangsung secara optimal.
c. Bagi peneliti yaitu meningkatkan kemampuan mengajar, memahami
karakteristik siswa, dan mengetahui kesulitan belajar yang dialami siswa
tentang materi Pesawat Sederhana. Peneliti akan mampu mengatasi masalah
serupa dalam materi lain, karena telah memahami inti dari penelitian ini yaitu
merancang desain didaktis.
d. Bagi peneliti lain yaitu diharapkan menjadi rujukan untuk membuat
perencanaan pembelajaran melalui desain didaktis pada setiap materi. Hal ini
dapat meningkatkan kemampuan untuk menjadikan pembelajaran dan
E. Struktur Organisasi Skripsi
Struktur organisasi berfungsi sebagai pedoman penyusunan laporan
penelitian. Struktur organisasi atau sistematika penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. BAB I Pendahuluan
Pendahuluan berisi latar belakang penelitian; identifikasi dan perumusan
masalah; tujuan penelitian; manfaat penelitian; dan struktur organisasi.
2. BAB II Kajian Pustaka
Kajian pustaka berfungsi sebagai landasan teoritik dalam menyusun rumusan
masalah dan tujuan.
3. BAB III Metode Penelitian
Terdiri dari lokasi dan subjek penelitian; desain penelitian; metode penelitian;
definisi konseptual dan opersional variabel penelitian; instrumen penelitian,
proses pengembangan instrumen; teknik pengumpulan data; dan analisis
data.
4. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini berisi hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian yang dikaitkan
dengan kajian pustaka.
5. BAB V Kesimpulan dan Rekomendasi
Kesimpulan dan rekomendasi berisi penafsiran dan pemaknaan peneliti
terhadap hasil analisis temuan penelitian..
6. Daftar Pustaka
Daftar pustaka berisi semua sumber yang pernah dikutip dan digunakan
dalam penulisan skripsi.
7. Lampiran
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di tiga Sekolah Dasar UPTD Kecamatan Cibeureum
Kota Tasikmalaya, yaitu Sekolah Dasar Negeri (SDN) Bantargedang, SDN
Kersanagara 1, dan SDN Kersanagara 2. Pelaksanaan penelitian terdiri dari dua
tahap, yaitu tahap pengumpulan data melalui studi pendahuluan dan implementasi
desain didaktis. Tahap pengumpulan data melalui studi pendahuluan dilaksanakan
di SDN Bantargedang dan SDN Kersanagara 2. Tahap implementasi desain
didaktis dilaksanakan di SDN Bantargedang, SDN Kersanagara 2, dan SDN
Kersanagara 1.
2. Subjek Penelitian
Teknik sampling atau pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah puposive sampling dan snowball sampling. “Puposive sampling adalah pemilihan sekelompok subjek didasarkan pada ciri-ciri tertentu yang dipandang
mempunyai sangkut paut yang erat dengan populasi yang diketahui sebelumnya”
(Zuriah, 2007:124). Sugiyono (2009:124), menyatakan bahwa “puposive sampling
adalah teknik penentuan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.”
Pertimbangan didasarkan pada informasi yang diperoleh dari UPTD Pendidikan
Kecamatan Cibeureum yang menganjurkan untuk melakukan penelitian di tiga
sekolah dasar tersebut. Selanjutnya peneliti menentukan sekolah dasar dengan
kriteria kurang, sedang, dan tinggi dalam prestasi berdasarkan informasi dari
UPTD Pendidikan Kecamatan Cibeureum, yakni SDN Bantargedang dengan
kriteria kurang, SDN Kersanagara 2 dengan kriteria sedang, dan SDN
Kersanagara 1 dengan kriteria tinggi.
Snowball sampling, menurut Sugiyono (2010:54) adalah “teknik penentuan
sampel yang semula jumlahnya sedikit kemudian semakin membesar.” Teknik ini
dilakukan karena jumlah sampel yang sedikit belum tentu dapat memberikan
Sampel dalam penelitian ini yaitu siswa kelas V. Siswa berperan sebagai
narasumber bersama guru untuk mengungkap dan mengidentifikasi learning obstacle tentang materi Pesawat Sederhana. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa penelitian dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu pengambilan data melalui studi
pendahuluan dan implementasi desain didaktis. Studi pendahuluan dilaksanakan
di kelas V SDN Bantargedang dengan jumlah 16 siswa dan SDN Kersanagara 2
dengan jumlah 31 siswa, total narasumber untuk studi pendahuluan adalah 46
siswa. Implementasi desain didaktis yaitu desain didaktis 1 dilaksanakan di kelas
V SDN Bantargedang dan SDN Kersanagara 2 dan desain didaktis 2 dilaksanakan
di kelas V SDN Kersanagara 1.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian menurut Zuriah (2007: 106) adalah “rancang bangun atau
rencana dan struktur penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti
dapat memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya.” Sejalan
dengan pendapat tersebut, maka peneliti menentukan desain untuk penelitian ini
yaitu penelitian desain didaktis. “Penelitian didaktik dalam definisi luas merujuk pada semua jenis penelitian tentang pengajaran atau lebih tepatnya pada proses
belajar mengajar” (Kansanen dan Meri, 1999:1). Desain didaktis dibuat untuk mengungkap dan mengurangi atau mengatasi learning obstacle siswa dalam materi Pesawat Sederhana.
Desain penelitian disusun untuk dijadikan panduan dalam penelitian.
Dengan demikian, penelitian yang dilakukan menjadi sistematis dan terencana
sehingga dapat mencapai tujuan yang ingin dicapai, yaitu mengidentifikasi
learning obstacle siswa kelas V tentang materi Pesawat Sederhana, mendeskripsikan desain didaktis awal dan desain didaktis akhir untuk menyajikan
materi Pesawat Sederhana di kelas V Sekolah Dasar, dan mendeskripsikan
implementasi desain didaktis tentang materi Pesawat Sederhana di kelas V
Sekolah Dasar.
Desain pada penelitian ini menunjukkan tahapan atau langkah-langkah
Gambar 3.1
Tahap Penelitian Desain Didaktis
C. Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif dengan model Didactical Design Research (DDR) atau Penelitian Disain Didaktis. Menurut Bogdan dan Tylor (Firmansyah, 2012:24), ‘metode kualitatif
adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari perilaku yang dapat diamati.’ Peneliti menggunakan Rekontekstualisasi
dan repersonalisasi
Mengkategorikan Learning Obstacle
Studi Literatur Membuat
Instrumen
Studi Pendahuluan
Prospective Analysis Desain 1
Menyusun ADP
Metapedadidaktik Analysis Desain 1
Penulisan Laporan Penelitian
Retrospective Analysis Desain 1
Prospective Analysis Desain 2
Retrospective Analysis Desain 2
Metapedadidaktik Analysis Desain 2
Uji Instrumen Menelaah Hasil
Uji Instrumen
pendekatan kualitatif karena permasalahan yang diteliti belum jelas, dalam arti
belum diketahui tipe learning obstacle siswa yang muncul.
Lidinillah dalam jurnal yang berjudul Educational Design Research: a Theoretical Framework for Action (2011), menyatakan bahwa:
Model ini (DDR) sebenarnya merupakan bentuk khusus dari penerapan design research baik yang mengacu kepada validation study maupun development study. Hanya saja penggunaan disain didaktis (didactical design) menunjukan bahwa terdapat penekanan pada aspek didaktik dalam perancangan pembelajaran yang mengacu kepada teori pembelajaran yang lebih mikro.
Validation study lebih mengembangan teori pembelajaran dalam level yang spesifik. Development study menghasilkan prinsip disain untuk memecahkan masalah dalam bidang pendidikan. Sedangkan didaktical design research merupakan bagian dari keduanya karena memecahkan masalah dalam pendidikan
berdasarkan teori pembelajaran yang lebih spesifik.
Menurut Suryadi (2011:1), “Penelitian Disain Didaktis terdiri dari tiga
[image:17.595.115.512.203.693.2]tahap, yaitu: (1) prospective analysis, (2) metapedadidaktik analysis, dan (3) retrospective analysis.” Tahapan tersebut ditunjukkan pada gambar 3.2.
Gambar 3.2 Alur DDR
Tahapan tersebut kemudian diuraikan lagi menjadi langkah-langkah
penelitian. Berikut langkah-langkah yang dilakukan pada setiap tahap dalam
penelitian ini.
Prospespective Analysis atau Analisis Prospektif
Metapedadidaktik Analysis atau
Analisis Metapedadidaktik
1. Tahap Analisis Prospektif
Tahap ini dilaksanakan sebelum pembelajaran. Langkah-langkah analisis
prospektif, meliputi:
a. Melakukan studi literatur. Peneliti mengumpulkan bahan ajar tentang materi
Pesawat Sederhana jenis pengungkit dari berbagai buku sumber dan internet.
b. Melakukan rekontekstualisasi dan repersonalisasi dengan menganalisis
kesesuaian kurikulum, bahan ajar, kesulitan belajar (learning obstacle) secara umum, alat peraga atau media pembelajaran, dan karakteristik siswa. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Sanjaya (2012:15-16), “sebagai perencana,
guru dituntut untuk memahami secara benar kurikulum yang berlaku,
karakteristik siswa, fasilitas dan sumber daya yang ada, sehingga semuanya
dijadikan komponen-komponen dalam menyusun rencana dan desain
pembelajaran.”
c. Mengungkap learning obstacle awal melalui tes dan wawancara kepada siswa, serta quisioner yang diberikan kepada guru pada saat studi
pendahuluan.
d. Membuat desain didaktis awal setelah mengungkap learning obstacle awal. Desain didaktis mencakup komponen dalam HLT, yaitu:
1) Tujuan pembelajaran disusun dengan format ABCD (Audience, Behavior, Condition, dan Degree).
2) Kegiatan pembelajaran meliputi kegiatan awal, inti, dan akhir.
3) Hipotesis pembelajaran dengan membuat prediksi respons siswa dan ADP.
2. Tahap Analisis Metapedadidaktik
Tahap ini dilaksanakan pada saat pembelajaran. Langkah-langkah pada
tahap analisis metapedadidaktik, meliputi:
a. Implementasi desain didaktis 1 setelah membuat desain didaktis awal yang
dilengkapi dengan prediksi respons siswa dan ADP.
b. Menemukan learning obstacle baru pada implementasi desain didaktis 1 dengan mengamati kegiatan dan respons siswa pada pembelajaran.
learning obstacle pada implementasi desain didaktis 1.
3. Tahap Analisis Restrospektif
Tahap ini dilaksanakan setelah pembelajaran. Langkah-langkah pada tahap
analisis retrospektif, meliputi:
a. Mengaitkan analisis prospektif dengan analisis metapedadidaktik. Kegiatan
ini untuk merefleksikan: kegiatan pembelajaran pada desain didaktis awal
dan desain didaktis 1, prediksi respons siswa pada desain didaktis awal dan
respons siswa pada implementasi desain didaktis 1, serta learning obstacle awal dan learning obstacle baru.
b. Mengkategorikan learning obstacle awal dan learning obstacle baru.
c. Memperbaiki desain didaktis 1 dengan menambah prediksi respons siswa dan
ADP.
D. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel Penelitian
1. Definisi Konseptual
Beberapa istilah yang perlu dijelaskan oleh peneliti untuk menghindari
pemahaman yang berbeda dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut.
a. Learning Obstacle adalah kesulitan atau hambatan yang dialami siswa pada proses pembelajaran. Hambatan yang dimaksud dapat berupa hambatan
ontogeni, epistemologi, atau didaktis. Hambatan ontogeni bersifat mental,
hambatan epistemologi bersifat pengetahuan, sedangkan hambatan didaktis
bersifat pengajaran guru. Learning obstacle yang akan diungkap terkait dengan materi Pesawat Sederhana yaitu: kesulitan siswa menggambarkan
posisi titik tumpu, beban, dan kuasa pada pengungkit; memberi contoh
penggunaan pesawat sederhana; menyebutkan bagian-bagian penting pesawat
sederhana; dan menjelaskan pengaruh posisi bagian-bagian pengungkit.
b. Pengungkit/tuas adalah pesawat sederhana yang berbentuk batang keras yang
dapat memutari suatu titik. Bagian atau titik tempat bertumpunya pengungkit
disebut titik tumpu. Bagian pengungkit yang dikenai gaya disebut kuasa.
2. Definisi Operasional
Beberapa variabel yang perlu dijelaskan oleh peneliti untuk menghindari
pemahaman yang berbeda dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Desain didaktis adalah rancangan sajian bahan ajar pada materi yang akan
disajikan untuk mengurangi atau mengatasi learning obstacle dengan memperhatikan respons siswa. Desain didaktis memperhatikan hubungan
pedagogis (HP), hubungan didaktis (HD), dan antisipasi didaktis dan
pedagogis (ADP). Desain didaktis dihasilkan setelah learning obstacle siswa
terungkap. Pada penelitian ini, desain didaktis yang dihasilkan berkaitan
dengan materi Pesawat Sederhana pada pembelajaran IPA kelas V semester 2
SDN Bantargedang, SDN Kersanagara 1, dan SDN Kersanagara 2 UPTD
Pendidikan Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya tahun ajaran
2012/2013.
b. Pembelajaran IPA diartikan sebagai hasil kegiatan manusia berupa
pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar,
yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah, antara
lain penyelidikan, penyusunan, dan pengujian gagasan-gagasan. Pembelajaran
IPA yang akan dijadikan variabel berkaitan dengan materi Pesawat Sederhana
jenis pengungkit. Pesawat sederhana merupakan materi IPA di kelas V
semester 2 yang akan diteliti agar dapat diketahui learning obstacle siswa. Penelitian berfokus pada materi Pesawat Sederhana untuk kelas V semester 2
SDN Bantargedang, SDN Kersanagara 1, dan SDN Kersanagara 2 UPTD
Pendidikan Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya tahun ajaran
2012/2013.
E. Instrumen Penelitian
Masalah yang diteliti dalam penelitian kualitatif masih belum jelas dan
pasti. Dalam penelitian ini pun, belum pasti seperti apa cara guru menyajikan
materi, hubungan guru dengan siswa, dan learning obstacle siswa tentang materi pesawat sederhana. Peneliti belum dapat mengembangkan instrumen sebelum
learning obstacle siswa tentang materi yang akan disajikan. Dengan demikian, yang menjadi instrumen utama adalah peneliti itu sendiri (human instrument).
“Human instrument berfungsi untuk menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, mengumpulkan data, menilai kualitas data,
menganalisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan dari temuan
tersebut” (Sugiyono, 2009:306). Setelah fokus penelitian jelas, dapat
dikembangkan instrumen tambahan untuk melengkapi data dan membandingkan
dengan data yang dikumpulkan melalui observasi dan wawancara.
Dalam penelitian ini, instrumen dikembangkan berdasarkan cara guru
menyajikan materi, hubungan guru dengan siswa, dan learning obstacle siswa tentang materi Pesawat Sederhana. Instrumen tersebut berupa desain pembelajaran
sementara meliputi format wawancara, format observasi, tes pilihan ganda disertai
alasan, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), LKS, dan LDS.
F. Proses Pengembangan Instrumen
1. Uji Keabsahan Data
“Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji kredibilitas
(credibility), transferabilitas (tranferability), dependabilitas (dependability), dan konfirmabilitas (confirmability)” (Zuriah: 2007:110). Uji keabsahan data lebih jelas dipaparkan sebagai berikut.
a. Uji kredibilitas (credibility)
Uji kredibilitas adalah kriteria untuk memenuhi nilai kebenaran dari data
dan informasi yang dikumpulkan. Uji kredibilitas dilakukan untuk meningkatkan
kepercayaan terhadap hasil penelitian. Uji kredibilitas dilakukan dengan cara:
1) perpanjang kehadiran peneliti atau pengamat,
2) peningkatan ketekunan atau pengamatan terus-menerus,
3) triangulasi,
4) diskusi dengan teman,
5) analisis kasus negatif, dan
b. Uji transferabilitas (tranferability)
Uji transferabilitas dilaksanakan untuk menunjukkan bahwa hasil penelitian
yang dilakukan dalam konteks tertentu dapat diaplikasikan pada konteks lain
dengan tipologi yang sama. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan hasil penelitian
dapat diterapkan ke populasi di mana sampel tersebut diambil. Peneliti menyusun
laporan dengan memberikan uraian yang rinci, sistematis, dan dapat dipercaya
sehingga pembaca mendapatkan kejelasan dari hasil penelitian.
c. Uji dependabilitas (dependability)
Uji dependabilitas dilaksanakan untuk menilai apakah proses penelitian
tersebut bermutu atau tidak. Teknik yang digunakan yaitu dengan cara melakukan
audit oleh auditor yang independen atau pembimbing untuk mengaudit
keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian Hal ini dilakukan
dengan memperlihatkan data dan dokumentasi dari seluruh rangkaian proses
penelitian.
d. Uji konfirmabilitas (confirmability)
Uji konfirmabilitas berarti menguji hasil penelitian bermutu atau tidak
dikaitkan dengan proses yang dilakukan saat penelitian. Penelitian dikatakan
berkualitas bila hasil penelitian telah disepakati banyak orang. Uji konfirmabilitas
dapat dilakukan secara bersamaan dengan uji dependabilitas.
2. Uji Coba Instrumen
Sebelum mengungkap learning obstacle siswa, peneliti melakukan uji instrumen terlebih dahulu untuk mendapatkan instrumen yang valid dan reliabel.
Uji instrumen dilaksanakan di kelas V sekolah dasar dengan jumlah responsden
100 siswa dari 4 sekolah, yaitu SDN Cikalang 2 Kecamatan Tawang sebanyak 38
siswa, SDN Angkasa I Kecamatan Purbaratu sebanyak 35 siswa, dan SDN
Sukamenak 2 dan 4 Kecamatan Purbaratu sebanyak 27 siswa. Uji validitas dan
reliabilitasi dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a. Uji Validitas
Instrumen dikatakan valid jika instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur. Perhitungan uji validitas dilakukan dengan
Social Sciences) versi 16. Langkah-langkah uji validitas adalah sebagai berikut: 1) Sediakan data yang akan diuji pada sheet Microsoft Excel 2007.
2) Buka program SPSS → Start → All Programs → SPSS 16.0 → Cancel.
4) Salin data yang telah dibuat pada program Microsoft Excel 2007 ke dalam Data View.
5) Analyze → Correlat e→ Bivariate.
7) Hasil Uji Validitas Instrumen
Langkah selanjutnya yiatu membandingkan antara Pearson Correlation (rhitung) dengan nilai tabel korelasi Product Moment (rtabel). Apabila rhitung > rtabel maka instrumen dinyatakan valid, sebaliknya jika r hitung < rtabel, maka instrumen tidak valid.
b. Uji Reliabilitas
“Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama maka akan menghasilkan data yang sama”
(Sugiyono, 2009: 173). Uji reliabilitas ini menggunakan Cronbach’s Alpha yang
perhitungannya menggunakan program Microsoft Excel 2007 dan program SPSS 16.0. Langkah-langkah uji reliabilitas adalah sebagai berikut:
2) Buka program SPSS → Start → All Programs → SPSS 16.0 → Cancel.
3) Buatlah desain variabel pada menu Variabel View.
5) Klik Analyze → Scale → Reliability Analysis.
6) Pindahkan variabel dan skor total ke kotakVariables → OK.
8) Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
Langkah selanjutnya yaitu membandingkan antara Alpha Cronbach. Apabila terdapat soal tes pada kolom Alpha if item deleted dengan nilai koefisien yang lebih kecil dari nilai Alpha Cronbach keseluruhan, maka soal tes dinyatakan reliabel. Sebaliknya, apabila soal tes pada kolom Alpha if Soal Deleted lebih tinggi dari nilai Alpha Cronbach keseluruhan, maka soal tes dinyatakan tidak reliabel.
c. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan
[image:28.595.113.507.115.668.2]rendah (Arikunto, 2008: 211). Daya pembeda soal dikategorikan sebagai berikut:
Tabel 3.1
Kategori Daya Pembeda
Daya Pembeda Kategori
0,71 – 1,00 Baik Sekali (excellent)
0,41 – 0,70 Baik (good)
0,21 – 0,40 Cukup (satisfatory)
0,01 – 0,20 Jelek (poor)
negatif – 0 Jelek sekali
(Sumber: Arikunto, 2008: 218) Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi (D) adalah:
D =
‒
+ PA-PB
Keterangan:
J = jumlah peserta tes
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar
PA = proposi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = proposi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
d. Tingkat Kesukaran
Menurut Arikunto (2008: 207), “soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar.” Bilangan yang menunjukkan sukar dan
mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,00. Indeks kesukaran menunjukkan taraf
kesukaran soal, soal dengan indeks kesukaran 0,00 menunjukkan bahwa soal
terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soal terlalu mudah.
Rumus mencari indeks kesukaran (P) adalah:
Keterangan:
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Menurut ketentuan yang berlaku, indeks kesukaran dapat dikategorikan
[image:29.595.109.514.138.698.2]sebagai berikut:
Tabel 3.2
Kategori Tingkat Kesukaran
Indeks Kesukaran Kategori
0,00 – 0,30 Sukar
0,31 – 0,70 Sedang
0,71 – 1,00 Mudah
(Sumber; Arikunto, 2008: 210) Pengujian tingkat atau indeks kesukaran butir soal pada penelitian ini
3. Analisis Instrumen Studi Pendahuluan
Setelah melaksanakan studi pendahuluan, langkah selanjutnya adalah
menganalisis instrumen studi pendahuluan untuk mempermudah
mengklasifikasikan kategori penguasaan konsep siswa dan kategori learning obstacle siswa berdasaran kompetensi dasar dan indikator. Penguasaan konsep siswa adalah suatu proses atau cara perbuatan mengerti benar/mengetahui benar
suatu konsep yang dilakukan oleh siswa. Sedangkan learning obstacle siswa adalah kesulitan belajar siswa pada proses pembelajaran berdasarkan siswa salah
menguasai suatu konsep atau tidak menguasai suatu konsep.
Rumus mencari persentase penguasaan konsep siswa sebagai berikut:
Keterangan:
P = persentase penguasaan konsep siswa
B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS = jumlah seluruh siswa
Berdasarkan rumus tersebut, maka dapat diketahui rumus untuk mencari
learning obstacle siswa sebagai berikut.
Keterangan:
L = persentase learning obstacle siswa
S = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan salah
JS = jumlah seluruh siswa
[image:30.595.113.511.261.606.2]Rentang kategori penguasaan konsep dan learning obstacle siswa adalah sebagai berikut.
Tabel 3.3
Kategori Penguasaan Konsep dan Learning Obstacle Siswa
No. Interval Kategori
1. 67 % - 100 % Tinggi
2. 34 % - 66 % Sedang
3. 0 – 33 % Rendah
Siswa sudah menguasai suatu konsep apabila penguasaan konsep siswa
berada pada kategori tinggi sedangkan learning obstacle siswa berada pada kategori rendah. Siswa dianggap kurang menguasai konsep apabila penguasaan
konsep siswa berada pada kategori sedang dan learning obstacle siswa berada pada kategori sedang. Siswa dianggap tidak menguasai suatu konsep apabila
penguasaan konsep siswa berada pada kategori rendah dan learning obstacle siswa berada pada kategori tinggi.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik triangulasi (gabungan)
dari observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Sugiyono (2009:330)
mengartikan “triangulasi sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah
ada.” Menurut Denzin (Danim, 2002:38), ‘triangulasi adalah aplikasi studi yang menggunakan multimetode untuk menelaah fenomena yang sama.’
Peneliti melakukan observasi partisipatif dengan terlibat langsung pada
kegiatan yang dilakukan sumber data penelitian. Dengan demikian, peneliti
mengetahui setiap perilaku yang tampak (respons siswa) dan learning obstacle yang muncul. Peneliti membuat prediksi respons siswa berdasarkan observasi tak
berstruktur pada saat guru mengajarkan tentang materi Pesawat Sederhana jenis
pengungkit. Sugiyono (2009:313), menyatakan bahwa
Observasi tidak berstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Dalam melakukan pengamatan, peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan.
Wawancara menurut Esterberg (Sugiyono, 2009:317), dapat didefinisikan
sebagai ‘pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya
jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.’
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data karena peneliti akan
melakukan studi pendahuluan untuk mengungkap learning obstacle siswa. Setelah siswa mengerjakan instrumen yang diujikan, maka segera dilakukan wawancara
masih kuat. “Dalam penelitian kualitatif, sering menggabungkan teknik observasi partisipatif dengan wawancara mendalam” (Sugiyono, 2009:319).
Menurut Fathoni (2006:112), “studi dokumentasi adalah teknik
pengumpulan data dengan mempelajari catatan-catatan data pribadi responsden.”
Studi dokumentasi dapat berbentuk tulisan, gambar, atau video. “Dengan studi
dokumentasi diharapkan terkumpul dokumen-dokumen yang dapat mendukung
dan melengkapi data penelitian, baik dokumen tertulis, gambar, maupun
elektronik” (Fitriyani, 2011:39). Hasil penelitian akan lebih dapat dipercaya
apabila didukung oleh karya siswa, foto, dan video pada saat penelitian.
H. Analisis Data
Dalam penelitian ini, data diperoleh dari berbagai sumber dengan
menggunakan teknik triangulasi dan dilakukan secara terus-menerus sampai data
menjadi jenuh. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi, sehingga dapat dipahami dan diinformasikan kepada orang lain.
Menurut Miles and Huberman (Sugiyono, 2009:337), ‘aktivitas dalam
analisis data yaitu: data reduction (reduksi data), data display (penyajian data), dan conclusion drawing/verification (penarikan kesimpulan).’ Berdasarkan pendapat tersebut, maka langkah-langkah analisis data yang akan dilakukan,
yaitu:
1. Menyusun data yang diperoleh.
2. Merangkum dan membuat kategorisasi.
3. Membuat uraian terperinci.
4. Menentukan pola dan hubungan antara kategori.
5. Melakukan interpretasi.
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, penelitian ini dapat
menjawab rumusan masalah penelitian. Rumusan masalah tersebut berkaitan
dengan mengidentifikasi learning obstacle siswa, mendeskripsikan desain didaktis
untuk mengurangi learning obstacle, mendeskripsikan implementasi desain didaktis, dan menghasilkan desain didaktis pada materi Pesawat Sederhana.
Identifikasi learning obstacle dilakukan pada saat studi pendahuluan dan implementasi desain didaktis. Learning obstacle siswa pada materi Pesawat Sederhana diidentifikasi menjadi delapan tipe, yakni: tipe 1, learning obstacle dalam menyebutkan bagian-bagian dari pengungkit, yaitu titik tumpu, kuasa,
beban, lengan beban, dan lengan kuasa; tipe 2, learning obstacle dalam menjelaskan pengertian titik tumpu, kuasa, beban, lengan beban, dan lengan
kuasa; tipe 3, learning obstacle dalam memodifikasi titik tumpu, beban dan kuasa pada pengungkit jika bagian-bagian tersebut diganti oleh angka atau huruf; tipe 4,
learning obstacle dalam menjelaskan pengaruh memperpanjang lengan kuasa atau memperpendek lengan beban; tipe 5, learning obstacle dalam memberikan contoh alat yang menggunakan prinsip pengungkit; tipe 6, learning obstacle dalam menunjukkan letak titik tumpu, beban, dan kuasa pada gambar pengungkit; tipe 7,
learning obstacle dalam menarik kesimpulan setelah pembelajaran; dan tipe 8 learning obstacle dalam membedakan gaya dengan kuasa.
Untuk mengatasi atau mengurangi learning obstacle yang muncul, peneliti menyusun desain didaktis untuk dua kali pembelajaran. Pembelajaran pertama
adalah menyebutkan bagian-bagian pengungkit beserta contohnya. Pembelajaran
kedua adalah memodifikasi dan menjelaskan pengaruh perubahan posisi
bagian-bagian pada pengungkit. Desain didaktis disusun dengan tahapan yang ada pada
DDR, yakni analisis prospektif, analisis metapedadidaktik, dan analisis
pembelajaran lain terdapat dalam prediksi respons dan antisipasi yang dilakukan
guru. Desain didaktis disusun dengan mencantumkan respons siswa dan ADP
sehingga guru dapat menyajikan materi yang sesuai dengan karakteristik siswa
dan faktor-faktor atau unsur-unsur lain.
Dalam implementasi desain didaktis 1 dan 2, peneliti membuat prediksi
respons siswa dan antisipasi didaktis pedagogis. Sebagian besar responss siswa
sesuai dengan prediksi respons yang dibuat, sebagian tidak muncul, dan sebagian
tidak terprediksi. Apabila respons siswa sesuai dengan prediksi respons, guru
melakukan antisipasi berdasarkan ADP yang telah disusun. Apabila prediksi
respons siswa tidak muncul, maka guru tetap memprediksikan respons tersebut
yang mungkin akan muncul pada pembelajaran berikutnya. Apabila muncul
respons yang tidak terprediksi, guru sedapat mungkin memberikan antisipasi yang
tidak berlebihan namun dapat mengatasi respons tersebut. Hasil implementasi
desain didaktis 1 dan 2 membuktikan bahwa desain didaktis dapat mengurangi
learning obstacle siswa pada materi Pesawat Sederhana.
Setelah melakukan refleksi pada desain didaktis 1 dan 2, peneliti masih
menemukan kekurangan pada desain tersebut, baik dari bahan ajar, LKS, LDS,
model dan media pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti menyusun desain
didaktis akhir dengan mengembangkan indikator dan tujuan pembelajaran, serta
prediksi respons dan ADP. Indikator yang dikembangkan pada desain didaktis
akhir adalah sebagai berikut: 1) menjelaskan pengertian pengungkit; 2)
menjelaskan bagian-bagian dari pengungkit; 3) menunjukkan bagian-bagian
pengungkit dengan benar; 4) memodifikasi letak titik tumpu, beban, dan kuasa
pada pengungkit; 5) membuktikan pengaruh perubahan posisi bagian-bagian pada
pengungkit; 6) menjelaskan pengaruh perubahan posisi bagian-bagian pada
pengungkit; 7) membedakan contoh alat yang menggunakan prinsip pengungkit
dengan katrol, bidang miring, dan roda berporos; dan 8) memberi contoh
penggunaan pesawat sederhana jenis pengungkit.
Sedangkan tujuan pembelajaran yang dikembangkan yaitu: 1) melalui tanya
jawab, siswa dapat menjelaskan pengertian pengungkit dengan bahasa sendiri; 2)
yaitu titik tumpu, beban, kuasa, lengan beban, dan lengan kuasa; 3) melalui
diskusi, siswa dapat menjelaskan pengertian titik tumpu, kuasa, beban, lengan
beban, dan lengan kuasa pada pengungkit dengan menggunakan kata-kata sendiri;
4) melalui percobaan, siswa dapat menentukan letak titik tumpu, beban, kuasa,
lengan beban, dan lengan kuasa pada pengungkit dengan tepat; 5) melalui
penugasan, siswa dapat menunjukkan letak titik tumpu, beban, dan kuasa pada
gambar pengungkit dengan tepat; 6) melalui tanya jawab, siswa dapat
menunjukkan titik tumpu, beban, dan kuasa yang dimodifikasi; 7) melalui
demonstrasi dan praktik terbimbing, siswa dapat membuktikan pengaruh
memperpanjang lengan kuasa atau memperpendek lengan beban dengan tepat; 8)
melalui diskusi, siswa dapat menjelaskan pengaruh memperpanjang lengan kuasa
atau memperpendek lengan beban dengan menggunakan kata-kata sendiri; 9)
melalui praktikum dan pengamatan, siswa dapat membedakan contoh alat yang
menggunakan prinsip pengungkit dengan katrol, bidang miring, dan roda berporos
berdasarkan ciri-cirinya; dan 10) melalui diskusi, siswa dapat memberikan contoh
penggunaan pesawat sederhana jenis pengungkit golongan pertama, kedua, dan
ketiga dalam kehidupan sehari-hari dengan tepat.
Peneliti pun mengembangkan prediksi respons dan ADP. Prediksi respons
dan ADP untuk desain diaktis akhir adalah sebagai berikut: 1) prediksi respons
siswa yaitu siswa gaduh, ADP dengan menegur secara halus atau mengurangi
nilai individu atau kelompok; 2) prediksi respons yaitu siswa menjahili siswa lain,
ADP dengan menegur secara halus atau mengurangi nilai individu atau
kelopmpok; 3) prediksi respons siswa yaitu siswa memainkan alat dan bahan,
ADP dengan menegur secara halus; 4) prediksi respons siswa yaitu siswa merusak
alat dan bahan, ADP dengan menegur secara halus; 5) prediksi respons siswa
yaitu siswa diam saja (pasif), ADP dengan memotivasi siswa dengan “Tepuk
Semangat” dan memberi penguatan agar siswa menjadi aktif; 6) prediksi respons
siswa yaitu siswa kebingungan dengan langkah kegiatan yang harus dilakukan,
ADP dengan menjelaskan langkah kegiatan dengan lebih rinci dan bahasa yang
sederhana; 7) prediksi respons siswa yaitu siswa tidak dapat menggunakan alat
dan bahan tersebut; 8) prediksi respons siswa yaitu siswa mengerjakan langkah
kegiatan dengan benar, ADP dengan menegaskan bahwa siswa mengerjakan
dengan tepat dan memberikan penguatan; 9) prediksi respons siswa yaitu siswa
berebut untuk melakukan demonstrasi, ADP dengan menentukan siswa yang akan
melakukan demonstrasi; 10) prediksi respons siswa yaitu siswa malu saat
melakukan demonstrasi, ADP dengan memberikan motivasi atau menugaskan
siswa untuk melakukan demonstrasi dengan teman sebangku; 11) prediksi respons
siswa yaitu siswa kebingungan dan tidak dapat menjawab pertanyaan dengan
tepat, ADP dengan membimbing siswa mencari jawaban yang tepat dan
memberikan penguatan; 12) prediksi respons siswa yaitu siswa dapat menjawab
pertanyaan namun kurang tepat, ADP dengan mengarahkan siswa pada jawaban
yang tepat dan memberikan penguatan; 13) prediksi respons siswa yaitu siswa
dapat menjawab pertanyaan dengan tepat, ADP dengan menegaskan jawaban
siswa dan memberikan penguatan; 14) prediksi respons siswa yaitu siswa malu
atau ragu-ragu dalam melaporkan hasil diskusinya, ADP dengan memberikan
motivasi dengan memberikan nilai tambahan untuk siswa yang melaporkan hasil
diskusi kelompoknya; 15) prediksi respons siswa yaitu siswa kesulitan dalam
menyimpulkan pembelajaran, ADP dengan membimbing siswa menyimpulkan
pembelajaran menggunakan kaliat rumpang agar siswa membuat kesimpulan
sesuai dengan materi yang diajarkan; dan 16) prediksi respons siswa yaitu siswa
kebingungan saat membuat kesimpulan, ADP dengan memberikan arahan
terhadap hal-hal yang sudah dipelajari selama pembelajaran.
Desain didaktis akhir ini dapat diimplementasikan untuk penelitian
selanjutnya karena masih memungkinkan muncul learning obstacle baru pada materi Pesawat Sederhana. Sehingga, ada kemungkinan desain didaktis ini
direvisi kembali sampai data jenuh atau tidak muncul learning obstacle
baru.Desain didaktis pun dapat disusun untuk materi lain pada pembelajaran IPA,
termasuk materi Pesawat Sederhana jenis katrol, bidang miring, dan roda
berporos. Diharapkan desain didaktis ini dapat dijadikan pilihan utama dalam
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, peneliti memberikan
rekomendasi sebagai berikut.
1. Guru harus meningkatkan kemampuan dalam merancang, melaksanakan, dan
merefleksi kegiatan pembelajaran dengan memperhatikan kondisi siswa,
sarana dan prasarana dan lingkungan sekitar.
2. Guru harus menguasai materi, model, metode, dan media pembelajaran yang
akan disajikan.
3. Guru tidak dapat meremehkan kesulitan belajar yang dialami siswa, karena
hal tersebut seterusnya akan menjadi konsepsi yang salah pada siswa.
4. Seperti yang dikatakan Uno (2010:42), “tidak ada suatu model rancangan
pengajaran yang dapat memberikan resep yang paling ampuh untuk
mengembangkan suatu program pengajaran.” Maka desain didaktis yeng
dibuat tidak ada yang sempurna, namun kita dapat menonjolkan kelebihan
desain tersebut sehingga dapat menutupi kekurangannya.
5. Desain didaktis ini memungkinkan untuk dikembangkan dan direvisi kembali
sehingga lebih baik. Penelitian ini pun dapat dikembangkan atau menjadi
acuan untuk dilakukan penelitian lainnya dengan materi Pesawat Sederhana
DAFTAR PUSTAKA
Apriani, I.F. (2012). Desain Didaktis Pengenalan Konsep Pecahan Sederhana pada Pembelajaran Matematika di Kelas III Sekolah Dasar. Skripsi Sarjana pada FIP UPI Kampus Tasikmalaya: tidak diterbitkan.
Arends, R.I. (2008). Learning to Teach (Belajar untuk Mengajar). New York: McGraw Hill Companies, Inc.
Arikunto, S. (2008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Danim, S. (2002). Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: CV Pustaka Setia.
DeVaus, D.A. (2001). Research Design In Social Research. [Online]. Tersedia: http://www.tim.ethzch/education/courses_fs_2012/course_docsem_fs_2012/ Literature/14_deVaus_Forschungdesign [28 November 2012]
Dewi, A.V. (2012). Desain Didaktis Konsep Membandingkan Bilangan Pecahan Pada Pembelajaran Matematika Kelas III Sekolah Dasar. Skripsi Sarjana pada FIP UPI Kampus Tasikmalaya: tidak diterbitkan.
Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Dwisang, E.L. (2007). Ringkasan Lengkap Sains. Tangerang: Scientific Press.
Fathoni, A. (2006). Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Firmansyah, Y. (2012). Desain Didaktis Konsep Operasi Perkalian Bilangan Pecahan pada Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Skripsi Sarjana pada FIP UPI Kampus Tasikmalaya: tidak diterbitkan.
Fitriyani. (2011). Desain Didaktis Konsep Luas Daerah Trapesium pada Pembelajaran Matematika SMP. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bumi Siliwangi: tidak diterbitkan.
Grafura, L. dan Wijayanti, A. (2012). Metode dan Strategi Pembelajaran yang Unik. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Hamalik, O. (2008). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Iswara, P.D. (2010). Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI). [Online]. Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/KD-SUMEDANG/197212262005011002-PRANA-DWIJA-ISWARA/skkd%20SD-MI/42.%20IPA%20SD-MI.pdf [12 April 2013]
Kansanen, P. dan Meri, M. (1999). Didactic Relation in The
Teaching-Studying-Learning Process. [Online]. Tersedia:
http://www.helsinki.fi/~pkansane/Kansanen_Meri.pdf [28 November 2012]
Lidinillah, D.A.M. (2011). Educational Design Research : a Teoretical Framework for Action. [Online]. Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/KD-
TASIKMALAYA/DINDIN_ABDUL_MUIZ_LIDINILLAH_(KD-
TASIKMALAYA)-197901132005011003/132313548%20-%20dindin%20abdul%20muiz%20lidinillah/Educational%20Design%20Re search-A%20Theoritical%20Framework%20for%20Action.pdf [11 September 2012]
Mulyana, E.H. (2011). Pendidikan dan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar. UPI Kampus Tasikmalaya: tidak diterbitkan.
Munandar, D.R., et al. (2007). Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD dan MI Kelas 5. Bandung: PT Sarana Panca Karya Nusa.
Nasution, S. (2004). Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Naim, N. (2011). Menjadi Guru Inspiratif. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Panut et al. (2007). Dunia IPA 5B. Bogor: Yudhistira.
Purnawati, D. (2011). Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana. [Online]. Tersedia: http://dewipurnawati1.weebly.com/uploads/7/3/1/6/7316436/bab_7_usaha_e nergi_dan_pesawat_sederhana.pdf [14 Desember 2012]
Putra, S.R. (2013). Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Yogyakarta: Diva Press.
Sadulloh, U. (2011). Pedagogik (Ilmu Mendidik). Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, W. (2012). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Shahibul. (2011). Mengenal Hypothetical Learning Trajectory (HLT). [Online]. Tersedia:
Slavin, R.E. (2005). Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.
Sudargo, F. (2007). BAB XIV Pesawat Sederhana. [Online]. Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_IPA/19510726197
8032-FRANSISCA-SUDARGO/Model_Buku_IPA_SMP_(Revisi-2007)/02._Kelas_VII/Bab._15-VIII_Pesawat_Sederhana_(Made).pdf [14 Desember 2012]
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
‒‒‒‒‒. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, N.S. (2004). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Suparman, A. (2012). Desain Instruksional Modern: Panduan Para Pengajar dan Inovator Pendidikan. Jakarta: Erlangga.
Suparno, P. (2013). Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika. Jakarta: PT Grasindo.
Suprijono, A. (2012). Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Suryabrata, S. (2008). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Suryadi, D. (2011). Didactical Design Research (DDR) dalam Pengembangan Pembelajaran Matematika. [Online]. Tersedia:
http://repository.upi.edu/operator/upload/pros_ui-uitm_2011_didi_didactical_design_research.pdf [11 September 2012]
‒‒‒‒‒. (2011). Menciptakan Proses Belajar Aktif: Kajian dari Sudut Pandang
Teori Belajar dan Teori Didaktik. [Online]. Tersedia: http://didi- suryadi.staf.upi.edu/files/2011/06/MENCIPTAKAN-PROSES-BELAJAR-AKTIF.pdf [22 September 2012]
Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: tidak diterbitkan.
Uno, H.B. et al. (2010). Desain Pembelajaran. Bandung: MQS Publishing.
http://www.meganwawro.com/wp-content/uploads/2012/01/Wawro-Larson-JMM-2012.pdf [14 April 2013]
Zulhelmi. (2009). Penilaian Psikomotor dan Respon Siswa dalam Pembelajaran Sains Fisika Melalui Penerapan Penemuan Terbimbing di SMP Negeri 20
Pekanbaru. [Online]. Tersedia:
http://ejournal.unri.ac.id/index.php/JGS/article [12 April 2013]