• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Etos Kerja dan Penilaian Kinerja Terhadap Motivasi Karyawan PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk Cabang Iskandar Muda Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Etos Kerja dan Penilaian Kinerja Terhadap Motivasi Karyawan PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk Cabang Iskandar Muda Medan"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Etos Kerja

2.1.1 Pengertian Etos Kerja

Secara etimoligis, etos berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang berarti karakter, watak kesusilaan, adat istiadat atau kebiasaan. Sebagai suatu subyek dari

arti etos tersebut adalah etika yang berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh

individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah

dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik.Setiap organisasi yang selalu

ingin maju, akan melibatkan anggota untuk meningkatkan mutu kinerjanya,

diantaranya setiap organisasi harus memiliki etos kerja.

Menurut Tasmara (2002:20), etos kerja adalah totalitas kepribadian dirinya

serta caranya mengekspresikan, memandang, meyakini dan memberikan makna ada

sesuatu, yang mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih amal yang optimal

sehingga pola hubungan antara manusia dengan dirinya dan antara manusia dengan

makhluk lainnya dapat terjalin dengan baik.

Menurut kamus Webster, etos didefinisikan sebagai guiding beliefs of a person, group or institution (keyakinan yang berfungsi sebagai panduan tingkah laku bagi seseorang, sekelompok, atau sebuah institusi). Jika menurut Usman Pelly

(1992:12), etos kerja adalah sikap yang muncul atas kehendak dan kesadaran sendiri

(2)

pernyataan di muka bahwa etos kerja mempunyai dasar dari nilai budaya, yang mana

dari nilai budaya itulah yang membentuk etos kerja masing-masing pribadi.

Menurut Sinamo (2002:62), etos kerja dapat diartikan sebagai konsep tentang

kerja atau paradigma kerja yang diyakini oleh seseorang atau sekelompok orang

sebagai baik dan benar yang diwujudnyatakan melalui perilaku kerja mereka secara

khas.

Sedangkan etos kerja profesional adalah seperangkat perilaku kerja positif

yang berakar pada kesadaran yang kental, keyakinan yang fundamental, disertai

komitmen yang total pada paradigma kerja yang integral.

Istilah paradigma yang dimaksud disini berarti konsep utama tentang kerja itu

sendiri yang mencakup idealisme yang mendasari, prinsip-prinsip yang mengatur,

nilai-nilai yang menggerakkan, sikap-sikap yang dilahirkan, standar-standar yang

hendak dicapai, termasuk karakter utama, pikiran dasar, kode etik, kode moral, dan

kode perilaku bagi para pemeluknya.

Menurut Sinamo (2005:29-189), bahwa terdapat delapan etos kerja

profesional yang mampu menjadi navigasi mencapai sukses, yaitu:

1. Kerja adalah Rahmat

Apa pun pekerjaan kita, entah pengusaha, karyawan kantor, sampai buruh

kasar sekalipun, adalah rahmat dari Tuhan. Anugerah itu kita terima tanpa syarat,

seperti halnya menghirup oksigen dan udara tanpa biaya sepeser pun.

Bakat dan kecerdasan yang memungkinkan kita bekerja adalah anugerah.

(3)

kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan bekerja kita punya banyak teman dan

kenalan, punya kesempatan untuk menambah ilmu dan wawasan, dan masih

banyak lagi. Semua itu anugerah yang patut disyukuri. Sungguh kelewatan jika

kita merespon semua rahmat itu dengan kerja yang ogah-ogahan.

2. Kerja adalah Amanah

Apapun pekerjaan kita semua adalah amanah. Seyogyanya kita menjalankan

amanah tersebut dengan sebaik mungkin. Kerja bukanlah sekedar pengisi waktu

tapi perintah Tuhan. "Amanat itu mendatangkan rezeki, sedangkan khianat itu

mendatangkan kemiskinan". Etos ini membuat kita bisa bekerja sepenuh hati dan

menjauhi tindakan tercela, misalnya korupsi dalam berbagai bentuknya.

3. Kerja adalah Panggilan

Jika pekerjaan atau profesi kita disadari sebagai panggilan, kita bisa berucap

pada diri kita sendiri, "I do my best!" Dengan begitu kita tidak akan merasa puas jika hasil karya kita kurang baik mutunya.

4. Kerja adalah Aktualisasi

Aktualisasi diri artinya pengungkapan atau penyataan diri kita, yang harus

diaktualisasikan yaitu :

a. Kemampuan kita untuk bekerja dengan penuh tanggung jawab

b. Kejujuran

c. Disiplin

(4)

e. Tunjukkanlah terlebih dulu kualitas pekerjaan yang Anda lakukan

sebelum Anda.

f. Menuntut terlalu banyak untuk menerima imbalan yang besar karena kerja

adalah aktualisasi diri.

Meski kadang membuat kita lelah, bekerja tetap merupakan cara terbaik untuk

mengembangkan potensi diri dan membuat kita merasa "ada". Bekerja jauh lebih

menyenangkan daripada duduk bengong tanpa pekerjaan.

5. Kerja adalah Ibadah

Seperti halnya aktivitas keseharian seorang muslim, kerja juga harus diniatkan

dan berorentasi ibadah kepada Tuhan. Dengan kata lain, setiap aktivitas yang kita

lakukan hakikatnya mencari keridhaan Tuhan semata.

Setiap ibadah kepada Tuhan harus direalisasikan dalam bentuk tindakan,

sehingga bagi seorang yang beragama aktivitas bekerja juga mengandung nilai

ibadah. Kesadaran ini pada gilirannya akan membuat kita bisa bekerja secara

ikhlas, bukan demi mencari uang atau jabatan semata.

6. Kerja adalah Seni

Kesadaran ini membuat kita bekerja dengan santai seperti halnya melakukan

hobi. Dengan mengungkapkannya melalui dan menggunakan medium dan materi

pekerjaan kita seperti komputer, kertas, pena, suara, ruangan, papan tulis, meja,

kursi, atau apapun alat materi kerja kita. Materi kerja di atas diolah secara kreatif

dan imajinatif dalam peristiwa kerja dengan memanfaatkan tidak saja nilai warna,

(5)

7. Kerja adalah Kehormatan

Karena tidak semua orang bisa diberi kepercayaan untuk melakukan suatu

pekerjaan seperti yang Anda terima saat ini. Kerja bukanlah masalah uang semata,

namun lebih mendalam mempunyai sesuatu arti bagi hidup kita. Kadang mata kita

menjadi "hijau" melihat uang, sampai akhirnya melupakan apa arti pentingnya

kebanggaan profesi yang kita miliki.

Bukan masalah tinggi rendah atau besar kecilnya suatu profesi, namun yang

lebih penting adalah etos kerja, dalam arti penghargaan terhadap apa yang kita

kerjakan. Sekecil apapun yang kita kerjakan, sejauh itu memberikan rasa bangga

di dalam diri, maka itu akan memberikan arti besar. Seremeh apapun pekerjaan

kita, itu adalah sebuah kehormatan.

Jika kita bisa menjaga kehormatan dengan baik, maka kehormatan yang lain

yang lebih besar akan datang kepada kita.

8. Kerja adalah Pelayanan

Manusia diciptakan dengan dilengkapi oleh keinginan untuk berbuat baik.

Apa pun pekerjaan kita, pedagang, polisi, bahkan penjaga mercusuar, semuanya

bisa dimaknai sebagai pengabdian kepada sesama.

Delapan etos kerja tersebut menunjukkan bahwa seorang karyawan dalam

melaksanakan pekerjaannya tidak didasarkan atas perintah atasan melainkan

keinginan yang kuat untuk melakukan sesuatu tanpa paksaan dan dilaksanakan

dengan penuh kejujuran. Jadi, jika seseorang atau suatu organisasi, komitmen

(6)

berkomitmen pada paradigma kerja tersebut maka kepercayaan itu akan melahirkan

sikap kerja dan perilaku kerja mereka secara khas. Itulah etos kerja mereka, dan itu

pula budaya kerja mereka.

Berpijak pada pengertian bahwa etos kerja menggambarkan suatu sikap, maka

dapat ditegaskan bahwa etos kerja mengandung makna sebagai aspek evaluatif yang

dimiliki oleh individu (kelompok) dalam memberikan penilaian terhadap kegiatan

kerja.

Mengingat kandungan yang ada dalam pengertian etos kerja, adalah unsur

penilaian, maka secara garis besar dalam penilaian itu, dapat digolongkan menjadi

dua, yaitu penilaian positif dan negatif atau etos kerja tinggi dan etos kerja rendah.

Dikatakan memiliki etos kerja yang tinggi, apabila menunjukkan tanda-tanda

sebagai berikut:

a. Mempunyai penilaian yang sangat positif terhadap hasil kerja

manusia.

b. Menempatkan pandangan tentang kerja, sebagai suatu hal yang amat

luhur bagi eksistensi manusia.

c. Kerja yang dirasakan sebagai aktivitas yang bermakna bagi kehidupan

manusia.

d. Kerja dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan ketekunan dan

sekaligus sarana yang penting dalam mewujudkan cita-cita,

(7)

Sedangkan bagi individu atau kelompok masyarakat, yang dimiliki etos kerja

yang rendah, maka akan menunjukkan ciri-ciri yang sebaliknya, yaitu:

a. Kerja dirasakan sebagai suatu hal yang membebani diri,

b. Kurang dan bahkan tidak menghargai hasil kerja manusia,

c. Kerja dipandang sebagai suatu penghambat dalam memperoleh

kesenangan

d. Kerja dilakukan sebagai bentuk keterpaksaan,

e. Kerja dihayati hanya sebagai bentuk rutinitas hidup.

Etos kerja yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok masyarakat, akan

menjadi sumber motivasi bagi perbuatannya. Apabila dikaitkan dengan situasi

kehidupan manusia yang sedang “membangun”, maka etos kerja yang tinggi akan

dijadikan sebagai prasyaraat yang mutlak, yang harus ditumbuhkan dalam kehidupan

itu.

Karena hal itu akan membuka pandangan dan sikap kepada manusianya untuk

menilai tinggi terhadap kerja keras dan sungguh-sungguh, sehingga dapat mengikis

sikap kerja yang asal-asalan, tidak berorientasi terhadap mutu atau kualitas yang

semestinya.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa etos

kerja adalah sikap dan perilaku yang mendasar yang dimiliki setiap manusia secara

utuh mulai input, proses dan hasil yang didapatkan sehingga bermanfaat bagi

(8)

2.1.2 MEMBANGUN ETOS KERJA

Etos kerja yang positif secara pasti akan menunjukkan kaitan yang sangat erat

antara modal organisasi dengan nilai kepercayaan untuk mencapai visi dan misi

secara konsisten melalui norma-norma nilai kerja yang menciptakan suasana nyaman,

aman, dan sejahtera bagi setiap stakeholder-nya.

Organisasi bisnis memerlukan fleksibilitas yang tinggi dengan budaya kerja

"high trust". Tujuannya adalah untuk membangun kredibilitas yang memberikan rasa percaya kepada setiap orang, bahwa budaya kerja organisasi dikerjakan dengan etos

kerja yang terukur dalam sebuah sistem, prosedur, dan kebijakan yang memiliki

tingkat keperdulian sosial bisnis untuk secara konsisten mampu memberikan

nilai-nilai kebutuhan para stakeholder-nya secara optimal.

Etos kerja yang baik berasal dari hasil kesadaran sebuah organisasi untuk

secara tulus menggali semua potensi positifnya dalam rangka memberikan nilai-nilai

terbaiknya kepada para stakeholder. Jangan pernah berpikir untuk meniru etos kerja budaya lain, sebab etos kerja itu ada di dalam DNA sebuah organisasi yang secara fundamental telah dipengaruhi oleh etos kerja sang penggagas pendiri organisasi

melalui visi, misi, etika, budaya, serta cara berpikir dan bertindak sang pendiri

tersebut.

Apabila Anda tetap ngotot untuk meniru dan mengimplementasikan sebuah

etos kerja yang menjadi favorit Anda, maka pastikan bahwa organisasi Anda mampu

melewati masa-masa kritis akibat perubahan jati diri lama kedalam jati diri yang

(9)

Anda sudah mencoba menciptakan lingkungan dan suasana kerja berbudaya etos

kerja baru yang lebih dinamis dan kreatif.

Etos kerja sebenarnya mengajarkan kepada setiap sumber daya manusia untuk

secara tulus dan ikhlas dari lubuk hati terdalam membangun kebiasaan-kebiasaan

positif yang efektif dalam memberikan pelayanan berkualitas tinggi kepada para

stakeholder. Untuk itu diperlukan upaya terus-menerus dari manajemen organisasi dalam memberikan contoh teladan dari perilaku etos kerja yang ingin dimiliki oleh

organisasi tersebut.

Mengundang para coach dari luar organisasi untuk belajar nilai-nilai positif secara berkelanjutan akan memberikan wawasan dan pengetahuan yang akan

berdampak besar bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam menggali

etos kerja terbaik dari sudut kaca mata positif.

Etos kerja adalah suara hati yang tulus dan ikhlas dari setiap sumber daya

manusia organisasi untuk mau bekerja keras tanpa pamrih dalam memberikan

pelayanan terbaik yang lebih kepada setiap orang tanpa terkecuali.

Etos kerja yang baik lahir dari pribadi-pribadi yang proaktif dalam

mempersiapkan diri mereka untuk menjadi manusia-manusia organisasi yang siap

seratus persen menjalankan misi dan visi organisasi mereka dengan nilai-nilai positif

yang tidak dapat dikompromikan lagi. Nilai positif berarti setiap pikiran dan tindakan

(10)

Bisnis, organisasi, dan sejenisnya ada hanya dengan satu tujuan mulia yaitu

memberikan pelayanan bernilai tambah tertinggi dengan manfaat ekonomi, sosial,

dan pisikologis yang membuat mudah dan nyaman setiap stakeholder.

Etos kerja yang baik harus selalu dibungkus dengan pengetahuan,

keterampilan, teknologi, dan keinginan untuk selalu berbuat baik. Etos kerja juga

harus memiliki kebiasaan-kebiasaan yang menjadi budaya rutin yang efektif dalam

memberikan sinar kebahagian, kenyamanan, keamanan, dan kepastian buat para

stakeholder.

Semua prinsip positif pelayanan wajib dihayati secara optimal oleh semua

pimpinan dan staf organisasi tanpa terkecuali. Setiap stimulus benih-benih positif

kedalam pikiran sumber daya manusia akan menghasilkan respon etos kerja yang

berasal dari kesadaran hati dan pikiran terdalam.

Apapun jenis pekerjaan Anda, apakah bersifat komersial untuk mencari

nafkah kehidupan Anda, bersifat sosial yang membantu tanpa pamrih dengan uang,

atau hanya bersifat hobi yang melakukan pekerjaan sebagai kebahagian hidup.

Apapun yang Anda lakukan, pastikan Anda mengerjakannya dari hati terdalam yang

tulus dan ikhlas, serta pikiran positif dengan segala kerendahan hati dan perilaku.

Jangan sekalipun bekerja oleh sebab terpaksa, etos kerja yang baik tidak akan

lahir dari orang-orang yang merasa pekerjaan yang dilakukannya adalah karena

terpaksa oleh dorongan kebutuhan ekonomi atau kebutuhan lain yang tidak

(11)

Belajar dan belajarlah selalu untuk merubah diri Anda dari pribadi tanpa etos

kerja menjadi pribadi yang unik, spesial, dan kaya akan etos kerja berkualitas tinggi.

Semua hal baik itu akan menjadi milik Anda bila Anda belajar, melatih, dan

menyadari bahwa semua kerja keras Anda dan hidup Anda adalah untuk memberikan

pelayanan terbaik kepada diri Anda, keluarga Anda, organisasi Anda, orang-orang

lain di sekitar Anda, masyarakat Anda, dan dunia Anda.

2.2 Penilaian Kinerja

2.2.1 Pengertian Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja (performance appraisal) adalah proses mengevaluasi seberapa baik karyawan melakukan pekerjaan mereka jika dibandingkan dengan

seperangkat standar, dan kemudian mengkomunikasikan informasi tersebut kepada

karyawan. Penilaian kinerja juga disebut pemeringkatan karyawan, evaluasi

karyawan, tinjauan kinerja, evaluasi kinerja, dan penilaian hasil (Mathis & Jackson,

2006:382).

Menurut Handoko (2003:25), penilaian prestasi kerja (performance appraisal) adalah proses melalui mana organisasi-organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi

kerja karyawan.

Pentingnya penilaian prestasi kerja yang rasional dan diterakan secara

obyektif bermanfaat bagi kepentingan pegawai dan organisasi. Bagi para pegawai,

penilaian tersebut berperan sebagai umpan balik tentang berbagai hal seperti

kemampuan, keletihan, kekurangan dan potensinya, yang pada gilirannya bermanfaat

(12)

Sedangkan bagi organisasi, hasil penilaian prestasi kerja para pegawai sangat

penting arti dan peranannya dalam pengambilan keputusan tentang beberapa hal,

seperti identifikasi kebutuhan program pendidikan dan pelatihan, rekrutmen, seleksi,

program pengenalan, penempatan, promosi, sistem imbalan dan berbagai aspek lain

dari keseluruhan proses manajemen sumber daya manusia secara efektif (Siagian,

2007:183).

Menurut Hasibuan (2006:91) syarat-syarat penilai adalah sebagai berikut:

1) Penilai harus jujur, adil, objektif, dan mempunyai pengetahuan yang

mendalam tentang unsur-unsur yang akan dinilai supaya penilaiannya sesuai

dengan fakta yang ada.

2) Penilai hendaknya mendasarkan penilaiannya atas benar atau salah, baik atau

buruk terhadap unsur-unsur yang dinilai sehingga penilaiannya jujur, adil, dan

objektif. Penilai tidak boleh mendasarkan penilaiannya atas rasa suka atau

tidak suka.

3) Penilai harus mengetahui secara jelas uraian pekerjaan dari setiap karyawan

yang akan dinilainya supaya hasil penilaiannya dapat dipertanggungjawabkan

dengan baik.

4) Penilai harus mempunyai kewenangan formal, supaya mereka dapat

melaksanakan tugasnya dengan baik.

5) Penilai harus mempunyai keimanan supaya penilaiannya jujur dan adil. Dalam

persoalan siapa yang akan melakukan penilaian kinerja karyawan

(13)

Terdapat beberapa metode dalam mengukur prestasi kerja, sebagaimana

diungkapkan oleh Gomes (2003:137-145), yaitu :

1. Metode Tradisional. Metode ini merupakan metode tertua dan paling

sederhana untuk menilai prestasi kerja dan diterapkan secara tidak sistematis

maupun sistematis. Yang termasuk kedalam metode tradisional adalah : rating scale, employee comparation, check list, free form essay, dan critical incident.

(a) Rating scale. Metode ini merupakan metode penilaian yang paling tua dan banyak digunakan, dimana penilaian yang dilakukan oleh atasan atau

supervisor untuk mengukur karakteristik, misalnya mengenai inisitaif,

ketergantungan, kematangan, dan kontribusinya terhadap tujuan kerjanya. (b)

Employee comparation. Metode ini merupakan metode penilaian yang dilakukan dengan cara membandingkan antara seorang pegawai dengan

pegawai lainnya. Metode ini terdiri dari : (1) Alternation ranking : yaitu metode penilaian dengan cara mengurutkan peringkat (ranking) pegawai dimulai dari yang terendah sampai yang tertinggi berdasarkan kemampuan

yang dimilikinya. (2) Paired comparation : yaitu metode penilaian dengan cara seorang pegawai dibandingkan dengan seluruh pegawai lainnya, sehingga

terdapat berbagai alternatif keputusan yang akan diambil. Metode ini dapat

(14)

personalia. (d) Freeform essay. Dengan metode ini seorang penilai diharuskan membuat karangan yang berkenaan dengan orang/karyawan/pegawai yang

sedang dinilainya. (e) Critical incident Dengan metode ini penilai harus mencatat semua kejadian mengenai tingkah laku bawahannya sehari-hari yang

kemudian dimasukan kedalam buku catatan khusus yang terdiri dari berbagai

macam kategori tingkah laku bawahannya. Misalnya mengenai inisiatif,

kerjasama, dan keselamatan.

2. Metode Modern. Metode ini merupakan perkembangan dari metode

tradisional dalam menilai prestasi kerja. Yang termasuk kedalam metode

modern ini adalah : assesment centre, Management By Objective

(MBO=MBS), dan human asset accounting.

Assessment centre. Metode ini biasanya dilakukan dengan pembentukan

tim penilai khusus. Tim penilai khusus ini bisa dari luar, dari dalam,

maupun kombinasi dari luar dan dari dalam.

Management by objective (MBO = MBS). Dalam metode ini pegawai

langsung diikutsertakan dalam perumusan dan pemutusan persoalan

dengan memperhatikan kemampuan bawahan dalam menentukan

sasarannya masing-masing yang ditekankan pada pencapaian sasaran

perusahaan.

Human asset accounting. Dalam metode ini, faktor pekerja dinilai sebagai

(15)

dengan cara membandingkan terhadap variabel-variabel yang dapat

mempengaruhi keberhasilan perusahaan.

2.2.3 Manfaat Penilaian Kerja

Menurut Rivai & Basri (2004:55), manfaat penilaian kinerja bagi

semua pihak adalah agar bagi mereka mengetahui manfaat yang dapat mereka

harapkan. Pihak-pihak yang berkepentingan dalam penilaian adalah:

(1) Manfaat bagi orang yang dinilai (karyawan)

Bagi karyawan yang dinilai, keuntungan pelaksanaan penilaian kinerja

antara lain:

a. Meningkatkan motivasi.

b. Meningkatkan kepuasan hidup.

c. Adanya kejelasan standard hasil yang diterapkan mereka

d. Umpan balik dari kinerja lalu yang kurang akurat dan konstruktif.

e. Pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan menjadi lebih besar.

f. Pengembangan tantang pengetahuan dan kelemahan menjadi lebih

besar, membangun kekuatan dan mengurangi kelemahan semaksimal

mungkin.

g. Adanya kesempatan untuk berkomunikasi ke atas.

h. Peningkatan pengertian tentang nilai pribadi.

i. Kesempatan untuk mendiskusikan permasalahan pekerjaan dan

(16)

j. Suatu pemahaman jelas dari apa yang diharapkan dan apa yang perlu

untuk dilaksanakan untuk mencapai harapan tersebut.

k. Adanya pandangan yang lebih jelas tentang konteks pekerjaan.

l. Kesempatan untuk mendiskusikan cita-cita dan bimbingan apa pun

dorongan atau pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi cita-cita

karyawan.

m. Meningkatkan hubungan yang harmonis dan aktif dengan atasan.

(2) Manfaat bagi penilai (supervisor/manager/penyelia)

Bagi penilai, manfaat pelaksanaan penilaian kinerja adalah:

a. Kesempatan untuk mengukur dan mengidentifikasikan kecenderungan

kinerja karyawan untuk perbaikan manajeman selanjutnya.

b. Kesempatan untuk mengembangkan suatu pandangan umum tentang

pekerjaan individu dan departemen yang lengkap.

c. Memberikan peluang untuk mengembangkan sistem pengawasan baik

untuk pekerjaan manajer sendiri, maupun pekerjaan dari bawahannya.

d. Identifikasi gagasan untuk peningkatan tentang nilai pribadi.

e. Peningkatan kepuasan kerja .

f. Pemahaman yang lebih baik terhadap karyawan, tentang rasa takut, rasa

grogi, harapan, dan aspirasi mereka.

g. Menigkatkan kepuasan kerja baik terhadap karyawan dari para manajer

(17)

h. Kesempatan untuk menjelaskan tujuan dan prioritas penilai dengan

memberikan pandangan yang lebih baik terhadap bagaimana mereka

dapat memberikan kontribusi yang lebih besar kepada perusahaan.

i. Meningkatkan rasa harga diri yang kuat diantara manajer dan juga para

karyawan, karena telah berhasil mendekatkan ide dari karyawan dengan

ide para manajer.

j. Sebagai media untuk mengurangi kesejangan antara sasaran individu

dengan sasaran kelompok atau sasaran departemen SDM atau sasaran

perusahaan.

k. Kesempatan bagi para manajer untuk menjelaskan pada karyawan apa

yang sebenarnya diingikan oleh perusahaan dari para karyawan

sehingga para karyawan dapat mengukur dirinya, menempatkan dirinya,

dan berjaya sesuai dengan harapan dari manajer.

l. Sebagai media untuk menigkatkan interpersonal relationship atau

hubungan antara pribadi antara karyawan dan manajer.

m. Dapat sebagai sarana menimgkatkan motivasi karyawan dengan lebih

memusatkan perhatian kepada mereka secara pribadi.

n. Merupakan kesempatan berharga bagi manajer agar dapat menilai

kembali apa yang telah dilakukan sehingga ada kemungkinan merevisi

target atau menyusun prioritas kembali.

o. Bisa mengidentifikasikan kesempatan untuk rotasi atau perubahan tugas

(18)

(3) Manfaat bagi perusahaan

Bagi perusahaan, manfaat penilaian antara lain:

a. Perbaikan seluruh simpul unit-unit yang ada dalam perusahaan karena:

b. Komunikasi menjadi lebih efektif mengenai tujuan perusahaan dan nilai

budaya perusahaan.

c. Peningkatan rasa kebersamaan dan loyalitas.

d. Peningkatan kemampuan dan kemauan manajer untuk menggunakan

keterampilan dan keahlian memimpinnya untuk memotivasi karyawan

dan mengembangkan kemauan dan keterampilan karyawan.

e. Meningkatkan pandangan secara luas menyangkut tugas yang dilakukan

oleh masing-masing karyawan;

f. Meningkatkan kualitas komunikasi;

g. Meningkatkan motivasi karyawan secara keseluruhan;

h. Meningkatkan keharmonisan hubungan dalam pencapaian tujuan

perusahaan;

i. Peningkatan segi pengawasan melekat dari setiap kegiatan yang

dilakukan oleh setiap karyawan;

j. Harapan dan pandangan jangka panjang dapat dikembangkan;

k. Untuk mengenali lebih jelas pelatihan dan pengembangan yang

dibutuhkan;

(19)

m. Sebagai sarana penyampaian pesan bahwa karyawan itu dihargai oleh

perusahaan;

n. Budaya perusahaan menjadi mapan. Setiap kelalaian dan ketidakjelasan

dalam membina sistem dan prosedur dapat dihindarkan dan kebiasaan

yang baik dapat diciptakan dan dipertahankan. Berita baik bagi setiap

orang dan setiap karyawan akan mendukung pelaksanaan penilaian

kinerja, mau berpartisipasi secara aktif dan pekerjaan selanjutnya dari

penilaian kinerja akan menjadi lebih baik;

o. Karyawan yang potensil dan memungkinkan untuk menjadi pimpinan

perusahaan atau sedikitnya yang dapat dipromosikan menjadi lebih

mudah terlihat, mudah diidentifikasikan, mudah dikembangkan lebih

lanjut, dan memungkinkan peningkatan tanggung jawab secara kuat;

p. Jika penilaian kinerja ini telah melembaga dan keuntungan yang

diperoleh perusahaan menjadi lebih besar, penilaian kinerja akan

menjadi salah satu sarana yang paling utama dalam meningkatkan

kinerja perusahaan.

2.3 Motivasi

2.3.1 Pengertian Motivasi

Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang

ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan

(20)

pelaksanaan aktivitas manusia karena motivasi merupakan hal yang dapat

menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia supaya mau bekerja

giat dan antusias untuk mencapai hasil yang optimal (Hasibuan,2001:141). Pendapat

lain mengatakan bahwa motivasi berawal dari kata “motif”. Sardiman (2005:73)

menyatakan bahwa motif adalah daya upaya yang mendorong seseorang untuk

melakukan sesuatu.

Berawal dari kata motif tersebut, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya

penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu,

terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak.

Menurut Winkel yang dikutip oleh Darsono (2000:61), “Motif adalah daya

penggerak didalam diri orang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, jadi motif

itu merupakan suatu kondisi internal artinya bahwa motif adalah kesiapsiagaan dalam

diri seseorang”. ”Motivasi diartikan sebagai motif yang sudah menjadi aktif pada saat

melakukan suatu perbuatan, sedangkan motif sudah adadalam diri seseorang jauh

sebelum orang itu melakukan suatu perbuatan”.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja adalah

suatu daya penggerak yang mampu menciptakan kegairahan kerja dengan

membangkitkan, mengarahkan, dan berperilaku kerja serta mengeluarkan tingkat

upaya untuk memberikan kontribusi yang sebesar besarnya demi keberhasilan

organisasi dalam mencapai tujuannya.

(21)

Menurut Siagian (2002:102) faktor yang mempengaruhi motivasi kerja

seseorang dapat diketahui berdasarkan karakteristik dari individu yang bersifat khas

yang terdiri dari delapan faktor yaitu :

a. Karakteristik Biografi yang meliputi :

1) Usia, hal ini penting karena usia mempunyai kaitan yang erat dengan

berbagai segi kehidupan organisasional. Misalnya kaitan usia dengan

tingkat kedewasaan teknis yaitu ketrampilan tugas.

2) Jenis Kelamin, karena jelas bahwa implikasi jenis kelamin para pekerja

merupakan hal yang perlu mendapat perhatian secara wajar dengan

demikian perlakuan terhadap merekapun dapat disesuaikan sedemikian

rupa sehingga mereka menjadi anggota organisasi yang bertanggung

jawab terhadap pekerjaannya.

3) Status perkawinan, dengan status ini secara tidak langsung dapat

memberikan petunjuk, cara, dan teknik motivasi yang cocok digunakan

bagi para pegawai yang telah menikah dibandingkan dengan pegawai yang

belum menikah.

4) Jumlah tanggungan, dalam hal ini jumlah tanggungan seorang pencari

nafkah utama keluarga adalah semua orang yang biaya hidupnya

tergantung pada pencari nafkah utama tersebut, tidak terbatas hanya pada

istri atau suami dan anak–anaknya.

5) Masa kerja, dalam organisasi perlu diketahui masa kerja seseorang karena

(22)

pekerja dalam berbagai segi organisasional seperti ; produktivitas kerja

dan daftar kehadiran. Karena semakin lama seseorang bekerja ada

kemungkinan untuk mereka mangkir atau tidak masuk kerja disebabkan

karena kejenuhan.

b. Kepribadian

Kepribadian seseorang juga dapat dipengaruhi motivasi kerja seseorang

karena kepribadian sebagai keseluruhan cara yang digunakan oleh seseorang

untuk bereaksi dan berinteraksi dengan orang lain.

c. Persepsi

Interpretasi seseorang tentang kesan sensorinya mengenai lingkungan

sekitarnya akan sangat berpengaruh pada perilaku yang pada gilirannya

menentukan faktor –faktor yang dipandangnya sebagai faktor organisasional

yang kuat.

d. Kemampuan belajar

Belajar adalah proses yang berlangsung seumur hidup dan tidak terbatas pada

pendidikan formal yang ditempuh seseorang diberbagai tingkat lembaga

pendidikan. Salah satu bentuk nyata dari telah belajarnya seseorang adalah

perubahan dalam persepsi, perubahan dalam kemauan, dan perubahan dalam

tindakan.

e. Nilai – nilai yang dianut

Sistem nilai pribadi seseorang biasanya dikaitkan dengan sistem nilai sosial

(23)

f. Sikap

Sikap merupakan suatu pernyataan evaluatif seseorang terhadap objek

tertentu, orang tertentu atau peristiwa tertentu. Artinya sikap merupakan

pencerminan perasaan seseorang terhadap sesuatu.

g. Kepuasan kerja

Kepuasan kerja adalah sikap umum seseorang yang positif terhadap

kehidupan organisasionalnya.

h. Kemampuan

Kemampuan dapat digolongkan atas dua jenis yaitu kemampuan fisik dan

kemampuan intelektual. Kemampuan fisik meliputi kemampuan seseorang

dalam menyelesaikan tugas–tugas yang bersifat teknis, mekanistik dan

repetatif, sedangkan kemampuan intelektual meliputi cara berfikir dalam

menyelesaikan masalah.

Menurut Arep & Tanjung (2004:25), motivasi seorang pekerja untuk bekerja

biasanya merupakan hal yang rumit, ciri–ciri individu yang memiliki motivasi kerja

adalah:

a) Bekerja sesuai standar, dimana pekerjaan dapat diselesaikan dengan tepat

waktu dan dalam waktu yang sudah ditentukan.

b) Senang dalam bekerja, yaitu sesuatu yang dikerjakan karena ada motivasi

yang mendorongnya akan membuat ia senang untuk mengerjakannya.

c) Merasa berharga, dimana seseorang akan merasa dihargai, karena

(24)

d) Bekerja keras, yaitu seseorang akan bekerja keras karena dorongan yang

begitu tinggi untuk menghasilkan sesuai target yang mereka tetapkan.

e) Sedikit pengawasan, yaitu kinerjanya akan dipantau oleh individu yang

bersangkutan dan tidak akan membutuhkan terlalu banyak pengawasan.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa individu yang memiliki

motivasi kerja memiliki ciri – ciri antara lain: bekerja sesuai standar, senang dalam

bekerja, merasa berharga, bekerja keras, dan sedikit pengawasan.

2.3.3 Bentuk – Bentuk Motivasi Kerja

Pada umumnya bentuk motivasi kerja yang sering dianut perusahaan meliputi

empat unsur utama (Sastrohadiwiryo 2003:269) yaitu :

a. Kompensasi bentuk uang

Salah satu bentuk yang paling sering diberikan kepada tenaga kerja

adalah berupa kompensasi dan kompensasi yang sering diberikan berbentuk

uang. Pemberian kompensasi bentuk uang sebagai motivasi kerja para

pegawai memiliki dua pengaruh perilaku. Keanggotaan adalah pengaruh yang

paling luas, dan yang kedua adalah negatif dari sudut pandang perusahaan,

yang cenderung terbatas.

b. Pengarahan dan pengendalian

Pengarahan maksudnya menetukan apa yang harus mereka kerjakan

atau tidak mereka kerjakan, sedangkan pengendalian maksudnya menentukan

(25)

c. Penetapan pola kerja yang efektif

Pada umumnya reaksi dari kebosanan kerja akan menghambat produktivitas

kerja untuk menanggapinya digunakan beberapa teknik :

1. Memperkaya pekerjaan yaitu penyesuaian tuntutan pekerjaan dengan

kemampuan tenaga kerja.

2. Manajemen partisipatif yaitu penggunaan berbagai cara untuk

melibatkan pekerja dalam mengambil keputusan yang mempengaruhi

pekerjaan mereka.

3. Mengalihkan perhatian pekerja dari pekerjaan yang membosankan

kepada instrumen (alat), waktu luang untuk istirahat atau sarana lain

yang lebih fantastis.

4. Kebijakan. Kebijakan dapat didefenisikan sebagai suatu tindakan yang

diambil dengan sengaja oleh manajemen untuk mempengaruhi sikap

atau perasaan tenaga kerja.

2.3.4 Teori Motivasi

Menurut Hasibuan (2005:103-115), ada beberapa teori motivasi yang

diberikan oleh para ahli ekonomi. Beberapa teori motivasi tersebut antara lain :

a. Teori Motivasi Maslow

Teori Maslow ini sering disebut dengan hirarki kebutuhan. Menurut

Maslow, pada umumnya terdapat 5 (lima) hirarki kebutuhan manusia, yang

(26)

Kebutuhan Aktualisasi Diri

Kebutuhan Akan Penghargaan

Kebutuhan Sosial

Kebutuhan Fisik

Kebutuhan Akan Keamanan

Sumber : Arep dan Tanjung (2004:26)

Gambar 2.1

Hierarki Kebutuhan Maslow

1. Kebutuhan fisik (Phsycological Needs)

Merupakan kebutuhan pertama dan utama yang wajib dipenuhi oleh

tiap individu. Yang termasuk dalam tingkatan ini antara lain oksigen, pangan,

minuman, istirahat, dan lain sebagainya.

2. Kebutuhan akan keamanan (Safety Needs)

Tiap individu mendambakan keamanan bagi dirinya. Setelah

kebutuhan pertama (kebutuhan fisik) terpenuhi, timbul perasaan perlunya

pemenuhan kebutuhan keamanan.

Contoh sederhana, jika orang telah memiliki rumah, maka untuk dapat

merasakan aman dari gangguan penjahat, maka dibangun pagar.

3. Kebutuhan Sosial (Social Needs)

Tiap manusia senantiasa merasa perlu pergaulan dengan sesama

(27)

bantuan pihak lainnya. Walaupun sudah terpenuhi kebutuhan pertama dan

kedua (kebutuhan fisik dan kebutuhan keamanan), jika ia tidak dapat bergaul

dengan pihak lain, maka pasti ia akan merasakan gelisah dalam hidupnya.

4. Kebutuhan akan penghargaan

Setiap manusia akan mendambakan penghargaan dari pihak lain. Yang

termasuk dalam kebutuhan ini antara lain kebutuhan akan status, pengakuan,

apresiasi terhadap dirinya, dan respek/tanggapan yang diberikan oleh pihak

lain. Untuk memenuhi kebutuhan ini, maka seseorang akan berusaha

melakukan pekerjaan/kegiatan yang memungkinkan seseorang tersebut

mendapatkan penghormatan (penghargaan) dari orang lain.

5. Kebutuhan aktualisasi diri

Artinya senantiasa percaya pada diri sendiri. Kebutuhan aktualisasi

inilah merupakan kebutuhan puncak. Bentuk khusus kebutuhan ini akan

berbeda-beda dari setiap individu. Contoh : pemenuhan kebutuhan aktualisasi

diri antara lain membesarkan anak-anak dengan baik dan memiliki pendidikan

tinggi, berhasil mengatur sebuah perusahaan dengan tercapainya tujuan

organisasi/perusahaan, atau dipilih menjadi pejabat tinggi.

b. Teori Motivasi Hezberg

Teori Hezberg ini lebih dikenal dengan istilah Two-Factor View. Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang

untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan.

(28)

motivator (faktor intrinsik). Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah kompensasi, kondisi kerja,

dan fasilitas kerja (faktor ekstrinsik), sedangkan faktor motivator memotivasi

seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya

adalah promosi dan pengakuan atau penghargaan, dsb (faktor intrinsik).

c. Teori Motivasi Mc Cleland

Teori ini lebih dikenal dengan Mc Cleland’s Archievement Motivation Theory atau Teori Motivasi Berprestasi Mc Cleland merupakan pengembangan dari Teori Kebutuhan Maslow.

Dalam Teori Motivasi Berprestasi Mc Cleland ada 3 (tiga) kebutuhan

yang penting, yaitu :

1. Kebutuhan akan prestasi (needs for achievement)

Artinya adanya keinginan untuk mencapai tujuan yang lebih

baik daripada yang sebelumnya.

2. Kebutuhan akan kekuasaan (needs for power)

Artinya adanya kebutuhan untuk berkuasa/mendapatkan

kedudukan yang lebih baik.

3. Kebutuhan akan afiliasi (needs for affiliation)

Artinya adanya kebutuhan untuk berinteraksi/bersosialisasi

dengan orang/pihak lain.

(29)

Teori ini dikemukakan oleh Calyton P Alderfer. Inti dari teori ini adalah

manusia dapat berprestasi dan memiliki motivasi yang tinggi apabila kebutuhannya

dapat terpenuhi. Kebutuhan-kebutuhan tersebut adalah :

1. Existence Needs (E)

Yaitu kebutuhan-kebutuhan akan eksistensi. Yang termasuk

dalam kebutuhan tersebut adalah kebutuhan fisik dan material.

2. Relatedness Needs (R)

Yaitu kebutuhan-kebutuhan untuk berhubungan dengan orang

lain.

3. Growth Needs (G)

Yaitu kebutuhan-kebutuhan akan pertumbuhan. Kebutuhan

tersebut mencakup kebutuhan untuk tumbuh sebagai manusia

yang kuat dan memanfaatkan kemampuan pribadi untuk

mencapai keunggulan yang maksimal.

e. Teori Ekspetasi (pengharapan)

Perilaku kerja individu ditentukan dengan memperkirakan hasil

alternatif yang akan diperoleh melalui perilaku tersebut. Orang dapat

dimotivasi untuk berprilaku kerja tertentu apabila :

1. Ada harapan bahwa apabila usaha ditingkatkan akan mendapat balas

jasa.

2. Adanya prestasi dari orang yang bersangkutan bahwa ada

(30)

f. Teori Keadilan (Equity Theory)

Menurut teori ini, perilaku individu dipengaruhi oleh rasa keadilan dan

ketidakadilan. Dalam menilai keadilan tersebut, individu akan memperhatikan

beberapa faktor yaitu :

i. Input, yaitu sesuatu yang diserahkan individu dalam menyelenggarakan tugas pekerjaannya, misalnya pengetahuan,

kecerdasan, keterampilan, dan pengalaman.

ii. Outcome, yaitu sesuatu yang diterima dari perusahaan sebagai imbalan atas tugas, misalnya yang diterima sebagai perumahan,

kesehatan, dan kondisi kerja.

iii. Comparison person, yaitu individu lain kepada siapa karyawan membandingkan antara input dan outcome. Individu tersebut dapat berupa karyawan yang bekerja di tempat kerja/perusahaan yang sama

(31)

2.4. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Nama

Peneliti Judul Penelitian

Variabel Penelitian

Metode

Penelitian Hasil Penelitian

Trisman, Dina Pada PT. Asuransi Bangun

Askrida Medan. kerja karyawan pada PT. Asuransi Bangun Askrida Karyawan PT. Jasa Marga (Persero) Cabang Belmera karyawan pada PT. Jasa Marga (Persero) Cabang

Sumber : Trisman (2011), Nababan (2011), Jamaluddin (2012).

2.5 Kerangka Konseptual

Untuk memperjelas pelaksanaan penelitian dan untuk mempermudah dalam

pemahaman, maka perlu dijelaskan suatu kerangka konseptual sebagai landasan

dalam pemahaman.

Menurut Sinamo (2002:62), etos kerja dapat diartikan sebagai konsep tentang

kerja atau paradigma kerja yang diyakini oleh seseorang atau sekelompok orang

sebagai baik dan benar yang diwujudnyatakan melalui perilaku kerja mereka secara

(32)

kerja seorang karyawan, yaitu antusias kerja, disiplin kerja, dan loyalitas kerja yang

dimiliki seorang karyawan tersebut.

Penilaian kinerja adalah proses sebuah organisasi mengevaluasi atau menilai

prestasi kerja karyawan (Handoko 2003:25). Penilaian kinerja ini akan menentukan

kebijakan perusahaan selanjutnya. Adapun contoh kebijakan perusahaan yang dapat

diperoleh dari adanya suatu sistem penilaian kinerja ini adalah dalam proses

pengambilan keputusan yang digunakan untuk promosi, demosi, pemberhentian dan

penetapan besarnya balas jasa kepada karyawan. Menurut Hasibuan (2006:91)

menyatakan bahwa ada beberapa indikator yang harus dilihat dalam menjalankan

proses penilaian kinerja yaitu kejujuran, keadilan, objektif, dan keabsahaan.

Menurut Herzberg, motivasi adalah sikap seseorang terhadap pekerjaannya

yang mengarah pada kepuasan kerja. Terdapat dua faktor untuk meningkatkan

motivasi karyawan yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Promosi dan

pengakuan atau penghargaan adalah termasuk faktor intrinsik, sedangkan

kompensasi, kondisi kerja, dan fasilitas kerja adalah termasuk faktor ekstrinsik dalam

meningkatkan motivasi karyawan (Hasibuan 2005:108).

Berdasarkan pengertian diatas dapat dilihat bahwa motivasi dapat dipengaruhi

oleh etos kerja dan penilaian kinerja. Dimana etos kerja adalah perwujudnyataan

perilaku kerja seseorang karyawan yang dihasilkan oleh cara pandangnya terhadap

pekerjaan tersebut. Cara pandang tersebut diindikasikan adanya dorongan internal

yang berarti adanya kebutuhan yang medasar dari seorang karyawan tersebut. Berarti

(33)

tersebut untuk dapat melakukan pekerjaannya dengan cara memandang yang positif

terhadap pekerjaanya. Sedangkan penilaian kinerja haruslah tepat, adil, jujur, dan

objektif agar para karyawannya tidak merasa dirugikan oleh hasil penilaian kinerja

tersebut tetapi justru dapat memotivasi dirinya sendiri untuk menjadi lebih baik.

Adapun kerangka konseptual penelitian ini dapat digambarkan sebagai

berikut:

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual 2.6 Hipotesis

“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian”

(Sugiyono, 2012:93).

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual, maka hipotesis

dalam penelitian ini adalah: “Etos Kerja dan Penilaian Kinerja berpengaruh terhadap

Motivasi Karyawan pada PT. BRI Cabang Iskandar Muda Medan.

Etos Kerja ( )

Penilaian Kinerja ( )

Gambar

Gambar 2.1 Hierarki Kebutuhan Maslow
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

2010 Mille Chemin Pour Apprendre Le Français UNY 2008 Buku ajar Civilisation I UNY 2008 Buku Ajar civilisation II FBS UNY 2007 Buku ajar Ecrire pour convaincre FBS UNY 2006 La

Sehubungan dengan pelaksanaan Evaluasi Administrasi, Teknis, Harga dan Kualifikasi untuk Paket Pekerjaan Perencanaan Balai Nikah dan Manasik Haji Kec.. Kalteng Lantai

Setiap manusia mempunyai kewajiban untuk mengurangi kegelisahan baik dirinya maupun diri orang

lpkm-masseur-15-24-sept-2011 lpkm-masseur-21-28-jan-2012 lpkm-narasumber-10-12-sept-2013 lpkm-narasumber-15-18-des-2011 lpkm-narasumber-19-22-des-2011

Sehubungan dengan selesainya pelaksanaan Evaluasi Administrasi, Teknis, Harga dan Kualifikasi untuk Paket Pekerjaan Perencanaan Pembangunan Gedung KUA Balai Nikah

[r]

Saat kehilangan gaya benda akan berhenti atau saat berhenti benda tidak memiliki gaya; (2) Menganggap arah gerak benda selalu sesuai dengan arah gaya yang bekerja pada

The analyst(s) named in this report certifies that all of the views expressed by the analyst(s) in this report reflect the personal views of the analyst(s) with regard to any and