commit to user
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
Pusat Buku di Surakarta
Sebagai Pusat I nformasi, Distribusi, Promosi , dan Sosialisasi
TUGAS AKHI R
Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Strata Satu di Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
Diajukan oleh:
ENGGUS VI NA SI WI SUKAMTO NI M. I 0206058
Pembimbing:
1. I R. WI DI SUROTO, MT 2. FAUZAN ALI I KHSAN, ST, MT
JURUSAN ARSI TEKTUR FAKULTAS TEKNI K UNI VERSI TAS SEBELAS MARET
commit to user
iii
K A T A P E N G A N T A R
Assalamualaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segalanya, kesempatan, dan kemudahan sehingga penulis dapat melaksanakan studio Tugas Akhir dan dapat menyusun Konsep Perencanaan dan Perancangan Tugas Akhir dengan judul Pusat Buku di Surakarta Sebagai Pusat Informasi, Disribusi,
Promosi, dan Sosialisasi dengan semaksimal mungkin.
Konsep perencanaan dan perancangan ini diajukan sebagai syarat untuk mencapai Gelar Sarjana Teknik, Program Studi Arsitektur, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penyusunan didasarkan pada hasil ide pemikiran yang didukung oleh data dan informasi dari lapangan sejak masa perkuliahan Studio Perancangan Arsitektur 7, Seminar, hingga Studio Tugas Akhir penulis.
Penulisan konsep perencanaan dan perancangan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan atas bantuan berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ir. Hardiyati, MT, selaku Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik UNS.
2. Ir. Agoes Soediamhadi selaku Pembimbing Akademik yang membimbing penulis dalam hal akademik hingga semester akhir.
3. Ir. Widi Suroto, MT, selaku Dosen Pembimbing I Tugas Akhir, terima kasih atas bimbingan, dukungan, masukan, kritik, dan saran terhadap desain penulis.
4. Fauzan Ali Ikhsan, ST, MT, selaku Dosen Pembimbing II Tugas Akhir, terima kasih atas bimbingan, dukungan, masukan, kritik, dan saran terhadap penulisan yang baku dari konsep perencanaan dan perancangan.
5. Berbagai tempat survey dari Dinas Tata Kota Surakarta, Solo Pos dan percetakan-percetakan di Solo, Toga Mas Cafe Yogyakarta, dll. Terima kasih atas semua informasi dan pengalaman barunya.
commit to user
iv Dalam penulisan konsep perencanaan dan perancangan Tugas Akhir ini, masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan Konsep Perencanaan dan Perancangan Tugas Akhir ini. Semoga Konsep Perencanaan dan Perancangan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya. Akhir kata, atas perhatiannya, penulis ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Surakarta, April 2011
commit to user
vii
Halaman Judul i
Lembar Pengesahan ii
Kata Pengantar iii
Ucapan Terima Kasih v
Daftar Isi vii
Daftar Gambar xii
Daftar Tabel xvi
Daftar Bagan xviii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Judul I - 1
1.2 Pemahaman Judul I - 1
1.3 Latar Belakang I - 2
1.4 Tumbuhnya Minat Pengunjung Terhadap Fungsi Buku
dari Ungkapan Ruang yang Modern, Atraktif, dan Komunikatif I - 7
1.5 Perumusan Masalah I - 8
1.6 Tujuan dan Sasaran I - 9
1.6.1 Tujuan I - 9
1.6.2 Sasaran I - 10
1.7 Lingkup Pembahasan dan Batasan I - 10
1.7.1 Lingkup Pembahasan I - 10
1.7.2 Batasan I - 10
1.8 Metode Pembahasan I - 10
1.8.1 Metodologi I - 10
1.8.1.1 Penelusuran Masalah I - 10
1.8.1.2 Pengumpulan Data I - 11
1.8.1.3 Pengolahan Data I - 13
1.8.1.4 Analisis Data I - 14
1.8.2 Rekomendasi I – 14
1.8.3 Pola Pikir I - 15
1.9 Sistematika Pembahasan I - 15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KOTA SURAKARTA II - 1
2.1 Tinjauan Umum Buku II - 1
2.1.1 Sejarah Buku di Dunia II - 1
2.1.2 Sejarah Buku di Indonesia II - 2
2.1.3 Karakteristik Buku II - 2
commit to user
viii
2.1.3.3 Macam-macam Buku II - 4
2.2 Tinjauan Pembaca II - 6
2.2.1 Perilaku Pembaca II - 6
2.2.1.1 Faktor Lingkungan II - 6
2.2.1.2 Faktor Mental II - 7
2.2.1.3 Faktor Fisiologis II - 8
2.2.1.4 Faktor Fisik II - 9
2.3 Pelaku dan Jenis Kegiatan dalam Penyaluran Buku II - 10
2.3.1 Pelaku Pembuatan Buku II - 10
2.3.1.1 Pengarang II - 10
2.3.1.2 Penerbit II - 10
2.3.1.3 Pencetak II - 10
2.3.2 Tahap-tahap Dasar Pembuatan Buku II - 11
2.3.2.1 Tahap I II - 11
2.3.2.2 Tahap II : Editorial II - 11
2.3.2.3 Tahap III : Produksi II - 11
2.3.2.4 Tahap IV II - 11
2.3.3 Penyaluran Buku II - 11
2.3.3.1 Toko Buku sebagai Penyalur Buku II - 11
2.3.3.2 Usaha-usaha untuk Meningkatkan Penyaluran Buku II - 12
2.4 Bersosialisasi Melalui Media Buku II - 14
2.4.1 Pengertian Sosialisasi II - 14
2.4.2 Jenis Sosiallisasi II - 14
2.4.2.1 Sosialisasi Primer II - 15
2.4.2.2 Sosialisasi Sekunder II - 16
2.4.3 Agen Sosialisasi II - 17
2.4.3.1 Keluarga (Kinship) II - 17
2.4.3.2 Kelompok Pertemanan atau Teman Pergaulan II - 18
2.4.3.3 Lembaga Pendidikan II - 20
2.4.3.4 Media Massa II - 20
2.4.3.5 Agen-agen Lain II - 21
2.4.4 Tinjauan Buku sebagai Lifestyle dalam Bersosialisasi II - 22
2.4.4.1 Bersantai di Kafe Sambil Membaca Buku II - 23
2.4.4.2 Menonton Film yang Diadaptasi dari Buku II - 27
2.4.4.3 Mengakses Internet dan e-Book II - 29
2.5 Ungkapan Ruang dan Bangunan yang Modern, Komunikatif,
dan Atraktif II - 33
commit to user
ix
2.5.1.2 Tokoh-tokoh Arsitektur Modern II - 35
2.5.1.3 Identifikasi Arsitektur Modern II - 35
2.5.2 Tuntutan Ruang dan Bangunan yang Atraktif II - 41
2.5.2.1 Pengertian Atraktif II - 41
2.5.2.2 Faktor-faktor Objektif Penyebab Obyek Bersifat Atraktif II - 41
2.5.3 Tuntutan Ruang dan Bangunan yang Komunikatif II - 45
2.5.3.1 Pengertian Komunikatif II - 45
2.5.3.2 Faktor-faktor Objektif Penyebab Obyek Bersifat II - 45
Komunikatif
2.6 Pusat Buku sebagai ruang Bersama Bagi Masyarakat Kota II - 50
2.6.1 Ruang Publik sebagai Ruang Terbuka II - 51
2.7 Kondisi Umum Kota Surakarta II - 53
2.7.1 Kondisi Fisik Kota Surakarta II - 53
2.7.1.1 Kondisi Geigrafis dan Luas Wilayah II - 53
2.7.1.2 Kondisi Topografi II - 55
2.7.2 Kondisi Non Fisik II - 56
2.7.2.1 Sosial kependudukan II - 56
2.7.2.2 Perencanaan Tata Ruang Kota Surakarta II - 57
2.8 Penerbit Buku dan Sarana Pustaka di Surakarta II - 61
2.8.1 Penerbit Buku di Surakarta II - 61
2.8.1.1 Penerbit Buku Referensi Pendidikan II - 61
2.8.1.2 Penerbit Buku Rohani II - 61
2.8.1.3 Penerbit Buku Bacaan Umum II - 61
2.8.2 Sarana Pustaka di Surakarta II - 61
2.8.2.1 Perpustakaan II - 61
2.8.2.2 Toko Buku II - 70
2.8.2.3 Kafe Buku II - 71
2.9 Potensi dan Prospek Pusat Buku di Surakarta II - 73
BAB III PUSAT BUKU DI SURAKARTA YANG DIRENCANAKAN III - 1
3.1 Pengertian Pusat Buku di Surakarta III - 1
3.2 Fungsi dan Peranan Pusat Buku di Surakarta III - 1
3.2.1 Fungsi III - 1
3.2.2 Peranan III - 2
3.3 Skala dan Segmen Pelayanan III - 2
3.3.1 Skala Pelayanan III - 2
3.3.2 Segmen Pelayanan III - 3
commit to user
x
3.5.1 Pengunjung III - 3
3.5.2 Pelaku Pusat Buku III - 3
3.5.3 Pengelola III - 4
3.6 Karakteristik Kegiatan III - 4
3.6.1 Kegiatan Umum III - 4
3.6.2 Kegiatan Utama III - 4
3.6.3 Kegiatan Pengelolaan III - 6
3.6.4 Kegiatan Penunjang III - 7
3.6.5 Kegiatan Servis III - 7
3.7 Frekuensi Kegiatan III - 7
3.8 Sistem Pengelolaan III - 7
3.8.1 Secara Umum III - 7
3.8.2 Secara Khusus III - 8
3.9 Struktur Organisasi III - 10
3.10 Strategi Rancang Bangun III - 11
3.10.1 Permasaan dan Struktur III - 11
3.10.2 Ekspresi Bangunan III - 13
3.10.3 Penampilan Bangunan III - 15
BAB IV ANALISA PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN
PERANCANGAN IV – 1
4.1 Analisa Non Fisik IV - 1
4.1.1 Pendekatan User IV - 1
4.1.2 Pendekatan Pola Kegiatan IV - 4
4.1.3 Pendekatan Kebutuhan Ruang dan Pengelompokan Ruang IV - 11
4.1.4 Pendekatan Sirkulasi dalam Bangunan IV - 21
4.1.5 Pendekatan Besaran Ruang IV - 25
4.1.5.1 Kelompok Kegiatan Umum IV - 25
4.1.5.2 Kelompok Kegiatan Utama IV - 27
4.1.5.3 Kelompok Kegiatan Pengelola IV - 34
4.1.5.4 Kelompok Kegiatan Penunjang IV - 35
4.1.5.5 Kelompok Kegiatan Servis IV - 37
4.2 Analisa Fisik IV - 38
4.2.1 Pendekatan Pemilihan Lokasi dan Site IV - 38
4.2.1.1 Pendekatan Pemilihan Lokasi IV - 38
4.2.1.2 Pendekatan Pemilihan Site IV - 41
4.2.2 Eksisting Site IV - 45
commit to user
xi
Massa Bangunan IV - 53
4.2.5 Pendekatan Tampilan Fisik Bangunan IV - 57
4.2.6 Pendekatan Tampilan Interior Bangunan IV - 59
4.2.7 Pendekatan Tata Landscape IV - 59
4.2.8 Pendekatan Sistem Struktur Bangunan IV - 62
4.2.9 Pendekatan Sistem Utilitas Bangunan IV - 66
4.2.9.1 Analisa Pencahayaan IV - 66
4.2.9.2 Analisa Penghawaan IV - 71
4.2.9.3 Analisa Mekanikal Elektrikal IV - 74
4.2.9.4 Analisa Sistem Komunikasi IV - 75
4.2.9.5 Analisa Sistem Sanitasi dan Pengelolaan Sampah IV - 75
4.2.9.6 Analisa Pengamanan Kebakaran IV - 78
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V - 1
5.1 Konsep Non Fisik V - 1
5.1.1 Konsep Program dan Besaran Ruang V - 1
5.1.2 Konsep Sirkulasi pada Bangunan V - 7
5.2 Konsep Fisik V - 8
5.2.1 Konsep Penentuan Lokasi dan Site V - 8
5.2.1.1 Lokasi Terpilih V - 8
5.2.1.2 Site Terpilih V - 9
5.2.2 Konsep Pengolahan Site V - 10
5.2.3 Konsep Bentuk dan Pola Gubahan Massa V - 13
5.2.4 Konsep Tampilan Fisik Bangunan V - 14
5.2.5 Konsep Tampilan Interior Bangunan V - 16
5.2.6 Konsep Tata Landscape V - 18
5.2.7 Konsep Sistem Struktur Bangunan V - 20
5.2.8 Konsep Sistem Utilitas Bangunan V - 22
5.2.8.1 Konsep Pencahayaan V - 22
5.2.8.2 Konsep Penghawaan V - 24
5.2.8.3 Konsep Mekanikal Elektrikal V - 25
5.2.8.4 Konsep Sistem Komunikasi V - 26
5.2.8.5 Konsep Sistem Sanitasi dan Pengolahan Sampah V - 26
5.2.8.6 Konsep Pengamanan Kebakaran V - 30
commit to user
I - 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 JUDUL
Pusat Buku di Surakarta sebagai pusat informasi, distribusi, promosi, dan
sosialisasi.
1.2 PEMAHAMAN JUDUL
Pusat Buku di Surakarta merupakan suatu tempat yang
menampung segala macam aktivitas yang bersumber dari buku dan
sejenisnya yang menyediakan sarana untuk memperoleh informasi dari
buku dan informasi tentang buku yang baru terbit, distribusi buku, promosi
buku, serta sosialisasi melalui buku di lingkup regional Surakarta.
Beberapa program kegiatan yang diwadahi dalam Pusat Buku di
Surakarta antara lain :
1. Kegiatan informasi : - perpustakaan
- akses internet dan hotspot
- diskusi dan bedah buku
2. Kegiatan distribusi : - penerbitan buku
- percetakan buku
- pergudangan dan kargo
3. Kegiatan promosi : - jual beli buku
- pameran buku
- promosi buku
- launching produk
4. Kegiatan bersosialisasi : - membaca buku di kafe buku
- menonton film dari buku
commit to user
I - 2
5. Pengelolaan : - management aktivitas
- management servis
6. Penunjang : - open space atau plaza
- kuliner
7. Servis : - servis dan maintenance
- parkir - mushola - lavatory
1.3 LATAR BELAKANG
Buku adalah kumpulan kertas atau bahan lainnya yang dijilid
menjadi satu pada salah satu ujungnya dan berisi tulisan atau gambar.
Setiap sisi dari sebuah lembaran kertas pada buku disebut sebuah
halaman. Seiring dengan perkembangan dalam bidang dunia informatika,
kini dikenal pula istilah e-book atau buku-e (buku elektronik), yang
mengandalkan komputer dan Internet (jika aksesnya
online).(www.wikipedia.com, 20 September 2010)
Buku adalah jendela informasi dunia. Ada pula yang menyebut buku
sebagai guru yang paling sabar. Dan dalam sebuah iklan layanan
masyarakat, Tantowi Yahya jelas mengatakan bahwa orang yang tidak
suka membaca buku adalah mereka yang dekat dengan garis kemiskinan.
Yang jelas keberadaan buku dalam masyarakat adalah baik adanya, dan
buku ada untuk dibaca. Dari buku masyarakat bisa mendapatkan informasi
atau pengalaman baru yang sedikit banyak dapat membawa kehidupan
masyarakat menuju ke arah yang lebih baik. Dari buku, seseorang dapat
memperoleh beragam informasi. Mulai dari informasi tentang kehidupan
commit to user
I - 3 Di Indonesia, salah satu pusat buku berada di Jakarta yaitu Pusat
Buku Indonesia. Pusat Buku ini mengakomodasi kegiatan informasi dan
distribusi buku. Pusat Buku Indonesia ini menjadi tempat berkumpul
perusahaan-perusahaan penerbit yang disebut pelayanan pendidikan
dalam satu atap. Di sini ada lebih dari 1.500 stand, 776 stand di antaranya
khusus untuk anggota IKAPI. G. Aris Buntarman seorang pemerhati
perbukuan dalam artikelnya di harian Kompas, 17 Mei 2008, mengatakan
penerbit buku idealnya punya ruang pajang untuk menampilkan semua
buku yang sudah mereka terbitkan. Di pusat buku ini, penerbit memiliki
kesempatan untuk melakukan promosi, penjualan, riset, tes pasar, menjalin
relasi, membangun penggemar, dan lain-lain. Jadi bisa disimpulkan di
pusat buku ini masyarakat dapat dengan mudah memperoleh buku
sehingga dapat menumbuhkan minat baca di kalangan masyarakat
Indonesia.
Drs. Hernaya dalam seminar ’ Pemasaran Buku secara Profesional’
di Jakarta, 28 November 1990 menyatakan perlu dibentuk suatu pusat
penjualan buku nasional yang memiliki koleksi buku lengkap sehingga
memudahkan pembeli untuk mencari buku yang diinginkan tanpa harus
berkeliling ke toko-toko buku lain. Dengan adanya Pusat Buku Nasional
dan bila diadakan di berbagai daerah di Indonesia, keuntungan lain yang
diperolah ialah adanya persamaan harga buku di semua daerah di
Indonesia.
Pada umumnya, kegiatan membuat buku dalam dunia perbukuan
dapat dibagi atas beberapa tahap, mulai dari penerbit yang menerima
tulisan dari pengarang, penterjemah, atau penyunting, selanjutnya
dilakukan tahap editorial, berikutnya yaitu tahap produks atau pencetakan,
commit to user
I - 4 sepanjang yang terdapat di Indonesia, dilakukan oleh toko buku, pasar
buku, atau bursa buku.
Doddy Yudhista (1990) menyatakan perlunya pusat distribusi buku
di Indonesia yang menjadi sentra sistem piramida perdagangan dan
pendistribusian buku di Indonesia. Dengan ini harga jual buku yang tinggi
akibat kurang lancarnya pendistribusian buku dapat dihindari dan buku
dapat tersalur ke deerah-daerah.
Dari kegiatan-kegiatan pengadaan buku di atas, mulai dari
percetakan buku, distribusi buku, hingga promosinya, semuanya saling
terkait dan mendukung. Keberadaan pusat buku pada dasarnya
merupakan sebuah sarana yang dapat mengintegrasikan kegiatan-kegiatan
dalam pengadaan buku. Dengan adanya pusat buku, maka distribusi buku
ke daerah-daerah akan semakan mudah, pembangunan relasi, tes pasar,
hingga riset pun juga akan terbentuk sehingga dapat meningkatkan
penjualan buku. Dengan meningkatnya penjualan buku, maka meningkat
pula minat baca di kalangan masyarakat.
Manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan identitas
diri. Identitas diri bisa muncul seiring dengan perkembangan kehidupan si
manusia itu sendiri. Salah satu cara untuk memperoleh identitas diri adalah
dengan menentukan lifestyle atau gaya hidup. Dengan gaya hidup modern
manusia satu dapat lebih mudah dikenali ataupun mengenal manusia
lainnya. Untuk mendukung gaya hidup modern ini, manusia modern
memerlukan informasi yang cukup agar gaya hidupnya ini tidak
menyimpang. Karenanya, manusia modern tak bisa lepas dari buku. Buku
mentransfer informasi dan ilmu bagi manusia modern. Dan salah satu ciri
commit to user
I - 5 Sebagai contohnya adalah terbukanya manusia modern akan informasi
dan ilmu yang diserap dari buku.
Dan dalam hal membaca buku, manusia memliliki cara atau gaya
yang berbeda-beda. Menurut Marie dan Kenneth (1991) hal ini dipengaruhi
oleh faktor lingkungan, seperti suara, penerangan, temperatur, dan desain.
Sebagai contohnya dalam hal suara, ada seseorang yang lebih suka
membaca dengan mendengarkan musik, namun ada pula yang lebih
menginginkan membaca dalam keadaan tenang. Semuanya tentu saja
mempengaruhi dalam desain ruang baca pada masing-masing individu.
Dan setiap manusia modern memiliki cara yang berbeda untuk
menyatukan kebiasaan modern mereka dengan kebutuhan mereka akan
buku. Contoh aktivitas-aktivitas tersebut diantaranya bersantai di kafe
sambil membaca buku, menonton film yang diadaptasi dari buku, dan
mengakses internet untuk mendownload e-Book.
Kota Surakarta merupakan kota yang sedang berkembang menuju
kota besar yang dalam perkembangan masyarakatnya membutuhkan
banyak informasi dari buku sehingga berpotensi besar terkait dengan
kebutuhan akan buku dan kegiatan apresiasi buku. Potensi tersebut
diantaranya :
1. Kuantitas event pameran buku yang diadakan di Surakarta cukup
besar. Seperti Pesta Buku Solo, Solo Book Fair, Islamic Book Fair, dan
Bursa Buku Murah (BBM). Kegiatan ini dapat berlangsung setiap 2-3
bulan sekali. Dimana pameran buku ini mendapatkan apresiasi yang
sangat baik dari masyarakat kota Surakarta dan sekitarnya dilihat dari
commit to user
I - 6 2. Banyaknya sekolah-sekolah dan universitas di kota Surakarta yang
membutuhkan buku, baik buku kurikulum maupun referensi yang
berkualitas.
3. Pendistribusian buku di kota Surakarta dan kota-kota kecil di kota
Surakarta masih bergantung dari kota-kota besar di sekitar kota
Surakarta seperti Yogyakarta, Semarang, Surabaya, bahkan Jakarta
sehingga lamanya distribusi menyebabkan harga buku yang tidak
merata.
4. Kurangnya informasi dan ruang pamer bagi penerbit buku di kota
Surakarta padahal semakin banyak karya-karya lokal yang banyak
mendapat perhatian di kalangan nasional maupun internasional.
5. Toko buku yang ada di kota Surakarta umumnya hanya berskala kecil.
Seperti toko buku Gramedia, Karisma, Toga Mas, dll. Sehingga buku
yang didisplay juga terbatas.
6. Sarana pustaka yang ada di Surakarta umumnya masih sepi
pengunjung karena koleksi buku yang ada masih terbatas dan
sebagian telah rusak.
7. Munculnya kafe buku dan persewaan buku di Surakarta seperti Green
House, Quantum, dll yang menyuguhkan suasana baru bagi sarana
pustaka di Surakarta dimana sarana pustaka ini menyuguhkan
suasana modern dan atraktif. Sarana pustaka ini mendapat respon
positif bagi masyarakat kota Surakarta, dapat dilihat dari ramainya
commit to user
I - 7
1.4 TUMBUHNYA MINAT PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI BUKU DARI
UNGKAPAN BANGUNAN DAN RUANG YANG MODERN,
KOMUNIKATIF, DAN ATRAKTIF
Tumbuhnya minat seseorang terhadap objek tertentu yang dulu
tidak diminatinya pada dasarnya adalah terjadinya perubahan persepsi,
yaitu dari persepsi yang lama ke persepsi yang baru tentang objek
tersebut. Menurut Huijbers (1986) persepsi adalah pengenalan dari suatu
objek yang hadir dalam sifat-sifatnya yang konkrit jasmani. Persepsi adalah
perbuatan kesadaran yang paling asli, tinggal tersembunyi dan titik tolak
dari segala perbuatan kesadaran lain dari manusia.
Ungkapan ruang dan bangunan yang modern, komunikatif, dan
atraktif pada dasarnya berkemampuan untuk mengubah persepsi
seseorang untuk merasa kenal, akrab, dan tertarik terhadap suatu objek
karena ia telah membuka dirinya terhadap objek tersebut. Pada saat
pengunjung membuka dirinya terhadap objek tersebut maka apa yang ada
di dalam objek tersebut, baik itu permasaan bangunan, suasana ruang,
penataan furniture, ekspresi ruang, lighting pencahayaan, elemen
pembentuk ruang hingga kegiatan-kegiatan baru yang ada di dalamnya
akan menarik perhatian pengunjung sebesar-besarnya sehingga
pengunjung banyak melihat hal-hal baru yang belum pernah dilihatnya
dimana dalam hal ini adalah persepsi tentang buku.
Permasaan merupakan wujud ekspresi dari kegiatan apa yang
ditampung di dalamnya (fungsi ruang). Louis Henri Sullivan mencari
bentuk asli melalui pemikiran genetik mekanistik (tingkah laku dari
manusia), kemudian dapat merumuskan Form Follow Function, bentuk
mengikuti fungsi, pada tahun 1896 pada salah satu artikelnya The tall
commit to user
I - 8 “Father of Modernism”. Di sini ruang sangat penting sekali, karena bentuk
massanya mengikuti fungsi. Teori ini juga disebut bentuk komplementer
(Complementary form). Tidak ada yang terbuang sia - sia dalam bangunan
yang ia bangun. Ornamentasi pun dimaksudkan untuk memberikan fungsi
tertentu. Secara umum bangunan yang atraktif adalah bangunan yang
memberikan daya tarik dan bangunan yang komunikatif adalah bangunan
yang mudah dipahami maksud dari pesan-pesan di dalamnya.
Ekspresi bangunan yang modern, atraktif, dan komunikatif, suasana
ruang yang menyenangkan, bentuk kegiatan yang sesuai dengan gaya
hidup pengunjung membuat pengunjung merasa tertarik untuk ikut ke
dalamnya. Hal ini dapat menjadi faktor positif untuk menumbuhkan minat
pengunjung terhadap buku.
Demikian pula untuk bangunan pusat buku, ekspresi ruang dan
bangunan yang modern, komunikatif, dan atraktif sangat diperlukan untuk
menumbuhkan minat baca di kalangan masyarakat. Permasaan bangunan
merupakan wujud dari fungsi kegiatan dan tidak semata hanya untuk
keperluan desain semata.
1.5 PERUMUSAN MASALAH
Dalam penyusunan konsep perencanaan dan perancangan sebuah
Pusat Buku di Surakarta, dirumuskan beberapa permasalahan.
Permasalahan tersebut antara lain :
1. Menyusun konsep Pusat Buku di Surakarta yang dapat mewadahi
kegiatan yang berhubungan dengan buku dan kegiatan bersama bagi
masyarakat kota.
2. Merencanakan konsep program ruang secara keseluruhan
berdasarkan seting pelaku dan kegiatan yang diwadahi sehingga
commit to user
I - 9 kenyamanan, dan keamanan gerak sirkulasi di dalam desain yang
direncanakan.
3. Menentukan lokasi dan site yang sesuai dengan potensi yang ada
serta didasarkan pada studi rencana tata ruang wilayah, sehingga
keberadaan bangunan tidak merusak struktur tata ruang kota.
4. Merencanakan konsep bentuk, ruang, tatanan massa dan tampilan
bangunan Pusat Buku di Surakarta sebagai desain yang dapat
menumbuhkan minat pengunjung terhadap buku melalui ekspresi
bangunan yang modern, komunikatif, dan atraktif.
1.6 TUJUAN DAN SASARAN
1.6.1 Tujuan
Menyusun konsep perencanaan dan perancangan sebuah
Pusat Buku di Surakarta yang direncanakan sehingga mampu
mewadahi berbagai aktivitas yang berhubungan dengan buku
antara lain kegiatan informasi, distribusi, promosi, dan sosialisasi,
serta mampu menumbuhkan minat pengunjung akan buku melalui
ekspresi bangunan dan ruang yang modern, komunikatif, dan
atraktif.
1.6.2 Sasaran
Konsep perencanaan dan perancangan Pusat Buku di
Surakarta mempunyai sasaran sebagai berikut:
1. Memperoleh seting pelaku dan kegiatan sehingga didapatkan
kebutuhan ruang untuk menentukan konsep program ruang
secara keseluruhan sehingga mampu menunjang sisi
kelancaran, kenyamanan, dan keamanan gerak sirkulasi di
commit to user
I - 10 2. Membuat konsep lokasi site yang sesuai dan berpotensi
terhadap pewadahan kegiatan perbukuan hingga didapatkan
konsep penzoningan site.
3. Membuat konsep bentuk, ruang, tatanan massa dan tampilan
bangunan Pusat Buku di Surakarta sebagai desain yang dapat
menumbuhkan minat pengunjung terhadap buku melalui
ekspresi bangunan yang modern, komunikatif, dan atraktif.
1.7 LINGKUP PEMBAHASAN DAN BATASAN
1.7.1 Lingkup Pembahasan
Pembahasan diorientasikan pada hal-hal untuk menjawab
permasalahan dalam lingkup disiplin ilmu arsitektur yang sesuai
dengan tujuan dan sasaran bangunan Pusat Buku di Surakarta.
1.7.2 Batasan
Pembahasan dibatasi pada pemecahan permasalahan
arsitektural bangunan dengan didasari pada pendekatan konsep
perencanaan dan perancangan.
1.8 METODE PEMBAHASAN
1.8.1 Metodelogi
Pembahasan proses perencanaan dan perancangan Pusat
Buku di Surakarta ini dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu:
1.8.1.1 Penelusuran Masalah
Berangkat dari fenomena-fenomena perbukuan yang
ada di Surakarta, maka ditemukan
permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan kegiatan
informasi, distribusi, promosi, dan sosialisasi yang
commit to user
I - 11 menjawab permasalahan tersebut diharapkan dapat
menyelesaikan persoalan yang ada.
1.8.1.2 Pengumpulan Data
Dalam merencanakan dan merancang sebuah
bangunan dibutuhkan bermacam-macam data yang
relevan. Data-data yang dibutuhkan dibedakan menjadi:
1. Data Primer
Merupakan data pokok yang diperoleh dari observasi
langsung.
2. Data Sekunder
Merupakan data tambahan yang diperoleh dari
literatur, perpustakaan, artikel, dan internet .
Pada proses pengumpulan data-data tersebut, hal yang
dilakukan adalah:
1. Survey
Metoda survey bersifat kemandirian penulis yang
bertujuan untuk mengetahui kondisi empiris di
lapangan yang berkaitan dengan judul yang diambil,
terdiri dari:
· Survey Instansional
Survey instansional dilakukan untuk mengumpulkan
data-data sekunder melalui kunjungan ke instansi
yang mampu memberi data tentang obyek
pembahasan, diantaranya Dinas Tata Kota
commit to user
I - 12 · Survey Lapangan
Survey lapangan dilakukan untuk memperoleh data
primer, antara lain:
- Kondisi eksisting dan potensi fisik lokasi dan
site.
- Kondisi tata guna lahan serta tata ruang pada
lokasi.
- Kondisi fasilitas pendukung yang ada di sekitar
lokasi.
- Kondisi lingkungan pada lokasi perencanaan
dan perancangan.
Adapun cara pengumpulan data di lapangan antara
lain:
- Mengadakan observasi langsung pada lokasi
dan site.
- Wawancara dengan pihak-pihak yang terkait
sebagai bahan referensi dan acuan dalam
penyusunan konsep.
2. Studi Literatur
Studi literatur bertujuan untuk mengumpulkan data
sekunder yang telah diteliti oleh pihak lain melalui
studi kepustakaan maupun studi yang telah dilakukan
oleh berbagai instansi. Data sekunder tersebut antara
lain:
· Peta arahan Rencana Pemanfaatan Ruang
commit to user
I - 13 Kota Surakarta.
· Teori-teori yang berkaitan dengan
pembahasan.
· Artikel dari media massa yang berkaitan
dengan pembahasan.
3. Studi Banding
Untuk lebih mendukung objek pembahasan, penulis
melakukan studi banding dari objek bangunan yang
memiliki latar belakang atau pendekatan konsep
hampir sama dengan objek perencanaan dan
perancangan. Studi komparasi dilakukan antara lain
pada Pusat Buku Indonesia, Aksara Book Store,
Quality Buyers (QB) Worlds, dan Togamas
Yogyakarta. Selain itu, dilakukan pula studi
komparasi pada beberapa objek bangunan di luar
negeri diantaranya Seattle Public Library, Barnes and
Noble Bookseller. Hal ini bisa digunakan sebagai
pembanding dari kasus yang diambil dalam judul
tugas.
1.8.1.3 Pengolahan Data
Data dan informasi yang diperoleh pada mulanya
diklasifikasikan sesuai dengan tema. Kemudian direduksi
menjadi substansi-substansi yang dianggap penting dan
digunakan dalam penulisan konsep perencanaan dan
perancangan desain. Pengolahan data ini berlangsung
commit to user
I - 14 baru serta pengurangan akibat adanya perubahan yang
membuat data sebelumnya dianggap kurang sesuai
dengan format yang baru.
1.8.1.4 Analisis Data
Dalam proses perencanaan dan perancangan Pusat
Buku di Surakarta ini, pada tahapan analisa akan dilakukan
pengolahan data-data, pengolahan data meliputi :
1. Kuantitatif dan Kualitatif
Mengidentifikasi aspek-aspek yang terkait dan
berpengaruh dalam perencanaan Pusat Buku di
Surakarta kemudian didekatkan dengan pendekatan
aspek –aspek arsitektural. Analisis ini mengacu pula
pada standar-standar yang berlaku misal kebutuhan
ruang dan besarannya.
2. Analisis Grafis
Berisi sketsa – sketsa penunjang yang dapat
membantu menerangkan analisis kualitatif dan
kuantitatif, sehingga proses analisis secara
keseluruhan dapat tercapai lebih maksimal untuk
menghasilkan rekomendasi yang tepat dan jelas.
1.8.2 Rekomendasi
Dari proses analisis akan dihasilkan rekomendasi yang
berisi beberapa konsep yaitu konsep lokasi dan site, konsep tata
massa, konsep peruangan, konsep tampilan bangunan dan interior,
konsep tata landscape, serta konsep material dan struktur
commit to user
I - 15
1.8.3 Pola Pikir
1.9 SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Dalam sistematika pembahasan pada konsep perencanaan dan
perancangan Pusat Buku di Surakarta ini terdiri dari beberapa bab, dimana
masing-masing bab memiliki pembahasan yang berbeda dan saling terkait.
Bab I
Mengungkapkan permasalahan dan persoalan dari latar belakang untuk
mendapatkan tujuan dan sasaran yang akan dicapai, kemudian
mengklasifikasikan metodelogi dan strategi desain yang digunakan, serta
sistematika pembahasan.
Feed back
Keterangan Anak Panah
= Selanjutnya menuju tahap . .
= Terdiri dari . . .
= Feed back Bagan 1.1 Alur Pemikiran Penulisan
Sumber : analisa penulis, 2010
Fenomena-fenomena
-Buku merupakan sumber informasi -Perlunya pusatbuku dalam proses
pengadaan buku -Antusiasme
masyarakat yang besar akan buku dan even perbukuan -Kebutuhan akan
sarana pustaka yang lengkap dan menyenangkan
Perumusan
Masalah
Data
-
Primer - SekunderAnalisis
- Kuantitatif dan kualitatif - GrafisRekomendasi
- Konsep lokasi dan site - Konsep tata
massa - Konsep peruangan - Konsep tampilan bangunan dan interior - Konsep tata
landscape - Konsep material
dan struktur bangunan Studi
Literatur
Survey Study
commit to user
I - 16
Bab II
Menguraikan tinjauan pustaka dan kontekstual yang terkait dengan desain
yang direncanakan. Tinjauan pustaka terdiri dari tinjauan teoritik yang berisi
mengenai teori atau dasar-dasar yang digunakan dalam merancang seperti
teori terkait dengan dunia perbukuan dan bangunan berarsitektur modern,
serta tinjauan empiris yang meninjau wadah perbukuan yang ada sebagai
studi banding. Sedangkan tinjauan kontekstual berisi tinjauan lokasi
perencanaan Pusat Buku dalam hal ini adalah Kota Surakarta. Dalam
tinjauan kontekstual ini, dideskripsikan relevansi perencanaan desain di
lokasi perencanaan.
Bab III
Menguraikan pembahasan mengenai wadah perbukuan yang direncanakan
beserta strategi rancang bangun dalam hal ini arsitektur modern,
komunikatif, dan atraktif yang akan diaplikasikan ke dalam wadah yang
direncanakan.
Bab IV
Analisa pendekatan perencanaan dan perancangan Pusat Buku di
Surakarta, mencakup analisa kegiatan, analisa peruangan, analisa
pemilihan lokasi, analisa pemilihan tapak, orientasi dan bentuk massa,
analisa bentuk dan struktur bangunan untuk mendapatkan konsep dasar
perencanaan dan perancangan Pusat Buku.
Bab V
Merumuskan konsep perencanaan dan perancangan sebagai dasar dalam
commit to user
commit to user
II - 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KOTA SURAKARTA
2.1 TINJAUAN UMUM BUKU
2.1.1 Sejarah Buku di Dunia
Terdapat berbagai sumber yang menguak sejarah tentang
buku. Buku pertama disebutkan lahir di Mesir pada tahun 2400-an
SM setelah orang Mesir menciptakan kertas papirus. Kertas papirus
yang berisi tulisan ini digulung dan gulungan tersebut merupakan
bentuk buku yang pertama. Ada pula yang mengatakan buku sudah
ada sejak zaman Sang Budha di Kamboja karena pada saat itu Sang
Budha menuliskan wahyunya di atas daun dan kemudian
membacanya berulang-ulang. Berabad-abad kemudian di Cina, para
cendekiawan menuliskan ilmu-ilmunya di atas lidi yang diikatkan
menjadi satu. Hal tersebut mempengaruhi sistem penulisan di Cina di
mana huruf-huruf Cina dituliskan secara vertikal yaitu dari atas ke
bawah.
Buku yang terbuat dari kertas baru ada setelah Cina berhasil
menciptakan kertas pada tahun 200-an SM dari bahan dasar bambu
di ditemukan oleh Tsailun. Kertas membawa banyak perubahan pada
dunia. Pedagang muslim membawa teknologi penciptaan kertas dari
Cina ke Eropa pada awal abad 11 Masehi. Disinilah industri kertas
bertambah maju. Apalagi dengan diciptakannya mesin cetak oleh
Gutenberg, perkembangan dan penyebaran buku mengalami
revolusi. Kertas yang ringan dan dapat bertahan lama dikumpulkan
commit to user
II - 2
Buku adalah kumpulan kertas atau bahan lainnya yang
dijilid menjadi satu pada salah satu ujungnya dan berisi tulisan atau
gambar. Setiap sisi dari sebuah lembaran kertas pada buku disebut
sebuah halaman. Seiring dengan perkembangan dalam bidang dunia
informatika, kini dikenal pula istilah e-book atau buku-e (buku
elektronik), yang mengandalkan komputer dan Internet (jika aksesnya
online).(www.wikipedia.com, 21 Juli 2010)
2.1.2 Sejarah Buku di Indonesia
1. Sejauh yang dapat diketahui, sejarah buku di Indonesia dimulai
dengan digunakannya daun-daun palem dan lontar untuk
menuliskan sesuatu.
2. Perkembangan selanjutnya, buku di Indonesia dikenal oleh
penduduk-penduduk asing melalui bangsa-bangsa asing yang silih
berganti datang ke Indonesia yang membawa rupa-rupa bentuk
buku.
3. Dengan demikian sejarah buku di Indonesia tidak lepas dari
sejarah buku di dunia, dimana buku mulai dikenal dengan
macam-macam bahan dan bentuk-bentuk lempengan tanah lempung,
gulungan daun papyrus, kulit domba, dan sebagainya.
2.1.3 Karakteristik Buku
2.1.3.1 Bahan Dasar Buku
Bahan dasar buku adalah kertas. Kertas terutama
terdiri dari serat-serat, yang teraduk dengan aturan
tertentu, serta bahan-bahan penyusun dan pembantu.
commit to user
II - 3
1. Dapat disobek dan pada sobekannya akan tampak
keluar serat-serat
2. Dapat dilipat
3. Berkerinyut bila kena air
4. Dapat berubah warna dan lapuk karena pengaruh fisis,
kimia, dan biologis
2.1.3.2 Bagian-bagian Suatu Buku
Buku pada umumnya terdiri dari bagian-bagian sebagai
berikut:
1. Sampul
Yaitu bagian terluar atau kulit muka dari suatu buku.
Sampul terbagi atas sampul depan, punggung, dan
sampul belakang.
2. Isi
Yaitu bagian dalam dan utama dari suatu buku,
tersusun dari bagian-bagian yang disebut signature
yang dikaitkan bersama-sama pada bagian punggung
buku.
Signature dibentuk dengan melipat selembar kertas
satu kali atau berkali-kali.
3. Ukuran Buku
Pada umumnya, buku-buku yang beredar di Indonesia
berukuran 16cm x 21cm untuk ukuran besar dan
10,5cm x 17,5cm untuk ukuran kecil. Sedangkan untuk
commit to user
II - 4
2.1.3.3 Macam-macam Buku1. Buku Menurut Tujuan Penulisannya (Soeatminah,1978)
· Buku Referensi atau Reference Books
Merupakan buku yang bersifat penunjuk, dibaca
tidak perlu terus-menerus dari halaman pertama
sampai halaman terakhir, cukup diambil pada
bagian yang diperlukan atau dibutuhkan saja.
Yang termasuk golongan buku ini misalnya: kamus,
ensiklopedia, bibliografi, buku tahunan, biografi,dsb.
· Buku Pelajaran atau Teks Books
Adalah buku yang dipakai di sekolah sebagai
pegangan belajar. Ini akan sesuai dengan macam
mata pelajarannya.
· Buku Bacaan Tambahan
Adalah buku yang disajikan secara popular namun
berisi ilmu pengetahuan, mudah dan
menyenangkan untuk dibaca, tidak sengaja orang
dapat menambah ilmu pengetahuan.
Yang termasuk golongan buku ini misalnya:
buku-buku seri Sejarah Indonesia, seri Pengetahuan
Dasar, seri Cipta Karya Pembangunan, dsb.
· Buku Cerita atau Fiksi
Merupakan buku cerita atau novel yang dapat
dibaca di waktu luang sebagai hiburan, dan ada
commit to user
II - 5
Mulai dari buku cerita bergambar hingga cerita
roman.
2. Buku Menurut Umur Pembaca (Wijono, 1980)
· Buku Kanak-kanak
Merupakan buku yang dipersiapkan untuk
anak-anak. Dalam hal ini buku-buku ini ditulis dengan
sudut pandang, pikiran, perasaan, dan penghayatan
anak-anak.
· Buku Remaja
Buku ini dipersiapkan untuk para remaja. Dalam hal
ini, penulis mengambil sudut pandang remaja, baik
dalam penuturan maupun isinya.
· Buku Dewasa
Merupakan buku yang diperuntukkan untuk orang
dewasa. Buku-buku ini ditulis sesuai dengan sudut
pandang, pikiran, penghayatan, perasaan orang
dewasa.
3. Buku Menurut Tampilannya (Pambudi, 1981)
Pada dasarnya, tampilan buku diperuntukkan
untuk pemasarannya. Buku dengan tampilan menarik
akan lebih mudah terjual daripada buku dengan
tampilan kurang menarik. Adapun macamnya adalah:
· Buku Cetakan Lux (Buku dengan Hardcover)
Merupakan buku-buku yang dicetak bersampul
commit to user
II - 6
lebih menarik, mewah, dan harganyapun relatif lebih
mahal.
· Buku Cetakan Biasa
Merupakan buku-buku yang dicetak biasa.
Penampilannya sederhana, bersampul tipis, dan
harganyapun relatif lebih murah.
· Buku Cetakan Khusus
Merupakan buku-buku yang dicetak secara khusus
untuk kelompok-kelompok pembaca tertentu atau
rukun buku (book club).
2.2 TINJAUAN PEMBACA
2.2.1 Perilaku Pembaca
(Rita Marie Carbo dan Kenneth Dunn, 1991)
Membaca merupakan bagian dari proses belajar yang dialami
seseorang. Setiap orang memiliki gaya belajar atau membaca yang
berbeda-beda. Hal tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor
tersebut antara lain:
2.2.1.1 Faktor Lingkungan
1. Suara
Ada orang yang belajar dengan mendengarkan musik,
ada orang yang membutuhkan ketenangan untuk
dapat belajar.
2. Penerangan
Ada orang yang menyukai belajar dengan penerangan
commit to user
II - 7
menghendaki penerangan yang terfokus pada buku
atau meja belajarnya saja.
3. Temperatur
Ada orang yang nyaman belajar dengan temperatur
hangat, ada pula yang menyukai temperatur yang
dingin. Bagi manusia, temperatur sangat relatif.
Beberapa orang belum tentu merasakan temperatur
yang sama pada lokasi dan waktu yang sama.
4. Desain
Sebagian orang menyukai belajar dengan duduk
dikursi dengan meja di depannya, dan sebagaian lagi
lebih menyukai belajar dengan santai, yaitu duduk di
lantai atau sambil tiduran.
2.2.1.2 Faktor Mental
1. Motivasi
Motivasi erat kaitannya dengan prestasi. Seseorang
akan termotivasi untuk belajar apabila ada keinginan
utuk mencapai sesuatu.
2. Ketekunan
Keinginan yang kuat untuk menpelajari sesuatu
mampu membuat individu mempelajarinya dalam
waktu yang lama secara terus menerus. Ada juga
individu yang mudah jenuh dan memerlukan aktivitas
selingan yag dapat menghilangkan kejenuhan.
3. Tanggung jawab
Beberapa orang menyadari tanggung jawab
commit to user
II - 8
Ada yang membutuhkan bimbingan untuk menyadari
tanggung jawabnya.
4. Struktur/tatanan
Ada orang yang memerlukan jadwal teratur dalam
belajar. Ada pula yang tidak memerlukan jadwal,
mereka belajar berdasarkan keinginannya.
2.2.1.3 Faktor Fisiologis
1. Individual
Beberapa orang memerlukan belajar sendiri tanpa
ditemani orang lain.
2. Berpasangan
Beberapa orang menyukai belajar berpasangan
bersama seorang temannya.
3. Bersama teman sebaya
Beberapa orang lebih sengang belajar bila berada di
tengah-tengah teman sebaya.
4. Berkelompok
Beberapa orang lebih menyukai belajar berkelompok
daripada belajar secara individual.
5. Dalam Pengawasan
Beberapa orang merasa dapat belajar dengan baik bila
diawasi oleh orang yang lebih tua.
6. Gabungan
Merupakan gabungan dari beberapa faktor fisiologis di
commit to user
II - 9
2.2.1.4 Faktor Fisik1. Kemampuan Inderawi
Kemampuan inderawi terbagi menjadi 4 kategori:
· Auditory learners
Individu yang dapat belajar dengan mudah dengan
cara mendengarkan.
· Visual learners
Individu yang mudah belajar melalui pengamatan.
Individu pada kelompok ini memiliki daya tangkap
dan daya ingat yang tinggi.
· Tactual learners
Individu yang menggunakan tangan dan jari ketika
berkonsentrasi. Mereka lebih mudah mengingat
ketika mereka menulis, menggambar, atau
menggerakkan jarinya.
Cara belajar yang seperti ini banyak dialami oleh
individu yang memiliki bakat tertentu, yaitu mereka
yang banyak melakukan sesuatu dengan
menggunakan tangan. Misalnya: menjahit,
memasak, mendesain, melukis, dll.
· Kinesthetic learners
Individu yang mudah memahami setelah mereka
melakukan apa yang dipelajari atau melalui
pengalaman. Terkadang mereka tidak dapat
commit to user
II - 10
2. Kebutuhan terhadap makanan
Beberapa individu membutuhkan sesuatu yang dapat
dikonsumsi ketika mereka sedang belajar atau
berkonsentrasi dalam mengerjakan sesuatu. Mereka
menginginkan makan, minum, atau merokok.
3. Waktu belajar
Tiap-tiap individu memiliki waktu belajar yang
disukai.Ada individu yang menyukai waktu pagi hari,
siang hari, atau malam hari.
2.3 PELAKU DAN JENIS KEGIATAN DALAM PROSES PENGADAAN BUKU
2.3.1 Pelaku Pembuatan Buku
Pada umumnya dalam dunia buku dikenal 4 unsur utama
yang saling bekerjasama untuk mengadakan buku-buku.
Unsur-unsur utama tersebut adalah sebagai berikut : (Smith J. R , 1975)
2.3.1.1 Pengarang
Pengarang ialah penulis atau penyusun gagasan yang
akan disebarluaskan melalui buku.
2.3.1.2 Penerbit
Penerbit adalah unsur pembuat buku yang bertugas
menggandakan dan menyebarluaskan karya cipta
pengarang. Dalam praktek, penerbit adalah koordinator
pembuatan suatu buku.
2.3.1.3 Pencetak
Pencetak adalah badan yang mewujudkan buku dalam
commit to user
II - 11
2.3.2 Tahap-tahap Dasar Pembuatan BukuPada umumnya, kegiatan membuat buku dalam dunia
perbukuan dapat dibagi atas tahap-tahap dasar :
2.3.2.1 Tahap I
Penerbit menerima tulisan dari pengarang, penterjemah
atau penyunting.
2.3.2.2 Tahap II : Editorial
Penerbit melakukan suntingan atas tulisan dan
persiapan-persiapan untuk pencetakan.
2.3.2.3 Tahap III : Produksi
Tulisan dicetak dan dibentuk menjadi buku di percetakan.
2.3.2.4 Tahap IV
Tahap terakhir, yaitu buku selesai diproduksi dan siap
disalurkan ke pembaca.
2.3.3 Penyaluran Buku
2.3.3.1 Toko Buku sebagai Penyalur Buku
Sebagai penyalur buku, toko buku dijumpai
dalam beberapa bentuk seperti toko buku eceran dan
toko buku berskala besar. Sedangkan berdasarkan
penekanan barang yang dijual, dapat dibedakan
menjadi 2 macam toko buku :
1. Toko yang semata-mata memperdagangkan buku
saja. Atau dengan presentasi rendah ada barang
dagangan lain yang berfungsi sebagai penarik
commit to user
II - 12
2. Toko yang melakukan sebagai upaya sambilan.
Artinya buku tidak menjadi barang dagangan
pokok.
2.3.3.2 Usaha-usaha Untuk meningkatkan Penyaluran Buku
Usaha-usaha yang dilakukan untuk
meningkatkan jumlah buku yang disalurkan pada
umumnya dapat dibedakan menjadi 2 macam:
1. Usaha untuk Menginformasikan Buku-buku yang
Baru Terbit
Bentuk usaha ini antara lain berupa pembuatan :
folder, prospektus atau Katalog (Pambudi, 1981)
yang diberikan secara cuma-cuma ke khalayak
yang dikehendaki. Dewasa ini pemberian informasi
buku dapat dilakukan dengan menempatkan
komputer yang sebelumnya telah diprogram khusus
untuk mencari judul buku dengan kata kunci sesuai
judul yang dikehendaki.
2. Usaha untuk Mempromosikan Buku-buku yang
baru Terbit
Usaha-usaha ini pada umumnya berbentuk sbb :
(Pambudi, 1981)
· Pengiriman Buku untuk Ulasan atau resensi
Bentuk aktivitasnya adalah pengiriman
buku secara khusus atau cuma-cuma ke
sejumlah media massa atau orang yang
commit to user
II - 13
menaruh perhatian khusus mengenai isi buku
tersebut. Untuk kemudian dibahas dalam media
massa atau dalam suatu acara pertemuan
khusus di suatu tempat, di radio atau TV.
· Pembuatan dan pemasangan Poster Buku
Poster tercetak biasanya disesuaikan
dengan perwajahan jaket, sampul atau edaran
tenetang buku. Diberikan kepada toko buku
atau dipasang di tempat-tempat lain yang
banyak dilalui orang.
· Pameran Buku
Adalah usaha untuk memperagakan
buku-buku yang diterbitkan di suatu tempat
dalam suatu perisyiwa tertentu dan
diselenggarakan oleh satu penerbit dengan
satu tema khusus maupun bebas.
· Perlombaan Tema Buku
Usaha penerbit buku untuk
mengadakan suatu lomba yang tema atau
topiknya diambil atau erat hubungannya
dengan buku baru yang ditebitkan itu.
Pemenangnya akan mendapatkan hadiah dari
penerbit.
· Penampilan Pengarang Buku (Diskusi dan
commit to user
II - 14
Penampilan pengarang buku kenamaan
dalam sebuah diskusi atau bedah buku pada
suatu pertemuan, sebagai pembicara radio,
maupun sebagai bintang tamu kehormatan
pada jamuan makan atau resepsi menjadi nilai
lebih tersendiri.
Dari uraian di atas dari poin pelaku pembuatan
buku, tahap-tahap pembuatan buku hingga penyaluran
buku semuanya memiliki hubungan yang erat dan
berantai. Oleh karenanya, kegiatan-kegiatan di atas
perlu diwadahi dalam satu wadah bangunan yang
mengintegrasi ketiganya dengan urut dan seimbang.
2.4 BERSOSIALISASI MELALUI MEDIA BUKU
2.4.1 Pengertian Sosialisasi
Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer
kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi
lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah
sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan
(role theory). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan
peran-peran yang harus dijalankan oleh individu.(www.wikipedia.com, 15
Juli 2010)
2.4.2 Jenis Sosialisasi
Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua yaitu
sosialisasi primer (dalam keluarga) dan sosialisasi sekunder
commit to user
II - 15
2.4.2.1 Sosialisasi PrimerPeter L. Berger dan Luckmann mendefinisikan
sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang
dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi
anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer
berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau saat
anak belum masuk ke sekolah. Anak mulai mengenal
anggota keluarga dan lingkungan keluarga. Secara
bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya
dengan orang lain di sekitar keluarganya.
Dalam tahap ini, peran orang-orang yang
terdekat dengan anak menjadi sangat penting sebab
seorang anak melakukan pola interaksi secara
terbatas di dalamnya. Warna kepribadian anak akan
sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi
yang terjadi antara anak dengan anggota keluarga
terdekatnya. Dari gambar di atas terlihat komunikasi
antara orang tua ke anak mereka, dimana setiap apa
yang orang tua lakukan, si anak akan mengamati,
commit to user
II - 16
2.4.2.2 Sosialisasi SekunderSosialisasi sekunder adalah suatu proses
sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang
memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu
dalam masyarakat. Salah satu bentuknya adalah
resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses
resosialisasi, seseorang diberi suatu identitas diri yang
baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi,
seseorang mengalami 'pencabutan' identitas diri yang
lama.
Sebagai contoh, resosialisasi adalah
pemberian penyuluhan kepada anak jalanan, dimana
anak jalanan diberikan kebiasaan-kebiasaan baru
sehingga mereka akan melakukan kebiasaan baru
tersebut dan meninggalkan kebiasaan lama mereka
yang cenderung keras dan negatif. Dan contoh
desosialisasi adalah rehabilitasi bagi penggunan
narkotika. Dari rehabilitasi tersebut para ex-user
mendapat kebiasaan-kebiasaan yang sangat
bertentangan dengan kebiasaan mereka. Dari sini Gb. 2.2 Contoh Sosialisasi Sekunder
commit to user
II - 17
diharapkan ex-user mendapat identitas baru,
seseorang yang baru dengan kehidupan yang baru
pula.
2.4.3 Agen Sosialisasi
Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan
sosialisasi. Dapat juga disebut sebagai media sosialisasi. Jacobs
dan Fuller (1973), mengidentifikasi empat agen utama
sosialisasi, yaitu: (1) keluarga, (2) kelompok pertemanan, (3)
lembaga pendidikan, dan (4) media massa. (Santosa, 2009)
2.4.3.1 Keluarga (kinship)
Bagi keluarga inti (nuclear family) agen
sosialisasi meliputi ayah, ibu, saudara kandung, dan
saudara angkat yang belum menikah dan tinggal
secara bersama-sama dalam suatu rumah. Sedangkan
pada masyarakat yang menganut sistem kekerabatan
diperluas (extended family), agen sosialisasinya
menjadi lebih luas karena dalam satu rumah dapat
saja terdiri atas beberapa keluarga yang meliputi
kakek, nenek, paman, dan bibi di samping anggota
keluarga inti.
commit to user
II - 18
Pada masyarakat perkotaan yang telah padat
penduduknya, sosialisasi dilakukan oleh orang-orang
yang berada diluar anggota kerabat biologis seorang
anak. Kadangkala terdapat agen sosialisasi yang
merupakan anggota kerabat sosiologisnya, misalnya
pengasuh bayi (baby sitter), menurut Gertrudge Jaeger
peranan para agen sosialisasi dalam sistem keluarga
pada tahap awal sangat besar karena anak
sepenuhnya berada dalam lingkungan keluarganya
terutama orang tuanya sendiri.
2.4.3.2 Kelompok Pertemanan atau Teman Pergaulan
Dalam lingkungan teman sepermainan lebih
banyak sosialisasi yang berlangsung equaliter,
seseorang belajar bersikap dan berperilaku terhadap
orang-orang yang setara kedudukannya, baik tingkat
umur maupun pengalaman hidupnya. Melalui
lingkungan teman sepermainan seseorang
mempelajari nilai-nilai dan norma-norma dan
interaksinya dengan orang-orang lain yang bukan
anggota keluarganya. Di sinilah seseorang belajar
mengenai berbagai keterampilan sosial, seperti
kerjasama, mengelola konflik, jiwa sosial, kerelaan
untuk berkorban, solidaritas, kemampuan untuk
mengalah dan keadilan. Di kalangan remaja kelompok
sepermainan dapat berkembang menjadi kelompok
commit to user
II - 19
interaksi yang lebih mantap. Bagi seorang remaja,
kelompok persahabatan dapat berfungsi sebagai
penyaluran berbagai perasaan dan aspirasi, bakat,
minat serta perhatian yang tidak mungkin disalurkan di
lingkungan keluarga atau yang lain.
Peran positif kelompok sepermainan/persahabatan:
1. memberikan rasa aman dan rasa yang dianggap
penting dalam kelompok yang berguna bagi
pengembangan jiwa
2. menumbuhkan dengan baik kemandirian dan
kedewasaan
3. tempat yang baik untuk mencurahkan berbagai
perasaaan: kecewa, takut, kawatir, suka ria, dan
sebagainya, termasuk cinta.
4. Merupakan tempat yang baik untuk
mengembangkan ketrampilan sosial seperti
kemampuan memimpin, menyamakan persepsi,
mengelola konflik, dan sebagainya. Gb. 2.4 Kelompok Pertemanan Sebagai Agen Sosialisasi
commit to user
II - 20
Tentu saja ada peran kelompok persahabatan
yang negatif, seperti perilaku-perilaku yang
berkembang di lingkungan delinquen (menyimpang),
misalnya geng.(Santosa, 2009)
2.4.3.3 Lembaga Pendidikan
Dalam lembaga pendidikan formal seseorang
belajar membaca, menulis, dan berhitung. Aspek lain
yang juga dipelajari adalah aturan-aturan mengenai
kemandirian (independence), prestasi (achievement),
universalisme, dan kekhasan (specificity). Di
lingkungan rumah seorang anak mengharapkan
bantuan dari orang tuanya dalam melaksanakan
berbagai pekerjaan, tetapi di sekolah sebagian besar
tugas sekolah harus dilakukan sendiri dengan penuh
rasa tanggung jawab.
2.4.3.4 Media massa
Para ilmuwan sosial telah banyak membuktikan
bahwa pesan-pesan yang disampaikan melalui media
massa (televisi, radio, film, internet, surat kabar,
makalah, buku, dst.) memberikan pengaruh bagi
perkembangan diri seseorang, terutama anak-anak. Gb. 2.5 Lembaga Pendidikan Sebagai Agen Sosialisasi
commit to user
II - 21
Beberapa hasil penelian menyatakan bahwa
sebagaian besar waktu anak-anak dan remaja
dihabiskan untuk menonton televisi, bermain game
online dan berkomunikasi melalui internet, seperti
yahoo messenger, google talk, friendster, facebook,
dll.
Diakui oleh banyak pihak bahwa media massa
telah berperan dalam proses homogenisasi, bahwa
akhirnya masyarakat dari berbagai belahan dunia
memiliki struktur dan kecenderungan cara hidup yang
sama.
2.4.3.5 Agen-agen lain
Selain keluarga, sekolah, kelompok bermain
dan media massa, sosialisasi juga dilakukan oleh
institusi agama, tetangga, organisasi rekreasional,
masyarakat, dan lingkungan pekerjaan. Semuanya
membantu seseorang membentuk pandangannya
sendiri tentang dunianya dan membuat presepsi
mengenai tindakan-tindakan yang pantas dan tidak Gb. 2.6 Media Massa Sebagai Agen Sosialisasi
commit to user
II - 22
pantas dilakukan. Dalam beberapa kasus,
pengaruh-pengaruh agen-agen ini sangat besar.
Seperti telah di sebutkan di atas, bahwa salah satu agen
sosialisasi adalah Media Massa. Media Massa tersebut dapat
berupa televisi, radio, film, internet, surat kabar, makalah, buku,
dst. Dengan kata lain buku merupakan salah satu media dalam
bersosialisasi. Buku merupakan media transfer ilmu, informasi,
pesan moral, serta pengalaman dari satu atau beberapa orang,
yang dituangkan penulis dalam tulisan ke orang lain, dalam hal ini
adalah penikmat buku.
2.4.4 Tinjauan Buku Sebagai Lifestyle dalam Bersosialisasi
Manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan
identitas diri. Identitas diri bisa muncul seiring dengan
perkembangan kehidupan si manusia itu sendiri. Salah satu cara
untuk memperoleh identitas diri adalah dengan menentukan
lifestyle atau gaya hidup. Dengan gaya hidup modern manusia
satu dapat lebih mudah dikenali ataupun mengenal manusia
lainnya. Untuk mendukung gaya hidup modern ini, manusia
modern memerlukan informasi yang cukup agar gaya hidupnya ini Gb. 2.7 Masyarakat Sebagai Agen Sosialisasi
commit to user
II - 23
tidak menyimpang dan tetap up to date. Karenanya, manusia
modern tak bisa lepas dari buku.
Buku bagi pemiliknya merupakan simbol gaya hidup
(lifestyle), yaitu gaya hidup cerdas (smart), toleran, dan inklusif.
Meminjam kata Bambang Trims bahwa buku hebat mampu
mengharu biru perasaan, melambungkan imajinasi, menggedor
spiritualitas, memompa motivasi, menggelitik rasa ingin tahu, dan
memberikan seribu solusi (Ajeng Kania, Jadikan Buku sebagai
Gaya Hidup Smart, kompasiana.com, 27 Oktober 2010). Buku
mentransfer informasi dan ilmu bagi manusia modern. Dan salah
satu ciri manusia modern adalah lebih bersifat terbuka dengan
hal-hal yang baru. Sebagai contohnya adalah terbukanya manusia
modern akan informasi dan ilmu yang diserap dari buku. Setiap
manusia modern memiliki cara yang berbeda untuk menyatukan
kebiasaan modern mereka dengan kebutuhan mereka akan buku.
Contoh aktivitas-aktivitas tersebut diantaranya :
2.4.4.1 Bersantai di Kafe Sambil Membaca Buku
Dalam warisan nenek moyang Indonesia,
sebuah perkumpulan diwujudkan dengan berkumpulnya
sekelompok orang atau masyarakat di balai desa, di pos
ronda, di masjid atau surau, di warung kopi, dll untuk
membicarakan suatu permasalahan adat atau hanya
sekedar bercengkrama antar tetangga. Dalam gaya
hidup modern masyarakat Indonesia, perkumpulan di
commit to user
II - 24
meniru budaya barat, yaitu nongkrong di cafe bersama
teman, kolega atau rekan bisnis.
Kafe merupakan bahasa modern untuk warung
kopi. Kata kafe merupakan adaptasi dari Bahasa
Perancis, yaitu cafe, dan kata cafe sendiri berasal dari
kata coffee yang berarti kopi. Kafe merupakan warung
sederhana yang menyediakan makanan dan minuman
yang sederhana pula (makanan dan minuman ringan),
dengan menu utama berupa kopi dan minuman olahan
kopi lainnya. Kafe di Indonesia sendiri berarti tempat
sederhana tetapi cukup menarik dimana seseorang bisa
makan makanan ringan. ( www.wikipedia.org, 15 April 2010)
Namun semua tak semata meniru kafe di Eropa,
konsep kafe di Indonesia juga menyesuaikan kultur
Indonesia, lebih ramah, hommy, dan beberapa
mengusung tema bangunan adat. Dari minuman dan
makanan yang disajikan pun kafe di Indonesia tetap
mengusung adat ketimuran dengan tidak
menjual-belikan minuman beralkohol secara bebas, demikian
pula dengan alunan musiknya, tidak selalu mengusung
musik blues, jazz, rock, dll, kafe di Indonesia juga ada
commit to user
II - 25
Berbicara mengenai kafe, pastilah semuanya
berhubungan dengan suasana santai dan akrab. Dan
suasana santai dan akrab inilah yang disukai pula oleh
para penikmat buku. Penikmat buku disini bukan lagi
penikmat buku yang kurang pergaulan, penikmat buku
pada era modern ini adalah penikmat buku yang modern
pula. Komunitas penikmat buku modern lebih
menginginkan suasana santai dan akrab untuk
membaca layaknya sebuah kafe.
Di beberapa kota besar di Indonesia seperti
Jakarta, Bandung, Surabaya dan Jogjakarta mulai
berkembang toko buku yang mengawinkan antara kafe
dan ruang baca. Toko ini menjadi semacam toko buku
alternatif. Karena di toko ini, buku ditawarkan dengan
pulasan gaya hidup modern yang lebih kental. Toko buku
jenis ini lebih mirip galeri, bersentuhan langsung dengan
budaya kafe, luks, bergengsi dengan pelayanan bersifat
personal dan bercita rasa modern (Menyatukan Sejumlah
Gaya Hidup dalam Toko Buku, Republika Online, 28
Maret 2008).
commit to user
II - 26
Menurut Winfred Hutabarat, dalam artikelnya di
harian Tempo, Toko buku hendaknya menyelenggarakan
aktivitas yang berhubungan dengan buku. Pelanggan bisa
mendengarkan ceramah, mengikuti diskusi ataupun
jumpa pengarang. (Winfred Hutabarat, Toko Buku
sebagai Gaya Hidup, Tempo, 5 Maret 2001). Jadi selain
menjual-belikan buku, toko buku juga digunakan sebagai
sarana yang berhubungan dengan buku seperti diskusi
maupun jumpa pengarang.
Aktivitas di dalamnya selain memilih buku lalu
kemudian membacanya adalah pengunjung juga dapat
menikmati makanan, snack, minuman setara kafe
seperti capucino dengan alunan musik blues dan jazz
yang cenderung tenang dan santai.
Dari contoh di atas manggambarkan ruang yang
diperlukan untuk kafe sekaligus perpustakaan adalah
ruang yang luas yang dapat menampung furniture dan Gb.2.9 Contoh Suasana Kafe yang Berfungsi Pula Sebagai Perpustakaan
commit to user
II - 27
rak-rak buku, memiliki pencahayaan baik dan didesain
dengan nuansa kafe yang akrab.
2.4.4.2 Menonton Film yang Diadaptasi dari Buku
Berkembangnya perfilman di Indonesia memicu
lahirnya aktris dan aktor serta para sineas. Sineas
Indonesia mulai mencoba membuat drama yang dikemas
menjadi sebuah film. Perfilman di Indonesia sendiri
pernah mengalami pasang surut. Pada tahun 1980an, film
di Indonesia sempat merajai dinegeri sendiri dan
mengalami kemunduran sekitar tahun 90an, kalah
dengan drama sinetron di televisi dan banyaknya bioskop
yang mulai tutup dan gulung tikar. Barulah pada sekitar
tahun 2000, perfilman Indonesia kembali berkembang
dengan munculnya film musikal pertama Petualangan
Sherina, dan disusul dengan suksesnya film Ada Apa
Dengan Cinta. (www.wikipedia.org, 25 Maret 2010)
Di Indonesia, beberapa Sineas muda mulai
menghasilkan karya-karya film yang berkualitas.
Beberapa dari film tersebut telah meraih berbagai
penghargaan bergengsi baik di kancah nasional maupun
internasional. Dari beberapa judul film yang dihasilkan,
diantaranya menuai ide cerita dari sebuah novel atau
komik. Ketika novel atau komik dibuat versi filmnya tentu
akan menarik minat penggemar novel atau komik tersebut
atau siapapun yang pernah membaca novel dan komik
tersebut untuk melihat dari sisi visualnya. Seperti
commit to user
II - 28
Sang Pemimpi, film ini diadaptasi dari novel tetralogi
Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yang menceritakan
perjalanan hidup anak-anak pedalaman Belitung yang
meraih cita-citanya dengan segala keterbatasan, film ini
laku keras di pasaran dan menerima berbagai macam
penghargaan. Kemudian film Jakarta Under Cover yang
diadaptasi dari buku yang berjudul sama karya Moeamar
M.K, film ini menceritakan berbagai kehidupan malam dari
berbagai sudut kota Jakarta.
Sama halnya dengan dunia perfilman Hollywood.
Film- film berkualitas juga banyak yang diadaptasi dari
cerita novel dan komik. Sebagai contohnya film Harry
Potter, dari ke 6 pemutaran filmnya selalu menghebohkan
penggemar novel Harry Potter di dunia, ceritanya
diadaptasi dari novel berjudul sama karya J.K. Rowling
yang menceritakan kehidupan seorang penyihir bernama
Harry Potter dengan kemelut hidup yang
membelenggunya di dunia sihir kemudian ada film yang
diangkat dari cerita komik superhero seperti Spyderman
1, Spyderman 2, dan Spyderman 3, Batman dan Batman
Begin, Superman dan Superman Return, serta F