• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN PENERAPAN PENDEKATAN SISTEMIK DAN PENDEKATAN PENGORGANISASIAN KONSEP TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR ANALITIS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI SEMESTER II SMA NEGERI 1 NGAGLIK TAHUN AJARAN 2016/2017.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN PENERAPAN PENDEKATAN SISTEMIK DAN PENDEKATAN PENGORGANISASIAN KONSEP TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR ANALITIS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI SEMESTER II SMA NEGERI 1 NGAGLIK TAHUN AJARAN 2016/2017."

Copied!
229
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN PENERAPAN PENDEKATAN SISTEMIK DAN PENDEKATAN PENGORGANISASIAN KONSEP TERHADAP

KEMAMPUAN BERPIKIR ANALITIS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI SEMESTER II

SMA NEGERI 1 NGAGLIK TAHUN AJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh : Dewi Ayu Nuraeni

13303244005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)

ii

HALAMAN PERSETUJUAN

Tugas Akhir Skripsi dengan Judul

PERBANDINGAN PENERAPAN PENDEKATAN SISTEMIK DAN PENDEKATAN PENGORGANISASIAN KONSEP TERHADAP

KEMAMPUAN BERPIKIR ANALITIS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI SEMESTER II

SMA NEGERI 1 NGAGLIK TAHUN AJARAN 2016/2017

Disusun oleh: Dewi Ayu Nuraeni,

NIM 13303244005

Telah memenuhi syarat dan disetujui oleh Dosen Pembimbing untuk dilaksanakan Ujian Tugas Akhir Skripsi

bagi yang bersangkutan.

Yogyakarta,08 Mei 2017

Sukisman Purtadi, M.Pd Marfuatun, M.Si

(3)

iii

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Dewi Ayu Nuraeni NIM : 13303244005 Program Studi : Pendidikan Kimia Fakultas : MIPA

Judul Penelitian : Perbandingan Penerapan Pendekatan Sistemik dan Pendekatan Pengorganisasian Konsep terhadap Kemampuan Berpikir Analitis dan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI Semester II SMA Negeri 1 Ngaglik Tahun Ajaran 2016/2017

Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak berisi materi yang telah dipublikasikan atau ditulis oleh orang lain atau telah digunakan sebagai persyaratan penyelesaian studi di perguruan tinggi lain kecuali pada bagian-bagian tertentu yang saya ambil sebagai acuan, dan dinyatakan dalam teks. Apabila kemudian hari pernyataan saya terbukti tidak benar, maka sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Yogyakarta, Mei 2017 Yang menyatakan,

(4)
(5)

v

MOTTO

MAN JADDA WAJADA

siapa bersungguh-sungguh pasti berhasil

MAN SHABARA ZHAFIRA “siapa yang bersabar pasti beruntung”

MAN SARA ALA DARBI WASHALA “siapa menapaki jalan-Nya akan sampai tujuan

(6)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillahhirabbil’alamin

Segala puji dan syukur terpanjatkan untuk Allah SWT, atas segala curahan berkah dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas akhir skripsi ini dengan semaksimal mungkin.

Karya ini saya persembahkan kepada:

 Kedua orangtuaku, Ibu Sunarti dan Bapak Ngadino yang telah ikhlas mencurahkan segala kasih sayangnya dalam bentuk doa maupun materiil.  Della, Isna, Cahya, Sita, Nila, Arin, sahabat-sahabatku tersayang yang sudah

memberikan semangat.

 Teman-teman satu bimbingan skripsi : Wanda, Nila, Retno, Risna, semangat selalu ya.

 Rizky Eka Saputra yang selalu menjadi penyemangat penulis.

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perbandingan Penerapan Pendekatan Sistemik dan Pendekatan Pengorganisasian Konsep terhadap Kemampuan Berpikir Analitis dan Prestasi Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester II SMA Negeri 1 Ngaglik Tahun Ajaran 2016/2017”.

Penyusunan skripsi ini dapat dilaksanakan dengan lancar atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Sutrisna Wibawa, M.Pd, selaku Rektor Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Bapak Dr. Hartono, selaku Dekan Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta.

3. Bapak Jaslin Ishan, M.App.Sc., Ph.D, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Negeri Yogyakarta.

4. Bapak Sukisman Purtadi, M.Pd, selaku Koordinator Tugas Akhir Skripsi Pendidikan Kimia Universitas Negeri Yogyakarta.

5. Ibu Marfuatun, M.Si selaku pembimbing selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah dengan sabar membimbing serta memotivasi penulis selama penelitian dan penyelesaian laporan.

6. Dr. Antuni Wiyarsi, M.Sc selaku Dosen Penguji Utama yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun dalam penyelesaian laporan penelitian.

7. Dra. Susila Kristianingrum, M.Si selaku Penguji Pendamping yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun dalam penyelesaian laporan penelitian.

(8)

viii

9. Drs. Subagyo selaku Kepala SMA Negeri 1 Ngaglik yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian.

10. Dra. Josephien Christi Suzie Istanti selaku Guru Kimia SMA Negeri 1 Ngaglik yang telah membimbing dan membantu peneliti selama pelaksanaan penelitian di sekolah.

11. Siswa kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 SMA Negeri 1 Ngaglik Tahun Ajaran 2016/2017 yang telah membantu proses pelaksanaan penelitian.

12. Sahabat-sahabatku satu perjuangan, beserta teman-teman yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.

13. Semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan dan penyususnan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir Skripsi masih terdapat banyak kekurangan yang harus diperbaiki pada kesempatan selanjutnya. Untuk itu, peneliti mohon maaf jika belum bisa memberikan hasil yang sempurna kepada semua pihak yang telah membantu jalannya proses penelitian. Selain itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat menjadi lebih baik lagi.

Yogyakarta, 8 Mei 2017

(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN………...... ii

HALAMAN PERNYATAAN………..... iii

HALAMAN PENGESAHAN………... iv

MOTTO……….. v

HALAMAN PERSEMBAHAN……….... vi

KATA PENGANTAR………... vii

DAFTAR ISI... 1

DAFTAR TABEL………. xi

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN………....... xiii

ABSTRAK……….... xiv

ABSTRACT……….. xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB IIKAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori ... 8

B. Penelitian yang Relevan ... 22

C. Kerangka Berfikir... 23

D. Hipotesis Penelitian ... 24

BAB IIIMETODE PENELITIAN A. Desain penelitian ... 26

(10)

x

C. Variabel Penelitian ... 26

D. Populasi, Sampel Penelitian dan Teknik Sampling... 27

F. Teknik Pengumpulan Data ... 35

G. Teknik Analisis Data ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 41

B. Pembahasan ... 43

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 56

B. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 58

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Desain Penelitian Nonequivalent Control Group ... 26

Tabel 2. Kisi-kisi Soal Kemampuan Berpikir Analitis Kimia ... 30

Tabel 3. Kisi-kisi Soal Prestasi Belajar ... 32

Tabel 4. Kriteria reliabilitas Instrumen ... 34

Tabel 5. Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar dan Kemampuan Analitis Kimia 37 Tabel 6. Hasil Uji Homogenitas Varian ... 38

Tabel 7. Hasil Uji Homogenitas Matriks Varian/Covarian ... 39

Tabel 8. Ringkasan Data Pengetahuan Awal Kimia Siswa... 41

Tabel 9. Ringkasan Hasil Uji Mankova ... 42

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Hubungan Konsep-Konsep Pendekatan Pembelajaran Sistemik ... 11

Gambar 2. Diagram perbedaan antara representasi linear konsep (2a) dan sistemik konsep (2b) ... 13

Gambar 3. Contoh diagram siklik materi asam-basa ... 13

Gambar 4. Contoh peta konsep linier materi asam-basa ... 15

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. RPP dan LKS Kelas Sistemik... 62

Lampiran 2. RPP dan LKS Kelas Pengorganisasian Konsep... 112

Lampiran 3. Lembar Penilaian Pengamatan Sikap... 163

Lampiran 4. Soal Kemampuan Berpikir Analitis Sebelum Divalidasi dan Kunci Jawaban... 168

Lampiran 5. Soal Kemampuan Berpikir Analitis Sesudah Divalidasi dan Kunci Jawaban... 174

Lampiran 6. Soal Prestasi Belajar Sebelum Divalidasi dan Kunci Jawaban... 179

Lampiran 7. Validitas dan Reliabilitas Soal Prestasi Belajar... 191

Lampiran 8. Soal Prestasi Belajar Sesudah Divalidasi dan Kunci Jawaban.... 193

Lampiran 9. Daftar Nilai Kelas Sistemik ... 201

Lampiran 10. Daftar Nilai Kelas Pengorganisasian Konsep... 202

Lampiran 11. Uji Normalitas... 203

Lampiran 12. Uji Homogenitas Varian... 206

Lampiran 13. Uji Homogenitas Matriks Varian/Covarian... 207

Lampiran 14. Uji Mankova... 209

Lampiran 15. Uji Korelasi Pearson... 213

(14)

xiv

PERBANDINGAN PENERAPAN PENDEKATAN SISTEMIK DAN PENDEKATAN PENGORGANISASIAN KONSEP TERHADAP

KEMAMPUAN BERPIKIR ANALITIS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI SEMESTER II

SMA NEGERI 1 NGAGLIK TAHUN AJARAN 2016/2017

OLEH :

DEWI AYU NURAENI NIM 13303244005

Pembimbing : Marfuatun, M.Si ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah adalah untuk mengetahui (a) bagaimana proses pelaksanaan pendekatan sistemik dan pendekatan pengorganisasian konsep dan (b) untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar siswa yang mengikuti pembelajaran kimia dengan pendekatan sistemik dan pendekatan pengorganisasian konsep, jika pengetahuan awal kimia siswa dikendalikan secara statistik.

Penelitian ini merupakan penelitian Quasi-Experimental dengan bentuk rancangan Nonequivalent Control Group Design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI semester 2 SMA N 1 Ngaglik berjumlah 77 orang dan dibagi ke dalam 3 kelas. Sampel penelitian diambil menggunakan teknik cluster random sampling, yaitu siswa kelas XI IPA 1 sebagai kelas pendekatan sistemik dan kelas XI IPA 2 sebagai kelas pendekatan pengorganisasian konsep dengan jumlah masing-masing 26 orang. Pengujian hipotesis menggunakan analisis multi varians (mankova).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (a) proses pelaksanaan pendekatan sistemik dengan peta konsep (diagram) siklik yang menghubungkan materi asam-basa dengan materi lain yang sudah dipelajari dan pendekatan pengorganisasian konsep dengan peta konsep linier yang menyusun konsep-konsep asam-basa dari umum ke khusus dan (b) tidak ada perbedaan kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar siswa yang mengikuti pembelajaran kimia dengan pendekatan sistemik dan pendekatan pengorganisasian konsep, ketika pengetahuan awal kimia siswa dikendalikan secara statistik.

(15)

xv

COMPARISON OF THE IMPLEMENTATION OF SYSTEMIC APPROACH AND ORGANIZING CONCEPT APPROACH TOWARDS

STUDENT’S CHEMISTRY ANALYTICAL THINKING SKILL AND

LEARNING ACHIEVMENT AT GRADE XI IN SECOND SEMESTER OF SMA N 1 NGAGLIK OF ACADEMY YEAR 2016/2017

OLEH :

DEWI AYU NURAENI NIM 13303244005

Pembimbing : Marfuatun, M.Si ABSTRACT

The purpose of this research were to find out (a) how the implementation process of systemic approach and organizing concept approach, and (b) the difference of analytical thinking skill and student achievement was followed chemistry learning using systemic approach and organizing concept approach, if the initial knowledge of chemistry students are statistically controlled.

This research was Quasi-Experimental research with Nonequivalent Control Group Design. The research population was all grade XI second semester students in SMA N 1 Ngaglik was amounted 77 students and was divided into 3 classes. The research sample was taken using purposive sampling, student of XI IPA 1 as systemic classes approach and XI IPA 2 as organizing concept approach wich each class was amounted of 52 people. The data analysis use multi-dimensional analysis of variance (mancova).

The research results show that (a) implementation process of systemic approach with a cyclic concept map (diagram) that connecting acid-base material with other material already learned and organizing concept approach with linear concept maps that make up the concept of acid-base concepts from the general to the particular and (b) there is no difference analytical thinking skill and learning achievements of students who follow learning chemistry with systemic approach and the approach to organizing concepts, when the initial knowledge of chemistry students are statistically controlled. Thus, between the systemic approach and organizing concept approach there is nothing more effective for improving the analytical thinking skill and learning achievements of chemistry students on acid-base material.

(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah salah satu hal yang terpenting yang akan berguna bagi masa depan. Pendidikan dapat diperoleh dan dilakukan dimana saja, dan yang terpenting adalah proses mendapatkan atau memberikan pendidikan sehingga tidak terjerumus ke dalam kehidupan yang negatif. Hampir semua negara menempatkan pendidikan sebagai hal utama, begitu juga dengan Indonesia. Di Indonesia, pendidikan mempunyai peranan yang penting karena pendidikan merupakan sarana untuk membangun dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia akan meningkat apabila pendidikan yang didapatkan juga bermutu. Pendidikan yang bermutu didukung oleh beberapa faktor, salah satunya adalah proses pembelajaran.

Proses pembelajaran merupakan kegiatan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa secara edukatif. Guru dan siswa dalam proses pembelajaran merupakan suatu komponen yang tidak dapat dipisahkan. Secara umum, pada proses pembelajaran terdapat dua pendekatan, yaitu pendekatan yang berpusat pada siswa dan pendekatan yang berpusat pada guru. Pemilihan pendekatan pada proses pembelajaran disesuaikan pada bidang yang dipelajari contohnya adalah pembelajaran kimia.

(17)

2

Pembelajaran kimia berkaitan dengan konsep, hukum, prinsip, fakta, dan teori. Salah satu tujuan pembelajaran kimia di sekolah adalah untuk memahami konsep, hukum, prinsip, fakta dan teori serta saling keterkaitannya dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi. Untuk mencapai tujuan tersebut, diharapkan siswa memiliki pemahaman yang menyeluruh mengenai ilmu kimia yang didukung oleh pemahaman konsep lain yang berkaitan sehingga pemahaman yang siswa peroleh akan menjadi suatu ingatan jangka panjang.

Salah satu permasalahan yang ada saat ini dalam pembelajaran kimia adalah pemahaman yang diperoleh siswa masih kurang. Sebagian besar siswa masih menggunakan teknik hafalan ketika belajar sehingga ketika sudah beranjak ke materi berikutnya, maka mereka akan melupakan materi yang sebelumnya mereka pelajari. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, guru sebaiknya melakukan variasi pada proses pembelajaran yaitu salah satunya pada pendekatan yang digunakan.

(18)

3

Pendekatan sistemik merupakan salah satu pendekatan yang berpusat pada siswa (student oriented). Pembelajaran kimia yang menggunakan pendekatan sistemik merupakan proses pembelajaran konsep-konsep kimia melalui sistem yang saling berkaitan menggunakan unsur-unsur kognitif, psikomotorik, dan afektif, sehingga diharapkan siswa dapat lebih aktif serta lebih analitis dalam memecahkan permasalahan yang diberikan (Fahmi & Lagowski, 2012). Jadi, pendekatan sistemik memiliki kelebihan dapat memberikan pemahaman lebih mendalam pada siswa dengan cara mengaitkan materi yang sedang dipelajari dengan pengetahuan yang telah siswa peroleh. Peta konsep (diagram) siklik dalam hal ini digunakan untuk mengaitkan materi satu dengan materi lain.

Adapun pendekatan pengorganisasian konsep menurut Ausubel merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang didasari oleh teori bahwa belajar adalah suatu proses mental yang mengembangkan cara berpikir kritis, logis, dan kreatif (Arifin, 1995). Pendekatan pengorganisasian konsep salah satunya bisa menggunakan peta konsep linier. Penggunaan peta konsep linier pada proses pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan pemahaman yang mendalam, mengorganisasi materi dan memberikan wawasan baru yang mudah diingat oleh siswa. Selain itu penggunaan peta konsep linier dapat membuat belajar menjadi lebih menarik dan menyenangkan.

(19)

4

periodisitas unsur dengan kekuatan asam-basa. Kedua konsep tersebut saling berkaitan namun siswa biasanya hanya sekedar menghafalkan tanpa tahu alasannya kenapa senyawa tersebut bisa bersifat kuat atau lemah. Selain itu dalam materi asam-basa, melibatkan perhitungan kimia. Cara belajar menghafal yang biasa siswa gunakan membuatnya cepat lupa akan materi yang dipelajari.

Salah satu harapan dengan adanya penerapan pendekatan sistemik dan pengorganisasian konsep adalah untuk meningkatan kemampuan berpikir analitis siswa. Kemampuan berpikir analitis sangat dibutuhkan sesuai dengan trend pendidikan saat ini yang menuntut siswa untuk memiliki kemampuan berpikir tinggi atau HOTS (High Order Thingking Skills). HOTS meliputi aspek kemampuan berpikir kritis, kemampuan berpikir kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah (Laily & Wisudawati, 2015). Kemampuan berpikir analitis sangat dibutuhkan mengingat banyaknya pekerjaan yang membutuhkan kemampuan analisis. Kemampuan analisis yang dimiliki akan mempermudah untuk memecahkan masalah yang didapatkan dengan cara menghubungkan dengan pengetahuan yang sudah didapatkan.

(20)

5

Ada tidaknya perbedaan kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar siswa dengan penerapan pendekatan sistemik dan pendekatan pengorganisasian konsep dipengaruhi oleh pengetahuan awal kimia siswa, sehingga pengetahuan awal perlu dikendalikan secara statistik. Berdasarkan uraian latar belakang, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui keefektifan penerapan pendekatan pembelajaran sistemik dan pendekatan pengorganisasian konsep terhadap kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar pada siswa kelas XI Semester II SMA Negeri 1 Ngaglik tahun ajaran 2016/2017.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasi permasalahan-permasalahan sebagai berikut:

1. Penerapan pendekatan pembelajaran belum dapat menghubungkan antar konsep dalam materi asam-basa secara optimal, sehingga pemahaman siswa masih kurang.

2. Penggunaaan cara belajar secara hafalan sehingga pemahaman pada materi asam-basa yang didapatkan tidak optimal sehingga perlu dikembangkannya pendekatan yang bermakna, yaitu pendekatan sistemik dan pendekatan pengorganisasian konsep.

(21)

6

C. Batasan Masalah

1. Pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sistemik dan pendekatan pengorganisasian konsep.

2. Pendekatan sistemik yang dimaksud adalah dengan diagram siklik untuk membantu pemahaman konsep siswa.

3. Pendekatan pengorganisasian konsep yang dimaksud adalah dengan menggunakan peta konsep linier untuk membantu pemahaman konsep siswa. 4. Pengukuran kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar siswa pada

materi asam-basa dilakukan dengan memberikan soal prestasi belajar berupa pilihan ganda dan soal uraian untuk mengukur kemampuan berpikir analitis.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan pendekatan sistemik dan pendekatan pengorganisasian konsep di kelas XI Semester II SMA N 1 Ngaglik ?

(22)

7

E. Tujuan Penelitian

Penelitan ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis proses pelaksanaan pendekatan sistemik dan pendekatan pengorganisasian konsep di kelas XI Semester II SMA N 1 Ngaglik.

2. Menganalisis ada tidaknya perbedaan antara kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar siswa kelas XI Semester II SMA N 1 Ngaglik Tahun Ajaran 2016/2017 yang mengikuti pembelajaran kimia dengan pendekatan sistemik dan pendekatan pengorganisasian konsep, jika pengetahuan awal kimia siswa dikendalikan secara statistik.

F. Manfaat Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:

1. Meningkatkan kreativitas guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa, yaitu dengan pendekatan pembelajaran sistemik dan pendekatan pengorganisasian konsep .

2. Menambah wawasan keilmuan bagi guru dan calon guru mengenai berbagai macam pendekatan pembelajaran sebagai strategi untuk medorong kemampuan berpikir analitis siswa dalam memecahkan masalah.

(23)

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori 1. Pembelajaran kimia

Pembelajaran merupakan suatu istilah yang didalamnya terdapat proses belajar dan mengajar. Belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi hingga liang lahat. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya (Siregar & Nara, 2011). Proses belajar terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya. Sedangkan kegiatan mengajar mengorganisasi lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar untuk siswa (Hamalik, 2011). Istilah mengajar lebih sempit maknanya daripada istilah pembelajaran. Pembelajaran merupakan usaha yang dilaksanakan secara sengaja, terarah, dan terencana dengan tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta pelaksanaannya terkendali, dengan maksud agar terjadi belajar pada diri seseorang (Siregar & Nara, 2011). Jadi, sebelum proses pembelajaran berlangsung, akan ada perencanaan yang dilakukan oleh pendidik. Peran pendidikan dalam proses pembelajaran sangat besar untuk mengembangkan potensi siswa secara optimal.

(24)

9

Sastrawijaya (1988) adalah memperoleh pemahaman yang tahan lama perihal berbagai fakta, kemampuan mengenal dan memecahkan masalah, mempunyai keterampilan dalam menggunakan laboratorium serta mempunyai sikap ilmiah yang dapat dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kimia adalah interaksi antara komponen-komponen pembelajaran yang berhubungan dengan ilmu kimia dan memiliki suatu tujuan tertentu.

2. Pendekatan pembelajaran

Pendekatan pembelajaran adalah suatu upaya menghampiri makna pembelajaran melalui suatu cara pandang dan pandangan tertentu dalam memahami makna pembelajaran. Menurut Rusman dan Dewi, pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara yang digunakan oleh siswa dalam menunjang keefektifan dan keefesienan proses mempelajari materi tertentu (Tim pengembangan MKDP, 2011).

Menurut Suprihatiningrum (2014) pendekatan pembelajaran dibagi menjadi dua :

a. Pendekatan pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered)

(25)

10

b. Pendekatan pembelajaran berpusat pada siswa (student centered)

Siswa didorong untuk mengerjakan sesuatu sebagai pengalaman praktik dan membangun makna atas pengalaman yang diperolehnya. Guru hanya berperan sebagai motivator dan fasilitator.

Pendekatan pembelajaran berpusat pada siswa memiliki keunggulan (Kurdi, 2009), antara lain:

1) Siswa dapat merasakan bahwa pembelajaran menjadi miliknya sendiri, karena diberi kesempatan yang luas untuk berpartisipasi.

2) Siswa memiliki motivasi yang kuat untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. 3) Tumbuhnya suasana demokratis dalam pembelajaran, sehingga terjadi dialog

dan diskusi untuk saling belajar-membelajarkan di antara siswa.

4) Menambah wawasan pikiran dan pengetahuan bagi guru karena sesuatu yang dialami dan disampaikan belum diketahui sebelumnya oleh guru.

5) Guru tidak mendominasi proses pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.

6) Guru berperan sebagai fasilitator dan motivator dalam proses pembelajaran. 7) Kebenaran tidak mutlak berasal dari pengetahuan guru, tetapi dapat pula

berasal dari siswa.

8) Komunikasi antara guru dan siswa lebih terbuka, sehingga guru lebih peka dengan kesulitan belajar siswa.

(26)

11

2002). Pemilihan pendekatan akan mempengaruhi prestasi belajar siswa karena pendekatan pembelajaran berkaitan dengan proses pembelajaran dan hasil belajar.

3. Pendekatan Pembelajaran Sistemik

Pembelajaran kimia yang menggunakan pendekatan pembelajaran sistemik merupakan proses pembelajaran konsep-konsep kimia melalui sistem yang saling berkaitan, sehingga keseluruhan hubungan antar konsep menjadi jelas (Fahmy & Lagowski, 1999). Materi pembelajaran kimia memiliki konsep, teori, serta hukum yang saling memiliki keterkaitan. Selain dapat membantu siswa untuk lebih memahami keterkaitan konsep, penerapan pendekatan pembelajaran sistemik dapat membantu siswa mengingat kembali (recall) pengetahuan yang telah ia pelajari sebelumnya. Hubungan antar konsep kimia dengan penerapan pendekatan pembelajaran sistemik ditunjukkan seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Hubungan Konsep-Konsep Pendekatan Pembelajaran Sistemik (Fahmy & Lagowski, 1999)

issue or concept issue or concept

issue or concept

issue or concept issue or

(27)

12

Hubungan antar konsep kimia yang diterapkan dalam pendekatan pembelajaran sistemik mengarahkan kepada siswa untuk dapat memahami konsep belajar bermakna (meaningful learning). Hasil belajar bermakna dapat memudahkan pengacuan yang cepat dan memperpanjang daya tahan ingatan daripada dengan belajar hafalan (Sastrawijaya, 1988). Belajar bermakna merupakan bagian dari kemampuan berpikir tingkat tinggi. Pemikiran tingkat tinggi terjadi ketika siswa dapat memahami hubungan yang ada antar dua atau lebih suatu ide atau gagasan. Ausubel dan Robinson mengemukakan syarat-syarat belajar bermakna yaitu :

1) Materi yang diberikan kepada siswa dapat saling terkait

2) Siswa memiliki gagasan yang relevan dengan gagasan baru sehingga dapat saling berhubungan

3) Siswa harus menghubungkan gagasan yang dimiliki menggunakan beberapa cara dengan gagasan yang baru (Ivie, 1998).

(28)

13

Gambar 2. Diagram perbedaan antara representasi linear konsep (2a) dan sistemik konsep (2b)

Gambar 3. Contoh diagram siklik materi asam-basa

Ada beberapa tujuan dari pengembangan pendekatan sistemik (Fahmy & Lagowski, 1999) yaitu:

1) Menumbuhkan kemampuan untuk menghubungkan antar konsep

2) Menumbuhkan kemampuan siswa untuk berpikir secara terstruktur sehingga dapat melihat fenomena sesuatu secara global namun tidak melupakan bagian-bagian konsepnya.

3) Meningkatkan efektivitas pembelajaran kimia 4) Membuat kimia menjadi objek studi yang menarik

concept

concept

concept concept

Teori Asam Basa

Kesetimbangan Kimia

Reaksi Ionisasi Sifat Larutan

Ikatan Kimia concept concept concept

2.a.

(29)

14

5) Menumbuhkan kemampuan berpikir analisis sehingga siswa menjadi lebih kreatif

6) Menciptakan suatu generasi yang dapat bekerja secara positif dengan lingkungan sekitarnya.

4. Pendekatan Pengorganisasian Konsep

Pendekatan pengorganisasian konsep adalah suatu pendekatan mengajar yang didasari oleh teori bahwa belajar adalah suatu proses mental yang mengembangkan cara berpikir kritis, logis, dan kreatif. Salah satu ciri penggunaan pendekatan pengorganisasian konsep adalah penggunaan peta konsep linier. Menurut Martin (1994) peta konsep linier adalah ilustrasi grafis konkret yang mengindikasikan bagaimana sebuah konsep tunggal dihubungkan ke konsep-konsep lain pada kategori yang sama (Trianto, 2009). Pendekatan ini merupakan inovasi baru yang berperan penting dalam membantu anak menghasilkan pembelajaran bermakna di kelas. Pembelajaran bermakna yang dihasilkan diharapkan dapat membantu siswa untuk dapat lebih memahami konsep yang sedang dipelajari. Konsep yang sedang dipelajari akan lebih mudah dipahami apabila menggunakan peta konsep.

(30)

15

identifikasi konsep dari suatu materi pelajaran dan pengaturan konsep-konsep tersebut dalam suatu hirarki, mulai dari yang paling umum, kurang umum dan konsep-konsep yang lebih spesifik. Contoh peta konsep linier untuk materi asam-basa dapat dilihat pada Gambar 4.

\

Gambar 4. Contoh peta konsep linier asam-basa

5. Kemampuan Berpikir Analitis

Trend pendidikan saat ini adalah mencoba untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Salah satu kemampuan berpikir yang dianggap penting adalah kemampuan berpikir analitis. Kemampuan berpikir analitis sangat perlu dimiliki oleh siswa karena dapat membantu mereka dalam menyelesaikan masalah dengan tepat. Berpikir analitis berlangsung selangkah demi selangkah.

(31)

16

Berpikir analitis adalah kemampuan untuk memecahkan suatu masalah dengan memikirkan langkah demi langkah untuk mengembangkan kesimpulan secara keseluruhan dan didukung oleh informasi yang sebelumnya telah diterima. Kemampuan berpikir analitis adalah kemampuan berpikir siswa untuk menguraikan, memperinci, dan menganalisis informasi-informasi yang digunakan untuk memahami suatu pengetahuan dengan menggunakan akal dan pikiran yang logis, bukan berdasar perasaan atau tebakan. Agar dapat berpikir analitis diperlukan kemampuan berpikir logis dalam mengambil kesimpulan terhadap suatu situasi (Marini, 2014).

Mengembangkan kemampuan berpikir analitis sangat penting dalam proses belajar siswa, sehingga mereka dapat mengembangkan proses pembelajaran yang bermakna. Kemampuan berpikir analitis merupakan salah satu High Order Thinking Skills (HOTS). Menurut Bloom (1969) dalam Areesophonpichet (2013), menganalisis dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian:

1) Menganalisis suatu bagian konsep adalah kemampuan untuk mengklasifikasikan dan menganalisis suatu unsur secara signifikan, yaitu menemukan ringkasan isi untuk membedakan fakta dan opini, persamaan dan perbedaan serta penyebab dan efek;

2) Menganalisis hubungan antar konsep yaitu kemampuan untuk menghubungan konsep dan alasan, yaitu membandingkan dan menganalisis atau informasi yang bertentangan atau tidak rasional;

(32)

hal-17

hal kunci dengan memperhatikan relevansi cerita dan mampu merangkum informasi ke dalam satu konsep.

Pembelajaran kimia merupakan salah satu pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir analitis siswa. Pengembangan kemampuan berpikir analitis siswa tentunya sangat membutuhkan peran guru. Guru di sini tentunya juga harus memiliki pengalaman. Selain itu, guru juga harus dapat menggunakan strategi pembelajaran serta bahan ajar yang sesuai. Pengembangan keterampilan berpikir analitis akan terjadi ketika siswa berlatih dan mengembangkan kemampuan pemikiran analitis melalui proses pembelajaran di dalam kelas. Artinya, kemampuan berpikir analitis siswa dapat sepenuhnya dikembangkan dengan dukungan dari guru yang berpengalaman. rencana pembelajaran yang dirancang dengan baik dan alat-alat yang efektif digunakan untuk pengembangan keterampilan berpikir analitis (Areesophonpichet, 2013).

6. Prestasi Belajar Kimia

Prestasi belajar adalah hasil studi yang dicapai selama mengikuti pembelajaran pada periode tertentu dalam suatu lembaga pendidikan. Hasil dari prestasi belajar biasanya dinyatakan dengan angka-angka atau simbol-simbol. Prestasi belajar kimia berupa perubahan tingkah laku siswa sebagai hasil dari proses pembelajaran kimia yang diikuti oleh siswa.

(33)

18

Bloom terbagi menjadi enam bagian, yaitu: mengingat (knowledge, C1), memahami (comprehension, C2), mengaplikasikan (application, C3), menganalisis (analysis,C4), mengevaluasi (evaluate, C5), dan menciptakan (create, C6).

Menurut Slameto (2013: 54) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yang diharapkan, antara lain:

a. Faktor Intern

Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu :

1) Kecerdasan atau Inteligensi

Kecerdasan adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.

2) Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengingat beberapa kegiatan. Minat sangat berpengaruh terhadap belajar, karena jika materi pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.

3) Bakat

(34)

19

4) Motivasi

Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk belajar.

b. Faktor Ekstern

Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa yaitu:

1) Keadaan Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Oleh karena itu orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga.

2) Keadaan Sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan 15 sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat.

3) Lingkungan Masyarakat

(35)

20

7. Pengetahuan Awal Siswa

Pengetahuan awal kimia siswa adalah pengetahuan kimia yang telah dimiliki siswa sebelum ia belajar kimia lebih lanjut. Pengetahuan atau pengertian baru akan mudah diterima jika siswa telah memiliki informasi, konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang relevan dengan apa yang telah dipelajari. Pembelajaran akan berhasil bila dimulai dari apa yang telah dikuasai siswa (Dahar, 1998).

Pada awal atau sebelum guru masuk ke kelas untuk memberikan materi pembelajaran kepada siswa, guru memiliki tugas untuk mengetahui pengetahuan awal siswa. Pengetahuan awal yang dimiliki siswa merupakan tolak ukur apakah proses pembelajaran yang berlangsung sudah berhasil atau belum. Apabila belum berhasil, maka guru dapat mencoba melakukan variasi faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran salah satunya adalah pendekatan pembelajaran. Guru dapat memilih pendekatan pembelajaran yang tepat untuk siswa apabila guru telah memahami prinsip, konsep, dan fakta tentang materi pelajaran yang akan dipelajari (Yamin, 2008).

(36)

21

8. Materi Pembelajaran Kimia SMA/MA Kelas XI Semester 2

Materi pembelajaran pada mata pelajaran kimia SMA/MA kelas XI Semester 2 adalah Asam Basa. Materi pembelajaran disesuaikan dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang diambil dari Standar Isi sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 22 Tahun 2006 yaitu:

Standar Kompetensi:

4. Memahami sifat-sifat larutan asam basa, metode pengukurannya, dan terapannya

Kompetensi Dasar

4.1 Mendiskripsikan teori-teori asam basa dengan menentukan sifat larutan dan menghitung pH larutan

Indikator

4.1.1 Menjelaskan pengertian asam dan basa menurut Arrhenius

4.1.2 Menjelaskan pengertian asam dan basa menurut Bronsted dan Lowry 4.1.3 Menjelaskan pengertian asam dan basa menurut Lewis

4.1.4 Menidentifikasi sifat larutan asam dan basa dengan berbagai indikator 4.1.5 Mengetahui konsep pH, pOH, dan pKw

4.1.6 Menghitung pH suatu larutan asam dan basa 4.1.7 Menjelaskan pengertian kekuatan asam dan basa

4.1.8 Menghubungkan kekuatan asam dan basa dengan derajat pengionan dan tetapan asam atau tetapan basa

(37)

22

B. Penelitian yang Relevan

Nilats Tsurayya, (2014) melakukan penelitian yang berjudul “Perbandingan

Penerapan Pendekatan Pembelajaran Sistemik dan Konvensional terhadap Motivasi dan Prestasi Belajar Kimia Peserta Didik Kelas XI Semester II SMA Negeri 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014 pada Pokok Bahasan Konsep Asam-Basa”. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan motivasi dan prestasi belajar kimia peserta didik yang menggunakan pendekatan sistemik dan pendekatan konvensional.

Dwi Fatonah, (2016) melakukan penelitian yang berjudul ”Efektifitas Penerapan Pendekatan Pembelajaran Sistemik Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Dan Prestasi Belajar Kimia Peserta Didik Kelas X Semester II SMA N 1 Pengasih Tahun Ajaran 2015/2016”. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi positif antara kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar kimia peserta didik kelas X Semester II SMA N 1 Pengasih Tahun Ajaran 2015/2016 sesudah pembelajaran dengan penerapan pendekatan pembelajaran sistemik.

Ludo Brand, et al. (2002) melakukan penelitianberjudul “The Impact of Concept Mapping and Visualisation on the Learning of Secondary School Chemistry Students”. Hasil penelitian menunjukkan adanya efek positif yang

(38)

23

Relevansi ketiga penelitian tersebut adalah pendekatan dan metode pembelajaran yang digunakan serta variabel terikat yang diteliti yaitu kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar kimia siswa.

Perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Nilats Tsurayya adalah pada perbandingan pendekatan dan variabel terikatnya. Peneliti membandingan penerapan pendekatan sistemik dan pendekatan pengorganisasian konsep, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Nilats adalah membandingan pendekatan sistemik dan pendekatan konvensional. Variabel terikat yang diteliti dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir analitis sedangkan dalam penelitian yang dilakukan Nilats adalah motivasi belajar. C. Kerangka Berfikir

(39)

24

Fahmy & Lagowski (1999) menyebutkan bahwa pembelajaran kimia yang menggunakan pendekatan pembelajaran sistemik merupakan proses pembelajaran konsep-konsep kimia melalui sistem yang saling berkaitan, sehingga melalui pendekatan sistemik, siswa dapat aktif dalam berpendapat serta lebih analitis dalam memecahkan permasalahan yang diberikan dan dapat berdampak positif pada pencapaian prestasi belajar kimianya. Penggunaan pendekatan pembelajaran pengorganisasian konsep dapat membantu siswa memahami konsep secara mendalam karena konsep yang mereka punya akan disusun membentuk peta konsep yang bentuknya mengerucut dari umum ke khusus. Kesamaan pendekatan ini adalah pada penggunaannya sama-sama menggunakaan diagram untuk mempermudah siswa dalam pemahamannya. Penerapan pendekatan sistemik dan pengorganisasian konsep diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar kimia siswa. Pedekatan ini perlu dibandingkan untuk mengetahui manakah yang lebih efektif untuk meningkatkan prestasi belajar dan kemampuan berpikir analitis siswa. Pendekatan sistemik dan pengorganisasian konsep ini akan diterapkan di SMA N 1 Ngaglik khususnya pada materi Asam-Basa kelas XI Semester II.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

(40)

25

(41)

26

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian Quasi-Eksperimental dengan bentuk rancangan Nonequivalent Control Group Design dengan desain seperti pada Tabel 1. Dua sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelas dengan penggunaan pendekatan pembelajaran sistemik dan kelas dengan penggunaan pendekatan pembelajaran pengorganisasian konsep. Variabel yang dikontrol pada penelitian ini adalah pengetahuan kimia awal siswa yang berupa nilai ulangan tengah semester I tahun ajaran 2016/2017. Pada akhir eksperimen, kedua kelompok diukur prestasi belajar dan kemampuan berpikir analitisnya.

Tabel 1. Desain Penelitian Nonequivalent Control Group Kelas sebelum diberi

perlakuan

Perlakuan Kelas sesudah diberi perlakuan

01 X (Sistemik) 02

03 X (Pengorganisasian Konsep)

04

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama empat minggu efektif di SMA N 1 Ngaglik.

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

(42)

27

informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Variabel Bebas

Variabel bebas merupakan variabel yang variabelnya diukur, dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungannya dengan suatu gejala yang diobservasi (Sarwono, 2006). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan pendekatan sistemik dan pendekatan pengorganisasian konsep.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2010). Variabel terikat penelitian ini adalah kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar kimia siswa kelas XI semester II Tahun Ajaran 2015/2016 di SMA Negeri 1 Ngaglik.

3. Variabel Kontrol

Variabel kontrol adalah suatu variabel yang pengaruhnya akan dihilangkan (Sarwono, 2006). Variabel kontrol pada penelitian ini adalah pengetahuan awal kimia siswa. Pengetahuan awal kimia siswa kelas XI Semester II berupa nilai ulangan umum mata pelajaran kimia kelas XI Semester I.

D. Populasi, Sampel Penelitian dan Teknik Sampling 1. Populasi penelitian

(43)

28

2. Sampel penelitian

Sampel merupakan sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 1985). Pelaksanaan penelitian tidak meneliti secara keseluruhan yang ada pada populasi, melainkan mengambil sampel dari populasi tersebut. Sampel penelitian ini ada 2 kelas yaitu satu kelas sebagai kelas eksperimen yang diberi perlakuan pendekatan pembelajaran sistemik dan kelas satunya lagi diberi perlakukan dengan pendekatan pembelajaran pengorganisasian konsep.

3. Teknik sampling

Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel. Pada penelitian ini, teknik pengambilan sampel yang dilakukan yaitu teknik cluster random sampling. Menurut Margono (2004: 127), teknik ini digunakan bilamana populasi tidak terdiri dari individu-individu, melainkan terdiri dari kelompok-kelompok individu atau cluster.

E. Perangkat dan Instrumen Penelitian 1. Perangkat Penelitian

Perangkat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah alat yang digunakan untuk membantu peneliti dalam melaksanakan pembelajaran.

a) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

(44)

29

pengorganisasian konsep. RPP selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1 untuk kelas pendekatan sistemik dan Lampiran 2 untuk kelas pendekatan pengorganisasian konsep.

b) Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar kerja siswa (LKS) dalam penelitian ini berisi soal-soal latihan sebagai bahan diskusi dan evaluasi pada proses pembelajaran yang telah disesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar serta indikator pembelajaran dalam RPP. LKS selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1 untuk kelas pendekatan sistemik dan Lampiran 2 untuk kelas pendekatan pengorganisasian konsep.

2. Instrumen Penelitian

a) Soal untuk mengukur kemampuan berpikir analitis

(45)

30

Tabel 2. Kisi-kisi Soal Kemampuan Berpikir Analitis Kimia No

.

Indikator Kemampuan Berpikir Analitis

Indikator Soal Bentuk soal

Nomor soal 1. Menganalisis suatu

bagian konsep

2. Menganalisis suatu bagian konsep

Menuliskan persamaan reaksi dari suatu campuran dan

menggolongkannya menjadi larutan asam atau basa berdasarkan struktur Lewis dari senyawanya

4. Menganalisis hubungan antar konsep

Menentukan pH suatu larutan berdasarkan data, menentukan perubahan warna indikator yang terjadi, serta menentukan

pergeseran kesetimbangannya

Uraian 4

5. Menganalisis suatu bagian konsep

Menghitung konsentrasi [H+], Ka, dan menentukan perubahan warna yang terjadi jika ditetesi dengan indikator asam-basa

Uraian 5

6. Menganalisis suatu bagian konsep

Menghitung pH, presentase yang terionisasi, serta menentukan perubahan warna yang terjadi dalam larutan jika dicek dengan indikator asam-basa

Uraian 6*

(46)

31

Hasil validitas logis dan saran terhadap soal kemampuan berpikir analitis yaitu:

1) Soal nomor 1 diperbaiki dalam penulisannya dan dibuat poin-poin untuk pertanyaannya.

2) Soal nomor 2 dibuat poin-poin untuk pertanyaannya.

3) Soal nomor 3 ditambahkan gambar agar siswa lebih terbantu untuk mengetahui maksud soal tersebut.

4) Soal nomor 6 tidak diperlukan karena lebih mengarah ke aplikasi (C3). b) Soal Prestasi Belajar Kimia

(47)

32

Tabel 3. Kisi-kisi Soal Prestasi Belajar No. Sub Materi Pokok

Keterangan: tanda * menyatakan butir soal prestasi belajar kimia yang gugur

1) Pembuktian Validitas Butir Soal Prestasi Belajar Kimia

Suatu skala pengukuran dikatakan valid apabila skala tersebut digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sarwono, 2006). Validitas suatu instrumen penelitian adalah derajat yang menunjukkan suatu tes dapat mengukur apa yang hendak diukur (Sukardi, 2003). Soal prestasi belajar terlebih dahulu divalidasi secara logis sebelum divalidasi secara empiris pada kelas di luar sampel. Validitas logis ditentukan utamanya atas dasar pertimbangan (judgement) para ahli (Sukardi, 2003).

(48)

33

b) Soal nomor 13 diperbaiki dalam penggunaan kata agar siswa mengetahui indikator apa yang digunakan.

c) Soal nomor 20 diperbaiki kalimatnya agar siswa tidak bingung dengan soalnya.

d) Soal nomor 23 diperbaiki kalimatnya.

e) Soal nomor 25 dicek kembali kunci jawabannya. f) Soal nomor 27 dicek kembali kunci jawabannya.

g) Soal nomor 28 diperbaiki penulisan rumus kimia senyawanya. h) Soal nomor 32 diperbaiki kalimatnya.

i) Soal nomor 40 diperbaiki kalimatnya.

j) Soal nomor 41 diperbaiki karena kurang jelas untuk mengukur apa. k) Soal nomor 44 diperbaiki kalimatnya.

l) Soal nomor 45 diperbaiki kalimatnya.

m) Soal nomor 49 diperbaiki dalam penggunaan kata awalan.

Setelah dilakukan validasi logis, selanjutnya dilakukan validasi empiris. Validitas empiris adalah validitas yang diperoleh atas dasar pengamatan di lapangan. (Sudaryono, 2012). Validitas empiris butir soal prestasi belajar kimia siswa menggunakan uji korelasi item dengan Microsoft Excel. Butir soal akan valid jika harga rhitung ≥ rtabel. Hasil uji validitas empiris untuk soal prestasi belajar menunjukkan harga rtabel=0,396.

(49)

34

kelas XI IPA 3 SMA Negeri 1 Ngaglik. Soal prestasi belajar kimia siswa berjumlah 50 butir soal pilihan ganda terdapat 30 soal yang valid. Jumlah siswa yang digunakan untuk objek validasi empiris sebanyak 25 orang, maka soal yang valid adalah soal yang memiliki r hitung lebih dari 0,396. Pembuktian validitas butir soal prestasi belajar kimia siswa secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 7.

2) Reliabilitas Butir Soal Prestasi Belajar Kimia

Syarat yang juga penting dalam penelitian adalah reliabilitas. Reliabilitas sama dengan konsistensi atau keajegan. Suatu instrumen dikatakan memiliki nilai reliabilitas tinggi jika tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak diukur (Sukardi, 2003). Reliabilitas berkonsentrasi pada masalah pengukuran dan hasilnya (Sarwono, 2006). Reliabilitas soal pada penelitian ini dianalisis dengan KR-20 pada Microsoft Excel.

Arikunto (2001) menyebutkan kriteria reliabilitas instrumen berdasarkan harga koefisien korelasi yang ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 4. Kriteria reliabilitas Instrumen Harga Koefisien

Korelasi (r)

Kriteria Reliabilitas Instrumen

0,800 – 1,000 Sangat tinggi 0,600 – 0,799 Tinggi 0,400 – 0,599 Cukup 0,200 – 0,399 Rendah 0,000 – 0,199 Sangat rendah

(50)

35

F. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini ada dua, yaitu kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar kimia siswa. Pada penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data yaitu teknik dokumentasi dan teknik ujian. Teknik dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data tentang nama-nama siswa dan nilai pengetahuan awalnya. Teknik ujian digunakan untuk mendapatkan nilai kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar kimia siswa sesudah pembelajaran. Alur kerja penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 5. Alur kerja penelitian Populasi

Sampel

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan sistemik

Pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan pengorganisasian konsep

Tes Kemampuan Berpikir Analitis

Tes Kemampuan Berpikir Analitis

Tes Prestasi Belajar Kimia

(51)

36

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data berkaitan dengan desain penelitian yang dilakukan. Statistik parametrik pada penelitian komparatif memiliki syarat data sampel berdistribusi normal dan homogen. Uji prasyarat pada penelitian ini terdiri dari uji normalitas, uji homogenitas, uji hubungan antara variabel independen dengan variabel konkomitan, dan uji kesamaan perlakuan kemiringan. Sedangkan uji hipotesis pada penelitian ini adalah uji Mancova dan uji korelasi Pearson. Pada penelitian α yang digunakan adalah 0,05.

1. Uji Persyaratan a) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data dari masing-masing variabel berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan terhadap data kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar kimia siswa. Uji statistik parametrik dapat digunakan apabila data dari masing-masing variabel berdistribusi normal (Sugiyono, 2011). Uji normalitas data penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dalam program SPSS 21. Adapun hipotesis pengujiannya adalah:

Ho: sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal Ha: sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal

Ho akan diterima atau data berdistribusi normal jika signfikansi > α. Hasil

(52)

37

Tabel 5. Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar dan Kemampuan Analitis Kimia

Variabel Sig.

Kelas pendekatan sistemik Prestasi Belajar 0,073 Kemampuan Berpikir Analitis 0,196 Kelas pendekatan

pengorganisasian konsep

Prestasi Belajar 0,081 Kemampuan Berpikir Analitis 0,083

Berdasarkan Tabel 5, signifikansi untuk prestasi belajar dan kemampuan berpikir analitis kimia siswa secara berturut-turut pada pendekatan sistemik dan pengorganisasian konsep adalah lebih dari α, sehingga dapat disimpulkan untuk normalitas prestasi belajar dan kemampuan berpikir analitis kimia siswa berdistribusi normal.

b) Uji Homogenitas Varian

Uji homogenitas bertujuan varians untuk mengetahui kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar memiliki varian yang homogen atau tidak. Uji homogenitas ini dilakukan terhadap kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar kimia siswa esudah proses pembelajaran.

Uji homogenitas varian data penelitian ini menggunakan uji Levene dalam program SPSS 21. Hipotesi pengujiannya adalah:

Ho: kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar memiliki varian yang homogen

(53)

38

Ho akan diterima jika signifikansi pada statistik > α. Homogenitas varian data kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar kimia siswa dianalisis menggunakan uji Levene dalam program SPSS 21. Ringkasan hasil uji homogenitas varian ditunjukkan seperti pada Tabel 6 atau selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 12.

Tabel 6. Hasil Uji Homogenitas Varian

Variabel Sig. Kesimpulan

Kemampuan Berpikir Analitis 0,167 Homogen

Prestasi Belajar 0,195 Homogen

Hasil uji homogenitas pada Tabel 6 menunjukkan bahwa signifikansi data prestasi belajar dan kemampuan berpikir analitis kimia > α sehingga siswa berasal dari populasi yang homogen.

c) Uji Homogenitas Matriks Varian/Covarian

Uji ini bertujuan untuk mengetahui homogen atau tidaknya matriks varian/covarian dari variabel dependen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah prestasi belajar dan kemampuan berpikir analitis. Hipotesis pengujiannya adalah :

Ho: matriks varian/covarian dari kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar homogen

(54)

39

Hipotesis nol (Ho) diterima apabila signifikansi pada Box’s M > α. Homogen tidaknya matriks varian/covarian dari variabel dependen yaitu kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar ini diuji menggunakan SPSS 21. Ringkasan hasil uji ini dapat dilihat pada Tabel 7 atau selengkapnya pada Lampiran 13.

Tabel 7. Hasil Uji Homogenitas Matriks Varian/Covarian

Berdasarkan Tabel 7, nilai sigifikansi > α yang berarti bahwa matriks varian/covarian dari kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar yaitu homogen dan bisa dilakukan uji Mankova

2. Uji Hipotesis a) Uji Mankova

Pengujian hipotesis menggunakan analisis multikovarian (Mancova). Analisis ini digunakan untuk menguji ada tidaknya perbedaan antara dua variabel terikat anatara dua kelompok dengan mengendalikan variabel lain yang berpengaruh terhadap variabel terikat. Hipotesis dalam pengujian ini adalah : Ho: tidak ada perbedaan kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar antara

siswa yang mengikuti pembelajaran kimia dengan pendekatan sistemik dan pendekatan pengorganisasian konsep, jika pengetahuan awal kimia siswa dikendalikan secara statistik.

Box's M 1,689

Nilai F ,539

(55)

40

Ha: ada perbedaan kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar antara siswa yang mengikuti pembelajaran kimia dengan pendekatan sistemik dan pendekatan pengorganisasian konsep, jika pengetahuan awal kimia siswa dikendalikan secara statistik.

Kriteria uji : Ho ditolak jika signifikasi < α

b) Uji Korelasi

Korelasi Pearson digunakan untuk menentukan hubungan antara dua variabel (gejala) yang berskala (skala yang menggunakan angka sebenarnya), oleh karena itu korelasi termasuk dalam kategori uji statistik parametrik (Sarwono, 2006). Hipotesis uji korelasi Pearson dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Ho: tidak ada hubungan yang signifikan antara kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar kimia dengan penerapan pendekatan sistemik dan pengorganisasian konsep

Ha: ada hubungan yang signifikan antara kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar kimia dengan penerapan pendekatan sistemik dan pengorganisasian konsep

(56)

41

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Data yang diperoleh dalam penelitian ini ada tiga, yaitu prestasi belajar dan kemampuan analitis kimia siswa. Adapun variabel kontrol, data pengetahuan awal diperoleh dari nilai ulangan akhir semester I. Uji hipotesis dalam penelitian ini adalah uji mancova. Sebelum menentukan sampel penelitian, peneliti memperoleh data pengetahuan awal kimia siswa yang berupa nilai ulangan akhir kelas XI Semester I. Sampel penelitian ditentukan dari rerata nilai pengetahuan awal kimia yang mirip. Data prestasi belajar dan kemampuan berpikir analitis kimia siswa diperoleh dari nilai ulangan harian yang dilakukan setelah pembelajaran. Adapun ringkasan data pengetahuan awal kimia siswa pada kedua kelas eksperimen dapat dilihat pada Tabel 8, dan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9 dan Lampiran 10.

Tabel 8. Ringkasan Data Pengetahuan Awal Kimia Siswa Keterangan

Kelas

(57)

42

1. Analisis Data a) Uji MANKOVA

Hasil uji Mankova selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 15, dan secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 9. Ringkasan Hasil Uji Mankova

Effect Nilai F Signfikansi

Hotelling's Trace ,126b ,881b

Hasil uji Mankova pada Tabel 9. menunjukkan bahwa signifikansi > 0,05 yang berarti hipotesis nol (Ho) diterima yaitu tidak terdapat perbedaan hasil kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar kimia siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan sistemik dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan pengorganisasian konsep.

b) Uji Korelasi

(58)

43

Tabel 10. Ringkasan Hasil Uji Korelasi Pearson Nilai Prestasi Belajar

Nilai

Kemampuan Berpikir Analitis Nilai Prestasi

Belajar

Pearson Correlation 1 ,512

Sig. (2-tailed) ,000

B. Pembahasan

Kegiatan pembelajaran dalam penelitian ini dilaksanakan selama 10 kali pertemuan dengan total jam pelajaran 17 jam pelajaran pada masing-masing kelas XI IPA1 dan XI IPA 2. Sebanyak 8 kali tatap muka dengan 13 jam pelajaran dan 2 kali pertemuan dengan 2 jam digunakan untuk pengukuran prestasi belajar dan 2 jam digunakan untuk pengukuran kemampuan berpikir analitis kimia siswa. Materi kimia dalam penelitian ini adalah asam-basa.

Materi asam-basa yang diajarkan dalam penelitian ini menggunakan dua pendekatan pembelajaran yang berbeda, yaitu pendekatan pembelajaran sistemik dan pengorganisasian konsep. Pendekatan pembelajaran sistemik diterapkan di kelas XI IPA 1 dan pendekatan pembelajaran pengorganisasian konsep diterapkan di kelas XI IPA 2 dengan jumlah sampel yang sama yaitu 26 orang.

(59)

44

a) Kegiatan Pembelajaran di Kelas Pendekatan Sistemik

Pertemuan ke-1, mata pelajaran kimia di kelas pendekatan sistemik, siswa tidak diberikan penjelasan materi secara keseluruhan. Pada pertemuan ke-1, guru menampilkan diagram siklik mengenai teori asam-basa dan kaitannya dengan beberapa materi lain. Siswa diberikan beberapa pertanyaan agar dapat mengaitkan konsep-konsep yang disajikan dalam diagram siklik tesebut dengan pertanyaan awal (apersepsi). Respon yang diberikan siswa berbeda-beda, tetapi sebagian besar siswa terlihat bingung karena ini merupakan hal baru untuk mereka belajar menggunakan diagram siklik. Siswa memerlukan waktu yang cukup lama untuk memahami diagram siklik yang ditampilkan guru karena sebagian besar dari mereka juga sudah lupa dengan konsep yang sudah mereka pelajari sebelumnya.

Setelah guru selesai menjelaskan materi, selanjutnya siswa diberikan beberapa soal untuk latihan. Latihan tersebut digunakan untuk mengukur pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. Latihan dikerjakan secara berkelompok. Setelah selesai mengerjakan latihan, salah satu perwakilan kelompok diminta mengerjakan di depan kelas dan selanjutnya dibahas bersama-sama dengan guru.

(60)

45

jawabannya menggunakan semua jenis informasi. Pada pertemuan ini, siswa masih kesulitan dalam menyelesaikan soal berbasis sistemik. Siswa kebingungan mengetahui maksud dari soal yang ada dalam LKS. Kebanyakan siswa tidak melihat diagram siklik yang disajikan sehingga guru harus menjelaskan ulang mengenai maksud dari soal tersebut. Selain itu, jawaban siswa yang tidak dijabarkan secara jelas mengindikasikan bahwa siswa masih mengalami kesulitan belajar.

Berdasarkan observasi pada pertemuan ke-3, siswa masih belum siap menerima pelajaran dengan pendekatan sistemik menggunakan diagram siklik. Hal tersebut terlihat dari kurang perhatian siswa pada setiap arahan guru dan kurang dalam merespon arahan guru dengan bertanya ataupun berpendapat. Setelah kurang lebih 1 jam pelajaran, keaktifan siswa menurun karena siswa tidak pernah bertanya kepada guru dengan mandiri dan tidak menjawab pertanyaan guru dengan jelas, runtut dan rinci.

Pada pertemuan ke-4, siswa kembali diberikan latihan soal dalam LKS. Respon aktif siswa sudah mulai terlihat. Siswa mulai bisa mengerjakan soal yang ada di dalam LKS. Siswa mulai aktif bertanya dan mengerjakan soal di depan kelas. Selain itu, siswa sudah mulai bisa memahami hubungan antar konsep yang ada di dalam diagram siklik.

(61)

46

Pada pertemuan ke-6 dan ke-7, siswa diminta untuk membuat diagram siklik dua materi yang berbeda secara berkelompok yaitu satu kelompok terdiri dari 4-5 orang. Pada pertemuan ke-6, siswa diminta untuk membuat diagram siklik materi kekuatan asam-basa. Guru memberikan LKS kepada siswa yang berisi pernyataan-pernyataan tentang kaitan materi kekuatan asam-basa dengan materi lain. Siswa dalam hal ini diberikan kesempatan untuk mencari konsep lain yang berkaitan dengan kekuatan asam-basa yang belum dicantumkan dalam LKS.

Pada pertemuan ke-6, pemahaman siswa sudah sedikit meningkat dari pertemuan sebelumnya. Namun, siswa masih terlihat bingung dan kesulitan untuk mencari konsep lain yang berkaitan dengan kekuatan asam-basa. Selain membuat diagram siklik, guru juga meminta siswa untuk memberikan penjelasan mengenai diagram siklik yang telah mereka buat dan keterkaitan konsepnya satu sama lain. Siswa memerlukan waktu yang cukup lama untuk membuat diagram siklik.

(62)

47

Berdasarkan observasi pada pertemuan ke-8, siswa masih sedikit mengalami kesulitan untuk menghubungkan konsep-konsep yang terdapat dalam diagram siklik, namun pemahaman yang dimiliki siswa lebih baik dari pertemuan-pertemuan sebelumnya. Siswa sudah tidak kebingungan untuk mengetahui maksud dari soal yang diberikan. Selain itu, siswa lebih aktif bertanya kepada guru.

b) Kegiatan Pembelajaran di Kelas Pengorganisasian Konsep (Concept Mapping)

Pertemuan ke-1, ke-3, dan ke-5 di kelas pengorganisasian konsep, siswa tidak diberikan penjelasan materi secara keseluruhan. Pemahaman materi di kelas pengorganisasian konsep menggunakan peta konsep linier. Pada pertemuan ke-1, siswa diberikan sedikit penggalan peta konsep linier tentang teori asam-basa secara umum dan diberikan pertanyaan lebih mendalam tentang materi itu. Namun, siswa belum cukup siap dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dikarenakan peta konsep linier merupakan hal baru bagi siswa. Respon aktif siswa saat diberikan pertanyaan masih rendah. Sebagian besar siswa masih terlihat bingung dan tidak memberikan tanggapan terhadap pertanyaan yang diberikan karena belum mengetahui materi yang akan mereka pelajari, sehingga siswa membutuhkan waktu untuk memahami peta konsep linier.

(63)

48

tersebut, guru memberikan LKS. Siswa mengerjakan soal secara berkelompok yaitu satu kelompok terdiri dari 4-5 orang. Siswa diarahkan untuk memahami materi yang diberikan secara detail atau mendalam sehingga dapat memecahkan soal yang diberikan. Setelah siswa selesai mengerjakan, perwakilan siswa diminta untuk mengerjakan didepan kelas kemudian dibahas bersama-sama.

Respon aktif siswa di kelas pendekatan pengorganisasian konsep mulai terlihat pada pertemuan ke-4. Pada pertemuan ini, siswa sudah mulai dapat memahami soal yang diberikan. Selain diskusi mengerjakan latihan soal, siswa juga membuat peta konsep yang berbentuk linier mengenai materi konsep pH. Siswa juga lebih aktif dalam bertanya dan mengerjakan soal di depan kelas. Siswa masih terlihat kesulitan untuk membuat peta konsep linier. Kemampuan siswa dalam menggeneralisasikan konsep dari umum ke khusus masih sangat kurang sehingga sehingga guru masih harus mengarahkan dalam proses pembuatannya.

(64)

49

Adapun pada pertemuan ke-7, siswa diminta membuat peta konsep linier materi indikator asam-basa. Siswa diminta membuat peta konsep linier tanpa diberikan penjelasan materi mengenai indikator asam-basa sebelumnya. Pada pertemuan ini, sudah terlihat sedikit peningkatan dibandingkan dengan pertemuan sebelumnya yaitu dilihat dari sudah hampir seluruh siswa mulai bisa menentukan konsep utama dari materi yang akan dibuat peta konsep linier. Siswa juga lebih aktif dalam berdiskusi, sehingga waktu yang dibutuhkan siswa untuk membuat peta konsep pada pertemuan ini sedikit lebih singkat dibandingkan pertemuan ke-6. Siswa sangat menikmati proses pembuatan peta konsep.

Pada pertemuan ke-8, siswa diberikan latihan lagi yang berbasis pengorganisasian konsep yaitu soal mengenai hubungan konsep secara linier. Sebelum diberikan soal, siswa masih diberi sedikit penjelasan materi indikator asam-basa untuk menambah pemahamannya. Pemahaman siswa semakin membaik dibandingkan dengan pertemuan-pertemuan sebelumnya. Siswa mengerjakan soal latihan secara berkelompok. Keaktifan siswa pada pertemuan ini juga meningkat. Hal tersebut terlihat dari siswa yang selalu merespon arah guru dan lebih banyak bertanya secara mandiri kepada guru terkait materi yang sedang dipelajari.

(65)

50

mengkaitkan konsep satu dengan yang lain secara linier pada setiap pertemuan cukup meningkat dari pertemuan sebelumnya, meskipun sampai di akhir proses pembelajaran ketika siswa diminta untuk membuat peta konsep linier masih mengalami sedikit kesulitan.

c) Perbandingan Penerapan Pendekatan Pembelajaran Sistemik dan Pengorganisasian Konsep ditinjau dari Kemampuan Berpikir Analitis dan Prestasi Belajar Kimia Siswa

Kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar kimia siswa diukur satu kali, yakni setelah kegiatan pembelajaran materi asam-basa selesai dilaksanakan. Data hasil pengukuran kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar kimia siswa dianalisis menggunakan uji Mankova. Signifikansi pada hasil uji Mankova sebesar 0,881 > 0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar kimia antara siswa yang mengikuti pembelajaran kimia dengan pendekatan sistemik dan pendekatan pengorganisasian konsep.

Jika dilihat dari nilai rata-rata kemampuan berpikir analitis kimia siswa pada kelas pendekatan sistemik dan kelas pengorganisasian konsep memberikan selisih yang tidak cukup besar yaitu 6,16. Rata-rata nilai kemampuan berpikir analitis kelas sistemik sebesar 65,08 dan pada kelas pengorganisasian konsep sebesar 58,92.

Gambar

Gambar 1. Hubungan Konsep-Konsep Pendekatan Pembelajaran Sistemik (Fahmy & Lagowski, 1999)
Gambar 2. Diagram perbedaan antara representasi linear konsep (2a) dan sistemik konsep (2b)
Gambar 4. Contoh peta konsep linier asam-basa
Tabel 1. Desain Penelitian Nonequivalent Control Group
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perubahan Estimasi Akuntansi.. Sepanjang perubahan estimasi akuntansi mengakibatkan perubahan aset dan laibilitas, atau terkait dengan suatu item ekuitas, perubahan estimasi

X, dengan demikian dapat dikatakan bahwa penentuan target yang dibebankan kepada dua operator utama penjahitan obras upper sepatu Kolonel sudah cukup tepat, dan

powers ) seperti ini, sebagaimana yang diidealkan oleh Montesquieu dalam trias politica , banyak para ahli menganggap tidak relevan lagi untuk diterapkan, khususnya

Budaya organisasi juga bisa dijadikan sebagai identitas suatu organisasi sehingga organisasi tersebut memiliki perbedaan dengan organisasi yang lain baik dalam hal pencapaian

[r]

Penarikan kesimpulan merupakan hasil penelitian yang menjawab fokus penelitian berdasarkan analisis data. Simpulan disajikan dalam bentuk deskriptif objek penelitian

Menteri mengumumkan laporan hasil Audit Lingkungan Hidup melalui multimedia sesuai format dalam Lampiran II dalam. Peraturan

“pengaruh pengalaman merek terhadap kepribadian merek dan dampaknya pada loyalitas merek, kepercayaan merek, keterikatan merek, dan komitmen merek pada pengguna Iphone di