• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL

ANALISIS PERILAKU STREAMING ILEGAL DALAM MENYAKSIKAN PERTANDINGAN SEPAK BOLA ENGLISH PREMIER LEAGUE (EPL) (Studi Kualitatif Dengan Theory of Planned Behavior Terhadap Mahasiswa

Penggemar EPL di Kota Solo)

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Oleh:

Bernard Titan Wiratama NIM. D0217023

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2022

(2)

ANALISIS PERILAKU STREAMING ILEGAL DALAM MENYAKSIKAN PERTANDINGAN SEPAK BOLA ENGLISH PREMIER LEAGUE (EPL) (Studi Kualitatif Dengan Theory of Planned Behavior Terhadap Mahasiswa

Penggemar EPL di Kota Solo)

Bernard Titan Wiratama Mahfud Anshori

Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret

Abstract

Indonesian people have a habit of watching English Premier League (EPL) football matches for free on national television. In fact, currently, almost all other countries require their viewers to pay for the EPL broadcasts they watch. This policy ultimately has a negative impact along with the emergence of paid EPL broadcasters in Indonesia. The number of EPL matches that are getting less and less on television, paid EPL broadcasts, plus more and more and more accessible broadcasts of illegal EPL matches, have finally encouraged many EPL fans in Indonesia to stream EPL illegally.

This study aims to find out what really affects the occurrence of illegal EPL streaming, and to prove whether it is true that the policy of free EPL broadcasts on national television and a sense of fanaticism can encourage a fan to stream EPL illegally.

This research is a qualitative study with the Theory of Planned Behavior as a guide. The research was conducted in September-November 2021, by conducting face-to-face and online interviews with six students who are EPL fans from Solo. The six sources were taken by purposive sampling.

This study found that half of the respondents showed an attitude toward the behavior, subjective norms, and perceived behavioral control that supported the occurrence of illegal EPL streaming behavior, while the other half did not make EPL illegal streaming a behavior. What makes the difference between the two behaviors is their financial condition and the type of fanaticism they have. The act of illegal streaming is being normalized by half of the respondents even though they already know that the qualities of illegal streaming are lacking and they are aware that their actions are wrong and could potentially harm many parties. The biggest contributing factors are financial conditions and negative fanaticism. As for fans who decide to stop streaming illegal EPL, various shortcomings of illegal streaming media, positive fanaticism, and the cheap price of Mola Tv are factors that encourage them to forget about free illegal EPL broadcasts.

Keywords: Theory of Planned Behavior, Soccer, English Premier League, Illegal Streaming

(3)

A. Pendahuluan

Indonesia sudah menyiarkan pertandingan sepak bola liga Inggris atau English Premier League (EPL) melalui media televisi nasional sejak tahun 1990 (Ramadhan, 2019). Pada awalnya, siaran EPL memang dimonopoli oleh televisi nasional sehingga penggemar EPL di Indonesia hanya bisa mengandalkan media tersebut ketika ingin menyaksikan EPL. Meskipun dapat disaksikan secara gratis, penonton EPL di Indonesia saat itu tidak memiliki kontrol atas pertandingan EPL, karena mereka hanya bisa berpasrah menyaksikan pertandingan EPL apapun yang disiarkan di tv nasional, dan tidak bisa menyaksikan EPL ketika pertandingannya tidak disiarkan oleh televisi nasional. Untungnya, sekarang ini telah muncul media lain yang bisa digunakan untuk menyaksikan pertandingan EPL, salah satunya adalah media streaming berbayar Mola Tv. Di Mola Tv, karena mereka memegang hak siar EPL yang lengkap dan resmi, penontonnya memiliki kontrol penuh atas pertandingan EPL yang ingin mereka saksikan dan bisa menyaksikan pertandingan EPL secara lengkap dan legal. Meski begitu, penulis melihat bahwa saat ini penggemar EPL di Indonesia sedang mengalami dilema antara ingin terus menyaksikan EPL secara gratis atau mendapatkan siaran EPL yang lengkap tapi harus membayar. Pada akhirnya, banyak dari penggemar EPL di Indonesia yang tidak memilih keduanya, melainkan memilih media streaming ilegal sebagai solusinya. Hal ini ditunjukkan dari survei PanditFootball.com, yang menyebutkan bahwa 32,1% dari 3600 responden masih menyaksikan pertandingan EPL melalui media streaming ilegal, dengan faktor keuangan sebagai alasan terbesarnya (Glenniza, 2019). Jika melihat pada tahun diadakannya survei tersebut yaitu tahun 2019, maka tak heran banyak penggemar EPL yang mengeluhkan mahalnya harga Mola Tv. Di tahun 2019, Mola Tv memang mewajibkan penontonnya untuk membayar sekitar Rp 1.000.000,00 karena harus membeli perangkat baru dari Mola yaitu Set Top Box (STB) untuk bisa menyaksikan EPL dari media tersebut.

Sedangkan saat ini Mola Tv telah memberikan penawaran harga yang lebih murah, yaitu Rp 50.000,00 untuk per bulannya, hingga Rp 300.000,00 untuk satu musim EPL. Paket satu musim EPL tersebut juga sudah bisa diakses melalui

(4)

perangkat media apapun (smartphone, Portable Computer (PC), dan Smart Tv) dan pelanggannya tak lagi dituntut untuk membeli perangkat dari Mola Tv lagi.

Oleh karena itu, penelitian ini ingin melihat apakah benar di tahun 2021, banyaknya penggemar EPL di Indonesia yang melakukan streaming ilegal EPL masih disebabkan oleh faktor harga dan kondisi keuangan atau tidak. Penulis sendiri melihat bahwa ada beberapa pengaruh lain yang bisa membuat penggemar EPL untuk menggunakan media streaming ilegal. Mulai dari semakin sedikitnya siaran EPL di televisi nasional, di mana di SCTV yang merupakan pemegang hak siar EPL di televisi nasional saat ini, hanya menyiarkan 1-2 pertandingan saja di setiap gameweek-nya. Kemudian ada juga pengaruh dari terpaan media televisi nasional, yang telah puluhan tahun menyiarkan EPL secara gratis. Kebijakan tersebut bisa saja membentuk mindset hingga perilaku dari banyak penggemar EPL di Indonesia untuk menganggap bahwa pertandingan EPL sudah sepantasnya disaksikan secara gratis. Pernyataan ini juga didukung oleh hasil survei PanditFootball.com, yang menyatakan mayoritas penonton di Indonesia (52,7%) masih mengandalkan televisi free to air untuk nonton EPL. Terakhir, penulis juga melihat adanya pengaruh dari tingkat fanatisme seorang penggemar terhadap klub EPL yang didukungnya. Karena semakin fanatik seorang penggemar, maka ia tentu berusaha untuk selalu menyaksikan pertandingan klub favoritnya di EPL, tanpa peduli legal atau ilegalnya media yang digunakan. Melalui teori Theory of Planned Behavior (TPB) yang dicetuskan oleh Icek Ajzen, penelitian ini ingin melihat faktor apa yang sebenarnya paling mempengaruhi terbentuknya preferensi media mahasiswa penggemar EPL di kota Solo, khususnya penggemar yang memiliki perilaku menyaksikan EPL melalui media streaming ilegal. Karena dengan TPB, penulis dapat mengetahui perilaku mahasiswa penggemar EPL di kota Solo dalam menyaksikan EPL, dan memprediksi penggemar EPL seperti apa yang berpeluang untuk memiliki perilaku streaming ilegal.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses terbentuknya perilaku mahasiswa penggemar EPL di kota Solo dalam menyaksikan pertandingan EPL jika dianalisis dengan teori Theory of Planned Behavior?

(5)

2. Apakah media televisi nasional dengan kebijakan siaran EPL gratisnya dapat mempengaruhi perilaku mahasiswa penggemar EPL di kota Solo dalam memilih media untuk menyaksikan EPL?

3. Apakah tingkat fanatisme seorang penggemar turut mendorong mereka untuk menyaksikan EPL melalui media streaming ilegal?

C. Tinjauan Pustaka

1. Theory of Planned Behavior (TPB)

Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan teori yang dicetuskan oleh Icek Ajzen yang mulai dikembangkan pada tahun 1980 untuk menjawab dan memprediksi intensi individu dalam berperilaku pada waktu dan tempat yang spesifik (Ajzen, 1991). TPB menyatakan bahwa perilaku terencana tercipta karena adanya intensi untuk melakukan perilaku atau disebut sebagai behavioral intention. Intensi tersebut dipengaruhi oleh tiga konstruk yang disebut Attitude toward the behavior, Subjective norms, dan Perceived behavioral control. Attitude toward the behavior merupakan kepercayaan seseorang dan penilaiannya terhadap suatu perilaku. Dalam konstruk inilah seseorang menunjukkan pandangannya terhadap seberapa menguntungkan atau merugikannya suatu perilaku (LaMorte, 2019). Subjective norms merupakan persepsi seseorang mengenai tekanan sosial (social pressure) yang dirasakannya, dalam melakukan suatu perilaku. Tekanan sosial ini biasanya datang dari social referent atau orang-orang yang dianggap penting dan berpengaruh bagi individu. Bisa dari keluarga, sahabat, rekan kerja, hingga teman sesama penggemar sepak bola. Konstruk kedua ini menunjukkan ketika seseorang ingin melakukan perilaku tertentu, maka dia terlebih dahulu akan berpikir apakah perilakunya akan diterima orang-orang di sekitarnya atau tidak. Semakin social referent-nya mendukung suatu perilaku, maka akan semakin memungkinkan individu untuk melakukan perilaku tersebut juga, dan begitu pula sebaliknya (LaMorte, 2019). Konstruk yang ketiga merupakan Perceived behavioral control, yang menunjukkan persepsi seseorang mengenai seberapa mudah atau sulitnya melakukan suatu perilaku (LaMorte, 2019).

(6)

Setiap konstruk tersebut tercipta karena keyakinan seseorang (beliefs). Attitude toward the behavior seseorang terbentuk dari behavioral beliefs, yaitu keyakinannya mengenai baik buruknya melakukan suatu perilaku, dan konsekuensi dari melakukan perilaku tersebut. Keyakinan yang kedua merupakan normative beliefs yang menunjukkan keyakinan seseorang terhadap ekspektasi orang lain di sekitarnya untuk melakukan suatu perilaku.

Keyakinan ini mempengaruhi konstruk Subjective norms. Keyakinan yang terakhir adalah control beliefs yang membentuk konstruk Perceived control behavior, yaitu keyakinan seseorang mengenai faktor pendukung dan penghambat apa saja yang dirasakannya dalam melakukan suatu perilaku.

2. Preferensi Media

Preferensi media dapat diartikan sebagai media atau sarana yang paling diutamakan untuk menyaksikan pertandingan sepak bola secara live (langsung). Setiap penonton termasuk penggemar sepak bola memiliki hak dan pilihan mengenai media apa yang akan mereka gunakan untuk menyaksikan pertandingan sepak bola. Tentunya, setiap penggemar sepak bola akan memiliki preferensi media yang berbeda-beda, dan akan dipengaruhi oleh berbagai faktor serta pertimbangan sebelum mereka akhirnya menjatuhkan pilihan pada media yang akan mereka saksikan.

Berbagai media yang bisa dipilih oleh penggemar sepak bola EPL di Indonesia antara lain televisi nasional, tv kabel, media streaming, hingga media streaming ilegal. Namun untuk saat ini siaran EPL di Indonesia hanya bisa disaksikan secara legal melalui saluran televisi nasional SCTV dan media streaming berbayar Mola Tv. Sedangkan untuk media streaming ilegalnya bisa diakses melalui browser, Youtube, dan sosial media seperti Twitter, Telegram, Facebook, hingga Instagram.

3. Streaming Ilegal

Streaming ilegal dalam penelitian ini merupakan sebuah aktivitas yang dilakukan oleh penggemar EPL untuk menyaksikan pertandingan sepak bola EPL dalam waktu real time, dengan menggunakan internet dan media baru, namun dalam cara yang melanggar hukum. Streaming yang dilakukan

(7)

menjadi ilegal karena aktivitas streaming-nya tidak melalui media yang secara sah memegang hak siar pertandingan sepak bola, dan malah disaksikan melalui pihak-pihak pembajak siaran pertandingan sepak bola resmi.

Tindakan streaming ilegal EPL saat ini bisa dilakukan semakin mudah dengan semakin berkembangnya fitur-fitur di sosial media. Dahulu, jika ingin melakukan streaming ilegal EPL atau kompetisi sepak bola lainnya, hanya bisa dilakukan melalui browser, dan proses untuk menemukan link website yang bisa digunakan cukup rumit dan sulit. Sedangkan sekarang, karena banyak sosial media yang sudah dilengkapi dengan fitur live streaming, menyiarkan dan menyaksikan streaming ilegal EPL menjadi semakin praktis dan mudah. Tak heran apabila siaran streaming ilegal EPL sekarang ini semakin banyak ditemui di sosial media. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, streaming ilegal EPL saat ini bisa dilakukan melalui website atau sosial media seperti Twitter, Facebook, dan Telegram. Ketika melakukan tindakan streaming ilegal EPL, maka pelakunya telah merugikan pemegang hak siar EPL, melanggar hukum, dan merugikan liga EPL termasuk klub-klub yang bertanding di EPL tersebut. Streaming ilegal EPL akan sangat merugikan klub-klub di EPL karena pendapatan hak siar EPL merupakan salah satu sumber pemasukan terbesar mereka. Hal ini didukung oleh temuan dari Jurnal Analisis Kinerja Keuangan Pada Klub Sepak Bola, yang menjelaskan bahwa berdasarkan laporan keuangan tahun 2007-2011 dua klub EPL yaitu Tottenham Hotspur dan Everton, sumber pendapatan terbesar kedua klub tersebut berasal dari hak siar EPL di televisi (Pranata, 2014).

4. Penggemar Sepak Bola

Istilah penggemar sepak bola dalam penelitian ini mengacu pada seseorang yang memiliki ketertarikan, minat, obsesi, dan ikatan dengan dunia sepak bola. Seorang penggemar sepak bola akan memiliki informasi serta pengetahuan yang luas dan mendalam tentang sepak bola, oleh karena itu mereka akan dengan mudah dapat berbicara panjang lebar mengenai sepak bola. Menjadi penggemar sepak bola juga berarti orang tersebut menuangkan emosinya terhadap sepak bola, maka tak jarang jika beberapa orang

(8)

penggemar mengaku bahwa dunia sepak bola turut membentuk kepribadiannya. Ketika seorang penggemar tak hanya melakukan aktivitas penggemarnya seorang diri melainkan melakukannya secara komunal, maka mereka telah menciptakan sebuah fandom. Mengacu pada Mark Duffett, fandom memiliki arti sekumpulan penggemar yang memiliki kegemaran dan ketertarikan yang sama, serta melakukan aktivitasnya bersama-sama (Duffett, 2013). Di Indonesia sendiri, penonton sepak bola terutama EPL banyak tersebar ke dalam berbagai fandom dan merupakan penggemar sepak bola garis keras. Sebut saja United Indonesia, Big Reds Indonesia, Gooners Indonesia, dan MCSC Indonesia yang merupakan beberapa fandom sepak bola besar dan resmi di Indonesia.

5. Sepak Bola

Sepak bola merupakan salah satu cabang olahraga yang menggunakan bola, dimainkan dengan menggunakan kaki utamanya dan seluruh anggota tubuh lainnya kecuali tangan, hanya pemain dengan posisi penjaga gawang yang diperbolehkan menggunakan tangan di area kotak penalti, dan sepak bola dimainkan oleh dua tim yang masing-masing beranggotakan sebelas orang pemain. Dalam waktu dua kali 45 menit, para pemain berusaha memasukkan bola ke gawang lawannya, dan tim dengan jumlah gol lebih banyaklah yang keluar sebagai pemenang (Encyclopedia Britannica, 2021). Dalam sepak bola dikenal istilah season atau musim, istilah tersebut menandakan sebuah rangkaian panjang liga sepak bola. Semusim dalam liga sepak bola biasanya akan berjalan selama kurang lebih setahun, dengan beberapa klub sepak bola yang tergabung di dalamnya, dan klub tersebut akan saling bertanding satu sama lain sesuai jadwal. Contoh musim dalam EPL adalah musim 2021/2022 di mana pertandingan akan diawali pada tanggal 14 Agustus 2021 dan berakhir 22 Mei 2022. Setiap kemenangan yang diraih dalam liga akan memperoleh 3 poin, imbang 1 poin, dan kalah 0 poin. Karena dalam liga sepak bola akan terdapat banyak tim, maka tim yang memperoleh jumlah akumulasi poin terbanyak yang akan menjadi juara. Jika ada dua atau lebih liga di dalam suatu negara, maka akan ada sistem kasta dan degradasi. Tim yang berada di

(9)

posisi terakhir klasemen akan mengalami degradasi dan turun kasta ke liga di bawahnya.

6. Liga Inggris atau English Premier League (EPL)

Liga Inggris adalah liga dengan kasta tertinggi dalam sistem liga sepak bola di negara Inggris yang diciptakan pada 20 Februari 1992 dengan nama awal FA Premier League (The Guardian, 2002). Sebagai sebuah kompetisi yang dijalankan di negara Inggris, EPL berada di bawah pengawasan asosiasi sepak bola tertinggi di Inggris, yaitu The Football Association (FA). Dalam liga inggris terdapat 20 klub sebagai peserta, dan dalam liga ini diterapkan sistem promosi dan degradasi. Tiga klub terbawah dalam klasemen liga Inggris akan terdegradasi ke liga di bawahnya yaitu liga English Football League (EFL) Champioship, begitu pun sebaliknya tiga klub terbaik dari EFL akan promosi ke EPL di akhir musimnya. Kompetisi EPL berjalan setiap tahunnya dengan sebutan season atau musim, di mana setiap musim biasanya dimulai di bulan Agustus dan berakhir bulan Mei. Setiap klub di EPL akan menjalankan 38 pertandingan, dengan sistem 19 pertandingan dilakukan di stadion markas klub (kandang) dan 19 pertandingan sisanya diadakan di stadion markas klub yang akan dilawan (tandang).

D. Metodologi

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa dan kejadian yang terjadi pada saat sekarang di mana peneliti berusaha memotret peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian untuk kemudian digambarkan sebagaimana adanya (Sudjana dan Ibrahim, 1989). Sedangkan yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif, proses dan makna (perspektif subjek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif (Rahmat, 2009).

Sampel dari penelitian ini diambil menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria berdomisili di Solo, mahasiswa aktif, rutin menyaksikan EPL, mendukung klub sepak bola di EPL, sudah menyaksikan pertandingan EPL selama paling tidak 5 tahun, pernah dan cukup sering menyaksikan EPL melalui

(10)

televisi nasional, dan sering menyaksikan pertandingan sepak bola melalui media streaming ilegal. Data dikumpulkan dengan metode wawancara, dan dianalisis dengan model analisis data Miles dan Huberman.

E. Hasil dan Pembahasan

1. Attitude Toward the Behavior

Semua narasumber sepakat bahwa media streaming ilegal memang memiliki beberapa kelebihan seperti siaran EPL-nya yang bisa dinikmati secara gratis, pilihan pertandingan EPL yang cukup lengkap dan adanya kebebasan dari penonton untuk memilih pertandingan EPL yang ingin disaksikan. Dengan media streaming ilegal, mereka bisa menyaksikan pertandingan EPL yang tidak disiarkan di televisi nasional, tanpa perlu membayar biaya berlangganan dan cukup bermodalkan koneksi internet saja.

Adit, Haikal, dan Ado, menjadi tiga orang narasumber yang menunjukkan attitude toward the behavior-nya mendukung perilaku streaming ilegal EPL.

Hal ini ditunjukkan dengan sikap mereka yang menganggap bahwa media streaming ilegal masih layak dan cukup nyaman digunakan. Mereka juga menambahkan beberapa kelebihan lainnya dari media streaming ilegal, seperti kemudahan akses, kepraktisan, dan kualitas siarannya yang sudah cukup baik.

Artinya, mereka merasa menyaksikan EPL melalui media streaming ilegal lebih menguntungkan daripada melalui televisi nasional atau Mola Tv.

Di sisi lain, tiga narasumber lainnya merasa bahwa media streaming ilegal jauh lebih banyak kekurangannya daripada kelebihannya. Meskipun mereka bisa menyaksikan pertandingan EPL yang mereka inginkan secara gratis, mereka tidak mendapatkan kepuasan dan justru merasa tidak nyaman.

Penyebabnya adalah karena siarannya yang tidak lancar dan sering terputus di tengah-tengah pertandingan, harus sering berganti-ganti link streaming ilegal, serta sering kehilangan momen-momen penting dalam pertandingan.

Beberapa narasumber juga menyatakan bahwa kualitas siaran, gambar, suara, dan komentator dari media streaming ilegal belum sebaik media-media yang legal.

(11)

Dalam menyaksikan EPL melalui streaming ilegal, semua narasumber sebenarnya sadar dan tahu atas konsekuensi yang mereka hadapi. Konsekuensi yang paling mereka rasakan yaitu siaran EPL yang diblokir di tengah-tengah berjalannya pertandingan, dan menimbulkan kerugian bagi berbagai pihak (pemegang hak siar EPL dan klub-klub peserta EPL). Beberapa narasumber menambahkan konsekuensi lain seperti menimbulkan amarah, menurunkan niat untuk menyaksikan EPL, melanggar hukum, hingga smartphone atau komputernya terkena virus.

Ada perbedaan sikap dan keputusan akhir yang diambil oleh keenam narasumber dalam penelitian ini. Semua narasumber sebenarnya telah menyadari bahwa menyaksikan EPL melalui media streaming ilegal merupakan tindakan yang salah, namun hanya setengahnya yang mau berhenti melakukan tindakan tersebut. Setengahnya lagi memilih untuk tetap melanjutkan streaming ilegal EPL karena merasa tindakannya bukan merupakan permasalahan besar, dan masih wajar-wajar saja dilakukan.

Mereka juga menilai bahwa tindakan streaming ilegal EPL akan terus ada selama jumlah siaran EPL di televisi nasional masih sedikit, karena jumlah penggemar EPL di Indonesia sangat banyak jumlahnya, dan tidak semuanya mampu membayar biaya berlangganan Mola Tv yang cukup mahal bagi beberapa kalangan. Ini menunjukkan bahwa attitude toward the behavior mereka masih menilai positif perilaku streaming ilegal EPL. Sedangkan bagi narasumber yang memilih untuk berhenti, attitude toward the behavior mereka tidak mendukung terjadinya perilaku streaming ilegal EPL, karena mereka menilai streaming ilegal merupakan tindakan yang sangat salah dan tidak seharusnya dilakukan oleh penggemar EPL. Mereka juga menyatakan meskipun bisa menikmati berbagai pertandingan EPL secara gratis di media streaming ilegal, mereka tidak bisa menikmati kualitas siarannya yang masih kurang memuaskan, dan proses mencari siarannya yang terlalu rumit.

Akhirnya, mereka memilih untuk beralih ke media streaming yang legal dan berbayar, yaitu Mola Tv.

2. Subjective Norms

(12)

Hampir seluruh narasumber merasakan adanya dukungan dari orang- orang di sekitarnya (social referent) untuk menyaksikan EPL melalui streaming ilegal. Mereka melihat bahwa masyarakat di Indonesia, termasuk orang-orang yang dianggap penting di sekitar mereka, memang masih sering menggunakan media streaming ilegal untuk menyaksikan EPL. Berdasarkan pengamatan mereka, kebanyakan masyarakat Indonesia memang masih mewajarkan tindakan streaming ilegal EPL, karena mereka menolak siaran EPL menjadi berbayar, dan merasa EPL sudah sepatutnya disaksikan secara gratis. Dukungan tersebut datang dari teman dekat dan sesama penggemar EPL. Selain itu, ada juga yang mendapatkan dukungan dari sahabat, teman kuliah atau tetangga kos.

Meskipun beberapa narasumber mengaku tidak ada satu pun orang di sekitarnya yang menentang streaming ilegal EPL, beberapa narasumber merasakan adanya ketidaksetujuan terhadap streaming ilegal EPL dari komunitas penggemar EPL (fandom), influencer dan media yang diikutinya di media sosial. Bentuk ketidaksetujuan mereka biasanya ditunjukkan dengan menggunakan media yang legal saja untuk menyaksikan pertandingan EPL, serta mengajak dan meningkatkan kesadaran penggemar EPL lainnya untuk berhenti streaming ilegal. Narasumber yang social referent-nya menolak streaming ilegal EPL, pada akhirnya turut berhenti melakukan streaming ilegal EPL, dan memilih untuk menyaksikan EPL melalui Mola Tv.

3. Perceived Behavioral Control

Ada banyak faktor yang mendukung narasumber dalam menyaksikan EPL melalui media streaming ilegal. Faktor-faktor yang dirasa paling mempengaruhi adalah karena jumlah pertandingan EPL yang disiarkan oleh televisi nasional saat ini semakin sedikit, tepatnya hanya 1-2 pertandingan saja di setiap gameweek, dan pertandingan yang disiarkan selalu pukul 22:00 WIB ke atas. Akhirnya, media streaming ilegal yang bisa menyajikan pertandingan EPL dengan cukup lengkap dan gratis, menjadi solusi bagi penggemar EPL di Indonesia yang merasa dirugikan oleh kebijakan siaran EPL di televisi nasional. Faktor yang kedua adalah karena terpengaruh kebijakan siaran EPL

(13)

yang gratis di televisi nasional. Akibat menyaksikan EPL melalui televisi nasional selama bertahun-tahun, mereka terbiasa menyaksikan pertandingan EPL secara gratis, dan merasa kaget serta kesulitan untuk beradaptasi ketika akhirnya di Indonesia sebagian besar pertandingan EPL hanya bisa diakses secara berbayar.

Faktor yang ketiga adalah rasa fanatisme negatif, karena dengan memiliki perasaan tersebut, seorang penggemar EPL akan terdorong untuk menyaksikan semua pertandingan EPL klub dukungannya, tanpa memedulikan legal atau ilegalnya cara yang digunakan. Rasa tidak ingin ketinggalan pertandingan klub dukungannya, akan mengalahkan rasa bersalahnya, dan mengabaikan ketidakmampuannya untuk membayar biaya media streaming yang legal. Hal ini berhubungan juga dengan faktor pendukung yang keempat, yaitu kondisi keuangan yang belum mencukupi.

Bagi kalangan mahasiswa yang sebagian besar belum memiliki penghasilan tetap, mengeluarkan biaya tiga ratus ribu rupiah untuk menyaksikan EPL memang masih cukup berat. Meski sudah memiliki keinginan untuk beralih ke media streaming yang legal, sudah menyadari bahwa harga yang ditawarkan sudah cukup murah jika dibandingkan dengan pemegang hak siar EPL sebelum-sebelumnya, dan sudah menganggap bahwa berlangganan Mola Tv worth it, faktor keuangan masih membuat mereka terpaksa mengurungkan niatnya. Mereka masih menganggap bahwa berlangganan media streaming EPL merupakan kebutuhan tersier, dan uang yang dimiliki masih bisa dialokasikan untuk keperluan-keperluan lainnya. Faktor keempat inilah yang paling mendorong ketiga narasumber yang masih menyaksikan EPL melalui media streaming ilegal.

Semua narasumber juga menyadari bahwa karena media streaming ilegal gratis dan ilegal, banyak kekurangan yang dirasakan. Kekurangan yang dirasakan oleh penggemar EPL dari media streaming ilegal antara lain siarannya yang tidak lancar, sering terblokir di tengah-tengah siaran, ada delay, kualitas gambarnya tidak jernih, dan sering kali komentatornya bukan bahasa Inggris. Selain kekurangan dari media itu sendiri, ada beberapa faktor

(14)

lain yang menghambat mereka untuk mau menyaksikan EPL melalui streaming ilegal. Mulai dari kesadaran bahwa siaran EPL tidak gratis dan pentingnya hak siar EPL bagi klub-klub di EPL, menyadari bahwa tindakan tersebut bisa merugikan banyak pihak dan melanggar hukum, hingga adanya sifat fanatisme positif. Ketika seorang penggemar EPL memiliki fanatisme positif, maka penggemar tersebut akan menunjukkan dukungannya terhadap klub favoritnya dengan tidak hanya menyaksikan pertandingan EPL sebanyak-banyaknya, melainkan juga memastikan cara yang digunakan legal agar bisa berkontribusi terhadap pemasukan klub. Penggemar dengan sifat ini bahkan sangat menentang perilaku streaming ilegal EPL dan orang-orang yang melakukannya.

Adit, Haikal, dan Ado menunjukkan perceived behavioral control yang lebih merasakan adanya dukungan dan pengaruh untuk melakukan streaming ilegal EPL. Mereka tidak terlalu merasakan adanya hambatan atau pengaruh yang cukup signifikan untuk membuat mereka berhenti melakukan streaming ilegal EPL. Sedangkan tiga narasumber lainnya memilih untuk berhenti melakukan streaming ilegal, karena merasakan banyak hambatan dan ketidakpuasan saat menyaksikan EPL melalui media streaming ilegal, Mereka juga lebih banyak mendapatkan pengaruh yang mendorong untuk berhenti dan beralih menyaksikan EPL menggunakan Mola Tv.

4. Kesimpulan

Ditemukan bahwa semua mahasiswa penggemar English Premier League (EPL) di kota Solo pernah dan cukup sering menyaksikan pertandingan sepak bola EPL melalui media streaming ilegal. Namun, ada dua perilaku yang berbeda, yaitu mahasiswa yang sampai sekarang masih melakukan streaming ilegal EPL hingga menjadikannya sebagai perilaku, dan mahasiswa yang merasa tidak cocok dengan streaming ilegal EPL hingga akhirnya memilih untuk berhenti dan beralih ke media streaming legal berbayar Mola Tv untuk menyaksikan EPL.

Faktor-faktor yang paling mempengaruhi narasumber dalam melakukan streaming ilegal EPL adalah (1) gratis dan lengkapnya siaran EPL dalam media streaming ilegal, (2) kebijakan siaran EPL yang gratis di televisi nasional, (3)

(15)

kondisi keuangan, dan (4) fanatisme negatif. Kondisi keuangan menjadi faktor yang paling menentukan, karena meskipun seorang penggemar sudah menyadari tindakannya salah, merasakan banyak kekurangan serta hambatan, dan sudah memiliki niat untuk berhenti, jika belum memiliki cukup uang untuk berlangganan media streaming EPL yang legal, maka ia tetap belum bisa berhenti.

Semua narasumber terpengaruh kebijakan siaran EPL gratis di media televisi nasional karena mereka mendapatkan terpaan media yang tinggi. Mereka sempat menganggap bahwa pertandingan EPL memang sudah sewajarnya disiarkan secara gratis, dan hal tersebut mendorong mereka untuk menolak siaran EPL yang berbayar di Indonesia. Mereka merasa bahwa EPL seharusnya menjadi hiburan yang bisa dinikmati oleh semua kalangan. Karena ketergantungan terhadap siaran EPL yang gratis, mereka semua akhirnya beralih menggunakan media streaming ilegal ketika media televisi nasional tak lagi bisa memenuhi kebutuhan menyaksikan EPL mereka. Niat mereka untuk melakukan streaming ilegal EPL juga semakin terdorong ketika mengetahui bahwa saat ini aksesnya telah semakin banyak dan mudah.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa fanatisme bisa sangat mempengaruhi seorang penggemar EPL untuk melakukan streaming ilegal EPL.

Dalam penelitian ini, fanatisme seorang penggemar EPL dibagi menjadi dua jenis.

Fanatisme yang pertama yaitu fanatisme yang mendorong penggemar untuk menghargai kerja keras dari klub sepak bola dukungannya, sehingga memilih untuk menyaksikan EPL melalui media yang legal agar bisa berkontribusi terhadap keuangan klub kesukaannya. Sedangkan jenis fanatisme yang kedua adalah, fanatisme yang buta atau fanatisme negatif. Yaitu ingin menyaksikan seluruh pertandingan EPL klub dukungannya, tapi menghalalkan segala cara untuk mewujudkannya. Fanatisme inilah yang mendorong seorang penggemar EPL untuk melakukan streaming ilegal EPL.

(16)

Daftar Pustaka

Ajzen, I. (1991). The Theory of Planned Behavior. Organizational Behavior and Human Decision Processes 50, 179-211.

Duffett, M. (2013). Understanding Fandom: an Introduction to the Study of Media Fan Culture. New York: Bloomsbury.

Encyclopedia Britannica. (2021, Juli 22). Football. Diambil kembali dari Britannica: https://www.britannica.com/sports/football-soccer

Glenniza, D. (2017, Juli 27). Agar Tidak Salah Kaprah Tentang Liga Kompetitif.

Diambil kembali dari Pandit Football:

https://www.panditfootball.com/klasik/209410/DGA/170727/agar-tidak- salah-kaprah-tentang-liga-kompetitif

Glenniza, D. (2019, Agustus 21). Cara Baru Menyaksikan Liga Inggris yang Ribet dan Mahal (?). Diambil kembali dari PanditFootball.com:

https://www.panditfootball.com/sains-bola/212888/RDK/190821/cara- baru-menyaksikan-liga-inggris-yang-ribet-dan-mahal

LaMorte, W. W. (2019, September 9). The Theory of Planned Behavior. Diambil kembali dari Boston University School of Public Health:

http://sphweb.bumc.bu.edu/otlt/MPH-

Modules/SB/BehavioralChangeTheories/BehavioralChangeTheories3.ht ml#:~:text=The%20Theory%20of%20Planned%20Behavior,ability%20t o%20exert%20self%2Dcontrol.

Pranata, E. C. (2014). ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA KLUB SEPAK BOLA (STUDI KASUS PADA ARSENAL, TOTTENHAM, HOTSPUR DAN EVERTON). Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 41-70.

Rahmat, P. S. (2009). Penelitian Kualitatif. Equilibrum, 1.

Ramadhan. (2019, Agustus 9). Sejarah Penayangan Liga Inggris di Indonesia.

Diambil kembali dari Asumsi: https://asumsi.co/post/sejarah- penayangan-liga-inggris-di-indonesia

Sudjana, N., & Ibrahim. (1989). Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Bandung:

Sinar Baru.

The Guardian. (2002, Januari 6). United (versus Liverpool) Nations. Diambil kembali dari The Observer:

https://www.theguardian.com/observer/osm/story/0,,626773,00.html

Referensi

Dokumen terkait

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS ARSITEKTUR DAN DESAIN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA..

Hasil perhitungan cadangan hidrokarbon dengan metode Probability menunjukkan bahwa daerah penelitian ini memiliki estimasi cadangan hidrokarbon yang cukup

Pertukaran gas ini meliputi: 1) Pengangkutan Oksigen.. Oksigen yang berdifusi dari elveoli ke darah kapiler paru akan diangkat ke seluruh tubuh melalui interaksi kerja

Dari beberapa indikator motivasi mahasiswa ingin menjadi wirausaha, karena memiliki kompensasi finansial yang tinggi, memiliki kompensasi finansial yang dapat

Tujuan penelitian dan pengembangan ini adalah untuk: 1 mengetahui proses penyusunan media pembelajaran PENA puzzle nusantara materi keberagaman budaya dalam meningkatkan hasil

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar dan berharap dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik dalam mata

Paling tidak yang dapat kita lakukan dalam menetapkan validitas suatu instrumen pengukuran adalah menghasilkan derajat yang tinggi dari kedekatan data yang diperoleh

Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa: Terdapat tanggap pertumbuhan dan hasil kacang tanah ( Arachis Hypogeae L) berdasarkan variasi pola