Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya
Oleh:
Dian Tri Astuti RM
Direktorat Keterpaduan Infrastruktur Permukiman
Jakarta, 23 Mei 2017
PENYIAPAN KEGIATAN RSID UNTUK
DIBIAYAI MELALUI PINJAMAN LUAR NEGERI
2
OUTLINE
Bagian I
Kebijakan dan Strategi
Direktorat Jenderal Cipta Karya Tahun 2015 – 2019
Bagian II
Penyiapan Kegiatan
Regency Settlement Infrastructure Development (RSID)
1. Amanat RPJMN dan Nawacita 2. Isu Global
3. Isu Strategis
4. Hubungan Positif Urbanisasi vs Pertumbuhan Ekonomi 5. Strategi Gerakan Nasional 100 – 0 – 100
6. Kebutuhan Pendanaan untuk Mencapai 0% Kawasan Kumuh 7. Sinergitas Sumber Pendanaan Lain
8. Kriteria Kegiatan PHLN Ditjen Cipta Karya 2015-2019
9. Mekanisme Pendanaan Pembangunan Infrastruktur Permukiman melalui PHLN
1. Kolaborasi dalam Penanganan Permukiman Kumuh 2. Konsep Keterpaduan Program
3. Gambaran Umum Kegiatan
4. Kedudukan Kegiatan RSID dalam Slum Alleviation Program 5. Komponen Kegiatan RSID
6. Target Lokasi Kegiatan RSID 7. Status Penyiapan Kegiatan
BAGIAN I
KEBIJAKAN & STRATEGI
DJCK 2015-2019
4
RPJMN TAHAP III 2015-2019 BIDANG INFRASTRUKTUR
Ketersediaan infrastruktur sesuai tata ruang;
Berkembangnya jaringan transportasi;
Terwujudnya konservasi sumber daya air dan
terpenuhinya penyediaan air minum untuk kebutuhan dasar pengembangan infrastruktur perdesaan mendukung pertanian;
Pemenuhan kebutuhan hunian didukung sistem pembiayaan jangka panjang;
Terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh.
NAWACITA PEMERINTAH 2015–2019
3 Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan;
5 Meningkatkan kualitas hidup manusia.
RENSTRA KEMENPUPR
2015-2019
RPJMN 2015-2019
“Terwujudnya Infrastruktur Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat yang Handal dalam Mendukung Indonesia
yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong
Royong”
Visi Kementerian PU-PR
“Meningkatnya Kualitas dan Cakupan
Pelayanan Infrastruktur Permukiman di
Perkotaan dan Perdesaan”
Sasaran Strategis Ditjen Cipta Karya
RENSTRA DJCK 2015-2019
1. Amanat RPJMN dan Nawacita
2. Isu Global
TARGET
2030
• Meningkatnya kebutuhan akan permukiman layak dengan akses
pelayanan dasar yang memadai;
• Masih terbatasnya penyediaan ruang publik yang dapat diakses oleh semua warga kota;
• Belum meratanya
kepedulian stakeholders pada pembangunan permukiman yang layak bagi semua, aman dan berkelanjutan;
Goal 6
Menjamin ketersediaan dan pengelolaan berkelanjutan air dan sanitasi bagi semua
Goal 11
Mewujudkan perkotaan dan kawasan
permukiman yang inklusif, aman, berketahanan, dan berkelanjutan
• Akses Perumahan Layak Bagi Semua, Aman Dan Terjangkau;
• Akses layanan infrastruktur dasar;
• Pengelolaan urbanisasi sebagai bagian dari perencanaan permukiman
perkotaan.
• Penanganan kawasan kumuh yang berkelanjutan;
• Layanan ruang publik yang memadai;
17,200 22,400
30,900
42,200
49,8 53,3 56,7 60 63,4 66,6
-
50.000.000 100.000.000 150.000.000 200.000.000 250.000.000
,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00
1970 1980 1990 2000 2010 2015 2020 2025 2030 2035
Juta Jiwa
Persentase
% Penduduk Perkotaan % Penduduk Perdesaan Jumlah Penduduk Perkotaan Jumlah Penduduk Perdesaan
Urbanisasi yang pesat memberikan implikasi terhadap pembangunan permukiman
Ketidaksiapan kota menghadapi urbanisasi menyebabkan semakin pesatnya
pertumbuhan permukiman kumuh dan terbatasnya pelayanan dasar perkotaan
Pertumbuhan Penduduk Alami Reklasifikasi Desa ke Kota Migrasi Desa ke Kota Meningkatnya kepadatan permukiman dan
perubahan kebutuhan rumah tangga perkotaan
Meningkatnya kebutuhan pelayanan dasar dan sistem pengelolaan
permukiman
Menigkatnya kebutuhan permukiman layak huni dan berkelanjutan
6
3. Isu Strategis
• Luas Kawasan Kumuh: 38.431 Ha (eksisting, 2015)
• Rumah Tangga Kumuh Perkotaan: 10,1% atau 9,6 juta rumah tangga (Susenas, 2013)
4. Hubungan Positif Urbanisasi vs Pertumbuhan Ekonomi
Source: World Bank (2009) World Development Report, World Bank (2014) Urban China, Caldwell (1976)
Aglomerasi:
Peningkatan konsnetrasi ekonomi: kedekatan antara produsen, konsumen dan pekerja
Spesialisasi:
Skala ekonomi yang menawarkan lebih banyak spesialisasi dan produktifitas
Mobilitas dan Konektifitas:
Alokasi faktor2 produksi yang lebih efisien
Urbanisasi membangkitkan pertumbuhan melalui: Negara dengan tingkat urbanisasi tinggi, pendapatan tinggi
4 6 8 10 12
0 20 40 60 80 100
Log GDP Per Capita (2010 Constant USD)
Urbanization Rate (%)
Urbanization and Log GDP per Capita by Country, 2015
8
5. Strategi Gerakan Nasional 100-0-100
Kebutuhan Dana Mencapai Target 0%
Kemampuan APBN (Renstra PUPR 2015-2019)
46,4 T 174 T
6. Kebutuhan Pendanaan untuk Mencapai 0% Kawasan Kumuh
1 0
7. Sinergitas Sumber Pendanaan Lain
APBN (35%)
Pinjaman Luar Negeri
(5%)
Hibah Luar Negeri
(2%)
Perbankan Dalam Negeri
(5%) KPS (9%) &
CSR (6%) Masyarakat
(13%)
APBD (25%)
8. Kriteria Kegiatan PHLN Ditjen Cipta Karya 2015-2019
• Kegiatan yang bertujuan untuk mencapai sasaran RPJMN 2015 – 2019
• Kegiatan yang bertujuan untuk mencapai tujuan pembangunan nasional dalam rangka: (i) mendorong pertumbuhan ekonomi; (ii) meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kepada masyarakat; serta (iii) pemerataan pembangunan untuk mengurangi kesenjangan antar wilayah;
• Selektif dan fokus dalam mendukung pencapaian target akses pelayanan air minum
100%, pengurangan kawasan kumuh hingga 0%, dan akses pelayanan sanitasi 100%
• Signifikan dan masif, serta
membutuhkan pembiayaan yang besar; yang sulit apabila dibiayai melalui APBN atau APBD;
• Responsif, yang ditunjukkan oleh kesiapan dan komitmen dari Pemerintah Daerah;
• Sustainable, untuk mendukung pencapaian target lainnya dalam rangka pertumbuhan
ekonomi (pro growth), penciptaan lapangan pekerjaan (pro job), penurunan kemiskinan
secara nyata dan terukur (pro poor), dan mendukung pembangunan yang berwawasan
lingkungan (pro environment).
12
8. Mekanisme Pendanaan Pembangunan Infrastruktur Permukiman melalui PHLN
Pencantuman dalam DRPPLN
(Green Book) /DRKH APPRAISAL
Dokumen yang disiapkan:
a. Rencana Kegiatan Rinci
1. Kaitan kegiatan dengan RPJM Nas dan Renstra PU Lingkup Kegiatan
2. Total Nilai Proyek
3. Rencana Penyaluran Pendanaan 4. Rencana Pemaketan dan Pelelangan 5. Rencana penyerapan dana
6. Organisasi pelaksana proyek
7. Manajemen pengelolaan paska proyek b. Indikator Kinerja
c. Dana Pendamping Pusat/Daerah dan Rencana Alokasi Dana dalam DIPA Pusat/Daerah
d. Status Lahan
e. Organisasi pengelola proyek (PMU/PIU dan Satker)
f. Rencana Pengelolaan Proyek/PAM/PMM g. Pernyataan Pemda untuk berpartisipasi
dalam proyek (jika SLA perlu ada surat dari Kepala Daerah disetujui oleh DPRD kepada Bappenas untuk usulan proyek)
NEGOSIASI
PENANDATA- NGANAN LOAN
AGREEMENT/
GRANT AGREEMENT
MEKANISME PENCAIRAN
DANA
PELAKSANAAN KEGIATAN Pencantuman dalam
DRPLN-JM/Blue Book
Koordinasi Bappenas dengan Pihak Donor untuk pernyataan minat
pembiayaan kegiatan
Penyampaian minat oleh Pihak Donor kepada
Bappenas
Readiness Criteria
Dit KIP Dit Sektor
MONITORING PELAKSANAAN : 1. Disbursement Schedule
2. Disbursement Anggaran PHLN 3. Supervisi
4. Sustainability Financing
EFEKTIF
9. Format Kelengkapan Readiness Criteria (1)
No. Item
Readiness Criteria
Status
Telah dilaksanakan/
disiapkan/
dialokasikan/
tersedia/disetujui
Belum dilaksanakan/
disiapkan/
dialokasikan/
tersedia/disetujui
Ket
1
RENCANA KEGIATAN RINCI (berisi tujuan, lingkup, dan lokasi kegiatan, usulan nilai proyek, mekanisme penyaluran pendanaan)
2 INDIKATOR KINERJA pelaksanaan kegiatan untuk keperluan monitoring dan evaluasi
3 DANA PENDAMPING Pusat/Daerah tahun pertama pelaksanaan kegiatan
4 RENCANA PENGADAAN TANAH dan permukiman kembali
5 PERNYATAAN KESEDIAAN PEMDA untuk menyiapkan dana pelaksanaan kegiatan yang menjadi kewajiban Pemda yang bersangkutan
6 RENCANA PEMBENTUKAN Unit Manajemen Proyek dan Unit Pelaksana Proyek
Khusus untuk KEGIATAN KONSTRUKSI Readiness Criteria Perlu dilengkapi dengan:
1. DED dan Amdal
2. Rencana Pengadaan Lahan 3. Rencana Penyerapan Dana 4. Rencana Institusi Pelaksanaan
Kegiatan pada Masa Konstruksi dan Institusi Pengelola Sistem yang
14
9. Format Kelengkapan Readiness Criteria (2)
Ditjen Cipta Karya melaksanakan Rapat Koordinasi (Rakor) PHLN tahunan, membahas rencana prioritas tahun pelaksanaan kegiatan PLN sesuai dengan Blue Book. Pihak yang terlibat dalam kegiatan ini meliputi Bappenas, Biro Perencanaan Anggaran dan KLN, Subdit Perencanaan Teknis di seluruh Direktorat Sektor Ditjen Cipta Karya, Satker Randal Provinsi seluruh Indonesia, dan perwakilan Pihak Lender.
Dit. KIP melakukan pembahasan detail bersama tiap Direktorat Sektor rencana prioritas kegiatan PLN yang akan diusulkan masuk dalam Green Book beserta kelengkapan dok.
R/C setiap tahunnya, sebelum disampaikan kepada Bappenas cq. Biro Perencanaan Anggaran dan KLN, Kementerian PUPR. Green Book akan terbit setiap Maret atau April setiap tahun berjalan.
BAGIAN II
PENYIAPAN KEGIATAN
REGENCY SETTLEMENT INFRASTRUCTURE
DEVELOPMENT (RSID)
1 6
1. Kolaborasi dalam Penanganan Permukiman Kumuh
Kualitas Bangunan Hunian Aksesibilitas Lingkungan
Drainase Lingkungan Pelayanan Air Minum/Baku
Pengelolaan Air Limbah Pengelolaan Persampahan
Penanggulangan Kebakaran
4 dari 7 indikator terkait dengan air minum dan sanitasi
Menjamin secure tenure masyarakat (h ak pemanfaatan/milik)
Meningkatkan akses MBR terhadap pembiayaan mikro terhadap rumah sewa/milik
Kota Tanpa Kumuh hanya dapat terwujud jika ada sistem yang dapat memastikan seluruh komponen pengentasan (lahan, pembiayaan, infrastruktur dasar, dan penghidupan berkelanjutan)
dapat tersedia/terwujud.
Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemberdayaan ekonomi serta perubahan perilaku
Pencegahan permukiman kumuh
+ sektor penunjang lainnya
2. Konsep Keterpaduan Program
Slum alleviation program
Slum Improvement
in Strategic Human Settlements
Areas (SISHA)
National Slum Upgrading
Program (NSUP)
Regency Settlement Infrastructure Development
(RSID)
Fulfilment of SPM in peri-urban
areas
Socec infrastructure
Education and health
Electrical and com.
infrastructure geographically
specific SPM for peri-urban Basic
infrastructure
18
3. Gambaran Umum Kegiatan RSID
Regency Settlement Infrastructure Development (RSID) merupakan kegiatan pembangunan infrastruktur dasar yang bertujuan untuk mencegah penyebaran permukiman kumuh di kawasan perkotaan melalui upaya pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) permukiman di kawasan peri-urban.
Kegiatan ini telah tercantum dalam Daftar Rencana Pinjaman Luar Negeri Jangka Menengah (DRPLN-JM)/Blue Book 2015-2019 dengan indikasi pendanaan sebesar USD 201 juta yang direncanakan akan didanai melalui pinjaman Japan International Cooperation Agency (JICA).
Lokasi penanganan dalam program RSID direncanakan berada di 22
provinsi, 26 kabupaten, dan 49 kecamatan.
4. Kedudukan Kegiatan RSID dalam Slum Alleviation Program
SLUM ALLEVIATION PROGRAM
Kegiatan
Slum Improvement in Strategic Human Settlements Area (SISHA)
National Slum Upgrading (NSU)
Regency Settlement Infrastructure Development (RSID)
Building Administration
& Capacity enforcement development for
Resilience
Merupakan kegiatan peningkatan perencanaan dan pengelolaan permukiman kumuh di perkotaan
melalui penyusunan Strategi Pembangunan Skala Kawasan, peningkatan dan pengembangan
kota skala permukiman kawasan kumuh, pembangunan permukiman baru di kota-kota untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dan penguatan kapasitas kelembagaan
Pemda dan Masyarakat.
Merupakan kegiatan PHBS untuk mendukung partisipasi masyaakat
mencapai target 100-0-100 pada tahun 2019, peningkatan partisipasi
masyarakat dalam penanganan kawasan kumuh prioritas tahun 2015-2019, peningkatan partisipasi
masyarakat dalam pencegahan perluasan wilayah kumuh di perkotaan dan lokasi P2KP pada tahun 2015-2019 dan peningkatan
kapasitas peran dan kontribusi Pemda untuk menjalin kemitraan dan kolaborasi sinergis stakeholder
pembangunan kota, termasuk
Merupakan kegiatan untuk mencegah penyebaran permukiman
kumuh di kawasan perkotaan melalui upaya pemenuhan SPM permukiman di kawasan peri-urban
Merupakan kegiatan dalam mengurangi risiko bencana dengan
meningkatkan tata kelola regulasi sebagai sarana
proaktif melindungi populasi, menghindari
bencana, dan mendorong berkelanjutan dan tangguh pembangunan perkotaan.
20
5. Komponen Kegiatan RSID
Komponen 1 : Investasi Infrastruktur
- Kategori infrastuktur SPM berupa perbaikan pembangunan jalan, peningkatan pengelolaan sampah, serta penyediaan air bersih danpenyehatan lingkungan permukiman sebesar USD 75 Juta.
- Kategorikan Non Infrastruktur berupa penyusunan action plan, sosialisasi/diseminasi/workshop, pengadaan jasa konsultan, serta pengawasan dan monitoring evaluasi sebesar USD 68,5 Juta.
Komponen 2 : Pengembangan kapasitas dan pendampingan sebesar USD 42,5 Juta.
Komponen 3 : Bantuan teknis untuk implementasi program sebesar USD 15 Juta.
6. Target Lokasi Kegiatan RSID
NO Kota NO Kota
1 Banda Aceh 11 Kotamobagu
2 Tebing Tinggi 12 Pare-pare
3 Bukittinggi 13 Palopo
4 Dumai 14 Bau-bau
5 Prabumulih 15 Gorontalo
6 Lubuklinggau 16 Kendari
7 Singkawang 17 Kupang
8 Palangkaraya 18 Ambon
9 Tarakan 19 Ternate
10 Bontang 20 Sorong
20 Kota Sedang, sesuai dengan sasaran RPJMN 2015-2019
22
7. Status Penyiapan Kegiatan
Kementerian PUPR telah menyampaikan surat kepada Menteri PPN/Bappenas melalui surat Sekjen Kementerian PUPR Nomor: HL.02.01-Mn/158 tanggal 25 Februari 2016 perihal Penyesuaian Lingkup Kegiatan dan Penyampaian Kelengkapan Dokumen Kriteria Kesiapan Kegiatan Regency Settlement Infrastructure Development (RSID) untuk dicantumkan dalam Green Book tahun 2016.
Kegiatan ini belum dapat dicantumkan dalam Green Book 2016 dikarenakan masih memerlukan pematangan konsep kegiatan serta kriteria dalam pemilihan lokasi.
Ditjen Cipta Karya telah menyampaikan surat kepada Deputi Bidang Pengembangan Regional, Bappenas Nomor: HL.02.01-Dc/1012 tanggal 30 Desember 2016 perihal Penyampaian Revisi Dokumen Readiness Criteria Kegiatan RSID untuk dicantumkan dalam Green Book 2017.
Dit. KIP telah memfasilitasi pembahasan MoM Supplemental Study untuk kegiatan RSID antara JICA dengan Dit. PKP. Di dalam MoM tersebut akan dilakukan identifikasi beberapa calon lokasi RSID dan terdapat 3 lokasi outer island, yaitu Sabang, Natuna, dan morotai.
Perdana Menteri Jepang telah sepakat dengan Presiden Jokowi untuk mengembangkan 3 pulau tersebut. MoM tersebut telah ditandatangani pada tanggal 14 Maret 2017.