• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI PENGARUH LEVERAGE, PROFITABILITAS, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN DAN JAMINAN TERHADAP PERINGKAT OBLIGASI PADA SEKTOR KEUANGAN TAHUN OLEH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI PENGARUH LEVERAGE, PROFITABILITAS, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN DAN JAMINAN TERHADAP PERINGKAT OBLIGASI PADA SEKTOR KEUANGAN TAHUN OLEH"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH LEVERAGE, PROFITABILITAS, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN DAN JAMINAN TERHADAP PERINGKAT OBLIGASI PADA SEKTOR KEUANGAN

TAHUN 2013-2017

OLEH

DEVI ANGGRAINI 130502059

PROGRAM STUDI STRATA 1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2019

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

PENGARUH LEVERAGE, PROFITABILTAS, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, DAN JAMINAN TERHADAP PERINGKAT

OBLIGASI PADA SEKTOR KEUANGAN TAHUN 2013-2017

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh leverage, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan dan Jaminan terhadap peringkat obligasi pada sektor keuangan tahun 2013-2017. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indoesia tahun 2013-2017. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 10 perusahaan.

Metode pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Metode analisis data menggunakan metode statistis deskriptif dan analisis regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Profitabilitas dan Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Peringkat Obligasi. Sedangkan Variabel Leverage dan Jaminan tidak berpengaruh terhadap Peringkat Obligasi. Berdasarkan pada pengujian koefisien determinasi (R2) menunjukkan bahwa nilai Adjusted R Square sebesar 0,775 yang berarti bahwa variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen adalah sebesar 77,5%, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar model penelitian ini.

Kata kunci: Leverage, Profitabiltas, Pertumbuhan Perusahaan, Jaminan

(6)

ABSTRACT

EFFECT OF LEVERAGE, PROFITABILTAS, COMPANY GROWTH, AND ASSURANCE ON RATINGS BOND

IN THE FINANCIAL SECTOR FOR 2013-2017

The purpose of this research is to know and analyze the effect of leverage, profitability, company growth and collateral for bond ratings in the financial sector for 2013 - 2017. This research is a type of quantitative research with a quantitative descriptive approach. The population in this research are all financial companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2013-2017. The sample in this research amounted to 10 companies. The sampling method in this research uses a purposive sampling method. Methods of data analysis using descriptive statistical methods and logistic regression analysis with a significant level of 0.1.

The results showed that the variable Profitability and Company Growth significantly influenced the Bond Rating. Whereas the Leverage and Guarantee Variables have no effect on the Obligation Rating. Based on testing the coefficient of determination (R2) shows that the Adjusted R Square value of 0.775 means that the dependent variable that can be explained by the independent variable is 77.5%, while the rest is explained by other variables outside in this research model.

Keywords: Leverage, Profitability, Company Growth, Assurance.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhann Semesta Alam Allah Subhanahu WaTa’ala atas rahmat-Nya sehinggaa peneliti dapat menyelesaikan buku ini guna memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul “ Pengaruh Leverage, Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan dan Jaminan terhadap Peringkat Obligasi pada Sektor Keuangan Tahun 2013-2017”.

Peneliti menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari dukungan dari berbagai pihak. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua peniliti, yakni Ayahanda Julianto dan Ibunda Trisniwati yang telah memberikan dukungan baik moral maupun materil yang tak terhingga, serta limpahan doa dalam penyelesaian skripsi ini. Peneliti juga mengucapkan terimasih kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Amlys Syahputra Silalahi, SE, M.Si, dan Bapak Doli Muhammad Jafar Dalimunthe, Se, M.Si, selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran dalam penulisan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Amlys Syahputra Silalahi, SE, M.Si, dan Ibu Beby Kendida Hasibuan, SE, M.Si selaku Dosen Penguji I dan Dosen Penguji II yang telah

(8)

membantu dan memberikan saran untuk kesempurnaan dalam pengerjaan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara untuk segala jasa-jasanya selama masa perkuliahan dan pengerjaan skripsi ini.

6. Kepada Calon Imam Peneliti Iqbal Dwi Syariansah, SH. Yang setia membimbing dan terus support dari awal hingga akhir pengerjaan skripsi.

Semoga sukses selalu dan terima kasih atas dukungannya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini.

7. Kepada Raras Risia Yogasnumurti, SE.MM. Terimakasih sudah membantu dan menguatkan peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah Subhanahu Wa Ta;ala dapat memberikan balasan atas kebaikan-kebaikan yang telah diberikan kepada peneliti baik di dunia maupun diakhirat kelak. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu peneliti mengharapkan saran dan masukan yang membangun dari pembaca untuk perbaikan-perbaikan di masa yang akan datang.

Medan, Oktober 2019 Peneliti

Devi Anggraini 130502059

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL... viiix

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah... 13

1.3 Tujuan Penelitian ... 14

1.4 Manfaat Penelitian ... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 16

2.1 Pasar Modal ... 16

2.1.1 Pengertian Pasar Modal... 16

2.1.2 Instrumen yang Diperdagangkan di Pasar Modal ... 17

2.2 Teori Sinyal ... 19

2.3 Obligasi ... 20

2.3.1 Pengertian Obligasi ... 20

2.3.2 Karakteristik Obligasi ... 22

2.3.3 Jenis-Jenis Obligasi ... 23

2.3.4 Risiko Investasi Obligasi... 26

2.4 Peringkat Obligasi ... 28

2.4.1 Pengertian Peringkat Obligasi ... 28

2.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi ... 30

2.4.3 Arti Peringkat Obligasi ... 30

2.4.4 Metodologi Pemeringkatan Obligasi... 33

2.5 Leverage ... 35

2.6 Profitabilitas... 37

2.7 Pertumbuhan Perusahaan (Growth) ... 37

2.8 Jaminan (Secure) ... 38

2.9 Penelitian Terdahulu ... 38

2.10 Kerangka Konseptual... 43

2.10.1 Pengaruh Leverage Terhadap Peringkat Obligasi ... 43

2.10.2 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Peringkat Obligasi ... 43

2.10.3 Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan (Growth) Tehadap Peringkat Obligasi... 44

2.10.4 Pengaruh Jaminan terhadap Peringkat Obligasi ... 44

2.11 Hipotesis ... 46

(10)

BAB III METODE PENELITIAN ... 47

3.1 Jenis Penelitian ... 47

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian... 47

3.3 Batasan Operasional ... 47

3.4 Operasional Variabel ... 48

3.4.1 Variabel terikat (dependent variable) ... 48

3.4.2 Variabel bebas (Independent Variable) ... 49

3.5 Populasi dan Sampel ... 51

3.5.1 Populasi ... 51

3.5.2 Sampel ... 52

3.6 Jenis dan Sumber Data ... 52

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 53

3.8 TeknikAnalisis Data ... 53

3.8.1 Analisis Deskriptif ... 54

3.8.2 Analisis Regresi Ordinal ... 54

3.9 Uji Hipotesis ... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 59

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 59

4.2 Analisis Statistik Deskriptif ... 63

4.3 Analisis Regresi Ordinal ... 65

4.3.1 Uji Kebaikan Model (Goodness of Fit) ... 66

4.3.2 Uji Keberartian Model (Uji Statistik G)... 67

4.3.3 Koefisien Determinasi Model ... 67

4.3.4 Uji Hipotesis... 68

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ... 70

4.4.1 Pengaruh Leverage terhadap Peringkat Obligasi Perusahaan ... 70

4.4.2 Pengaruh Profitabilitas terhadap Peringkat Obligasi Perusahaan 71 4.4.3 Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadap Peringkat Obligasi Perusahaan ... 73

4.4.4 Pengaruh Jaminan terhadap Peringkat Obligasi Perusahaan ... 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 76

5.1 Kesimpulan ... 76

5.2 Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. LAMPIRAN ... 81

(11)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Perkembangan Nilai Emisi Pasar Obligasi Indonesia ... 3

1.2 Peringkat Obligasi Perusahaan dari Tahun 2013-2017 ... 8

1.3 Leverage (Debt to Equity Ratio) Perusahaan Sektor Keuangan dari Tahun 2013-2017 ... 9

1.4 Profitabilitas Perusahaan ... 11

1.5 Pertumbuhan Perusahaan ... 12

2.1 Peringkat Obligasi Versi Pefindo ... 31

2.2 Arti Peringkat Obligasi Moody’s Investor Service ... 32

2.3 Penelitian Terdahulu ... 41

3.1 Defini Operasional Variabel ... 51

3.2 Kriteria Pemilihan Sampel ... 52

4.1 Statistik Deskriptif Variabel ... 64

4.2 Hasil Uji Regresi Ordinal ... 66

4.3 Hasil Uji Kebaikan Model (Goodness of Fit) ... 66

4.4 Hasil Uji Statistik G ... 67

4.5 Koefisien Deierminasi (Pseudo R-Square) ... 68

4.6 Ringkasan Hasil Regresi Ordinal ... 68

(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman 2.1 Kerangka Konseptual ... 46

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1. Daftar Tabel Populasi Penelitian ... 81

2. Daftar Perusahaan yang Memenuhi Kriteria ... 83

3. Daftar Perusahaan yang tidak Menerbitkan Laporan Keuangan Tahun 2013-2017 ... 85

4. Daftar Perusahaan yang tidak Dijamin oleh PT. Pefindo Tahun 2013- 2017 ... 86

5. Data Leverage, Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan, dan Jaminan ... 88

6. Hasil Statistik Deskriptif ... 89

7. Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit Test) ... 90

8. Menilai Kelayakan Model Regresi... 90

9. Koefisien Determinasi ... 91

10. Matriks Klasifikasi ... 91

11. Uji Koefisien Regresi Logistik... 91

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pasar modal sebagai pasar dari berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang dapat diperjualbelikan, memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus yaitu, fungsi ekonomi dan keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar modal menjadi penghubung bagi pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang membutuhkan dana (emiten) dalam transaksi pemindahan dana. Bagi investor, pasar modal dapat memberikan alternatif investasi yang lebih variatif sehingga memberikan peluang untuk meraih keuntungan yang lebih besar. Sedangkan bagi emiten, pasar modal dapat memberikan sumber pendanaan lain untuk melakukan kegiatan operasional termasuk ekspansi usaha selain kredit perbankan. Selain itu pasar modal juga dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih. Modal yang diperjualbelikan dalam pasar modal terbagi menjadi dua, yaitu Debt Capital (modal hutang) dan Equity Capital (modal ekuitas (Linandarini, 2010)

Salah satu jenis modal hutang (Dept Capital) yang diperjualbelikan dalam pasar modal adalah obligasi. Menurut (Tandelilin (2010) obligasi adalah sekuritas yang memuat janji untuk memberikan pembayaran tetap menurut jadwal yang telah ditetapkan. Obligasi itu sendiri berisi kontrak antara investor sebagai

(15)

2

pemberi dana dengan penerbitnya sebagai peminjam dana. Sedangkan menurut Bursa Efek Indonesia (2014) obligasi merupakan surat utang jangka menengah- panjang yang dapat dipindahtangankan yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut.

Obligasi merupakan salah satu bentuk investasi yang diminati oleh investor. Obligasi dianggap menarik ditinjau dari sisi investor karena obligasi memiliki pendapatan yang bersifat tetap. Pendapatan tetap tersebut berupa kupon bunga yang akan diterima secara periodik dengan tingkat bunga yang kompetitif serta pokok utang yang dibayar secara tepat waktu pada saat jatuh tempo yang telah ditentukan. Sedangkan bagi emiten, obligasi dianggap sebagai sekuritas yang aman karena biaya emisinya lebih murah dari pada saham (Maharti, 2011).

Perkembangan obligasi di Indonesia saat ini menunjukan hasil yang semakin baik. Hal ini dapat dilihat dari nilai kapitalisasi pasar obligasi yang terus meningkat setiap tahunnya. Bahkan obligasi memiliki potensi yang besar untuk terus tumbuh di masa mendatang. Nilai kapitalisasi pasar obligasi korporasi yang beredar di pasar modal per Desember 2011 adalah sebesar Rp 141,41 trilyun. Pada Desember 2012 terjadi peningkatan pada nilai kapitalisasi obligasi korporasi sebesar 26,73 persen menjadi Rp 179,21 trilyun. Selanjutnya nilai kapitalisasi pasar untuk obligasi korporasi per Desember 2013 meningkat lagi sebesar 20,94 persen menjadi Rp 216,74 trilyun. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi kenaikan yang cukup signifikan pada obligasi korporasi selama tiga tahun terakhir.

(16)

Obligasi jika dilihat dari sektor industri pada pasar modal di Indonesia didominasi oleh perusahaan di sektor industri keuangan. Banyak perusahaan di sektor industri tersebut yang menerbitkan obligasi di pasar modal untuk mendapatkan pendanaan bagi kas perusahaan. Hal ini dapat ditunjukan dari perkembangan nilai emisi obligasi perusahaan pada sektor industri keuangan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan sektor industri lainnya yang ada di pasar moda Indonesia dari tahun ke tahun. Perkembangan nilai emisi pasar obligai pada sektor industri keuangan dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1

Perkembangan Nilai Emisi Pasar Obligasi Indonesia

No. Klasifikasi Industri Nilai (Rp Triliyun)

2008 2009 2010 2008 2009 2010 1. Pertanian (Perkebunan) 3,88 4,61 5,31 2,66 2,64 2,48

2. Pertambangan 1,50 3,06 3,00 1,03 1,72 1,40

3. Industri Dasar dan Kimia 7,94 8,56 8,86 5,44 4,91 4,14

4. Aneka Industri 3,02 3,02 3,26 2,07 1,73 1,52

5. Industri Barang Konsumsi 12,13 13,74 13,74 8,31 7,87 6,42 6. Properti dan Real Estate 7,83 8,03 8,03 5,37 4,60 3,75 7. Infrastuktur, utility dan

Transportasi

24,92 39,72 50,22 23,93 22,76 23,47 8. Keuangan 65,22 83,72 110,93 44,70 47,98 51,85

9. Investasi 9,48 10,08 10,58 6,50 5,78 4,98

Total 145,92 174,48 213,93 100 100 100

Sumber: Statistik Pasar Modal, Otoritas Jasa Keuangan, 2010

Pada Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa nilai emisi pasar obligasi pada sektor industri keuangan mendominasi setiap tahunnya dari keseluruhan nilai emisi pasar obligasi yang ada di paar modal Indonesia. Pada tahun 2008 nilai emisi pasar obligasi sektor industri keuangan adalah sebesar 65,22 triliyun rupiah atau 47,70 persen dari nilai emisi pasar obligasi seluruh industri yang ada di pasar modal.

Selanjutnya pada tahun 2009 sektor industri keuangan kembali mendominasi dari

(17)

4

keseluruhan nilai emisi pasar obligasi yang ada di pasar modal Indonesia sebesar 83,72 triliyun rupiah atau 47,98 persen dan pada tahun 2010 kembali mendominasi sebesar 110,93 triliyun rupiah atau 51,85 persen. Besarnya nilai emisi pasar obligasi pada sektor keuangan tersebut yang menjadi salah satu alasan penggunaan perusahaan pada sektor keuangan sebagai objek dalam penelitian ini.

Obligasi sendiri memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan surat berharga lainnya yang ada di pasar modal, salah satunya adalah kelebihan obligasi dibandingkan dengan saham, yaitu dalam hal pembayaran return. Pendapatan yang diterima dari saham berasal dari deviden dan capital gain. Pembayaran deviden diberikan ketika pembayaran kupon obligasi telah dilakukan. Apabila dari pembayaran kupon obligasi tidak terdapat sisa untuk deviden, maka pemegang saham tidak mendapat keuntungan dari saham yang dimiliki. Keuntungan lain yang diperoleh dari investasi obligasi adalah pemegang obligasi memiliki hak pertama atas aset perusahaan jika perusahaan tersebut mengalami likuidasi. Hal tersebut terjadi karena perusahaan telah ada kontrak perjanjian untuk melunasi obligasi yang telah dibeli oleh pemegang obligasi. Dengan kata lain, investasi pada obligasi relatif lebih baik (aman) dibanding dengan investasi saham (Maharti, 2011).

Investasi dalam bentuk obligasi meski dianggap sebagai salah satu bentuk investasi yang aman, obligasi tetap memiliki risiko layaknya sekuritas lain yang ada di pasar modal. Salah satu risiko tersebut adalah ketidakmampuan perusahaan untuk melunasi obligasi kepada investor atau gagal bayar (default risk). Ada beberapa fenomena yang terjadi di Indonesia terkait dengan emiten yang

(18)

mengalami gagal bayar. Pada tahun 2009, obligasi gagal bayar (default risk) terjadi pada perusahaan yang cukup populer bagi masyarakat. PT. Mobile-8 Telecom Tbk. yang menerbitkan Bond I Year 2007, telah gagal bayar 2 kali untuk kupon 15 Maret 2009 dan 15 Juni 2009 dengan obligasi senilai Rp 675 miliar yang jatuh tempo Maret 2012. Per Juni 2008 dan 2009, peringkat obligasi PT.

Mobile-8 Telecom Tbk. pada Indonesia Bond Market Directory adalah idBBB+.

Per Juni 2010, peringkatnya diturunkan menjadi idD (Wyndra, 2010). Hal serupa juga terjadi pada peringkat obligasi Bank Global pada juni 2003, dimana peringkat obligasi yang diberikan oleh lembaga pemeringkat adalah A-, kemudian pada 8 desember 2004 lembaga pemeringkat melakukan penurunan peringkat obligai Bank Global dari A- menjadi BBB- dan selanjutnya menurunkan kembali peringkat obligasi tersebut menjadi D (default) pada 13 Desember 2004 (Tempo.co, 2004).

Seorang pemilik modal (investor) yang berminat membeli obligasi, sudah seharusnya memperhatikan risiko yang ada pada obligasi. Salah satu sinyal yang dapat digunakan untuk mengetahui risiko default obligasi adalah peringkat obligasi, karena peringkat tersebut memberikan informasi dan memberikan signal tentang probabilitas kegagalan hutang suatu perusahaan. Peringkat obligasi menyatakan skala risiko atau tingkat keamanan suatu obligasi yang diterbitkan. Peringkat obligasi merupakan sebuah pernyataan tentang keadaan pengutang dan kemungkinan apa yang bisa dan akan dilakukan sehubungan dengan utang yang dimiliki (Pertiwi, 2013). Peringkat obligasi yang diperbaharui secara reguler dapat digunakan untuk mencerminkan perubahan signifikan dari kinerja keuangan dan bisnis suatu

(19)

6

perusahaan. Perubahan peringkat memiliki pengaruh signifikan pada aktivitas investasi dan pendanaan masa depan perusahaan serta profil risiko dan kinerja masa depannya. Oleh karena ada pengaruh yang signifikan, maka investor akan menyesuaikan strategi investasi mereka sesuai dengan perubahan peringkat tersebut (Magreta & Nurmayanti, 2009). Secara umum obligasi dikategorikan menjadi dua peringkat yaitu invesment grade (AAA, AA, A, BBB) dan non-invesment grade (BB,B,CCC, dan D) dimana peringkat tertinggi adalah AAA dan peringkat terendah adalah D.

Peringkat obligasi yang masuk kategori invesment grade menunjukan perusahaan dianggap memiliki kemampuan yang cukup dalam melunasi hutangnya. Investor yang ingin mencari investasi yang aman, umumnya mereka memilih rating investment grade. Sedangkan non investment grade adalah kategori peringkat obligasi yang menunjukan perusahaan dianggap memiliki kemampuan yang meragukan dalam memenuhi kewajibannya. Perusahaan yang masuk kategori ini biasanya cenderung sulit memperoleh pendanaan. Menurut Rudiyanto (Amalia, 2013) supaya perusahaan dengan kategori non investmentgrade bisa berhasil, umumnya mereka memberikan kupon atau imbalan hasil yangtinggi sehingga disebut juga dengan high yield bond. Investor yang memilih jenis obligasi ini biasanya cenderung memiliki sifat spekulatif sebab jika perusahaan ternyata berkomitmen melunasi seluruh kewajibannya, imbalan hasil yang diterima bisa sangat tinggi. Perusahaan besar yang sudah mapan (blue chips), umumnya memiliki peringkat yang tinggi, sementara perusahaan kecil atau perusahaan yang kurang mapan peringkatnya lebih rendah.

(20)

Raharja dan Sari (2008) mengungkapkan bahwa proses pemeringkatan berguna untuk menilai kinerja perusahaan dari berbagai faktor yang secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan keuangan perusahaan.

Berdasarkan informasi peringkat obligasi, seorang investor dapat mengetahui return yang akan diperoleh sesuai dengan resiko yang dimiliki tersebut (Linandarini, 2010). Selain itu obligasi yang hendak diterbitkan di Bursa Efek Indonesia diwajibkan Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal) yang sekarang berganti menjadi OJK (Otoritas Jasa Keuangan) untuk diberi peringkat. Obligasi yang hendak diterbitkan oleh emiten harus sudah memiliki peringkat saat dinyatakan dapat diterbitkan dan dijual di pasar modal. Peringkat obligasi ini diterbitkan oleh lembaga pemeringkat obligasi.

Lembaga pemeringkat obligasi adalah lembaga independen yang memberikan informasi pemeringkatan skala risiko, dimana salah satunya adalah sekuritas obligasi sebagai petunjuk keamanan suatu obligasi bagi investor.

Pemeringkatan yang dilakukan oleh lembaga pemeringkat sekuritas hutang yang independen diharapkan dapat mengurangi asimetri informasi antara perusahaan penerbit obligasi (emiten) dengan investor. Selain itu peringkat dapat menjadi sumber informasi yang praktis, murah, dan mudah didapatkan dari pada informasi yang dipublikasikan oleh perusahaan. Sedangkan bagi perusahaan emiten, pemeringkatan yang dilakukan oleh lembaga pemeringkat sekuritas utang yang independen dapat menjadi nilai tambah perusahaan dalam meningkatkan kepercayaan investor (Pertiwi, 2013).

(21)

8

Di Indonesia terdapat dua lembaga pemeringkat sekuritas hutang yaitu PT.

PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia), dan Moody‟s Indoneisa. Penelitian ini mengacu pada peringkat obligasi yang telah dipublikasikan oleh PT PEFINDO, hal ini dikarenakan informasi mengenai peringkat obligasi mudah diperoleh, sebab peringkat diterbitkan setiap bulan dan jumlah perusahaan yang menggunakan jasa pemeringkat ini jauh lebih banyak dibandingkan dengan lembaga pemeringkat lainnya. Pemilihan PT PEFINDO sendiri diharapkan dapat memberikan informasi yang relevan karena sebagian besar perusahaan menggunakan jasa tersebut yang berarti memiliki kepercayaan atas penilaian lembaga rating tersebut. Berikut peringkat obligasi perusahaan berdasarkan PT.

PEFINDO dapat dilihat pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2

Peringkat Obligasi Perusahaan dari Tahun 2013-2017

No. Perusahaan Peringkat Obligasi

2013 2014 2015 2016 2017

1 Bank CIMB NiagaTbk idAAA/

Stable

idAAA/

Stable

idAAA/

Stable

idAAA/

Stable

idAAA/

Stable 2 Bank Maybank

Indonesia Tbk

idAAA/

Stable

idAAA/

Stable

idAAA/

Stable

idAAA/

Stable

idAAA/

Stable 3 Bank Mayapada

Internasional Tbk

idA-/

Stable

idA-/

Stable

idA-/

Negative

idA-/

Stable

idA/

Stable 4 Bank OCBC NISP Tbk idAAA/

Stable

idAAA/

Stable

idAAA/

Stable

idAAA/

Stable

idAAA/

Stable 5 Adira Dinamika Multi

Finance Tbk

idAA+/

Stable

idAAA/

Stable

idAAA/

Stable

idAAA/

Stable

idAAA/

Stable Sumber : www.pefindo.com

Pada Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa peringkat obligasi pada perusahaan rata-rata setiap tahunnya dari keseluruhan peringkat obligasi yang ada di pasar modal Indonesia berada pada tingkatan idAAA/ Stable. Pada rentang tahun

(22)

2013-2017 peringkat obligasi tertinggi yaitu idAAA/ Stable dimiliki oleh perusahaan Bank CIMB Niaga Tbk, Bank Maybank Indonesia Tbk, dan Bank OCBC NISP Tbk . Selanjutnya peringkat obligasi terendah yaitu idA-/Stable dimiliki oleh perusahaan Bank Mayapada Internasional Tbk. Peringkat obligasi ini berperan penting dalam menarik investor agar mau berinvestasi terhadap perusahaan tersebut.

Pada tahun 2008 nilai emisi pasar obligasi sektor industri keuangan adalah sebesar 65,22 triliyun rupiah atau 47,70 persen dari nilai emisi pasar obligasi seluruh industri yang ada di pasar modal. Selanjutnya pada tahun 2009 sektor industri keuangan kembali mendominasi dari keseluruhan nilai emisi pasar obligasi yang ada di pasar modal Indonesia sebesar 83,72 triliyun rupiah atau 47,98 persen dan pada tahun 2010 kembali mendominasi sebesar 110,93 triliyun rupiah atau 51,85 persen.

Tabel 1.3

Leverage (Debt to Equity Ratio) Perusahaan Sektor Keuangan dari Tahun 2013-2017

No. Perusahaan Leverage /(DER) persen

2013 2014 2015 2016 2017

1 Bank CIMB NiagaTbk 7,48 7,19 7,32 6,06 6,20

2 Bank Maybank Indonesia Tbk 10,49 8,89 9,01 7,64 7,33 3 Bank Mayapada InternasionalTbk 9,11 12,01 9,31 7,62 7,74

4 Bank OCBC NISP Tbk 6,20 5,89 6,34 6,08 6,05

5 Adira Dinamika Multi Finance Tbk 4,15 6,42 5,36 4,55 4,13 Sumber : www.idx.co.id

Menurut Septyawanti (2013), Leverage merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar perusahaan dibiayai oleh hutang.

Alasan mengapa penelitian ini menggunakan variabel leverage karena dengan

(23)

10

nilai leverage yang tinggi dapat memberikan sinyal bahwa adanya ketidakpastian perusahaan dalam memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo. Sehingga investor dapat menilai kondisi keuangan perusahaan tersebut. Berikut nilai leverage yang diproksikan dengan Debt To Equity Ratio (DER) dari perusahaan Sekor Keuangan dapat dilihat pada Tabel 1.3.

Pada Tabel 1.3 dapat dilihat bahwa nilai leverage pada perusahaan rata-rata setiap tahunnya dari keseluruhan sampel penelitian cenderung naik turun. Pada rentang tahun 2013-2017 nilai leverage tertinggi yaitu 10,49 dimiliki oleh perusahaan Bank Maybank Indonesia Tbk pada tahun 2013. Selanjutnya nilai leverage terendah yaitu 4,13 dimiliki oleh perusahaan Adira Dinamika Multi Finance Tbk pada tahun 2017. Nilai leverage yang tinggi dapat menggambarkan bahwa perusahaan tersebut memiliki hutang yang lebih besar dari pada aktiva yang dimilikinya. Sehingga resiko gagal bayar yang akan ditanggung oleh investor apabila membeli obligasi pada perusahaan tersebut semakin tinggi yang nantinya akan mempengaruhi peringkat obligasi yang akan diberikan. Menurut hasil penelitian Estiyanti dan Yasa (2012), leverage berpengaruh negatif terhadap peringkat obligasi. Berbeda dengan hasil penelitian dari Estiyanti dan Yasa (2012), penelitian yang dilakukan Septyawanti (2013), menyatakan bahwa variabel leverage berpengaruh terhadap peringkat obligasi.

Menurut Almilia dan Devi (2007), Profitabilitas adalah rasio yang menunjukkan seberapa kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Para analis tetap tertarik terhadap profitabilitas perusahaan karena hal ini merupakan satu-satunya indikator yang paling baik mengenai kesehatan keuangan

(24)

perusahaan. Berikut profitabilitas yang diproksikan dengan ROI dari perusahaan Sektor Keuangan dapat dilihat pada Tabel 1.4.

Tabel 1.4

Profitabilitas Perusahaan

No. Perusahaan Profitabilitas /(ROA) persen

2013 2014 2015 2016 2017 1 Bank CIMB NiagaTbk 0,019 0,009 0,003 0,007 0,011 2 Bank Maybank Indonesia Tbk 0,090 0,070 0,060 0,090 0,100 3 Bank Mayapada Internasional Tbk 0,016 0,011 0,013 0,013 0,090 4 Bank OCBC NISP Tbk 0,011 0,012 0,012 0,012 0,014 5 Adira Dinamika Multi Finance Tbk 0,190 0,130 0,150 0,170 0,190 Sumber : www.idx.co.id

Pada Tabel 1.4 dapat dilihat bahwa nilai profitabilitas pada perusahaan rata-rata setiap tahunnya dari keseluruhan sampel penelitian cenderung naik turun.

Pada rentang tahun 2013-2017 nilai profitabilitas tertinggi yaitu 0,19 dimiliki oleh perusahaan Adira Dinamika Multi FinanceTbk pada tahun 2017. Selanjutnya nilai profitabilitas terendah yaitu 0,003 dimiliki oleh perusahaan Bank CIMB Niaga Tbk pada tahun 2015. Investasi dalam bentuk obligasi secara langsung sebenarnya tidak berpengaruh oleh profitabilitas perusahaan, karena berapa pun besarnya profit yang mampu dihasilkan oleh perusahaan, pemegang obligasi tetap menerima seberapa tingkat bunga yang telah ditentukan.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Magreta dan Nurmayanti (2009) menemukan bahwa variabel profitabilitas berpengaruh terhadap prediksi peringkat obligasi yang berarti bahwa profitabilitas dapat memberikan signal kepada investor mengenai peringkat obligasi pada suatu perusahaan.

Menurut Yuliana (2011) dan Uma (2015) menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi. Pertumbuhan

(25)

12

perusahaan merupakan pengukur yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan.

Pertumbuhan perusahaan dapat diukur dengan menggunakan total asset, penjualan dan ekuitas. Berikut pertumbuhan perusahaan dari perusahaan Sektor Keuangan dapat dilihat pada Tabel 1.5.

Tabel 1.5

Pertumbuhan Perusahaan

No. Perusahaan

Pertumbuhan Perusahaan ( persen) 2013 2014 2015 2016 2017

1 Bank CIMB NiagaTbk 10,8 6,53 2,43 11,3 10,2

2 Bank Maybank Indonesia Tbk 21,3 1,96 9,94 5,74 3,94 3 Bank Mayapada Internasional Tbk 39,9 50,6 30,6 28,6 22,8

4 Bank OCBC NISP Tbk 23,2 5,7 16,8 14,7 11,2

5 Adira Dinamika Multi Finance Tbk 21,7 -3,43 -7,3 -0,36 6,69 Sumber : www.idx.co.id

Pada Tabel 1.5 dapat dilihat bahwa nilai pertumbuhan pada perusahaan mengalami kenaikan dan penurunan setiap tahunnya. Pada rentang tahun 2013- 2017 nilai pertumbuhan perusahaan tertinggi yaitu 50,6 persen dimiliki oleh perusahaan Bank Mayapada InternasionalTbk pada tahun 2014. Selanjutnya nilai pertumbuhan perusahaan terendah yaitu -7,3 dimiliki oleh perusahaan Adira Dinamika Multi Finance Tbk pada tahun 2015. Perusahaan yang besar memiliki total asset, penjualan dan ekuitas yang besar pula. Sehingga perusahaan yang besar memiliki risiko kebangkrutan atau kegagalan yang lebih rendah bila dibandingkan dengan perusahaan yang kecil.

Menurut Magreta dan Nurmayanti (2009) menyatakan bahwa jaminan berpengaruh terhadap peringkat obligasi Jaminan merupakan janji yang diberikan oleh peminjam kepada pemberi pinjaman apablila peminjam tidak dapat

(26)

memenuhi kewajibannya. Jaminan obligasi dapat diklasifikasikan menjadi obligasi dengan jaminan dan obligasi taanpa jaminan. Alasan penggunaan jaminan pada penelitian ini karena obligasi dengan jaminan dapat memberikan sinyal bahwa perusahaan akan memberikan jaminan berupa aset tertentu atau kekayaan tertentu sesuai dengan jaminan yang dijanjijan apabila perusahaan tersebut tidak mampu memenuhi kewajibannya. Obligasi yang dijamin oleh perusahaan cenderung lebih aman karena memiliki resiko yang lebih kecil apabila perusahaan mengalami gagal bayar, sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi peringkat obligasi yang akan diberikan. Hal yang sama juga ditemukan oleh Yuliana (2011) dalam penelitiannya mengenai peringkat obligasi dimana jaminan berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Estiyanti dan Yasa (2012) dan Kilapong dan Setiawati (2010) menyakan hal sebaliknya bahwa jaminan tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi.

Berdasarkan latar belakang, maka peniliti ingin melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Leverage, Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan, dan Jaminan Terhadap Peringkat Obligasi Pada Sektor Keuangan”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah leverage berpengaruh terhadap peringkat obligasi pada sector keuangan?

2. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap peringkat obligasi pada sector keuangan?

3. Apakah pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap peringkat obligasi pada sector keuangan?

(27)

14

4. Apakah jaminan berpengaruh terhadap peringkat obligasi pada sector keuangan?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh leverage terhadap peringkat obligasi pada sektor keuangan.

2. Untuk mengetahuidan menganalisis pengaruh profitabilitas terhadap peringkat obligasi pada sektor keuangan.

3. Untuk mengetahui adan menganalisis pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap peringkat obligasi pada sektor keuangan

4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh jaminan terhadap peringkat obligasi pada sektor keuangan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Perusahaan, sebagai masukan mengenai leverage, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan dan jaminan terhada pperingkat obligasik hususnya hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat pada sektor keuangan.

2. Bagi Peneliti, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan khususnya mengenai pengaruh leverage, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan dan jaminan terhadap peringkat obligasik pada sektor keuangan serta pengalaman selama dalam proses penulisan penelitian.

3. Bagi Pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat menambah wawasan mengenai pengaruh leverage, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan dan jaminan terhadap peringkat obligasi pada sektor keuangan

(28)

dan sebagai bahan referensi yang dapat membantu memberikan perbandingan dalam melakukan penelitian pada bidang yang sama.

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pasar Modal

2.1.1 Pengertian Pasar Modal

Bursa Efek Indonesia mendefinisikan pasar modal (capital market) sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjual belikan, baik surat utang (obligasi), ekuitas (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya.

Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal mendefiniskan pasar modal sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan nasional sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha dan wahana investasi bagi masyarakat.

Pasar Modal (Capital Market) dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.

Dengan demikian pasar modal merupakan konsep yang lebih sempit dari pasar

(30)

keuangan (financial market). Dalam pasar modal, diperdagangkan semua bentuk hutang dan modal sendiri, baik dana jangka pendek maupun jangka panjang, baik negotiable ataupun tidak (Husnan, 2011).

Perkembangan pasar modal yang pesat mempengaruhi pertumbuhan perekonomian. Dalam melaksanakan fungsi ekonomi, pasar modal memiliki fungsi sebagai fasilitas untuk memindahkan dana dari pihak yang surplus kepada pihak yang membutuhkan dana. Sedangkan dalam fungsi keuangan, pasar modal memiliki peran sebagai penyedia dana bagi pihak yang membutuhkan dana.

Perusahaan memasuki pasar modal bertujuan untuk mendapatkan dana yang berasal dari investor agar mampu meningkatkan kinerja perusahaan mereka, sedangkan investor menanamkan modal dengan harapan memperoleh manfaat atau hasil dari penanaman modalnya di masa yang akan datang. Dalam kegiatan di atas ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan oleh investor, salah satu alternatif yang ditawarkan adalah obligasi.

Berdasarkan beberapa definisi pasar modal di atas, dapat disimpulkan bahwa pasar modal adalah pasar untuk memperjualbelikan instrumen keuangan baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah maupun perusahaan swasta. Pasar modal merupakan sumber pendanaan bagi perusahaan dalam mempertahankan maupun meningkatkan kinerja perusahaan dan sarana investasi bagi investor yang memiliki kelebihan dana.

2.1.2 Instrumen yang Diperdagangkan di Pasar Modal

Menurut Bursa Efek Indonesia, instrumen yang diperdagangkan di pasar modal merupakan instrumen jangka panjang (jangka waktu lebih dari 1 tahun)

(31)

18

yang meliputi:

1. Saham

Tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham merupakan salah satu instrumen pasar modal yang paling diminati investor. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk pendanaan perusahaan.

Saham merupakan instrumen yang banyak dipilih oleh investor karena mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik. Namun, keuntungan yang diperoleh dari investasi saham sangat fluktuatif dan tidak pasti.

2. Obligasi

Surat utang jangka panjang yang dapat diperjualbelikan yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan (jatuh tempo) kepada pihak pembeli obligasi. Waktu jatuh tempo obligasi rata-rata lebih dari 5 tahun.

3. Waran

Hak untuk membeli saham atau obligasi dari satu perusahaan dengan harga yang telah ditentukan sebelumnya oleh penerbit waran/perusahaan emiten.

Waran umumnya dapat diperdagangkan juga di bursa, sehingga pemilik waran dapat juga mendapatkan keuntungan jika menjual waran dengan harga yang lebih tinggi dari harga beli.

4. Right

Efek yang memberikan hak kepada pemegang saham lama untuk membeli

(32)

saham baru yang akan dikeluarkan oleh emiten pada proporsi dan harga tertentu.

5. Reksa Dana

Salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi yang dilakukan. Reksa dana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki modal, keinginan untuk melakukan investasi, namun hanya memiliki waktu dan pengetahuan terbatas. Selain itu, reksa dana juga diharapkan dapat meningkatkan peran pemodal lokal untuk berinvestasi di pasar modal.

6. Instrumen Derivatif

Efek turunan dan efek utama baik yang bersifat penyertaan maupun utang.

Efek turunan dapat berarti turunan langsung dari efek utama maupun turunan selanjutnya. Derivatif merupakan kontrak atau perjanjian yang nilai atau peluang keuntungannya terkait dengan kinerja aset lain. Aset lain ini disebut sebagai underlying assets.

2.2 Teori Sinyal

Brigham dan Houston (2013) menjelaskan bahwa teori sinyal sebagai suatu tindakan yang dambil oleh manajemen suatu perusahaan untuk menilai prospek perusahaan tersebut. Morton Miller dalam Brigham dan Houston (2013) berasumsi bahwa setiap orang, baik investor maupun manajer memiliki informasi yang sama tentang prospek suatu perusahaan. Kesamaan informasi tersebut biasa dinyatakan sebagai informasi simetris. Akan tetapi pada kenyataannya yang sering terjadi adalah asimetri informasi, yaitu ketidaksamaan informasi yang dimiliki

(33)

20

oleh manajer dan investor. Manajer sering memiliki informasi yang lebih baik dibandingkan dengan investor luar. Informasi yang diberikan oleh pihak internal biasanya informasi yang baik tentang kondisi perusahaan. Hal ini dilakukan pihak internal untuk menarik investor agar mau menginvestasikan kelebihan dananya di perusahaan tersebut. Pihak investor hanya dapat menggunakan informasi yang diberikan oleh pihak internal perusahaan tanpa mengetahui kebenaran informasi tersebut. Padahal kualitas keputusan investor dipengaruhi oleh kualitas informasi yang diungkapkan perusahaan dalam laporan keuangan.

Teori sinyal menjelaskan alasan perusahaan menyajikan informasi pasar modal. Teori ini mengemukakan tentang pentingnya perusahaan memberikan sinyal-sinyal bagi para pihak berkepentingan atau calon investor. Sinyal positif yang diberikan perusahaan kepada calon investor adalah adanya penerbitan laporan keuangan oleh perusahaan. Hal tersebut dilakukan untuk menyampaikan kondisi perusahaan kepada masyarakat luas karena melalui penyampaian informasi tersebut dapat meyakinkan masyarakat untuk menanam modalnya di perusahaan tersebut. Salah satu sinyal positif yang diberikan perusahaan untuk menarik calon investor adalah peringkat obligasi. Peringkat obligasi memberikan informasi keamanan oblligasi yang diterbitkan oleh perusahaan tersebut.

2.3 Obligasi

2.3.1 Pengertian Obligasi

Menurut Bursa Efek Indonesia, obligasi dapat didefinisikan sebagai surat utang jangka panjang yang dapat diperjualbelikan yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu

(34)

dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi. waktu jatuh tempo obligasi rata-rata lebih dari 5 tahun.

Obligasi adalah surat utang jangka panjang yang memberikan pendapatan tetap (fixed income) bagi investor. Obligasi merupakan salah satu instrumen yang cukup menarik bagi kalangan investor di pasar modal ataupun bagi perusahaan untuk mendapatkan dana bagi kepentinngan perusahaan. Obligasi termasuk dalam investasi berpendapatan tetap sebab jenis pendapatan keuntungan yang diberikan memberikan sinyal-sinyal bagi para pihak berkepentingan atau calon investor.

Sinyal positif yang diberikan perusahaan kepada calon investor adalah adanya penerbitan laporan keuangan oleh perusahaan. Hal tersebut dilakukan untuk menyampaikan kondisi perusahaan kepada masyarakat luas karena melalui penyampaian informasi tersebut dapat meyakinkan masyarakat untuk menanam modalnya di perusahaan tersebut. Salah satu sinyal positif yang diberikan perusahaan untuk menarik calon investor adalah peringkat obligasi. Peringkat obligasi memberikan informasi keamanan oblligasi yang diterbitkan oleh perusahaan tersebut.

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa obligasi adalah surat utang jangka panjang yang dapat diterbitkan oleh pemerintah maupun perusahaan yang berisi janji antara pihak penerbit dan investor yang memberikan pendapatan tetap dengan memberikan keuntungan kepada investor berupa bunga (kupon) maupun selisih antara harga beli dan harga pari. Pada tanggal jatuh tempo yang sudah ditentukan, pihak penerbit obligasi wajib mengembalikan pokok utang kepada investor.

(35)

22

2.3.2 Karakteristik Obligasi

Secara umum, obligasi merupakan produk pengembangan dari surat utang jangka panjang. Prinsip utang jangka panjang dapat dicerminkan dari karakteristik atau struktur yang melekat pada sebuah obligasi. Rahardjo (2003) menyatakan bahwa karakteristik umum yang tercantum pada obligasi hampir mirip dengan karakteristik pinjaman utang pada umumnya, yaitu meliputi:

1. Nilai Penerbitan Obligasi

Dalam penerbitan obligasi maka pihak emiten akan dengan jelas menyatakan berapa jumlah dana yang dibutuhkan melalui penjualan obligasi. Penentuan besar kecilnya jumlah penerbitan obligasi disesuaikan dengan kemampuan aliran kas perusahaan serta kinerja bisnisnya

2. Jangka Waktu Obligasi

Setiap obligasi memiliki jangka jatuh tempo. Sebagian besar obligasi yang diterbitkan perusahaan memiliki jangka jatuh tempo lima tahun atau lebih.

Sedangkan obligasi pemerintah memiliki jangka jatuh tempo lima sampai sepuluh tahun. Obligasi yang memiliki jangka waktu lebih pendek lebih diminati oleh investor karena dianggap memiliki risiko lebih kecil dibandingkan obligasi yang memiliki jangka jatuh tempo yang panjang.

3. Tingkat Suku Bunga

Untuk menarik investor, perusahaan memberikan insentif berupa tingkat suku bunga yang menarik. Penentuan tingkat suku bunga biasanya ditentukan dengan membandingkan tingkat suku bunga perbankan pada umumnya.

Tingkat suku bunga atau biasa disebut kupon dapat berbentuk fixed rate

(36)

maupun floating rate.

4. Jadwal Pembayaran Suku Bunga

Kewajiban pembayaran kupon oleh perusahaan dilakukan secara periodik sesuai kesepakatan sebelumnya, bisa triwulan maupun semesteran. Ketepatan jadwal pembayaran suku bunga merupakan aspek penting dalam menentukan reputasi penerbit obligasi.

5. Jaminan

Di dalam penerbitan obligasi, memberikan jaminan bukan merupakan kewajiban perusahaan. Namun, obligasi yang memberikan jaminan berbentuk aset perusahaan mempunyai daya tarik sendiri bagi investor.

2.3.3 Jenis-Jenis Obligasi

Menurut Bursa Efek Indonesia, jenis-jenis obligasi memiliki beberapa jenis yang berbeda, yaitu:

1. Berdasarkan Penerbit Obligasi/Issuer a. Corporate Bonds

Obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, baik yang berbentuk badan usaha milik negara (BUMN) atau badan usaha swasta.

b. Government Bonds

Obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat dengan tujuan untuk kepentingan pemerintah atau skala nasional. Jaminan yang diberikan berupa alokasi pendapatan yang didapatkan dari pajak atau penerimaan negara lainnya.

c. Multicipal Bond

(37)

24

Obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah untuk membiayai proyek-proyek yang berkaitan dengan kepentingan publik (public utility).

Dana yang diperoleh dari hasil obligasi tersebut dapat digunakan untuk kepentingan umum atau proyek swasta yang digunakan untuk kepentingan umum.

2. Berdasarkan Sistem Pembayaran Bunga a. Zero Coupon Bonds

Obligasi yang tidak melakukan pembayaran bunga secara periodik.

Namun, bunga dan pokok dibayarkan sekaligus saat jatuh tempo.

b. Coupon Bonds

Obligasi dengan kupon yang dapat diuangkan secara periodik sesuai dengan ketentuan penerbitnya.

c. Fixed Coupon Bonds

Obligasi dengan tingkat kupon bunga yang telah ditetapkan sebelum masa penawaran perdana dan akan dibayarkan secara periodik.

d. Floating Coupon Bond

Obligasi dengan tingkat kupon bunga yang ditentukan sebelum jangka waktu tersebut, berdasarkan suatu acuan (brenchmark) tertentu seperti average time deposit (ATD) yaitu rata-rata tertimbang tingkat suku bunga deposito dari bank pemerintah dan swasta.

3. Berdasarkan Hak Penukaran/Opsi a. Convertible Bonds

Obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligassi untuk

(38)

mengkoversikan obligasi tersebut ke dalam sejumlah saham milik penerbitnya.

b. Exchangeable Bonds

Obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk menukar saham perusahaan ke dalam sejumlah saham perusahaan afiliasi milik penerbitnya.

c. Collable Bonds

Obligasi yang memberikan hak kepada emiten untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut.

d. Putable Bonds

Obligasi yang memberikan hak kepada investor yang mengharuskan emiten untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut.

4. Berdasarkan Jaminan atau Kolateralnya a. Secured Bonds

Obligasi yang dijamin dengan kekayaan tertentu dari penerbitnya atau dengan jaminan lain dari pihak ketiga.

b. Unsecured Bonds

Obligasi yang tidak dijaminkan dengan kekayaan tertentu tetapi dijamin dengan kekayaan penerbitnya secara umum.

5. Berdasarkan Nilai Nominal a. Conventional Bonds

Obligasi yang lazim diperjualbelikan dalam satu nominal Rp.1 miliar per

(39)

26

satu lot.

b. Retail Bonds

Obligasi yang diperjualbelikan dalam satuan nilai nominal yang kecil, baik corporate bonds maupun government bonds.

6. Berdasarkan Perhitungan Imbal Hasil a. Obligasi Konvensional

Obligasi yang diperhitungkan dengan menggunakan sistem kupon bunga.

b. Obligasi Syariah

Obligasi yang perhitungan imbal hasil dengan menggunakan bagi hasil.

2.3.4 Risiko Investasi Obligasi

Sama seperti investasi pada instrumen pasar modal lainnya, investasi obligasi juga memiliki risiko. Besar kecilnya risiko tergantung pada jenis dan issuer obligasi. Obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah dianggap lebih aman dibandingkan dengan obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan. Hal tersebut karena obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah dijamin dengan alokasi pendapatan pemerintah. Unsecured bonds memiliki risiko yang lebih besar dari secured bonds.

Zubir (2012) mengemukakan bahwa ada beberapa potensi risiko yang dihadapi investor dalam investasi obligasi adalah sebagai berikut:

1. Risiko Tingkat Bunga (Interest Rate Risk)

Harga obligasi berbanding terbalik dengan tingkat bunga pasar. Apabila tingkat bunga pasar naik, maka harga obligasi akan turun. Investor yang menjual obligasi ketika tingkat bunga pasar naik, maka akan mengalami

(40)

kerugian. Obligasi yang memiliki jangka waktu jatuh tempo lama lebih besar potensi risiko tingkat bunga yang dihadapi investor. Untuk meminimumkan risiko tingkat bunga, sebaiknya investor tetap memegang obligasi sampai jatuh tempo.

2. Risiko Gagal Bayar (Default Risk)

Risiko dimana issuer tidak dapat membayar pinjaman pokok pada saat jatuh tempo. Obligasi pemerintah tidak akan mengalami risiko gagal bayar karena dijamin oleh alokasi pendapatan negara. Obligasi yang mungkin terjadi default risk adalah obligasi perusahaan. Risiko gagal bayar obligasi perusahaan bergantung pada kesehatan keuangan perusahaan yang tercermin pada neraca dan laporan laba ruginya. Untuk melindungi investor dari risiko gagal bayar, maka diterbitkan peringkat obligasi (rating bonds). Peringkat obligasi diterbitkan oleh lembaga pemeringkat yang independen. Peringkat obligasi mencerminkan keamanan obligasi atau kemampuan perusahaan dalam membayar kewajibannya. Obligasi dengan peringkat tertinggi memiliki tingkat keamanan yang paling tinggi.

3. Call Risk

Risiko yang timbul karena obligasi dibeli kembali oleh issuer pada harga tertentu sebelum jatuh tempo dan menguntungan issuer. Issuer akan membeli kembali obligasi apabila tingkat bunga pasar berada di bawah coupon rate.

4. Purchasing Risk

Risiko yang disebabkan oleh inflasi yang akan menggerus return obligasi tersebut. Kupon yang diterima investor adalah tetap, sementara daya belinya

(41)

28

akan turun dengan adanya inflasi. Untuk menghadapi inflasi tersebut, investor akan memilih obligasi yang memberikan return yang lebih tinggi dari tingkat obligasi.

5. Reinvestment Risk

Risiko atas return investasi kupon obligasi. Semua obligasi memiliki risiko reinvestasi tersebut. Kupon yang diterima investor diinvestasikan kembali pada tingkat bunga yang lebih rendah dari coupon rate. Obligasi yang tidak memiliki risiko reinvestasi adalah zero coupon bond.

6. Liquidity Risk

Risiko yang dihadapi investor karena obligasi tidak diperdagangkan secara aktif di bursa dan tidak ada harga yang jelas. Untuk meminimalisir terjadi risiko tersebut, investor sebaiknya mencari obligasi yang aktif diperdagangkan di bursa.

2.4 Peringkat Obligasi

2.4.1 Pengertian Peringkat Obligasi

Investor yang ingin berinvestasi dalam obligasi sebaiknya perlu memperhatikan peringkat obligasi perusahaan penerbit obligasi. Menurut Brigham dan Houston (2012), peringkat obligasi menyatakan tingkat keamanan suatu obligasi. Peringkat obligasi memberikan sinyal probabilitas kegagalan hutang suatu perusahaan. Peringkat obligasi merupakan skala risiko dari semua obligasi yang diperdagangkan. Skala ini menunjukkan seberapa aman suatu obligasi bagi para investor. Keamanan ini ditunjukkan dari kemampuannya dalam membayar bunga dan pelunasan harga pokok

(42)

pinjaman secara tepat waktu. Peringkat obligasi perusahaan diharapkan dapat memberikan investor petunjuk tentang kualitas investasi obligasi yang mereka minati.

Peringkat obligasi merupakan sebuah pernyataan tentang keadaan emiten dan kemungkinan apa yang bisa dan akan dilakukan sehubungan dengan utang yang dimiliki, sehingga dapat dikatakan bahwa peringkat dapat mengukur risiko gagal bayar. Semakin tinggi peringkat obligasi, semakin menunjukkan bahwa obligasi tersebut terhindar dari risiko gagal bayar.

Peringkat obligasi diterbitkan oleh lembaga pemeringkat independen yang dipercaya. Lembaga tersebut menerbitkan peringkat obligasi yang diperdagangkan di pasar sekunder. Selain memberikan petunjuk kepada investor untuk menentukan obligasi yang dipilih, lembaga pemeringkat juga dapat membantu perusahaan untuk memberikan sinyal kepada investor bahwa perusahaannya layak sebagai sarana investasi obligasi. Lembaga pemeringkat tersebut antara lain Standard & Poor’s Corporation, Moody’s Investor Service, Fitch Investor Service, Duff and Phelps Credit Rating Co. Lembaga pemeringkat obligasi di Indonesia salah satunya adalah PT. Pemeringkat Efek Indonesia (PT. PEFINDO). Untuk mengetahui keamanan obligasi suatu perusahaan, lembaga pemeringkat memberikan penilaian terhadap prospek bisnis dan perkembangan indikator-indikator bisnis perusahaan penerbit obligasi.

PT. PEFINDO membagi peringkat obligasi menjadi dua yaitu investment grade dan non investment grade. Salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh

(43)

30

perusahaan dalam rangka penerbitan obligasi adalah hasil pemeringkatan efek dari lembaga efek yang diakui oleh Bank Indonesia sekurang-kurangnya adalah BBB- (investment grade).

2.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi

Brigham dan Houston (2012) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi terdiri dari faktor kualitatif dan kuantitatif.

Salah satu faktor kuantitatif adalah rasio keuangan. Adapun rasio keuangan tersebut adalah debt ratio, current ration, profitabillity dan fixed charge coverage ratio. Semakin baik rasio-rasio tersebut maka semakin baik rating perusahaan.

Bodie, Kane dan Marcus (2006) menyatakan bahwa perusahaan pemeringkat obligasi menggunakan basis pemeringkatan mereka kebanyakan dari analisis tren an tingkat rasio keuangan perusahaan penerbit. Rasio-rasio penting yang digunakan untuk menilai keamanan obligasi yaitu:

1) Rasio Cakupan (coverage ratio) 2) Rasio Pengungkit (leverage ratio)

3) Rasio Likuiditas (liquidity ratio) yang meliputi rasio lancar dan rasio cepat

4) Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) 5) Rasio Arus Kas terhadap Utang

2.4.3 Arti Peringkat Obligasi

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/31/DPNP tanggal 22 Desember 2011 perihal Lembaga Pemeringkat dan Pemeringkat yang diakui

(44)

Bank Indonesia, terdapat tiga lembaga pemeringkat yaitu PT. PEFINDO, PT.

Fitch Ratings Indonesia dan PT. ICRA Indonesia. PT. PEFINDO merupakan lembaga pemeringkat tertua di Indonesia, yakni berdiri sejak tahun 1993.

Sedangkan PT. Fitch Ratings Indonesia dan PT. ICRA baru diakui di Indonesia tahun 2008 dan 2010. Di antara ketiga lembaga pemeringkat obligasi tersebut, PT. PEFINDO adalah yang paling banyak digunakan jasanya oleh perusahaan. Selain ketiga lembaga tersebut, lembaga pemeringkat yang digunakan jasanya oleh perusahaan di Indonesia adalah Standard & Poor’s Corporation dan Moody’s Investor Service.

Setiap lembaga pemeringkatan mempunyai karakteristik simbol peringkat yang berbeda-beda tetapi mempunyai pengertian yang sama. Peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh PT. PEFINDO menggunakan awalan “id”

menunjukkan bahwa peringkat obligasi disesuaikan dengan kondisi Indonesia. Berikut ini merupakan arti dari peringkat obligasi yang digunakan oleh lembaga pemeringkat. Arti peringkat obligasi yang digunakan oleh PT.

PEFINDO disajikan dalam tabel 3 dan arti peringkat obligasi yang digunakan oleh Moody’s Investor Service disajikan dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1

Peringkat Obligasi Versi Pefindo

Peringkat Arti Peringkat

idAAA Perusahaan dengan risiko investasi paling rendah, berkemampuan paling baik untuk membayar bunga dan pokok hutang dari seluruh kewajiban finansialnya sesuai yang diperjanjikan.

idAA Perusahaan dengan risiko investasi sangat rendah dan berkemampuan sangat baik untuk membayar bunga dan pokok hutang dari seluruh kewajiban finansialnya sesuai dengan diperjanjikan dan tidak mudah dipengaruhi oleh perubahan keadaan.

idA Perusahaan dengan risiko investasi rendah dan berkempuan baik untuk membayar bunga dan pokok hutang dari seluruh kewajibab finansialnya

(45)

32

sesuai dengan yang diperjanjikan, dan hanya sedikit dipengaruhi oleh perusahaan keadaan yang merugikan.

idBBB Perusahaan dengan risiko investasi cukup rendah dan berkemampuan baik untuk membayar bunga dan pokok hutang dari seluruh kewajiban finansialnya sesuai dengan yang diperjanjikan, meskipun kemampuannya tersebut cukup peka terdapat perubahan keadaan yang merugikan.

idBB Perusahaan yang masih berkemampuan untuk membayar bunga dan pokok hutang dan seluruh kewajiban finansialnya sesuai dengan yang di perjanjikan, namun risiko investasi cukup tinggi, dan sangat peka terhadap perubahan keadaan yang merugikan.

idB Perusahaan dengan risiko investasi sangat tinggi dan berkemampuan sangat terbatas untuk membayar bunga dan pokok hutang dari sekuruh kewajiban finansialnya sesuai dengan yang diperjanjikan.

idCCC Perusahaan yang tidak berkemampuan lagi untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya.

idD Utang efek yang macet atau perusahaan yang sudah berhenti berusaha.

Sumber: www.pefindo.com

Peringkat idAA hingga idB dapat dimodifikasi dengan menambahkan tanda plus (+) atau minus (-). Tanda plus menunjukkan suatu kategori peringkat lebih mendekati peringkat di atasnya. Sedangkan tanda minus (-) menunjukkan suatu kategori peringkat lebih mendekati peringkat di bawahnya. Hal ini digunakan untuk membedakan kekuatan kategori suatu peringkat. Simbol peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh PT. PEFINDO memiliki kesamaan dengan simbol peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh Standard & Poor’s Corporation.

Tabel 2.2

Arti Peringkat Obligasi Moody’s Investor Service

Peringkat Arti

Aaa Obligasi berperingkat Aaa merupakan obligasi berkualitas terbaik dengan risiko kredit paling lendah.

Aa Obligasi berperingkat Aa merupakan obligasi berkualitas baik dengan risiko kredit rendah

A Obligasi berperingkat A merupkan obligasi berkualitas menengah atas dengan risiko kredit rendah.

Baa Obligasi berperingkat Baa merupkan obligasi dengan resiko moderat dan oleh karenanya memiliki karakteristik spekulatif.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Salah satu model yang dapat digunakan untuk mengestimasi nilai return yang diharapkan atau ekspektasi return beserta risiko dari suatu investasi adalah Capital Asset Pricing

Percobaan dilakukan dengan dua perlakuan yaitu 3 tingkat laju pembekuan dan 3 tingkat tekanan untuk mempelajari kondisi operasi dan karakteristik pengeringan beku cabe jawa

Penulis menjadikan pengalaman pribadi dalam menciptakan karya seni kriya tekstil berupa kain panjang, dalam hal ini data – data yang dijadikan acuan pembuatan motif untuk

Sugiyono (2008:116) mendefinisikan sebagai berikut: “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Karena jumlah populasi dalam

Menurut orang Jawa dikenal perkawinan yang ideal, yaitu: pertama, seorang perempuan kawin dengan anak laki-laki dari saudara perempuan ayah; kedua, kawin dengan seseorang yang

Metode dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diambil berupa peraturan-peraturan yaitu PSAK dan Fatwa DSN MUI yang berkaitan dengan penerapan

Setiap manusia memiliki sifat kepribadian masing-masing yang berbeda dengan manusia lainnya dan turut berpengaruh dengan hasil belajar yang dicapai. Faktor yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model pemecah yang baik berdasarkan nilai koefisien disipasi (Kd) dan untuk mengetahui pengaruh ukuran serta susunan