• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEPATUHAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN PENGOBATAN HIV/AIDS DI PUSKESMAS TELADAN KOTA MEDAN TAHUN 2018 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEPATUHAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN PENGOBATAN HIV/AIDS DI PUSKESMAS TELADAN KOTA MEDAN TAHUN 2018 SKRIPSI"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh

VHONY DESIYANTA SINAGA NIM. 141000053

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

VHONY DESIYANTA SINAGA NIM. 141000053

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2019

(3)
(4)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes.

Anggota : 1. Sri Novita Lubis, S.K.M., M.Kes.

2. Puteri Citra Cinta Asyura Nasution, S.K.M., M.P.H.

(5)

Faktor yang Memengaruhi Kepatuhan Pasien dalam Pelaksanaan Pengobatan HIV/AIDS di Puskesmas Teladan Kota Medan Tahun 2018”

beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Februari 2019

Vhony Desiyanta Sinaga

(6)

global dan menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia. Salah satu pengobatan yang dapat dilakukan oleh Orang Hidup Dengan HIV/AIDS (ODHA) yaitu dengan menjalani pengobatan Antiretroviral (ARV). Keberhasilan pengobatan Antiretroviral (ARV) bergantung pada pasien HIV/AIDS mempertahankan tingkat kepatuhan setidaknya 95% dari semua dosis obat yang ditentukan. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana pengaruh antara karakteristik individu, sosial ekonomi, sosial budaya, dan sikap dengan kepatuhan pasien dalam pelaksanaan pengobatan HIV / AIDS di Puskesmas Teladan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fakor-faktor yang mempengaruhi keptuhan pasien dalam pelaksanaan pengobatan HIV/AIDS. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survey analitik dengan desain cross sectional. Populasi adalah seluruh pasien HIV/AIDS yang bertempat tinggal di kota medan sebanyak 458 jiwa. Sampel berjumlah 85 orang diambil dengan teknik purposive sampling. Data di kumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan uji regresi logistik berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang memiliki pengaruh terhadap kepatuhan pasien adalah dukungan keluarga (p=0,046), dan pengetahuan (p=0,022). Variabel yang dominan berpengaruh terhadap kepatuhan pasien dalam pelaksanaan pengobatan HIV/AIDS adalah variabel dukungan keluarga. Diharapkan kepada pasien agar lebih percaya diri dan semangat dalam menjalankan pengobatan dan bagi keluarga diharapkan supaya memberikan perhatian dan dukungan agar pasien tetap menjalankan pengobatan HIV/AIDS serta keluarga diharapkan tidak memiliki stigma yang buruk dan mendeskriminasikan pasien, sehingga pasien tetap optimis dalam menjalankan pengobatan HIV/AIDS.

Kata kunci : HIV/AIDS, antiretroviral, puskesmas

(7)

number one cause of death in the world. One treatment that can be done by people living with HIV / AIDS (ODHA) is by undergoing antiretroviral (ARV) treatment. The success of antiretroviral (ARV) treatment depends on HIV / AIDS patients maintaining a level of adherence of at least 95% of all prescribed drug doses. The formulation of the problem of this research is how the influence between individual characteristics, socio-economic, socio-cultural, and attitudes with patient compliance in the implementation of HIV / AIDS treatment in Teladan Health Centre. This study aims to determine the factors that influence patient compliance in implementing HIV / AIDS treatment. The type of research used is analytic survey research with cross sectional design. The population was all HIV / AIDS patients who lived in the terrain city of 458 people. A sample of 85 people was taken by purposive sampling technique. Data was collected using a questionnaire and analyzed using multiple logistic regression tests. The results showed that the variables that had an influence on patient compliance were family support (p = 0.046), and knowledge (p = 0.022). The dominant variable influencing patient compliance in implementing HIV / AIDS treatment is a family support variable. It is expected that patients will be more confident and enthusiastic in carrying out treatment and for families to be expected to give attention and support so that patients continue to carry out HIV / AIDS treatment and families are expected not to have a bad stigma and discriminate patients so that patients remain optimistic in carrying out HIV / AIDS treatment.

Keywords: HIV/AIDS, antiretroviral, puskesmas

(8)

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul skripsi adalah

“Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kepatuhan Pasien dalam Pelaksanaan Pengobatan HIV/AIDS di Puskesmas Teladan Kota Medan Tahun 2018”.

Skripsi ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes. selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan sekaligus Pembimbing yang banyak memberikan masukan dan arahan dalam menyelesaikan dan menyempurnakan skripsi ini.

4. Sri Novita Lubis, S.K.M., M.Kes. selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan bimbingan, saran, dukungan, nasehat, dan arahan untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.

(9)

6. Asfriyati, S.K.M., M.Kes. selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

7. Seluruh dosen dan staf pegawai di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. Dinas Kesehatan Kota Medan yang telah memberikan izin penelitian dalam penulisan skripsi ini..

9. dr. Kus Puji Astuti, selaku Kepala Puskesmas Teladan dan seluruh pegawai Puskesmas Teladan yang telah memberikan kesempatan, mendukung, dan meluangkan waktu untuk membantu penulis melakukan penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Teladan.

10. Teristimewa untuk orang tua tercinta, Nelson Hasudungan Sinaga, S.Sos. dan Juliasni S.H. yang telah memberikan kasih sayang yang begitu besar dan kesabaran dalam mendidik dan memberi dukungan kepada penulis.

11. Terkhusus untuk saudara dan saudari tercinta, Andropopo Perdana Sinaga, S.P., Angely Sinaga, dan Andreas Franstoka Sinaga yang telah memberikan semangat kepada penulis.

12. Teman-teman seperjuangan FKM USU 2014, Kelompok PBL Desa Simpang Tiga Pekan, sahabat-sahabat penulis dan keluarga besar yang telah mendukung, memberikan motivasi, semangat dan doa kepada penulis.

(10)

penulis berharap skripsi ini dapat memberikan kontribusi yang positif dan bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Februari 2019

Vhony Desiyanta Sinaga

(11)

Halaman Persetujuan i

Halaman Penetapan Tim Penguji ii

Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii

Abstrak iv

Abtract v

Kata Pengantar vi

Daftar Isi ix

Daftar Tabel xii

Daftar Gambar xiii

Daftar Lampiran xiv

Daftar Istilah xv

Riwayat Hidup xvi

Pendahuluan 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 6

Tujuan Penelitian 7

Tujuan umum 7

Tujuan khusus 7

Manfaat Penelitian 8

Tinjauan Pustaka 9

HIV/AIDS 9

Pemahaman HIV/AIDS 9

Penyebaran HIV/AIDS 9

Perjalanan HIV/AIDS 11

Upaya Pencegahan HIV/AIDS 13

Pengobatan HIV/AIDS 15

Pengobatan antiretroviral 16

Tujuan pengobatan ARV 17

Manfaat pengobatan antiretroviral 17

Kepatuhan 18

Pengertian kepatuhan 18

Faktor-faktor yang memengaruhi kepatuhan 20

Hasil Penelitian yang Relevan 22

Landasan Teori 23

Kerangka Konsep 28

Hipotesis 29

Metode Penelitian 30

(12)

Sampel 30

Variabel dan Definisi Operasional 31

Variabel penelitian 31

Definisi operasional 31

Metode Pengumpulan Data 33

Metode Pengukuran 33

Aspek pengukuran 34

Variabel independen 34

Variabel dependen 36

Metode Analisis Data 36

Hasil Penelitian 37

Gambaran Umum Lokasi Penelitian 37

Letak geografis 37

Keadaan demografi 37

Sarana kesehatan 38

Tenaga kesehatan 39

Deskripsi Responden berdasarkan Kategori Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Pengetahuan, Dukungan Keluarga, Sikap,dan

Kepatuhan Pasien dalam Pelaksanaan pengobatan HIV/AIDS 39 Pengaruh antara Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, dengan

Kepatuhan Pasien dalam Pelaksanaan Pengobatan HIV/AIDS 42 Pengaruh antara Pengetahuan, Dukungan Keluarga, dan Sikap dengan

Kepatuhan Pasien dalam Pelaksanaan Pengobatan HIV/AIDS 44

Ringkasan Hasil Uji Statistik Chi-square 46

Analisis Multivariat 46

Pembahasan 49

Pengaruh Variabel Umur terhadap Kepatuhan Pasien dalam Pelaksanaan

Pengobatan HIV/AIDS 49

Pengaruh Variabel Jenis Kelamin terhadap Kepatuhan Pasien dalam

Pelaksanaan Pengobatan HIV/AIDS 50

Pengaruh Variabel Pendidikan terhadap Kepatuhan Pasien dalam

Pelaksanaan Pengobatan HIV/AIDS 51

Pengaruh Variabel Pekerjaan terhadap Kepatuhan Pasien dalam

Pelaksanaan Pengobatan HIV/AIDS 53

Pengruh Variabel Pengetahuan terhadap Kepatuhan Pasien dalam

Pelaksanaan Pengobatan HIV/AIDS 54

Pengaruh Variabel Dukungan Keluarga terhadap Kepatuhan Pasien

Dalam Pelaksanaan Pengobatan HIV/AIDS 56

Pengaruh Variabel Sikap terhadap Kepatuhan Pasien dalam Pelaksanaan

(13)

Saran 61

Daftar Pustaka 63

Lampiran 66

(14)

1 Data Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Wilayah Kerja

Puskesmas 38

2 Distribusi Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas 38 3 Distribusi Tenaga Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas 39 4 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Umur, Jenis Kelamin

Pendidikan, Pekerjaan, Pengetahuan, Dukungan Keluarga, Sikap,

dan Kepatuhan 41

5 Tabulasi Silang antara Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan dengan Kepatuhan Pasien dalam Pelaksanaan Pengobatan HIV/AIDS 44 6 Tabulasi Silang antara Pengetahuan, Dukungan Keluarga, Sikap

dengan Kepatuhan Pasien dalam Pelaksanaan Pengobatan HIV/AIDS 46 7 Hasil Uji Bivariat antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat 46

8 Hasil Uji Regresi Logistik Berganda 47

(15)

1 Kerangka konsep 28

(16)

1 Pernyataan Kesediaan Responden 66

2 Kuesioner Penelitian 67

3 Output Olah Data dengan SPSS 73

4 Master Data 86

5 Surat Izin Penelitian 95

6 Surat Balasan Izin Penelitian 96

7 Surat Keterangan Selesai Penelitian 97

8 Dokumentasi 98

(17)

BCG Bacille Calmatte-Guerin

EPI Expandend Programme On Immunization

HIV Human Immunodeficiency Virus

IDU Injecting Drug User

IMS Infeksi Menular Seksual

ISPA Infeksi Saluran Pernapasan Akut

Kemenkes RI Kementerian Kesehatan Republik Indonesia KPA Komisi Penanggulangan AIDS

LSM Lembaga Swadaya Masyarakat MDGS Millennium Development Goals

MMR Measles Mumps Rubella

ODHA Orang Dengan HIV/AIDS

PDP Pengobatan, Perawatan, dan Dukungan

Permenkes RI Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia PMTS Pencegahan HIV Melalui Transfimisi Seksual Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarkat

TBC Tuberculosis

VCT Voluntary Counseling and Testing Viral Load Jumlah Virus

WHO World Health Organization

ZDV Zidovudine

(18)

Desember 1995 di Medan. Penulis beragama Kristen Protestan, anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Nelson Hasudungan Sinaga S.Sos dan Ibu Juliasni S.H.

Pendidikan formal penulis dimulai di Sekolah Dasar Santo Antonius V Medan pada Tahun 2002-2008, sekolah menengah pertama di SMP Negeri 6 Medan pada Tahun 2008-2011, sekolah menengah atas di SMA Negeri 14 Medan pada Tahun 2011-2014. Selanjutnya penulis melanjutkan Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, Februari 2019

Vhony Desiyanta Sinaga

(19)

Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah suatu penyakit menular yang sedang diperbincangkan dan tetap menjadi kasus dalam kesehatan global yang menjadi pembahasan masyarakat di seluruh dunia saat ini. Salah satu yang menjadi masalah kesehatan dan mencekam Indonesia serta negara di seluruh dunia adalah HIV/AIDS. HIV adalah suatu virus yang menurunkan sel-sel imunitas fisik seseorang, memusnahkan, serta mengacaukan fungsinya. Kelainan HIV menyebabkan kerusakan progresif sistem kekebalan tubuh sehingga menjadi AIDS (Permenkes RI 2013).

Suatu kumpulan tanda penyakit yang diakibatkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV) disebut AIDS. Sampai saat ini kelainan infeksi HIV/AIDS menjadi kasus yang dialami secara global. Kasus AIDS diberitahukan di USA tahun 1981 dan dalam kurun waktu 10 tahun sudah mencapai hampir ke seluruh negara di dunia. Peningkatan kejadian HIV dan AIDS yang terjadi mulai dari epidemi rendah, epidemi terkonsentrasi dan epidemi meluas, maka butuh dilaksanakan usaha pengobatan HIV dan AIDS secara terpadu, merata dan bermutu (Permenkes RI 2013).

Sekitar 35 juta orang didunia pada tahun 2013 didapati mederita HIV, dimana terdapat 16 juta (45,71%) perempuan pengidap HIV dan 3,2 juta (9,14%) anak berusia < 15 tahun. Jumlah kasus infeksi baru HIV tahun 2013 sebesar 2,1

(20)

berusia < 15 tahun. Jumlah kematian diakibatkan AIDS sebesar 1,5 juta dimana terdiri dari 1,3 juta (86,66%) dewasa dan 190.000 (14,61%) anak berusia < 15 tahun. Frekuensi penderita yang memberitahukan hanya sebagian dari masalah sesungguhnya yang terjadi. Masalah HIV/AIDS di Indonesia seperti fenomena gunung es. (Kementrian RI, 2014).

Indonesia tahun 2014 ditemukan 501.400 kasus HIV/AIDS. Pengidap HIV/AIDS telah terdapat pada 32 provinsi dan 300 kabupaten/kota. Pengidap dapat dilihat terbanyak pada umur produktif, yakni pada umur 15-29 tahun.

Faktanya , pengurangan masalah HIV/AIDS adalah salah satu target Millennium Development Goals (MDGs) (Laporan Kemenpppa 2016). Tahun 2017 total infeksi HIV yang dilaporkan sebanyak 10.376 (93,90%) orang dan AIDS sebanyak 673 (6,09%) orang (Kemenkes RI 2017).

Di Sumatera Utara kasus HIV tahun 2016 tercantum total HIV meraih 1.891(94,13%) orang dan AIDS yakni 118 (5,87%) orang. Di Medan, total orang dengan HIV/AIDS (ODHA) tahun 2006-2016 mencapai 5.360 kasus dengan rincian HIV sebanyak 1.406 (26,23%) orang dan AIDS sebanyak 3.954 (73,76%) orang. Setiap tahunnya jumlah terbanyak didominasi oleh pria dan orang yang berusia produktif (Kemenkes RI 2017). Berdasarkan Komisi Penaggulangan AIDS (KPA) Sumatera Utara bahwa sampai dengan Januari 2017 kasus HIV/AIDS tercatat oleh dinas kesehatan Sumatera Utara sebanyak 8.272. Dengan perincian HIV sebanyak 3.411(41,23%) dan AIDS sebanyak 4.861 (58,77%) kasus (KPA SUMUT 2017).

Berdasarkan data yang dapat terlihat bahwa HIV dan AIDS kasusnya terus

(21)

meningkat. Dalam menuju kondisi epidemi HIV dan AIDS, pemerintah sudah melaksanakan usaha dengan menentukan strategi nasional yang berpusat pada program pencegahan untuk yang beresiko, perawatan, dukungan dan pengobatan untuk kumpulan yang terinfeksi atau pengidap.

Penyakit HIV di Indonesia telah menjadi masalah kesehatan yang membutuhkan konsentrasi dikarenakan jumlah penderita HIV/AIDS yang bertambah semakin tinggi. Hal ini menjadi tanggung jawab pemerintah untuk penanganan HIV/AIDS di Indonesia. Penanganan HIV/AIDS di Indonesia tertulis dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2013.

Kegiatan daripada penanganan HIV dan AIDS yakni pencegahan penularan HIV, pemeriksaan diagnosis HIV, promosi kesehatan, pengobatan, perawatan, dan dukungan (PDP), dan rehabilitasi (Permenkes RI, 2013).

Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia telah diusahakan melalui berbagai macam kebijakan dan program komprehensif. Paradigma zero new infection, zero AIDS-related death dan zero discrimination terdiri dari pencegahan, perawatan, dukungan dan pengobatan, mitigasi dampak, dan persiapan lingkungan yang kondusif merupakan empat pilar daripada penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia (Kemenkes RI, 2011).

Pengobatan Antiretroviral (ARV), adalah pengobatan yang dapat mencegah penularan HIV, walaupun belum mampu menyembuhkan penyakit, namun pengobatan ARV dapat meminimalisasi risiko penularan HIV, menghambat pertumbuhan virus, memajukan kualitas hidup ODHA, dan memajukan impian penduduk, oleh karena itu sampai saat ini HIV dan AIDS telah

(22)

diterima sebagai komplikasi yang dapat dikelola dan tidak lagi diakui sebagai komplikasi yang menakutkan (Permenkes RI, 2013).

Puskesmas Teladan adalah salah satu dari 39 puskesmas yang berada di kota medan dan sudah memiliki pengobatan antiretroviral serta, berdasarkan data puskesmas teladan kota medan dapat diketahui total kumulatif responden mengalami peningkatan dari tahun ke tahun terutama responden yang dipastikan positif HIV/AIDS. Jumlah seluruh penderita yang mendapatkan ARV tahun 2017 sebanyak 367 orang pasien,dimana yang patuh minum obat sebanyak 266 (72,47%), gagal follow-up sebanyak 5(1,36%) dan yang tidak patuh minum obat sebanyak 96 (26,15%). Jumlah pasien yang mendapat ARV sampai bulan juni 2018 sebanyak 458 orang, yang patuh minum obat sebanyak 291 (63,54%) orang, gagal follow-up 18 (3,93%) orang dan yang tidak patuh minum obat sebanyak 149 (32,53%) orang.

Puskesmas Teladan sudah berusaha memenuhi pelayanan dengan standar yang telah ditentukan, akan tetapi kenyataannya di lapangan masih banyak ditemukan masalah-masalah dalam pengobatan HIV/AIDS seperti ketidakhadiranya pasien HIV/AIDS saat adanya kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh Puskesmas, ketidakpatuhan pasien dalam meminum obatnya, lupa mengambil obat sesuai jadwal yang ditetapkan karena sibuk dengan pekerjaan mereka, pasien yang masih ragu dalam menerima status akan penyakitnya sehingga tidak mau diberikan konseling dan minum obatnya, serta ada juga pasien yang merasa dirinya sehat sehingga tidak perlu meminum obat.

Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan yang terdepan memiliki

(23)

peranan yang sangat penting dalam usaha pengendalian penyakit menular dimana salah satunya adalah penyakit HIV/AIDS. Dalam melaksanakan pencegahan penularan komplikasi serta memperkecil angka kesakitan dan kematian akibat HIV/AIDS baik dengan penanganan aktif ataupun dengan penyuluhan, puskesmas sangat diharapkan untuk menanganinya.

Sesuai survei pendahuluan yang dilaksanakan di Puskesmas Teladan dengan melakukan wawancara kepada salah satu dokter di klinik VCT HIV/AIDS bahwa puskesmas Teladan sudah memiliki klinik VCT sejak tahun 2012 lalu.

Sebelumnya, klinik VCT Puskesmas Teladan hanya melakukan tes darah. Jika pasien terdiagnosa positif HIV, kemudian dirujuk ke rumah sakit. Namun karena banyak yang melakukan pemeriksaan di puskesmas ini maka diajukan agar dapat melakukan pengobatan sehingga puskesmas teladan sudah bisa memberikan pengobatan kepada pasien yang terinfeksi HIV/AIDS. Puskesmas Teladan juga menjalin kerjasama dengan lembaga swadaya masyarkat (LSM) bentuk kerjasama yang dilakukan LSM adalah dengan memberikan penyuluhan berupa mobile kepada pasien yang menderita HIV/AIDS.

Faktor yang penting dalam keberhasilan pengobatan ARV adalah kepatuhan penderita HIV untuk meminum obat. Kepatuhan (adherence) yaitu suatu kondisi penderita menaati pengobatannya dengan kesadaran sendiri, tidak hanya menaati perintah dokter. Salah satu faktor penting dalam keberhasilan suatu pengobatan ARV adalah kepatuhan. Resiko kegagalan pengobatan terjadi apabila penderita sering tidak minum obat. Untuk mencapai efek pengobatan menekan replikasi virus yang maksimal sangat dibutuhkan tingkat kepatuhan

(24)

setidaknya 95%. (Sugiharti dkk,2012).

Menurut penelitian Martoni, dkk, (2012) pengetahuan, pendidikan, keadaan sakit yang dirasakan, faktor lingkungan dan faktor psikis merupakan faktor yang berhubungan dengan kepatuhan. dan menurut Ubra (2012) pada penelitiannya yang berjudul faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pengobatan minum ARV pada penderita HIV di kabupaten Mimika provinsi Papua antara lain pendidikan, pengetahuan pengobatan, riwayat efek samping, pelayanan konseling kepatuhan, dan dukungan keluarga. Menurut penelitian Yuniar (2013) di Kota Bandung dan Cimahi mengenai faktor-faktor pendukung kepatuhan orang dengan HIV/ AIDS dalam minum obat antiretroviral bahwa terdapat hubungan dukungan keluarga terhadap kepatuhan pasien.

Sesuai dengan latar belakang yang dikemukakan di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “ Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kepatuhan Pasien dalam Pelaksanaan Pengobatan HIV/AIDS di Puskesmas Teladan Tahun 2018”

Perumusan Masalah

Berlandaskan penjelasan situasi masalah diatas dapat disimpulkan persoalan ini adalah :

1. Bagaimana pengaruh antara karakteristik pasien dengan kepatuhan dalam Pelaksanaan Pengobatan HIV/AIDS di Puskesmas Teladan?

2. Bagaimana pengaruh antara sosial ekonomi pasien dengan kepatuhan dalam Pelaksanaan Pengobatan HIV/AIDS di Puskesmas Teladan?

(25)

3. Bagaimana pengaruh antara sosial budaya pasien dengan kepatuhan dalam Pelaksanaan Pengobatan HIV/AIDS di Puskesmas Teladan?

4. Bagaimana pengaruh antara sikap pasien dengan kepatuhan dalam Pelaksanaan Pengobatan HIV/AIDS di Puskesmas Teladan?

Tujuan Penelitian Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor- faktor yang memengaruhi kepatuhan pasien dalam pelaksanaan Pengobatan HIV/AIDS di Puskesmas Teladan Tahun 2018.

Tujuan khusus

1. Mendeskripsikan pengaruh antara karakteristik pasein dengan kepatuhan dalam pelaksanaan pengobatan HIV/AIDS di Puskesmas Teladan tahun 2018.

2. Mendeskripsikan pengaruh antara sosial ekonomi pasein dengan kepatuhan dalam pelaksanaan pengobatan HIV/AIDS di Puskesmas Teladan tahun 2018.

3. Mendeskripsikan pengaruh antara sosial budaya pasien dengan kepatuhan dalam pelaksanaan pengobatan HIV/AIDS di Puskesmas Teladan tahun 2018.

4. Mendeskripsikan pengaruh antara sikap pasien dengan kepatuhan dalam pelaksanaan pengobatan HIV/AIDS di Puskesmas Teladan tahun 2018.

(26)

Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan informasi pada kepatuhan pasien dalam pengobatan HIV/AIDS khusunya di Puskesmas Teladan.

2. Mengembangkan kebiasaan ODHA untuk mengerti dan mempertahankan kesehatan secara mandiri serta tetap semangat dalam menjalani hidup.

3. Untuk tambahan pengalaman dan keterampilan tentang kesuksesan pengobatan HIV/AIDS terutama di Puskesmas Teladan.

(27)

Tinjauan Pustaka

HIV/AIDS

Pemahaman HIV/AIDS. HIV (Human Immunodeficiency Virus) yaitu suatu virus yang menerpa sistem imun manusia, HIV adalah suatu retrovirus yang menginfeksi sel sistem imun manusia terutama CD4+T cell dan macrophage, anggota vital dari sistem-sistem imun tubuh yang memusnahkan maupun memecah fungsi mereka. Infeksi dari HIV mengakibtakan pengurangan cepat dari sistem kekebalan tubuh yang mengakibatkan kekurangan imun (Noviana, 2016).

Hancurnya sistem imun tubuh manusia yang diakibatkan oleh infeksi virus Human Immunodeficiency Virus atau virus lainnya diawali dengan munculnya gejala, infeksi dan sindrom disebut dengan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) . Orang yang mendapat penyakit HIV tidak bisa melawan berbagai jenis komplikasi yang menimpa tubuhnya karena telah terjadi serangan virus HIV ke sel-sel darah putih dan sistem imun penderita (Katiandagho,2015).

Penyebaran HIV/AIDS. HIV ditemukan pada cairan tubuh dan darah yang telah terjangkit dari seseorang, meskipun orang tersebut tidak memperlihatkan rintihan atau tanda komplikasi. Penyakit HIV hanya disebarkan melalui sentuhan langsung terhadap cairan tubuh atau darah yang sudah terinfeksi.

Kadar virus memiliki pengaruh yang sangat penting , total virusnya semakin besar maka makin besar juga kemungkinan kontaminasinya. Virus paling banyak ditemukan di darah, cairan kelamin laki-laki, cairan vagina dan rahim daripada cairan lainnya di dalam tubuh. Cara penyebaran HIV/AIDS adalah sebagai

(28)

1. Jalinan sensual,bisa melalui alat kelamin wanita, mulut ataupun dubur seorang penderita. Ketika seorang penderita berhubungan tanpa pengaman dapat menyebarkan HIV. Ketika menjalani hubungan sensual, cairan vagina, air mani, dan darah bisa mengenai selaput lender vagina, dubur, penis sehingga virus HIV yang ada dalam cairan tersebut masuk ke aliran darah. Selama berhubungan dapat juga terjadi lesi mikro pada dinding vagina,dubur yang dapat menyebabkan jalan HIV untuk masuk ke peredaran darah pasangan seksual.

2. HIV/AIDS sangat cepat menyebarkan virus HIV ke seluruh tubuh apabila darah dan produk darah terkontaminasi HIV/AIDS sebab virus menembus ke pembuluh darah serta menyebar ke seluruh badan.

3. Secara vertikal, ibu hamil yang menderita HIV dapat menularkan ke bayinya selama hamil, pada waktu melahirkan maupun selesai melahirkan.

Sesuai laporan CDC Amerika, kecepatan penyebaran HIV dari ibu ke bayi sebesar 0.01% hingga 0.7%. Sekitar 20 hingga 35% diperkirakan bayi terkotaminasi jika ibu baru terkena HIV dan tidak ditemukan gejala AIDS, sebaliknya sebesar 50% kemungkinan apabila tanda AIDS telah jelas pada ibu. Selama proses persalinan penyebaran juga dapat terjadi melalu tranfusi fetomaternal atau antara kulit dan membran mukosa bayi dengan darah atau sekresi maternal saat melahirkan semakin besar risiko penyebaran. Oleh sebab itu, operasi sectio caesaria dapat mempersingkat lamanya persalinan.

Selain itu selama masa priode post partum melalui ASI juga dapat terjadi

(29)

penyebaran. Sekitar 10% akibat yang dapat terjadi penularan HIV ke bayi melalui ASI ibu yang positif.

4. Penggunaan alat kesehatan yang tidak steril. Spekulum, tenakulum, serta alat-alat lain yang digunakan untuk memeriksa kondi kehamilan dan yang mengenai darah, cairan vagina atau cairan kelamin laki-laki yang terinfeksi HIV, serta langsung digunakan kepada orang lain yang tidak terjangkit dapat menyebarkan HIV.

5. Alat-alat yang dapat melukai kulit. Yakni jarum, pisau silet, alat yang dapat membuat tato, memotong rambut, mengkhitan seseorang dan alat tajam dan runcing lainnya dapat menyebarkan HIV karena kemungkinan alat itu tidak dibersihkan sebelum digunakan.

6. Memakai alat suntik yang bergantian. Penggunaan alat suntik yang bergilir di fasilitas kesehatan, ataupun penggunaan alat suntik, tempat penyampur, pengaduk, dan gelas pengoplos obat yang sudah terinfeksi HIV oleh pecandu narkoba (injecting Drug User-IDU) sehingga memudahkan penyebaran virus HIV.

Penyebaran HIV tidak terjadi melalui gigitan nyamuk, perlengkapan makan, handuk, pakaian, berciuman di pipi, berpelukan, bejabat tangan, menggunakan toilet secara bersamaan, tinggal bersama pengidap HIV/AIDS, dan jalinan organisasi yang lainnya ( Nursalam 2011).

Perjalanan HIV/AIDS. Perjalanan HIV/AIDS terdiri atas :

1. Tahap I : Terkontaminasi HIV, perubahan reaksi antibody dari negative ke positif merupakan tanda awal terkontaminasi HIV/AIDS. Window

(30)

period adalah jarak waktu mulainya virus masuk kedalam raga yang menyebabkan antibodi terhadap HIV menjadi positif. Masa window period adalah lima belas hari sampai tiga bulan, bahkan bisa satu sampai enam bulan. Seseorang yang telah terkontaminasi HIV pada fase ini masih terlihat baik-baik saja dan merasa sehat-sehat saja, tanpa adanya tanda apapun ternyata ia sudah tertular HIV, namun penderita tersebut sudah menyebarkan virus kepada orang lain.

2. Tahap II : Tanda-tanda mulai terlihat

Pada tahap ini umumnya tanda-tanda mulai tampak, yaitu berkurangnya nafsu makan, demam, sakit tenggorokkan, diare, gangguan pada rongga mulut, bercak-bercak dikulit, keringat berlebihan di malam hari, pembengkakan kelenjar. Walaupun tanda-tanda diatas sudah muncul tapi tidak dapat disimpulkan bahwa itu adalah AIDS, sebab tanda-tanda diatas juga dialami oleh pasien dengan penyakit lain. Oleh sebab itu segeralah periksakan ke dokter.

3. Tahap III : Penyakit AIDS

Pada tahap ini virus HIV dipastikan sudah mendatangkan AIDS.

Berkurangnya kekebalan tubuh menyebabkan tubuh tidak mampu melawan penyakit-penyakit yang muncul seperti kanker dan infeksi.

Penyakit seseorang yang semakin parah disebabkan oleh virus, bakteri, jamur atau protozoa yang menginfeksi tubuh mereka. Nukleoid virus AIDS terletak di dalam virion matur berbentuk silindris. Terdapat 3 gen yang diperlukan untuk penggandaan retrovirus yaitu gag, pol, env.

(31)

Ditemukan lebih dari 6 gen tambahan pengatur ekspresi virus yang penting dalam patogenesis komplikasi.

4. Tahap IV : Penderita meninggal karena salah satu komplikasi

Sistem kekebalan tubuh yang buruk menyebabkan seseorang tidak mampu bertahan melawan ancaman komplikasi. Dalam berbagai komplikasi pada tahap AIDS seorang penderita mungkin bisa bertahan hidup, namun lazimnya berjalan selama 1-2 tahun saja. Pada akhirnya pengidap AIDS akan wafat dikarenakan komplikasi beberapa penyakit yang dialaminya (Katiandagho, 2015).

Upaya Pencegahan HIV/AIDS

Menurut Katiandagho (2015) Strategi pencegahan HIV/AIDS hanya bisa berhasil apabila dilaksanakan dengan tanggung jawab masyarakat dan juga tanggung jawab pemerintah untuk menurunkan tindakan risiko tinggi bagi penyebaran HIV. Upaya pencegahan meliputi :

1. Memberikan informasi berupa penyuluhan yang dilakukan di masyarakat dan juga di sekolah mengenai kesehatan yang menjelaskan bahwa memiliki hubungan intim dengan bnyak berbagai pasangan dan menggunakan alat suntik yang bersamaan bisa menyebabkan risiko terjadinya HIV. Oleh sebab itu untuk menjauhkan maupun mengurangi kegiatan yang mengakibtakan terjadinya infeksi HIV, siswa harus diberikan pengetahuan untuk menghindarinya. Strategi anak sekolah harus dikembangkan sedemikian rupa sesuai dengan pertumbuhan psikolog dan keperluan, begitu juga untuk siswa tidak sekolah.

(32)

2. Salah satu cara supaya tidak terinfeksi yaitu dengan melakukan hubungan intim hanya pada satu orang yang tidak menderita HIV.

Apabila melakukan hubungan seks melalui alat kelamin, mulut, maupun dubur, seseorang tersebut harus memakai kondom lateks dengan benar untuk mengurangi risiko penularan melalui hubungan intim dikarenakan kondom lateks berbahan dasar air.

3. Bagi pemakai obat terlarang untuk mengurangi penularan HIV, dimana harus memperbanyak sarana pengobatan seperti program “Harm reduction” dimana para pengguna alat suntik dianjurkan memakian metode dekontaminasi serta memberhentikan pemakaian alat bersama yang telah terbukti efektif.

4. Memberikan sarana konseling HIV yang dilakukan secara anonimus atau identitas dirahasiakan, tersedianya tempat-tempat cek darah.

Konsultasi, tes HIV secara sukarela dan rujukan medis dilakukan secara terjadwal di klinik keluarga berencana dan klinik bersalin, klinik bagi kaum sesama lelaki dan bagi organisasi komunitas dimana seroprevalens HIV tinggi.

5. Sesuai standar perawatan kehamilan ibu hamil diwajibkan melakukan pemeriksaan kehamilan sejak dini, sehingga apabila ditemukan ibu hamil dengan HIV/AIDS maka akan diberikan perawatan zidovudine (ZDV) untuk menghindari transmisi HIV lewat uterus dan perinatal.

(33)

6. Sebelum melakukan donor darah tenaga kesehatan harus memperhatikan keadaan orang sakit yang ditangani sesuai dengan indikator medis.

7. Pembinasaan HIV hanya dapat dilakukan dengan produk faktor pembekuan darah yang telah diteliti dan boleh digunakan.

8. Untuk semua jenis alat-alat yang tajam atau semua jenis alat yang dpaat tertusuk agar bersikap hati-hati pada saat penanganan, pemakaian, dan pembuangan jarum suntik. Dimana para petugas harus memakai sarung tangan lateks dan perlengkapan lain yang dapat melindungi, agar terhindar secara langsung dengan darah maupun cairan yang dapat memuat darah.

9. Memberikan imunisasi pada anak-anak dengan infeksi HIV tanpa tanda dengan vaksin-vaksin EPI (Expandend Programme On Immunization) merupakan saran daripada WHO. Di Ameriaka Serikat, tidak disarankan untuk memberikan BCG dan vaksin oral polio kepada anak yang telah terkena HIV sedangkan vaksin MMR (measles-mumps- rubella) bisa diberikan kepada anak yang terkena HIV.

Pengobatan HIV/AIDS. Tujuan pengobatan HIV adalah menurunkan risiko penyebaran HIV, memperlambat terjadinya infeksi oportunistik dan menaikkan derajat hidup penderita HIV. Menurunkan hingga tidak terlihatnya jumlah virus (viral load) HIV di dalam darah dengan memakai kombinasi obat ARV merupakan salah satu pengobatan AIDS (Permenkes RI 2013).

Ada tiga cara pengobatan HIV/AIDS :

(34)

1. Pengobatan Suportif

Adapun tujuan pengobatan ini untuk menaikkan kondisi normal orang sakit.

Pola makan yang sehat, obat simptomatik, serta vitamin merupakan cara daripada pengobatan ini. Selain itu sangat penting untuk memberikan dukungan dan motivasi agar pasien mau melaksanakan kegiatan seperti biasa.

2. Pengobatan Infeksi Oportunistik

Diagnosis infeksi oportunistik ditegakkan melalui manifestasi klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologis, pengobatan ini dilaksanakan menurut empiris.

3. Pengobatan Antiretroviral (ARV)

Antiretroviral tidak dapat menyembuhkan HIV/AIDS melainkan hanya dapat menekan angka kesakitan dan angka kematian HIV/AIDS. Selain itu, menurut Nasronudin, ARV bertujuan untuk memperbaiki kualitas hidup, menjaga serta memulihkan status imun ke fungsi yang normal dengan CD4 di atas 500, mengurangi penggandaan virus serendah mungkin dalam plasma <50/ml.

Pengobatan antiretroviral. Pada tahun 1996 di negara maju ditemukan obat antiretroviral untuk mendorong tindakan dalam perawatan ODHA. Walaupun tidak dapat menyembuhkan penyakit dan memberikan dampak namun efek samping dan juga kekebalan kronis terhadap obat, secara dramatis memperlihatkan terjadinya pengurangan jumlah kematian dan juga kesakitan, peningkatan derajat hidup ODHA, meningkatkan keinginan

(35)

masyarakat, sehingga sampai saat ini HIV dan AIDS sudah dapat diterima sebagai penyakit yang bisa dikontrol dan bukan lagi dikatakan sebgaai penyakit yang mengerikan (Depkes 2007).

Salah satu bentuk pengobatan HIV/AIDS dengan meminum obat selama dia hidup untuk menurunkan efek penyebaran HIV, menghalangi terjaidnya infeksi oportunistik, menaikkan derajat hidup pasien HIV, menurunkan banyaknya virus yang tidak terlihat dalam darah adalah pengobatan antiretroviral. fase dalam obat antiretroviral (ARV) yang dilaksanakan harus selalu di atas fase tertentu, agar menahan penggandaan (replikasi) virus di dalam darah.

Tujuan pengobatan ARV. Ada tujuan dari pengobatan antiretroviral, yaitu sebagai berikut :

1. Mengembalikan sistem kekebalan tubuh dan mengurangi terjadinya infeksi oportunistik

2. Mengurangi angka kematian dan kesakitan yang berkaitan terhadap HIV 3. Mengurangi komplikasi yang diakibatkan HIV

4. Menurunkan laju penyebaran HIV di masyarakat 5. Memperbaiki kualitas akan hidup ODHA

6. Menekan penggandaan virus secara totalitas dan berkelanjutan

Manfaat pengobatan antiretroviral. Manfaat dari pengobatan ARV adalah sebagai berikut :

1. ARV bermanfaat meningkatkan total sel CD4 2. Menghambat perjalanan penyakit HIV

(36)

3. Bermanfaat menurunkan total virus yang ada dalam darah 4. Meningkatkan kualitas hidup ODHA

Kepatuhan

Pengertian kepatuhan. Kepatuhan seseorang adalah modal dasar dalam berperilaku. Dalam sarwono (2007) menurut Kelman tahap suatu kepatuhan dimulai dari sikap dan tindakan seseorang, pengenalan, serta tahap akhir yaitu prosesnya. Tahap yang disebut dengan tahap kepatuhan (compliance) adalah dimana seseorang menaati suatu perintah ataupun instruksi dengan keiklasan melaksanakan tindakan tersebut, serta dalam mendapatkan suatu imbalan apabila seseorang menaati perintah, maka seseorang akan berusaha untuk patuh pada suatu kegiatan.

Perubahan yang terjadi pada tahap ini biasanya bersifat sementara,yang artinya kegiatan itu dilaksanakan dengan pengawasan. Apabila pengawasan itu tidak dilakukan maka tindakan itupun ditinggalkan. Melalui rasa takut kepada hukuman yang ada maka pengawasan akan berjalan , tidak perlu berupa kehadiran fisik petugas atau otoriter. Kepatuhan suatu pasien berdasarkan rasa terpaksa atau ketidakpahaman akan pentingnya perilaku kepatuhan yaitu merupakan kepatuhan demi menjaga jalinan baik dengan petugas kesehatan (Kelman dalam sarwono 2007).

Salah satu kunci dari keberhasilan pengobatan adalah kepatuhan. Hal ini dapat dilihat dari kemauan, keinginan serta pemeriksaan kesehatan yang selalu rutin dilakukan oleh setiap pasien bukan karena menjalankan perintah dari dokter, akan tetapi didukung oleh dokter, para tenaga medis, para

(37)

pendamping dan tersedianya obat (Kemenkes RI, 2011).

Dalam Niven (2013) sacket mengartikan kepatuhan pasien adalah

“sejauhmana tindakan pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh petugas kesehatan”. Pasien mungkin tidak menaati tujuan atau mungkin melupakan begitu saja atau salah mengerti petunjuk yang diberikan. Faktor kepercayaan ditentukan perilaku kepatuhan pasien. Pendapat lain dikemukakan oleh Rosentock dalam Sarwono (2007) perilaku seseorang dipengaruhi oleh motif dan kepercayaan tidak menghiraukan apakah motif dan kepercayaan tersebut sesuai atau tidak dengan realita atau pandangan orang lain mengenai apa yang baik bagi seseorang tersebut.

Kepatuhan berobat yang minim dapat dilihat dari berbagai faktor seperti tidak harmonisnya komunikasi antara pasien HIV dengan petugas medis, lupa dalam meminum obat, total tablet yang harus dikonsumsi, stress, latar belakang pendidikan, rendahnya ilmu pengetahuan penderita mengenai obat-obat yang wajib diminum dan keracunan obat serta kesulitan pasien ketika menelan obat.

(Depkes, 2007).

Sebelum menjalankan pengobatan, pasien harus memahami pengobatan Antiretroviral secara detail, yaitu uraian lengkap mengenai ketaatan mengonsumsi obat dan efek apabila pasien lupa atau berlebihan mengonsumsi obat. Hal ini bertujuan untuk membangkitkan rasa tanggung jawab pasien dalam menjalani pengobatan. Pengobatan ARV adalah jenis pengobatan yang kompleks terdiri dari beberapa jenis obat dan waktu konsumsi yang cukup lama. Oleh karena itu, pasien diwajibkan mengetahui kemungkinan timbulnya

(38)

efek samping saat mengonsumsi obat Antiretroviral (Kemenkes RI 2011).

Pengobatan yang efektif harus memiliki kepatuhan sebesar lebih dari 95%, oleh sebab itu mengonsumsi obat harus sesuai akan dosis, sesuai pada waktunya dan sesuai akan caranya. Ketidakpatuhan ODHA dalam mengonsumsi obat akan menyebabkan resisten terhadap pengobatan dan kemampuan menularkan penyakit kepada orang lain semakin tinggi. Konselor memiliki tugas memberikan arahan, motivasi, dorongan kepatuhan serta memberitahukan pemakaian dasar obat ARV, timbulnya ketidakberhasilan pengobatan dan taktik menjauhkan diri dari ketidakpatuhan. Komunikasi yang baik, kerjasama yang baik, dan suasana pengobatan yang konstruktif antara petugas medis dengan pasien akan membantu pasien untuk patuh dalam meminum obatnya (Kemenkes RI, 2011).

Faktor-faktor yang memengaruhi kepatuhan. Menurut Niven (2013) faktor-faktor yang Memengaruhi kepatuhan pasien dikelompokan menjadi 5 bagian :

1. Pendidikan. Bisa meningkatkan kepatuhan pasien, dimana pendidikan tersebut adalah pendidikan yang aktif seperti pemakaian buku-buku oleh pasien secara mandiri.

2. Akomodasi. Memengaruhi kepatuhan dengan salah satu upaya yang dilaksanakan untuk memahami ciri kepribadian pasien. Pasien mandiri wajib ikut serta dalam proses pengobatan, sedangkan penderita yang memiliki rasa kecemasan yang berlebihan harus dilatih dahulu melalui upaya-upaya membangkitkan rasa percaya diri dan semangat menjalani pengobatan.

(39)

3. Faktor Lingkungan dan Sosial. Memberikan sebuah dorongan sosial dari anggota keluarga dan juga teman sebaya. Menjalankan suatu pengobatan agar pasien tersebut patuh maka dapat dibentuk kelompok-kelompok pendukung.

4. Perubahan Model Pengobatan. Pengobatan dilakukan dengan mudah dan sederhana, dimana pasien wajib ikut serta dan aktif dalam pembuatan program tersebut. Oleh karena itu, pengobatan dapat dilaksanakan dengan efektif dan selanjutnya dapat menaati aturan-aturan yang tersedia secara kompleks.

5. Menumbuhkan hubungan komunikasi petugas medis dengan orang sakit, adalah sesuatu yang diperlukan dalam menyampaikan suatu informasi mengenai diagnosis akan penyakitnya sehingga pasien dapat memberikan tanggapan akan informasi tersebut. Penderita memerlukan pemahaman terhadap keadaannya agar dapat konsultasi dan selanjutnya membantu meningkatkan kepatuhan.

Menurut Kemenkes RI 2011, determinan kepatuhan adalah : 1. Fasilitas layanan kesehatan.

Penghambat yang sangat berperan signifikan terhadap kepatuhan adalah prosedur pelayanan yang rumit, metode pembayaran yang tinggi, rancu dan koordinatif, hal ini menjadi faktor penghambat memperoleh jasa kesehatan.

Seperti lokasi yang tentram, anggunan rahasia dan penjadwalan yang baik, petugas kesehtan yang ramah dan juga menyokong orang sakit.

(40)

2. Petunjuk pengobatan Antiretroviral.

Melingkupi aneka obat yang dipakai sesuai dengan kombinasi, baik bentuk panduan (FDC atau non FDC), jumlah konsumsi pil, keteraturan minum dan pola makan, spesifikasi dan dampak serta kesanggupan memperoleh ARV.

3. Karakteristik penyakit penyerta.

Mencakup tahap klinis serta waktu lamanya mulai terdeteksi HIV, jenis infeksi oportunistik penyerta, serta juga tanda yang memilki hubungan akan HIV. Peningkatan total obat yang diminum mengakibatkan terjadinya infeksi oportunistik atau komplikasi lain.

4. Komunikasi penderita-tenaga medis.

Kepatuhan pasien sangat bergantung pada hubungan personal antara penderita dnegan tenaga medis. Karakteristik hubungan ini meliputi kepuasan dan kepercayaan penderita kepada tenaga medis, pengakuan penderita akan keterampilan petugas medis, diskusi antar kedua belah pihak saat pengambilan keputusan dan sopan santun dalam berbicara.

Hasil Penelitian yang Relevan

Menurut penelitian Reynold R. Ubra 2012, menunjukkan faktor yang paling bermakna dengan kepatuhan pengobatan minum ARV pada pasien adalah tingkat pendidikan yaitu pasien HIV yang berpendidikan tinggi akan patuh dibandingkan dengan pasien berpendidikan rendah, dan faktor kedua adalah pekerjaan dimana pasien HIV yang tidak bekerja mempunyai risiko tidak patuh minum obat dibandingkan pasien yang bekerja. Persamaan penlitian diatas dengan skripsi penulis yaitu mengetahui faktor-faktor apa

(41)

saja yang memengaruhi kepatuhan pasien dalam pengobatan HIV/AIDS.

Perbedaan penelitian diatas pengambilan sampel menggunakan sampel random sampling dengan cara undian, memakai tabel bilangan random, sedangkan peneliti mengunakan sampel purposive sampling.

Menurut penelitian Desi Era Puspitasari 2016, menunjukkan sebagian besar ibu HIV dengan tingkat motivasi rendah tidak patuh dalam minum obat Antiretroviral. Persamaan penelitian diatas dengan skripsi penulis yaitu mengetahui faktor-faktor apa saja yang memengaruhi kepatuhan pasien dalam minum obat. Perbedaan penelitian diatas yaitu responden penelitian terhadap para ibu yang terkena HIV, sedangkan peneliti responden seluruh pasien yang terkena HIV dan mengonsumsi obat.

Landasan Teori

Menurut Dever (1984) utilisasi pelayanan kesehatan adalah suatu hubungan yang kompleks antara pemakai jasa pelayanan (konsumen) dan penyedia jasa pelayanan (provider), kepatuhan pasien HIV/AIDS dalam pengobatannya merupakan salah satu bentuk pemanfaatan pelayanan kesehatan. Berdasarkan Dever faktor yang memengaruhi konsumen dalam menggunakan pelayanan kesehatan antara lain :

1. Faktor sosiodemografi

Sosiodemografi atau karakteristik individu meliputi umur, jenis kelamin.

(42)

a. Usia

Kasus HIV/AIDS pada umunya banyak terjadi pada usia 25-34 tahun sebesar 72%, diikuti umur 15-24 tahun sebesar 19% dan umur >35 tahun sebesar 9%. Kelompok usia itu termasuk dalam kumpulan usia produktif yang aktif secara seksual (Dinkes, 2016).

b. Jenis Kelamin

Penderita kasus HIV/AIDS paling banyak ditemukan dan terjadi pada pria sebesar 72% dan wanita sebesar 28% (Dinkes 2016)

2. Sosio Ekonomi

Faktor sosio ekonomi yang bisa mempengaruhi kepatuhan pasien terhadap pengobatan adalah sebagai berikut : pendidikan, pekerjaan, penghasilan keluarga.

a. Pendidikan

Pendidikan formal merupakan suatu proses menuju kematangan intelektual yang pada dasarnya ditempuh seseorang, oleh karena itu pendidikan tidak bisa terpisahkan dari proses belajar. Pada hakikatnya belajar merupakan suatu potensi ataupun keahlian pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan untuk interaksi seseorang dengan yang lain dan hidup bermasyarakat. Upaya maupun kegiatan untuk menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif adalah pendidikan (Notoadmodjo,2003).

(43)

b. Pekerjaan

Pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan sehari-hari. Dalam menetapkan suatu kualitas individu pekerjaan mempunyai peranan penting. Pekerjaan menghambat ketimpangan antara suatu penjelasan tentang kesehatan dan yang memberi dukungan kepada seseorang agar mendapatkan sebuah penjelasan dan melakukan sesuatu untuk menjauhkan masalah kesehatan (Notoatmodjo, 2012). Salah satu hambatan pekerjaan yang memengaruhi ketidakpatuhan seseorang dalam pengobatan yaitu rendahnya penghasilan serta terdapatnya hambatan daripada keuangan. Adanya perbedaan antara kepatuhan dalam mengonsumsi obat pada penderita di negara yang memiliki penghasilan rendah dengan Negara yang memiliki penghasilan menengah (Peltzer, dkk, 2013).

3. Sosial budaya

Sosial budaya yaitu keutuhan dari yang kompleks dimana terdapat nilai Pengetahuan, kepercayaan, moral, hokum, kebiaaan masyarakat (E.B.Tylor, 1871). Sosial budaya juga melatarbelakangi pertimbangan masyarakat dalam upaya pencarian pengoabatan, budaya masyarakat memiliki kebiasaan sendiri dalam pengobatannya sehingga memengaruhi kepatuhan psaien dalam pengobatan. Dengan kata lain sosial budaya adalah tata nilai, tata sosial, dan tata laku yang berhubungan mendukung satu sama lain untuk mencapai suatu tujuannya.

(44)

a. Pengetahuan

Pengetahuan yang rendah atau kurang tentang penyebaran HIV sangat berhubungan sekali dengan penyebaran virus HIV serta sangat berpengaruh terhadap kepatuhan pasien dalam pengobatannya karena masyarakat merasa bahwa mereka tidak terkena virus HIV atau merasa tidak sakit sehingga tidak patuh dalam pengobatannya serta mereka merasa tidak memerlukan pengobatan (Priscilla 2008). Berdasarkan Notoatmodjo (2012) pengetahuan adalah hasil daripada tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melaksanakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra seseorang, yakni indra pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia didapat melalui mata dan telinga.

Tingkat pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:

a. Tahu (know), sebagai mengingat sesuatu yang telah dipelajari sebelumnya adalah tahu. Termasuk ke dalam pengetahuan pada tingkat ini yaitu mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

b. Memahami (comprehension), menerangkan secara detail akan sesuatu objek yang diketahui, yang bisa menginterpretasikan dengan benar suatu objek tersebut secara benar diartikan sebagai memahami.

(45)

c. Aplikasi (aplication), dalam menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya)..

d. Analisis (analysis), menjabarkan sesuatu ataupun objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih berada pada stuktur organisasi, dan memiliki kaitan satu sama lain merupakan salah satu kemampuan daripada analisis.

e. Sintesis (synthesis), meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru adalah kemampuan sintesis.

f. Evaluasi (evaluation), evaluasi berhubungan akan kemampuan dalam melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

b. Dukungan keluarga

Dukungan merupakan suatu usaha yang diberikan kepada orang lain, dalam bentuk moril ataupun materil untuk memberikan motivasi kepda orang tersebut dalam melaksanakan suatu kegiatan. Dukungan keluarga yaitu pertolongan yang sangat berpengaruh secara emosional serta memberikan manfaat yang positif yaitu berupa informasi, dan tindakan yang langsung disampaikan anggota keluarga. Keluarga merupakan bagian paling terdekat dalam membuat keputusan akan perawatan dari anggota keluarganya yang sakit, anggota keluarga melihat bahwa orang selalu mendukung harus selalu siap dalam memberikan pertolongan maupun bantuan apabila dibutuhkan dalam suatu proses pengobatan. Pasien akan merasa senang dan nyaman ketika anggota keluarganya memberikan perhatian, Sebab melalui dukungan

(46)

dari keluarga dapat memunculkan rasa kepercayaan diri untuk menjalankan pengobatannya serta menghadapi penyakitnya, penderita juga pasti akan mengkuti nasihat ataupun saran yang disampaikan oleh keluarga dalam menunjang keberhasilan pengobatannya (Niven 2013).

4. Sikap. Sikap merupakan suatu faktor yang penting dalam tindakan kesehatan yang diartikan bahwa terdapat hubungan langsung antara sikap dan perilaku seseorang. Sikap juga merupakan suatu pengendalian diri yang memerlukan pengamatan akan diri sendiri, perbaikan pada diri serta penghormatan akan diri sendiri dan juga perilaku sangat berpengaruh atas keberhasilan suatu pengobatan, sikap merupakan sesuatu yang berpengaruh terhadap kepatuhan setiap pasien dalam pengobatannya.

Kerangka Konsep Variabel Independen

Variabel Dependen

Gambar 1. Kerangka konsep Sosial Budaya - Pengetahuan - Dukungan

Keluarga Karakteristik individu

- Usia

- Jenis Kelamin

Kepatuhan Pasien dalam pelaksanaan pengobatan

HIV/AIDS Sosial Ekonmi

- Pendidikan - Pekerjaan

Sikap

(47)

Hipotesis Penelitian

Sesuai permasalahan, tujuan penelitian, dan kerangka konsep, maka hipotesis penelitian ini adalah terdapat pengaruh antara usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, dukungan keluarga, sikap dengan kepatuhan pasien dalam pelaksanaan pengobatan HIV/AIDS di Puskesmas Teladan Kota Medan tahun 2018.

(48)

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian survei analitik dengan desain cross sectional yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan hubungan antara karakteristik individu,sosial ekonomi dan sosial budaya terhadap kepatuhan pasien dalam pelaksanaan pengobatan HIV/AIDS dengan pengukuran atau pengamatan dilakukan pada saat bersamaan pada data variabel independen dan dependen.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Lokasi penelitian ini dilakukan di Klinik VCT Puskesmas Teladan di Kota Medan.

Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2018 sampai dengan selesai.

Populasi dan Sampel

Populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien HIV/AIDS di Puskesmas Teladan Kota Medan sebanyak 458 orang.

Sampel. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus slovin dengan perhitungan sebagai berikut:

n=

Keterangan : n = jumlah sampel N = jumlah populasi

(49)

e = Tingkat kepercayaan dan ketetapan yang diinginkan (

Jumlah sampel yang diambil dari populasi penelitian ini adalah sebanyak

n =

85 responden

Dalam penelitian ini peneliti menetapkan besar sampel sebanyak 85 responden. Sampel diambil dengan teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang didasarkan suatu petimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang diketahuhi sebelumnya. Kriteria non-probability sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah kriteria inklusi yaitu:

1. ODHA yang bersedia menjadi responden

2. ODHA yang sedang menjalani pengobatan Antiretroviral Variabel dan Definisi Operasional

Variabel penelitian. Variabel dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi :

1. Variabel independen dalam penelitian ini adalah karakteristik (umur, jenis kelamin,sikap), sosial ekonomi (pendidikan, pekerjaan), sosial budaya (pengetahuan, dukungan keluarga).

2. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kepatuhan pasien dalam pelaksanaan pengobatan HIV/AIDS.

Definisi operasional. Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati. Definisi operasional dari penelitian ini adalah :

(50)

1. Karakteristik individu yaitu ciri khusus yang dimiliki oleh setiap individu yang membedakan antara individu satu dengan individu lainnya. Indikator karakteristik individu yaitu :

a. Umur adalah jumlah tahun yang dimiliki seseorang dari dia dilahirkan.

Kategori responden : berusia > 35 tahun dan responden yang berusia ≤ 35 tahun.

b. Jenis kelamin adalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan secara biologis dari lahir.

2. Sosial ekonomi yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat. Indikator sosial ekonomi adalah :

a. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang pernah ditempuh dan ditamatkan oleh responden.

b. Pekerjaan adalah status kegiatan yang dilakukan sehari-hari secara rutin, dalam hal untuk memperoleh penghasilan berupa uang atau gaji setiap bulan.

3. Sosial budaya yaitu kebiasaan-kebiasaan yang terdapat di dalam masyarakat yang mengatur perilaku pasien HIV/AIDS dalam proses pengobatannya.

Indikator sosial ekonomi :

a. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang harus diketahui seseorang tentang pengobatan.

b. Dukungan keluarga adalah dorongan atau motivasi yang diberikan anggota keluarga kepada pasien HIV/AIDS dalam proses pengobatan.

4. Sikap yaitu reaksi atau respon seorang pasien HIV/AIDS terhadap pengobatan

(51)

5. Kepatuhan yaitu sejauhmana perilaku pasien dalam mematuhi ketentuan yang diberikan oleh petugas kesehatan dalam pengobatan serta perlu adanya kesadaran diri dari pasien itu sendiri.

Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara yaitu:

a. Metode Angket (Kuesioner)

Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

Kuesioner yang digunakan dalam hal ini adalah kuesioner tertutup yakni kuesioner yang sudah disediakan jawabannya, sehingga responden tinggal memilih dan menjawab secara langsung (Sugiyono, 2009).

b. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu pengumpulan data dimana peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, dokumen, peraturan-peraturan, dan sebagainya yang terkait.

Metode Pengukuran

Dalam penelitin ini instrumen yang digunakan adalah kuesioner (daftar pertanyaan) yang diberikan pada pasien HIV/AIDS yang ada di klinik VCT Puskesmas Teladan Kota Medan.

(52)

Aspek pengukuran Variabel independen 1. Jenis Kelamin

Pengukuran jenis kelamin diukur dengan skala nominal, dikategorikan : 1. Laki-laki

2. Perempuan 2. Pendidikan

Pengukuran pendidikan diukur dengan skala ordinal dikategorikan :

1. Pendidikan rendah ( tidak sekolah/tidak tamat SD, SD sederajat, dan SMP sederajat)

2. Pendidikan sedang ( SMA sederajat) 3. Pendidikan tinggi (D3/S1/Magiter) 3. Pekerjaan

Pengukuran pekerjaan diukur dengan skala ordinal, dikategorikan : 1. Tidak Bekerja

2. Bekerja (Wiraswasta, Pegawai Negeri, dan Pegawai swasta) 4. Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan diukur melalui jawaban yang ada didalam kuesioner dengan memberikan skor pada 15 pertanyaan yang telah tersedia. Sistem skornya yaitu memberikan skor : 1 untuk jawaban yang benar, 0 untuk jawaban yang salah. Variabel pengetahuan memiliki skor tertinggi 15 dan terendah adalah 0. Kemudian berdasarkan hasil skor variabel pengetahuan dikategorikan menjadi yaitu :

(53)

1. Tidak Baik, apabila menjawab pertanyaan dengan total skor yang diperoleh

<8

2. Baik, apabila menjawab pertanyaan dengan total skor yang diperoleh 1-8 5. Dukungan Keluarga

Pengukuran dukungan keluaraga diukur dengan skala ordinal melalui jawaban yang ada didalam kuesioner dengan memberikan skor pada 10 pernyataan yang telah tersedia. Sistem skornya yaitu memberikan skor 1-5. Jumlah kriterium (apabila setiap item mendapat skor tertinggi) yaitu skor tertinggi 5 x jumlah item 10 = 50. Berdasarkan hasil skor variabel dukungan keluarga dikategorikan menjadi:

1. Tidak Mendapat Dukungan, apabila menjawab pernyataan dengan jumlah skor < 25

2. Mendapat Dukungan, apabila menjawab pernyataan dengan jumlah skor 25- 50

6. Sikap

Pengukuran sikap diukur dengan skala ordinal melalui jawaban yang ada di dalam kuesioner dengan memberikan skor pada 10 pernyataan yang telah tersedia. Sistem skornya yaitu memberikan skor 1-5. Jumlah kriterium (apabila setiap item mendapat skor tertinggi) yaitu skor tertinggi 5 x jumlah item 10 = 50. Maka berdasarkan hasil skor variabel sikap dikategorikan menjadi :

1. Tidak Baik, apabila menjawab pernyataan dengan jumlah skor < 25 2. Baik, apabila menjawab pernyataan dengan jumlah skor 25-50

(54)

Variabel dependen Kepatuhan

Pengukuran Kepatuhan diukur melalui jawaban yang ada didalam kuesioner dengan memberikan skor pada 10 pertanyaan. Sistem skornya yaitu: 1 untuk jawaban yang ya dan 0 untuk jawaban yang tidak. Kemudian berdasarkan hasil skor variabel kepatuhan dikategorikan menjadi 2 bagian yaitu:

1. Tidak Patuh, apabila menjawab pertanyaan <6 2. Patuh, apabila menjawab pertanyaan 6-10 Metode Analisis Data

Metode yang digunakan dalam analisis data kuantitatif yaitu menggunakan uji regresi logistik berganda pada tingkat kepercayaan 95% ( = 0,05), analisis yang dilakukan untuk mengetahui variabel independen yang paling berhubungan dengan variabel dependen. Dalam analisis multivariat digunakan metode backward dimana variabel dengan nilai p value >0,05 dikeluarkan secara bertahap (step by step) oleh komputer.

(55)

Hasil Penelitian

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Letak geografis. Puskesmas Teladan merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan Kota Medan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan pembangunan pelayanan kesehatan yang optimal di Kota Medan khusunya di wilayah kecamatan Medan Kota. Puskesmas Teladan diresmikan pada 28 Oktober 1968 oleh Gubernur KDH Provinsi Sumatera Utara yang berlokasi di Jalan Sisimangaraja nomor 65, Kelurahan Teladan Barat, Kecamatan Medan Kota. Secara geografis, Puskesmas Teladan berbatasan dengan:

1. Sebelah utara berbatasan dengan wilayah kecamatan Maimun 2. Sebelah barat berbatasan dengan wilayah Simpang Limun

3. Sebelah selatan berbatasan dengan wilayah Kelurahan Teladan Timur 4. Sebelah timur berbatasan dengan wilayah Medan Perjuangan

Keadaan demografi. Luas wilayah kerja Puskesmas Teladan mencakup 229,1 Ha, wilayah kerja Puskesmas Teladan terdiri dari 5 Kelurahan yakni, Kelurahan Teladan barat, Kelurahan Mesjid, Kelurahan Pasar Baru, Kelurahan Pusat pasar, dan Kelurahan Panda Hulu I dengan jumlah penduduk sebanyak 22.366 jiwa serta jumlah rumah tangga sebanyak 9.065 KK. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 10.905 jiwa dan perempuan 11.461 jiwa. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 1 berikut :

(56)

Tabel 1

Data penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Wilayah Kerja Puskesmas Teladan Tahun 2018

Sarana kesehatan. Sarana kesehatan di Puskesmas Teladan terdiri dari Ruang Dokter, Periksa Pasien, Ruang UGD, Ruang KB-KIA, Apotek, Ruang KLinik Gigi, Loket/Ruang Kartu, Ruang Tunggu Pasien, Ruang Gizi,

Laboratorium Sederhana, Ruang Tata Usaha dan Konsultasi. Jumlah sarana kesehatan yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Teladan dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini:

Tabel 2

Distribusi Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Teladan Jenis Sarana Kesehatan Jumlah Ruang Dokter/Periksa Pasien

Ruang UGD Ruang KB-KIA Apotek

Ruang Klinik Gigi Loket/Ruang Kartu Ruang Tunggu Pasien Ruang Gizi

Laboratorium Sederhana

Ruang Tata Usaha dan Konsultasi

3 1

1 1 1 1 3 1 1 1 Sumber: Profil Kesehatan Puskesmas Teladan Tahun 2018

Kelurahan Laki-Laki Perempuan Jumlah Teladan Barat 3.735 3.838 7.573 Mesjid 1.590 1.599 3.189 Pasar Baru 1.485 1.518 3.003 Pusat Pasar 1.778 1.826 3.604 Panda Hulu 2.317 2.680 4.997 Total 10.905 11.461 22.366

(57)

Tenaga kesehatan. Tenaga Kesehatan di Puskesmas Teladan terdiri dari Dokter Umum, Dokter Gigi, Perawat, Perawat Gigi, Bidan, Apoteker, Asisten Apoteker, Analis, Fisioterapi, Refraksionis, Sanitarian, Gizi, Penyuluh, Dan Pelaksana. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini:

Tabel 3

Distribusi Tenaga Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Teladan Tenaga

Kesehatan

Jumlah Dokter Umum

Dokter Gigi Perawat Perawat Gigi Bidan Apoteker

Asisten Apoteker Analis

Fisioterapis Refraksionis Sanitarian Gizi Penyuluh Pelaksana

6 3 13 2 6 2 1 3 2 1 1 1 4 4

Total 49

Sumber: Data Dasar Puskesmas Teladan Tahun 2018

Deskripsi Responden Berdasarkan Kategori Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Pengetahuan, Dukungan Keluarga, Sikap dan Kepatuhan Pasien dalam Pelaksanaan Pengobatan HIV/AIDS

Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari variabel independen (bebas) dan dependen (terikat) dalam penelitian ini meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, dukungan keluarga, dan sikap serta kepatuhan pasien dalam pelaksanaan pengobatan HIV/AIDS.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Puskesmas Teladan Medan

(58)

kelompok umur responden paling sedikit adalah kelompok umur (>35 tahun) sebanyak 34 responden (40,0%) dan kelompok umur paling banyak adalah kelompok umur ( 35 tahun) sebanyak 51 responden (60,0%). Berdasarkan distribusi jenis kelamin terdiri dari 75 responden laki-laki (88,2%) dan perempuan sebanyak 10 responden (11,8%). Jumlah responden dalam penelitian ini paling banyak pada responden berjenis kelamin laki-laki. Berdasarkan distribusi penididikan, kelompok pendidikan rendah sebanyak 8 responden (9,4%) yaitu tamat SD/SMP, kelompok pendidikan sedang sebanyak 69 responden (81,2%) yaitu tamat SMA dan pendidikan tinggi sebanyak 8 responden (9,4%) yaitu tamat D3/S1/Magister. Kelompok pendidikan paling banyak adalah responden yang memiliki pendidikan sedang yaitu tamat SMA.

Berdasarkan uraian distribusi pekerjaan, kelompok responden yang paling banyak adalah pada kategori tidak bekerja sebanyak 45 responden (52,9%) dan yang bekerja sebanyak 40 responden (47,1%). Berdasarkan distribusi variabel pengetahuan kelompok responden yang dikategorikan baik yaitu sebanyak 74 responden (87,1%) dan pengetahuan responden yang dikategorikan tidak baik yaitu sebanyak 11 responden (12,9%). Berdasarkan distribusi variabel dukungan keluarga, yaitu sebanyak 14 responden (16,5%) mendapat dukungan keluarga, dan sebanyak 71 responden ( 83,5%) tidak mendapat dukungan keluarga. Berdasarkan uraian distribusi sikap, kelompok responden dikategorikan baik sebanyak 7 responden (8,2%) dan sikap dengan kategori tidak baik sebanyak 78 responden (91,8%). Distribusi responden berdasarkan kepatuhan pasien dalam pengobatan HIV/AIDS dari 85 responden diperoleh sebanyak 4 responden (4,7%) yang patuh

Referensi

Dokumen terkait

Proses pelelangan Pengadaan Genset IAIN Walisongo Semarang Tahun 2011 telah kami laksanakan, hasilnya sebagaimana tertuang dalam Berita Acara Pembukaan Penawaran,

Bagi peserta yang merasa keberatan atas pengumuman ini diberikan kesempatan untuk menyampaikan sanggahan kepada Panitia Pengadaan Barang/Jasa IAIN Walisongo Semarang melalui

Pendaft aran dan pengambilan Dokumen Pengadaan dilakukan langsung di t empat pendaft aran per Paket Pekerjaan.. Pendaft ar membaw a surat t ugas dari Perusahaan

Mengungkapkan makna secara tertulis dengan ejaan hanzi dalam wacana berbentuk paparan dan dialog sederhana tentang identitas diri, kehidupan sekolah, kehidupan keluarga,

Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012, Panitia Pengadaan Barang/Jasa Kantor. Pelayanan Pajak Pratama Cirebon memutuskan Pelelangan ini

[r]

Sehubungan dengan surat Saudara Nomor : S-008/WBC.15/KPP.10/PBJ/INV/2012 tanggal 31 Oktober 2012 perihal Usulan Penetapan Pemenang Pelelangan untuk paket :. Pekerjaan :

UNIVERSITAS GADJAH MADA SEKOLAH VOKASI.. PROGRAM DIPLOMA TEKNIK