• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA BULAN DI DESA JENGGRIK KABUPATEN NGAWI TAHUN 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA BULAN DI DESA JENGGRIK KABUPATEN NGAWI TAHUN 2015"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA 12-24 BULAN DI DESA JENGGRIK KABUPATEN NGAWI TAHUN 2015

Dhesy Kusumaningrum*), Heni Hirawati P.**), Rosalina***)

*) Alumnus Program Studi Diploma IV-Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran

**) Staf Pengajar Program Studi D-IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran

***) Staf Pengajar Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran

ABSTRAK

Pola asuh makan merupakan salah satu faktor penting dalam mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Pola asuh makan adalah praktik-praktik pengasuhan yang diterapkan ibu kepada anak balita yang berkaitan dengan cara dan situasi makan. Pola asuh makan anak usia 12-24 bulan diantaranya meliputi pemberian makanan (MP- ASI/makanan keluarga). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pola asuh makan dengan status gizi anak usia 12 – 24 bulan di Desa Jenggrik Kabupaten Ngawi Tahun 2015.

Metode penelitian ini menggunakan desain penelitian survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Analisa statistik menggunakan Chi Square. Populasi penelitian adalah semua ibu yang memiliki anak usia 12-24 bulan dan anak usia 12-24 bulan di Desa Jenggrik Kabupaten Ngawi tahun 2015 dengan jumlah masing-masing 165 responden, sampel ditentukan dengan probability sampling menggunakan teknik proportional random sampling.

sebanyak 117 responden dan pengumpulan data menggunakan kuesioner .

Hasil penelitian menunjukkan, sebagian besar yang melakukan pola asuh makan kurang dan status gizi dalam kategori kurang sejumlah 12 orang (42,9%), dalam kategori baik sejumlah 9 orang (32,1%) dan dalam kategori lebih sejumlah 7 orang (25,0 %). Pada responden yang melakukan pola asuh baik dan status gizi dalam kategori kurang sejumlah 10 orang (11,2%), dalam kategori baik sejumlah 74 orang (83,11%) dan dalam kategori lebih sebanyak 5 orang (5,6%). Hasil analisis menggunakan uji Chi Square diperoleh p-value 0,000.

Oleh karena p-value = 0,000 < α (0,05) Sehingga ada hubungan antara hubungan pola asuh makan dengan status gizi anak usia 12 – 24 bulan di Desa Jenggrik Kabupaten Ngawi Tahun 2015.

Saran bagi hendaknya para ibu yang pola asuh makannya tidak baik, untuk memperhatikan pola asuh pemberian makan, yaitu dengan memberikan makan pada anak sesuai kebutuhan anak dan tingkatan umur anak.

(2)

ABSTRACT

Eating pattern is one important factor in optimizing the growth and development of children. Eating pattern is parenting practices applied by mothers to children under five related to the manner and circumstance of eating. Eating pattern among children aged 12-24 months old includes giving food, (complementary feeding). The purpose of this study was to determine the relationship between eating pattern with the nutritional status of children aged 12-24 months old in Jenggrik village Ngawi in 2015.

This research method used research design of analytic survey with cross sectional approach. Statistical analysis used Chi Square. The study population was all mothers of children aged 12-24 months old and 12-24 months old children in the Jenggrik village in 2015 with the number of 165 respondents, sampling was determined by probability sampling using proportional random sampling technique. To117 respondents and data collecting used questionnaires.

The research showed that, most of those who did less eating pattern and less good nutritional status were12 persons (42.9%), in the good category were 9 people (32.1%) and in the more category there were 7 people (25, 0%). The respondents who did good eating pattern and had less nutritional status were 10 persons (11.2%), in the good category were 74 (83.11%) and in the more category were 5 people (5.6%). The results of the analysis using Chi Square test obtained p-value of 0.000. Therefore, p-value = 0.000 <α (0.05) Thus, there was a relationship between eating pattern with nutritional status of children aged 12-24 months old in Jenggrik village Ngawi in 2015.

Mothers who have less good eating pattern, should pay attention to eating pattern, by giving food to the children according to the needs of children and age.

Keywords: Eating Pattern, Nutrition

PENDAHULUAN

Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Masalah gizi di Indonesia disebabkan oleh ketidak- seimbangan antara kebutuhan asupan energi dan protein yang dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama. Menurut WHO lebih dari 50% kematian bayi dan anak terkait dengan gizi kurang dan gizi buruk.

Kurang energi dan protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia.

Berdasarkan Riskesdes (2010), sebanyak 13% berstatus gizi kurang, diantaranya 4.9% berstatus gizi buruk (Kemenkes RI, 2011). Berdasarkan profil kesehatan Propinsi Jawa Timur (2012), terjadi peningkatan kasus gizi buruk dari tahun 2010 s/d 2012. Pada tahun 2011 meningkat

menjadi 8.410 dan tahun 2012 menjadi 11.056.

Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya kurang gizi secara langsung adalah makanan yang tidak seimbang dan penyakit infeksi, sedangkan faktor penyebab tidak langsung adalah tidak cukup persediaan pangan, pola asuh tidak memadai, sanitasi dan air bersih / pelayanan kesehatan dasar yang tidak memadai (Istiany, 2013). Balita termasuk ke dalam kelompok usia berisiko tinggi terhadap penyakit. Kekurangan maupun kelebihan asupan zat gizi pada balita dapat mempengaruhi status gizi dan status kesehatannya.

Adapun dampak status gizi terhadap tumbuh kembang anak antara lain : KEP yaitu keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi,

(3)

gangguan akibat kekurangan yodium disebabkan karena konsumsi yodium tidak mencukupi kebutuhan, dan kurang vitamin A ini akan menimbulkan kebutaan pada anak, menghambat pertumbuhan, mortalitas meningkat, imunitas menurun, dan akan menyebabkan penyakit degenerasi secara dini (Adriani &

Wirjatmadi, 2012).

Pola asuh makan merupakan salah satu faktor penting dalam mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak.

Pola asuh makan adalah praktik-praktik pengasuhan yang diterapkan ibu kepada anak balita yang berkaitan dengan cara dan situasi makan(Istiany, 2013). Pola asuh makan anak usia 12-24 bulan diantaranya meliputi pemberian makanan (MP- ASI/makanan keluarga) (Kemenkes RI, 2012). Pemberian makanan balita bertujuan untuk mendapat zat gizi yang diperlukan tubuh untuk pertumbuhan dan pengaturan faal tubuh. (Suharjo, 2005).

Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada 3 orang responden didapatkan bahwa ditempat penelitian yaitu di Desa Jenggrik Kabupaten Ngawi masih banyak orangtua yang memberikan pola asuh makan yang salah kepada anak- anaknya antara lain seperti memberikan anak makanan tanpa ada sayuran atau lauk bahkan tanpa keduanya, anak hanya hanya diberi makan nasi putih dan kecap saja, selain itu memberikan anak makanan cepat saji misalnya saja mie instan.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah ada hubungan antara pola asuh makan dengan status gizi pada anak balita usia 12-24 bulan di Desa Jenggrik Kabupaten Ngawi Tahun 2015?”

Tujuan Penelitian

Mengetahui hubungan pola asuh makan dengan status gizi pada anak balita usia12 – 24 bulan di Desa Jenggrik Kabupaten Ngawi Tahun 2015.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi ilmiah khususnya tentang pengetahuan tentang pola asuh dan status gizi balita.

Selain itu dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan penelitian sehingga dapat dijadikan acuan penelitian yang akan datang.

BAHAN DAN CARA

Desain Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan dengan metode survey analitik. Survey analitik adalah survey atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi.

Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dimana tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat penelitian.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 14-16 Februari 2015 di wilayah Desa Jenggrik Kabupaten Ngawi

Populasi dan Sampel Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki anak usia 12-24 bulan di Desa Jenggrik Kabupaten Ngawi tahun 2015 dengan jumlah masing-masing 165 responden.

Sampel

Cara pengambilan sampel dilakukan dengan probability sampling menggunakan teknik proportional random sampling.

Jumlah sampel yang dapat memenuhi kriteria yaitu 117 responden.

Pengumpulan Data

Data yang diperoleh berasal dari data primer dan data sekunder.

(4)

Data primer dalam penelitian ini adalah dari kuisioner yang diberikan pada ibu untuk menilai pola asuh makan, dan timbangan untuk mengetahui status gizi anak usia12-24 bulan yang diukur dengan indeks antropometri BB/U dengan melakukan penimbangan langsung pada anak.

Adapun data sekunder diperoleh dari kohort posyandu balita di Desa Jengrik yaitu untuk mengetahui data tanggal lahir, jenis kelamin.

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner untuk mengukur pola asuh makan dan timbangan dacin untuk mengetahui status gizi anak usia12- 24 bulan.

Analisa Data Analisis Univariat

Analisis univariat dalam penelitian ini menggunakan distribusi frekuensi dan prosentase dari variabel, meliputi pola asuh makan dan status gizi anak usia 12-24 bulan.

Analisis Bivariat

Analisis bivariat yang digunakan dalam penelitian untuk mengetahui hubungan pola asuh makan dengan status gizi anak usia 12-24 bulan di desa jenggkrik kab. Ngawi tahun 2015 adalah menggunakan Chi Square.

HASIL PENELITIAN

Analisis Univariat Pola Asuh Makan

Tabel 1.

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pola Asuh Makan pada Anak 12-24 Bulan di Desa Jenggrik Kabupaten Ngawi, 2015

Pola Asuh Makan

Frekuensi Persentase (%) Kurang Baik

Baik

28 89

23,9 76,1

Jumlah 117 100

Berdasarkan Tabel 1 terlihat sebagian besar ibu di Desa Jenggrik Kabupaten Ngawi menerapkan pola asuh makan anak dalam kategori baik pada anaknya, yaitu sejumlah 89 orang (76,1%).

Status Gizi Anak

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Gizi pada Anak 12-24 Bulan di Desa Jenggrik Kabupaten Ngawi, 2015

Status Gizi Frekuensi Persentase (%) Kurang

Baik Lebih

22 83 12

18,8 70,9 10,3

Jumlah 117 100

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa sebagian besar anak usia 12-24 bulan di Desa Jenggrik Kabupaten Ngawi memiliki status gizi baik, yaitu sejumlah 83 anak (70,9%).

Analisis Bivariat

Hubungan Pola Asuh Makan dengan Status Gizi Anak Usia 12-24 Bulan

Tabel 3.

Hubungan Pola Asuh Makan dengan Status Gizi Anak Usia 12-24 Bulan di Desa Jenggrik Kabupaten Ngawi, Tahun 2015

Pola Asuh Makan

Status Gizi

p-value Kurang Baik Lebih Total

f % f % f % f %

Kurang baik Baik

12 10

42,9 11,2

9 74

32,1 83,1

7 5

25.0 5.6

28 89

100 100

0,000 Total 22 18,8 83 70,9 12 10.3 117 100

Berdasarkan uji Chi Square diperoleh p-value 0,000. Oleh karena p-value 0,000

< 0,05, maka disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola asuh makan dengan status gizi pada anak balita usia 12-24 bulan di Desa Jenggrik Kabupaten Ngawi tahun 2015.

(5)

PEMBAHASAN

Analisis Univariat Pola Asuh Makan

Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa distribusi frekuensi pola asuh makan pada anak 12 – 24 bulan di Desa Jenggrik Kabupaten Ngawi Tahun 2015 didapatkan sebagian besar pola asuh makan kategori baik sebanyak 89 orang (76,1%). Sisanya hanya 28 orang (23,9%) menunjukkan bahwa sebagian kecil pola asuh makan kategori kurang baik.

Pola asuh makan kategori baik sebanyak 89 orang (76,1%) hal ini dikarenakan ibu mampu mengolah makanan yang baik dengan menentukan bahan makanan yang akan dibeli, mengolah bahan makanan sendiri tanpa menggunakan bahan-bahan pengawet, dan kebersihan dalam tempat penyajian makanan.

Hal ini diperkuat dari jawaban responden tentang ibu memasak sendiri makanan yang akan diberikan kepada anak sebanyak (96,58%), tentang ibu memberikan makanan cepat saji sebanyak (94,87%), tentang ibu menambahkan MSG/ penyedap rasa pada makanan sebanyak (91,45%), tentang ibu memberikan makanan yang mengandung protein sebanyak (62,39%), tentang ibu memberikan makan anak 3 kali sehari sebanyak (89,74%), tentang ibu menyuapi anak setiap kali makan sebanyak (63,24%), tentang ibu memberikan vitamin pada anak agar nafsu makan anak bertambah sebanyak (86,32%) dan tentang ibu memberikan makanan selingan sebanyak (67,52%).

Responden dengan baik memasak sendiri makanan yang akan diberikan kepada anak dikarenakan dengan memasak sendiri makanan yang akan diberikan kepada anak akan lebih terjamin kebersihan dan zat gizi yang terkandung didalam makanan hal ini akan berdampak baik didalam kesehatan dan proses tumbuh kembang anak. Responden banyak yang memberikan makanan cepat saji

dikarenakan responden kurang telaten dalam memasak selain itu makanan cepat saji dirasa lebih praktis dan ekonomis.

Makanan cepat saji merupakan makanan yang tidak boleh dikonsumsi pada anak dikarenakan makanan cepat saji mengadung bahan pengawet, tinggi lemak, tinggi gula dan anak dapat menjadi kegemukan atau obesitas.

Pola asuh makan kategori kurang sebanyak 28 orang (23,9%) dikarenakan ibu dalam memberikan asupan gizi kepada anaknya kurang sesuai kebutuhan yang diperlukan tubuh sehingga ini akan mempengaruhi proses tumbuh kembang anaknya. Hal ini diperkuat dengan jawaban responden tentang ibu memberikan susu terlebih dahulu sebelum diberikan makan sebanyak (46,15%), tentang ibu memberikan bahan pewarna pada masakan sebanyak (24,78%), tentang ibu memotong sayuran terlebih dahulu sebelum dicuci sebanyak (40,17%), tentang ibu menggunakan tempat makan yang bersih dalam penempatan makanan untuk anak sebanyak (50,42%), tentang ibu hanya memberikan makan saat anaknya meminta saja sebanyak (36,75%) dan tentang ibu masih memberikan makan meskipun anak sudah kenyang sebanyak (41,02%).

Banyaknya responden dalam memberikan susu terlebih dahulu sebelum diberikan makan dikarenakan sebagian besar anak meminta minum susu terlebih dahulu sehingga responden memberikannya.

Banyaknya responden dalam menggunakan tempat makan yang bersih dalam penempatan makanan untuk anak dikarenakan salah satu aspek penting dalam menjaga kesehatan anak adalah dengan mejaga kebersihan alat makannya.

Penyakit dapat timbul jika alat makan yang digunakan anak tidak bersih atau higienis.

Status Gizi Anak

Dapat diasumsikan bahwa 83 anak usia 12 – 24 bulan dikategorikan status gizi baik apabila berat badan anak untuk laki- laki berat badan diantara 8-15 kg dan

(6)

untuk anak perempuan berat badan diantara 9-13,8 kg atau diantara ambang batas -2 SD sampai 2 SD. Anak mendapat gizi baik dikarenakan sudah mendapatkan makanan dengan kandungan gizi yang sudah sesuai kebutuhan anak. Kebutuhan makanan yang memadai dan tercukupi pada anak menyumbang sirihkan status gizi yang baik pada anak. Anak tidak terjadi sakit apabila gizi anak baik. Status gizi anak baik maka proses tumbuh kembang anak akan berkembang secara optimal.

Hal ini dapat diperoleh bahwa 22 anak usia 12 – 24 bulan dikategorikan status gizi anak kurang apabila berat badan anak laki- laki diantara 8-9 kg dan untuk anak perempuan apabila berat badan diantara 6,5-8,2 kg atau pada ambang batas -3 SD sampai <-2 SD. Gizi kurang bisa dikarenakan anak lebih cenderung menyukai satu jenis makanan saja sehingga anak akan menolak jika diberikan makanan yang dia suka. Hal ini akan mempengaruhi anak kesulitan makan yang tidak tertangani menyebabkan kekurangan kebutuhan makan dan zat gizi, yang akan berdampak mudah terserang penyakit dan gangguan kesehatan.

Analisis Bivariat

Hubungan Pola Asuh Makan Dengan Status Gizi Pada Anak Usia 12 – 24 Bulan Di Desa Jenggrik Kabupaten Ngawi Tahun 2015

Berdasarkan uji Chi Square didapat p – value 0,000. Oleh karena p – value (0,000) < (0,05), maka disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola asuh makan dengan status gizi pada usia 12 – 24 bulan di Desa Jenggrik Kabupaten Ngawi Tahun 2015.

Hasil penelitian tentang pola asuh makan dengan status gizi pada usia 12 – 24 bulan di Desa Jenggrik Kabupaten Ngawi Tahun 2015 di dapatkan hasil bahwa pola asuh makan dalam kategori kurang baik lebih banyak memiliki anak dengan status gizi kurang sejumlah 12 orang (42,9%), sedangkan pola asuh makan dalam

kategori baik lebih banyak memiliki anak dengan status gizi baik sejumlah 74 orang (83,1%). Disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola asuh makan dengan status gizi pada usia 12 – 24 bulan di Desa Jenggrik Kabupaten Ngawi Tahun 2015.

Pola asuh makan memiliki hubungan atau keterikatan dengan status gizi ini dikarenakan berdasarkan indikator pola asuh makan yaitu pemilihan atau menentukan bahan makanan yang akan dibeli seperti memilih ikan yang fress untuk dimasak dengan ini ibu memilih ikan yang kaya akan protein sehingga pada saat dimasak dan diberikan kepada anaknya asupan zat gizi yang diperlukan akan memenuhi kebutuhan gizi anaknya sehingga status gizi anak akan menjadi baik, mengolah bahan makanan sendiri tanpa menggunakan bahan-bahan pengawet dikarenakan dengan memasak sendiri makanan yang akan diberikan kepada anak akan lebih terjamin kebersihan dan zat gizi yang terkandung di dalam makanan.

Faktor yang didapatkan peneliti yang mengatakan bahwa pola asuh makan kurang baik tetapi status gizi kurang sebanyak 12 orang (42,9%) dikarenakan ibu dalam sehari-hari kurang terampil dalam mengolah makanan dan tidak memenuhi gizi yang baik sehingga anak tidak tertarik atau nafsu makan anak berkurang. Hal ini mengakibatkan berat badan pada anak kurang dan status gizi pada anak kurang. Kekurangan makan dan zat gizi pada masa ini akan mudah sekali terserang penyakit dan gangguan kesehatan (Istiany, dkk, 2013).

Faktor yang didapatkan peneliti yang mengatakan bahwa pola asuh makan baik tetapi status gizi kurang sebanyak 10 orang (11,2%) dikarenakan ibu dalam memberikan makanan kepada anak sudah memenuhi gizi yang seimbang tetapi anak dalam sehari-hari makan makanan tersebut tidak pernah habis atau makanan tersebut selalu dibuang hal ini mengakibatkan status gizi dan berat badan anak kurang.

(7)

Pola asuh makan yang baik, dalam arti kuantitatif maupun kualitatif yang tepat pada masa balita sangat dianjurkan. Bila tubuh dan jiwa seseorang diabaikan atau berkembang tidak seimbang dalam tahun yang kritis ini, maka anak tidak akan mampu mengembangkan potensi sepenuhnya sebagai seorang dewasa.

Tumbuh kembang anak akan baik apabila kebutuhan fisik dan psikis terpenuhi secara seimbang (Istiany,dkk, 2013).

Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan yang ditemui dalam penelitian adalah pada saat melakukan penelitian penelitian peneliti tidak menggunakan timbangan dacin dan alat ukur yang digunakan untuk menimbang tidak dilakukan uji validitas.

KESIMPULAN

Pola asuh makan pada anak usia 12 – 24 bulan di Desa Jenggrik Kabupaten Ngawi Tahun 2015 sebagain besar pola asuh makan baik yaitu sejumlah 89 orang (76,1%).

Status gizi pada anak usia 12 – 24 bulan di Desa Jenggrik Kabupaten Ngawi Tahun 2015 didapatkan bahwa sebagian besar status gizi baik yaitu sejumlah 83 anak (70,9%).

Terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh makan dengan status gizi pada anak usia 12-24 bulan di Desa Jenggrik Kabupaten Ngawi tahun 2015 diperoleh hasil p-value 0,000 < 0,05.

SARAN

Para bidan diharapkan membimbing untuk membantu memberikan informasi atau penkes tentang pola asuh makan yang baik agar memahami pentingnya makanan bergizi, sehingga terbentuk sikap dan perubahan perilaku kearah perubahan pola makan yang lebih baik.

Masyarakat hendaknya para ibu yang memberikan pola asuh makan yang kurang baik, untuk memperhatikan pola asuh

pemberian makan, yaitu dengan memberikan makan pada anak sesuai kebutuhan anak dan tingkatan umur anak.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Adriani, Merryana dan Bambang Wirjatmadi. 2012. Peranan Gizi dalam siklus Kehidupan. Jakarta:

Kencana Prenada Media Groub.

[2] Algifari. 2003. Statistik Induktif Untuk Ekonomi dan Bisnis Edisi II.

Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

[3] Almatsier, Sunita. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

[4] Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

[5] Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

[6] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2007. Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2006-2010.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Jakarta

[7] Dahlan, Sopiyudin. 2013. Statistika untuk kedokteran dan kesehatan.

Jakarta: Salemba Medika

[8] Dinkes Provinsi Jawa Timur.

2013.Profil Kesehatan Propinsi Jawa

Timur Tahun 2012.

(<http://www.depkes.go.id/resources/d ownload/profil/PROFIL_KES_PROVI NSI_2012/15_Profil_Kes.Prov.JawaTi mur_2012.pdf>).

[9] Hidayat.2007. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data.

Jakarta: Salemba Medika.

[10] Istiany, dkk. 2013. Gizi Terapan.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

[11] Kementrian Kesehatan RI. 2010.

Pedoman Kader Seri Kesehatan Anak.

Jakarta :Kementrian Kesehatan RI.

(8)

[12] Kementrian Kesehatan RI. 2011.

Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk.

Jakarta :Kementrian Kesehatan RI [13] Kemenkes RI. 2012. Kinerja Kegiatan

Pembinaan Gizi Menuju Perbaikan Gizi Perseorangan Dan Masyarakat yang Bermutu tahun 2011. Jakarta.

<http://gizi.depkes.go.id/wp- content/uploads/2012/08/Buku- Laptah-2011.pdf.

[14] Khomsan A. 2007. Study Implementasi Program Gizi:

Pemanfaatan, Cakupan Keefiktifan dan Dampak Terhadap Status Gizi.

Bogor : Departemen gizi masyarakat Institut Pertanian Bogor.

[15] Krisnatuti, dkk. 2003. Menyiapkan Makanan Pendamping ASI. Jakarta:

Puspa Swara.

[16] Marmi. 2013. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

[17] Marimbi, H. 2010. Tumbuh Kembang, Status Gizi & Imunisasi Dasar pada Balita. Yogyakarta: Nuha Medika [18] Nasar, dkk. 2011. Buku Ajar Nutrisi

Pediatrik Dan Penyakit Metabolik.

Jakarta: IDAI.

[19] Notoatmodjo, Soekidjo. 2010.

Metodologi Penelitian Kesehatan.

Jakarta: Rineka Cipta.

[20] Notoatmodjo, Soekidjo. 2012 Metodologi Penelitian Kesehatan.

Jakarta: RinekaCipta.

[21] Proverawati, dkk. 2009. Buku Ajar Gizi Untuk Kebidanan. Yogyakarta:

Diva Press.

[22] Riyanto, Agus. 2011. Aplikasi Metodelogi Penelitian Kesehatan.

Yogyakarta: Nuha Medika.

[23] Soetjiningsih. 2010. Buku Ajar I Tumbuh Kembang Anak dan Remaja.

Jakarta: IDAI.

[24] Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

[25] Sugiyono. 2012. Statistika Untuk Penelitian . Bandung: Alfabeta.

[26] Suhardjo, 2005. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta : Penerbit Bumi Aksara.

[27] Sulistyoningsih, H. 2012. Gizi untuk kesehatan ibu dan anak. Yogyakarta:

Graha Ilmu

[28] Supariasa, I Dewa Nyoman. 2012.

Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian Kristiani dkk (2012) membuktikan adanya hubungan antara waktu penyapihan, pola pemberian makanan, dan frekuensi kunjungan Posyandu dengan status gizi

Berdasarkan hasil tersebut bahwa status gizi tidak hanya dipengaruhi adanya pola asuh orang tua saja, namun ada beberapa faktor yang dapat berpengaruh terhadap staus

Status gizi balita di Posyandu Kelurahan Pringgokusuman memang mayoritas baik, tetapi jika dicermati lebih lanjut ada 4 responden yang memiliki pola asuh baik dengan status

Berdasarkan hasil tersebut bahwa status gizi tidak hanya dipengaruhi adanya pola asuh orang tua saja, namun ada beberapa faktor yang dapat berpengaruh terhadap staus

tidak terdapat hubungan antara pola makan dengan status gizi anak usia 1-3 tahun di Padukuhan Pucanganom Desa Wedomartani Ngemplak Sleman

POLA ASUH DALAM PEMBERIAN MAKAN PADA ANAK USIA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KENDAL KEREP KTI ini disusun sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan

SARAN Diharapkan agar memberikan edukasi kepada ibu balita yang bermasalah status gizinya dan kepada ibu balita yang memlilki pengetahuan gizi dan pola asuh makan yang kurang di

Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi anak balita 12-59 bulan berdasarkan indikator BB/U di wilayah kerja Puskesmas Kolok Kota Sawahlunto Tahun 2019.. Gambaran Pola Asuh