• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja atau adolescence adalah waktu terjadinya perubahanperubahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja atau adolescence adalah waktu terjadinya perubahanperubahan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masa remaja atau adolescence adalah waktu terjadinya perubahan- perubahan yang berlangsung cepat dalam hal pertumbuhan fisik, kognitif dan psikososial atau tingkah laku. Perubahan-perubahan tersebut mempengaruhi kebutuhan gizi mereka. Kecukupan gizi diperoleh dari makanan yang mereka konsumsi. Remaja sudah dapat menentukan sendiri makanan yang akan dikonsumsi. Makanan yang mereka pilih dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu kebiasaan makan keluarga, teman sebaya, pengaruh iklan atau media dan ketersediaan makanan (Adriana dan Bambang, 2012).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kelly, et. al. (2008), estimasi jumlah orang dewasa di dunia yang mengalami overweight dan obesitas pada tahun 2005 adalah 937 juta and 396 juta. Pada tahun 2030 diperkirakan jumlah dewasa yang mengalami overweight dan obesitas menjadi 1,35 milyar dan 573 juta orang.

Tidak hanya di dunia, permasalahan overweight dan obesitas pun terjadi di negara berkembang seperti Indonesia. Di Indoneisa, angka terjadinya kasus overweight dan obesitas pada remaja semakin tinggi.

Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar (2013), pada remaja usia 16-18 tahun yang memiliki status gizi gemuk meningkat dari 1,4% pada tahun 2010 menjadi 7,3% pada tahun 2013. Provinsi yang memiliki prevalensi gemuk tertinggi adalah DKI Jakarta yaitu sebesar 4,2%. Daerah Istimewa

(2)

2 Yogyakarta adalah salah satu dari lima belas provinsi yang memiliki prevalensi gemuk di atas prevalensi nasional.

Obesitas yang terjadi pada remaja akan menimbulkan masalah kesehatan seperti penurunan fungsi kognitif, gangguan psikologi, perubahan masa pubertas, dan faktor risiko penyakit kardiovaskular, sindrom metabolik, resistensi insulin, diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung koroner, stroke serta kematian (Yu, 2012). Berdasarkan penelitian Sinha (2002), diketahui bahwa sebanyak 21% dari 112 remaja obesitas usia 11-18 tahun mengalami intoleransi glukosa, dan sebanyak 4% remaja obesitas mengalami diabetes melitus tipe 2 yang tersembunyi (silent diabetus mellitus type 2). Jika tidak segera ditangani, maka peningkatan kasus obesitas maupun dampak yang ditimbulkan akan terus meningkat.

Pada level individu, pengawasan diri terhadap asupan makan diidentifikasi sebagai cara yang paling efektif dalam mengontrol berat badan.

Pola makan yang menyebabkan kegemukan dan obesitas adalah mengonsumsi makan porsi besar (melebihi dari kebutuhan), makanan tinggi energi, tinggi lemak, tinggi karbohidrat dan rendah serat (Kemenkes RI, 2012). Penelitian Rosiyani (2011) menunjukkan bahwa pola makan berdensitas tinggi merupakan faktor kegemukan dan obesitas di SMAN 68 Jakarta Pusat. Persentase konsumsi makanan/ minuman manis ≥1 kali dalam sehari berdasarkan data Riskesdas (2013) secara nasional sebesar 53,1 persen dan di DI Yogyakarta sebesar 69,2 persen. Persentase konsumsi makanan berlemak usia ≥10 tahun di Indonesia adalah sebesar 40,7 persen. Persentase di DI Yogyakarta lebih tinggi 10 persen yaitu 50,7 persen. Sedangkan persentase konsumsi sayur dan buah pada usia ≥10

(3)

3 tahun di DI Yogyakarta lebih rendah jika dibandingkan dengan rata-rata nasional Indonesia maupun persentase konsumsi pada tahun 2007. data tersebut menunjukkan bahwa konsumsi makanan/ minuman manis dan berlemak DI Yogyakarta tinggi, sedangkan konsumsi sayuran dan buah rendah. Perilaku makan yang dapat menyebabkan kegemukan inilah yang perlu diperbaiki sebagai upaya penanganan obesitas.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengubah perilaku seseorang adalah dengan memberikan pendidikan kesehatan seperti penyuluhan. Pendidikan kesehatan diharapkan dapat mengubah perilaku seseorang dengan didahului oleh proses peningkatan pengetahuan dan sikap. Peningkatan pengetahuan dan sikap ini penting karena sebelum tahapan perubahan perilaku, terlebih dulu terjadi perubahan pengetahuan dan sikap. Ketidaktahuan seseorang dapat menyebabkan kesalahan dalam pemilihan dan pengolahan makanan. Keberhasilan pendidikan kesehatan dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap seseorang dipengaruhi salah satunya oleh metode yang digunakan dalam penyampaian pesan. Pemilihan metode harus mempertimbangkan tujuan, sasaran, situasi, petugas, sarana dan biaya (Notoatmodjo, 2010).

Metode ceramah merupakan salah satu metode pendidikan kesehatan yang murah, tidak banyak memerlukan alat bantu dan cocok untuk berbagai jenis peserta (Supariasa, 2012). Hasil penelitian Norman (2012) menunjukkan bahwa metode ceramah dapat meningkatkan kepatuhan seseorang dalam melaksanakan pesan yang disampaikan. Namun, pemberian penyuluhan yang hanya satu kali saja seringkali tidak dapat mencapai tujuan yang maksimal karena hanya terjadi peningkatan

(4)

4 pengetahuan dan sikap, tetapi belum mengubah perilaku seseorang secara konsisten. Oleh karena itu, perlu adanya penyuluhan lanjutan menggunakan media yang sama ataupun berbeda sebagai reminder atau pengingat. Salah satu media yang sedang tren adalah teknologi smartphone karena dapat diakses dimanapun dan kapanpun. Penyuluhan menggunakan metode ceramah dengan media slide kemudian dilakukan penyuluhan lanjutan dengan media teknologi smartphone diharapkan dapat mengubah perilaku seseorang dengan jangka waktu yang lama.

Beberapa hasil penelitian membuktikan manfaat teknologi smartphone dalam peningkatan kesehatan seperti penanganan obesitas. Hasil penelitian Joon (2007) berupa penggunaan short message serving (SMS) sebagai self- reminder terhadap program penurunan berat badan antara lain sebanyak 47% subjek berhasil dalam program penurunan berat badan dan 2/3 dari subjek berhasil melakukan penurunan lingkar pinggang. Dari hasil penelitiannya, Joon menyimpulkan bahwa sms dapat menjadi metode yang efektif dalam program penurunan berat badan. Penelitian serupa telah banyak dilakukan di negara, tetapi belum pernah dilakukan di Indonesia khususnya Kota Yogyakarta.

Berangkat dari masalah perlunya penyuluhan yang bersifat berkelanjutan di samping metode ceramah sebagai salah satu metode dalam penanganan obesitas pada remaja terkait perubahan pola makan, serta tren pemanfaatan teknologi smartphone, peneliti ingin melakukan penelitian berupa penggunaan media sosial sebagai media penyuluhan terhadap perubahan pola makan pada remaja SMA dengan status gizi lebih di Kota Yogyakarta.

(5)

5 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah yaitu

1. Apakah penggunaan media sosial sebagai media penyuluhan dapat meningkatkan pengetahuan tentang obesitas dan pola makan seimbang remaja SMA gizi lebih di Kota Yogyakarta?

2. Apakah penggunaan media sosial sebagai media penyuluhan dapat meningkatkan sikap dalam penerapan pola makan seimbang remaja SMA gizi lebih di Kota Yogyakarta?

3. Apakah penggunaan media sosial sebagai media penyuluhan dapat menurunkan asupan energi dan lemak serta meningkatkan asupan serat remaja SMA gizi lebih di Kota Yogyakarta?

4. Apakah penggunaan media sosial sebagai media penyuluhan dapat menurunkan jumlah konsumsi gula dan gorengan serta meningkatkan jumlah konsumsi sayuran dan buah remaja SMA gizi lebih di Kota Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini terdiri atas dua tujuan, yaitu:

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan sosial media sebagai media penyuluhan terhadap perubahan pola makan pada remaja SMA gizi lebih di Kota Yogyakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pola makan remaja SMA gizi lebih di Kota Yogyakarta

(6)

6 b. Mengetahui pengaruh penggunaan media sosial sebagai media penyuluhan terhadap pengetahuan remaja SMA gizi lebih tentang obesitas dan pola makan seimbang di Kota Yogyakarta

c. Mengetahui pengaruh penggunaan media sosial sebagai media penyuluhan terhadap sikap remaja SMA gizi lebih di Kota Yogyakarta dalam penerapan pola makan seimbang

d. Mengetahui pengaruh penggunaan media sosial sebagai media penyuluhan terhadap asupan energi, lemak dan serat remaja SMA gizi lebih di Kota Yogyakarta

e. Mengetahui pengaruh penggunaan media sosial sebagai media penyuluhan terhadap jumlah konsumsi gula, gorengan, sayuran dan buah remaja SMA gizi lebih di Kota Yogyakarta

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti

a. Menambah informasi ilmu pengetahuan di bidang kesehatan b. Mempraktikkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang

penelitian terkait gizi lebih pada remaja SMA 2. Bagi responden

a. Menambah pengetahuan tentang pola makan seimbang b. Menambah informasi tentang cara penanganan gizi lebih pada

remaja

c. Secara tidak langsung membantu mengontrol berat badan 3. Bagi pembaca

a. Menambah informasi tentang penanganan overweight/obesitas pada remaja

(7)

7 b. Menambah informasi tentang manfaat media sosial sebagai media

penyuluhan terhadap perubahan pola makan 4. Bagi pihak sekolah

a. Meningkatkan pengetahuan siswa tentang penanganan obesitas terkait pola makan

b. Membantu meningkatkan status kesehatan siswa/ murid 5. Bagi ahli gizi

Menambah alternatif baru dalam pelayanan gizi terkait gizi lebih

E. Keaslian Penelitian

1. M, Wharton C., et. al. (2014)

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan manfaat dari penggunaan aplikasi handphone yang sedang tren dengan metode konseling sederhana dalam menurunkan berat badan. Tempat penelitian ini adalah di Arizona State University, Amerika. Responden penelitian ini berjumlah 57 orang dengan usia responden antara 18-65 tahun, dan BMI antara 25- 45 kg/m2. Selama 8 minggu, responden diminta untuk menggunakan salah satu metode dari 3 metode, yaitu metode aplikasi “Lose It”, metode dengan menggunakan memo yang dicantumkan di handphone, atau dengan metode kertas dan pensil (dicatat secara manual). Hasil penelitian ini adalah aplikasi di smartphone “Lose It” dapat digunakan sebagai metode self-monitoring yang lebih efektif.

Persamaan : sama-sama meneliti pengaruh penggunaan aplikasi smartphone (variabel bebas)

Perbedaan : lokasi penelitian, karakteristik (usia) responden, variabel terikat.

(8)

8 2. Turner-McGrievy G.M., et. al. (2013)

Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pemantuan diet dan aktivitas fisik individu (mobile app, website or paper journal) dengan perilaku makan dan aktivitas fisik. Responden penelitian ini adalah laki- laki dan perempuan usia 18-60 tahun berjumlah 96 orang yang memiliki indeks massa tubuh 25-45 kg/m2. Pengelompokkan responden didasarkan atas pilihan responden terhadap jenis self-monitoring.

Responden kemudian diberikan intervensi perilaku penurunan berat badan via podcast, dan diminta untuk melakukan self-monitoring selama 6 bulan. Hasil penelitian ini adalah pemantauan aktivitas fisik menggunakan aplikasi lebih banyak data pelaporannya dibandingkan dengan yang tidak menggunakan aplikasi; penurunan BMI pada pemantauan aktivitas fisik menggunakan aplikasi lebih signifikan dibandingkan dengan yang tidak menggunakan aplikasi dan penurunan konsumsi energi lebih tinggi pada pengguna aplikasi dibandingkan pengguna paper journal.

Persamaan : sama-sama meneliti pengaruh penggunaan aplikasi samrtphone terhadap perilaku makan (variabel bebas, variabel terikat) Perbedaan : lama intervensi, karakteristik responden (usia), lokasi penelitian

3. Carter, et. al. (2013)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerimaan dan kelayakan hasil dari intervensi manajemen pemantuan berat badan menggunakan aplikasi smartphone dibandingkan dengan website dan catatan harian.

Responden penelitian ini berjumlah 128 orang berusia 18 hingga 65 tahun

(9)

9 dengan indeks massa tubuh ≥27 kg/m2; direkrut dengan cara email, intranet, surat kabar dan poster. Jenis penelitian ini adalah randomized controlled trial atau RCT. Responden dibagi menjadi tiga kelompok yaitu aplikasi smartphone (My Meal Mate/ MMM), website (Weight Loss Resources) dan catatan harian. Intervensi dilakukan selama 6 bulan tanpa intervensi tambahan dari tim peneliti. Selama intervensi, pertemuan tatap muka dengan peneliti dilakukan pada awal intervensi, minggu ke 6 dan bulan ke 6 untuk dilakukan pengukuran antropometri dan pengisian kuesioner. Hasil penelitian adalah trial retention paling tinggi yaitu 40/43 (93%), kepatuhan terhadap rekaman diet lebih tinggi pada kelompok aplikasi smartphone dengan rata-rata 92 hari, perubahan berat badan paling tinggi pada kelompok aplikasi smartphone yaitu -4,6; perubahan BMI paling tinggi pada kelompok aplikasi smartphone yaitu -1,6kg/m2, dan perubahan lemak tubuh paling tinggi pada kelompok aplikasi smartphone yaitu -1,3%.

Persamaan : variabel bebas

Perbedaan :variabel terikat (penurunan berat badan), lokasi penelitian, karakteristik responden (usia)

4. Allen (2013)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan, penerimaan dan keberhasilan dari intervensi perilaku menggunakan teknologi smartphone.

Intervensi diberikan kepada 68 orang dewasa di Amerika (usia 21-65 tahun) obesitas selama 6 bulan. Terdapat 4 kelompok intervensi yaitu intervensi 1) konsultasi yang intensif, 2) intervensi konsultasi intensif ditambah dengan aplikasi smartphone, 3) intervensi konsultasi yang

(10)

10 kurang ditambah dengan aplikasi smarthphone, serta 4) intervensi hanya aplikasi smartphone. Hasilnya adalah penurunan berat badan pada kelompok 2 dan 3 lebih banyak dibandingkan kelompok lain yaitu sebanyak 5,4 kg dan 3,3 kg.

Persamaan : variabel bebas

Perbedaan : karakteristik responden (usia), lokasi penelitian, variabel terikat (penurunan berat badan)

Referensi

Dokumen terkait

Pada bab ini dibahas mengenai tata cara penelitian yang mencakup langkah- langkah pengumpulan dan pengolahan data yang dibutuhkan peneliti yaitu meliputi

Pemilihan lokasi untuk penelitian didasarkan atas pertimbangan yaitu dengan ditemukannya masalah-masalah yang terkait antara kemampuan dan motivasi kerja dengan kinerja pegawai

Shannon (1949) mengamati bahwa dalam hal khusus, sebuah fungsi bahkan dapat direkonstruksi dari titik-titik sampel-nya, dengan menggunakan kelu- arga fungsi sinc (sinc x = sin x x

Dapat dilihat bahwa debit output yang dihasilkan pada variasi ketinggian input 1,2 m lebih besar dari pada menggunakan variasi ketinggian input 0,7 m dengan ketinggian

Sedangkan penggunaan pupuk organik, perbandingan kandungan antara pupuk organik dengan pupuk anorganik dapat meningkatkan panjang batang utama dan jumlah daun seperti

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan price model, penerapan PSAK konvergensi IFRS terbukti dapat meningkatkan relevansi nilai informasi akuntansi. Sementara

Oleh karena itu, penulis akan membuat modul baru untuk line yang belum mempunyai modul dan memperbaharui modul pelatihan yang sudah ada agar sesuai dengan kondisi

Sedangkan menurut Donousodo (2008) tokoh masyarakat adalah seseorang yang berpengaruh dan ditokohkan oleh lingkungannya. Penokohan tersebut karena pengaruh posisi,