• Tidak ada hasil yang ditemukan

IR PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 3 BAB 3 HASIL DAN ANALISIS. akan dijelaskan dalam (Tabel 3.1). Tiga belas artikel yang memenuhi kriteria

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IR PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 3 BAB 3 HASIL DAN ANALISIS. akan dijelaskan dalam (Tabel 3.1). Tiga belas artikel yang memenuhi kriteria"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3HASIL DAN ANALISIS

3.1 Karakteristik Studi

Penelitian studi literatur ini menggunakan jurnal nasional maupun internasional sebanyak 13 jurnal yang telah melewati masa screening sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan. Artikel atau jurnal yang akan direview meliputi database yang digunakan, tahun penerbitan dan desain peneltian akan dijelaskan dalam (Tabel 3.1). Tiga belas artikel yang memenuhi kriteria inklusi berdasarkan topic pembahasan literatur yaitu faktor lingkungan yang mempengaruhi kejadian stunting pada anak balita. Berdasarkan topic yang berkaitan dengan faktor lingkungan difokuskan pada pokok pembahasan keadaan sanitasi lingkungan. Keadaan sanitasi lingkungan, dibagi menjadi dua sub pembahasan yaitu keadaan penyediaan jamban sehat dan penyediaan air bersih pada keluarga anak balita.

Pencarian artikel menunjukkan faktor lingkungan dari air dan sanitasi ditemukan pada 13 studi artikel yang telah didapatkan. Pencarian artikel menggunakan 3 database yaitu Scopus ditemukan 4 artikel (31%), Proquest ditemukan 3 artikel (23%), Science Direct ditemukan 2 artikel (15%) dan Google Scholar ditemukan 4 artikel (31%). Karakteristik artikel berdasarkan tahun publikasi menggunakan artikel 5 tahun terakhir yaitu dari tahun 2016 hingga tahun 2020. Artikel dengan tahun publikasi 2016 terdiri dari 1 artiekl (8%), dengan tahun publikasi 2017 terdiri dari 1 artikel (8%), dengan tahun publikasi 2018 terdiri dari 2 artikel (15%), dengan tahun publikasi 2019 terdiri dari 4 artikel

(2)

(31%) dan terakhir yang paling banyak adalah artikel dengan tahun publikasi tahun 2020 yaitu terdiri dari 5 artikel (38%)

Sebagian besar faktor lingkungan yang berkontribusi pada studi sanitasi dan air bersih adalah dengan menggunakan desain penelitian cross-sectional terdiri dari 7 artikel (53%). Sedangkan sisanya ada yang menggunakan desain penelitian case-control terdiri dari 4 artikel (31%), quasi-experimental (8%) dan randomized controlled trials (8%) yang masing-masing terdiri dari 1 artikel. Penelitian dengan desain penelitian randomized controlled trials yang menunjukkan bahwa sumber air minum yang dipengaruhi dengan cuaca musiman seperti musim hujan atau musim kemarau dapat berpegaruh pada kesehatan seperti infeksi enterik, diare, stunting pada masa kanak-kanak, kecemasan dan depresi, serta kematian (Abia et al., 2017). Penelitian dengan desain penelitian mayoritas menggunakan cross-sectional secara keseluruhan menjelaskan bahwa faktor lingkungan yang paling berperan dalam kesehatan anak-anak adalah faktor sanitasi (penyediaan jamban sehat) dan persediaan air bersih. Stunting itu kompleks dan dipengaruhi oleh banyak faktor dan penentu struktural seperti pola asuh, jenis kelamin, usia, sumber air, dan praktik perilaku seputar cuci tangan (Kwami et al., 2019).

Kategori Jumlah (N) Persentase (%)

Database

Scopus 4 31

ProQuest 3 23

ScienceDirect 2 15

Google Scholar 4 31

Total 13 100

Tabel 3.1 Karakteristik Artikel atau Jurnal

(3)

3.2 Karakteristik Responden Studi

Responden dalam penelitian adalah seluruh anak-anak yang berumur dibawah lima tahun yang mengalami kejadian stunting dengan faktor yang menunjang adalah faktor lingkungan yang tidak sehat, terkhusus pada keadaan penyediaan jamban sehat dan keadaan penyediaan air bersih di lingkungan rumah tempat tinggal. Jumlah responden dalam pencarian artikel pada literature review ini adalah sejumlah 1.282 anak-anak. Karakteristik gender pada responden penelitian yaitu sejumlah 770 responden anak laki-laki (60%) dan 512 anak perempuan (40%). Secara keseluruhan karakteristik responden adalah anak-anak dengan tingkat pendidikan belum bersekolah.

3.3 Faktor Penyediaan Jamban

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada hubungan antara akses sanitasi dengan kejadian stunting di wilayah kerja Puskesmas Simpang Pandan Kecamatan Geragai. Hasil penelitian dari Ambarwati et al., 2020 menunjukkan

Tahun Penerbitan

2016 1 8

2017 1 8

2018 2 15

2019 4 31

2020 5 38

Total 13 100

Desain Penelitian

Cross-Sectional 7 53

Case Contol 4 31

Quasy Experimental 1 8

Randomized controlled trial (RCT)

1 8

Total 13 100

(4)

menderita stunting jika dibandingkan dengan responden yang memiliki akses sanitasi resiko rendah. Serta responden yang memiliki akses sanitasi resiko sedang beresiko lebih besar 6,18 kali menderita stunting jika dibandingkan dengan responden yang memiliki akses sanitasi resiko rendah.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Rafita (2020) yang dilakukan di Kupang, Indonesia, responden yang memiliki sanitasi lingkungan yang baik dan memiliki balita stunting atau serve stunting sebanyak 18 (75,0%), sedangkan responden yang memiliki sanitasi lingkungan yang kurang dan memiliki balita stunting atau serve stunting sebanyak 11 balita (42,3 %). Hasil uji statistik Chi Square menunjukkan adanya hubungan antara sanitasi lingkungan dengan kejadian stunting di Desa Banua Rantau Kecamatan Banua Lawas Kabupaten Tabalong Tahun 2020. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lobo (2019), Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan signifikan antara praktik kebersihan dan sanitasi lingkungan terhadap kejadian stunting dengan pengaruh positif. Anak dengan praktik kebersihan dan sanitasi lingkungan yang kurang baik berisiko menjadi stunting 7,748 kali dibandingkan anak yang praktik kebersihan dan sanitasi lingkungan yang baik. Kebersihan dan sanitasi lingkungan baik di dalam rumah dan di lingkungan sekitar anak jika diperhatikan maka akan memberikan dampak positif pada keadaan status gizi anak.

Pada penelitian lain dengan desain penelitian case-control pada variabel kualitas sarana sanitasi, terdapat empat sub-variabel yang dinilai; 1) Kepemilikan sarana air bersih; 2) Kepemilikan sarana jamban; 3) Kepemilikan sarana pembuangan air limbah; dan 4) Kepemilikan tempat sampah. Terdapat perbedaan

(5)

yang paling mencolok pada sub variabel kepemilikan jamban. Di antara seluruh sub-variabel kualitas sarana sanitasi, pada kelompok kasus, kepemilikan jamban adalah yang paling banyak bermasalah. Terdapat 68,4% dari kelompok kasus yang memiliki jamban leher angsa tetapi tidak ada tutup dan disalurkan langsung ke sungai. Tidak ada responden dari kelompok kasus yang memiliki jamban leher angsa bertutup dan disalurkan langsung ke septic tank. Sedangkan pada kelompok kasus, tidak terdapat responden yang memiliki jamban leher angsa yang tak bertutup dan disalurkan langsung ke sungai. 63,2% responden dari kelompok kasus memiliki jamban leher angsa yang bertutup dan disalurkan langsung ke septictank.

Selain itu, pada kelompok kasus, terdapat lebih banyak responden yang memiliki kebiasaan membuang tinja balita sembarangan, dibanding kelompok kontrol. 89,5% responden dari kelompok kasus memiliki kebiasaan membuang tinja bayi/ balita di sungai/ kolam/ kebun/ sembarangan dan 10,5% yang membuang tinja bayi/balita ke jamban. Sedangkan pada kelompok kontrol, terdapat 68,4% yang membuang tinja bayi/balita di jamban setiap hari dan 31,6%

yang membuang tinja bayi/balita ke sungai/kolam/kebun/sembarangan. Hal tersebut dapat berhubungan dengan kondisi jamban yang mereka miliki. Hasil analisis dari penelitian ini menunjukkan, bahwa menunjukkan adanya hubungan bermakna antara status sarana sanitasi dengan kejadian stunting. Artinya, anak- anak kelompok usia 6-24 bulan yang tinggal di rumah yang memiliki sarana sanitasi yang tidak memenuhi syarat, berisiko 31,875 kali untuk mengalami

(6)

stunting. Sehingga kualitas sarana sanitasi merupakan faktor risiko kejadian stunting pada anak-anak kelompok usia 6-24 bulan.

Sejalan dengan penelitian Chanda et.al (2016) penelitian yang difokuskan pada malnutrisi pada anak-anak di bawah usia lima tahun di kompleks Chipata di Distrik Lusaka, Zambia. Menggunakan rekomendasi WHO tentang penentuan malnutrisi menunjukkan bahwa keadaan rumah merupakan faktor risiko yang sangat signifikan pengaruhnya pada anak-anak dengan malnutrisi akut, yang terdiri dari fasilitas sanitasi, sumber air minum, kejadian diare, dan layanan pengumpulan sampah. Kompleks Chipata merupakan komunitas yang tidak terpenuhi kepemilikan jamban lubang sebagai pembuangan limbah, padahal jamban lubang merupakan fasilitas yang harusnya sudah umum dimiliki daerah yang lain. Sehingga hal ini menunjukkan bahwa anak-anak yang tinggal di rumah yang tidak memadai fasilitas jamban atau pembuangan limbah dapat memiliki risiko yang sangat tinggi mengalami terjadi malnutrisi.

3.4 Faktor Penyediaan Sumber Air

Berdasarkan penelitian oleh Rafita (2020) di Desa Banua Rantau Kecamatan Banua Lawas Kabupaten Tabalong, dari total keseluruhan 50 responden yang memiliki balita stunting sebanyak 29 reponden (58%). Sementara, dari total keseluruhan 50 responden yang memiliki ketersediaan air bersih yang tidak memenuhi syarat sebanyak 32 reponden (64%). Diketahui bahwa responden yang tidak memenuhi syarat dan mempunyai balita yang stunting/ serve stunting sebanyak 23 (71,9%), sedangkan responden memenuhi syarat dan mempunyai balita yang stunting/ serve stunting sebanyak 6 orang (33,3 %). Hasil uji statistik

(7)

Chi Square menunjukkan adanya hubungan antara ketersediaan air bersih dengan kejadian stunting di Desa Banua Rantau Kecamatan Banua Lawas Kabupaten Tabalong. Penelitian yang dilakukan di Mozambiques oleh Garcia (2017), Situasi stunting di Mozambik (43,3%) di atas 40% di semua provinsi, tetapi situasinya sangat parah di provinsi Tete (52%), Studi ini menilai situasi pertumbuhan anak di wilayah tengah Mozambik (provinsi Tete) dan mengidentifikasi variabel sosiodemografi, kesehatan, dan lingkungan sebagai faktor penentu yang penting pada anak balita dengan stunting di provinsi Tete.

Faktor lingkungan yang diukur dalam penelitian ini adalah karakteristik rumah, karakteristik lantai, akses untuk sumber air minum. Oleh karena itu di Mozambique, kualitas air dianggap sebagai langkah penting untuk mencegah enteropati lingkungan dan dengan demikian mengurangi risiko kekurangan gizi yang masih menjadi penentu utama kesehatan dan status gizi balita. Air merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Kebutuhan manusia akan air sangat komplek antara lain untuk minum, masak, mencuci, mandi dan sebagainya.

Di antara kegunaan-kegunaan air tersebut, yang sangat penting adalah kebutuhan untuk minum. Oleh karena itu, untuk keperluan minum (termasuk untuk memasak) air harus mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak menimbulkan penyakit bagi manusia (Stirman, 2019).

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uji t statistik yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa dari kedua faktor pemberian pelayanan nasabahyang dilihat dari kepuasan kerja berpengaruh

Dengan ergonomi akan dapat meningkatkan produktivitas dan di isisi lain akan memberikan kenyamanan dan keamanan dalam bekerja sehingga karyawan bisa bekerja dengan

Berdasarkan hasil identifikasi faktor, aktor, sasaran dan kebijakan maka strategi pengembangan sistem produksi pupuk organik pada UPPO di Desa Bangunsari adalah pengelola UPPO bersama

Produk yang akan kami buat cocok dengan iklim relatif di Yogyakarta karena Iklim di Yogyakarta cenderung panas sehingga para penduduk akan sangat memerlukan minuman

Robert Alexander Jaffray adalah seorang misionari the Christian and Missionary Alliance (CMA) dari Kanada yang melayani di bagian selatan Tiongkok selama 32 tahun.  Setelah

Karena-Nya, penyusun dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kajian Pengaruh Tinggi Bukaan Pintu Air Tegak Terhadap Kondisi Aliran Di Bagian Hilir Saluran

 Dari hasil penelitian dan pengujian yang sudah dilakukan oleh peneliti diperoleh hasil bahwa tingkat ketebalan tertinggi didapat pada campuran Varnish Galaxy HS 2800

Bila suhu ruangan lebih rendah dari suhu yang disetel : Pengeringan udara akan bekerja pada suhu yang disetel sedikit lebih rendah dari suhu ruangan.. Fungsi ini akan berhenti