• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Mubarok Muchamad Husni (2018). Hasil penelitian ini menunjukkan. 1) SMA Ma‟arif NU 04 Kangkung menggunakan metode musyawarah, sorogan dam bandongan di dalam pengajaran kitab Ta’lim al-Muta’allim. Di sekolah tersebut juga menggunakan beberapa cara untuk menanamkan sikap takzim terhadap para siswa seperti, pembiasaan, kedisiplinan terhadap tata tertib sekolah, motivasi dan pengajaran ilmu pengetahuan. 2) Takzim yang dilakukan oleh para siswa di sekolah tersebut dapat dikatakan baik. Hal tersebut dapat dilihat dari bagaimana perlakuan siswa terhadap gurunya, seperti mencium tangan dan mengucap salam saat bertemu, menjaga barang yang biasa digunakan oleh guru serta tidak berani berbicara jika tidak mendapat izin dari guru.17

Penelitian yang dilakukan oleh Fitriani Ainul (2019). Hasil penelitian menunjukkan 1) Penanaman sikap takzim di pesantren Darul Abror melalui pembiasaan dan pengajaran. Pembiasaan yang dilakukan dengan menjalankan aturan pesantren dengan baik serta mencontoh keteladanan dari sosok ustad ataupun ustadzah. 2) Sikap takzim para santri di pesantren Darul Abrar dapat dilihat dari bagaimana para santri senantiasa menundukan kepala saat bertemu, tidak menduduki kursi yang digunakan kyai, sowan kepada pengasuh serta menjaga betul nama baik ustad, kyai dan pesantren. 3) Faktor pendukukung pembentukan sikap takzim para santri yaitu, lingkungan yang agamis, sikap teladan yang

17 Muchamad Husni Mubarok, “Implementasi Sikap Ta’zim Siwa Kepada Guru Pasca

Pembelajaran Ta’lim Al-Muta’allim (Studi kasus di SMA MA‟ARIF NU 04 Kangkung Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2018/2019) (Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, Semarang 2018), 6, 32, 65.

(2)

8

dicontohkan oleh baik pengasuh dan pengajar. Faktor penghambat seperti, latar belakang santri yang berbeda-beda serta pengaruh teman.18

Penelitian yang dilakukan oleh Badiah Nurul Badiah (2018). Hasil penelitian menjunjukkan 1) Dalam pengajaran kitab Ihya Ulumuddin di pesantren Sunan Giri Salatiga menggunakan metode bandongan, dimana guru bertugas menjelaskan, menerangkan isi kandungan ayat dalam kitab sedangkan para santri mendengarkan, menyimpulkan dan mencatatnya. 2) Sikap takzim para santri di pesantren Sunan Giri Salatiga dapat dilihat dari bagaimana para santri senantiasa mendengarkan dan mengikuti nasehat yang diberikan oleh guru, berpakaian sopan, berbicara bila diminta untuk berbicara, selalu menjalankan perintah yang diberikan oleh guru. 3) Di dalam pengajaran kitab Ihya Ulumuddin pesantren Sunan Giri salatiga, memberikan pengaruh yang cukup kuat dalam penanaman akhlak mulia kepada para santri. Faktor penghambat penanaman akhlak mulia melalui kitab Ihya Ulumuddin di pesantren Sunan Giri Salatiga yaitu paksaan dari orang tua agar para santri giat belajar, merasa tidak percaya diri, ego dan kurang termotivasi apabila melihat teman-teman seusia sudah pandai membaca kitab kuning.19

Penelitian yang dilakukan oleh Yustahar Fahmi (2019). Hasil penelitian menunjukkan 1) bahwa perilaku takzim di pesantren Mahasiswa An Najah Purwekerto yaitu, duduk sopan tidak bersila diharapkan kyai, senantiasa menjalankan perintah kyai, menjaga nama baik kyai dan keluarga kyai serta selalu melakukan sesuatu yang membuat senang. 2)

18

Ainul Fitriani, “Penanaman Sikap Ta‟dzim Dalam Membentuk Kepatuhan Santri (Studi Deskriptif di Pondok Pesantren Darul Abror Watumas, Purwanegara Kecamatan Purwokerto Utara Tahun pelajaran 2019/2020) (Skripsi Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri Purwokerto, Purwokerto 2019), 12, 13, 18.

19 Nurul Badiah, “Pembentukan Sikap Ta‟dzim Santri Kepada Kyai Melalui Pengajian

Kitab Ihya‟ Ulumidin (Studi Kasus di Pondok pesantren Sunan Giri Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019) (Skripsi Fakultas tarbiyah Dan ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga, Salatiga 2018), 54, 58, 95.

(3)

9

Nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam pesantren An Najah Purwekerto adalah nilai religius.20

Peta Literasi Penelitian Terdahulu

No Nama Temuan Pendekatan Perbedaan Persamaan

1 Muchamad Husni Mubarok. Implementasi Sikap Ta‟zim Siswa Kepada Guru Pasca Pembelajaran Ta‟lim Al-Muta‟allim Di SMA MA‟ARIF NU 04 Kangkung Kabupaten Kendal 1. menggunakan metode musyawarah, sorogan dan bandongan di dalam pengajaran kitab Ta’lim al-Muta’allim. 2. Penanaman sikap takzim melalui pembiasaan, kedisiplinan dan pengajaran ilmu pengetahuan. 3. Takzim yang dilakukan seperti mencium tangan dan mengucap salam saat bertemu, menjaga barang yang biasa

Kualitatif Implement asi Sikap Takzim Pasca Pembelaja ran Ta‟lim Al-Muta‟alli m Takzim

20 Fahim Yustahar, “Nilai-nilai Pendidikan karakter Dalam Tradisi Ta‟dzim Terhadap

Kyai (Studi Kasus di Pesantren Mahasiswa An Najah Purwokerto Tahun Pelajaran 2019/2020) (Skripsi Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Purwokerto, Purwokerto 2019), 22, 48, 51.

(4)

10 digunakan oleh guru serta tidak berani berbicara jika tidak

mendapat izin dari guru. 2 Ainul Fitriani Penanaman Sikap Ta‟dzim Dalam Membentuk Kepatuhan Santri (Studi Deskriptif di Pondok pesantren Darul Abror Watumas Purwanegara Kecamatan Purwokerto Utara) 1. Penanaman sikap takzim di pesantren Darul Abror melalui pembiasaan dan pengajaran. 2. Sikap takzim para santri senantiasa menundukan kepala saat bertemu, tidak menduduki kursi yang digunakan kyai, sowan kepada pengasuh serta menjaga betul nama baik ustad, kyai dan pesantren. Kualitatif Penenama n Sikap Takzim dalam membentu k Kepatuhan Takzim 3 Nurul badiah Pembentukan Sikap Ta‟dzim Santri Kepada 1. Dalam pengajaran kitab Ihya Ulumuddin menggunakan Kualitatif Pembentu kan Sikap Takzim melalui Takzim

(5)

11 Kyai Melalui Melalui Pengajian Kitab Ihya‟ Ulumuddin (Studi Kasus Pondok Pesantren Sunan Giri Salatiga Tahun 2018) metode bandongan. 2. Sikap takzim para santri senantiasa mendengarkan dan mengikuti nasehat yang diberikan oleh guru, berpakaian sopan, berbicara bila diminta untuk berbicara, selalu menjalankan perintah yang diberikan oleh guru. Pengajian Ihya „ Ulumuddi n 4 Fahim Yustahar Nilai-nilai Pendidikan Karakter Dalam Tradisi Ta‟dzim Terhadap Kyai Di Pesantren Mahasiswa An Najah Purwekerto 1. Perilaku takzim yaitu, duduk sopan tidak bersila diharapan kyai, senantiasa menjalankan perintah kyai, menjaga nama baik kyai dan keluarga kyai serta selalu melakukan sesuatu yang membuat senang. Kualitatif Di Pesantren Mahasisw a An Najah Purwokert o Nilai-nilai Pendidikan Karakter Dalam Tradisi Takzim Di Pesantren

(6)

12 2. Nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam pesantren An Najah Purwekerto adalah nilai religius. B. Kajian Teoritis 1. Nilai.

Nilai adalah sesuatu yang ada pada diri manusia yang pantas dipertahankan dan diikuti demi menaikan kualitas hidup manusia. Oleh sebab itu nilai harus dikagumi, diminati, dihormati dan dicintai.

Secara umum nilai memiliki sebuah konsep yang kompleks. Dapat dilihat melalui lisan maupun perbuatan. Seperti seseorang yang menghayati nilai daripada tanggung jawab, maka dia akan mempraktekkannya dalam perbuatan serta berusaha untuk mempertahankannya bentuk dari justifikasi perihal pengalaman dari nilai tanggung jawab yang dipegang. Kemudian akan menolak serta mengkritik orang lain yang tidak bertanggung jawab.21

Seperti halnya dengan perilaku, adab dan etika dimana hal tersebut termasuk ke dalam nilai moral22. Moral sering dikatikan dengan kebiasaan masyarakat atau tradisi yang ada di masyarakat. Jika ingin mengukur apakah tingkah laku yang dilakukan baik atau buruk bisa

21

Muhammad Abdurrahman, Pendidikan Karakter Bangsa, (Banda Aceh: Ar-Raniry, 2018), 221.

22

Saepuddin, Konsep Pendidikan Karakter dan Urgensinya Dalam Pribadi Muslim

(7)

13

dilihat dari bagaimana tanggapan dari masyarakat, dapat menerimanya atau tidak23.

2. Pendidikan Karakter.

Pendidikan adalah suatu usaha terencana memanusiakan manusia dalam proses sosialisasi untuk memperbaiki karakter serta melatih kemampuan intelektual peserta didik dalam rangka mencapai kedewasaannya. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Kadir bahwa, “Pendidikan merupakan usaha terencana untuk memanusiakan manusia melalui sosialisasi untuk memperbaiki karakter dan melatih kemampuan intelektual peserta didik.24

Dalam Undang-Undang Sisdiknas disebutkan bahwa pendidikan adalah sebuah usaha yang di lakukan secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, membangun kepribadian, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.25

Presiden Joko Widodo menempatkan penguatan karakter bangsa dalam Nawacita 8 butir. Dikatakan bahwa pemerintah akan melakukan revolusi karakter bangsa agar mampu bersaing di kanca global abad 21 serta dalam mempersiapkan generasi emas pada 2024.26

Peraturan Presiden nomor 87 tahun 2017 telah menuangkan tentang PPK (Penguatan Pendidikan Karakter). Pada pasal 3 disebutkan bahwa PPK direalisasikan dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila. Dengan harapan generasi bangsa mampu menempatkan

23 Ni Putu Suwardani, Quo Vadis, Pendidikan Karakter Dalam Merajut Harapan Bangsa

Yang Bermartabat, Denpasar-Bali: UNHI Press, 2020), 64-65.

24 Sofyan Mustoip, et. al., Impelentasi Pendidikan Karakter (Surabaya: CV. Jakad

Publiching, 2018), 53

25 Saepuddin, Konsep Pendidikan Karakter dan Urgensinya Dalam Pribadi Muslim

Menurut Imam Al-Ghazali, (Bintan: STAIN Sultan Abdurrahman PRESS, 2019), 25.

26 Ni Putu Suwardani, Quo Vadis, Pendidikan Karakter Dalam Merajut Harapan Bangsa

(8)

14

nilai-nilai karakter Pancasila dalam pandangan, pola pikir, cara bertindak dan cara bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.27 87

PPK adalah gerakan untuk menguatkan karakter di dalam dunia pendidikan melalui harmonisasi Olah Hati, Olah Rasa Olah Pikir dan Olah Raga dengan melibatkan seluruh elemen yang terkait baik sekolah, keluarga dan masyarakat yang merupakan bagian dari GNRM (Gerakan Nasional Revolusi Mental).28

Menurut Kemendikbud terdapat beberapa dimensi dalam pengolahan karakter, meliputi Olah Hati, yaitu individu yang beriman dan bertakwa. Olah Rasa, yaitu memiliki integritas moral. Olah Pikir, yaitu unggul dalam akademis. Olah Raga, yaitu sehat jasmani dan aktif sebagai warga negara.

Dalam PPK paling tidak telah ditetapkan 5 nilai utama yang harus ditanamkan kepada peserta didik, terutama pada jenjang Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah.

Pertama, Religius, yaitu mampu mencerminkan rasa iman kepada Tuhan Yang Maha Esa. Termasuk berhubungan baik dengan sesama manusia dan alam semesta.

Kedua, Nasionalis, yaitu menempatkan kepentingan bangsa diatas kepentingan pribadi dan kelompok.

Ketiga, Mandiri, sikap yang tidak mudah bergantung dengan orang lain. Yang artinya berusaha dengan seluruh kemampuan diri sendiri untuk mencapai sesuatu sangat diproritaskan.

Keempat, Integritas, yaitu usaha untuk menjadi seseorang yang dipercaya dalam segala hal, memiliki kesetiaan dan komitmen pada nilai-nilai moral dan kemanusiaan. Karakter ini meliputi sikap warga negara yang bertanggung jawab, aktif dalam kehidupan sosial dan konsistensi pikiran.

27 Ni Putu Suwardani, Quo Vadis, Pendidikan Karakter Dalam Merajut Harapan Bangsa

Yang Bermartabat, Denpasar-Bali: UNHI Press, 2020), 87.

(9)

15

Bukan hanya itu, di dalam poin Integritas Karakter juga meliputi sebuah tindakan serta perkataan berdasarkan kebenaran. Apa yang yang menjadi dasar kebenaran ditinjau dari norma-norma yang berlaku di masyarakat. Seperti halnya sikap atau etika yang dimiliki seseorang dapat mencerminkan kualitas moral yang dimiliki.

Kelima, Gotong Royong, yaitu mampu bekerja sama dengan orang lain.29

3. Takzim.

Takzim adalah sikap pengerhormatan seorang murid terhadap sosok guru yang telah memberikannya ilmu pengetahuan. Tradisi di dalam pesantren, rasa hormat dan kepatuhan santri terhadap kyainya berlaku mutlak dan seumur hidup. Rasa hormat yang mutlak itu harus ditunjukkan dalam seluruh aspek kehidupan, baik dalam kehidupan keagamaan, kemasyarakatan, maupun pribadi. Bahkan bagi para santri suatu kewajiban atas dirinya hormat terhadap seluruh anggota keluarga kyai dengan tidak memandang usia, dewasa, remaja, anak-anak atau bahkan bayi sekalipun bagi para santri suatu kewajiban menghormati serta berlaku sopan dan baik terhadap seluruh anggota keluarga dari kyai. Melupakan ikatan dengan kyai dianggap sebagai suatu aib besar dan berakibat hilangnya keberkahan ilmu pengetahuan yang didapat dari sang kyai yang menjadikan ilmu pengetahuan tersebut tidak bermanfaat.30

Takzim santri terhadap kyai bukan hanya sekedar menghormati dan patuh terhadap segala perintah kyai. Akan tetapi takzim santri terhadap kyai juga dilakukan dengan berbagai cara seperti membantu segala aspek kehidupan kyai. Salah satunya bisa dengan berkhidmah atau mengabdi kepada pesantren dalam membantu segala bentuk

29 Ni Putu Suwardani, Quo Vadis, Pendidikan Karakter Dalam Merajut Harapan Bangsa

Yang Bermartabat, Denpasar-Bali: UNHI Press, 2020), 89-91.

30 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, Studi Pandangan Hidup Kyai Dan Visinya

(10)

16

kepengurusan pesantren selepas menimba ilmu di pesantren. Di dalam sebuah pesantren terkhusus pesantren salaf takzim sendiri sudah hadir dalam kehidupan pesantren sejak turun-menurun. Meskipun pesantren tidak mengajarkan secara mendetail bagaimana seharusnya perilaku santri terhadap kyainya tidak membuat para santri mengabaikan rasa hormat dan kepatuhan yang begitu mendalam terhadap sosok kyai. Peran kyai memang sangat penting dalam kehidupan pesantren karena kyai merupakan sosok pemimpin yang memiliki kewenangan absolut atas segala aspek yang ada di dalam pesantren.31

Patuh dan menghormati serta bersikap tawadhu terhadap kyai sebagai salah satu upaya bagaimana seorang santri memperoleh keberkahan ilmu dari sang kyai.32 Oleh sebab itu nilai-nilai pendidikan karakter di dalam takzim antara hubungan murid dengan guru di lingkungan pesantren begitu kental dan selalu dipertahankan turun-menurun terutama bagi pesantren-pesantren salaf. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh KH. Hasyim Asy‟ari dimana terdapat 12 perkara tentang bagaimana tata cara budi pekerti seorang santri terhadap guru dan kyainya.

Pertama, melakukan sholat istikharah kepada siapa akan hendak mendapatkan ilmu, mengambil sesuatu yang baik dari dalam dirinya. Memilih guru yang sesuai dengan bidang yang dikuasai. memiliki sifat lemah lembut dan kasih sayang, etika yang baik, menjaga nama baik guru dengan tidak berbuat sesuatu yang merendahkan guru. Riwayat dari beberapa ulama salaf yang mengatakan “Ilmu adalah agama, jadi perhatikan dari siapa kalian belajar dan mengambil agama kalian”.

Kedua, tekat yang kuat dalam mencari guru, termasuk orang yang memberikan perhatian lebih terhadap ilmu syariat dan orang yang dipercaya oleh guru-guru lain pada zamannya, sering mengikuti diskusi. Bukan orang yang mengambil ilmu berdasarkan makna yang

31 Rustam Ibrahim, Bertahan Di Tengah Perubahan, Pesantren Salaf, Kiai Dan Kitab

Kuning, (Surakarta: UNU Press, 2015), 155.

(11)

17

sudah tersurat di dalam sebuah teks dan tidak dikenal guru-guru yang memiliki kecerdasan tinggi.

Ketiga, mentaati gurunya dalam segala hal baik aturan maupun nasihatnya. Hubungan guru dengan murid seperti seorang dokter dengan pasiennya. Sehingga ia meminta resep yang sesuai dengan anjuran dan selalu berusaha untuk mendapatkan ridhonya dari apa yang dilakukannya serta memberikan penghormatan kepadanya dan mendekatkan diri kepada Allah dengan melayaninya.

Keempat, memandang seorang guru dengan pandangan bahwa dia merupakan sosok yang patut dihormati dan dimuliakan serta sosok yang memiliki derajat sempurna.

Kelima, hendaknya pelajar mengetahui kewajibannya kepada gurunya dan tidak pernah melupakan jasa-jasanya, keagungannya dan kemuliaannya, serta selalu mendoakan kepada gurunya baik ketika beliau masih hidup atau setelah meniggal dunia.

Keenam, pelajar harus dapat mengendalikan diri dan bersabar apabila guru sedang murka, marah, tidak tenang atau berprilaku yang kurang berkenan.

Ketujuh, meminta izin saat hendak memasuki ruangan guru, ruangan pribadi guru. Apabila tidak mendapatkan izin maka hendaknya meinggalkan tempat tersebut.

Kedelapan, duduk dihadapan kyai dengan budi pekerti yang baik, seperti duduk bersimpuh diatas kedua lutut, tidak duduk bersila.

Kesembilan, mengatakan hal yang baik terhadap guru dan tidak boleh menginstrupsi guru, seperti menginstrupsi atau mempertanyakan atas keraguan dari apa yang disampaikan oleh guru.

Kesepuluh, tetap bersikap selalu ingin tahu, meskipun apa yang telah disampaikan oleh guru, murid telah mengetahuinya maka hendaknya berpura-pura seolah-olah tidak mengetahui dan bergembira saat guru menjelaskan kembali.

(12)

18

Kesebelas, tidak boleh mendahului guru baik dalam menjawab maupun menjelaskan sesuatu, murid sebaiknya tidak memperlihatkan pengetahuan pemahaman apa yang telah diketahui sebelumnya.

Kedua belas, selalu menggunakan tangan kanan apabila menerima sesuatu dari kyai serta tidak boleh memberikan lembaran teks suci dan sejenisnya dengan keadaan tertutup, tetapi dengan keadaan terbuka .33

Sikap takzim dan kepatuhan mutlak kepada kyai adalah salah satu nilai pertama yang harus dimiliki oleh setiap santri. Kepatuhan ini, dalam konteks yang lebih luas, kepatuhan santri sampai kepada ulama pengarang kitab-kitab yang dipelajari. Dimana kepatuhan ini lebih utama daripada menguasai ilmu sendiri34. Karena para santri di pesantren mempercayai konsep keberkahan, yang menjadi alasan kuat mengapa di pesantren begitu kental dengan tradisi takzimnya sampai saat ini.

4. Pesantren.

Pesantren berasal dari kata “santri” dengan awalan “pe” dan akhiran kata “an” yang memiliki arti asrama atau tempat santri belajar agama. Santri adalah orang yang mendalami agama Islam, orang yang beribadah dengan bersungguh-sungguh dan orang yang saleh.35

Pesantren secara istilah dapat didefinisikan sebagai lembaga pendidikan tradisional Islam bagi para santri untuk mempelajari, memahami, menghayati, mendalami dan mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Pesantren sebagai lembaga pendidikan memiliki lima elemen dasar dalam tradisi pesantren, yaitu asrama atau pondok, masjid, santri, pengajaran kitab Islam klasik dan kiai. Pendapat lain menyatakan bahwa dalam lembaga pendidikan Islam yang disebut pesantren selalu terdapat unsur kiai yang mengajar dan

33

Hasyim Asy‟ari, Pendidikan Karakter Khas Pesantren (Adabul ‘Alim wal Muta’alim), terj. Rosidin (Tanggerang, 2017), 34-44.

34 Sudarto Murtaufiq, “Tradisi Pesantren Di Mata Martivan Bruinssen,” Unusia Jurnal,

Vol. 3, No. 1 (1April, 2017), 6-7.

(13)

19

mendidik santri yang belajar dari kiai, masjid serta pondok tempat tinggal para santri.36

Sejak berdirinya pada abad yang sama dengan masuknya Islam sampai sekarang, pesantren telah biasa bergumul dengan masyarakat luas. Pesantren telah banyak memiliki pengalaman menghadapi berbagai corak di masyarakat. Fungsi pesantren pada awal berdirinya sampai dengan kurun waktu sampai sekarang telah banyak mengalami perkembangan. Laporan Syari dkk. menyebutkan bahwa pesantren pada masa paling awal (masa Syaikh Maulana Malik Ibrahim) berfungsi sebagai pusat pendidikan dan penyiaran agama Islam. Kedua fungsi ini bergerak saling menunjang.37

Sejak awal, pesantren memang cukup aktif dalam keterlibatan pembangunan sosial khusunya pada masyarakat pedesaan lingkungan sekitar pesantren. Hal itu menjadikan hubungan antara warga pesantren dengan masyarakat terjalin cukup harmonis. Baik antara para santri dengan warga sekitar sampai sosok kyai dengan kepala desa. Karena pada dasarnya fungsi pesantren mencangkup tiga aspek yaitu, fungsi diniyah, ijtimaiyyah dan tarbawiyyah.38

Oleh karenanya tidak jarang suatu pesantren dengan ajaran serta budaya tertentu dapat mengubah atau mempengaruhi ajaran dan budaya pada masyarakat disekitarnya, terlebih dalam sebuah pesantren terdapat seorang kyai yang memiliki kedudukan yang sangat tinggi dimata warga pesantren dan warga sekitar karena dianggap memiliki keistimewaan selain berupa ilmu agama yang tinggi kyai juga kerap dikatakan sebagai sosok figur yang patut untuk dihormati dan diteladani agar selamat dunia maupun akhirat.

36 Imam Syafe‟I, ”Pondok Pesantren,” Al-Tadziyyah, Vol.8 (8 Mei,2017), 4.

37 Mujamil Qomar, Pesantren, Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi

Institusi, (Jakarta: Erlangga, 1996), 22.

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap ini dilakukan analisis mengenai perangkat keras, perangkat lunak, serta mengumpulkan data-data ataupun informasi yang dibutuhkan untuk membangun aplikasi

Menggunakan registrasi yang sudah ada yaitu kohort bayi dan balita, LB3 KIA dilaporkan setiap bulan kepada Kepala UPTD Puskesmas Yosomulyo dilanjutkan ke

Baik buah sejati (yang merupakan perkembangan dari bakal buah) maupun buah semu, dapat dibedakan atas tiga tipe dasar buah, yakni, buah tunggal, yakni buah yang terbentuk dari

Sama halnya dengan DRH, WNW merasa ia adalah orang sunda karena keturunan Sunda (orang sunda genetik), bahasa sehari-hari yang digunakan untuk berkomunikasi

Rencana bantuan yang akan diberikan berkaitan dengan masalah yang dihadapi oleh siswa: (a) Masalah sifat kebiasaan, ban- tuan yang akan diberikan; (1) Menganjurkan pada

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bakteri apa saja yang terkandung di dalam dideh ayam potong, dan untuk mengetahui apakah bakteri tersebut patogen atau

Dari vektor ciri variabel habitat dengan komponen utama dapat dilihat bahwa variabel kelompok tanah dan jarak dari sungai mempunyai hubungan yang positif dan tinggi dengan

Jawab : Microfin Indonesia yang merupakan lembaga konsultan dalam hal ini hanya sebatas memberikan pembinaan BMT Mitra Usaha Ummat terkait hal-hal yang berhubungan