• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI ANALISA POLA SEBARAN SEDIMEN DENGAN PEMODELAN MENGGUNAKAN SURFACE-WATER MODELING SYSTEM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI ANALISA POLA SEBARAN SEDIMEN DENGAN PEMODELAN MENGGUNAKAN SURFACE-WATER MODELING SYSTEM"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI ANALISA POLA SEBARAN SEDIMEN DENGAN PEMODELAN MENGGUNAKAN SURFACE-WATER MODELING

SYSTEM PADA HULU BENDUNG PLTA GENYEM KABUPATEN JAYAPURA PROVINSI PAPUA

Fandy Dwi Hermawan1, Very Dermawan2, Suwanto Marsudi2

1Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya

2Dosen Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Email: 1[email protected]

ABSTRAK

Laju sedimen yang cukup besar pada Sungai Serma berdampak pada operasional Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Genyem. Dari permasalahan tersebut diperlukan gambaran pola sebaran sedimen yang pada hulu bendung Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Genyem yang nantinya gambaran tersebut dapat digunakan sebagai acuan untuk menangani permasalahan tersebut.

Pada studi ini untuk mengetahui gambaran pola sebaran sedimen pada hulu bendung PLTA Genyem dilakukan dengan cara pendekatan simulasi pemodelan numerik hidrodinamika menggunakan software SMS (Surface-Water Modeling System) 8.1.

Berdasarkan simulasi yang telah dilakukan pada kondisi aliran normal endapan sedimen yang cukup tinggi dengan nilai rerata sebesar 0,03 m/hari mengendap didepan intake kantong lumpur, sedangkan pada kondisi aliran banjir Q2 tahun, dan Q50 tahun endapan sedimen dapat terkumpul pada area kantong lumpur. Permasalahan sedimen pada kondisi aliran normal diakibatkan oleh kecepatan aliran air (0,010 m/detik) pada lokasi ini kurang dari kecepatan kritis (0,015 m/detik) sehingga diperlukan bangunan krib yang nantinya dapat memperkuat aliran air pada lokasi ini dan dapat mendorong sedimen masuk ke area kantong lumpur dan terkumpul di area pintu flushing bendung.

Kata kunci : PLTA Genyem, Endapan Sedimen, Software SMS, Krib ABSTRACT

Highly sediment rate in the serma river has impact on the operational of Genyem Hydroelectric Power Plant. For solving the problem, it is required the description of the sediment distribution pattern in upstream of Genyem Hydropower Dam

This study is carried out to describe the sediment distribution pattern in upstream of Genyem HydroPower Dam. It is done by modeling simulation of hydrodynamical numeric using SMS (Surface-Water Modeling System) 8.1 Software.

Based on the simulation, the sediment deposition of normal flow condition is settling (0.03 m/day) in front of the settling basin intake. The problem of sediment on the normal flow condition is caused by water flow rate (0.010 m / sec) at this location is less than the critical velocity (0.015 m / sec) so that dyke building is needed to strengthen the water flow and can push the sediment deposition into the settling basin and accumulated in the area of the flushing weir.

Keywords: Genyem Hydropower, Sediment Deposition, SMS software, Dyke

(2)

1. PENDAHULUAN

Pembangunan Pembangkit Listrik Te- naga Air atau PLTA Genyem merupakan salah satu upaya untuk memenuhi energi listrik di Indonesia terutama di Provinsi Papua, akan tetapi laju sedimen yang cukup besar pada Sungai Serma mengakibatkan tidak maksimalnya daya yang dihasilkan oleh Pembangkit Listrik Tenaga Air atau PLTA Genyem.

Dari permasalahan tersebut diperlukan gambaran pola sebaran sedimen pada hulu Bendung Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Genyem yang nantinya gambaran tersebut dapat digunakan sebagai acuan untuk menangani permasalahan tersebut.

1.1. Rumusan Masalah

Berdasarkan pendahuluan diatas, maka dalam kajian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimana pola aliran dan pola sebaran sedimen di hulu bendung Pembangkit Listrik Tenaga Air atau PLTA Genyem?

2. Bagaimanakah efektifitas bangunan eksisting dalam menangani perma- salahan yang ada?

3. Apa cara penanganan yang tepat untuk menangani permasalahan di hulu bendung Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Genyem?

1.2. Tujuan dan Manfaat

Dari rumusan masalah diatas, maka tu- juan dari studi ini adalah

1. Untuk mengetahui pola aliran dan pola sebaran sedimen pada hulu bendung Pembangkit Listrik Tena- ga Air (PLTA) Genyem.

2. Untuk mengetahui efektifitas ba- ngunan eksisting dalam menangani permasalahan yang ada

3. Untuk mengetahui cara penanganan yang tepat dalam mengatasi perma- salahan pada hulu bendung Pem- bangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Genyem.

Sedangkan manfaat dari peneliatan ini adalah untuk memprediksi besar volume sedimen, sebaran distribusi sedimen, pola endapan dan gerusan yang berpotensi

terkumpul di hulu bendung Pembangkit Listrik Tenaga Air atau PLTA Genyem, Sehingga nantinya studi ini dapat diguna- kan sebagai bahan pertimbangan untuk menangani permasalahan yang ada pada bendung Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Genyem.

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Software SMS 8.1.

Software SMS adalah produk dari Laboratorium Peneliatan Pemodelan Ling- kungan Universitas Brigham Young, SMS dirancang untuk dapat digunakan melaku- kan pemodelan numerik dari sungai, pantai, muara, dan danau.

Model numerik ini menghasilkan suatu keluaran hasil analisis berupa elevasi muka air, dan kecepatan aliran air. Kelebihan dari program SMS 8.1 adalah dapat menampil- kan hasil berupa animasi yang berkaitan dengan hasil analisis perhitungannya.(SMS 8.1 Tutorial).

2.2. Transportasi Sedimen

Pada dasarnya sedimen yang terangkut oleh aliran air dapat dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu muatan cuci (wash load), muatan layang (suspended load), muatan dasar (bed load). Pada dasar sungai selalu terjadi proses degradasi dan agradasi yang disebut sebagai “alterasi dasar sungai”

(Priyantoro, 1987:3)

2.3. Pelimpah Bendung(Over Flow-Weir) Dimensi pelimpah bendung dapat di- peroleh dengan rumus hidrolika sebagai berikut (Sosrodarsono,1981:181)

a. Rumus debit Q = C.L.H3/2

b. Koefisien limpahan (C) Cd = 2,200 – 0,0416(Hd/W)0,99 C = 1,601+2𝑎 (

𝐻𝑑) 1+𝑎(𝐻𝑑)

c. Panjang efektif bendung (L) L = L – 2(N.Kp+Ka) . H

2.4. Manajemen Penanganan Sedimen Sungai adalah aliran air di atas per- mukaan bumi yang mengalirkan air dan juga mengangkut sedimen yang terkandung dalam air sungai tersebut.

(3)

Kecepatan gerakan butiran dapat dihitung, jika diketahui ukuran butiran, kedalaman air dalam alur dan kemiringan alurnya. Demikian pula volume butiran yang bergerak dapat diketahui jika debit air dalam alur tersebut diketahui.

(Sosrodarsono,1994:299)

Untuk menjaga keberlanjutan fungsi tampungan perlu dilakukan pengelolaan sedimen secara efektif. Secara umum, upaya pengelolaan sedimentasi dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu pendekatan yang dilakukan pada daerah tangkapan tampungan, dan pendekatan pada tampungan itu sendiri.

Pengelolaan sedimentasi memiliki berbagai alternatif upaya antara lain (Harb, 2000)

a. Upaya meminimalkan laju sedimen yang masuk ke tampungan melalui pengelolaan/konservasi pada daerah aliran sungai, dan membangun bangu- nan pengaman sungai untuk memper- baiki dan mengatur sungai

b. Mengeluarkan sedimen dari tampu- ngan melalui penggelontoran dan pe- ngerukan (dredging).

2.5. Bangunan Pengaman Sungai (Krib) Bangunan pengaman sungai diperlukan untuk menanggulangi bahaya kerusakan sungai yang terjadi akibat debit banjir, topografi sungai, kondisi sungai akibat aliran sedimen yang menimbulkan sedimentasi dan kecepatan aliran yang dapat menimbulkan erosi.

Krib adalah bangunan yang dibuat mulai dari tebing sungai kearah tengah, guna mengatur arus sungai dan tujuan utamanya adalah :

1. Mengatur arah arus sungai,

2. Mengurangi kecepatan arus sungai sepanjang tebing sungai, mempercepat sedimentasi, dan menjamin keamanan tanggul atau tebing terhadap gerusan, 3. Mempetahankan lebar dan kedalaman

air pada alur sungai,

4. Mengonsentrasikan arus sungai dan memudahkan penyadapan.

Guna memperoleh hasil-hasil yang optimal dari rencana pembuatan krib, maka

diperlukan perencanaan yang tepat menyangkut pemilihan tipe krib, yaitu yang lolos aliran atau tidak, serta dimensi dan posisi krib, yaitu panjang, arah tinggi dan jarak antar krib (Sosrodarsono,1994:174) 2.6. Geotextille Sandbag (Karung Pasir)

Geotextille Sandbag adalah karung pasir yang terbuat dari kain geotextile non woven. Pengaplikasiannya yang mudah diterapkan dan biaya yang cenderung lebih ekonomis membuat Geotextille Sandbag sering kali digunakan dalam beberapa pekerjaan pengamanan sungai, pantai, dan tebing.

2.7. Dasar Pembebanan Bangunan Dalam perencanaan konstruksi bangu- nan faktor keamanan harus diperhitungkan.

Untuk mengetahui keamanan tubuh bangu- nan harus dilakukan cek stabilitas agar bangunan nantinya tidak mengalami guling maupun geser. Di dalam analisa stabilitas dilakukan kontrol terhadap gaya guling, dan gaya geser dari gaya-gaya yang bekerja pada bangunan, dan bangunan harus dalam keadaan aman dari perhitungan yang telah dilakukan.

3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian

Lokasi studi analisa pola sebaran sedimen adalah di Kecamatan Unurum Guay, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Kabupaten Jayapura adalah Kabupaten dengan luas wilayah 17.516.6 km² yang terbagi dalam 19 Distrik 139 Kampung dan 5 Kelurahan terletak diantara 139°-140° Bujur Timur dan 2° - 3° Lintang Utara.

Kabupaten Jayapura merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata

± 100-500 meter di atas permukaan laut, dan terletak pada posisi 139°25’32,4” - 140°38’38,53” BT dan 3°45’7,28” LU - 2°19’21,82” LS

(4)

Gambar 1. Lokasi Studi dan Batas DAS Bendung PLTA Genyem 3.2. Sistematika Pengerjaan Studi

Sistematika pengerjaan studi ini menunjukkan tahapan-tahapan pekerjaan yang dilakukan dalam studi ini. Langkah- langkah dalam pengerjaan studi ini adalah sebagai berikut:

a. Pengumpulan Data

1. Data hidrologi (Debit debit aliran rendah, debit banjir rancangan, dan sedimen inflow)

2. Data Teknis Bendung Pembangkit Listrik Tenaga Air Genyem

3. Data Topografi

4. Data Pengukuran Lapangan (Kece- patan aliran, dan sedimen)

b. Tahapan Pekerjaan

1. Melakukan simulasi pemodelan pola aliran air

2. Kalibrasi dengan data pengukuran lapangan

3. Melakukan simulasi pemodelan pola sebaran sedimen

4. Kalibrasi dengan data pengukuran lapangan

5. Analisis permasalahan pada lokasi studi

6. Perencanaan bangungan krib untuk menangani permasalahan pada lo- kasi studi.

Dan berikut adalah bagan alir pengerjaan pada penelitian ini

Gambar 2. Diagram Alir Penelitian 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pembentuk Sungai Dalam Model

Dalam simulasi numerik pemodelan sungai dalam Software SMS 8.1 dimodel- kan dalam bentuk mesh. Data yang diperlu- kan dalam tahap ini adalah data topografi dasar sungai, poligon sungai dan data teknis bendung PLTA Genyem.

Gambar 3. Sungai Dalam Pemodelan

(5)

4.2. Pemodelan Pola Aliran Sungai Dalam tahapan pemodelan RMA2 data yang diperlukan untuk pemodelan pola aliran sungai adalah debit sungai dengan satuan meter3/detik dan elevasi muka air dengan satuan meter.

Tabel 1. Perhitungan Debit dan Tinggi Muka Air

Kala Ulang

Debit H Elevasi (m3/detik) (m) (mdpl) Rerata 18.990 0.372 414.872

2th 458.420 2.762 417.262 10th 657.220 3.438 417.938 50th 828.390 3.957 418.457 100th 901.341 4.165 418.665 Sumber: Hasil Perhitungan

Setelah data yang diperlukan dalam pemodelan pola aliran sungai didapatkan, maka simulasi pemodelan dapat dilakukan, dan berikut adalah hasil pemodelan pola aliran air dalam sungai.

Gambar 4. Hasil Pemodelan Pola Aliran Dengan Debit Rerata

Gambar 5. Hasil Pemodelan Pola Aliran Dengan Debit Banjir Q2 Tahun Setelah pemodelan berhasil disimulasi- kan diperlukan kalibrasi untuk mengetahui kebenaran dari pemodelan yang telah dilakukan. Kalibrasi dilakukan dengan cara membandingkan nilai kecepatan pada pemodelan dengan nilai kecepatan yang didapat dari pengukuran lapangan.

Kalibrasi dihitung dengan meng- gunakan absolute error dengan perhitungan sebagai berikut:

Absolute error = ǀ16,040−15,110

15,110 ǀx 100%

Absolute error = 6,155 %  Kalibrasi dapat diterima karena nilai absolute error

< 20 %

4.3. Pemodelan Pola Sebaran Sedimen Dalam tahapan pemodelan SED2D data yang diperlukan untuk pemodelan pola sebaran sedimen sungai adalah data laju sedimen dengan satuan kilogram/meter3 dan data butiran sedimen pada lokasi studi.

(6)

Tabel 2. Perhitungan Laju Sedimen Kala

Ulang

Debit Sedimen Sedimen (m3/detik) (kg/detik) (kg/m3) Rerata 18.990 16.900 0.890

Q 2th 458.418 703.952 1.536 Q 10 th 657.222 1014.086 1.543 Q 50 th 828.393 1281.113 1.547 Q 100 th 901.343 1394.916 1.548 Sumber: Hasil Perhitungan

Setelah data yang diperlukan dalam pemodelan pola sebaran sedimen dida- patkan, maka simulasi pemodelan dapat dilakukan, dan berikut adalah hasil dari pemodelan pola sebaran sedimen meng- gunakan SED2D dalam software SMS 8.1 dalam sungai.

Gambar 6. Hasil Pemodelan Pola Sebaran Sedimen Dengan Debit Rerata

Gambar 7. Hasil Pemodelan Pola Sebaran Sedimen Debit Q2 Tahun Seperti pada pemodelan pola aliran air, pemodelan pola sebaran sedimen juga memerlukan kalibrasi untuk mengetahui kebenaran dari pemodelan yang telah dila- kukan. Kalibrasi dilakukan dengan cara membandingkan nilai konsentrasi sedimen pada pemodelan dengan nilai konsentrasi sedimen yang didapat dari pengukuran di- lapangan. Kalibrasi dihitung dengan cara menggunakan perhitungan absolute error dengan hasil sebagai berikut

Absolute error = ǀ0,639−0,745

0,639 ǀx 100%

Absolute error = 16,53 %  Kalibrasi dapat diterima karena nilai absolute error

< 20 %

4.4. Analisis Hidrolika dan Sedimentasi Pada Sungai Kondisi Eksisting Pada Bendung PLTA Genyem terdapat beberapa pintu flushing yang selalu di operasikan dalam operasional PLTA untuk mengurangi endapan sedimen. Maka dalam kajian ini perlu direncanakan beberapa skenario simulasi pemodelan yang nantinya diharapkan dapat menggambarkan perma- salahan pada kondisi eksisting lokasi studi.

Pada ini kajian nantinya diperlukan pembagian beberapa potongan melintang

(7)

yang dapat mewakili dari seluruh pemo- delan, dan berikut adalah gambar potongan melintang pada pemodelan.

Gambar 8. Potongan Melintang Pada Pemodelan

Dari beberapa skenario pemodelan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pada saat kondisi banjir lokasi studi tidak akan mengalami permasalahan yang nantinya dapat menghambat kinerja opera- sional PLTA, sedangkan pada kondisi aliran air rerata pada sungai endapan sedimen berpotensi untuk mengganggu aliran air yang akan menuju ke turbin PLTA dan skenario pembukaan pintu flushing juga belum mampu menghilang- kan endapan sedimen didepan intake kantong lumpur.

Dengan grafik kecepatan dan tegangan kritis dengan nilai diameter butiran 0,152 mm didapatkan U*cr sebesar 0,015 m/det.

Berikut adalah potongan profil kecepatan dan pola sebaran sedimen di depan intake PLTA pada kondisi debit aliran normal pada sungai.

Gambar 9. Profil Sebaran Sedimen dan Kecepatan Pada Debit Aliran Rerata

Gambar 10.Profil Sebaran Sedimen dan Kecepatan Pada Debit Aliran Rerata

Gambar 11.Profil Sebaran Sedimen dan Kecepatan Pada Debit Aliran Rerata

Gambar 12.Profil Sebaran Sedimen dan Kecepatan Pada Debit Aliran Rerata

Kiri Kanan

Kiri Kanan

Kiri Kanan

Gambar 4.1. Profil Sebaran Sedimen dan Kecepatan Pada Debit Aliran Rerata

Kiri Kanan

C D D C

B B

A A

(8)

Pada gambaran cross section profil sebaran sedimen dan kecepatan diatas menggambarkan bahwa endapan sedimen yang cukup tinggi hanya terkumpul pada kiri sungai, hal ini dikarenakan kecepatan aliran pada lokasi tersebut < U*cr untuk dapat mendorong sedimen yang ada pada lokasi tersebut, sehingga sedimen terkum- pul dan mengendap cukup tinggi pada sisi tersebut.

4.5. Perencanaan Bangunan Pengaturan Sungai

Dari gambaran permasalahan diatas diperlukan bangunan pengaturan sungai yang dapat mendorong sedimen masuk ke area kantong lumpur. Krib adalah bangunan yang dibuat mulai dari tebing sungai ke arah tengah guna mengatur arus sungai (Sosrodarsono 1994:173). Dan berikut adalah beberapa alternatif untuk lokasi penempatan dan formasi krib yang akan direncanakan :

Gambar 13.Rencana Lokasi Penempatan Krib Pada Sungai

Dalam studi ini pengamatan dan pengkajian akan dilakukan dengan bantuan program SMS 8.1 sehingga nantinya dapat menggambarkan dampak pola aliran dan pola sebaran sedimen akibat adanya bangunan krib pada lokasi studi. Dan berikut adalah hasil simulasi menggunakan software SMS 8.1 pada Bendung PLTA Genyem dengan krib alternatif 1 dan 2:

Gambar 14.Pola Sebaran Sedimen Pada Perencanaan Krib Alternatif 1

Gambar 15.Pola Sebaran Sedimen Pada Perencanaan Krib Alternatif 1 Q2 Tahun

Krib Alternatif 1 Krib Alternatif 2

(9)

Gambar 16.Pola Sebaran Sedimen Pada Perencanaan Krib Alternatif 2

Gambar 17.Pola Sebaran Sedimen Pada Perencanaan Krib Alternatif 2 Q2 Tahun

Gambar 18.Endapan Sedimen Sebelum dan Setelah Adanya Bangunan Krib 4.6. Efektifitas Bangunan Eksisting

Pada lokasi studi telah terdapat kantong lumpur dan pintu flushing yang difungsikan untuk menangani permasa- lahan sedimen pada lokasi, akan tetapi bangunan eksisting tersebut belum mampu mengatasi permasalahan pada lokasi studi.

Berdasarkan simulasi yang telah dilakukan maka efektifitas pintu flushing dan kantong lumpur dapat diketahui dengan menghitung volume endapan sedimen yang masuk pada kantong lumpur saat sebelum dan sesudah adanya bangunan krib. Dan berikut adalah perhitungan volume endapan sedimen yang mengendap pada kantong lumpur.

Tabel 3. Volume Sedimen Pada Kantong Lumpur (m3/hari)

Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bangunan krib dapat mengurangi volume sedimen yang mengendap pada kantong lumpur, dan berikut ini adalah rekapitulasi persentase volume sedimen yang berkurang pada kantong lumpur beserta perbandingan berkurangnya volume endapan sedimen pada kantong lumpur saat pintu flushing dioperasikan:

Tabel 4. Persentase Berkurangnya volume Endapan Sedimen Pada Kantong Lumpur

Rerata Q2 Tahun Rerata Q2 Tahun Rerata Q2 Tahun 1 11.837 46.908 11.338 11.179 4.623 10.137 2 12.579 47.313 11.395 9.459 6.102 10.925 3 11.114 43.970 7.169 11.179 5.548 10.137 4 11.741 47.313 7.495 9.459 6.228 10.922 Skenario Eksisting Krib Alternatif 1 Krib Alternatif 2

Rerata Q2 Tahun Q50 Tahun

Krib Alternatif 1 (%) Krib Alternatif 2 (%)

4.22 60.94

76.17 78.39

78.92 80.69

Permasalahan Pada Lokasi Studi

Krib Alternatif 1 Krib Alternatif 2

(10)

Tabel 5. Jumlah Volume Endapan Sedimen Tergelontor (m3)

4.7. Perencanaan Krib Geotextile SandBags

Geotextile sandbags atau karung pasir geotekstil adalah bahan terobosan baru yang sering kali digunakan untuk perlin- dungan pantai dan sungai karena aplikasi yang mudah dan biayanya relatif lebih murah, dan berikut adalah perencanaan dimensi geotextile sandbags pada kedua alternatif krib yang akan direncanakan pada lokasi studi:

 Krib Alternatif 1

 Tinggi Krib = 2,6 m

 Panjang Krib = 15 m

 Lebar Krib = 9 m

 Jumlah Sandbags = 175 kantong

Gambar 19.Rencana Krib Alternatif 1

Gambar 20.Krib Tampak Samping

Gambar 21.Krib Tampak Depan

 Krib Alternatif 2

 Tinggi Krib = 2,6 m

 Panjang Krib = 163,1 m

 Lebar Krib = 9 m

 Jumlah Sandbags = 951 kantong

Gambar 22.Rencana Krib Alternatif 2

Gambar 23.Krib Tampak Samping

Gambar 24.Krib Tampak Depan 4.8. Stabilitas Pada Bangunan Krib

Bangunan krib geotextile sandbags adalah bangunan pengaturan sungai yang disusun dari tumpukan geotextile sandbags yang dibentuk sesuai dengan bangunan krib yang telah direncanakan. Bangunan ini nantinya diletakkan diatas dasar sungai untuk menangani permasalahan pada lokasi studi, sehingga diperlukan perhitungan stabilitas yang tepat pada perencanaan bangunan ini, agar nantinya bangunan ini aman dari bahaya geser dan guling yang diakibatkan oleh aliran air pada lokasi studi, dan berikut adalah rekapitulasi dari perhitungan yang telah dilakukan

Rerata Q2 Tahun

Q50 Tahun 0.95 0.47

Krib Alternatif 2 0.00 0.00 1.64 Eksisting Krib Alternatif 1

0.72 4.17

2.94 1.72

(11)

Tabel 6. Rekapitulasi Stabilitas Krib

Kondisi Gaya Geser

Gaya Guling

Safety

Factor Keterangan Air

Normal 1.656 7.631 1.5 Aman

Air

Banjir 1.505 6.430 1.5 Aman

5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Berikut adalah kesimpulan dari analisis yang telah dilakukan.

1. Pada kondisi aliran normal (Debit

=18,99 m3/detik, laju sedimen =0,89 kg/m3) endapan sedimen yang cukup tinggi dengan nilai rerata sebesar 0,03 m/hari mengendap didepan intake kantong lumpur dan pintu flushing bendung sepanjang 150 m ke arah hulu, sedangkan pada kondisi aliran banjir Q2 tahun (Debit = 458,42 m3/detik, laju sedimen = 1,54 kg/m3), dan Q50 tahun (Debit = 828,39 m3/detik, laju sedimen = 1,55 kg/m3) sedimen dapat terdorong ke area kantong lumpur dan pintu flushing bendung sehingga endapan sedimen tidak akan mengganggu aliran air yang akan menuju inlet PLTA.

2. Endapan sedimen yang cukup tinggi didepan intake kantong lumpur dan pintu flushing bendung pada kondisi aliran normal diakibatkan oleh kecepatan aliran air di lokasi ini (0,010 m/detik) kurang dari kecepatan kritis (0,015 m/detik) sehingga endapan sedimen yang seharusnya terkumpul pada area kantong lumpur mengendap pada lokasi ini dan mengakibatkan kurang efektifnya fungsi kantong lumpur beserta pintu flushing untuk menangani permasalahan sedimen yang ada pada lokasi studi.

3. Rekomendasi penanganan adalah de- ngan merencanakan bangunan krib yang diletakkan pada belokan luar sungai sehingga bangunan krib nanti- nya dapat memperkuat aliran air pada belokan dalam sehingga endapan sedimen dapat terdorong masuk ke area kantong lumpur dan terkumpul di area pintu flushing bendung, dan

berikut adalah struktur krib yang akan direkomendasikan.

- Jumlah Krib = 2 bangunan.

- Jarak Antar Krib = 12 m.

- Sudut Krib = 15 o ke arah hilir.

- Lebar Krib = 9 m.

- Panjang Krib = 15 m.

- Tinggi Krib = 2,6 m . - Penyusun Krib = 175 kantong pasir 5.2. Saran

Dari hasil studi yang dilakukan terdapat beberapa saran yang diberikan kepada PT PLN Wilayah Papua dan Papua Barat terkait dalam penanganan masalah sedimen pada Bendung Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Genyem, yaitu antara lain:

1. Pihak pengelola Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Genyem di- harapkan secepatnya merealisasikan bangunan pengendali sedimen di- karenakan penyebab dari tingginya endapan sedimen di lokasi studi adalah aliran air normal pada sungai yaitu aliran air yang selalu terjadi pada sungai.

2. Diharapkan pihak pengelola dapat melakukan operasional pintu flushing saat kondisi banjir, dikarenakan dalam kondisi ini sedimen dapat tergelontor secara maksimal.

3. Perlu dilakukan kajian lebih mendalam terkait kemampuan pintu flushing dalam penggelontoran sedimen di area bendung karena dikhawatirkan bangu- nan pada lokasi studi tidak mampu menampung sedimen yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2003. Surface Water Modeling System Tutorial Version 8.1. Brigham Young University Environtmenal Modeling Research Laboratory

Sosrodarsono, Suyono & Takeda, Kensaku.

1981. Bendungan Type Urugan.

Jakarta: PT. Pradnya Paramita

Priyantoro, Dwi. 1987. Teknik Pengangkutan Sedimen. Malang:

Himpunan Mahasiswa Pengairan Fakultas Teknik Unibraw

(12)

Harb, Gabriele. 2000. Sediment Management And Reservoir Flushing In Austria. Graz University of Technology.

http://www.seehydropower.Eu

/meetings /files /9 /12 Sediment management and reservoir flushing TUG.pdf (diakses 11 Agustus 2016) Sosrodarsono, Suyono. 1994. Perbaikan

dan Pengaturan Sungai. Jakarta: PT.

Pradnya Paramita

Gambar

Gambar 1.  Lokasi  Studi  dan  Batas  DAS  Bendung PLTA Genyem  3.2. Sistematika Pengerjaan Studi
Tabel 1. Perhitungan  Debit  dan  Tinggi  Muka Air  Kala  Ulang  Debit   H   Elevasi   (m 3 /detik)  (m)  (mdpl)  Rerata  18.990  0.372  414.872  2th  458.420  2.762  417.262  10th  657.220  3.438  417.938  50th  828.390  3.957  418.457  100th  901.341  4.
Tabel 2. Perhitungan Laju Sedimen  Kala
Gambar 9.  Profil  Sebaran  Sedimen  dan  Kecepatan  Pada  Debit  Aliran  Rerata
+4

Referensi

Dokumen terkait

Nilai estimasi untuk faktor eksternal diperoleh -0,031, artinya bahwa dengan adanya peningkatan faktor eksternal 1 % maka akan cenderung menurunkan efisiensi

Cara Persiapan Pelaksanaan Rapat Langsung Jarak Jauh berdasarkan pertimbangan Direktur Jenderal Pajak pada Ruang Kendali Operasi di Kantor Pusat adalah sebagaimana dinyatakan

supplier, maka bargaining power of supplier akan semakin rendah). d) Bargaining power of buyer merupakan kekuatan customer untuk berpindah dalam hal menggunakan produk atau jasa

Tesis yang berjudul: “Pengembangan Modul Fisika Berbasis Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis pada Materi Usaha dan Energi

Setelah data mengenai kecemasan dalam berhubungan sosial dan prokrastinasi akademik peserta didik diperoleh, maka langkah selanjutnya adalah pembuktian hipotesis

Arah yang terletak di antara utara dengan barat ialah A tenggara C barat daya?. B barat laut D

Kontur anomali regional hasil kontinuasi digunakan untuk pemodelan bawah permukaan yang mencakupi zona dalam, sedangkan anomali residual yang diperoleh digunakan

– kekar sistematik pula tersusun dalam arah yang tertentu. Kekar sistematik boleh terdiri dari satu atau lebih set kekar dan mempengaruhi blok jasad batuan dan saiz blok.. • 10)