• Tidak ada hasil yang ditemukan

5 Bab Empat. Penutup. Dalam bab empat ini akan dibahas mengenai kesimpulan yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "5 Bab Empat. Penutup. Dalam bab empat ini akan dibahas mengenai kesimpulan yang"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

152 Penutup

Dalam bab empat ini akan dibahas mengenai kesimpulan yang

merupakan uraian singkat dari bab pendahuluan dan ketiga bab di atas, guna membuktikan kebenaran hipotesis penelitian dan hal-hal pokok yang

menyangkut permasalah penelitian ini. Selain itu, berdasarkan pertimbangan dan pengalaman selama meneliti maka akan disampaikan pula beberapa saran yang sekiranya dapat berguna bagi berberapa pihak yang relevan atau memiliki keterkaitan dengan tema tesis ini.

5.1 Kesimpulan

Berbagai tindakan manusia yang menjadikan tubuh sebagai objek telah terjadi sejak dahulu hingga saat ini. Tubuh dijadikan sebagai objek eksploitasi guna memuaskan nafsu seksual semata. Salah satu bentuk tindakan tersebut yang dibahas dalam tulisan ini adalah percabulan (porneia), secara khusus seks bebas. Persoalan seks bebas ini tampaknya telah terjadi juga di kalangan usia produktif atau orang muda, termasuk beberapa anggota orang muda Katolik di Jayapura khususnya OMK Paroki KTDW Jayapura.

Adanya keterlibatan beberapa anggota OMK Paroki KTDW ini tampak pada hasil penelitian survei yang telah dilakukan pada bulan Desember 2016 dengan jumlah keterlibatan anggota OMK dalam relasi seks bebas adalah 22%

(11 responden) dari 50 responden, sekalipun pemahaman mereka tentang tubuh dan porneia adalah baik. Berdasarkan hasil penelitian, pemahaman 50 anggota

(2)

OMK Paroki KTDW tentang tubuh dan porneia adalah baik sesuai dengan hasil analisis data masing-masing indikator yaitu: (1) Pemahaman OMK tentang pengertian tubuh dan bahaya seks bebas adalah sangat baik dengan persentase 83,64%; (2) Pemahaman OMK tentang faktor-faktor yang mendorong

keterlibatan OMK dalam seks bebas adalah baik dengan persentase 79,91%; (3) Pemahaman OMK tentang dampak bahaya seks bebas dalam kehidupan OMK adalah baik dengan persentase 78,66%; (4) Pemahaman OMK tentang upaya melawan seks bebas di kalangan orang muda adalah sangat baik dengan persentase 88%.

Keterlibatan OMK dalam perilaku seks bebas ini tampaknya menjelaskan bahwa pemahaman OMK yang baik tentang tubuh dan porneia tidak sepenuhnya menjamin bahwa mereka akan bebas atau tidak terlibat dalam relasi seks bebas.

Selain itu, adanya berbagai pengaruh perkembangan zaman, budaya asing dan lokal (Papua), kurangnya penghargaan, dan kontrol baik dari diri sendiri maupun orangtua, dapat mendorong keterlibatan OMK dalam perilaku seks bebas tersebut.

Menanggapi situasi OMK tersebut maka Gereja perlu mengupayakan sebuah pendampingan bagi OMK Jayapura, khususnya OMK Paroki KTDW agar mampu menolak percabulan atau seks bebas dalam konteks saat ini. Pasalnya, sebagian besar dari mereka adalah OMK pendatang dan sedang transit, yang tidak tinggal bersama orangtua, melainkan di asrama maupun di rumah kos.

(3)

Gereja perlu hadir secara nyata dan mendampingi mereka selayaknya orangtua, tanpa menunggu hingga timbul masalah seks bebas di kalangan OMK.

Untuk melakukan pendampingan tersebut maka salah satu upaya yang ditawarkan dalam penelitian ini adalah Gereja dapat menggunakan pandangan teologi tubuh berdasarkan 1 Korintus 6:12-20 sebagai sumber pengembangan bahan pendampingan OMK. Di samping itu, Gereja juga dapat menggunakan salah satu ajaran khususnya dari pandangan Yohanes Paulus II tentang tubuh sebagai sebuah teologi. Tubuh merupakan penunjuk kehadiran Allah secara nyata. Tubuh manusia, dalam hal ini OMK, yang ada saat ini memiliki hubungan langsung dengan konsep eskatologis, sehingga tidak diperkenankan untuk dipergunakan sekehendak hati.

Melalui kajian eksetis, diperoleh tiga simpul yang menggambarkan secara jelas tubuh manusia sebagai sebuah teologi. Pertama, tubuh manusia adalah sebuah pemberian Allah yang patut disyukuri dan digunakan secara bertanggung jawab. Kedua, Manusia sebagai pribadi dipanggil untuk terlibat aktif dalam karya keselamatan Allah. Ketiga, melalui tubuh, manusia mewujudkan kehadiran Allah.

Tubuh manusia adalah sebuah teologi.

Ketiga pandangan Paulus ini kemudian didialogkan dengan konteks OMK Paroki KTDW Jayapura. Selanjutnya, hasil dialog tersebut diaplikasikan dalam bentuk bahan pendalaman Kitab Suci bagi pendampingan OMK Paroki KTDW Jayapura guna menolong mereka menolak perilaku seks bebas.

(4)

Berikut ini merupakan judul materi yang dikembangkan berdasarkan dialog antara pandangan teologis Paulus tentang tubuh menurut konteks 1 Korintus 6:12-20 dengan konteks OMK Paroki KTDW Jayapura: Pertama, Persoalan Seksualitas dalam Konteks Korintus dan Konteks OMK Jayapura.

Kedua, Tubuh OMK versus Porneia. Ketiga, Tubuh OMK sebagai Sebuah Teologi.

Keempat, Yesus, Sabda Allah yang Menjadi Manusia. Kelima, Menikah atau Selibat? Tubuh OMK dan Pilihan hidup demi Kemuliaan Allah. Bahan ini dapat dilihat pada lampiran.

Dengan demikian, disimpulkan bahwa hipotesis penelitian ini terbukti benar. Gereja Katolik Paroki KTDW Jayapura dapat menggunakan pandangan teologis Paulus tentang tubuh berdasarkan konteks 1 Korintus 6:12-20 sebagai salah satu jawaban bagi upaya mendampingi OMK Paroki KTDW Jayapura menolak seks bebas.

5.2 Saran

Berdasarkan seluruh pembahasan tesis ini maka beberapa saran yang dapat kami sampaikan adalah:

1. Gereja atau Umat KBG khususnya OMK, dapat terlibat aktif dalam berbagai kegiatan maupun memberikan ide atau gagasan positif khususnya yang memotivasi umat atau OMK menghargai nilai tubuh manusia sebagai sebuah teologi. Umat atau OMK juga hendaknya berupaya menjadikan Kitab Suci sebagai hal yang prioritas yakni sebagai pedoman dalam hidup. Dalam hal ini, baik umat maupun OMK diharapkan berpartisipasi aktif.

(5)

2. Pendamping OMK dan Seksi Kepemudaan, senantiasa mengupayakan kegiatan atau program pendampingan yang sesuai dengan konteks OMK, menarik, kreatif dan berkesinambungan sehingga dapat menolong mereka semakin berkembang ke arah yang positif, misalnya mampu menghargai tubuh dan menolak percabulan atau seks bebas. Perlu juga mengupayakan kegiatan yang dapat mendekatkan OMK dengan Kitab Suci agar mereka semakin mengenal, mencintai dan meneladani Kristus, Sabda Allah yang menjadi manusia.

3. Dewan Pastoral Paroki, dapat mengupayakan karya-karya pastoral yang dikembangkan berdasarkan pandangan teologis maupun nilai-nilai Kitab Suci dengan selalu memerhatikan konteks umat atau OMK yang dilayani. DPP juga diharapkan mengupayakan berbagai kegiatan yang dapat mendekatkan umat atau OMK dengan Kitab Suci, sehingga Kitab Suci dapat dihayati dan

diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat maupun bergereja.

4. Lingkup akademisi (teolog, pelayan sabda, petugas pastoral atau katekis), senantiasa mengembangkan tema-tema atau pandangan teologis, termasuk bahan pembinaan atau pendampingan umat yang bersumber baik dari Kitab Suci maupun ajaran Gereja sesuai konteks umat atau jemaat saat ini maupun saat mendatang, sehingga menolong mereka semakin bertumbuh dan

berkembang menjadi umat atau jemaat yang dewasa dalam iman akan Allah Tri tunggal.

Referensi

Dokumen terkait

Adapun hasil wawancara dengan MR (Responden I) yang merupakan salah satu kandidat doktor dari UIN Yogyakarta yang mengampu mata kuliah Akhlak Tasawuf di IAIN Salatiga. Sikap

Tujuan penelitian ini adalah (1) meningkatkan kinerja mesin penanam dan pemupuk jagung terintegrasi dengan tenaga gerak traktor berroda –2, (2) membuat model

Perilaku konsumen adalah perilaku yang erat kaitannnya dengan proses pengambilan keputusan pembelian, apabila suatu produk atau merek dapat memuaskan kebutuhan dan

Keputusan Presiden tersebut merujuk kepada Undang-Undang RI No 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, yang pasal 1 nya menyatakan bahwa kecelakaan kerja adalah

3) Tidak digunakannya media pembelajaran yang sesuai. Analisis permasalahan yang terjadi digunakan oleh penulis sebagai dasar menyusun rencana perbaikan

mencari solusi dan penyamaan persepsi terkait permasalahan 1) Terevaluasinya implementasi kerjasama antara Polda dengan aparat CJS dan penegak hukum. 2) Terinventarisasi

Total Eksposur, termasuk dampak dari penyesuaian terhadap pengecualian sementara atas penempatan giro pada Bank Indonesia dalam rangka memenuhi ketentuan giro wajib minimum