• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANI MULYANDARI /IKM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANI MULYANDARI /IKM"

Copied!
158
0
0

Teks penuh

(1)

1 TESIS

Oleh

ANI MULYANDARI 137032232/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2015

(2)

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEDIAAN IBU BERSALIN UNTUK PEMASANGAN IUD PADA KALA IV PERSALINAN

DI KLINIK BERSALIN DI KECAMATAN TELUK BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2015

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

ANI MULYANDARI 137032232/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2015

(3)
(4)

Telah diuji

Pada Tanggal : 6 Juli 2015

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D Anggota : 1. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si

2. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M

3. Sri Rahayu Sanusi, S.K.M, M.Kes, Ph.D

(5)

PERNYATAAN

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEDIAAN IBU BERSALIN UNTUK PEMASANGAN IUD PADA KALA IV PERSALINAN

DI KLINIK BERSALIN DI KECAMATAN TELUK BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2015

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Agustus 2015

Ani Mulyandari

137032232/IKM

(6)

ABSTRAK

Intra Uterine Device (IUD) merupakan pilihan kontrasepsi yang efektif dan berjangka panjang, serta dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduktif.

Efektifitas penggunaan sampai 99,4% dan dapat mencegah kehamilan hingga 5-10 tahun. Dapat dipasang langsung pada ibu pasca bersalin atau setelah plasenta dikeluarkan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kesediaan ibu bersalin untuk pemasangan IUD pada kala IV persalinan di Klinik Bersalin di Kecamatan Teluk Bintan Provinsi Kepulauan Riau tahun 2015.

Jenis penelitian menggunakan metode survei dengan pendekatan potong lintang. Populasi adalah seluruh ibu hamil trimester III yang datang untuk memeriksakan kehamilannya di Klinik Bersalin yang ada di Kecamatan Teluk Bintan Provinsi Kepulauan Riau dan sampel berjumlah 112 orang dengan cara consecutive sampling. Analisis data dengan Chi Square dan Regresi Logistik Berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil yang bersedia melakukan pemasangan IUD pada kala IV persalinan sebesar 39,3% yang dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, persepsi, ketersediaan petugas kesehatan, keterjangkauan klinik dan dukungan suami. Namun, yang paling besar pengaruhnya adalah persepsi dengan nilai koefisien regresi 1,249 dan Exp (B) sebesar 3,488 yaitu ibu hamil yang berpersepsi baik kemungkinan sebesar 3,488 kali untuk bersedia melakukan pemasangan IUD dibanding dengan ibu hamil yang berpersepsi kurang.

Diharapkan untuk meningkatkan pengetahuan pada saat melakukan pemeriksaan kehamilan, merubah persepsi dan sikap ibu dengan upaya pendekatan dan pendidikan kesehatan dan didukung oleh suami serta adanya kesediaan petugas kesehatan untuk melakukan kunjungan ke rumah.

Kata Kunci : Pengetahuan, Persepsi, Sikap, Ketersediaan Petugas Kesehatan, Keterjangkauan Klinik, Dukungan Suami, IUD

i

(7)

ABSTRACT

Intra Uterine Device (IUD) is an effective and long-termed contraception; it can be used for all productive-aged women. The effectiveness of its use can reach to 99.4% and can forestall pregnancy up to 5-10 years. It can also be directly installed in women who have given childbirth or after the placenta is taken out. The objective of the research was to find out some factors which were correlated with pregnant women’s willingness to install IUD in Kala (Period) IV after childbirth in the Maternity Clinics in Teluk Bintan Subdistrict, Riau Archipelago Province, in 2015.

The research was a survey with cross sectional design. The population was all trimester III pregnant women who examined their pregnancy in the Maternity Clinics in Teluk Bintan Subdistrict, Riau Archipelago Province, and 112 of them were used as the samples, taken by using consecutive sampling technique. The data were analyzed by using chi square test and multiple logistic regression analysis.

The result of the research showed that there was the influence of knowledge, attitude, perception, the availability of health care providers, clinic affordability, and husbands’ support on 39.3% of the respondents who were willing to install IUD in their Kala IV childbirths. However, the variable which had the most dominant influence was the variable of perception at the coefficient regression value of 1.249 and Exp (β) was 3.488 which indicated that pregnant women who had good perception would have 3.488 times of the possibility to be willing to install IUD, compared with those who had bad perception.

It is recommended that knowledge at the time of examining pregnancy should be improved and women’s perception and attitude should be changed by performing health and education approach as well as husbands’ support and the willingness of health care providers to visit pregnant women’s homes.

Keywords: Knowledge, Perception, Attitude, Availability of Health Care Providers, Clinic Affordability, Husbands’ Support, IUD

ii

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat serta pertolonganNya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul “Faktor yang Berhubungan dengan Kesediaan Ibu Bersalin untuk Pemasangan IUD pada Kala IV Persalinan di Klinik Bersalin di Kecamatan Teluk Bintan Provinsi Kepaulauan Riau Tahun 2015”.

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 IlmuKesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan tesis ini, penulis mendapat bantuan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Drs. Subhilhar, M.A, Ph.D selaku pejabat Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing kami dan memberikan masukan serta saran dalam penyelesaian tesis ini.

iii

(9)

4. Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D dan dr. Ria Masniari Lubis, M.Si, selaku Komisi Pembimbing yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari pengajuan judul hingga penulisan Proposal ini selesai.

5. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM dan Sri Rahayu Sanusi, SKM, M.Kes, Ph.D selaku Komisi Penguji yang telah banyak memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.

6. Muhammad Roem, selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan beserta seluruh staf pegawai yang telah membantu melakukan pengumpulan data yang dibutuhkan dalam penelitian.

7. Kepala Puskesmas dan Bidan Praktek Swasta (BPS) yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

8. Para Dosen dan Staf di Lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

9. Ucapan terima kasih yang tulus saya tujukan kepada Ayahanda (Alm) Sumardi dan Ibunda Sujinah, serta bapak ibu mertua dan keluarga besar yang telah memberikan dukungan moril serta doa dan motivasi selama penulis menjalani pendidikan.

10. Teristimewa buat suami tercinta Dimas Laksono, SE dan anakku Shafeea Fakhira Nadhifa berkat merekalah penulis termotivasi untuk menyelesaikan studi ini.

iv

(10)

11. Teman-teman seperjuangan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, atas bantuannya dan memberikan semangat dalam penyusunan tesis ini.

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam proses penyelesaian tesis ini.

Akhirnya saya menyadari segala keterbatasan yang ada. Untuk itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini, dengan harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, Agustus 2015 Penulis

Ani Mulyandari 137032232/IKM

v

(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Ani Mulyandari, lahir pada tanggal 15 Oktober 1984 di Tanjungpinang, beragama Islam, bertempat tinggal di Jalan Matador Gg. Durian No.17. Penulis merupakan anak dari pasangan ayahanda Alm. Sumardi dan ibunda Sujinah, anak keenam dari enam bersaudara.

Jenjang pendidikan formal penulis dimulai dari SD 009 Kecamatan Bukit Bestari, SMP Negeri 06 Kecamatan Bukit Bestari, SMA Negeri 05 Kecamatan Tanjungpinang Barat, Diploma Kebidanan III Poltekes Riau Pekanbaru, Program Studi D-IV Stikes Ngudiwaluyo Ungaran Kabupaten Semarang dan tahun 2013 sampai sekarang penulis menempuh pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat minat studi Kesehatan Reproduksi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis bekerja dari tahun 2008 sampai sekarang sebagai Pendidik di Akademi Kebidanan Anugerah Bintan Tanjungpinang.

vi

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Hipotesis ... 9

1.5. Manfaat Penelitian ... 11

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1. IUD (Intra Uterine Device)/Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) ... 12

2.1.1. Jenis-jenis IUD ... 13

2.1.2. Keuntungan IUD ... 19

2.1.3. Kerugian IUD ... 20

2.1.4. Indikasi/Persyaratan Pemakaian IUD ... 20

2.1.5. Waktu Pemasangan IUD ... 21

2.1.6. Cara Kerja IUD ... 22

2.1.7. Pemasangan IUD ... 23

2.1.8. Pencabuatan IUD ... 25

2.2. Persalinan Kala IV ... 27

2.3. Faktor yang Memengaruhi Pemasangan IUD pada Kala IV Ibu Bersalin ... 28

2.4. Landasan Teori ... 37

2.5. Kerangka Konsep ... 39

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 40

3.1. Jenis Penelitian ... 40

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 40

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 40

3.2.2. Waktu Penelitian ... 40

3.3. Populasi dan Sampel ... 40

vii

(13)

3.3.1. Populasi ... 40

3.3.2. Sampel ... 41

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 42

3.4.1. Data Primer ... 42

3.4.2. Data Sekunder ... 42

3.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 42

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 44

3.6. Metode Pengukuran ... 46

3.6.1. Pengukuaran Variabel Dependen ... 46

3.6.2. Pengukuran Variabel Independen ... 46

3.7. Metode Analisis Data ... 50

3.7.1. Analisis Univariat ... 50

3.7.2. Analisis Bivariat ... 50

3.7.3. Analisis Multivariat ... 51

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 52

4.1. Gambaran Klinik Bersalin di Kecamatan Taluk Bintan ... 52

4.2. Pemasangan IUD ... 53

4.3. Faktor Predisposisi meliputi Umur, Jumlah Anak, Pendidikan Pengetahuan, Persepsi dan Sikap ... 53

4.3.1. Faktor Umur, Jumlah Anak dan Pendidikan ... 53

4.3.2. Faktor Pengetahuan ... 55

4.3.3. Factor Persepsi ... 56

4.3.4. Faktor Sikap ... 57

4.4. Faktor Pendorong meliputi Ketersediaan IUD, Ketersediaan Petugas Kesehatan dan Keterjangkauan Klinik ... 59

4.5. Faktor Pendukung meliputi Dukungan Suami dan Dukungan Petugas Kesehatan ... 59

4.6. Hubungan Faktor Predisposisi (Umur, Jumlah Anak, Pendidikan, Pengetahuan, Persepsi dan Sikap) dengan Pemasangan IUD ... 62

4.7. Hubungan Faktor Pendorong (Ketersediaan IUD, Ketersediaan Petugas Kesehatan dan Keterjangkaun Klinik) dengan Pemasangan IUD ... 64

4.8. Hubungan Faktor Pendukung (Dukungan Suami dan Dukungan Petugas Kesehatan) dengan Pemasangan IUD ... 66

4.9. Analisis Multivariat ... 67

BAB 5. PEMBAHASAN ... 71

5.1. Faktor Predisposisi yang Berhubungan dengan Pemasangan IUD pada Kala IV Persalinan di Klinik Bersalin di Kecamatan Teluk Bintan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2015 ... 71

viii

(14)

5.2. Faktor Pendorong yang Berhubungan dengan Pemasangan IUD pada Kala IV Persalinan di Klinik Bersalin di Kecamatan Teluk Bintan Provinsi Kepulauan Riau Tahun

2015 ... 81

5.3. Faktor Pendukung yang Berhubungan dengan Pemasangan IUD pada Kala IV Persalinan di Klinik Bersalin di Kecamatan Teluk Bintan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2015 ... 84

5.4. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemasangan IUD pada Kala IV Persalinan di Klinik Bersalin di Kecamatan Teluk Bintan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2015 ... 88

BAB 6. KESIMPULAN ... 92

6.1. Kesimpulan ... 92

6.2. Saran ... 93

DAFTAR PUSTAKA ... 95

LAMPIRAN ... 99

ix

(15)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

2.1. Jenis dan Ukuran Lippes Loops ... 14 3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Butir Instrumen Variabel Independen 43 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Penelitian ... 49 4.1. Distribusi Frekuensi Pemasangan IUD pada Kala IV Persalinan di Klinik

Bersalin di Kecamatan Teluk Bintan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2015 ... 53 4.2. Distribusi Frekuensi Faktor Predisposisi (Umur, Jumlah Anak,

Pendidikan, Pengetahuan, Persepsi dan Sikap) di Klinik Bersalin di Kecamatan Teluk Bintan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2015 ... 54 4.3. Distribusi Frekuensi Jawaban Item Pernyataan Pengetahuan di Klinik

Bersalin di Kecamatan Teluk Bintan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2015 ... 55 4.4. Distribusi Frekuensi Faktor Pengetahuan di Klinik Bersalin di

Kecamatan Teluk Bintan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2015 ... 56 4.5. Distribusi Frekuensi Jawaban Item Pernyataan Persepsi di Klinik

Bersalin di Kecamatan Teluk Bintan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2015 ... 56 4.6. Distribusi Frekuensi Faktor Persepsi di Klinik Bersalin di Kecamatan

Teluk Bintan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2015 ... 57 4.7. Distribusi Frekuensi Jawaban Item Pernyataan Sikap di Klinik Bersalin

di Kecamatan Teluk Bintan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2015 ... 58 4.8. Distribusi Frekuensi Faktor Sikap di Klinik Bersalin di Kecamatan Teluk

Bintan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2015 ... 58 4.9. Distribusi Frekuensi Faktor Pendorong (Ketersediaan IUD, Ketersediaan

Petugas Kesehatan dan Keterjangkauan Klinik) di Klinik Bersalin di Kecamatan Teluk Bintan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2015 ... 59

x

(16)

4.10. Distribusi Frekuensi Jawaban Item Pernyataan Dukungan Suami di Klinik Bersalin di Kecamatan Teluk Bintan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2015 ... 60 4.11. Distribusi Frekuensi Faktor Dukungan Suami di Klinik Bersalin di

Kecamatan Teluk Bintan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2015 ... 60 4.12. Distribusi Frekuensi Jawaban Item Pernyataan Dukungan Petugas

Kesehatan di Klinik Bersalin di Kecamatan Teluk Bintan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2015 ... 61 4.13. Distribusi Frekuensi Faktor Dukungan Petugas Kesehatan di Klinik

Bersalin di Kecamatan Teluk Bintan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2015 ... 61 4.14. Hubungan Faktor Predisposisi (Umur, Jumlah Anak, Pendidikan,

Pengetahuan, Sikap dan Persepsi) dengan Pemasangan IUD pada Kala IV Persalinan di Klinik Bersalin di Kecamatan Teluk Bintan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2015 ... 64 4.15. Hubungan Faktor Pendorong (Ketersediaan IUD, Ketersediaan Petugas

Kesehatan dan Keterjangkauan Klinik) dengan Pemasangan IUD pada Kala IV Persalinan di Klinik Bersalin di Kecamatan Teluk Bintan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2015 ... 66 4.16. Hubungan Faktor Pendukung (Dukungan Suami dan Dukungan Petugas

Kesehatan) dengan Pemasangan IUD pada Kala IV Persalinan di Klinik Bersalin di Kecamatan Teluk Bintan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2015 ... 67 4.17. Hasil Analisis yang Memenuhi Asumsi Multivariat (Kandidat) ... 68 4.18. Hasil Akhir Uji Regresi Logistik Berganda ... 68

xi

(17)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1. Jenis-Jenis IUD ... 16 2.2. Teori Lawrence Green (1980) ... 38 2.3. Kerangka Konsep Penelitian ... 39

xii

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Lembar Penjelasan Kepada Responden ... 99

2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden ... 100

3. Kuesioner Penelitian ... 101

4. Master Data Penelitian ... 105

5. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 111

6. Hasil Analisis Statistik ... 116

7. Dokumentasi Penelitian ... 139

8. Surat Izin Penelitian ... 141

9. Surat Selesai Penelitian... 142

xiii

(19)

ABSTRAK

Intra Uterine Device (IUD) merupakan pilihan kontrasepsi yang efektif dan berjangka panjang, serta dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduktif.

Efektifitas penggunaan sampai 99,4% dan dapat mencegah kehamilan hingga 5-10 tahun. Dapat dipasang langsung pada ibu pasca bersalin atau setelah plasenta dikeluarkan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kesediaan ibu bersalin untuk pemasangan IUD pada kala IV persalinan di Klinik Bersalin di Kecamatan Teluk Bintan Provinsi Kepulauan Riau tahun 2015.

Jenis penelitian menggunakan metode survei dengan pendekatan potong lintang. Populasi adalah seluruh ibu hamil trimester III yang datang untuk memeriksakan kehamilannya di Klinik Bersalin yang ada di Kecamatan Teluk Bintan Provinsi Kepulauan Riau dan sampel berjumlah 112 orang dengan cara consecutive sampling. Analisis data dengan Chi Square dan Regresi Logistik Berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil yang bersedia melakukan pemasangan IUD pada kala IV persalinan sebesar 39,3% yang dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, persepsi, ketersediaan petugas kesehatan, keterjangkauan klinik dan dukungan suami. Namun, yang paling besar pengaruhnya adalah persepsi dengan nilai koefisien regresi 1,249 dan Exp (B) sebesar 3,488 yaitu ibu hamil yang berpersepsi baik kemungkinan sebesar 3,488 kali untuk bersedia melakukan pemasangan IUD dibanding dengan ibu hamil yang berpersepsi kurang.

Diharapkan untuk meningkatkan pengetahuan pada saat melakukan pemeriksaan kehamilan, merubah persepsi dan sikap ibu dengan upaya pendekatan dan pendidikan kesehatan dan didukung oleh suami serta adanya kesediaan petugas kesehatan untuk melakukan kunjungan ke rumah.

Kata Kunci : Pengetahuan, Persepsi, Sikap, Ketersediaan Petugas Kesehatan, Keterjangkauan Klinik, Dukungan Suami, IUD

i

(20)

ABSTRACT

Intra Uterine Device (IUD) is an effective and long-termed contraception; it can be used for all productive-aged women. The effectiveness of its use can reach to 99.4% and can forestall pregnancy up to 5-10 years. It can also be directly installed in women who have given childbirth or after the placenta is taken out. The objective of the research was to find out some factors which were correlated with pregnant women’s willingness to install IUD in Kala (Period) IV after childbirth in the Maternity Clinics in Teluk Bintan Subdistrict, Riau Archipelago Province, in 2015.

The research was a survey with cross sectional design. The population was all trimester III pregnant women who examined their pregnancy in the Maternity Clinics in Teluk Bintan Subdistrict, Riau Archipelago Province, and 112 of them were used as the samples, taken by using consecutive sampling technique. The data were analyzed by using chi square test and multiple logistic regression analysis.

The result of the research showed that there was the influence of knowledge, attitude, perception, the availability of health care providers, clinic affordability, and husbands’ support on 39.3% of the respondents who were willing to install IUD in their Kala IV childbirths. However, the variable which had the most dominant influence was the variable of perception at the coefficient regression value of 1.249 and Exp (β) was 3.488 which indicated that pregnant women who had good perception would have 3.488 times of the possibility to be willing to install IUD, compared with those who had bad perception.

It is recommended that knowledge at the time of examining pregnancy should be improved and women’s perception and attitude should be changed by performing health and education approach as well as husbands’ support and the willingness of health care providers to visit pregnant women’s homes.

Keywords: Knowledge, Perception, Attitude, Availability of Health Care Providers, Clinic Affordability, Husbands’ Support, IUD

ii

(21)

1 1.1. Latar Belakang

Program Pelayanan Keluarga Berencana (KB) di Indonesia mengalami suatu keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator pelayanan KB yaitu angka kesertaan ber-KB (Contraceptive Prevalence Rate=CPR) dan unmet need. Kedua indikator merupakan indikator tambahan pada tujuan kelima Millenium Development Goals (MDGs) 2015 yaitu peningkatan kesejahteraan ibu dimana indikator utamanya adalah persalinan oleh tenaga kesehatan yang dihubungkan dengan Angka Kematian Ibu (AKI). Semakin tinggi cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan, maka akan semakin rendah angka kematian ibu. Oleh karena itu, peningkatan pelayanan KB tidak semata-mata untuk pengendalian penduduk namun akan berkontribusi dalam meningkatkan kesehatan ibu dan bayi (Kemenkes RI, 2014b).

Kesehatan reproduksi dalam Program Kependudukan Keluarga Berencana dan

Pembangunan Keluarga (KKBPK) adalah kegiatan peningkatan kualitas kesehatan

reproduksi yang didalamnya menyangkut peningkatan kelangsungan hidup ibu, bayi

dan anak. Kondisi saat ini tentang kesehatan reproduksi sangat mengkhawatirkan

seperti Kelangsungan Hidup Ibu, Bayi dan Anak di Indonesia saat ini masih rendah,

hal ini terlihat dari masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian

Bayi (AKB) (BkkbN, 2014).

(22)

Rasio kematian ibu di Indonesia diperkirakan sebesar 359 kematian per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2008-2012. Dibandingkan dengan target, rasio kematian ibu yang merupakan salah satu indikator Millenium Development Goals (MDG’s) yang harus dicapai tahun 2015 yaitu 102 per 100.000 kelahiran hidup, maka AKI saat ini masih belum memenuhi target atau perlu diturunkan lagi (Kemenkes RI, 2014a).

Pada tahun 2007 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah meluncurkan “Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dengan stiker” merupakan upaya terobosan dalam percepatan penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir melalui kegiatan peningkatan akses dan kualitas pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan KB. Indikator keberhasilan P4K dengan stiker salah satunya adalah persentase penggunaan metode KB pasca persalinan (Kemenkes RI, 2014b).

Upaya peningkatan pelayanan KB khususnya pasca persalinan dinilai merupakan strategi yang tepat karena beberapa hal. Pertama, cakupan pelayanan Antenatal Care (ANC) dan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan sudah cukup tinggi (K1 : 92,7%; K4 : 61,4%; dan Pn : 82,2%, berdasarkan data Riskesdas 2013).

Kedua, dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan RI 2010-2014, salah satu

substansi intinya adalah “Peningkatan kualitas dan jangkauan layanan KB melalui

23.500 klinik pemerintah dan swasta selama 2010-2014”. Target pencapaian untuk

CPR adalah 65% untuk metode modern, sedangkan target pencapaian untuk unmet

need adalah 5% pada tahun 2015 (Kemenkes RI, 2014b).

(23)

Peningkatan pelayanan KB pasca persalinan sangat mendukung tujuan pembangunan kesehatan dan hal ini juga ditunjang dengan banyaknya calon peserta KB baru (ibu hamil dan bersalin) yang sudah pernah kontak dengan tenaga kesehatan.

Diharapkan dengan adanya kontak yang lebih banyak antara penyedia pelayanan kesehatan dengan ibu hamil saat pemeriksaan kehamilan maupun melahirkan dapat memotivasi mereka untuk menggunakan kontrasepsi segera setelah persalinan.

Seorang ibu yang baru melahirkan bayi biasanya lebih mudah untuk diajak menggunakan kontrasepsi, sehingga waktu setelah melahirkan adalah waktu yang paling tepat untuk mengajak seorang ibu menggunakan kontrasepsi. Oleh karena itu, KB pasca persalinan diharapkan dapat menurunkan kejadian kehamilan dengan jarak yang terlalu dekat sehingga diharapkan dapat berkontribusi dalam menghindari terjadinya komplikasi dalam kehamilan, persalinan dan nifas yang sering menyebabkan kematian ibu (Kemenkes RI, 2014b).

Salah satu upaya membentuk keluarga kecil berkualitas dengan menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang. Metoda Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) adalah kontrasepsi yang dapat dipakai dalam jangka waktu lama, lebih dari dua tahun, efektif dan efisien untuk tujuan pemakaian menjarangkan kelahiran lebih dari 3 tahun atau mengakhiri kehamilan pada pasangan yang sudah tidak ingin tambah anak lagi.

Jenis metoda yang termasuk dalam kelompok ini adalah metoda kontrasepsi mantap

(pria dan wanita), implant, dan AKDR atau Intra Uterine Device (IUD) (Asih dan

Oesman, 2009).

(24)

Upaya dalam meningkatkan penggunaan kontrasepsi jangka panjang adalah ditujukan pada ibu pasca bersalin dengan menggunakan IUD dalam mengatur jarak kehamilan tanpa memengaruhi produksi air susu ibu (ASI) (Kemenkes RI, 2014b).

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau lebih dikenal dengan IUD (Intra Uterine Device) merupakan pilihan kontrasepsi yang efektif dan berjangka panjang, serta dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduktif. Efektifitas penggunaan sampai 99,4% dan dapat mencegah kehamilan hingga 5-10 tahun. Dapat dipasang langsung pada ibu pasca bersalin atau setelah plasenta dikeluarkan (BkkbN, 2014).

Adapun efek samping yang umum terjadi dari AKDR adalah nyeri bersenggama, menstruasi banyak, keputihan. Hal ini menyebabkan ketidakberlangsungan pemakaian AKDR meningkat. Efek samping pada pemakaian AKDR kadang tidak dapat diatasi dengan hanya memberikan obat-obatan saja dan pada akhirnya akseptor menghentikan pemakaiannya (Utami dkk, 2011).

Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, bahwa kontrasepsi yang banyak digunakan adalah suntik (31,9%), pil (13,6%), AKDR (3,9%), MOW (3,2%), kondom (1,8%) dan MOP (0,2%). Dapat dilihat bahwa persentase peserta KB MKJP masih tergolong rendah yang berarti pencapaian target program dan kenyataan dilapangan masih berjarak lebar. Prevalensi peserta AKDR menurun selama 20 tahun terakhir, dari 13,3% pada tahun 1991 menjadi 4,9% pada tahun 2011 (Depertemen kesehatan dan BkkbN, 2012).

Berbagai usaha dibidang gerakan KB sebagai salah satu kegiatan pokok

pembangunan keluarga sejahtera telah dilakukan baik oleh pemerintah, swasta,

(25)

maupun masyarakat sendiri. Salah satunya dengan mensosialisasikan metode kontrasepsi terkini yaitu IUD Post plasenta oleh BkkbN. Metode IUD Post plasenta merupakan salah satu upaya untuk menekan jumlah kelahiran dengan menurunkan unmet need dan missed oppurtunity pada ibu pasca persalinan sehingga penggunaan MKJP diharapkan dapat menggurangi drop out (DO), serta dapat berkontribusi dalam menekan laju pertumbuhan penduduk Indonesia (Kemenkes RI, 2014b). Pada hasil expert meeting tahun 2009 dikatakan bahwa penggunaan IUD post plasenta dan post abortus perlu terus digalakkan karena sangat efektif, mengingat kelahiran rata-rata 4.500.000 setiap tahunnya (BkkbN, 2012).

Cakupan pelayanan KB pasca persalinan masih belum menggembirakan.

Cakupan KB pasca persalinan dan pasca keguguran dibandingkan dengan cakupan peserta KB Baru masih sebesar 13,27%. Capaian tersebut masih didominasi oleh non MKJP yaitu suntikan (52,49%) dan pil (18,95%), sementara capaian MKJP implan (8,08%), IUD (14,06%), MOW (3,27%) dan MOP (0,02%). Pelayanan KB pasca persalinan belum tersosialisasi dengan baik disebabkan persepsi tentang metode KB pasca persalinan belum sama dan belum masuknya cakupan KB pasca persalinan dalam laporan rutin KIA (Kemenkes RI, 2014b).

Insersi IUD post-placenta memiliki angka ekspulsi rata-rata 13-16%, dan

dapat hingga 9-12,5% jika dipasang oleh tenaga terlatih. Angka ekspulsi ini lebih

rendah bila dibandingkan dengan waktu pemasangan pada masa segera pasca-

persalinan, yaitu 28-37%. Sayangnya, pemasangan IUD post-placenta belum terlalu

banyak digunakan karena masih kurangnya sosialisasi mengenai hal ini dan masih

(26)

adanya ketakutan pada calon akseptor mengenai terjadinya komplikasi seperti perforasi uterus, infeksi, perdarahan, dan nyeri. Padahal pemasangan pada masa ini aman, memiliki risiko kecil untuk infeksi, sedikit perdarahan, dan angka perforasi yang rendah. Angka kehamilan yang tidak direncanakan (unplanned pregnancy) pada pemasangan alat kontrasepsi pada masa ini adalah 2-2,8 per 100 pemakai selama 24 bulan pemasangan IUD Copper Modern (T) (Edelman et al, 1981).

Faktor keputusan konsumen untuk menggunakan alat kontrasepsi AKDR/IUD tidak terlepas dari faktor perilaku yang dimiliki oleh masing-masing individu.

Adapun faktor-faktor yang merupakan penyebab perilaku menurut Teori Lawrence Green (1980) yang dikutip dalam Notoatmodjo (2012) adalah faktor predisposisi atau predisposing (pengetahuan, pendidikan, paritas, kepercayaan, nilai dan sikap), faktor pemungkin atau enabling factors (ketersediaan sumber daya kesehatan/fasilitas pelayanan kesehatan, keterjangkauan sumber daya kesehatan) dan faktor pendorong atau reinforcing factors (dukungan dari keluarga, teman kerja, tokoh masyarakat, tokoh agama, juga peran petugas kesehatan).

Melalui penelitian Sambosir (2009) menemukan bahwa determinan

pemakaian kontrasepsi dipengaruhi oleh faktor sosio demografi yaitu jumlah anak

masih hidup, pengetahuan semua metode KB modern, pendidikan, agama, kasta,

keterpaparan pada media massa dan diskusi KB dengan suami. Penelitian

Kusumaningrum (2009), beberapa faktor-faktor lain yang memengaruhi pemilihan

jenis kontrasepsi seperti tingkat pendidikan, pengetahuan, kesejahteraan keluarga, dan

dukungan dari suami. Faktor-faktor ini nantinya juga akan mepengaruhi keberhasilan

(27)

program KB. Sedangkan penelitian Dewi (2012), tingkat paritas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penggunaan AKDR. Semakin banyak jumlah anak yang telah dilahirkan semakin tinggi keinginan responden untuk membatasi kelahiran. Pada akhirnya hal ini akan mendorong responden untuk menggunakan AKDR.

Pertimbangan akseptor dalam menentukan pilihan jenis kontrasepsi tidak hanya karena terbatasnya metode yang tersedia, tetapi juga kurangnya pengetahuan tentang kesesuaian alat kontrasepsi dengan tujuan penggunaannya (kebutuhan), persyaratan dan keamanan metode kontrasepsi tersebut, tempat pelayanan dan kontraindikasi dan alat kontrasepsi yang bersangkutan. Pemahaman keluarga tentang kesehatan reproduksi termasuk pemilihan alat kontrasepsi dipengaruhi oleh pendidikan, pendapatan, pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, akses informasi dan ketersediaan pelayanan kesehatan, serta tingkat pemahaman kesehatan reproduksi (Indrawati, 2011).

Sejalan dengan perkembangan dan kebutuhan akan kontrasepsi, khususnya

kontrasepsi jangka panjang IUD, metode pemasangannya dapat dilakukan pada masa

pasca persalinan. Pemerintah melalui Program Jampersal mewajibkan pengguna dana

Jampersal ini untuk menggunakan KB jangka panjang yang dipasang langsung pasca

persalinan. Pasca pemasangan IUD pada 2 (dua) masa tersebut seringkali ditemukan

terjadinya ekspulsi pemasangan IUD, dimana hal ini dapat memicu terjadinya

kegagalan dalam ber-KB.

(28)

Hasil studi pendahuluan di Puskesmas Teluk Bintan tahuan 2014 bahwa jumlah seluruh aseptor KB sebanyak 1.067 orang diantaranya 625 suntik, 276 pil, 86 IUD, 2 Kondom, 12 MOW, dan 24 Implant. Di Kecamatan Teluk Bintan sudah dicanangkan program Jampersal (Jaminan Persalinan Normal) dimana program ini memiliki ketentuan yaitu peserta jampersal harus ber-KB setelah persalinan. Cara ber-KB setelah persalinan ada 2 yaitu IUD pada kala IV dan MOW. Pencapaian keluarga berencana tahun 2014 masih rendah yaitu sebesar 57,9% sedangkan target nasional yang harus dicapai sebesar 60,1% dan target MDGs tahun 2015 sebesar 65%.

Klinik bersalin di Kecamatan Teluk Bintan telah memberikan pelayanan pemasangan alat kontrasepsi pasca persalinan. Data yang didapatkan dari klinik bersalin menunjukkan bahwasanya pada tahun 2014 dari 165 ibu yang bersalin di kamar bersalin hanya 14 Ibu yang menggunakan kontrasepsi pasca persalinan IUD post-placenta dengan presentase 8,48%.

Berdasarkan uraian diatas, maka ingin dilakukan penelitian tentang “faktor- faktor yang berhubungan dengan kesediaan ibu bersalin untuk pemasangan IUD pada kala IV persalinan di Klinik Bersalin di Kecamatan Teluk Bintan Provinsi Kepulauan Riau tahun 2015”.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini

adalah masih rendah kesediaan ibu bersalin untuk pemasangan IUD pada kala IV

(29)

persalinan yaitu sebanyak 8,48% yang masih dibawah target nasional sebesar 60,1%

di Klinik Bersalin di Kecamatan Teluk Bintan Provinsi Kepulauan Riau tahun 2015.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kesediaan ibu bersalin untuk pemasangan IUD pada kala IV persalinan di Klinik Bersalin di Kecamatan Teluk Bintan Provinsi Kepulauan Riau tahun 2015.

1.4. Hipotesis

1. Ada hubungan umur dengan kesediaan ibu bersalin untuk pemasangan IUD pada kala IV persalinan di Klinik Bersalin di Kecamatan Teluk Bintan Provinsi Kepulauan Riau tahun 2015.

2. Ada hubungan jumlah anak dengan kesediaan ibu bersalin untuk pemasangan IUD pada kala IV persalinan di Klinik Bersalin di Kecamatan Teluk Bintan Provinsi Kepulauan Riau tahun 2015.

3. Ada hubungan pendidikan dengan kesediaan ibu bersalin untuk pemasangan IUD pada kala IV persalinan di Klinik Bersalin di Kecamatan Teluk Bintan Provinsi Kepulauan Riau tahun 2015.

4. Ada hubungan pengetahuan dengan kesediaan ibu bersalin untuk pemasangan

IUD pada kala IV persalinan di Klinik Bersalin di Kecamatan Teluk Bintan

Provinsi Kepulauan Riau tahun 2015.

(30)

5. Ada hubungan persepsi dengan kesediaan ibu bersalin untuk pemasangan IUD pada kala IV persalinan di Klinik Bersalin di Kecamatan Teluk Bintan Provinsi Kepulauan Riau tahun 2015.

6. Ada hubungan sikap dengan kesediaan ibu bersalin untuk pemasangan IUD pada kala IV persalinan di Klinik Bersalin di Kecamatan Teluk Bintan Provinsi Kepulauan Riau tahun 2015.

7. Ada hubungan ketersediaan IUD dengan kesediaan ibu bersalin untuk pemasangan IUD pada kala IV persalinan di Klinik Bersalin di Kecamatan Teluk Bintan Provinsi Kepulauan Riau tahun 2015.

8. Ada hubungan ketersediaan petugas kesehatan dengan kesediaan ibu bersalin untuk pemasangan IUD pada kala IV persalinan di Klinik Bersalin di Kecamatan Teluk Bintan Provinsi Kepulauan Riau tahun 2015.

9. Ada hubungan keterjangkauan klinik dengan kesediaan ibu bersalin untuk pemasangan IUD pada kala IV persalinan di Klinik Bersalin di Kecamatan Teluk Bintan Provinsi Kepulauan Riau tahun 2015.

10. Ada hubungan dukungan suami dengan kesediaan ibu bersalin untuk pemasangan IUD pada kala IV persalinan di Klinik Bersalin di Kecamatan Teluk Bintan Provinsi Kepulauan Riau tahun 2015.

11. Ada hubungan peran petugas kesehatan dengan kesediaan ibu bersalin untuk

pemasangan IUD pada kala IV persalinan di Klinik Bersalin di Kecamatan Teluk

Bintan Provinsi Kepulauan Riau tahun 2015.

(31)

1.5. Manfaat Penelitian

1. Bagi Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau, sebagai bahan program keluarga berencana IUD kala IV, sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan KB.

2. Memberikan masukan dan pertimbangan bagi pengelola atau pelaksana Keluarga

Berencana khususnya pemasangan IUD pada kala IV ibu bersalin.

(32)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. IUD (Intra Uterine Device)/Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

IUD (Intra Uterine Device) adalah atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) merupakan alat kontrasepsi terbuat dari plastik yang flesibel dipasang dalam rahim. Kontrasepsi yang paling ideal untuk ibu pasca persalinan dan menyusui adalah tidak menekan produksi ASI yakni Alat Kontarsepsi Dalam rahim (AKDR)/Intra Uterine Device (IUD), suntikan KB yang 3 bulan, minipil dan kondom (BkkbN, 2014).

Ibu perlu ikut KB setelah persalinan agar ibu tidak cepat hamil lagi (minimal 3-5 tahun) dan punya waktu merawat kesehatan diri sendiri, anak dan keluarga.

Kontrasepsi yang dapat digunakan pada pasca persalinan dan paling potensi untuk mencegah mis opportunity berKB adalah Alat Kontrasepsi Dalam rahim (AKDR) atau IUD pasca plasenta, yakni pemasangan dalam 10 menit pertama sampai 48 jam setelah plasenta lahir (atau sebelum penjahitan uterus/rahim pada pasca persalinan dan pasca keguguran di fasilitas kesehatan, dari ANC sampai dengan persalinan terus diberikan penyuluhan pemilihan metode kontrasepsi. Sehingga ibu yang setelah bersalin atau keguguran, pulang ke rumah sudah menggunakan salah satu kontrasepsi (BkkbN, 2014).

12

(33)

2.1.1. Jenis-jenis IUD

Menurut Arum (2011) jenis-jenis Intra Uterine Device (IUD) adalah sebagai berikut:

1. IUD CuT-380 A

Bentuknya kecil, kerangka dari plastik yang fleksibel, berbentuk huruf T diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu).

2. IUD lain yang beredar di Indonesia ialah NOVA T (Schering)

Menurut Hartanto (2008) IUD yang banyak dipakai di Indonesia dewasa ini dari jenis unmedicated adalah Lippes Loop dan dari jenis Medicated adalah Cu-T 380 A, Multiload 375 dan Nova-T.

a. Lippes Loop

IUD Lippes Loop terbuat dari bahan polietilen, berbentuk spiral, pada bagian tubuhnya mengandung barium sulfat yang menjadikannya radio opaque pada pemeriksaan dengan sinar-X.

Menurut Proverawati (2010) IUD Lippes Loop bentuknya seperti spiral

atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol dan dipasang benang

pada ekornya. Lippes Loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda ukuran panjang

bagian atasnya. Adapun tipe dari Lippes Loops adalah sebagai berikut:

(34)

Tabel 2.1. Jenis dan Ukuran Lippes Loops

Macam Loop Panjang Berat Warna Benang

LL A 22,5 cm 290 mgr Hitam

LL B 27,5 cm 526 mgr Biru

LL C 30,0 cm 615 mgr Kuning

LL D 30,0 cm 709 mgr Putih

IUD jenis Lippes Loops mempunyai angka kegagalan yang rendah.

Keuntungan lain dari jenis ini ialah bila terjadi perforasi jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik (Proverawati, 2010).

b. Cu T 380 A

IUD Cu – T 380 A terbuat dari bahan polietilen berbentuk huruf T dengan tambahan bahan Barium Sulfat. Pada bagian tubuh yang tegak, dibalut tembaga sebanyak 176 mg tembaga dan pada bagian tengahnya masing- masing mengandung 68,7 mg tembaga, dengan luas permukaan 380 ± 23m2.

Ukuran bagian tegak 36 mm dan bagian melintang 32 mm, dengan diameter 3 mm. pada bagian ujung bawah dikaitkan benang monofilamen polietilen sebagai kontrol dan untuk mengeluarkan IUD.

c. Multiload 375

IUD Multiload 375 (ML 375) terbuat dari polipropilen dan mempunyai

luas permukaan 250 mm

2

atau panjang 375 mm

2

kawat halus tembaga yang

membalut batang vertikalnya untuk menambah efektifitas. Ada tiga jenis

ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini. Bagian lengannya didesain

(35)

sedemikian rupa sehingga lebih fleksibel dan meminimalkan terjadinya ekspulsi.

d. Nova – T

IUD Nova-T mempunyai 200 mm

2

kawat halus tembaga dengan bagian lengan fleksibel dan ujung tumpul sehingga tidak menimbulkan luka pada jaringan setempat pada saat dipasang.

e. Cooper-7

IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan

pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan

ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan

200 mm

2

fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus pada jenis

Copper-T (Proverawati, 2010).

(36)

Gambar 2.1. Jenis-Jenis IUD

Jenis kontrasepsi IUD pasca salin aman dengan menggunakan IUD Cu T

(copper T), sedangkan jenis non copper memerlukan penundaan sampai 6 minggu

sehingga tidak cocok untuk pasca salin (BkkbN, 2014).

(37)

Menurut Suparyanto (2011) IUD terdiri dari IUD hormonal dan non hormonal.

1. IUD Non-hormonal

Pada saat ini IUD telah memasuki generasi ke-4. Karena itu berpuluh-puluh macam IUD telah dikembangkan. Mulai dari generasi pertama yang terbuat dari benang sutra dan logam sampai generasi plastik (polietilen) baik yang ditambah obat atau tidak.

a. Menurut bentuknya IUD dibagi menjadi 2:

1) Bentuk terbuka (Open Device): Misalnya: Lippes Loop, CUT, Cu-7.

Marguiles, Spring Coil, Multiload, Nova-T.

2) Bentuk tertutup (Closed Device): Misalnya: Ota-Ring, Altigon, dan Graten ber-ring.

b. Menurut Tambahan atau Metal

1) Medicated IUD: Misalnya: Cu T 200 (daya kerja 3 tahun), Cu T 220 (daya kerja 3 tahun), Cu T 300 (daya kerja 3 tahun), Cu T 380 A (daya kerja 8 tahun), Cu-7, Nova T (daya kerja 5 tahun), ML-Cu 375 (daya kerja 3 tahun). Pada jenis Medicated IUD angka yang tertera di belakang IUD menunjukkan luasnya kawat halus tembaga yang ditambahkan, misalnya Cu T 220 berarti tembaga adalah 220 mm

2

. Cara insersi: Withdrawal.

2) Unmedicated IUD: Misalnya: Lippes Loop, Marguiles, Saf-T Coil,

Antigon. Cara insersi Lippes Loop: Push Out. Lippes Loop dapat

(38)

dibiarkan in-utero untuk selama-lamanya sampai menopause, sepanjang tidak ada keluhan persoalan bagi akseptornya. IUD yang banyak dipakai di Indonesia dewasa ini dari jenis Un Medicated yaitu Lippes Loop dan yang dari jenis Medicated Cu T, Cu-7, Multiload dan Nova-T.

2. IUD yang mengandung hormonal

a. Progestasert –T = Alza T, dengan daya kerja 18 bulan dan dilakukan dengan teknik insersi: Plunging (modified withdrawal).

1) Panjang 36 mm, lebar 32 mm, dengan 2 lembar benang ekor warna hitam.

2) Mengandung 38 mg progesteron dan barium sulfat, melepaskan 65 µg progesteron setiap hari.

3) Tabung insersinya berbentuk lengkung.

b. Mirena

Mirena adalah IUD yang terbuat dari plastik, berukuran kecil, lembut, fleksibel, yang melepaskan sejumlah kecil levonogestrel dalam rahim.

Mirena merupakan plastik fleksibel berukuran 32 mm berbentuk T yang

diresapi dengan barium sulfat yang membuat mirena dapat terdeteksi dalam

pemeriksaan rontgen. Mirena berisi sebuah reservoir silindris, melilit batang

vertikal, berisi 52 mg levonorgestrel (LNG). Setelah penempatan dalam

rahim, LNG dilepaskan dalam dosis kecil (20 g/hari pada awalnya dan

menurun menjadi sekitar 10 g/hari setelah 5 tahun) melalui membran

polydimethylsiloxane ke dalam rongga rahim. Pelepasan hormon yang

(39)

rendah menyebabkan efek sampingnya rendah. Keunggulan dari IUD ini adalah efektivitasnya tinggi, dengan tingkat kesakitan lebih pendek dan lebih ringan. Mirena merupakan sebuah pilihan alternatif yang tepat untuk wanita yang tidak dapat mentoleransi estrogen untuk kontrasepsinya. Mengurangi frekuensi ovulasi (Rosa, 2012).

Cara kerja mirena melakukan perubahan pada konsistensi lendir serviks.

Lendir serviks menjadi lebih kental sehingga menghambat perjalanan sperma untuk bertemu sel telur. Menipiskan endometrium, lapisan dinding rahim yang dapat mengurangi kemungkinan implantasi embrio pada endometrium. Setelah mirena dipasang 3 sampai 6 bulan pertama, menstruasi mungkin menjadi tidak teratur. Mirena dapat dilepas dan fertilitas dapat kembali dengan segera (Rosa, 2012)

2.1.2. Keuntungan IUD

Keuntungan menggunakan IUD adalah sebagai berikut: (Proverawati, 2010) 1. Sebagai kontrasepsi, mempunyai efektivitas yang tinggi

2. Sangat efektif 0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan).

3. AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan

4. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380 A dan tidak perlu diganti)

5. Sangat efektif karena tidak perlu mengingat-ingat

6. Tidak memengaruhi hubungan seksual

(40)

7. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut hamil 8. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu IUD (CuT-380 A).

9. Tidak memengaruhi kualitas dan volume ASI

10. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi).

11. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun lebih atau setelah haid terakhir) 12. Tidak ada interaksi dengan obat-obatan

13. Mencegah kehamilan ektopik 2.1.3. Kerugian IUD

Kerugian penggunaan alat kontrasepsi IUD adalah sebagai berikut:

(Proverawati dkk, 2010)

1. Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan)

2. Haid lebih lama dan banyak

3. Perdarahan (spotting antar menstruasi) 4. Saat haid lebih sedikit

2.1.4. Indikasi/Persyaratan Pemakaian IUD

Menurut Arum (2011) yang dapat menggunakan IUD adalah sebagai berikut:

1. Usia reproduktif 2. Keadaan multipara

3. Menginginkan penggunaan kontrasepsi jangka panjang

4. Menyusui dan menginginkan menggunakan kontrasepsi

(41)

5. Tidak menyusui bayinya

6. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi 7. Risiko rendah dari IMS

8. Tidak menghendaki metode hormonal

9. Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari 2.1.5. Waktu Pemasangan IUD

IUD pasca plasenta aman dan efektif, tetapi tingkat ekspulsinya lebih tinggi dibandingkan ekspulsi ≥4 minggu pasca persalinan. Eskpulsi dapat diturunkan dengan cara melakukan insersi IUD dalam 10 menit setelah ekspulsi plasenta, memastikan insersi mencapai fundus uteri, dan dikerjakan oleh tenaga medis dan paramedis yang terlatih dan berpengalaman. Jika 48 jam pasca persalinan telah lewat, insersi IUD ditunda sampai 4 minggu atau lebih pasca persalinan. IUD 4 minggu pasca persalinan aman dengan menggunakan IUD copper T, sedangkan jenis non copper memerlukan penundaan sampai 6 minggu pasca persalinan.

Pelayanan KB pasca persalinan yang dilakukan oleh bidan, mengacu pada

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1464/MENKES/Per/IX/2010, Pasal 12 tentang

ijin dan penyelenggaraan praktik bidan, dimana dinyatakan bahwa bidan dapat : 1)

memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan

keluarga berencana. 2) memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom, dan dalam

Pasal 13 dinyatakan bahwa bidan berwenang memberikan pelayanan : 1) pemberian

alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim dan memberikan alat

(42)

kontrasepsi bawah kulit. 2) pelayanan tersebut hanya dapat diberikan oleh bidan yang terlatih (Kemenkes RI, 2014b).

2.1.6. Cara Kerja IUD

Mekanisme kerja yang pasti dari kontrasepsi IUD belum diketahui. Ada beberapa mekanisme kerja kontrasepsi IUD yang telah diajukan :

1. Timbulnya reaksi radang lokal yang non spesifik di dalam cavum uteri sehingga implantasi sel telur yang telah dibuahi terganggu.

Di samping itu, dengan munculnya leukosit PMN, makrofag, foreign body giant cells, sel mononuklear dan sel plasma yang dapat mengakibatkan lisis dari spermatozoa atau ovum dan blastokista.

2. Produksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan terhambatnya implantasi.

3. Gangguan atau terlepasnya blastokista yang telah berimplantasi di dalam endometrium.

4. Pergerakan ovum yang bertambah cepat di dalam tuba fallopii.

5. Immobilisasi spermatozoa saat melewati cavum uteri (Hartanto, 2008).

Menurut Saifuddin, dkk (2006) cara kerja pemasangan IUD adalah sebagai berikut:

a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falofii.

b. Memengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.

(43)

c. IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun IUD membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi.

d. Memungkinkan utnuk mencegah implantasi telur dalam uterus.

2.1.7. Pemasangan IUD

IUD dapat dipasang dalam keadaan berikut : 1. Sewaktu haid sedang berlangsung

Dilakukan pada hari-hari pertama atau pada hari-hari terakhir haid. Keuntungan IUD pada waktu ini antara lain ialah :

a. Pemasangan lebih mudah oleh karena serviks pada waktu itu agak terbuka dan lembek.

b. Rasa nyeri tidak seberapa keras.

c. Perdarahan yang timbul sebagai akibat pemasangan tidak seberapa dirasakan.

d. Kemungkinan pemasangan IUD pada uterus yang sedang hamil tidak ada.

Kerugian IUD pada waktu haid sedang berlangsung antara lain :

a. Infeksi dan ekspulsi lebih tinggi bila pemasangan dilakukan saat haid.

b. Dilatasi canalis cervikal adalah sama pada saat haid maupun pada saat mid - siklus (Hartanto, 2008).

2. Sewaktu pasca salin

Bila pemasangan IUD tidak dilakukan dalam waktu seminggu setelah bersalin,

menurut beberapa sarjana, sebaiknya IUD ditangguhkan sampai 6 - 8 minggu

(44)

postpartum oleh karena jika pemasangan IUD dilakukan antara minggu kedua dan minggu keenam setelah partus, bahaya perforasi atau ekspulsi lebih besar.

3. Sewaktu post abortum

Sebaiknya IUD dipasang segera setelah abortus oleh karena dari segi fisiologi dan psikologi waktu itu adalah paling ideal. Tetapi, septic abortion merupakan kontraindikasi.

4. Beberapa hari setelah haid terakhir

Dalam hal yang terakhir ini wanita yang bersangkutan dilarang untuk bersenggama sebelum IUD dipasang. Sebelum pemasangan IUD dilakukan, sebaiknya diperlihatkan kepada akseptor bentuk IUD yang dipasang, dan bagaimana IUD tersebut terletak dalam uterus setelah terpasang. Dijelaskan bahwa kemungkinan terjadinya efek samping seperti perdarahan, rasa sakit, IUD keluar sendiri (Sarwono, 2005).

Adapun langkah-langkah pemasangan IUD Copper T 380 A, adalah:

a. Jelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan mempersilahkan klien mengajukan pertanyaan. Sampaikan kepada klien kemungkinan akan merasa sedikit sakit pada beberapa langkah waktu pemasangan dan nanti akan diberitahu bila sampai pada langkah-langkah tersebut dan pastikan klien telah mengosongkan kandung kencingnya

b. Periksa genitalia eksterna, untuk mengetahui adanya ulkus, pembengkakan pada

kelenjar Bartolin dan kelenjar skene, lalu lakukan pemeriksaan spekulum dan

panggul.

(45)

c. Lakukan pemeriksaan mikroskopik bila tersedia dan ada indikasi d. Masukkan lengan IUD Copper T 380A di dalam kemasan sterilnya

e. Masukkan spekulum, dan usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik dan gunakan tenakulum untuk menjepit serviks

f. Masukkan sonde uterus

g. Lakukan pemasangan IUD Copper T 380 A

h. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi sebelum melepas sarung tangan dan bersihkan permukaan yang terkontaminasi

i. Melakukan dekontaminasi alat-alat dan sarung tangan dengan segera setelah selesai dipakai.

j. Mengajarkan kepada klien bagaimana memeriksa benang IUD (dengan menggunakan model yang tersedia.

k. Menyarankan klien agar menunggu selama 15-30 menit setelah pemasangan IUD.

2.1.8. Pencabutan IUD

Menurut Saifuddin (2006) langkah-langkah pencabutan IUD sebagai berikut:

1. Menjelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan mempersilahkan klien untuk bertanya.

2. Memasukkan spekulum untuk melihat serviks dan benang IUD

3. Mengusap serviks dan vagina dengan larutan antiseptik 2 sampai 3 kali

4. Mengatakan pada klien bahwa sekarang akan dilakukan pencabutan. Meminta

klien untuk tenang dan menarik nafas panjang, dan memberitahu mungkin timbul

rasa sakit.

(46)

a. Pencabutan normal

Jepit benang di dekat serviks dengan menggunakan klem lurus atau lengkung yang sudah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril dan tarik benang pelan-pelan, tidak boleh menarik dengan kuat. AKDR biasanya dapat dicabut dengan mudah. Untuk mencegah benangnya putus, tarik dengan kekuatan tetap dan cabut AKDR dengan pelan-pelan. Bila benang putus saat ditarik, maka jepit ujung AKDR tersebut dan tarik keluar.

b. Pencabutan sulit

Bila benang AKDR tidak tampak, periksa pada kanalis servikalis dengan

menggunakan klem lurus atau lengkung. Bila tidak ditemukan pada kanalis

servikalis, masukkan klem atau alat pencabut AKDR ke dalam kavum uteri

untuk menjepit benang AKDR itu sendiri. Bila sebagian AKDR sudah

ditarik keluar tetapi kemudian mengalami kesulitan menarik seluruhnya dari

kanalis servikalis, putar klem pelan-pelan sambil tetap menarik selama klien

tidak mengeluh sakit. Bila dari pemeriksaan bimanual didapatkan sudut

antara uterus dengan kanalis servikal sangat tajam, gunakan tenakulum

untuk menjepit serviks dan lakukan tarikan ke bawah dan ke atas dengan

pelan-pelan dan hati-hati, sambil memutar klem. Jangan menggunakan

tenaga yang besar.

(47)

2.2. Persalinan Kala IV

Kala IV adalah persalinan setelah plasenta sudah dilahirkan, ibu biasanya masih beristirahat di ruang persalinan 1 – 2 jam setelah melahirkan. Gunanya agar dokter/bidan bisa mengawasi kondisi ibu agar tidak timbul komplikasi seperti perdarahan pasca persalinan. Kematian ibu pasca persalinan biasanya terjadi dalam 6 jam post partum. Hal ini disebabkan oleh infeksi, perdarahan dan eklampsi post partum. Selama kala IV pemantauan dilakukan 15 menit pertama setelah plasenta lahir dan 30 menit kedua setelah persalinan.

Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah proses tersebut. Observasi yang harus dilakukan pada kala IV:

1. Tingkat kesadaran

2. Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi dan pernafasan 3. Kontraksi uterus

4. Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal jika jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc.

Sebagian besar kejadian kesakitan dan kematian ibu disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan dan terjadi dalam 4 jam pertama setelah kelahiran bayi.

Karena alasan ini, penting sekali untuk memantau ibu secara ketat segera setelah setiap tahapan atau kala persalinan diselesaikan.

Hal-hal yang perlu dipantau selama dua jam pertama pasca persalinan, yaitu :

(48)

1. Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih, dan perdarahan setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit dalam satu jam kedua pada kala IV.

2. Pemijatan uterus untuk memastikan uterus menjadi keras, setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit dalam jam kedua kala IV.

3. Pantau suhu ibu satu kali dalam jam pertama dan satu kali pada jam kedua pascapersalinan.

4. Nilai perdarahan, periksa perineum dan vagina setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.

5. Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai tonus dan perdarahan uterus, juga bagaimana melakukan pemijatan jika uterus menjadi lembek.

2.3. Faktor yang Memengaruhi Pemasangan IUD pada Kala IV Ibu Bersalin 1. Umur

Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja, dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa lebih dipercaya dari pada orang yang belum tinggi tingkat kedewasaannya (Wawan, 2011).

Usia memengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin

bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya,

sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik (Cahyono, 2011).

(49)

Umur menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap penggunaan IUD.

Semakin meningkatnya umur seseorang dan telah tercapainya jumlah anak ideal akan mendorong pasangan untuk membatasi kelahiran, hal ini meningkatkan peluang responden untuk menggunakan IUD. Sesuai dengan hasil penelitian di India bahwa IUD Cu T 380A digunakan oleh wanita yang berumur lebih dari 30 tahun dan wanita yang telah mencapai ukuran keluarga yang diinginkan (Pastuti dan Siswanto, 2007).

2. Jumlah Anak

Tingkat paritas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penggunaan IUD. Semakin banyak jumlah anak yang telah dilahirkan semakin tinggi keinginan responden untuk membatasi kelahiran. Pada akhirnya hal ini akan mendorong responden untuk menggunakan IUD (Dewi, 2012).

Menurut Suratun (2008) sebaiknya keluarga setelah mempunyai 2 anak dan umur istri lebih dari 30 tahun tidak hamil lagi. Kondisi keluarga seperti ini dapat menggunakan kontrasepsi yang mempunyai efektifitas tinggi, karena jika terjadi kegagalan hal ini dapat menyebabkan terjadinya kehamilan dengan risiko tinggi bagi ibu dan anak. Di samping itu jika pasangan akseptor tidak mengharapkan untuk mempunyai anak lagi, kontrasepsi yang paling cocok disarankan adalah IUD.

3. Pendidikan

Menurut Pastuti dan Siswanto (2007) menunjukkan bahwa responden yang

berpendidikan tinggi secara signifikan berpeluang lebih tinggi untuk menggunakan

IUD dan implan dibandingkan dengan responden yang berpendidikan rendah. Tingkat

pendidikan secara statistik berpengaruh positif terhadap penggunaan metode

(50)

kontrasepsi, namun berpengaruh negatif terhadap jumlah anak yang dilahirkan.

Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap akses dan status wanita dalam meningkatkan prevalensi penggunaan kontrasepsi.

4. Agama

Aturan-aturan dalam masing-masing agama yang berkaitan dengan pemakaian kontrasepsi. Dalam Agama Islam tidak semua cara kontrasepsi yang dimasyarakatkan program KB dapat pakai oleh ummat Islam. Ada cara kontrasepsi yang dilarang yaitu IUD, vasektomi dan tubektomi. IUD dilarang karena cara pemasangannya harus dengan melihat aurat besar wanita sedang sterilisasi dilarang karena mematikan fungsi reproduksi dan dilakukan dengan cara merusak organ tubuh suami atau isteri.

Cara kontrasepsi yang diperbolehkan dalam Islam adalah: pil, suntik, kondom,

senggama terputus, salep, diaphragma dan pantang berkala (cara-cara tersebut masuk

katagori jenis kontrasepsi kurang efektif menurut BKKBN). Di kalangan non Islam

boleh dikatakan tidak ada larangan yang tegas dalam hal pemakaian jenis kontrasepsi

yang dimasyarakatkan oleh program KB, kecuali Katholik. Agama Khatolik pada

dasarnya hanya membolehkan pantang berkala berdasarkan Humanae vitae yang

dikeluarkan oleh Paus Paulus VI, tetapi dalam pelaksanaanya di Indonesia MAWI

memberikan kelonggaran, sehingga pemeluk Khatolik dapat memakai kontrasepsi

modern berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Alasan pertama ini

didukung pula oleh adanya bukti bahwa hubungan antara agama dengan pemakaian

jenis kontrasepsi tetap ada setelah dikontrol dengan variabel pendidikan isteri/suami,

status bekerja, umur dan media (BkkbN, 2012).

(51)

Berdasarkan hasil penelitian Permatasari, dkk (2013) tentang determinan penghentian penggunaan IUD di Indonesia menunjukkan bahwa agama tidak berhubungan dengan penghentian penggunaan. Selain itu, akseptor IUD yang beragama selain Islam cenderung untuk melanjutkan penggunaan kontrasepsinya daripada akseptor IUD yang beragama Islam. Hasil penelitian ini searah dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gustiana (2010) yang menyatakan bahwa tidak ada variasi yang terjadi dalam hal penghentian kontrasepsi karena adanya perbedaan agama. Umumnya hal ini dikarenakan program KB di Indonesia telah menyebar ke semua bagian negara dan diterima oleh semua kelompok agama yang ada di Indonesia. Pandangan agama terhadap program KB telah berubah, terutama bagi agama Islam bahwa mereka telah memahami program tersebut dengan baik dan mendukungnya dengan fatwafatwa dari para ulama yang sudah beredar luas dan diterima baik di kalangan umat Islam.

5. Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, pengetahuan dipengaruhi oleh factor pendidikan formal, pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan dimana pendidikan yang tinggi maka akan semakin luas pula pengetahuannya, akan tetapi bukan berarti orang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah (Wawan, 2011).

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Pengetahuan umumnya datang dari

pengalaman juga dapat diperoleh dari informasi yang disampaikan orang lain, didapat

(52)

dari buku, surat kabar, atau media massa, elektronik (Notoatmodjo, 2012). Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan pedoman dalam membentuk tindakan seseorang. Berdasarkan pengalaman dan penelitian, diperoleh bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan (Maulana, 2009).

Perilaku berubah karena adanya rangsangan dalam bentuk fisik, psikis dan sosial, yang dapat melibatkan banyak orang (kelompok atau masyarakat). Arah perubahan bergantung pada besarnya pengaruh kekuatan-kekuatan pendorong dan penahan yang berarti dapat positif atau negatif. Terbentuknya perilaku dapat terjadi karena proses kematangan dan yang paling besar pengaruhnya dari proses interaksi dari lingkungan. Seseorang mampu berperilaku positif tidak selalu didasarkan pada pengetahuan dan sikap yang positif (Maulana, 2009).

Berdasarkan hasil penelitian Utami, dkk (2011) di Kamar Rawat Pasca

bersalin RSUP DR. M. Djamil menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna

antara pengetahuan dengan unmet need KB pasca-salin IUD post-plasenta. Pada

umumnya, istri yang unmet need IUD post-plasenta belum mengenal IUD apalagi

IUD dapat dipasang langsung selama 10 menit setelah melahirkan. Sejalan dengan

penelitian Destyowati (2011) di Desa Harjobinangun Kecamatan Grabak Kabupaten

Purworejo yang menyatakan adanya hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang IUD

dengan minat pemakaian kontrasepsi IUD.

(53)

6. Sikap

Sikap adalah merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2012). Sikap adalah predisposisi untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku tertentu, sehingga sikap bukan hanya kondisi internal psikologis yang murni dari individu (purely physic inner state), tetapi sikap lebih merupakan proses kesadaran yang sifatnya individual.

Artinya proses ini terjadi secara subjektif dan unik pada diri setiap individu.

Keunikan ini dapat terjadi oleh adanya perbedaan individual yang berasal dari nilai- nilai dan norma yang ingin dipertahankan dan dikelola oleh individu (Wawan &

Dewi, 2010).

Menurut Thurstone yang dikutip Ahmadi (2007) menyatakan sikap sebagai kecenderungan yang bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan obyek psikologis. Obyek psikologis disini meliputi simbol, kata-kata, slogan, orang, lembaga, ide dan sebagainya. Orang dikatakan memiliki sikap positif terhadap suatu objek psikologis apabila ia suka atau memiliki sikap yang favorable, sebaliknya orang yang dikatakan memiliki sikap negatif terhadap obyek psikologi bila ia tidak suka atau sikap (unfavorable) terhadap obyek psikologis.

7. Persepsi

Menurut Setiadi dalam Syafrudin (2011) persepsi merupakan suatu proses

yang timbul akibat adanya aktivitas (pelayanan yang diterima) yang dapat dirasakan

oleh suatu obyek. Mengingat bahwa persepsi setiap orang terhadap suatu obyek

(pelayanan) berbeda-beda. Oleh karena itu persepsi memiliki sifat subjektif yang

Gambar

Gambar 2.1. Jenis-Jenis IUD
Gambar 2.2. Teori Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2012)  Sebagai contoh kesediaan ibu dalam pemasangan IUD pasca persalinan, akan  dipermudah jika ibu mengetahui keuntungan IUD
Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

a. Kendala dan solusi berkaitan dengan banyaknya runtutan kegiatan pembelajaran yang dirumuskan. Berkaitan dengan kendala ini, guru berpendapat bahwa adanya runtutan

Tidak ada penyedia yang meminta penjelasan terhadap dokumen pengadaan paket pekerjaan Pengadaan Makan Jaga Kawal (Ulp Non Organik/Jaga Fungsi) Polres Badung dan

Dalam penulisan ilmiah ini akan dibahas bagaimana membuat suatu Aplikasi persediaan barang dagang dengan menggunakan program Microsoft Visual Basic .NET 2005 dengan alasan program

RINCIAN KEGIATAN,BIAYA PENGADAAN DAN CARA PENGADAAN BARANG / JASA SATKER RUMKIT BHAYANGKARA DENPASAR.

Dalam penulisan ilmiah ini akan dibahas bagaimana membuat suatu Aplikasi persediaan barang dagang dengan menggunakan program Microsoft Visual Basic .NET 2005 dengan alasan program

B. Kebutuhan Pengadaan Barang / Jasa Satker Rumkit Bhayangkara Denpasar DIPA Tahun Anggaran 2014 sesuai dengan Rencana Kerja Tahun Anggaran 2014. Kebutuhan Pengadaan

Pengenalan internet merupakan salah satu cara memberikan informasi yang di tujukan untuk masyarakat khususnya anak-anak yang masih duduk di bangku TK dan SD untuk pengenalan

Berkembangnya teknologi dan kebutuhan akan informasi menyebabkan bertambah kompleksnya informasi yang harus bisa diolah, sehingga kebutuhan penggunaan beberapa jaringan komputer