• Tidak ada hasil yang ditemukan

KODE MODUL: BUS-207C. Penyusun: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KODE MODUL: BUS-207C. Penyusun: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Penyusun:

TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG

DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

2004

(3)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada Tim penulis Modul untuk Sekolah Menengah Kejuruan Bidang Keahlian Tata Busana dan Tata Kecantikan, sehingga dapat menyelesaikan berbagai modul tepat pada waktunya.

Tim penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa kerjasama yang baik antar anggota Tim penulis dan bantuan dari berbagai pihak, penulisan modul ini tidak dapat berjalan dengan lancar. Untuk itu, pada kesempatan ini, perkenankan tim Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada :

1. Direktur Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, yang telah memberikan berbagai dukungan demi kelancaran penulisan modul ini.

2. Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang dan, sebagai penanggung jawab yang telah memberikan bantuan demi kelancaran penulisan modul ini

3. Ketua Jurusan Teknologi Industri Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang, yang telah memberikan motivasi dan arahan dalam menulis modul ini.

4. Ketua Team, Konsultan ahli, dan para validator yang telah memberikan bantuan, arahan, serta masukan demi kelancaran penulisan modul ini.

5. Bapak pidekso Adi, dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang, yang telah membantu proses penyuntingan bahasa pada modul ini.

6. Kawan-kawan sejawat yang tidak mungkin disebutkan satu per satu, yang telah membantu memberikan kemudahan dalam rangka penulisan modul ini.

(4)

Bidang Keahlian Tata Busana ii Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan kekuatan, kasih, dan petunjuk atas bantuan Bapak, Ibu, dan Saudara semua.

Penulis menyadari bahwa dalam modul ini masih terdapat celah-celah atau ketidaksempurnaan, baik substansi maupun deskripsinya. Untuk itu, taggapan dan saran yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan. Harapan kami, semoga modul ini bermanfaat sebagaimana mestinya.

Penulis

(5)

PETA KEDUDUKAN MODUL TATA BUSANA

BUS 417B

BUS 417C

BUS 417D

BUS 417A 416CBUS

BUS 416B

BUS 416A

415ABUS

BUS 414A

313ABUS

313BBUS

BUS 313C

312ABUS

312BBUS

BUS 312C

311ABUS BUS

311B

207ABUS

207BBUS

207CBUS BUS

BUS 101A 101B

BUS 208A

BUS

208B BUS 208C

BUS 209A

BUS 209B

BUS 209C

BUS 210A BUS 210B BUS 210C BUS

415B

BUS 414B BUSR

418 M

BUS313

BUSE

205 BUSF

206

BUSG

207 BUSA

101 BUSB

102

BUSC

103

BUSD

104

BUSH

208

BUSI

209 BUSJ

210 BUSL

312

BUSK

311 BUSQ

417

BUSP

416

IV JURU GAMBAR

I PEMBANTU

PENJAHIT BUSO

415

BUSN

414

III PENJAHIT

MODISTE

II PENJAHIT

INDUSTRI

(6)

Bidang Keahlian Tata Busana iv KETERANGAN PETA KEDUDUKAN MODUL

TATA BUSANA

Mata Diklat : A. Memelihara Piranti Menjahit dan K3 Bidang Busana

No Kode Modul Judul Modul

1 BUS – 101A Pemeliharaan piranti menjahit dan K3 bidang busana 2 BUS - 101B Piranti menjahit

Mata Diklat : B. Menjahit Bagian Busana Sesuai Dengan Prosedur Menjahit

No Kode Modul Judul Modul

3 BUS - 102 Teknik Jahit Bagian-bagian Busana

Mata Diklat : C. Memberi Tanda Untuk Jahit dan Setrika

No Kode Modul Judul Modul

4 BUS – 103 Tanda-tanda Jahit dan Penyeterikaan

Mata Diklat : D. Melaksanakan Pengepakan Pakaian Dalam Kemasan dan Siap Kirim

No Kode Modul Judul Modul

5 BUS – 104 Teknik Pengemasan dan Pelabelan

Mata Diklat : E. Melakukan Proses Dan Pelaksanaan Penyeterikaan Dan Pressing

No Kode Modul Judul Modul

6 BUS - 205 Teknik Setrika dan Pressing

(7)

Mata Diklat : F. Melaksanakan Pekerjaan Pengikatan Dan Penomoran Potongan Busana

No Kode Modul Judul Modul

7 BUS - 206 Teknik Pengikatan dan Penomoran Potongan Busana Mata Diklat : G. Melaksanakan Pekerjaan Marker

No Kode Modul Judul Modul

8 BUS – 207A Teknik marker

9 BUS – 207B Teknik merancang bahan

10 BUS – 207C Petunjuk praktis pekerjaan marker Mata Diklat : H. Membuat Sampel Sesuai Desain

No Kode Modul Judul Modul

11 BUS – 208A Teknik pembuatan sampel (busana wanita) 12 BUS – 208B Teknik pembuatan sampel (busana pria) 13 BUS – 208C Teknik pembuatan sampel (busana anak)

Mata Diklat : I. Melaksanakan Pekerjaan Bagian Produksi

No Kode Modul Judul Modul

14 BUS – 209A Teknik Cutting, Sewing, dan Finishing (busana anak) 15 BUS – 209B Teknik Cutting, Sewing, dan Finishing (busana

wanita)

16 BUS – 209C Teknik Cutting, Sewing, dan Finishing (busana pria) Mata Diklat : J. Melakukan Pekerjaan Bordir

No Kode Modul Judul Modul

17 BUS – 210A Teknik bordir

18 BUS – 210B Teknik bordir lanjut pada busana 19 BUS – 210C Variasi bordir

(8)

Bidang Keahlian Tata Busana vi Mata Diklat : K. Melakukan Pekerjaan Sablon/Printing

No Kode Modul Judul Modul

20 BUS – 311A Dasar-dasar printing

21 BUS – 311B Pengembangan printing design

Mata Diklat : L. Membuat Pola Busana Sesuai Konstruksi Dan Model

No Kode Modul Judul Modul

22 BUS – 312A Konstruksi pola busana pria 23 BUS – 312B Konstruksi pola busana wanita 24 BUS – 312C Konstruksi pola busana anak

Mata Diklat : M. Membuat Pakaian Dengan Teknik Madya

No Kode Modul Judul Modul

25 BUS – 313A Prinsip dasar pembuatan busana Madya 26 BUS – 313B Garniture

27 BUS – 313C Teknik penyelesaian busana madya

Mata Diklat : N. Berkomunikasi Dan Melaksanakan Pelayanan Prima

No Kode Modul Judul Modul

28 BUS – 414A Teknik komunikasi 29 BUS – 414B Prinsip pelayanan prima

Mata Diklat : O. Membuat Pakaian Dengan Teknik Tailoring

No Kode Modul Judul Modul

30 BUS – 415A Prinsip dasar pembuatan busana tailoring 31 BUS – 415B Teknik penyelesaian busana tailoring

Mata Diklat : P. Membuat Desain Busana Dan Desain Hiasan

No Kode Modul Judul Modul

32 BUS – 416A Menggambar proporsi tubuh manusia 33 BUS – 416B Dasar-dasar desain hiasan busana

34 BUS – 416C Dasar-dasar desain hiasan lenan rumah tangga

(9)

Mata Diklat : Q. Membuat Hiasan Dan Penerapannya Pada Busana Dan Lenan Rumah Tangga

No Kode Modul Judul Modul

35 BUS – 417A Pola hiasan lenan rumah tangga 36 BUS – 417B Pola hiasan busana

37 BUS – 417C Teknik menghias lenan rumah tangga 38 BUS – 417D Teknik menghias busana

Mata Diklat : R. Melakukan Draping Pakaian

No Kode Modul Judul Modul

39 BUS – 418 Prinsip dan teknik draping busana

(10)

Bidang Keahlian Tata Busana viii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...

PETA KEDUDUKAN MODUL ...

KETERANGAN PETA KEDUDUKAN MODUL ...

DAFTAR ISI ...

PERISTILAHAN/GLOSARY ...

BAB I: PENDAHULUAN

A. Deskripsi ...

B. Prasyarat ...

C. Petunjuk Penggunaan Modul ...

D. Tujuan Akhir ...

E. Kompetensi ...

F. Cek Kemampuan ...

BAB II: PEMELAJARAN

A. Rencana Belajar Peserta Didik ...

B. Kegiatan Belajar ...

1. Kegiatan Belajar I: Pengetahuan Dasar Merancang Bahan

a. Tujuan Kegiatan Pemelajaran 1 ...

b. Uraian Materi 1: Tanda-tanda Pola ...

c. Uraian Materi 2: Arah Serat Kain ... ...

d. Uraian Materi 3: Motif Bahan ...

e. Uraian Materi 4: Model Pakaian ...

f. Uraian Materi 5: Menyiapkan Bahan...

g. Rangkuman 1 ...

h. Tugas 1...

i. Tes Formatif 1...

j. Kunci Jawaban ...

Halaman

i iii iv viii 1

2 2 2 4 5 5

7 8 8

8 8 10 11 12 13 18 18 19 21

(11)

2. Kegiatan Belajar 2: Teknik Dasar Merancang Bahan...

a. Tujuan Kegiatan Pemelajaran 2 ...

b. Uraian Materi 1: Merancang Bahan ...

c. Uraian Materi 2: Merancang Harga ...

d. Rangkuman 2 ...

e. Tugas 2...

f. Tes Formatif 2...

g. Kunci Jawaban 2 ...

3. Kegiatan Belajar 3: Merancang Bahan Pada Bahan Bermotif...

a. Tujuan Kegiatan Pemelajaran 3 ...

b. Uraian Materi : Merancang Bahan Pada Bahan Bermotif .. ...

c. Rangkuman 3 ...

d. Tugas 3...

e. Tes Formatif 3...

f. Kunci Jawaban 3 ...

BAB III: EVALUASI ...

DAFTAR RUJUKAN ...

22 22 22 36 38 39 39 43

44 44

44 54 54 54 62 64 76

(12)

Bidang Keahlian Tata Busana 1 PERISTILAHAN/GLOSSARY

Kampuh : Lebar guntingan atau jarak menggunting dari garis pola bagian pinggiran kain yang merupakan tempat untuk menggabung kain yang satu dengan kain yang lain.

Kelim : Penyelesaian tepi kain untuk menghilangkan bagian yang bertiras

Kumai : Kain serong yang dibuat untuk melapisi pinggiran kerah dan sebagainya guna menutupi tiras

Lungsin : Benang yang membujur lurus sepanjang kain dalam blok Marker : Teknik merancang bahan skala besar/industri

Pakan : Benang yang melintang pada lungsin

Pias : Garis hias atau sambungan berupa lajur yang disambung dari atas sampai ke bawah.

Rompok : Kain serong untuk membalut kain, seperti pada garis leher, ujung lengan, ataupun tempat lain

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Deskripsi

Modul dengan judul Merancang Bahan ini, merupakan salah satu modul penunjang dan merupakan bagian dari teknik marker. Tujuan diajarkannya modul ini, agar peserta diklat memiliki wawasan dan keterampilan yang memadai untuk melakukan pekerjaan marker dan membuat perencanaan bahan dalam pembuatan pakaian. Agar tujuan pemelajaran ini dapat tercapai, ada beberapa materi yang harus dikuasai dengan baik oleh peserta diklat melalui modul ini. Materi tersebut meliputi: (1) tAnda-tAnda pola, (2) arah serat bahan, (3) menyiapkan bahan, dan (4) cara merancang bahan untuk berbagai model pakaian, serta (5) cara merancang bahan dengan menggunakan bahan berbagai motif.

B. Prasyarat

Untuk mempelajari modul ini, peserta diklat harus sudah menguasai pengetahuan dan keterampilan tentang pola dasar dan pecah pola serta modul Teknik Marker BUS-207A.

C. Petunjuk Penggunaan Modul 1. Petunjuk Peserta Diklat

a. Langkah-langkah belajar yang harus ditempuh dalam mempelajari modul ini adalah sebagai berikut.

1) Pelajari materi dengan membaca secara seksama hingga benar-benar memahami dan mengerti materi yang telah dibaca. TAndai/catat bagian kata atau kalimat yang belum dimengerti atau dipahami.

2) Jika ada yang kurang jelas atau mengalami kesulitan dalam mempelajari isi modul, silahkan menghubungi guru pengajar teknik marker.

(14)

Bidang Keahlian Tata Busana 3 3) Lakukan kegiatan praktek secara sistematis menurut langkah-langkah belajar yang ditulis dalam modul ini. Agar benar-benar terampil dalam melakukan pekerjaan merancang bahan, Anda perlu melakukan latihan secara berulang-ulang dengan mencoba merancang bahan dengan berbagai model pakaian dan berbagai motif bahan, sampai benar-benar merasa terampil.

b. Perlengkapan yang perlu dipersiapkan:

1) Bahan-bahan a) kertas payung

b) kertas dorslag warna merah / biru c) lem kertas

d) jarum pentul 2) Peralatan praktek

a) alat tulis

b) pensil jahit ( pensil merah/biru) c) gunting kertas

d) penggaris e) penggaris skala

2. Peran Guru/Instruktur

Guru/instruktur mempunyai kewajiban untuk

a). menginformasikan langkah-langkah belajar yang harus dilakukan oleh peserta diklat agar terampil dalam membuat rancangan bahan.

b). memberikan penjelasan kepada peserta diklat bagian-bagian dari modul yang belum dapat dipahami oleh peserta diklat

c). mendemonstrasikan langkah-langkah yang dipersyaratkan dalam kegiatan belajar.

d). membimbing peserta diklat untuk melaksanakan praktikum perencanaan bahan.

(15)

e). melakukan evaluasi secara komprehensif melalui proses dan produk belajar yang dicapai peserta diklat, meliputi: ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

D. Tujuan Akhir

Setelah mempelajari modul ini diharapkan peserta diklat mampu:

1. menjelaskan tAnda-tAnda pola untuk membuat perencanaan bahan.

2. menentukan arah serat yang benar dalam membuat perencanaan bahan sesuai model yang telah ditentukan.

3. membuat perencanaan bahan sehemat mungkin dengan tetap memperhatikan arah serat dan motif bahan

4. membuat perencanaan bahan dengan berbagai model pakaian.

5. membuat perencanaan bahan dengan berbagai motif bahan.

Waktu yang digunakan untuk menyelesaikan modul ini adalah 40 jam dengan rincian:

a. Teori = 8 jam b. Praktik= 32 jam

E. Kompetensi

Kode dan Kompetensi : BUS 207B, melaksanakan pekerjaan marker Sub. Kompetensi:

1. Menyiapkan alat untuk pekerjaan marker, 2. Melakukan grading pola sesuai order, 3. Menyesuaikan pola dengan jumlah order, 4. Meletakkan pola di atas kertas marker, 5. Menghitung kebutuhan bahan.

Kriteria unjuk kerja:

1. Alat-alat pekerjaan marker dapat dipersiapkan sesuai kebutuhan, 2. Grading pola dapat dikerjakan sesuai order

(16)

Bidang Keahlian Tata Busana 5 3. Pola dapat disesuaikan sesuai jumlah order

4. Pola dapat diletakkan di atas kertas marker sesuai perencanaan 5. Kebutuhan bahan dapat dihitung sesuai marker

Ruang lingkup kompetensi:

1. Pengetahuan alat marker 2. Grading pola

3. Perencanaan Pola 4. Rancangan Marker

5. Perencanaan bahan baku dan bahan penunjang

F. Cek Kemampuan

No Aspek yang dinilai Belum Sudah

1.

2.

Pengetahuan:

- membaca tAnda-tAnda pola pada pola pakaian

- mengaplikasikan tAnda-tAnda pola pada pembuatan rancangan bahan

- prinsip merancang bahan meliputi membaca model, memperhatikan motif bahan, arah serat bahan

- cara meletakkan pola pada bahan sesuai serat bahan

Sikap:

- Kecermatan dalam menyiapkan bahan - Kecermatan dalam menghitung order

- Ketelatenan dalam memperkirakan letak pola pada bahan

- Kerapian dalam meletakkan dan

(17)

3.

menempelkan pola

- Ketepatan dalam memilih alat-alat - Hemat dalam menggunakan bahan

Psikomotor:

- Keterampilan menyiapkan alat dan bahan - Keterampilan meletakkan pola pada bahan - Keterampilan dalam meprediksi kebutuhan

bahan sehemat mungkin

- Kecepatan dalam membuat perencanaan bahan

Catatan pembimbing

1. ...

2. ...

3. ...

Kesimpulan :

...

...

...

...

(18)

Bidang Keahlian Tata Busana 7 BAB II

PEMELAJARAN

A. Rencana Belajar Peserta Diklat

Kompetensi : Melaksanakan pekerjaan marker Sub. Kompetensi :

1. Menyiapkan alat untuk pekerjaan marker 2. Melakukan grading pola sesuai order 3. Menyesuaikan pola dengan jumlah order 4. Meletakkan pola di atas kertas marker 5. Menghitung kebutuhan bahan.

Jenis kegiatan Tanggal Waktu Tempat belajar

Alasan Perubahan

Tanda tangan guru Pengetahuan dasar

merancang bahan Menyiapkan alat untuk mebuat rancangan bahan Teknik dasar merancang bahan

Merancang bahan pada bahan bermotif

Merancang harga untuk suatu model pakaian

(19)

B. Kegiatan Belajar

1. Kegiatan Belajar 1: Pengetahuan Dasar Merancang Bahan

a. Tujuan Kegiatan Pemelajaran 1

Setelah mengikuti kegiatan belajar tanda-tanda pola peserta diklat mampu:

1) menjelaskan apa yang dimaksud dengan tanda-tanda pola;

2) menyebutkan minimal 6 tanda-tanda pola yang dipergunakan dalam membuat rancangan bahan;

3) menjelaskan 2 arah serat benang yang terdapat pada bahan pakaian;

4) menjelaskan arah serat benang yang benar dalam membuat pakaian atau dalam meletakkan pola;

5) menjelaskan pentingnya memperhatikan motif bahan dalam merancang bahan dan membuat pakaian;

6) menjelaskan pentingnya memperhatikan model pakaian dalam merancang bahan dan membuat pakaian;

7) menjelaskan persiapan bahan yang harus dilakukan sebelum meletakkan pola pada bahan.

b. Uraian Materi:

1) Tanda-Tanda Pola

Merancang bahan adalah menghitung berapa banyak bahan yang diperlukan untuk membuat suatu model pakaian. Salah satu cara untuk mengetahui jumlah bahan yang diperlukan dalam pembuatan suatu model pakaian, adalah dengan meletakkan pola-pola kecil pada bahan yang dibuat pada skala atau perbandingan yang sama antara pola dan bahannya.

Sebelum kita mempelajari benar-benar tentang bagaimana merancang bahan yang sesungguhnya, maka sebaiknya kita pelajari terlebih dahulu pengetahuan dasar yang harus dikuasai atau diketahui dalam membuat suatu rancangan bahan, diantaranya adalah: (a) tanda-tanda pola, (b) arah serat bahan, , (c) motif bahan, dan (d) model pakaian.

(20)

Bidang Keahlian Tata Busana 9 Tanda-tanda pola adalah tanda yang terdapat pada pola. Beberapa tanda yang biasanya terdapat pada pola pada proses peletakan pola untuk pembuatan suatu rancangan bahan adalah sebagai berikut.

No. Tanda/kode Keterangan dan arti

penjelasannya

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

ÙÙÙÙÙÙÙÙÙÙÙÙ

Arah panah

Menunjukkan arah benang panjang kain.

Pola yang bertanda panah ini harus diletakkan menurut panjang kain.

Garis zig-zag

Menunjukkan kerutan

Pada tempat yang bertanda ini harus dikerut

Garis kembar (paralel)

Garis batas pemotongan atau pemisahan

Setrip, setrip

Garis tanda lipatan, untuk dirangkap jadi satu

Setrip, titik

Menunjukkan garis tanda lipatan, namun tidak untuk dirangkap jadi satu

Menunjukkan lipit

Pada tempat yang bertanda ini harus dilipit

Garis serong-serong

Tanda bagian yang harus terbuat dari kain serong

Garis setengan lingkaran

Tanda bagian yang harus dirapatkan menjadi satu

(21)

Garis hitam tipis

Garis pola dasar asli, atau tanda garis pengguntingan

Garis hitam tebal

Garis pola dasar yang telah diubah (garis yang telah jadi model)

2) Arah Serat kain

Pada bahan pakaian terdapat dua arah serat benang yang saling berlawanan, yaitu serat benang yang memanjang dan arah serat bahan yang melebar. Arah bahan pakaian yang memanjang disebut benang lungsin yang memanjang sejajar. Arah serat bahan yang melebar disebut benang pakan.

Tenunan dan benang pakan adalah tegak lurus pada benang lungsin dan melintang dari tepi tenunan yang satu ke tepi tenunan yang lain.

Gambar 2.1. gambar arah serat benang

Benang lungsin dibuat lebih kuat daripada benang pakan, karena benang lungsin direntangkan pada alat tenun dan mengalami sentakan dan tarikan ketika bahan ditenun, sedangkan benang pakan hanya sebagai pengisi saja. Jadi pada saat membuat pakaian dan membuat rancangan bahan atau pada saat meletakkan pola pada bahan, arah panjang badan sebaiknya mengikuti arah lungsin bahan. Hal tersebut perlu diperhatikan karena ketepatan arah serat bahan diperlukan sebagai tambahan kekuatan ketika bahan pakaian sudah menjadi pakaian. Sebagai contoh, ketika kita

Arah benang lungsin

Arah benang pakan

(22)

Bidang Keahlian Tata Busana 11 duduk ataupun membungkuk dan melakukan gerakan-gerakan lainnya memerlukan kelenturan bahan pakaian sehingga memberi kenyamanan ketika melakukan gerakan. Berdasarkan pengamatan dan pengalaman, jatuhnya pakaian pada badan juga akan lebih baik. Bentuk pakaian pun tidak berubah (meregang) setelah pakaian dipakai, dicuci dan diseterika. Untuk model-model tertentu yang memerlukan kelenturan tertentu (seperti draperi) atau untuk bagian-bagian tertentu seperti bagian dalam kerah, lapisan untuk belahan, pembuatan kumai serong dan rompok, diperlukan peletakan bahan dengan arah serong, daripada ke arah lebar bahan (mengikuti arah pakan).

Hal ini disebabkan dibutuhkan keregangan yang lebih tinggi untuk mengikuti bentuk pakaian yang diharapkan.

3) Motif bahan

Berbicara mengenai motif bahan, terlebih dahulu harus diketahui bahwa bahan pakaian ada yang tidak bermotif (bahan polos) dan bahan yang bermotif. Motif bahan di antaranya adalah berkotak, bergaris, berbintik kecil atau besar (polkadot), berbunga, bergambar binatang, motif abstrak, motif batik, dan banyak lagi perkembangan motif bahan lain yang makin variatif.

Motif bahan juga perlu diperhatikan dalam proses merancang bahan. Hal ini berkaitan dengan cara peletakan atau penataan pola pada bahan, untuk bahan yang tidak bermotif, tidak akan banyak mengalami kesulitan dalam meletakkan pola. Demikian pula dengan motif serak, maupun motif abstrak. Hal tersebut disebabkan untuk bahan polos, motif serak atau abstrak merupakan motif yang tidak beraturan. Dengan

Gambar 2.2.a. Kemeja motif batik

(23)

demikian dalam meletakkan pola dapat diletakkan secara berlawanan arah, dan

tidak perlu memperhatikan pertemuan motif pada garis-garis sambungannya. Sedangkan untuk bahan bermotif dengan motif searah, berkotak, bergaris ataupun motif istimewa (misalnya pada motif batik), kita harus memperhatikan peletakan polanya. Karena untuk motif-motif yang demikian, harus diperhatikan benar pertemuan motif pada tiap bagian sambungan pakaiannya. Misalnya pada garis tengah muka atau tengah belakang, pertemuan sisi badan, dan pertemuan antara motif pada badan dan sakunya.

Contoh 1: Misalnya saja untuk kemeja dengan bahan berkotak (lihat gambar 2.2.b), kita harus memperhatikan jatuhnya motif pada pertemuan-pertemuan bagian yang lain.

Bagian-bagian itu meliputi: antara tengah muka sebelah kanan dan kiri, antara sisi muka dan belakang, pemasangan saku, dan lain sebagainya. Demikian pula pada motif istimewa (contoh 2 gambar 2.2.a), kita harus memperhatikan benar pertemuan antar motifnya sehingga pada bagian permukaan muka dan belakang, dan pada garis sambungan suatu pakaian hendaknya motifnya tidak terputus.

Uraian lebih lanjut tentang motif bahan ini akan dibahas pada saat kita mempelajari cara meletakkan pola pada bahan.

4) Model Pakaian

Model pakaian juga termasuk hal yang harus diperhatikan dalam merancang bahan, karena sebelum pakaian dibuat harus ditetapkan modelnya terlebih dahulu. Setelah model dipilih, pola dasar diubah sesuai Gambar 2.2.b Kemeja motif

berkotak

(24)

Bidang Keahlian Tata Busana 13 dengan model yang dikehendaki. Pola yang sudah diubah inilah yang nantinya akan diletakkan pada bahan. Dengan model pakaian ini dapat ditentukan di bagian mana letak belahan, lapisan apa saja yang dibutuhkan, serta detail-detail atau aksen-aksen lain yang terdapat pada suatu model pakaian. Dengan demikian, dapat diketahui apakah bahan harus dibentangkan atau dilipat, jika berkaitan dengan model pakaian simetris atau asimetris. Untuk model pakaian simetris bahan pakaian dapat dilipat dua memanjang, karena model pakaian kiri dan kanannya sama.

Untuk model asimetris, meletakkan bahannya harus dibentangkan karena model pakaian kanan dan kirinya tidak sama. Contoh model pakaian simetris dan asimetris dapat dilihat gambar 2.3. Dengan mengetahui model pakaian, dapat diketahui pula bagian pola yang mana yang harus diletakkan pada lipatan kain, bagian pola yang mana yang harus diletakkan serong, dan lain sebagainya, yang nantinya akan kita pelajari secara lebih mendalam lagi pada contoh-contoh peletakan pola.

Gambar 2.3.a. contoh model pakaian simetris

Gambar 2.3.b contoh model asimetris

(25)

5) Menyiapkan bahan

Setelah mengetahui empat hal yang harus diperhatikan dalam membuat rancangan bahan, maka pengetahuan selanjutnya yang harus dikuasai sebelum kita melaksanakan merancang bahan adalah meletakkan pola pada bahan yang sesungguhnya. Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan dalam meletakkan pola pada bahan, di antaranya adalah:

meluruskan benang pada ujung bahan, meluruskan tenunan bahan, penyusutan bahan, dan melicinkan tenunan, serta memeriksa cacat kain.

a) Meluruskan benang pada ujung bahan

Semua bahan yang ditenun dapat diluruskan ujungnya. Ada dua macam cara dalam meluruskan benang, yaitu dengan cara menyobek bahan dan menggunting bahan. Berbagai jenis bahan yang berasal dari kapas yang ditenun rapat seperti: blaco, kain sprei, popelin, berkolin.

Bahkan beberapa bahan ada yang tidak berasal dari kapas, seperti:

chiffon, krep soset, yang dapat diluruskan dengan cara menyobek.

Adapun cara yang dapat dilakukan adalah dengan menggunting sedikit pada tepi kain, kemudian menyobeknya sampai ke tenunan yang lain.

Dalam melakukan penyobekan harus dilakukan langsung dan cepat, karena jika menarik sobekan terlalu lambat, akan menyebabkan tepi sobekan berkerut dan tidak rata, dan apabila menyobeknya berhenti di tengah jalan, sobekan dapat berubah arah ke arah benang lungsin. Untuk bahan-bahan yang mulur seperti triko, dan bahan tenunan renggang, seperti: vitrase dan brokat tule, tidak dapat diluruskan dengan cara menyobek. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan cara menarik sehelai benang pakan dari tepi ke tepi kemudian digunting. Cara yang ke dua ini memerlukan waktu lebih lama, tetapi hasilnya lebih baik.

Untuk meluruskan ujung bahan yang bermotif, seperti motif kotak- kotak, bergaris, berbunga, berbintik, atau motif-motif lain yang teratur, terkadang tidak dapat mengikuti arah benangnya. Yang penting adalah mengikuti arah motif bahan agar hasil jadi pakaian lebih sedap

(26)

Bidang Keahlian Tata Busana 15

Gambar 2.6 Meluruskan bahan dengan dipandang mata walaupun nantinya akan membuat perancang bahan sedikit sulit untuk memotong bahannya. Setelah ujung bahan diluruskan menurut arah benang maupun menurut motif bahan, kemudian bahan dilipat dua memanjang menurut lungsin di tengah-tengah tenunan dan dibentangkan di atas meja atau tempat yang datar. Ada dua hal yang akan terjadi, yaitu tepi-tepi tenunan bertumpukan rata dan benang pakan juga bertumpukan rata. Hal ini dapat dilihat pada gambar 2.4, keadaan inilah yang kita harapkan. Hal lain yang juga dapat terjadi ialah tepi tenunan bertumpukan rata, tetapi arah benang pakan tidak rata. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.5.

b) Meluruskan Tenunan Bahan

Cara meluruskan tenunan sangat bergantung pada jenis bahan

Gambar 2.4 tepi tenunan bertumpukan rata

Gambar 2.5 tepi tenunan bertumpukan rata arah benang tidak rata

(27)

tekstilnya. Untuk jenis-jenis bahan, seperti katun, sutera, lenan, wol, dan jenis bahan sintetis, meluruskannya dapat dilakukan dengan jalan menarik-narik kain menurut serong bahan (lihat gambar 2.6).

Dengan demikian, sudut-sudut bahan bertemu dan tepi-tepi memanjang maupun melebar dapat bertumpukan dengan rapi. Jika dengan cara tersebut tidak berhasil, dapat dilakukan cara lain dengan jalan merendam bahan dalam air. Sebelum di rendam, bahan dilipat dua memanjang di tengah-tengah tenunan hingga kedua tepi tenunan bertumpukan dan sudut-sudutnya bertemu. Jelujurlah kedua lapis bahan tersebut pada tepi-tepi memanjang dan melebarnya. Lipatan bahan yang telah dijelujur tersebut kemudian dilipat-lipat renggang. Setelah itu, dicelup dan direndamkan ke dalam air secara perlahan-lahan (gambar 2.7) . Biarkan sejenak, kemudian angkat bahan dan bentangkan di atas meja, lalu tarik perlahan ke arah serong sampai letak tenunan menjadi lurus dan bahan tidak bergelombang. Keringkan bahan dengan cara diangin- anginkan pada tali jemuran. Pada saat mengeringkan bahan, hindari alat pengering listrik atau seterika listrik karena akan merusak bahan.

Gambar 2.7 Meluruskan bahan dengan pelipatan dan perendaman air

bahan

(28)

Bidang Keahlian Tata Busana 17 c) Penyusutan Bahan

Untuk mendapatkan hasil pakaian yang benar-benar memuaskan, penyusutan bahan juga merupakan hal yang harus diperhatikan.

Penyusutan bahan harus diperiksa sebelum meletakkan bahan. Caranya adalah dengan mengetahui apakah bahan tersebut dibuat tahan susut.

Pada bahan-bahan tertentu yang telah melalui proses penyusutan, pada ujung bahan akan tercantum tAnda bahwa bahan tahan susut.

Kenyataannya, pada saat membeli bahan, kita tidak mengetahui apakah bahan tersebut telah mengalami penyusutan atau tidak. Cara sederhana untuk menyusutkan bahan yang belum mengalami proses penyusutan dapat dilakukan melalui perendaman bahan, seperti pada proses meluruskan tenunan. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindarai penyusutan bahan setelah bahan dijahit menjadi pakaian terutama untuk bahan yang terbuat dari kapas atau bahan katun, sehingga tidak mengakibatkan pakaian tidak sesuai dengan ukuran yang dikehendaki.

Untuk mengetes bahan tersebut susut atau tidak, dapat dilakukan dengan cara sederhana, potonglah bahan dengan ukuran 15 X 15cm, kemudian cuci/rendam bahan tersebut, lalu dikeringkan dan diseterika. Apabila setelah proses tersebut ukuran bahan tersebut tetap, berarti bahan tersebut tidak susut. Sebaliknya, apabila ukurannya mengecil maka berarti bahan tersebut mengalami penyusutan sehingga perlu dilakukan perendaman terhadap seluruh bahan.

d) Melicinkan tenunan.

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam mempersiapkan bahan adalah melicinkan permukaan bahan/tenunan. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan menyeterika bahan dari bagian buruk kain dengan arah memanjang atau mengikuti arah lungsin bahan. Hal ini berfungsi untuk menghilangkan kerut dan lipatan yang terdapat pada bahan akibat dari penyimpanan bahan yang kurang baik. Jika bahan sulit diratakan, dapat

(29)

dibantu dengan cara membasahi permukaan bahan kemudian seterika sampai licin agar mendapatkan hasil bahan yang benar-benar rata.

e) Memeriksa cacat kain

Pada bahan pakaian terkadang terdapat cacat kain yang harus kita hindari dalam pembuatan pakaian. Dengan demikian, kita harus menghindari peletakan pola pada kain yang cacat. Cacat yang terdapat pada bahan pakaian, di antaranya adalah warna yang tidak rata, motif yang rusak, kerusakan serat bahan. Apabila pada saat akan meletakkan pola diketahui ada bagian kain yang rusak, maka pada bagian tersebut tidak boleh diberi pola (harus dilewati) agar ketika sudah menjadi pakaian atau menjadi benda jadi yang lain, bagian kain yang cacat tersebut tidak ikut terjahit.

c. Rangkuman 1

Yang dimaksud dengan merancang bahan adalah menghitung banyaknya bahan dalam membuat pakaian. Pekerjaan merancang bahan ini perlu dilakukan agar di dalam membuat suatu model pakaian dapat mempergunakan bahan dengan sehemat mungkin (ekonomis). Hal itu dapat dilakukan dengan cara menata pola dengan baik sehingga pemakaian kain dapat seminimal mungkin dengan tetap memperhatikan arah serat kain. Dengan membuat rancangan bahan, maka diharapkan tidak sampai terjadi membeli bahan secara berlebih atau kurang,

Di dalam merancang bahan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu tanda-tanda yang terdapat di dalam pola, arah serat bahan, motif bahan, dan model pakaian. Keempat hal tersebut apabila diperhatikan dan dicermati dengan baik, pasti akan menghasilkan rancangan bahan yang baik.

Meskipun di dalam merancang ini kita masih menggunakan pola-pola kecil dan kertas payung sebagai pengganti, tetapi pengetahuan tentang perlakuan terhadap bahan sebelum meletakkan pola pun perlu dicermati untuk mendapatkan hasil yang maksimal, diantaranya adalah: meluruskan benang

(30)

Bidang Keahlian Tata Busana 19 pada ujung jahitan, meluruskan tenunan benang, penyusutan bahan, dan melicinkan tenunan, serta memeriksa cacat kain.

d. Tugas 1

1) Amatilah dan pahami berbagai tanda-tanda pada pola dan penerapannya pada rancangan bahan atau peletakan pola dari buku-buku sumber yang ada di sekitar Anda.

2) Diskusikan dengan teman kelompok belajar Anda tentang kegiatan pengamatan Anda.

3) Apabila Anda mengalami kesulitan di dalam memahaminya, bertanyalah pada guru pembimbing Anda

e. Tes formatif 1

I. Pernyataan benar salah

Isilah pernyataan di bawah ini dengan memberi tanda silang (X) pada huruf B apabila pernyataan di bawah ini benar, dan S apabila pernyataannya salah.

1) B – S Arah benang lungsin adalah arah benang yang memanjang sejajar 2) B – S Benang pakan lebih kuat daripada benang lungsin

3) B – S Arah panah pada tanda-tanda pola menjadi arah lebar kain

4) B– S Pada merancang pahan, pola model pakaian asimetris dapat diletakkan dengan cara kain dilipat dua memanjang

5) B – S Peletakan pola pada bahan motif serak, semua pola harus diletakkan searah dengan motif bahan.

II. Pilihan Berganda

Pilihlah salah satu pilihan jawaban dari setiap butir pertanyaan di bawah ini yang saudara anggap paling tepat

Pelajarilah bab tentang pengetahuan dasar merancang bahan ini dengan seksama, setelah Anda merasa menguasai bab ini, cobalah kerjakan lembar tugas dan latihan di bawah ini.!

(31)

1) Garis pada tanda-tanda pola menunjukkan:

a. Arah lebar kain c. Arah serong kain b. Arah panjang kain d. Arah pola

2) Arah serat benang yang dianjurkan dalam membuat pakaian adalah:

a. arah benang lungsin c. arah melebar b. arah benang pakan d. Arah horisontal

3) Berikut ini merupakan bagian dari menyiapkan bahan untuk pekerjaan merancang bahan, kecuali:

a. memeriksa cacat kain c. Penyusutan bahan b. meluruskan tenunan bahan d. Motif bahan

4) Motif bahan yang paling mudah digunakan untuk merancang bahan adalah:

a. motif serak c. Motif bergaris b. motif berkotak d. Motif istimewa

5) Berikut ini merupakan bagian yang harus diperhatikan dalam merancang bahan, kecuali:

a. arah serat bahan c. Lebar bahan b. model pakain d. Motif bahan

III. Soal jawaban uraian singkat

1) Apakah saudara ketahui tentang merancang bahan?

2) Dalam merancang bahan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, sebut dan jelaskan!

3) Dalam merancang bahan kita harus meletakkan pola sesuai dengan arah benang lungsinnya, mengapa demikian?

4) Adakah perbedaan fungsi meluruskan tenunan dan penyusutan bahan dalam persiapan merancang bahan.

5) Lakukan uji penyusutan bahan, dari bahan yang saudara miliki.

Analisislah hasil yang saudara peroleh.

(32)

Bidang Keahlian Tata Busana 21 Kerjakan lembar evaluasi tersebut dengan baik, dalam menjawab, Anda tidak dibenarkan untuk melihat kunci jawaban. Setelah selesai menjawab, kemudian cocokan dengan kunci jawaban pada lembar berikut ini. Apabila tingkat penguasaan materi Anda sudah mencapai 75-100% Anda boleh melanjutkan ke bab berikutnya.

Apabila taraf penguasaan materi Anda masih kurang dari 75%, Anda disarankan untuk mempelajari bab ini sampai Anda benar- benar memahaminya. Setelah itu, barulah saudara dapat mempelajari bab berikutnya. Konsultasikan hal ini pada guru pembimbing

f. Kunci Jawaban

I. 1) . b II. 1) b

1) s 2) d

2) s 3) a

3) s 4) a

4) b 5) c

III.

1) Merancang bahan adalah menghitung berapa banyaknya bahan untuk membuat suatu model pakaian.

2) Ada empat hal yang harus diperhatikan dalam merancang bahan, yaitu: 1) tAnda-tAnda pola diperlukan untuk mengetahui peletakan pola berdasar tAnda pola; 2) arah serat bahan, diperlukan untuk menentukan arah serat yang benar dalam peletakan pola sesuai model pakaian dan keperluannya; 3) Motif bahan, diperlukan untuk mengatahui apakah peletakan pola letaknya harus searah, bolak- balik, harus memperhatikan motif; dan 4) Model pakaian, hal ini berkaitan dengan pecah polanya, diperlukan untuk mengetahui apakah modelnya simetris atau asimetris, apakah memerlukan

(33)

kain arah serong, sehingga berdampak pada perlakuan bahan, apakah harus dilipat, dibeber, diletakkan arah lungsin, serong, dan sebagainya.

3) Dalam merancang bahan, pola harus diletakkan searah benang lungsinnya karena benang lungsin lebih kuat dari benang pakan, selain itu jatuhnya pakaian juga akan lebih baik daripada searah benang pakan.

4) Meluruskan tenunan berfungsi untuk mendapatkan bahan yang benar-benar lurus sesuai dengan arah serat bahannya, sedangkan penyusutan bahanberfungsi untuk membuat bahan yang akan dibuat pakaian menjadi tahan susut sehingga tidak terjadi pengurangan/pengecilan ukuran ketika hasil pakain jadi tersebut dicuci.

5) Apabila bahan hasil uji coba Anda mengecil, berarti bahan tersebut mengalami penyusutan, atau belum mengalami proses penyusutan; dan apabila bahan hasil uji coba Anda tetap/tidak mengalami perubahan ukuran, berarti bahan tersebut tahan susut atau telah melalui proses penyusutan.

(34)

Bidang Keahlian Tata Busana 23 2. Kegiatan Belajar 2: Teknik Dasar Merancang Bahan dan Harga

a. Tujuan kegiatan pemelajaran 2

Setelah mengikuti kegiatan pemelajaran, diharapkan peserta diklat mampu:

1) Menjelaskan 3 cara merancang bahan dengan benar

2) Merancang bahan dengan hitungan secara global dengan model dan ukuran yang telah ditentukan

3) Membuat rancangan bahan dengan menggunakan skala 1:4 dengan model yang telah ditentukan

4) Membuat rancangan harga untuk membuat suatu model pakaian

b. Uraian Materi : 1) Merancang Bahan

Merancang bahan merupakan salah satu urutan atau tertib kerja dalam membuat pakaian. Merancang bahan perlu diketahui agar dalam membuat pakaian dapat digunakan bahan seefisien atau sehemat mungkin, dengan tetap memperhatikan arah serat bahan dan model yang dikehendaki.

Merancang bahan adalah membuat rancangan/rencana mengenai bahan/kain yang akan dipergunakan untuk memproduksi suatu model pakaian. Dengan kata lain, merancang bahan adalah menghitung banyaknya bahan yang diperlukan dalam membuat suatu model pakaian. Cara yang dilakukan adalah dengan meletakkan pola yang telah diberi kampuh di atas bahan dan diatur sehingga menghasilkan pemakaian bahan yang sehemat mungkin. Ada tiga cara yang dapat dilakukan dalam merancang bahan, yaitu: (1) merancang bahan secara global, (2) merancang bahan dengan mempergunakan pola-pola kecil, dan (3) merancang bahan secara marker.

Perbedaan ketiga teknik merancang bahan akan dibahas dalam uraian sebagai berikut.

(35)

a) Merancang bahan secara global.

Merancang bahan secara global adalah menghitung banyak bahan yang diperlukan untuk membuat suatu model pakaian berdasarkan penghitungan ukuran panjangnya pakaian yang akan dibuat (mis: blus, paun, rok, celana panjang kemeja) ditambah panjang lengan (lengan panjang atau pendek, jika pakaian yang akan dibuat menggunakan lengan), serta kampuh yang dibutuhkan. Pekerjaan merancang bahan secara global dapat dilakukan oleh orang yang sudah berpengalaman di dalam membuat pakaian ataupun pemula yang sedang belajar membuat pakaian. Akan tetapi, berdasarkan pengalaman yang berbeda tersebut, hasil yang diperoleh dari penghitungan bahan rancangan globalnya akan ada sedikit perbedaan. Dalam arti, hasil penghitungan orang yang sudah berpengalaman akan menghasilkan rancangan bahan yang lebih sedikit/lebih hemat dibanding seorang pemula. Hal tersebut terjadi karena pada orang yang sudah punya keahlian menjahit sudah biasa menata pola sehingga dapat memperkirakan dengan tepat. Pada pemula penghitungannya benar-benar hanya berdasar ukuran panjang kain dan panjang lengan. Selain itu, orang yang sudah terampil menjahit, selain ukuran panjang pakaian dan lengan, dia juga mempunyai tambahan pertimbangan dalam merancang. Pertimbangan itu meliputi postur tubuh seseorang (seperti: gemuk, kurus, panggul besar, dan lain sebagainya), motif bahan, model bahan, dan lain sebagainya.

Terkadang, apabila Anda akan belajar membuat pakaian dengan mempergunakan pola cetak yang terdapat pada majalah mode, majalah wanita ataupun tabloid, pada pola cetak tersebut sudah dicantumkan banyaknya bahan yang diperlukan . Hal itu dimaksudkan agar pembuatannya sesuai dengan model dan ukuran stAndar yang ditentukan. Dengan demikian, Anda tidak perlu lagi menghitung kebutuhan bahannya.

Apabila Anda akan membuat pakaian sendiri dan membeli bahan sesuai dengan yang Anda butuhkan, sebaiknya Anda membuat rancangan

(36)

Bidang Keahlian Tata Busana 25 bahan. Dengan demikian pada saat pembelian bahan tidak terjadi kesalahan. Apabila Anda belum mempunyai pengetahuan cara membuat pola dasar dan pecah pola, maka Anda dapat merencanakan penghitungan bahan yang dilakukan secara global.

Berikut ini akan diberikan contoh bagaimana menghitung bahan secara global. Pada umumnya, lebar bahan yang terdapat di pasaran yaitu, 90cm, 100cm, 110cm, 115cm, 120cm, atau 150cm, yang semuanya dapat dipergunakan untuk membuat pakaian. Permasalahannya adalah berapa panjang kain yang diperlukan. Untuk itulah kita perlu membuat suatu rancangan bahan.

Contoh 1 : Merancang bahan untuk sebuah blus berlengan panjang.

Untuk membuat sebuah blus lengan panjang diperlukan bahan dengan lebar 90 cm sampai 110 cm. Perhitungan bahan yang diperlukan sebagai berikut: diperlukan dua kali panjang blus yang dikehendaki, satu kali panjang lengan yang dikehendaki, ditambah kelebihan kelim dan kampuh. Misalnya, panjang blus 56 cm, ditambah 2 cm untuk kampuh dan 4 cm untuk kelim dikalikan dua ditambah satu kali panjang lengan (54cm) ditambah 2 cm untuk kampuh dan 4 cm untuk kelim. Jadi jumlah bahan yang diperlukan adalah 124 cm + 6 cm dan 54 cm + 6 cm = 190 cm atau 1,9m.

Contoh 2 : Merancang bahan celana panjang

Untuk membuat celana panjang, diperlukan bahan dengan lebar yang sesuai dengan lebar yang dikehendaki, yaitu sekitar 115, atau bahan celana dengan lebar 150cm.

Untuk kain dengan lebar bahan 115 cm, diperlukan dua kali panjang celana ditambah kampuh 1,5 cm dan kelim 4 cm. Jadi seAndainya panjang celana 102 cm, maka diperlukan panjang kain dua kali panjang celana ditambah kampuh dan kelim, yaitu 215 cm atau 2,15 m. Tetapi apabila memakai bahan dengan lebar 115 cm hanya diperlukan satu kali panjang celana ditambah kelim dan kampuh, yaitu 107,5 cm atau 1,1 m.

(37)

Pada pembuatan rancangan bahan secara global, kita harus memperhitungkan model pakaiannya dan motif kain. Jika penghitungannya hanya dibuat secara global/kasar, terkadang hasilnya kurang memuaskan. Dengan demikian dapat terjadi kekurangan atau kelebihan bahan karena kurang teliti dalam memperhitungkan kebutuhan bahan. Kekurangtelitian ini di antaranya adalah karena kurang memperhatikan motif bahan, postur tubuh orang, atau kurang memperhitungkan bahan-bahan pelapis atau penunjang lain yang dipergunakan untuk membuat model pakaian. Agar dapat membuat rancangan bahan secara, tepat maka langkah yang dapat dilakukan adalah dengan membuat rancangan bahan dengan membuat pola-pola kecil. Hal itu dilakukan dengan cara berikut ini.

b) Merancang bahan dengan menggunakan pola-pola kecil

Merancang bahan menggunakan pola kecil merupakan tahapan dan tertib kerja yang harus dilalui dalam membuat pakaian, terlebih bagi peserta didik yang masih belajar. Merancang bahan menggunakan pola- pola kecil adalah membuat rancangan bahan berdasarkan pola yang sudah diubah sesuai model dengan menggunakan skala kecil. Pola kecil adalah pola besar/pola pakaian sesungguhnya yang dibuat dengan skala kecil.

Pada umumnya skala yang dipergunakan adalah skala 1:4, skala 1:6, dan skala 1:8.

Selain untuk mengetahui bahan yang dipergunakan dalam membuat pakaian, rancangan bahan ini sangat membantu dalam meletakkan pola pada proses pemotongan. Pembuatan pola-pola kecil dapat menghasilkan pemakaian bahan sehemat mungkin dengan tetap memperhatikan kaidah pemakaian bahan dan arah serat kain yang benar.

Langkah awal yang ditempuh sebelum membuat perencanaan adalah:

(1) Mengubah pola dasar menjadi pola yang sesuai dengan model yang dikehendaki atau telah ditentukan.

(38)

Bidang Keahlian Tata Busana 27 (2) Membuat semua pola-pola bagian busana termasuk lapisan-lapisan

yang diperluan sesuai model pakaiannya.

(3) Mengutip tiap-tiap bagian pola tersebut menggunakan kertas dorslag (4) Menggunting tiap-tiap bagian pola yang telah dikutip di kertas

dorslag

(5) Mempersiapkan kertas payung (yang dianggap sebagai fragmen bahan) dengan lebar sesuai dengan ukuran lebar bahan yang dibutuhkan (misalnya 90 cm, 110 cm, atau 150 cm dengan menggunakan skala ukuran yang sama dengan yang dipakai untuk membuat pola.) yang ukurannya sesuai dengan panjang kertas payungnya. Hal itu disebabkan belum diketahui kebutuhan panjang kain yang diperlukan Kertas t dilipat dua memanjang apabila model pakaian yang akan dibuat simetris, atau dibentangkan secara keseluruhan/ sebagian jika model pakaiannya asimetris.

(6) Atur/tatalah guntingan pola-pola yang telah dipersiapkan, di atas bahan/kertas payung tersebut dengan tepat sehingga menghasilkan pemakaian bahan yang sesedikit mungkin. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menata pola, di antaranya adalah:

· tempelkan pola-pola yang besar terlebih dahulu, baru kemudian pola-pola yang lebih kecil;

· letakkan pola sesuai dengan arah serat kain yang benar;

· atur pola dengan teliti, perhatikan mana yang harus diletakkan pada lipatan kain, pada tepi kain, dan sebagainya; dan

· perhatikan tambahan kampuh dan kelim yang diperlukan untuk tiap bagian pola

(7) Apabila telah menemukan susunan/letak pola yang baik, tempelkan tiap-tiap pola sesuai tempatnya dengan cara memberi lem pada tiap- tiap ujung pola sehingga pola tertempel dengan baik dan rapi.

Ada kemungkinan Anda tidak merancang bahan dengan pola-pola kecil ini (seperti pada pekerjaan marker). Kalau itu yang Anda lakukan, maka dapat langsung menggunakan pola dengan ukuran

(39)

sebenarnya. Namun pedoman atau petunjuk merancang bahan dengan pola-pola kecil ini tetap perlu untuk dijadikan pegangan dalam membuat rancangan bahannya. Hal tersebut perlu dimengerti karena dasar teori rancangan bahannya sama, hanya penerapannya yang berbeda. Dengan menggunakan pola-pola kecil, kita dapat menghitung banyaknya bahan yang diperlukan, sedangkan apabila dengan menggunakan pola besar langsung, kita dapat mempergunakan bahan yang ada sehemat mungkin.

Berikut ini akan diberikan satu contoh merancang bahan dengan mempergunakan pola-pola kecil, yang akan dibuat dalam ukuran skala kecil. Untuk membuat rancangan bahan, apabila modelnya simetris, maka dalam merancang bahan, bahan tersebut dapat dilipat menjadi dua sesuai arah lungsin atau panjang kain. Rancangan bahan yang panjang kainnya dilipat dua dapat dilihat pada contoh 1, gambar rancangan bahan 2.8c yang dibuat berdasarkan model pada gambar 2.8a; dan contoh 2 pada gambar rancangan bahan 2.9b.

Untuk model asimetris, kain harus dibentangkan selebar kain. Hal ini dapat dilihat pada contoh 3 gambar 2.10c yang rancangan bahannya dibuat berdasarkan model blus asimetris pada gambar 2.10a. Ada pula yang membuat rancangan bahan yan bahannya hanya dilipat sebagian. Berbagai kondisi pelipatan kain ini akan makin Anda pahami apabila Anda banyak berlatih membuat rancangan bahan dengan berbagai model pakaian, dengan berbagai lebar kain, serta berbagai motif bahan.

(40)

Bidang Keahlian Tata Busana 29 Contoh 1: Merancang bahan blus

Perhatikan gambar model dibawah ini:

Keterangan Model:

- badan longgar - lengan panjang - kerah rebah

- pias di dada dan berkerut - berikat pinggang

- panjang blus sampai panggul

Gambar 2.8a

gambar 2.8b ini adalah ubahan gambar pola dasar berdasarkan model blus pada gambar 2.8a.

Gambar 2.8b Pola yang sudah diubah arti tanda:

: dirapatkan menjadi satu kain : bagian yang harus dipotong : kain dilipat selebar lapisan

(41)

Cara Merancang bahan, Keterangan:

BG = ikat pinggang, lebar 4cm, panjang 10 cm lebih panjang dari ukuran

BD = bagian depan/muka badan K = kerah

DA = Dada atas

M = manset lengan, dengan lebar jadi 2 cm

BB = badan bagian belakang ditambah 2cm untuk kancing, dan ditambah 4 cm untuk lapisan

Berdasar pola yang sudah diubah tersebut, masing-masing bagian pola dikutip, untuk kemudian diatur/ditata pada bahan sampai mendapatkan hasil yang maksimal. Hasilnya seperti yang terlihat pada gambar 2.8c berikut ini.

(42)

Bidang Keahlian Tata Busana 31 Gambar 2.8c gambar rancangan bahan blus

Banyaknya bahan yang diperlukan untuk membuat blus di atas adalah:

a – a = 55 cm X 2 = 110 cm = lebar bahan a – b = = panjang bahan.

Jika kita perhatikan gambar 2.8c, lebar bahan yang dipergunakan adalah 110 cm, tetapi peletakanya dilipat dua karena model blusnya simetris. Perhatikan pula letak pola badan bagian belakang yang diletakkan pada lipatan kain. Tampak bahwa model bagian tengah belakangnya tidak ada belahan. Belahan pakaian terletak di bagian muka sehingga pola muka diletakkan pada tepi kain

(43)

dengan memberi kelebihan untuk lidah kancing dan lapisannya sekaligus. Selanjutnya, batas garis potongan boleh saling bersinggungan. Hal tersebut memang harus diupayakan agar dalam merancang bahan dengan menggunakan pola-pola kecil ini benar- benar mendapatkan susunan rancangan yang sehemat mungkin.

Dengan demikian, sebelum mendapatkan hasil yang paling maksimal, pola jangan ditempel menggunakan lem terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk menghindari bongkar pasang pola yang menyebabkan pola-pola tersebut kotor ataupun sobek.

Contoh 2 : Merancang bahan celana panjang

Berikut ini akan diberikan contoh cara merancang bahan dengan cara memben-tangkan seluruh kain (kain tidak dilipat dua memanjang) Perhatikanlah gambar model celana dan gambar 2.9a, yaitu gambar pola yang sudah diubah, dan cara meletakkan pola pada bahan berikut ini.

Gambar 2.9a pola celana panjang

(44)

Bidang Keahlian Tata Busana 33 Gambar 2.9b gambar rancangan bahan celana

Bahan yang dipakai untuk rancangan bahan celana panjang pada gambar 2.9b tersebut menggunakan lebar bahan 150 cm yang dilipat dua memanjang, dengan panjang kain 105cm. Pada saat meletakkan pola celana ini yang harus diingat adalah garis tengah celana harus terletak sejajar dengan arah panjang serat kain agar jatuhnya garis lipatan celana bagus dan nyaman dipakai. Untuk merancang bahan celana dengan lebar kain 150cm, dapat pula hanya dengan menghitung panjang celana dan tambahan untuk kelim dan kampuh.

Demikian pula untuk membuat rok dengan lebar bahan 150 cm, cukup dengan menghitung panjang rok dan kelim serta kampuh yang diperlukan.

(45)

Contoh 3: Contoh model blus asimetris Perhatikan gambar model di bawah ini:

Model: - blus longgar langsing

- blus bagian kanan asimetris,

dengan kerah kelepak

- lengan pendek biasa

- bukaan kancing blus 3 buah

Gambar 2.10a gambar model blus asimetris

Gambar 2.10b gambar pecah pola blus asimetris

(46)

Bidang Keahlian Tata Busana 35 Cara Merancang bahan,

Gambar 2.10c gambar rancangan bahan blus asimetris

Banyaknya bahan yang diperlukan untuk membuat gaun di atas adalah:

a – a = 90 cm = lebar bahan a – b = 110cm = panjang bahan.

Untuk membuat rancangan bahan model blus asimetris, seperti pada gambar 2.10c, bahan tidak dilipat menjadi dua melainkan dibentangkan secara keseluruhan. Hal ini untuk menghindari kesalahan letak pola untuk pola sebelah kanan dan pola sebelah kiri.

(47)

c) Merancang bahan dengan teknik marker

Merancang bahan dengan teknik marker adalah merancang bahan yang akan digunakan untuk memproduksi pakaian dalam jumlah banyak (skala industri). Pada pekerjaan marker, biasanya satu model pakaian dibuat dalam beberapa ukuran sesuai dengan pesanan. Setelah itu, pola- pola dari berbagai ukuran tersebut diletakkan pada satu lembar kertas marker atau bahan dengan ukuran sebenarnya. Selanjutnya, diletakkan pada tumpukan kain yang terdiri beberapa lapis sekaligus, sesuai dengan jumlah pakaian yang akan diproduksi atau dipesan. Pada kesempatan ini pekerjaan marker tidak akan dibahas secara mendalam. Untuk mempelajarinya Anda dapat melihat modul BUS 207A tentang teknik marker.

Setelah mempelajari dan memperhatikan beberapa contoh merancang bahan, maka ada baiknya Anda mulai mencoba berlatih membuat beberapa rancangan bahan dengan beberapa model. Akan tetapi sebelum Anda mencoba sebaiknya Anda mencermati beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat merancang bahan, baik pada saat menggunakan pola kecil maupun pada saat Anda merancang bahan dengan pola dan bahan sesungguhnya. Beberapa hal tersebut adalah sebagai berikut:

(1) Untuk merancang bahan simetris, bahan dapat dirangkap (dilipat dua memanjanng) dengan bagian baik bahan diletakkan di sebelah dalam, sedangkan untuk model asimetris bahan harus dibentangkan.

(2) Bila mungkin, bentangkan bahan sepanjang yang dibutuhkan di atas meja. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari dan mencegah kemungkinan yang sering terjadi, misalnya garis hias tertukar arahnya atau bagian baik tertukar dengan bagian buruk.

(3) Perhatikan arah serat benang. Letakkan pola dengan tepar sehingga garis panah, atau garis yang menunjukkan bahwa garis itu harus terletak pada arah yang lurus, benar-benar terletak pada arah benang

(48)

Bidang Keahlian Tata Busana 37 lungsinnya. Cara meletakkan dengan benar, dapat dilihat pada contoh-contoh peletakan pola pada pembahasan sebelumnya.

(4) Perhatikan motif bahan, terutama untuk motif searah jangan sampai salah satu bagian terbalik motifnya, demikian pula dengan bahan polos searah (seperti bahan berkilau, berbulu dan koduray), karena jika diletakkan terbalik akan memberikan kesan yang berbeda. Untuk motif berbunga-bunga besar harus diatur letaknya agar bagian satu dengan yang lain dapat bertemu motifnya, terutama tengah muka ataupun bagian tengah belakang.

(5) Untuk bahan dengan motif bergaris, perlu pula diperhatikan garis- garisnya. Demikian pula untuk bahan berkotak. Sebaiknya, pada pola diberi tanda untuk memudahkan pada saat meletakkan pola pada bahan sesuai dengan garis atau kotaknya.

(6) Meletakkan pola pada bahan harus sehemat mungkin, tetapi tidak boleh melupakan segi keindahan dan arah benang.

(7) Tambahan untuk kampuh, pada umumnya 2 cm untuk kampuh, dan 4 cm atau 5cm untuk kelim.

2) Merancang Harga

Setelah kegiatan merancang bahan selesai, maka kegiatan berikutnya yang harus dilakukan adalah merancang harga. Merancang harga adalah menghitung semua biaya yang diperlukan untuk membuat suatu model pakaian tertentu. Selain bahan pokoknya, yaitu bahan pakaiannya, maka pemakaian bahan penunjang lain pun harus diketahui kebutuhannya. Bahan- bahan penunjang untuk membuat pakaian di antaranya adalah: benang, kancing, ruitsleting (tutup tarik), vuring, kain pelapis, benang obras (atau jasa obras), benang bordir (jasa bordir), bis band, renda, dan lain sebagainya, disesuaikan dengan model pakaian yang akan dibuat.

Tujuan merancang harga adalah untuk mengetahui biaya produksi pakaian yang akan dibuat. Dengan mengetahui rancangan harganya atau biaya produksinya akan bermanfaat pada saat Anda mau membuat suatu

(49)

usaha jasa pakaian. Dari rancangan bahan tersebut dapat ditentukan biaya jasa, keuntungan yang akan diperoleh, biaya penyusutan alat, dan biaya- biaya tak terduga lainnnya.

Berikut ini akan diberikan contoh sederhana dalam membuat rancangan bahan dan harga. Adapun yang harus dihitung dan dilakukan adalah:

a) Mengetahui panjang kain.

Panjang kain dihitung berdasarkan hasil rancangan bahan yang telah dibuat dan sesuaikan pula dengan lebar kainnya. Selanjutnya tentukan nama bahannya. Hal ini penting, karena perbedaan jenis bahan akan membedakan harganya.

b) Mengetahui kebutuhan bahan penunjang

Keperluan bahan penunjang harus dirinci sesuai kebutuhan dalam menyelesaikan suatu model pakaian, misalnya: benang jahit, benang jelujur, kancing hias, ruitsleting, renda, atau hiasam lainnya beserta ukuran dan harganya.

c) Menghitung jasa lainnya

Kebutuhan jasa lainnya adalah seperti biaya obras, biaya membordir, biaya neci/bis, ataupun biaya-biaya lain yang tidak dapat dilakukan sendiri.

d) Menjumlahkan semua kebutuhan bahan pokok dan bahan penunjang Berdasarkan penjumlahan dari kebutuhan bahan pokok dan bahan penunjang inilah dapat diketahui biaya produksi dalam membuat pakaian secara keseluruhan.

Contoh merancang harga Blus Bahan : Katun Jepang Lebar bahan : 115 cm (1,15m)

Panjang bahan : 1,75m (sesuai rancangan bahan yang dibuat sebelumnya)

(50)

Bidang Keahlian Tata Busana 39 Keperluan:

1,75m bahan katun jepang a Rp. 16.000,00. = Rp. 28.000,00.

1 benang jahit astra a Rp. 400,00. = Rp. 400,00.

1 benang jelujur a Rp. 150,00. = Rp. 150,00.

1 buah ruitsleting jepang 40cm a Rp. 4.000,00. = Rp. 4.000,00.

1 buah kancing kait a.Rp. 50,00. = Rp. 50,00.

jasa obras warna a Rp. 1.000,00, = Rp. 1.000,00.

Jumlah = Rp. 33.600,00.

Jadi untuk membuat model blus dengan panjang bahan 1,75 dan bahan katun, serta sesuai model yang telah ditentukan, keseluruhannya menghabiskan biaya Rp. 33.600,00.

Ada satu hal lagi yang harus diketahui adalah bahwa biaya produksi membuat satu pakaian harganya akan jauh lebih mahal dibandingkan memproduksi pakaian dalam jumlah banyak (massal). Hal tersebut dapat terjadi, karena untuk pembelian bahan baku maupun bahan penunjang dalam jumlah banyak akan mempunyai harga yang berbeda.

Demikian pula pada pemakaian benang, misalnya untuk membuat satu pakaian, minimal kita harus membeli dua benang yaitu benang jelujur dan benang jahitnya. Masing-masing benang tersebut akan terpakai sedikit. Jika kita memproduksi banyak, maka biaya benangnya tentunya tidak sama, dalam arti membuat satu pakaian harus membeli dua benang, tetapi dalam produksi massal, dua benang dapat dipakai untuk 20 blus misalnya. Demikianlah gambaran penghematan biaya dalam memproduksi massal, belum lagi dari penghematan harga. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka tidaklah mengherankan apabila ada pakaian (blus misalnya) yang harganya hanya Rp. 12.000,00. dengan model yang manis, bahan yang cukup bagus, dan jahitan yang cukup rapi pula.

(51)

c. Rangkuman

Dalam pembuatan rancangan bahan ada tiga sistem yang dapat dipergunakan, yaitu: merancang bahan secara global, merancang bahan menggunakan pola-pola kecil, dan merancang bahan dengan teknik marker.

Yang dimaksud dengan merancang bahan secara globlal adalah menghitung banyak bahan hanya dengan cara menghitung banyaknya bahan berdasar ukuran panjang pakain (blua, gaun, celana, rok) maupun panjang lengan (pendek, panjang). Sedangkan yang dimaksud merancang bahan menggunakan pola-pola kecil adalah membuat rancangan bahan berdasarkan pola yang sudah diubah sesuai model dengan skala kecil. Adapun merancang bahan dengan teknik marker adalah merancang bahan yang akan digunakan untuk memproduksi pakaian dalam jumlah yang banyak. Merancang harga adalah menghitung semua biaya yang diperlukan untuk membuat suatu model pakaian tertentu, yang bertujuan untuk mengetahui biaya produksi pembuatan suatu model pakaian tertentu.

Pelajarilah kegiatan belajar 2 ini dengan seksama, setelah Anda uraian menguasai materi dengan baik, kerjakan lembar tugas dan latihan berikut ini.

d. Tugas 2

1) Amatilah dan pahami dan cara merancang bahan dari buku-buku sumber yang ada di sekitar Anda

2) Diskusikan dengan teman kelompok belajar Anda tentang kegiatan pengamatan Anda.

3) Mengapa memproduksi pakaian dalam jumlah yang banyak (massal) Jauh lebih murah biaya produksinya dibanding satuan? Diskusikanlah hal ini dengan teman Anda?

(52)

Bidang Keahlian Tata Busana 41 4) Apabila Anda mengalami kesulitan di dalam memahaminya, bertanyalah

pada guru pembimbing Anda

e. Tes formatif 2

I. Pernyataan benar salah

Isilah pernyataan di bawah ini dengan memberi tanda silang (X) pada huruf B apabila pernyataan di bawah ini benar, dan S apabila pernyataan salah.

1) B – S Merancang bahan menggunakan pola-pola kecil biasa dilakukan oleh orang yang sudah berpengalaman menjahit

2) B – S Merancang bahan dilakukan agart menghasilkan penghitungan bahan sehemat mungkin tanpa memperhatikan arah serat kain 3) B – S Hasil merancang bahan menggunakan pola-pola kecil akan lebih

maksimal hasilnya daripada merancang bahan secara global

4) B – S Teknik merancang bahan menggunakan pola-pola kecil dan merancang bahan menggunakan teknik marker hampir sama prinsipnya, hanya ukuran dan jumlah polanya yang berbeda

5) B – S Cara yang paling sederhana dalam menghitung/merancang bahan adalahmerancang bahan secara global.

II. Pilihan Berganda

Pilihlah salah satu pilihan jawaban dari setiap butir pertanyaan di bawah ini yang saudara anggap paling tepat

1) Tujuan merancang bahan adalah agar mendapatkan pemakaian bahan yang:

a. sesuai pola c. Sesuai pemakaian b. sehemat mungkin d. Sesuai model pakaian

2) Hasil penghitungan bahan untuk pembuatan pakaian yang kurang teliti adalah merancang bahan menggunakan tenik:

a. marker c. Merancang dengan pola besar b. pola-pola kecil d. Merancang secara global

(53)

3) Bahan yang dipergunakan untuk membuat blus dengan panjang blus 60 cm, panjang lengan 24 cm dengan lebar bahan 90 cm, bahan yang diperlukan adalah:

a. 192 cm atau 2 m c. 182 cm atau 1,9 m b. 202 cm atau 2,1 m d. 162 cm atau 1,7 m

4) Berikut ini merupakan langkah di dalam merancang bahan kecuali:

a. mengubah pola dasar sesuai model pakaian b. membuat pola-pola lapisan

c. mengatur pola di atas bahan/kertas d. menggunting bahan

5) Berikut ini merupakan tujuan merancang bahan dan harga, kecuali:

a. menghitung panjang kain b. menghitung bahan penunjang c. menghitung lebar kain

d. menghitung jasa-jasa lain, seperti obras, neci, dan lain-lain

III. Soal jawaban uraian singkat

1) Ada berapa cara membuat rancangan bahan untuk membuat pakaian?

2) Apa kelebihan dan kekurangan dalam merancang bahan secara global dan menggunakan pola-pola kecil?

3) Buatlah rancangan bahan untuk model pakaian dengan pola yang sudah diubah seperti pada gambar dibawah ini dengan bahan polos

a. model a menggunakan lebar bahan 115cm, b. model b menggunakan lebar bahan 150cm,

masing-masing mempergunakan skala 1:6 seperti pada pola yang telah tertera di bawah ini (gambar soal 3a.)

(54)

Bidang Keahlian Tata Busana 43 Gambar soal 3a.

(55)

Gambar soal latihan 3b

(56)

Bidang Keahlian Tata Busana 45 Kerjakan lembar evaluasi tersebut dengan baik, kemudian cocokan dengan kunci jawaban pada lembar di belakang modul ini. Apabila tingkat penguasaan materi Anda sudah mencapai 75-100% Anda boleh melanjutkan ke bab berikutnya. Apabila taraf penguasaan materi Anda masih kurang dari 75%, Anda disarankan untuk mempelajari bab ini sampai Anda benar-benar memahaminya. Setelah itu, barulah saudara mempelajari bab berikutnya.

f. Kunci jawaban kegiatan belajar 2

I. 1) s II. 1) b

1) s 2) d

3) b 3) d

4) b 4) d

5) b 5) c

III.

1) Ada tiga cara dalam merancang bahan, yaitu merancang bahan secara global dan merancang bahan menggunakan pola-pola kecil, merancang bahan dengan teknik marker

2) Kelebihan atau kekurangan merancang bahan secara global dan menggunakan pola kecil, adalah pada merancang bahan secara global lebih mudah dilakukan, lebih cepat waktunya tetapi hasilnya kurang maksimal.

Hanya baik dilakukan oleh orang yang sudah berpengalaman. Sedangkan pada merancang bahan menggunakan pola kecil waktu yang diperlukan lebih lama dan lebih rumit, tetapi hasilnya bisa sangat maksimal dalam pemakaian banyak. Sangat baik dilakukan oleh orang yang sedang belajar menjahit atau untuk produksi pakaian dalam jumlah banyak.

3) Apabila hasil jawaban latihan saudara sama atau hampir mendekati dengan jawaban di bawah ini dalam hal banyaknya bahan yang diperlukan dan dalam ketepatan peletakan polanya, dengan sisa kain yang minim berarti penguasaan Anda sudah sangat bagus.

(57)

3. Kegiatan belajar 3: Merancang Bahan Pada Bahan Bermotif

a. Tujuan Kegiatan Pemelajaran 3

Setelah menyelesaikan kegiatan belajar 3 ini diharapkan peserta didik mampu:

1) Membuat rancangan bahan menggunakan pola kecil pada motif searah sesuai dengan model yang telah ditentukan

2) Membuat rancangan bahan menggunakan pola kecil pada motif berkotak sesuai dengan model yang telah ditentukan

3) Membuat rancangan bahan menggunakan pola kecil pada motif bergaris sesuai dengan model yang telah ditentukan

4) Membuat rancangan bahan menggunakan pola kecil pada motif searah sesuai dengan model yang telah ditentukan

b. Uraian Materi

Pada kegiatan belajar sebelumnya telah disinggung bahwa merancang bahan untuk bahan bermotif sangat diperlukan kecermatan dan pengetahuan yang lebih dibanding dengan merancang bahan polos. Mengapa demikian?

Untuk lebih jelasnya marilah kita pelajari bersama-sama dengan seksama agar dalam merancang berbagai bahan nantinya tidak akan mengalami kesalahan, dan kesulitan sehingga mendapatkan hasil yang memuaskan.

Meskipun merancang bahan bermotif memerlukan ketelitian yang tinggi, tetapi masih ada pengecualian. Untuk bahan bermotif serak/bolak-balik atau motif abstrak, tidak mengalami perbedaan merancang bahan dengan bahan polos, karena dengan motif yang demikian, pola diletakkan secara berlawanan arah pun tidak akan menimbulkan masalah. Jika bahan tersebut sangat berkilau, kita harus memperhatikan arahnya karena meskipun secara arah tidak bermasalah, tetapi secara penampakan kilau pakaian akan menimbulkan perbedaan, dengan demikian jika pola akan diletakkan secara bolak-balik, paling tidak kita harus mempertimbangkan bagian muka yang harus searah

(58)

Bidang Keahlian Tata Busana 47 semua. Selanjutnya, bagian belakangnya dapat diletakkan secara berlawanan arah semua.

Untuk lebih jelasnya, berikut akan dipaparkan tentang bagaimana merancang bahan untuk motif-motif tertentu, yaitu: (a) merancang bahan motif searah, (b) merancang bahan motif berkotak, (c) merancang bahan motif bergaris, dan (d) merancang bahan arah istimewa. Dalam merancang bahan dengan motif-motif ini, biasanya kita memerlukan bahan yang lebih banyak daripada motif polos atau abstrak, karena pola tidak bisa kita letakkan secara bolak-balik.

1) Merancang bahan motif searah

Pada saat meletakkan pola pada bahan dengan motif searah, semua pola diletakkan searah dengan motif. Apabila tidak diletakkan searah semua, maka hasil jadi pakaiannya pun akan ada motif yang terbalik.

Gambar 2.11 Rancangan Bahan Motif Searah

Jika kita lihat gambar 2.11, dapat dilihat bahwa semua letak pola diletakkan secara satu arah. Bandingkan dengan gambar 2.8c, yang letak polanya boleh di bolak-balik. Hal tersebut disebabkan gambar 2.11 menggunakan bahan dengan motif searah, sedangkan gambar 2.8c

Gambar

Gambar 2.1. gambar arah serat benang
Gambar 2.2.a. Kemeja motif batik
Gambar 2.3.b contoh model asimetris
Gambar 2.6  Meluruskan bahan dengandipandang  mata   walaupun  nantinya  akan membuat perancang bahansedikit sulit untuk memotong bahannya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Alat yang dipersiapkan untuk penataan hair piece dan wig perlu disesuaikan dengan model sanggul yang akan dibuat. Persiapan alat dimaksudkan untuk memperlancar penataan. Alat

Waktu yang diperlukan untuk melakukan pengeringan rambut pada setiap klien tergantung dari jenis rambut, ketebalan rambut, panjang pendeknya rambut dan pilihan panas hair dryer

Untuk merias pengantin Solo basahan memerlukan persiapan yang matang. Hal tersebut antara lain, pemilihan bahan kosmetik yang sesuai dengan jenis kulit pengantin,

Rias pengantin barat pada dasarnya hampir sama dengan riasan pesta. Rias wajah pengantin Paes Ageng berbeda dengan rias wajah carak putri, perbedaan tersebut terletak pada

Uraian yang detail tentang diagnosa wajah sudah dibahas pada modul sebelumnya, yang merupakan modul prasyarat (Modul Merias Muka sehari-hari). Pada modul ini langsung dibahas

Warna bedak Rias Wajah Pengantin Eropa harus agak keputihan atau sawo matang. Pemberian eyeshadow tidak ada keharusan warna maupun bentuk. Jadi, kita bebas dalam memilih kosmetik

Modul rias wayang orang ini merupakan bagian dari kompetensi merias wajah panggung, yang terdapat pada level 2 program keahlian tata kecantikan kulit, kurikulum edisi 2004. Modul

Tugas tata rias ialah memberikan bantuan dengan cara memberikan dandanan atau perubahan-perubahan pada para pemain sehingga terbentuk dunia panggung dengan suasana yang mengena