• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prof. Dr. H. D. Budimansyah, M.Si.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Prof. Dr. H. D. Budimansyah, M.Si."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

FUNGSI DEWAN PENDIDIKAN DAN FUNGSI DEWAN PENDIDIKAN DAN

KOMITE SEKOLAH DALAM KOMITE SEKOLAH DALAM

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN FUNGSI DEWAN PENDIDIKAN DAN FUNGSI DEWAN PENDIDIKAN DAN

KOMITE SEKOLAH DALAM KOMITE SEKOLAH DALAM

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

Kementerian

Kementerian PendidikanPendidikan NasionalNasional 20

201212 Kementerian

Kementerian PendidikanPendidikan NasionalNasional 20

201212

Disampaikan pada Workshop Bantuan Sosial Komite Sekolah Angkatan II

Tanggal 12 Juni 2012

Oleh

Prof. Dr. H. D. Budimansyah, M.Si.

Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia

(2)

Masalah Pendidikan

Rendahnya mutu

Berbagai usaha telah dilakukan pemerintah, misalnya:

a. pengembangan kurikulum nasional dan lokal b. peningkatan kompetensi guru melalui

berbagai pelatihan, sertifikasi

c. pengadaan buku dan alat pelajaran

d. pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana pendidikan

e. peningkatan mutu manajemen sekolah.

2

(3)

Bagaimana hasilnya?

Berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang berarti.

Sebagian sekolah, telah menunjukkan adanya peningkatan mutu yang cukup signifikan.

Namun sebagian lainnya, seperti umumnya sekolah-sekolah di daerah pedesaan dan

terpencil, masih belum menunjukkan adanya

peningkatan.

(4)

Pertanyaan

Berdasarkan kenyataan demikian, maka berbagai pihak mempertanyakan apa yang

salah dalam penyelenggaraan pendidikan kita?

4

(5)

Faktor penyebab

Dari berbagai pengamatan dan analisis yang selama ini dilakukan, sedikitnya ada tiga faktor yang menyebabkan mutu pendidikan tidak

mengalami peningkatan secara merata

(6)

Tiga faktor penyebab

Pertama, penyelenggaraan pendidikan nasional yang menggunakan pendekatan education production function atau yang lebih dikenal dengan pendekatan input-output analysis tidak dilaksanakan secara konsekuen.

Pendekatan ini menganggap bahwa apabila input

pendidikan seperti pelatihan guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, dan perbaikan sarana serta prasarana pendidikan lainnya dipenuhi, maka mutu pendidikan (output) secara otomatis akan terjadi.

Dalam kenyataan, mutu pendidikan yang diharapkan tidak terjadi. Mengapa ? Karena selama ini dalam

menerapkan pendekatan education production function terlalu memusatkan pada input pendidikan dan kurang memperhatikan proses pendidikan.

6

(7)

Lanjutan....

Kedua, penyelenggaraan pendidikan nasional dilakukan secara birokratis-sentralistik sehingga menempatkan

sekolah sebagai penyelenggara pendidikan sangat

tergantung pada keputusan birokrasi yang mempunyai jalur yang sangat panjang dan kadang-kadang kebijakan yang dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi sekolah setempat.

Sekolah lebih merupakan subordinasi dari birokrasi di atasnya sehingga mereka kehilangan kemandirian, keluwesan, motivasi, kreativitas, dan inisiatif untuk

mengembangkan dan memajukan lembaganya termasuk peningkatan mutu pendidikan sebagai salah satu tujuan pendidikan nasional.

(8)

Lanjutan....

Ketiga, partisipasi warga sekolah, termasuk guru dan masyarakat, khususnya orang tua siswa dalam

penyelenggaraan pendidikan selama ini sangat minim

Partisipasi guru dalam pengambilan keputusan sering diabaikan, padahal terjadi atau tidaknya perubahan di sekolah sangat tergantung pada guru.

Bentuk pembaruan apapun jika guru tidak berubah, maka tidak akan terjadi perubahan di sekolah

8

(9)

Lanjutan....

Partisipasi masyarakat selama ini pada umumnya sebatas pada dukungan dana, sedangkan dukungan-

dukungan lain seperti pemikiran, moral, dan barang atau jasa kurang diperhatikan.

Akuntabilitas sekolah terhadap masyarakat juga lemah.

Sekolah tidak mempunyai beban untuk

mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan

pendidikan kepada masyarakat, khususnya orang tua siswa, sebagai salah satu unsur utama yang

berkepentingan dengan pendidikan (stakeholder).

(10)

- OTOKRATIK - SENTRALISTIK

- PEMISAHAN PERAN PEMERINTAH DAN MASYARAKAT

PERGESERAN PARADIGMA

DALAM SISTEM PEMERINTAHAN

BERDAMPAK PADA SISTEM PENDIDIKAN

- DEMOKRATIK - DESENTRALISTIK - PERAN

PEMERINTAH BERSAMA

MASYARAKAT

(11)

Desentralisasi Pendidikan

Dilaksanakan atas dasar pemikiran bahwa masyarakat di daerah merupakan fondasi yang kuat dalam

pengembangan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia.

Sisi moralnya adalah “bahwa masyarakat daerah-lah yang paling mengetahui permasalahan dan kebutuhan mereka sendiri” dan mereka itulah yang harus berperan lebih besar sebagai penentu kebijakan operasional,

penanggung jawab, serta pelaksana terdepan dari pengelolaan sistem pendidikan nasional.

(12)

Lanjutan....

Sesuai dengan konsep desentralisasi pendidikan, masyarakat dianggap sebagai pihak yang paling

menentukan terhadap pelaksanaan dan penyelenggaraan sistem pendidikan, khususnya sistem pendidikan dasar dan menengah di setiap daerah

Masyarakat adalah sumber inspirasi dan sasaran yang harus dicapai dari sistem pendidikan di daerah.

Masyarakat juga merupakan sumber dana bagi

penyelenggaraan pendidikan di setiap daerah, di luar biaya yang diperoleh dari sumber-sumber anggaran pemerintah.

Dengan demikian, masyarakat adalah stake-holder dari sistem pendidikan dasar dan menengah, atau pihak yang paling menentukan terhadap sistem dan proses

pendidikan.

12

(13)

Siapa masyarakat itu?

Masyarakat itu kenyataannya sangat kompleks dan tidak miliki batas yang jelas, sehingga sulit menentukan

masyarakat yang mana sebagai stake holder di bidang pendidikan.

Salah satu cara memfungsikan masyarakat sebagai stake-holder tersebut adalah dengan menggunakan prinsip perwakilan, yaitu memilih sejumlah kecil dari seluruh anggota masyarakat untuk melaksanakan fungsi-fungsi kontrol, pemberi masukan, pemberi dukungan, serta fungsi mediator antara masyarakat dengan lembaga-lembaga pendidikan.

Fungsi-fungsi tersebut dilakukan Dewan Pendidikan di tingkat nasional/propinsi/kabupaten/kota dan Komite

(14)

Fungsi DPKS

Menurut PP 17/2010, Pasal 192 Ayat (2) ditegaskan bahwa Dewan pendidikan berfungsi dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan dengan memberikan

pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota

Mengenai fungsi komite sekolah ditegaskan dalam Pasal 196 Ayat (1) bahwa Komite sekolah/madrasah berfungsi dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan

tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.

14

(15)

Siapa masyarakat itu?

Masyarakat itu kenyataannya sangat kompleks dan tidak miliki batas yang jelas, sehingga sulit menentukan

masyarakat yang mana sebagai stake holder di bidang pendidikan.

Salah satu cara memfungsikan masyarakat sebagai stake-holder tersebut adalah dengan menggunakan prinsip perwakilan, yaitu memilih sejumlah kecil dari seluruh anggota masyarakat untuk melaksanakan fungsi-fungsi kontrol, pemberi masukan, pemberi dukungan, serta fungsi mediator antara masyarakat dengan lembaga-lembaga pendidikan.

Fungsi-fungsi tersebut dilakukan Dewan Pendidikan di tingkat nasional/propinsi/kabupaten/kota dan Komite

(16)

MBS=Manajemen Berbasis Sekolah

MBS merupakan suatu pergeseran paradigma dalam pengelolaan pendidikan.

Sekolah-sekolah dikelola secara mikro dengan

sepenuhnya diperankan oleh kepala sekolah dan guru- guru sebagai pengelola dan pelaksana pendidikan pada setiap sekolah.

Sekolah tidak terpisahkan dari lingkungan masyarakatnya.

MBS bermaksud “mengembalikan” sekolah kepada pemiliknya yaitu masyarakat, yang diharapkan akan merasa bertanggungjawab kembali sepenuhnya

terhadap pendidikan yang diselenggarakan di sekolah- sekolah.

16

(17)

Lanjutan....

Sisi moralnya adalah bahwa hanya sekolah dan

masyarakatlah yang paling mengetahui berbagai persoalan pendidikan yang dapat menghambat peningkatan mutu

pendidikan.

Dengan demikian merekalah yang seharusnya menjadi

pelaku utama dalam membangun pendidikan yang bermutu dan relevan dengan kebutuhan masyarakatnya.

Hanya kepala sekolah yang paling mengetahui apakah guru bekerja baik, apakah buku-buku kurang, apakah

perpustakaan digunakan, apakah sarana pendidikan masih layak pakai, dan sebagainya.

Kepala sekolah dapat “berunding” dengan masyarakat untuk memecahkan berbagai persoalan pendidikan

bersama-sama termasuk mengatasi kekurangan sarana-

(18)

Lanjutan....

Di sisi lain, hanya guru-guru-lah yang paling memahami, mengapa prestasi belajar murid-muridnya menurun,

mengapa sebagian murid bolos atau putus sekolah, metoda mengajar apakah yang efektif, apakah

kurikulumnya dapat dilaksanakan, dan sebagainya.

Guru-guru bersama kepala sekolah dapat bekerjasama untuk memecahkan masalah-masalah yang menyangkut proses pembelajaran tersebut.

18

(19)

Lanjutan....

Dengan MBS, pemecahan masalah internal sekolah, baik yang menyangkut proses pembelajaran maupun

sumberdaya pendukungnya cukup dibicarakan di dalam sekolah dengan masyarakatnya, sehingga tidak perlu diangkat ke tingkat pemerintah daerah apalagi ke tingkat pusat yang “jauh panggang dari api” itu.

Tugas pemerintah (pusat dan daerah) adalah memberikan fasilitasi dan bantuan pada saat sekolah dan masyarakat menemui jalan buntu dalam suatu pemecahan masalah.

Fasilitasi ini mungkin berbentuk capacity building, bantuan teknis pembelajaran atau manajemen sekolah, subsidi

bantuan sumberdaya pendidikan, serta kurikulum nasional dan pengendalian mutu pendidikan baik tingkatan daerah maupun nasional.

(20)

Kesimpulan

Paradigma MBS beranggapan bahwa, satu-satunya jalan masuk yang terdekat menuju peningkatan mutu dan relevansi pendidikan adalah:

1. demokratisasi 2. partisipasi

3. akuntabilitas pendidikan

20

(21)

PARADIGMA LAMA PARADIGMA LAMA

SEKOLAH

MASYARAKAT

KELUARGA

Apa yang dilakukan orangtua,

masyarakakat untuk kita (sekolah)?

(22)

PARADIGMA TRANSISIONAL PARADIGMA TRANSISIONAL

SEKOLAH

MASYARAKAT

KELUARGA

Apa yang dilakukan

masyarakakat agar dapat membantu kita (sekolah) untuk membantu sekolah

(23)

PARADIGMA BARU PARADIGMA BARU

SEKOLAH

MASYARAKAT KELUARGA

Apa yang dapat kita kerjakan bersama- sama untuk mendidik semua peserta didik dengan baik?

(24)

Potensi SSN SSI

Tanggung jawab Satuan Pend.

Tanggung jawab pemerintah (Fasilitator) (Pusat, Prop, Kab/Kota)

Standar

Teknis SPM

Rintisan

Belum memenuhi Persyaratan

formal, sebagai

satuan pendidikan

Sumberdaya pendidikan terpenuhi, sprti:

Jml Guru, Buku, Sardik, Lab, Perpust. dsb.

Mutu sumber daya pendidikan diperhitungkan,

-Mutu Guru -Mgt efisien

-Pndayagunaan Sardik

Indikator

SUBSIDI

PEMBERDAYAAN

PENTAHAPAN DESENTRALISASI PADA SATUAN PENDIDIKAN

(25)

EMPAT TEKNIK UNTUK MENINGKATKAN UNTUK MENINGKATKAN

EFEKTIVITAS SEKOLAH EFEKTIVITAS SEKOLAH

(Kementerian Pendidikan Nasional)

(Kementerian Pendidikan Nasional)

(26)

• School Review (semua stake-holder bekerjasama

mengevaluasi dan menilai efektivitas sekolah)

(27)

Bechmarking (menetapkan target yg akan dicapai

pd periode tertentu)

(28)

• Quality assurance (proses penjaminan mutu)

(29)

• Quality control (sistem unt mendeteksi

penyimpangan)

(30)

Terima kasih

Referensi

Dokumen terkait

(1) Pemilihan perencana konstruksi dan atau pengawas konstruksi oleh pengguna jasa dengan cara pelelangan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1), berlaku untuk semua

Puji sinareng sukur kasanggakeun ka Gusti Allah SWT anu parantos maparin mangpirang-pirang ni’mat, rahmat, sareng kasempetan ka sim kuring tiasa ngarengsekeun

Kayu afrika banyak ditanam untuk sumber kayu bakar, daunnya digunakan untuk pakan ternak karena kandungan bahan keringnya mencapai 35% dan dapat dicerna dengan baik oleh

Pengembangan memperoleh hasil validasi oleh ahli materi diperoleh skor rata-rata 4,758 termasuk kategori sangat valid, hasil validasi oleh ahli media 4,5, hasil validasi oleh

Hasil uji aktivitas antibakteri dari kedua ekstrak tersebut menunjukkan bahwa ekstrak washbenzene hanya aktif terhadap bakteri S.. aureus ATCC 25923 sedangkan

Menghasilkan Pejantan dan Induk Unggul pada Sapi Peranakan Ongole di Kabupaten Kebumen Jawa Tengah (Anggota dari 4 Peneliti).. 2015 DIKTI (Penelitian Unggulan Perguruan

Metode ini digunakan untuk mengukur tegangan permukaan dan tegangan antarmuka dari suatu tetesan berdasarkan bentuk geometri atau ukuran dari suatu tetesan yang

Berdasarkan data hasil observasi perma- inan, menurut penilaian para ahli pembelajaran pendidikan jasmani, ahli olahraga bola basket dan guru bahwa model