• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara Ekspresi PD-L1 dan Gambaran Klinikopatologis pada Pasien dengan Tumor Epitel Timus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Hubungan antara Ekspresi PD-L1 dan Gambaran Klinikopatologis pada Pasien dengan Tumor Epitel Timus"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1 Journal Reading

Hubungan antara Ekspresi PD-L1 dan Gambaran Klinikopatologis pada Pasien dengan Tumor Epitel Timus

Oleh:

Kadek Agus Suhardinatha Pembimbing:

dr. I Made Gotra, Sp.PA

PROGRAM STUDI SPESIALIS PATOLOGI ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2018

(2)

2 Artikel Penelitian

Hubungan antara Ekspresi PD-L1 dan Gambaran Klinikopatologis pada Pasien dengan Tumor Epitel Timus

Diterjemahkan dari :

Correlation between the Expression of PD-L1 and Clinicopathological Features in Patients with Thymic Epithelial Tumors

Yanmei Chen,1 Yuping Zhang,2 Xiaoling Chai,1 Jianfang Gao,2 Guorong Chen ,3 Weifen Zhang ,4 and Yunxiang Zhang

BioMed Research International, 2018

Insiden tumor epitel timus (TETs) pada populasi di Cina lebih tinggi dibandingkan pada populasi di Amerika Utara. Pada pengobatan klinis, prognosis dari tumor jinak setelah dilakukan reseksi secara signifikan lebih baik dibandingkan dengan tumor ganas. Saat ini, indikator klinis yang digunakan dalam stadium TET adalah stadium Masaokadan kriteria patologi WHO (2015), namun, perbedaan antara tumor jinak dan ganas dan diagnosis belum diteliti lebih lanjut. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa ekspresi PD-L1 pada sel tumor berkorelasi dengan tingkat keganasan TET. Analisis kuantitatif dari ekspresi PD-L1 pada 70 kasus sampel tumor TET menunjukkan bahwa tingkat positif ekspresi PD-L1 pada timoma tipe A, AB, B1, dan B2(40 kasus) adalah 37,5%

(15/40), yang secara signifikan lebih rendah dari pada timoma tipe B3 dan karsinoma timus (76,67%, 30 kasus, 23/30) seperti yang ditunjukkan pada uji chi-square (ܲ<0,05).

Selain itu, dua metode dianalisis untuk mendeteksi secara kuantitatif ekspresiPD-L1.

Hasilnya dari estimasi ekspresi RNA transkripsional dan imunohistokimia protein kuantitatif konsisten (ݎ = 0,745). Selanjutnya, kami juga menganalisis tingkat ekspresi PD-L1 pada berbagai jenis TET dari database TCGA dan mengamati bahwa ekspresi PD-L1 yang lebih tinggi terjadi pada karsinoma timus daripada timoma. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa ekspresi PD-L1 pada sel TET berkorelasi dengan tingkat keganasan, sedangkan estimasi ekspresi PD-L1 bisa diterapkan secara potensial pada stadium klinis TETs.

(3)

3 1. Pendahuluan

Tumor epitelial timus (TETs) didefinisikan sebagai tumor yang berasal dari sel epitel timus atau berdiferensiasi menjadi epitel timus, termasuk timoma dan karsinoma timus.

Insiden timoma di Cina sekitar 3,93/1000000, dimana lebih tinggi daripada di populasi Amerika Utara (2,14/1000000). Diagnosis klinis dari tumor timus jinak maupun ganas secara primer dilakukan melalui stadium Masaoka dan sistem evaluasi patologi WHO (2015).Namun, beberapa tumor pada tahap awal, yang didasarkan pada sistem klasifikasi ini, masih menunjukkan bahwareseksi pembedahan adalah terapi utama untuk tumor tersebut. Namun, TETs tidak dapat disembuhkan secara radikal dengan reseksi bedah untuk timoma invasif, dan tumor ini sering kambuh setelah operasi dengan prognosis yang buruk. Saat ini, imunoterapi berdasarkan blokade dariprogrammed death-1 (PD-1) / programmed death ligand -1 (PD-L1) menunjukkan hasil yang memuaskan pada berbagai jenis tumor agresif. Selain itu, PD-L1 menghambat aktivasi T-sel dengan berikatan dengan reseptor PD-1 pada permukaan sel T sitotoksik, dimana beberapa tumor terhindar dari sistem kekebalan yang dimediasi melalui jalur PD-1 / PD-L1, yang telah divalidasi dalam percobaan model hewan. Jadi, tujuan mengobati tumor dapat dicapai dengan cara menghambatjalur PD-1 / PD-L1 untuk menginduksi apoptosis. Jalur PD-1 / PD-L1 telah dipelajari pada berbagai tumor, seperti melanoma, kanker ovarium, kanker usus besar, kanker paru-paru, dan kanker ginjal. Ekspresi PD-1 dan PD-L1 mungkin terkait dengan gambaran klinikopatologi dan prognosis yang buruk dari tumor ganas. Secara klinis, antibodi monoklonal PD-1, Pembrolizumab dan Nivolumab, sedikitnya telah efektif dalam pengobatan tumor seperti pada non-small-cell lung cancer dan melanoma ganas. Timus adalah organ sistem imun untuk diferensiasi, pengembangan, dan pematangan sel T. PD-L1 diekspresikan pada sel epitel timus pada timus normal. Namun, hanya beberapa penelitian mengenai PD-1 / PD-L1 pada TET yang telah tersedia secara global. Oleh karena itu, kami bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan antara ekspresi PD-L1 / PD-1 pada TET dan hubungannya dengan gambaran klinikopatologi. Maka dari itu, kami berusaha memberikan wawasan baru ke dalam pengobatan anti-PD-1 / PD-L1.

(4)

4 2. Metode dan Bahan

2.1. Informasi Klinis. Sebanyak total 70 kasus yang secara patologididiagnosis dengan TET melalui reseksi pembedahan atau biopsi jarum yang dikumpulkan dari tahun 2012 hingga 2017 pada Departemen Patologi di Rumah Sakit Weifang dan Wenzhou, Cina.

Kohort terdiri dari 50 timoma dan 20 kasus karsinoma timus. Menurut kriteria diagnostik WHO (2015), dua ahli patologi melakukan evaluasi ulang, mengkonfirmasi diagnosis, dan menyimpulkan bahwa didapatkan sel tumor yang cukup untuk pemeriksaan imunohistokimia berikutnya (IHC) dan pengujian genetik. Dan juga, data klinikopatologi, termasuk usia, jenis kelamin, dengan / tanpa miastenia gravis, dengan / tanpa radioterapi pra-operasi dan pasca operasi dan kemoterapi, ukuran tumor, klasifikasi patologis,stadium Masaoka, dengan / tanpa metastasis kelenjar getah bening, dan metastasis jauh telah dikumpulkan.

2.2. Persiapan Jaringan Microarray, PengecatanImunohistokimia, dan Interpretasi dari PD-L1 dan PD-1.Blok parafin(array) berukuran 4 × 4 dibuat menggunakan instrumen chip jaringan. Diameter masing-masing mikropori adalah 0,9 mm, dengan interval sekitar 1 mm, dan kedalaman sekitar 3 mm. Pewarnaan imunohistokimia dilakukan pada instrumen otomatis IHC Roche BenchMark XT. PD-L1 (SP142, Ventana Medical System, Tucson, AZ, USA) dan PD-1 (NAT, Ventana Medical System, Tucson, AZ, USA) pewarnaan dilakukan sesuai dengan instruksi pabrik. Phospat Buffer Saline (PBS) digunakan sebagai kontrol negatif sebagai pengganti antibodi primer. Jaringan plasenta dan jaringan tonsil digunakan sebagai kontrol positif masing-masing untuk PD-L1 dan PD-1. PD-L1 secara primer terletak di membran sel; warna positif dimanifestasikan sebagai pewarnaan linier kuning sampai coklat pada membran sel tumor. PD-1 berlokasi di sitoplasma dari limfosit interstitial. Hasil interpretasiPD-L1 dibagi menjadi dua bagian: persentase sel positif (A) dan intensitas pewarnaan (B). Persentase sel positif (A): enumerasi persentase sel tumor yang terpulas (0-100%), persentase sel positif = jumlah sel positif / sel total × 100%. Standar skor intensitas pewarnaan untuk sel positif:

0 poin, negatif; 1 poin, positif lemah (kuning muda); 2 poin, positif sedang (kuning

(5)

5 kecoklatan); 3 poin, positif kuat (cokelat). Ekspresi PD-L1 dievaluasi melalui hasil dari persentase sel positif dan intensitas pewarnaan, dan ekspresi positif didefinisikan ketika estimasi berdasarkan formula di atas adalah ≥3%. PD-1 pada limfosit interstisial di jaringan timoma diinterpretasikan secara tersendiri. Hasil positif dianggap sebagai persentase sel positif ≥ 5%, sedangkan hasil negatif didefinisikan sebagai <5%.

2.3. Deteksi dan Interpretasi dari mRNA PD-L1 padaRT-PCR. Blok parafin yang mengandung jaringan tumor yang sesuai dibagi secara serial menjadi 5–8 bagian, masing-masing dengan ketebalan 5 ߤm. Pertama, total jaringan RNA diekstraksi dari sampel FFPE melaluiisolasi RNA dan extraction kit(Tiangen Biochemical Beijing Co., Ltd.), diikuti dengan reverse transcription menjadi cDNA dan qPCR. Sistem reaksi qPCR terdiri dari 2 ߤL cDNA template, 1 ߤL primers dan probe PD-L1 (Life Technology Company, USA), 7 ߤL ribozyme-freewaterdan 10 ߤL Master Mix. Program reaksi spesifik adalah sebagai berikut: Inkubasi Uracil-DNA Glikosilase pada 50oC selama 2 menit, aktivasi polimerase pada 95oC selama 10 menit, dan reaksi PCR pada 95oC selama 15 detik dan 60oC selama 1 menit untuk total 40 siklus. Tingkat ekspresi gen mRNA dideteksi berdasarkan perbedaan nilai Ct (∆Ct) dari gen target pasien dan gen konstitutif dibandingkan dengan database∆Ct yang sesuai (nilai-nilai dalam database dipasangkan ke kurva distribusi normal; ekspresi posisi relatif dari data pada kurva), dan frekuensi distribusi normal dari ∆Ct pasien dalam populasi didapatkan.

Tingkat ekspresi relatif dari gen dalam penelitian ini didefinisikan sebagai berikut: <0,25 adalah ekspresi rendah; 0,25-0,75 adalah ekspresi sedang; dan> 0,75 adalah ekspresi yang tinggi.

2.4. Deteksi Ekspresi Level PD-L1pada TET dari Database TCGA. Sebanyak 105 kasus TET diseleksi untuk dianalisis.Semua kasus memiliki informasi klinis rinci dan hasil sekuens RNA. Berdasarkan informasi klinis pasien TET, semua pasien dibagi menjadi dua kategori, termasuk karsinoma timus dan timoma. Kemudian kami menganalisis tingkat ekspresi PD-L1 masing-masing pada pasien dengan karsinoma timus atau timoma dan perbedaan tingkat ekspresi PD-L1 pada berbagai kategori TET dihitung melalui tes. Nilai ܲ ≤ 0,05 dianggap signifikan secara statistik.

(6)

6 2.5. Analisis Statistik

Analisis statistik dilakukan menggunakan SPSS 21.0 (IBM Co., Armonk, NY, USA).

Perbandingan antara ekspresi mRNA PD-L1 dan protein PD-L1 dan antara ekspresi protein PD-L1 dan gambaran klinikopatologis dilakukan melalui ujichi-square atau ujiFisher’s exact, yang sesuai. Hubungan antara variabel dianalisis dengan analisis korelasi Spearman. Dua sisi nilai ܲ ≤ 0,05 dianggap signifikan secara statistik.

Gambar 1: Timoma tipe A: pewarnaan imunohistokimiaPD-L1-positif, membran sel tumor menunjukkanpewarnaan linier dari kuning kecoklatan sampai coklat (metode Envision, × 200).

Gambar 2: Timoma tipe B2: pewarnaan imunohistokimiaPD-L1-positif, membran sel tumor menunjukkan pewarnaan linier dari kuning kecoklatan sampai coklat (metode Envision, × 200)

Gambar 3:Timoma tipe B3: pewarnaan imunohistokimiaPD-L1-positif, membran sel tumor menunjukkan pewarnaan linier dari kuning kecoklatan sampai coklat (metode Envision, × 200).

Gambar 4: Karsinoma Timus (squamous cell carcinoma): pewarnaan imunohistokimiaPD-L1- positif, membran sel tumor menunjukkan pewarnaan linier dari kuning kecoklatan sampai coklat (metode Envision, × 200).

1 2

3 4

(7)

7 Gambar 5: Karsinoma Timus: pewarnaan imunohistokimiaPD-1-positif, pewarnaan sitoplasma sel-sel interstitial imun positif, dan pewarnaan sel tumor negatif (metode Envision, × 400).

3. Hasil

3.1. Karakteristik Klinikopatologi Pasien.Sebanyak 70 pasien TET (30 laki-laki dan 40 perempuan) berusia 29-77 (rata-rata, 56,7 ± 12) tahun dimasukkan dalam penelitian.

Diameter tumor primer adalah 1,2–11,74 cm. Semua kasus diklasifikasikan berdasarkan kriteria histologis tumor timus dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) (2015). Kohort terdiri dari 11, 13, 9, 7, 10, dan 20 kasus tipe A, tipe AB, tipe B1, tipe B2, tipe B3 dan karsinoma timus. Semua kasus karsinoma timus adalah karsinoma sel skuamosa.

Menurut stadium klinisMasaoka dari timoma, kasus stadium I, II, III, dan IV adalah masing-masing 32, 4, 20, dan 14. Sebelas pasien menunjukkan komorbiditas dengan miastenia gravis, 37 pasien menjalani radioterapi setelah diagnosis pembedahan atau biopsi, dan 21 pasien diberikan kemoterapi setelah diagnosis pembedahan atau biopsi;

metastasis kelenjar getah bening servikal, diklasifikasikan sebagai tipe B3, dideteksi pada 1 kasus timoma, dan metastasis kelenjar getah bening atau organ lainnya diamati pada 13 pasien karsinoma timus.

3.2. Ekspresi Protein PD-L1/PD-1 pada TET. Protein PD-L1 diekspresikan pada membran sel tumor yang menunjukkan warnakuning muda, kuning kecoklatan dan coklat tergantung pada tingkat ekspresi (Gambar 1–4). Protein PD-1 diekspresikan dalam sitoplasma limfosit interstisial (Gambar 5 dan 6). Tingkat positif ekspresi PD-L1 adalah 54,29% (38/70) pada 70 kasus TET. Di antara ini, tingkat positif protein PD-L1 adalah 48% (24/50) dan 70% (14/20) padamasing-masing jaringan timoma dan

5

(8)

8 karsinoma timus; namun, tidak ada perbedaan yang signifikan dalam tingkat positif antara kedua kelompok (߯2 = 2,786, ܲ> 0,05). Mempertimbangkan bahwa perilaku biologis timoma tipe B3mirip dengan karsinoma timus, maka diklasifikasikan sebagai karsinoma timus untuk dianalisis. Tingkat positif PD-L1 pada timoma tipe B3 dan karsinoma timus (76,67%, 23/30) secara signifikan lebih tinggi dari pada tipe timoma lainnya (37,5%, 15/40) (߯2 = 10,597, ܲ<0,05). Pada 20 kasus jaringan karsinoma timus, tingkat PD-1 positif pada 13 kasus tumor-infiltrating lymphocytes (TIL) dengan tingkat positif 65%, dan pada 14 kasus sel tumor dengan tingkat positif 70%. Selain itu, PD-1 berkorelasi positif dengan ekspresi PD-L1 pada sel tumor (ܲ<0,05, koefisien korelasi ݎ

= 0,663).

3.3. Hubungan antara Ekspresi Protein PD-L1 dan Gambaran Klinikopatologi pada TET. Ekspresi protein PD-L1 pada TET tidak berhubungan dengan jenis kelamin, usia, ukuran tumor, dengan /tanpa metastasis, dan dengan/tanpa gejala miastenia gravis;

Namun, hal itu berkorelasi dengan klasifikasi histologis WHO, stadium Masaoka-Koga, radioterapi dan kemoterapi. Perbedaannya secara statistik signifikan (semua ܲ<0,05) (Tabel 1).

3.4. Kuantifikasi Ekspresi mRNA PD-L1. Dari 70 kasus TET, mRNA PD-L1 sangat tinggi terekspresi pada 17 kasus, dengan deteksi protein PD-L1 positif dan positive coincidence rate100%. Di sisi lain, ekspresi sedang mRNA PD-L1didapatkan pada 22 kasus, di mana protein PD-L1 positif pada 15 kasus denganpositive coincidence rate68,18%. Ekspresi rendah mRNA PD-L1 didapatkan pada 17 kasus, di mana protein PD-L1 positif hanya pada 1 kasus, dengan positive coincidence rate94,12%. Konsentrasi dan kemurnian RNA yang diekstraksi dari 14 sampel sangat rendah, dan karenanya dianggap sebagai sampel yang tidak memenuhi syarat dan tidak termasuk dalam analisis statistik. Lima kasus protein PD-L1 terdeteksi sebagai positif. Coincidence rate dari dua metode pendeteksian adalah 85,71%. Analisis korelasi dari Spearman menunjukkan bahwa ekspresi mRNA PD-L1 berkorelasi positif dengan ekspresi protein PD-L1 (ܲ<0,001, koefisien korelasi = 0,745,Tabel 2).

(9)

9 3.5. Analisis Ekspresi PD-L1 pada Berbagai Tipe TET dari Database TCGA.Kami memperoleh 105 kasus TET dengan rincian informasi klinis dan hasil sekuens RNA dari database TCGA. Berdasarkan karakteristik klinis, semua pasen TET (݊ = 105) dapat dengan mudah dibagi kedalam dua kelompok, termasuk timoma (݊ = 84) dan karsinoma timus (݊ = 21). Kami menemukan bahwa rata-rata ekspresi PD-L1 pada pasien dengan timoma adalah 5,68 dan rata-rata ekspresi PD-L1 pada pasien dengan karsinoma timus adalah 9,39 (Gambar 7). Perbedaannya signifikan (ܲ = 0,0419). Hasil lebih lanjut menunjukkan bahwa ekspresi PD-L1 yang tinggi secara substansial berkorelasi dengan keganasan tumor TET.

Tabel 1: Hubungan antara ekspresi protein PD-L1 dan gambaran klinikopatologi TET.

Faktor Klinikopatologi Jumlah kasus Ekspresi-PDL1 + -

Nilai positive (%) ߯2 ܲ

value

Jenis kelamin Laki Perempuan Umur

<=50 tahun

> 50 tahun Ukuran Tumor

≤4 cm

>4 cm

Klasifikasi Histologis Type A

Type AB Type B1 Type B2 Type B3

Type C Karsinoma Timus

StadiumMasaoka-Koga Stage I

Stage II Stage III Stage IV

Dengan/tanpa myasthenia gravis

Ya Tidak Metastasis Ya Tidak Radioterapi Ya Tidak Kemoterapi Ya Tidak

30 40

16 54

41 29

11 13 9 7 10 20

32 4 20 14

11 59

14 56

37 33

21 49

20 10

18 22

7 9

31 23

22 19

16 13

4 7

2 11

3 6

6 1

9 1

14 6

10 22

3 1

15 5

10 4

7 4

31 28

10 4

28 28

26 11

12 21

16 5

22 27

33.33 45.00

43.75 57.41

53.66 55.17

36.36 15.39 33.33 85.71 90.00 70.00

31.25 75.00 75.00 71.42

63.64 52.54

71.43 50.00

70.27 36.36

76.19 44.90

3.243

0.928

0.016

20.648

12.402

0.460

2.072

8.081

5.800

0.092

0.399

1.000

0.001⁎

0.004⁎

0.533

0.231

0.008⁎

0.02⁎

∗ܲ< 0.05.

(10)

10 Tabel 2: Hubungan antara ekspresi mRNA dan protein PD-L1.

Ekspresi mRNA PD-L1

Ekspresi protein PD-L1 + -

Coincidence rate (%) P

value Ekspresi tinggi

Ekspresi sedang Ekspresi rendah

17 0 15 7 1 16

100 68.18 94.12

32.392 <0.001

<= Spearman correlation coefficient r = 0.745

Gambar 7: Analisis ekspresi PD-L1pada berbagai jenis TET dari database TCGA. Kami membandingkan ekspresi PD-L1 pada timoma dengan yang ada pada karsinoma timus, dan perbedaannya signifikan (ܲ<0,05).

4. Pembahasan

Penelitian tentang jalur PD-1/PD-L1pada berbagai tumor telah dilakukan dengan intensif. Namun, hanya beberapa laporan tentang PD-1 / PD-L1 pada TET yang tersedia dalam beberapa tahun terakhir. Pada penelitian ini, kami menganalisis ekspresi protein PD-L1 pada 70 kasus TET.Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat ekspresi positif protein PD-L1 pada TET adalah 54,29%. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa tingkat ekspresi positif dari protein PD-L1 pada timoma adalah 18-92%. Hasil kuantisasiprotein PD-L1 menunjukkan bahwa perbedaan dapat dikaitkan dengan alasan berikut: (1) nomor klon dari antibodi PD-L1 bervariasi pada penelitian yang berbeda.

(11)

11 Sebagai contoh, model pewarnaan antibodi PD-L1 (SP142) yang digunakan dalam penelitian ini adalah dari pewarnaan lemah sampai kuat terhadap membran sel, sementara antibodi PD-L1 dengan nomor klon 5H1 dan 15 masing-masing memberikan model pewarnaan difus dan konsisten. Dengan demikian, model pewarnaan SP142 antibodi PDL1 mungkin optimal untuk penilaian kuantitatif, dengan reabilitas yang tinggi. (2) Standar untuk interpretasi ekspresi positif tidak konsisten. Sebagai contoh, beberapa nomor klon PD-L1 terpulas, tidak hanya sel-sel tumor tetapi juga sel-sel interstisial. Dua jenis sel positif dimasukkan selama interpretasi, yang menyebabkan peningkatan nilai positif dari TET. (3) Subjektivitas dari skor pada interpretasi positif oleh pengamat yang berbeda dan kemampuan pengulangan yang buruk. (4) Ukuran sampel dan kesalahan pemilihan sampel, misalnya, persentase tinggi timoma tipe A dan tipe AB pada kohort, akan menyebabkan tingkat positif TET yang rendah. (5) Heterogenitas ekspresi PD-L1 pada lokasi sampling yang berbeda dihubungkan dengan perbedaan.

Selain itu, penelitian ini untuk pertama kalinya, menggunakan real-time fluorescence qPCR untuk mendeteksi ekspresi mRNA PD-L1 pada TET, yang juga memberikan dasar yang dapat dipercaya untuk penilaian protein PD-L1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekspresi mRNA PD-L1 pada kelompok ekspresi tinggi dan rendah sesuai dengan yang ditemukan pada pewarnaan imunohistokimia; namun, perbedaan utamanya terjadi pada kelompok ekspresi sedang, dimana concordance rate dengan protein adalah 68,18%. Fenomena perbedaan ini dapat dikaitkan dengan hal berikut: real time fluorescenceqPCRmendeteksi tingkat ekspresi mRNA pada semua sel, termasuk tumor dan sel interstisial; namun, interpretasi imunohistokimia protein PD-L1 terbatas pada sel-sel tumor, dan analisis tidak termasuk limfosit non-tumor yang mengekspresikan protein PD-L1. Selanjutnya, TET berbeda dari tumor padat lainnya, terutama timoma tipe B1 dan B2. TET mirip dengan timus normal, dengan sel imun non-tumor yang relatif melimpah. Sebanyak 14 kasus pasien dengan jaringan yang mengekspresikan mRNA PD-L1 tidak menunjukkan RNA yang lengkap. Namun, pemeriksaan imunohistokimia menunjukkan ekspresi PD-L1 positif pada5 kasus.

Meskipun sensitivitas deteksi mRNA lebih tinggi daripada imunohistokimia, tetapi tidak dapat mengidentifikasi dengan jelas hal yang serupa pada sel tumor, dan spesifisitasnya

(12)

12 buruk. Di sisi lain, RNA terdegradasi karena metode fiksasi sampel, lamanya waktu, dan umur penyimpanan yang panjang, menyebabkan kegagalan memperoleh hasil. Meskipun tingkat subjektivitas tertentu tercatat dalam pemilihan antibodi imunohistokimia dan penilaian intensitas positif dan ambang positif, persentase hasil positif palsu dan negatif palsu akan muncul seiring dengan keuntungan dari operasi sederhana, teknologi matang, biaya rendah, dan peningkatandalam kelemahan kontrol kualitas. Oleh karena itu, metode imunohistokimia dapat digunakan sebagai indikator penilaian untuk PD-L1 pada TET dengan kelebihanuniknya pada operasi sederhana dan efisiensi biaya.

Beberapa penelitian telah menemukan bahwa ekspresi positif protein PD-L1 adalah faktor prognostik yang merugikan. Ekspresi tinggi PD-L1 pada timoma dapat menjadi faktor risiko independen untuk kekambuhan tumor dan memprediksi kelangsungan hidup secara keseluruhan yang buruk. Prognosis pasien kanker terkait erat dengan gambaran klinikopatologis. Klasifikasi WHO, stadium Masaoka, dan perawatan pra operasi sangat mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup TET secara keseluruhan.

Namun, masih ada beberapa pengamatan yang bertentangan pada laporan sebelumnya.

Untuk lebih membuktikan hubungan antara ekspresi protein PD-L1 dan perilaku biologis TET, penelitian ini menganalisis hubungan antara ekspresi protein PD-L1 dan gambaran klinikopatologi TET. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekspresi positif protein PD-L1 berhubungan dengan klasifikasi histologi WHO dan stadium Masaoka- Koga dari TET.Tingkat ekspresi positif protein PD-L1 pada timoma tipe B3 dan karsinoma timus secara signifikan lebih tinggi daripada di subtipe timoma lainnya.

Selanjutnya, kami menegaskan kembali pengamatan kami dengan menganalisis data TCGA. Hasil ini menunjukkan bahwa ekspresi protein PD-L1 berhubungan dengan tingkat invasif dan keganasan tumor.

Sebagian besar TETterdiri dari campuran epitel neoplastik dan limfosit non- neoplastik. Selain itu, penilain PD-L1 saja tidak dapat secara komprehensif menentukan prognosis TET. PD-1 terutama diekspresikan pada limfosit T yang diaktifkan. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa peningkatan TIL dengan PD-1 positif menunjukkan prognosis yang buruk. Kanker timus berbeda dari timoma dalam prognosis dan fenotipe molekuler. Berdasarkan spekulasi di atas, hubungan antara PD-L1 dan PD-1 pada karsinoma timus selanjutnya dievaluasi dalam penelitian ini. Hasil penelitian

(13)

13 menunjukkan bahwa tingkat ekspresi positif dari PD-1 pada TIL adalah 65% pada 20 kasus karsinoma timus. Setelah analisis lebih lanjut tentang hubungan antara PD-1 dan PD-L1, kami menemukan bahwa ekspresi PD-1 dan PD-L1 pada karsinoma timus berhubungan positif, sehingga menunjukkan bahwaPD-1 pada TILbersama dengan PD- L1 sel tumor dapat mencerminkan keadaan aktivasi jalur PD-1 / PD-L1. Penelitian ini, untuk pertama kalinya, membuktikan hubungan positif antara PD-1 dan PD-L1 pada karsinoma timus. TargetingimunoterapiPD-1 / PD-L1 memberikan efek antitumor pada beberapa tumor ganas, dan kami berharap ini dapat diterapkan pada kanker timus, terutama pada pasien dengan karsinoma timusyang tidak sensitif terhadap kemoterapi.

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pasien dengan PD-L1-positif memiliki respon yang lebih baik terhadap immune checkpoint inhibitordaripada pasien dengan PD-L1-negatif pada tumor ganas lainnya. Berdasarkan temuan di atas dan ekspresi tinggi protein PD-L1 pada karsinoma timus pada penelitian ini, kami berspekulasi bahwa karsinoma timus dengan PD-1 / PD-L1 dapat diperlakukan sebagai target. Namun demikian, penelitian ini juga memiliki beberapa keterbatasan. Jumlah sampel yang dikumpulkan relatif kecil karena jarangnya karsinoma timus. Oleh karena itu, penelitian prospektif lebih lanjut dengan ukuran sampel yang besar sangat penting untuk membuktikan temuan ini.

Penelitian ini juga menemukan bahwa ekspresi protein PD-L1 dikaitkan dengan radioterapi dan kemoterapi; Namun, mekanisme yang mendasari belum diketahui.

Katsuya dkk,melaporkan bahwa ekspresi PD-L1 pada sel tumor dan PD-1 pada limfosit interstisial meningkat secara signifikan pada TET yang menjalani kemoterapi. Hasil ini bermanfaat untuk imunoterapi post-kemoterapi dan mengusulkan kombinasi antara kemoterapi dan imunoterapi dalam pengobatan TET.

5. Simpulan

Secara umum, temuan terbaru menunjukkan bahwa ekspresi protein PD-L1 dan mRNA berbeda padatimoma dan karsinoma timus, dan PD-L1 dapat berfungsi sebagai penanda potensial terhadap tingkat invasi dan prognosis. Selain itu, ekspresi tinggi dari PD-L1 dan PD-1 pada TET juga memungkinkan secara klinis untuk menerapkantargeting imunoterapi terhadap PD-1/ PDL1.

Gambar

Gambar  1:  Timoma  tipe  A:  pewarnaan  imunohistokimiaPD-L1-positif,  membran  sel  tumor  menunjukkanpewarnaan linier dari kuning kecoklatan sampai coklat (metode Envision, × 200)
Gambar  7:  Analisis  ekspresi  PD-L1pada  berbagai  jenis  TET  dari  database  TCGA

Referensi

Dokumen terkait

model pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan peningkatan yang signifikan terhadap peningkatan hasil belajar passing bawah bolavoli siswa kelas X SMAN 1 Sukapura,

Di dalam memperisapkan &#34;Critical Line List&#34;, maka Lead Piping Stress Engineer akan berpegang kepada aturan yang ter-dapat dalam ASME B31.3 paragaraph

Dari hasil analisis yang telah dilakukan maka dapat diketahui bahwa pihak kepolisian memiliki pertimbangan khusus dalam menerapkan diskresi terhadap suatu kasus antara

(2) Dalam hal Nilai Perolehan Objek Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat (2) huruf a sampai sampai dengan huruf o tidak diketahui atau lebih rendah

Menemukan kebutuhan dari user yang dapat diaplikasikan pada produk yang didesain sehingga dapat menjawab segala permasalahan yang timbul pada aktivitas pebisnis fesyen

Baik TPB maupun TRA, menyatakan bahwa keyakinan-keyakinan utama individu (personal salient beliefs) akan menentukan sikap individu terhadap suatu perilaku tertentu, namun

Biaya investasi yang dikeluarkan pada usaha budidaya ternak jangkrik dengan skala pemeliharaan telur jangkrik sebanyak 1.200 gram sebesar Rp 3.450.000,- yang

Namun, Natrium Hidroksida (NaOH) tidak mempengaruhi daya rekat resin phenolic terhadap terak aluminium. Hal tersebut dibuktikan dengan tidak adanya batu asah yang lepas.